Correlation Between Migraine With Stroke Occurrence

  

Korelasi Antara Migrain Dengan Kejadian Stroke

Melati Nurul Utami, Rasmi Zakiah Oktarlina, Rani Himayani

  

Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak

  

Migrain adalah nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72 jam. Karekteristik nyeri kepala unilateral,

berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan mual

dan/atau fotofobia dan fonofobia. Migraine dapat terjadi pada 18% dari wanita dan 6% dari pria sepanjang hidupnya.Onset

migraine muncul pada usia di bawah 30 tahun pada 80% kasus.Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa

gangguan fungsi otak secara fokal maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih

dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular Setiap tahun, hampir 700.000 orang Amerika mengalami

stroke,dan stroke mengakibatkan hampir 150.000 kematian. Beberapa literatur mengatakan bahwa migrain dapat

menimbulkan serangan stroke, atau serangan stroke dan migrain dapat terjadi secara berdampingan. Hal ini dapat terjadi

dikarenakan patofisiologi antara migrain dan stroke itu sendiri yang akan di bahas dalam jurnal ini. Kata kunci : korelasi, migrain, patofisiologi, stroke

  

Correlation Between Migraine With Stroke Occurrence

Abstract

  

Migraine is a recurring headache with a manifestation of attack for 4-72 hours. Characteristics of unilateral, pulsed,

moderate or severe headache, gain weight with regular physical activity followed by nausea and / or photophobia and

phonophobia. Migraine can occur in 18% of women and 6% of men throughout life. Migraine sequences appear at under 30

years of age in 80% of cases. Stroke is a clinical syndrome with symptoms of focal or global brain dysfunction that can cause

death or disability Which persists for more than 24 hours, without any other cause except for vascular disorders Every year,

nearly 700,000 Americans experience a stroke, and a stroke results in nearly 150,000 deaths. In some literature say that

migraines can cause stroke, or stroke and migraine attacks can occur side by side. This can happen because of the

pathophysiology between migraine and stroke itself that will be discussed in this journal.

  Keyword : Correlation, migraine, pathophysiology, stroke Korespondensi : Melati Nurul Utami ǀJl. Keramat Gang Dahlia 4 No 22a Kedaton Bandar Lampungǀ 082178279015

  

  adalah penurunan aliran darah tanpa kerusakan

  Pendahuluan

  Stroke adalah gangguan fungsional otak jaringan akut, yang terjadi pada shock, migrain 4 fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam, dan stroke penumbra. berasal dari gangguan aliran darah otak dan Hubungan sebab akibat antara migrain bukan disebabkan oleh gangguan peredaran dan stroke iskemik masih belum jelas. Bagi darah otak sepintas, tumor otak, stroke penderita migrain ditemukan tidak ada 1 sekunder karena trauma maupun infeksi. peningkatan risiko untuk stroke hemoragik 4 Migrain didefinisikan sebagai gangguan . Mekanisme stroke iskemik yang terjadi akibat periodik yang ditandai oleh nyeri kepala infark yang berhubungan dengan migrain unilateral (kadang bilateral) yang dapat disertai mungkin dikarenakan hipoperfusi atau 2 3,4 muntah dan gangguan visual . Dikenal dua teori vasospasme serta hiperkoagulabilitas platelet. mengenai patofisiologi migrain, yaitu teori vasogenik dan neurogenik. Teori vasogenik Isi menghipotesiskan bahwa adanya gejala Migrain merupakan nyeri kepala prodormal atau aura disebabkan vasokonstriksi berulang dengan manifestasi serangan selama 4- intrakranial dan nyeri kepala disebabkan oleh 72 jam. Karakteristik nyeri kepala unilateral, vasodilatasi reaktif. Dalam teori neurogenik, berdenyut, intensitas sedang atau berat, migrain dihipotesiskan merupakan akibat dari bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin 3 disfungsi neuronal karena oligemia. dan diikuti dengan mual dan/atau fotofobia dan

   Oligemia

  2

  atau lebih episode sakit kepala dengan minimal dua gejala: 1) Nyeri unilateral 2) Nyeri berdenyut 3) Diperparah dengan gerakan 4) Kualitasnya sedang hingga berat

  a. Faktor risiko perilaku

  2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi :

  c. Keturunan / genetik

  b. Jenis kelamin

  a. Usia

  1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi :

  Dan ditambah setidaknya satu gejala: 1) Mual atau muntah 2) Fotofobia 3) Fonofobia. 7 Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular. 1 Faktor-faktor resiko untuk terjadinya stroke dapat di klasifikasikan sebagai berikut 8 :

  International Headache Society (IHS) adalah lima

  menjadi dua, yaitu migrain dengan aura dan migrain tanpa aura.Migrain dengan aura disebut juga sebagai migraine klasik. 2 Diawali dengan adanya gangguan pada fungsi saraf, terutama visual, kemudian diikuti nyeri kepala unilateral, mual, dan kadang muntah, yang terjadi berurutan serta manifestasi nyeri kepala biasanya tidak lebih dari 60 menit yaitu sekitar 5- 20 menit. Migraine tanpa aura disebut juga sebagai migraine umum. Sakit kepalanya hampir sama dengan migraine dengan aura. Nyerinya pada salah satu bagian sisi kepala dan bersifat pulsatil dengan disertai mual, fotofobia (sensitif terhadap cahaya) dan fonofobia (sensitif terhadap suara). Nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam. 2,4

  Kriteria diagnosis migrain menurut

  serangan, sebuah keadaan yang sama dengan para pengidap epilepsi. Hal ini diperkuat fakta bahwa pada saat serangan migraine, sering terjadi alodinia (hipersensitif nyeri) kulit karena jalur trigeminotalamus ikut tersensitisasi saat episode migraine. 5 Mekanisme migraine berwujud sebagai refleks trigeminal vaskular yang tidak stabil dengan cacat segmental pada jalur nyeri. Cacat segmental ini yang memasukkan rangsang aferen secara berlebihan yang kemudian akan terjadi dorongan pada kortikobular yang berlebihan. Adanya rangsangan aferen pada pembuluh darah, maka menimbulkan nyeri berdenyut. 3,6

  ( magnetic resonance imaging) dan stimulasi magnetik transkranial. 6 Hipereksitabilitas ini menyebabkan penderita migraine menjadi rentan mendapat

  mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah multipel, sehingga menimbulkan nyeri kepala. sebagai vasodilator poten. Aksi keja CGRP dimediasi oleh 2 reseptor yaitu CGRP 1 dan CGRP 2. Pada prinsipnya, penderita migraine yang sedang tidak mengalami serangan mengalami hipereksitabilitas neuron pada korteks serebral, terutama di korteks oksipital, yang diketahui dari studi rekaman MRI

  Peptide) dalam jumlah besar. 3 Hal inilah yang

  Terdapat teori lain yaitu teori neurovaskular dan neurokimia dimana pada saat serangan migraine terjadi, nervus trigeminus mengeluarkan CGRP (Calcitonin Gene-related

  Teori vasogenik menghipotesiskan bahwa terjadinya vasokonstriksi intrakranial dapat menimbulkan aura dan vasodilatasi reaktif yang akan menyebabkan nyeri kepala. Hal ini diperkuat oleh adanya bukti bahwa aura visual dapat diatasi sementara dengan menggunakan vasodilator amyl nitrate. Peningkatan amplitudo pulsasi arteri temporal superfisial memperburuk nyeri kepala, dan dengan pemberian vasokonstriktor ergotamin akan memperkecil amplitudo . 3 Vasokonstriksi terjadi saat fase prodormal. Hal ini dapat menimbulkan aura atau tidak. Karena terjadi vasokonstriksi maka otak akan memunculkan sinyal bahwa otak kekurangan oksigen. Selanjutnya terjadi vasodilatasi. terlalu besar sehingga pembuluh darah menjadi permeabel dan menyebabkan kebocoran plasma juga produksi neuropeptida seperti substansi P dan calcitonin generelated peptide (cGRP). Neuropeptida ini merangsang nosiseptor kranial sehingga menimbulkan rasa nyeri dan berdenyut. 5 Inflamasi neurogenik yang terjadi berulang akan merangsang nosiseptor kranial secara berulang juga dan kemudian menurunkan ambang aktivasinya dan memperluas jarak reseptifnya. Serangan nyeri berulang menghasilkan hiperalgesia atau penurunan ambang nyeri. 3,6

  1. Merokok

  berlebihan, asam urat, kolesterol, low fruit

  1.Patofisiologi Stroke Hemoragik

  1. Sistem karotis

  2. Sistem vertebrobasiler Patofisiologi stroke iskemik , disebabkan oleh adanya penyumbatan di pembuluh darah otak yang mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara bertahap. 8 Tahap 1 :

  a. Penurunan aliran darah

  b. Pengurangan oksigen

  c. Kegagalan energi

  d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion Tahap 2 :

  a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion b. Spreading depression

  Tahap 3 : Inflamasi Tahap 4 : Apoptosis pusat akut sangat kompleks dan melibatkan permeabilitas patologis dari sawar darah otak, kegagalan energi, hilangnya homeostasis ion sel,asidosis, peningkatan kalsium ekstraseluler, eksitotoksisitas dan toksisitas yang diperantarai oleh radikal bebas. 10

  Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim otak dan perdarahan subarachnoid. Insidens perdarahan intrakranial kurang lebih 20 % adalah stroke hemoragik, dimana masing- masing 10% adalah perdarahan subarachnoid dan perdarahan intraserebral. 11 Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma (Berry

  3. Completed stroke

  aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini

  paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum, dan batang otak. Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola berdiameter 100-400 mikrometer mengalami perubahan patologi pada dinding pembuluh darah tersebut berupa lipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. 11 Pada kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba menyebabkan rusaknya arteri kecil. Keluarnya darah dari pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriole dan pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini mengakibatkan volume perdarahan semakin besar. 11 Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1- 2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution). 9 Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena. 8,9 Beberapa gejala stroke berikut : a.

  Perubahan tingkat kesadaran (somnolen, sopor, koma).

  b.

  Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk, dan terjadi secara tiba-tiba.

  c.

  Muntah.

  d.

  III. Berdasarkan jenis tipe pembuluh darah

  2. Stroke in evolution

  diet

  7. Polisitemia, viskositas darah meninggi & penyakit perdarahan

  3. Alkoholik

  4. Obat-obatan : narkoba (kokain), antiplatelet, obat kontrasepsi hormonal b. Faktor fisiologis

  1. Penyakit hipertensi

  2. Penyakit jantung

  3. Diabetes mellitus

  4. Infeksi/lues, arthritis, traumatic, AIDS, Lupus

  5. Gangguan ginjal

  6. Kegemukan (obesitas)

  8. Kelainan anatomi pembuluh darah

  1. Transient Ischemic Attack (TIA)

  9. Dan lain-lain Dasar klasifikasi yang berbeda-beda diperlukan, sebab setiap jenis stroke mempunyai cara pengobatan, pencegahan dan prognosa yang berbeda, walaupun patogenesisnya sama. 9 I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :

  1. Stroke Iskemik

  a. Transient Ischemic Attack (TIA)

  b. Thrombosis serebri

  c. Emboli serebri

  2. Stroke Hemoragik

  a. Perdarahan intraserebral

  b. Perdarahan subarachnoid

  II. Berdasarkan stadium/ pertimbangan waktu

  Pandangan ganda. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.

  f.

  Terdapat tiga kemungkinan hubungan antara migrain dan stroke, yaitu terdapat migrain dan stroke secara bersamaan/berdampingan, stroke dengan manifestasi klinis migrain dan stroke yang disebabkan migrain.

  Tersedia dari 5. Teplitz J.V. Migraines: Dilation/Constriction of

  4. Christopher et al. Long-Term Tolerability of Sumatriptan Nasal Spray in Adolescent Patients With Migraine, Headache The Journal of Head and Face Pain. 2004 [disitasi tanggal 25 m3i 2017]; 44 (10):969-977.

  2005[disitasi tanggal 20 Mei 2017]. Tersedia dari :

  3. Nissan G, Diamond M. Advances in migraine treatment. J Am Osteopath Assoc [internet].

  2. Ginsberg, L. Lecture Notes Neurologi. 8th ed.Indonesia. Indonesia : Erlangga; 2005.

  Recommendations on stroke prevention, diagnosis anf therapy. Stroke 1989,20; 1989. Page. 1407-31.

  World Health Organizations. Stroke

  Daftar Pustaka 1.

  Penyakit migrain yang terus berulang dapat meningkatkan faktor resiko stroke. Hal ini dipengaruhi oleh teori vasogenik. Dimana teori tersebut mengatakan adanya proses vasokontriksi dan vasodilatasi dari migrain yang dapat menjadi faktor penyebab terjadinya stroke.

  Kesulitan menelan.

  Risiko stroke paling tinggi dimiliki oleh wanita penderita migrain dengan aura yang tidak ada riwayat hipertensi, diabetes atau infark miokard. Risiko serangan stroke meningkat tiga kali pada migrain dengan aura dan dua kali pada migrain tanpa aura. 4,9 Risiko yang lebih besar (tiga kali) dimiliki oleh wanita usia subur. Pemakai kontrasepsi oral yang memiliki riwayat migrain akan berisiko 2-4 kali terserang stroke iskemik daripada pemakai kontrasepsi oral yang tidak menderita migrain dan lebih dari 16 kali daripada bukan pengguna kontrasepsi oral tanpa riwayat migrain. 4 Kesimpulan

  Hingga saat ini, hubungan antara stroke dan migrain diduga melibatkan peningkatan kadar homosistein dan abnormalitas koagulasi atau koagulopati. 3 Hubungan antara migrain dan stroke masih terus diteliti dan hubungan kausal keduanya masih diperdebatkan. Migrain dan stroke sama-sama memiliki faktor risiko seperti hipertensi, Patent Foramen Ovale (PFO) dan faktor genetik. 6 PFO merupakan faktor risiko pada stroke onset muda. PFO ini menyebabkan munculnya substansi vasoaktif serta emboli yang berasal dari sirkulasi vena. Di samping itu, lebih dari 50% pasien yang menderita migrain dengan aura juga mengalami PFO. Prevalensi PFO juga cukup tinggi pada pasien penderita migrain sekaligus stroke. 3,9 Peningkatan kadar homosistein diduga terlibat dalam hubungan antara stroke dan migrain . Homosistein adalah asam amino sulfhidril, merupakan senyawa antara yang terbentuk dalam metabolisme asam amino esensial metionin. Homosistein ini menyebabkan stress oksidatif, disfungsi endotel dan memacu trombosis. 3 Kebanyakan penderita migrain yang terserang stroke adalah wanita berusia kurang dari 50 tahun dan risikonya akan perokok dan/atau pengguna kontrasepsi oral.

  Mekanisme yang terjadi akibat infark yang berhubungan dengan migrain mungkin dikarenakan hipoperfusi dan/atau vasospasme. Seseorang yang secara genetis berpotensi menderita migrain berhubungan dengan abnormalitas vaskular (vasospasme, kelainan arteri, diseksi) dan hiperkoagulabilitas platelet. 3,7

  migranous infarction.

  Kelemahan pada anggota gerak. 9 Prevalensi migrain pada populasi stroke cukup tinggi, yaitu 1/3 dari penderita stroke memiliki riwayat migrain. 7 Terdapat tiga kemungkinan hubungan antara migrain dan stroke, yaitu terdapat migrain dan stroke secara bersamaan/berdampingan, stroke dengan manifestasi klinis migrain dan stroke yang disebabkan migrain. Dari ketiga kemungkinan hubungan tersebut, stroke yang disebabkan migrain tampaknya merupakan hubungan yang terkuat. 4,7 Stroke dapat terjadi sebagai akibat langsung dari serangan migrain, seperti pada

  Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik. i.

  h.

  Kesulitan menulis atau membaca.

  g.

  Blood Vessels. 2010 [disitasi tanggal 26 Februari 2014]. Tersedia dari : Guzman. Endothelial function in patients with migraine during the interictal period, Headache. 2009 [disitasi tanggal 26 Mei 2017]; 47:45 –51.

  Tersedia dari :

  Without Migraine: Difference in Pain haracteristics and Risk Factors. 2010[disitasi tanggal 26 Mei 2017]; 1 (1): 124-128. Tersedia dari :

  Sjahrir H. Nyeri Kepala, Edisi 1. Medan : USU Press; 2008.

  9. Misbach J. aspek diagnostik & patofisiologi manajemen stroke. Jakarta : Balai penerbit FK UI; 2004.

7. Srivastava et al. Occipital Neuralgia With and

  10. Sherki,Y.G., Rosenbaum.Z., Melamed,E., Offen,D. Antioxidant Therapy in Acute Central Nervous System Injury. Current State: Pharmacol Rev. 54; 2002.

  11. Caplan L. Caplan’s Stroke : A Clinical Approach. 4th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2009.

Dokumen yang terkait

A. Background of the Study - The Correlation Between The Learning Motivation And The Reading Comprehension Of Freshman Students Of English Study Program Of STAIN Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 12

A. Motivation - The Correlation Between The Learning Motivation And The Reading Comprehension Of Freshman Students Of English Study Program Of STAIN Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 18

A. Research Design - The Correlation Between The Learning Motivation And The Reading Comprehension Of Freshman Students Of English Study Program Of STAIN Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 17

A. The Result of Students‟ English Learning Motivation Test - The Correlation Between The Learning Motivation And The Reading Comprehension Of Freshman Students Of English Study Program Of STAIN Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 17

A. Background of the Study - Correlation between students’ learning motivation and writing learning strategies of English Department at IAIN Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

A. Previous Studies - Correlation between students’ learning motivation and writing learning strategies of English Department at IAIN Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 18

A. Research Type - Correlation between students’ learning motivation and writing learning strategies of English Department at IAIN Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 13

A. Research Finding 1. The result of Learning Motivations’ Questionnaire - Correlation between students’ learning motivation and writing learning strategies of English Department at IAIN Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 28

Relationship Between Anxiety And Food Intake In The Elderly At UPTD Social Services Elderly, Elderly Tresna Subdistrict Natar, South Lampung

0 0 6

Relation Between Providing Information and Old Service Pharmaceutical Recipes with Public Satisfaction of Outpatient In Pharmaceutical Installation of Rsud Jendral Ahmad Yani

0 0 6