METODE INTERTEKSTUAL DALAM MEMAHAMI HADIS NABI

METODE INTERTEKSTUAL DALAM MEMAHAMI HADIS NABI

Zailani Zailani@uin-suska.ac.id PPs UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Abstract

The discussion of the methodology of understanding Hadith, until now still feels urgent to be studied and discussed. This is due to the growing problem of religion, therefore the model to understand the Hadith as a source of law is very important in order to answer the problems of the people. However methodological understanding of tradition in the era of the classical and the contemporary era must have similarities and differences. One method offered is intertextual method, which is defined by a network of relationships between the text and the others, this is done by finding meaningful relationships between two or more texts. The relationship is not merely a similarity, but on the contrary as a contradiction. And can be understood as the study of intertextuality is the study of a number of texts (literary), which is thought to have certain relationships.

Keywords: Methods, Understanding, Hadith

A. Pendahuluan.

senantiasa terus berkembang? Pertanyaan inilah yang – antara lain – mendorong para

mencari “pendekatan- dan kebudayaan menuju ke arah kemodernan

Pada saat ini, saat di mana peradaban

pemikir

untuk

pendekatan baru” untuk memahami Islam dari yang ditandai dengan munculnya teknologi

sumber al-Sunnah.

yang serba canggih, mulai dari sains sampai

kebenaran terhadap pada teknologi informatika. Agama Islam,

Mencari

pemahaman sebuah hadis, para muhaddits sesungguhnya mendapatkan ujian berat. Di

bukan hanya harus mengkaji melalui pende- satu pihak, Islam sebagai agama universal

katan tekstual semata, melainkan juga semua dan diklaim sebagai pengatur seluruh aspek

cara-cara yang dengannya kebenaran itu kehidupan, dituntut untuk selalu relavan

dirasakan, dipahami, dielaborasi, dijustifikasi, dengan kemodernan tersebut. Sementara di

diberi wajah ortodoksi, dan dihayati dalam pihak lain, Islam juga dituntut untuk tidak

konteks, waktu dan ruang geografis tertentu. kehilangan jati dirinya sebagai aturan Allah

Untuk itu, mereka memerlukan metode yang sakral.

modern seperti pendekatan antropologi, Untuk

psikologi, sosiologi, semiotika, linguistik, memadaikah pendekatan yang selama ini

ekonomi, filsafat, dan ilmu pengetahuan yang berkembang di kalangan ulama atau pemikir

lain. ( Robert D. Lee ; 2000 : 171) untuk memahami Islam – terutama dalam hal

Kata “metode” berasal dari bahasa al-Hadits – agar senantiasa sejalan dan

Yunani methodos, yang berarti cara atau jalan mampu memberikan penyelesaian terbaik

(Fuad Hasan dan Koentjaraningrat ; 1997 : 16) terhadap persoalan umat manusia yang

. Dalam bahasa Inggris, kata ini ditulis method,

AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016

dan bangsa Arab menerjemahkannya dengn menghadapi persoalan ketika dihadapkan tharîqat dan manhaj. Dalam bahasa

pada kasus atau gagasan baru yang dibangun Indonesia, kata tersebut mengandung arti:

atas dasar epistemologi modern. Apalagi saat cara teratur

pemikiran tersebut lebih didominasi pola pikir melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai

pragmatis yang tegak di atas fondasi sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja

positivisme yang anti metafisis. Di sini nilai-nilai yang

ajaran hadis ditantang untuk memberikan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai

solusi yang logis-rasional namun tetap orisinal, tujuan yang ditentukan. ( Tim Penyusun

sehingga Islam tidak dituding sebagai agama Kamus Pusat Bahasa ; 2005 : 740).

yang mengajarkan kekerasan, teror dan Adapun kata “modernis”, dilihat dari akar

diskriminatif. Kebutuhan akan sebuah metode kata, merupakan bentukan dari kata “modern”

pemahaman hadis yang bersifat modernis ditambah akhiran “is”. Term “modern” berasal

mutlak dilakukan dengan berbagai metode dari bahasa Latin “ moderna” yang berarti

pendekatan, di antaranya adalah metode “sekarang, baru, atau saat ini”. Atas dasar itu,

pemahaman hadis secara intertekstual. manusia dikatakan modern sejauh kekinian menjadi pola kesadarannya.(Harun Nasution ;

B. Pemahaman

Hadis Secara

1975 : 2). Sedangkan akhiran “is” setelah kata

Intertekstual

“modern” menyatakan makna “memiliki sifat”. Secara bahasa, interteks terbentuk dari Jadi, dapat disimpulkan bahwa modernis

kata inter dan teks. Inter berarti jaringan atau berarti sesuatu yang bersifat kekinian. Jadi

hubungan sedangkan teks (textus, bahasa secara keseluruhan, dapat dipahami bahwa

latin) berarti tenunan, anyaman, penggabu- metode

ngan, susunan dan jalinan. Jadi interteks merupakan cara atau langkah-langkah

diartikan sebagai jaringan hubungan antara sistematis yang digunakan dalam memahami

satu teks dengan teks yang lain penelitian hadis Nabi melalui sudut pandang kekinian.

cara menemukan Dalam sejarah Islam, periode modern

dilakukan

dengan

hubungan-hubungan bermakna diantara dua dimulai sejak permulaan abad ke-19, yang

teks atau lebih. Hubungan yang dimaksud ditandai

tidak semata-mata sebagai persamaan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

sebaliknya sebagai modern ke dunia Islam. Kontak dengan dunia

melainkan

juga

pertentangan. Dan dapat di pahami kajian Barat pun selanjutnya membawa ide-ide baru

intertekstualitas adalah sebagai kajian ke dunia Islam seperti rasionalisme,

terhadap sejumlah teks (sastra), yang diduga nasionalisme, demokrasi, dan sebagainya.

mempunyai hubungan-hubungan tertentu. Semua ini menimbulkan persoalan-persoalan

Misalnya untuk menemukan unsur-unsur baru, dan pemimpin-pemimpin Islam pun

intrinsic seperti ide, gagasan, peristiwa, plot, mulai memikirkan cara mengatasi persoalan-

penokohan, gaya bahasa, dan lainnya, persoalan baru itu. (Harun Nasution ; 1975 : 2)

diantara teks yang dikaji. Metode ini Solusinya, umat Islam tidak bisa lagi

(interpretasi intertekstual) pertama kali hidup ekslusif, monolitis, dan diskriminatif.

dikemukakan oleh Mikhail Bakhtin, seorang Dalam pemahaman hadis misalnya, ajaran

filusuf rusia yang mempunyai minat besar dalam hadis yang dibangun atas dasar

Dan kemudian epistemologi era klasik (teosentris, negara

terhadap

sastra.

dikembangkan oleh Julia Kristeva, interpretasi teologis, homogen, ekslusif) tentu banyak

intertekstual yang pada intinya ia pahami

Zailani; Metode Intertekstual Dalam memahami Hadis Nabi

sebagai hubungan suatu teks dengan teks Sedangkan hadis adalah penjelas atas lain.

prinsip-prinsip al-qur’an. Oleh karena itu, Penggunaan

makna hadis dan signifikansi kontekstua- intertekstual dalam kajian hadis dapat juga

istilah

interpretasi

lnya tidak bisa bertentangan dengan al- disebut Memahami hadis Nabi secara

qur’an.

intertekstual artinya memahami hadis dan Jika terjadi pertentangan, maka hal hubungannya ( munasabah) dengan ayat al-

itu bisa terjadi karena hadis tersebut tidak Qur’an atau hadis dengan hadis lain, atau

sahih, atau pemahamannya yang tidak dengan ketentuan yang lainnya

tepat, atau yang diperkirakan sebagai Menurut Yusuf Qardhawi, untuk

pertentangan itu bersifat semu dan bukan memahami hadis dengan baik, hadis tersebut

hakiki. Jika hal itu terjadi, maka tugas haruslah dikorelasikan dengan yang lainnya.

seorang muslim adalah mentawqufkan Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut :

hadis yang di lihatnya bertentangan

1. Memahami Hadis Sesuai Petunjuk dengan ayat al-Qur’anyang muhkam Al-Qur’an

selama tidak ada penafsiran yang dapat Untuk memahami sunnah dengan baik,

diterima.

jauh dari penyimpangan, pemalsuan, dan Atas dasar itu, hadis palsu yang pentakwilan yang keliru, kita harus 1 dikenal dengan hadis gharaniq

memahaminya sesuai dengan petunjuk al- sebagaimana sabdanya : qur’an, yaitu bingkai tuntunan-tuntunan illahi yang kebenarannya dan keadilan

bersifat pasti,

“ Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu

(al-Qur’an) sebagai kalimat yang yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat

mengubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia- lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (al-An’am :115)

1 Hadis gharaniq adalah hadis yang

Al-Qur’an adalah roh eksistensi Islam

menyebutkan bahwa Nabi SAW. Ketika di Mekah,

dan asas bangunannya. Ia adalah

membaca QS An-Najm dan ketika sampai ke ayat ke

knstitusi illahi yang menjadi rujukan bagi

19 dan 20, “…maka apakah pantas kamu(wahai

setiap perundang-undangan dalam Islam. anak-anak perempuan Allah)…” setan menambahkan melalui lisan Nabi SAW.”…itulah berhala Adapun sunnah Nabi adalah penjelasan -berhala

(gharaniq) yang mulia dan syafaat mereka sangat

terinci bagi konstitusi tersebut, baik secara

diharapkan”. Tambahan kalimat itu didengar oleh

teoritis maupun praktis. (Yusuf Qardhawi ;

kaum musyrik sehingga mereka kegirangan,”

sungguh muhammad sebelum ini tidak pernah

Memahami hadis sesuai petunjuk al- menyebut tuhan-tuhan kita dengan sebutan baik”. Qur’an didasarkan pada argumentasi Lalu, ketika Nabi sujud, mereka pun ikut sujud. Tak

lama kemudian, jibril datang, “aku tidak pernah

bahwa al-Qur’an adalah sumber utama

membawa wahyu seperti itu. Itu berasal dari syetan".

yang menempati tempat tertinggi dalam Bunyi hadis ﻢﮭﺘﻋﺎﻔﺷ نإ و ﻰﻠﻌﻟا ﻖﯿﻧاﺮﻐﻟا ﻲھ ﻚﻠﺗ keseluruhan system doktrial Islam.

AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016

Artinya: لﻮﺳر ﻦﻣ “Maka apakah patut kamu (hai ﻚﻠﺒﻗ ﻦﻣ ﺎﻨﻠﺳرأ ﺎﻣو } ﻞﺟ و ﺰﻋ ﷲا

orang-orang musyrik) menganggap Al-

ﻩاور) . Latta dan Al-Uzza, dan manat yang {نﺎﻄﻴﺸﻟا ﻰﻘﻟأ ﲎﲤ اذإ ﻻإ ﱯﻧ ﻻو

ketiga, yang paling terkemudian (sebagai

.(ﱐاﱪﻄ anak perempuan Allah)? Apakah (patut) ﻟا

(al-Thabraniy ; 1983 : 12/53) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk

Allah (anak) perempuan? Yang demikian Dari Ibn Abbas bahwa sesung- itu tentulah suatu pembagian yang tidak guhnya Rasulullah membaca surat An- adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama Najm dan ketika sampai ke ayat ke 19 yang kamu dan bapak-bapak kamu dan 20, “(maka apakah pantas kamu mengada-adakannya; Allah tidak menu- (wahai orang-orang musyrik) mengang- runkan suatu keterangan pun untuk gap al-Lata dan al-‘Uzza. Dan Manah (menyembah)nya. Mereka tidak lain yang ketiga, yang paling terakhir (sebagai hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, anak perempuan Allah))” maka syaitan dan apa yang diingini oleh hawa nafsu menambahkan pada lisannya : “Itulah mereka, dan sesungguhnya telah dating berhala-berhala (gharaniq) yang mulia petunjuk kepada mereka dari Tuhan dan syafaat mereka sangat diharapkan”. mereka” (QS An-Najm: 19-23) Tambahan kalimat itu didengar oleh

mungkin dalam kaum

Bagaimana

musyrik sehingga

mereka

konteks ayat yang berisi celaan dan kegirangan,”. Lalu, ketika Nabi sujud,

terhadap berhala-berhala mereka pun ikut sujud. Tak lama tersebut, ada ungkapan yang memuji kemudian, jibril datang, “aku tidak pernah mereka, yaitu kalimat, itulah berhala- sebelumnya membawa wahyu seperti itu. berhala (gharaniq) yang mulia dan syafaat Kecuali semua itu berasal dari syetan". mereka sangat diharapkan. (HR. Al-Thabraniy). Yusuf Qardhawi menyangkal hadis Hadis ini harus ditolak karena ini, menurutnya, sungguh mustahil dalam bertentangan dengan al-Qur’an yang

kecaman

ayat-ayat yang berisi mengancam kaum musyrik berkenaan penyangkalan dan kecaman keras dengan “tuhan-tuhan mereka yang terhadap patung-patung itu terdapat palsu”:

runtutan

sisipan . yang memujinya (Yusuf

Qardhawi, Al-Madkhal ; 2007 : 155)

2. Menghimpun Hadis-Hadis yang Satu

ْﻢُﺘْـﻧَأ ﺎَﻫﻮُﻤُﺘْﻴﱠَﲰ ٌءﺎَْﲰَأ ﱠﻻِإ َﻲِﻫ ْنِإ Tema.

Upaya

memahami sunnah,

ﱠﻻِإ َنﻮُﻌِﺒﱠﺘَـﻳ ْنِإ ٍنﺎَﻄْﻠُﺳ ْﻦِﻣ ﺎَِ ُﻪﱠﻠﻟا َلَﺰْـﻧَأ ﺎَﻣ ْﻢُﻛُؤﺎَﺑَآَو menurut Yusuf Qardhawi, dapat dilakukan

dengan menghimpun hadis-hadis shahih

ُﻢِﱢَر ْﻦِﻣ ْﻢُﻫَءﺎَﺟ ْﺪَﻘَﻟَو ُﺲُﻔْـﻧَْﻷا ىَﻮْﻬَـﺗ ﺎَﻣَو ﱠﻦﱠﻈﻟا yang berkaitan dengan tema tertentu.

Setelah

penghimpunan hadis-hadis setema, langkah berikutnya adalah

mengembalikan kandungannya yang mutasyabih kepada yang muhkam, mengaitkan yang mutlaq dengan yang

Zailani; Metode Intertekstual Dalam memahami Hadis Nabi

muqayyad dan menafsirkan yang ‘am dengan yang khas.

Metode ini merupakan kenisca- (Shaheh Bukhari : V/2182) yaan oleh karena hadis berfungsi sebagai

Dari Abi Hurairah ra, dari Nabi SAW, penafsir al-Qur’an dan penjelas makna-

beliau bersabda : Kain yang melewati maknanya dengan merinci, menafsirkan,

mata kaki akan membawa ke neraka. mengkhususkan dan membatasi apa

(HR. Al-Bukhari).

yang dinyatakan oleh al-qur’an, maka sudah barang tentu ketentuan-ketentuan

Kemudian hadis

ini pula yang di terapkan antar hadis. Contoh yang diangkat oleh Yusuf

Qardhawi untuk memperjelas upaya ini adalah tema tentang hukum memakai

sarung sampai di bawah mata kaki. Langkah pertama adalah mengemu-

kakan beberapa hadis tentang celaan (al-Nasa’i (1428) : VIII/207) terhadap orang yang mengenakan sarung

Abu Ya’qub menceritakan kepada kami sampai di bawah mata kaki. Di antara

bahwa ia pernah mendengan Abi hadis tersebut adalah :

Hurairah berkata, Rasulullah SAW

َلﺎَﻗ bersabda : Kain yang melewati mata kaki - ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ - ﱢِﱮﱠﻨﻟا ِﻦَﻋ ﱟرَذ ِﰉَأ ْﻦَﻋ

adalah penyebab masuk neraka. (HR. Al-

َﻻ ىِﺬﱠﻟا ُنﺎﱠﻨَﻤْﻟا ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟا َمْﻮَـﻳ ُﻪﱠﻠﻟا ُﻢُﻬُﻤﱢﻠَﻜُﻳ َﻻ ٌﺔَﺛَﻼَﺛ Nasa’i). »

Kemudian menyebutkan hadis-

ِﺮِﺟﺎَﻔْﻟا hadis yang berkaitan dengan orang- ِﻒِﻠَْﳊﺎِﺑ ُﻪَﺘَﻌْﻠِﺳ ُﻖﱢﻔَـﻨُﻤْﻟاَو ُﻪﱠﻨَﻣ ﱠﻻِإ ﺎًﺌْﻴَﺷ ﻰِﻄْﻌُـﻳ

orang yang mengenakan sarung sampai

. di bawah mata kaki tanpa dibarengi ﻢﻠﺴﻣ ﻩاور .« ُﻩَراَزِإ ُﻞِﺒْﺴُﻤْﻟاَو

kesombongan. Sebagaimana sabdanya :

(Shaheh Muslim : I/177)

ﻰﻠﺻ - ﱠﱯﻨﻟا ﱠنأ : ﺎﻤﻬﻨﻋ ﷲا ﻲﺿر ﺮﻤﻋ ﻦﺑا ﻦﻋ

“ Dari Abi Tsar dari Nabi SAW, ia berkata ; “Tiga kelompok manusia pada hari kamat

َْﱂ َءﻼَﻴُﺧ ُﻪَﺑْﻮَـﺛ ﱠﺮَﺟ ْﻦَﻣ ) : َلﺎَﻗ ، - ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا

Allah tidak akan berbicara dengan mereka, yaitu : “ Orang yang menyebut-

nyebut kebaikannya, yaitu ia tidak memberi melainkan untuk disebut-

sebutnya. Orang

yang

menjual

dagangannya dengan berdusta dan bersumpah, dan orang yang memakai

kain hingga melewati mata kakinya. (HR. Muslim).

(Shaheh Bukhari : V/2181) Hadis tersebut didukung oleh hadis :

Dari Ibn Umar ra, bahwasanya Nabi

ﷲا ﻰﻠﺻ ﱯﻨﻟا ﻦﻋ : ﻪﻨﻋ ﷲا ﻲﺿر ةﺮﻳﺮﻫ ﰊأ ﻦﻋ SAW, beliau bersabda : barangsiapa

yang memanjangkan kainnya karena

َﻦِﻣ sombong, maka Allah tidak akan ِْﲔَـﺒْﻌَﻜﻟا َﻦِﻣ ﻞَﻔْﺳأ ﺎَﻣ ) : لﺎﻗ ﻢﻠﺳ و ﻪﻴﻠﻋ

memandangnya pada hari kiamat. Abu

AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016

Bakar berkata “ ya Rasulullah, sebelah pertentangan tersebut dapat dihilangkan ujung kainku panjang ke bawah, tapi aku

dengan cara menggabungkan atau akan perhatikan hal itu “. Rasulullah SAW

menyesuaikan antara kedua nash, hal itu menjawab : engkau tidak termasuk orang

lebih baik daripada mentarjihkan antara yang pasang aksi dan sombong. (HR. Al-

keduanya. Sebab, pentarjihan berarti Bukhari).

mengabaikan salah satu dari keduanya Selanjutnya ia menampilkan

dan memperioritaskan yang lainnya. hadis-hadis yang menjelaskan tentang

Contoh hadisnya adalah hadis celaan terhadap orang yang menjulurkan

Salamah yang sarung

tentang

Ummu

diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at- kesombongan. (Yusuf Qardhawi, Kaifa :

Tirmidzi yang mengharamkan seorang 103-109).

wanita melihat laki-laki sekalipun laki-laki Disamping itu, Yusuf Qardhawi juga

itu buta. Hadis tersebut bertentangan mengungkapkan penjelasan-penjelasan dari

dengan hadis Aisyah dan Fatimah binti berbagai ulama, di antaranya Ibn Hajar dan al-

Qais yang keduanya dinilai shahih: Nawawi. Pada akhirnya menyimpulkan dengan

dalalahnya muthlaq pada hadis yang dalalahnya muqayyad, bahwa ancaman

terhadap perbuatan menjulurkan sarung itu terbatas kepada orang yang melakukannya

karena kesombongan dan kebanggaa diri saja. Jika menjulurkan sarung karena adat

ﱢمُأ ُﻦْﺑا َﻞَﺒْـﻗَﺄَﻓ ُﺔَﻧﻮُﻤْﻴَﻣ ُﻩَﺪْﻨِﻋَو - ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ

kebiasaan maka tidak termasuk sasaran ancaman. Yang menjadi perhatian agama,

dalam hal ini, adalah niat dan motivasi batiniah

ﺎَﻳ ﺎَﻨْﻠُﻘَـﻓ .« ُﻪْﻨِﻣ ﺎَﺒِﺠَﺘْﺣا » - ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ

yang berada di balik perbuatan lahiriyah. Hal yang sangat ditentang oleh agama adalah

kesombongan, kebanggaan diri, keangkuhan, sikap merendahkan orang lain, dan penyakit-

ﺎَﻤُﺘ ْـﻧَأ ِناَوﺎَﻴْﻤَﻌَـﻓَأ » - ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ - ﱡِﱮﱠﻨﻟا

penyakit jiwa lainnya. Di samping itu, urusan model dan bentuk pakaian terkait dengan

tradisi dan kebiasaan manusia, yang seringkali (Abu Daud ; 1422 : IV/99) berbeda-beda sesuai perbedaan iklim antara Artinya: “ Muhammad bin al’Ala’ panas dan dingin, antara kaya dan miskin, menceritakan kepada kami, ibn Mubarrak antara yang mampu dan tidak, jenis pakaian, menceritakan kepada kami dari Yunus tingkat kehidupan, dan berbagai pengaruh dari al-Zuhri ia berkata Nabhan maula Ibn lainnya. (Yusuf Qardhawi, Pengantar...; Salamah menceritakan kepada kami d ari 2007:178-179) Ummu Salamah, katanya, Aku dan

Maimunah bersama Rasulullah SAW.

Lalu Ibn Ummu Maktum datang. Waktu Hadis-Hadis Yang Bertentangan itu telah turun perintah tentang hijab. Pada prinsipnya, nash-nash syariat yang Rasulullah berkata

kepada kami, benar tidak mungki bertentangan. Apabila

‘berhijablah kalian dihadapannya!’ kami

Zailani; Metode Intertekstual Dalam memahami Hadis Nabi

bertanya,’ ya Rasulullah, bukankah dia buta, tidak bisa melihat dan mengenali

kami?’ Nabi SAW menjawab,’apakah kalian berdua juga buta. Bukankah kalian

dapat melihatnya?” Hadis ini-sekalipun dipandang

sahih oleh at-tirmidzi dalam sanadnya terdapat

Salamah. Ia seorang yang tidak dikenal

identitasnya ( majhul) dan tidak dianggap terpercaya ( tsiqah), kecuali oleh Ibnu

Hibban (w. 354 H). Adz-Dzahabi (w. 748

H) dalam Al-Mughni memasukkannya ke

dalam perawi yang dhaif. Hadis ini bertentangan dengan

ُﻪَﻟ َﻚِﻟَذ ْتَﺮَﻛَﺬَﻓ - ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ

hadis Al-Bukhari dan muslim, yang membolehkan seorang wanita melihat

wanita yang bukan muhrimnya .

(al-Bukhari : I/187)

Artinya: “dari aisyah, katanya, Nabi menutupiku dengan selendangnya

ketika aku sedang melihat orang- orang Habasyah sedang bermain di

ﷲا ﻰﻠﺻ - ِﻪﱠﻠﻟا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻘَـﻓ . ِﱏﺎَﺒَﻄَﺧ ٍﻢْﻬَﺟ

masjid” Al-Qadhi Iyadh (w. 544 H)

ُﻊَﻀَﻳ َﻼَﻓ ٍﻢْﻬَﺟ ﻮُﺑَأ ﺎﱠﻣَأ » - ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ

berkata, “hadis ini membolehkan wanita melihat pekerjaan yang

dilakukan kaum laki-laki yang bukan mahram. Adapun yang tidak disukai .

adalah memandang bagian-bagian (Muslim : X/98) tubuh

menikmatinya.” Hal ini dikuatkan Yahya bin Yahya menceritakan kepada oleh hadis Al-Bukhari dan Muslim

kami, ia berkata saya membacakan dari Fatimah Binti Qais bahwa Nabi

kepada Malik dari Abdullah bin Yazid SAW berkata kepadanya, ketika dia

maula al-Aswad bin Sufyan dari Abi diceraikan oleh suaminya :

Salamah bin Abdurrahman dari Fatimah binti Qais bahwa sesungguhnya Aba ‘Amr bin Hafshin telah menalaknya

AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016

dengan talak tiga padahal ia tidak hadir jalan penggabungan antara hadis yang (pada waktu menalaknya), dan ia hanya

lemah dengan yang shahih. mengutus

Al-Qurthubi (w. 671 H) berko- mewakilinya, maka ia sangat murka

seseorang

sebagai

mentar: sebagian ulama menjadikan dengan keadaan tersebut, maka ia

hadis ini sebagai dalil bahwa wanita boleh berkata “demi Allah tidak ada lagi bagi

tubuh laki-laki, kamu pada kami dari sesuatu”. Maka ia

melihat

bagian

sebagaimana yang boleh dilihat laki-laki menemui

atas wanita, seperti kepala, tempat menceritakan hal yang dialaminya, lalu

anting-anting. Rasul berkata “ Tidak ada lagi bagi

menggantungkan

Sementara bagian yang termasuk aurat engkau terhadap suamimu nafkah”, lalu

tetap tidak boleh.

Rasul menyuruhnya untuk tinggal di rumah Ummi Syarik selama masa ‘iddah,

4. Memahami Hadis Sesuai Latar nabi berkata karena ia (ummi Syarik)

Belakang, Situasi, Kondisi, Dan adalah seorang perempuan yang

Tujuan

dikelilingi shahabatku (engkau akan Untuk memahami hadis secara tepat merasa aman tinggal di situ), atau kalau

dibutuhkan pengetahuan tentang sebab- tidak tinggallah di rumah Ummi Maktum

sebab khusus yang melatarbelakangi karena ia laki-laki buta sehingga engkau

sehingga dapat dapat menanggalkan bajumu karena ia

timbulnya

hadis,

ditemukan illat yang menyertainya. Kalau tidak melihat” Apabila masa ‘iddahmu

dipertimbangkan, maka habis, maka datnglah kepadaku kembali.

ini

tidak

pemahaman akan menjadi salah dan jauh Ketika masa ‘iddahnya habis, maka

dari tujuan syari‘. Hal ini mengingat hadis Fatimah bin Qais menemui Rasul dan

Nabi merupakan penyelesaian terhadap menceritakan bahwa Mu’awiyah bin Abi

problem yang bersifat local, particular, dan Sofyan

temporal. Dengan mengetahui hal ini, meminangnya. Rasulullah SAW berkata “

seseorang dapat melakukan pemilahan adapun Abu Jahm ia adalah seorang

antara yang umum, sementara dan abadi, yang pemarah, sedangkan Mu’awiyah, ia

dan antara yang universal dengan adalah orang susah yang tidak memiliki

particular. Dalam pandangan Yusuf al- harta, oleh karena itu nikahlah dengan

Qardhawi, jika kondisi telah berubah, dan Usamah bin Zaid”. (HR. Muslim)

tidak ada illat lagi, maka hukum yang Dalam mengomentari hadis Ummu

bersinggungan dengan suatu nash akan salamah di atas, Imam Al-Qurthubi (w.

gugur. Demikian juga dengan hadis yang 671 H) berkata,”kalau kita mengandalkan

berlandaskan suatu kebiasaan bersifat kesahihannya, hal itu menunjukkan sikap

temporer yang berlaku pada masa Nabi keras Rasulullahatas istri-istrinya dalam

dan mengalami perubahan pada masa menjaga

kini, maka yang dipegangi adalah maksud sebagaimana dalam masalah hijab, oleh

kehormatan

mereka,

yang dikandungnya dan bukanlah karena itu, yang menjadi pegangan

pengertian harfiyah.

adalah makna hadis sahih bahwa Nabi

Contohnya:

SAW memerintahkan Fatimah binti Qais untuk melewati masa iddah di rumah Ummu Maktum. Ini berarti dilakukannya

Zailani; Metode Intertekstual Dalam memahami Hadis Nabi

ٍمْﻮَﻘِﺑ ﱠﺮَﻣ keahlian itu bersifat universal. (Syuhudi - ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ - ﱠِﱮﱠﻨﻟا ﱠنَأ ٍﺲَﻧَأ ْﻦَﻋ

Ismail ; 1994 : 58)

َجَﺮَﺨَﻓ َلﺎَﻗ Contoh lainnya, seperti hadis: .« َﺢُﻠَﺼَﻟ اﻮُﻠَﻌْﻔَـﺗ َْﱂ ْﻮَﻟ » َلﺎَﻘَـﻓ َنﻮُﺤﱢﻘَﻠُـﻳ

(Muslim : II/340)

Dari Anas bahwa Nabi SAW pernah (al-Bukhari : III/1098) melewati suatu kaum yang sedang mengawinkan pohon kurma, lalu beliau

Dari Ibn Abbas r.a. bahwa bersabda: “Sekiranya mereka tidak

sesungguhnya ia mendengar nabi SAW melakukannya, kurma itu akan (tetap)

bersabda (tidak boleh seorang laki-laki baik”. Tapi setelah itu, ternyata kurma

berduaan dengan seorang perempuan di tersebut tumbuh dalam keadaan rusak.

tempat yang sungi, dan tidak pula boleh Hingga suatu saat Nabi SAW melewati

seorang perempuan bepergian jauh mereka lagi dan melihat hal itu beliau

seorang mahram bertanya: ‘Ada apa dengan pohon kurma

kecuali

ada

bersamanya. (HR. Al-Bukhari) kalian? Mereka menjawab; Bukankah

Hadis ini kurang tepat kalau anda telah mengatakan hal ini dan hal

dimaknai setiap perempuan (kapan dan itu? Beliau lalu bersabda: ‘Kalian lebih

dimanapun) tidak boleh bepergian sendiri, mengetahui urusan dunia kalian’ (HR

ia harus disertai mahram. Illat hadis ini Muslim).

sesungguhnya ialah kekhawatiran akan Hadis ini tidak tepat apabila

terjadi fitnah dan bahaya bagi perempuan dimaknai, untuk urusan dunia, Rasul

yang bepergian sendiri dengan melewati menyerahkan sepenuhnya kepada umat

padang pasir serta banyaknya penyamun Islam, karena dalam berbagai bidang:

diperjalanan. Karena itu ketika kondisi ekonomi, sosial,politik dll. Rasul SAW telah

telah aman dan kekhawatiran telah sirna, memberikan garis yang jelas. Hadis ini

tidaklah mengapa perempuan bepergian harus dipahami menurut sebab khusus

sendiri.

yang menyertainya, yakni bahwa untuk urusan penyerbukan kurma, maka para

5. Membedakan Antara Sarana Yang petani Madinah memang lebih ahli

Berubah Dan Tujuan Yang Tetap ketimbang Rasul. Maksud hadis Nabi

Untuk menghindari kesalahan dalam terhadap keahlian profesi ataupun

hadis, harus dapat keahlian lainnya. Jadi, para petani lebih

memahami

membedakan sarana dan sasaran atau mengetahui tentang dunia pertanian

tujuan. Kesalahan terbanyak biasanya daripada mereka yang bukan petani. Para

menganggap sama keduanya. Tujuan pedagang lebih mengetahui dunia

itulah yang seharusnya menjadi tuntunan perdagangan daripada para petani.

kita bukan sarana, yang setiap waktu Petunjuk Nabi tentang penghargaan

dapat berubah.

terhadap keahlian profesi atau bidang

AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016

Contohnya: majaz (kiasan, metafor). Dalam ilmu

ﺎَﻣ balaghah dinyatakan bahwa ungkapan ُﺮْـﻴَﺧ َلﺎَﻗ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ﱠِﱯﱠﻨﻟا ﱠنَأ ٍﺲَﻧَأ ْﻦَﻋ

dalam bentuk majaz, lebih berkesan

ketimbang dalam dalam bentuk اﻮُﺑﱢﺬَﻌُـﺗ َﻻَو ﱡيِﺮْﺤَﺒْﻟا ُﻂْﺴُﻘْﻟاَو hakiki ُﺔَﻣﺎَﺠِْﳊا ِﻪِﺑ ْﻢُﺘْـﻳَواَﺪَﺗ

(biasa). Adapun rasul yang mulia adalah

. seorang penutur bahasa arab yang paling ِﺰْﻤَﻐْﻟﺎِﺑ ْﻢُﻜَﻧﺎَﻴْـﺒِﺻ ) ﺪﲪا ﻩاور .(

menguasai balaghah. Ucapan-ucapannya (Ahmad bin Hanbal ; 1416 : XIX/102)

adalah bagian dari yang diwahyukan maka tidak mengherankan jika dalam

Dari Anas bahwa sesungguhnya hadis-hadisnya, beliau banyak mengguna- nabi SAW bersabda sebaik-baik obat

kan majaz, untuk mmengung-kapkan adalah berbekan dan sejenis kekayuan

maksud beliau dengan cara yang dari laut, dan janganlah kamu menyakiti

mengesankan.

anak kamu dengan celaan. (HR. Ahmad) Pengertian majaz disini mencakup Hadis ini memberitahukan bahwa

majaz lughawi, ‘aqli, isti’arah, kinayah, dan sebaik-baik

berbagai ungkapan lainnya yang tidak Berbekam ini merupakan sarana, jadi

menunjukkan makna sebenarnya secara ketika telah ditemukan obat yang lebih

langsung, tetapi hanya dapat difahami baik, berbekam tidak lagi dianggap yang

dengan berbagai macam pendekatan terbaik, dan ini tidak menyalahi hadis.

indikasi yang menyertainya, baik yang Menurut Yusuf al-Qardhawi, resep yang

bersifat tekstual maupun kontekstual. disebutkan dalam hadis ini bukanlah “roh”

keadaan tertentu, dari pengobatan Nabi SAW. Roh nya

Dalam

adakalanya pemahaman berdasarkan adalah memelihara kesehatan dan

majaz merupakan suatu keharusan. Jika kehidupan manusia, keselamatan tubuh,

tidak difahami dalam makna majaz, artinya kekuatan serta haknya untuk beristirahat

akan menyimpang dari makna yang akan jika lelah, dan berobat jika sakit. Berobat

dimaksud dan akan menjerumuskan tidak bertentangan dengan keimanan

dalam kekeliruan. Ketika Rasulullah SAW pada takdir ataupun tawakkal kepada

berkata kepada istri-istrinya: Allah.

Sarana itu selalu berubah dari

waktu ke waktu, dari satu tempat ke tempat yang lain. Bahkan sarana itu mesti

berubah. Apabila hadis menentukan sarana tertentu, hal ini dimaksudkan untuk

menjelaskan suatu realita, bukan untuk mengikat kita dengannya, ataupun

ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ - ِﻪﱠﻠﻟا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ ْﺖَﻟﺎَﻗ َﲔِﻨِﻣْﺆُﻤْﻟا

menutup kita dengan sarana lainnya. ( Yusuf al-Qardhawi, Pengantar ... : 220)

ْﺖَﻟﺎَﻗ .« اًﺪَﻳ ﱠﻦُﻜُﻟَﻮْﻃ َأ ِﰉ ﺎًﻗﺎََﳊ ﱠﻦُﻜُﻋَﺮْﺳَأ » - ﻢﻠﺳو

6. Membedakan Antara Ungkapan

Yang Haqiqah Dan Majaz

menggunakan ungkapan dalam bentuk (Muslim : VII/144)

Zailani; Metode Intertekstual Dalam memahami Hadis Nabi

Artinya: Mahmud bin Ghailan Abu Ahmad makhluk yang tidak dapat diindra, alam menceritakan kepada kami, al-Fadhl bin

kubur, kehidupan akhirat termasuk mizan, Musa al-Sinaniy menceritakan kepada

Hadis-hadis yang kami, Thalhah bin Yahya bin Thalhah

masyar,

hisab.

berkualitas sahih mengenai hal semacam menceritakan kepada kami dari ‘Aisyah bin

ini, bagi yusuf qardhawi tetaplah wajib Thalhah dari ‘Aisyah Umm al-Mu’minin ia

diterima. Tidak dibenarkan menolak hadis- berkata, Rasulullah SAW bersabda “yang

hadis tersebut hanya karena tidak bisa paling cepat menyusulku diantara kalian-

dialami oleh manusia (pengalaman sepeninggalku- adalah yang paling

empiris). Selama masih dalam batas panjang tangannya” maka kami berusaha

kemungkinan menurut akal, tetaplah bisa memanjangkan tangan kami. Ia berkata

diterima. (Yusuf Qardhawi , Pengantar... : orang yang paling panjang tangannya di

antara kami adalah Zainab karena dia

Contohnya:

seorang yang rajin berusaha dengan tangannya dan rajin bershadaqah. (HR.

Muslim) Mereka mengira yang dimaksud

adalah orang yang tangannya paling panjang. Karena itu, seperti yang

ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ - ﱢِﱮﱠﻨﻟا ِﻦَﻋ - ﻪﻨﻋ ﷲا ﻰﺿر

dikatakan Aisyah r.a; mereka saling mengukur, siapa diantara mereka yang

tangannya paling panjang. Bahkan,

menurut beberapa riwayat, mereka

mengambil sebatang bambu untuk ( Al-Bukhari : XI/397) mengukur tangan siapakah yang paling

panjang? Artinya: telah menceritakan kepada kami Padahal, Rasulullah SAW tidak

al-Mukmin, telah bermaksud seperti itu. Yang dimaksud

Rauh bin Abd

menceritakan kepada kami Yazid bin dengan sabda beliau” tangan yang paling

Zurai’ telah menceritakan kepada kami panjang” ialah yang paling baik dan

Sa’id dari Qatadah dari Anas bin Malik ra. dermawan. Sabda Nabi SAW ini memang

dari Nabi SAW, ia bersabda :“Di surga sesuai dengan fakta di kemudian hari. Di

terdapat sebuah pohon yang jika seorang antara istri-istri beliau yang paling cepat

pengendara melewati dibawahnya selama meninggal dunia-setelah beliau-adalah

seratus tahun, maka tidak cukup untuk Zainab binti Jahsy r.a. ia dikenal sebagai

menempuhnya”

wanita yang sangat terampil, bekerja dengan kedua tangannya dan suka

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Al- bersedekah. (Yusuf al-Qardhawi, Kaifa.. :

Bukhari dan muslim dari Sahl bin sa’d, Abu 155)

Said dan Abu Hurairah. Al-Bukhari juga meriwayatkan dari Anas. Karena itu, ketika

7. Membedakan Yang Ghaib Dan Yang menafsirkan firman Allah: ٍدو ُد ْﻣ َﻣ ﱟل ِظ َو ( dalam Nyata

naungan yang terbentang luas QS al- Jika melihat kandungan hadis, ada banyak

waqi’ah: 30), Ibn Katsir (w. 774 H) hadis-hadis yang berbicara tentang hal-hal

menyebutkan bahwa hadis itu benar- ghaib. Diantaranya, mengenai makhluk-

benar berasal dari rosulullah SAW; bahkan

AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016

termasuk hadis mutawatir yang dipastikan Karena itu kata-kata tersebut tidak keshahihannya menurut penilaian para

boleh dimaknai sebagaimana makna pakar hadis.

yang berkembang sekarang, tetapi harus Secara lahiriyah, seratus tahun

dikembalikan pada makna aslinya. yang dimaksud dalam hadis di atas adalah

Teknologi fotografi ini belum ada dan tidak menurut ukuran dunia. Dan tidak ada yang

dikenal pada masa Nabi, maka tidak mengetahui perbandingan antara waktu

mungkin ditujukan pada ahli foto. Jadi, didunia dan waktu disisi Allah, selain Allah

memasukkan ancaman kepada ahli foto SWT. Dalam Al-qur’an disebutkan :

tidaklah tepat. Dan inilah yang membuat

نوﱡﺪُﻌَـﺗ ﺎﱠِﳑ ٍﺔَﻨَﺳ ِﻒْﻟَﺄَﻛ َﻚﱢﺑَر َﺪْﻨِﻋ ﺎًﻣْﻮَـﻳ ﱠنِإَو Yusuf al-Qardhawi berhati-hati dalam

memastikan makna suatu kata tertentu Artinya: “dan sesungguhnya satu hari di

dalam hadis.

sisi Tuhanmu seperti seribu tahun dalam perhitungan”(QS. Al-Hajj: 47)

Sementara itu dalam memahami hadis tersebut juga dapat dilakukan dengan Apabila hadis tersebut shahih, kita

menggunakan beberapa pendekatan, yaitu hanya dapat berkata dengan penuh

antara lain :

keyakinan, “kami

1. Pendekatan Linguistic membenarkannya”

percaya

dan

bahasa dalam upaya bahwa di akhirat ada aturan tersendiri

mengetahui kualitas hadits tertuju pada yang berbeda dengan tatanan di dunia.

beberapa objek. Pertama,struktur bahasa artinya apakah susunan kata dalam matan

8. Memastikan Makna

hadits yang menjadi objek penelitian sesuai Dalam Hadis

Kata-Kata

dengan kaedah bahasa Arab atau Memastikan makna dan konotasi kata-

tidak? Kedua, kata-kata yang terdapat kata sangat penting dalam memahami

dalam matan hadits, apakah mengguna-kan sebuah hadis. Sebab, konotasi kata-kata

kata-kata yang lumrah dipergunakan dalam tertentu adakalanya berubah dari suatu

bahasa arab pada masa nabi Muhammad masa ke masa lainnya, dari suatu

saw atau menggunakan kata-kata baru lingkungan ke lingkungan lainnya.

yang muncul dan dipergunakan dalam Contohnya ialah pemaknaan kata kata

literature arab modern? Ketiga, matan hadits tersebut

رﻮﺼﻣ bahasa

dan ﺮﻳﻮﺼﺗ

menggambarkan

kenabian. Keempat, menelusuri makna kata Yang banyak ditemukan dalam teks-teks

tersebut ketika diucapkan oleh Nabi saw hadis shahih, yang maksudnya ialah

sama makna yang dipahami oleh pembaca menggambar dan penggambar yang ( atau peneliti. Bustamin M. Isa H. A. Saman ;

ada bayang-bayangnya, dan sekarang

dikenal dengan kata memahat dan Terkadang suatu riwayat berasal dari pemahat. Padahal dengan berkemba-

Rasulullah SAW, tidak bertentangan ngnya bahasa, saat ini kata tashwir dan

dengan nash Al-Qur’an atau sunnah yang mushawwir, yang dalam hadis akan

shahih, akal, indera (kenyataan), atau diancam dengan ancaman yang sangat

sejarah, tetapi riwayat tersebut tidak seperti pedih itu diartikan memotret dan

perkataan kenabian, maka tidak dapat kita memotret /fotografer.

Zailani; Metode Intertekstual Dalam memahami Hadis Nabi

terima. (Salahuddin ibn Ahmad al-adlabi ; melakukan kritik hadits yangdiketahui 2004 : 270)

memakai asbab wurud. Oleh karena itu, Umpamanya perkataan tashwir (mengga

ini dinamakan mbar/ melukis) yang tersebut dalam hadits-

tema

pembahasan

pendekatan sejarah. (Bustamin, M. Isa H. hadits shahih yang muttafaqqun ‘alaih. Apa

A. Salam : 85)

yang dimaksud dengan siksa yang berat?

wurud al-hadits ada Orang-orang yang biasa begumul

Fungsi asbab

tiga. Pertama, menjelaskan makna hadits dengan hadits dan fiqh menganggap

melalui takhsish al-‘am, taqyid, tafsil al- ancaman ini berlaku kepada mereka yang

mujmal, al-nasikh wa al-mansukh, bayan dikenal sekarang dengan istilah fotografer

illat al-hukm, dan taudhih al-musykil. Kedua, (dalam bahasa arab disebut روﺻﻣﻟا ). Alat

mengetahui kedudukan Rasulullah pada yang digunakan itu disebut kamera dan

saat kemunculan hadits, apakah sebagai mengambil bentuk yang dinamakan foto

rasul, sebagai qadhi, dan mufti, sebagai (dalam bahasa arab ةروﺻ ).

pemimpin suatu masyarakat atau sebagai Apakah penamaan ini yaitu menamakan

manusia biasa. Ketiga, mengetahui situasi fotografer sebagai mushawwir dan

dan kondisi suatu masyarakat saat hadits pekerjaannya tashwir adalah penamaan

itu disampaikan.

menurut bahasa. Seorangpun tidak akan Sebagai contoh adalah hadis tentang mengira bahwa bangsa Arab ketika

orang Islam membunuh orang kafir. Hadis menggunakan perkataan ini untuuk

ini terdapat dalam shahih Bukhari kitab al- pertamakalinya terlintas di benaknya

Diyat bab La yaqtul al-Muslim bi al-kafir maslah ini. Maka penamaan ini bukan

Hadits Mauquf:

menurut bahasa.(yusuf Qardhawi, Kaifa... : َﻞَﺘْﻘُـﻳ َﻻ ْنَأَو 333) ...ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﷲا لﻮﺳر لﺎﻗ

Contoh lain:

“ Barang

siapa

melakukan shalat anu, maka ia akan beroleh tujuh puluh rumah, di dalam satu

( Al-Bukhari : III/1110)

rumah terdapat tujuh puluh rumah, dan dalam satu rumah terdapat tujuh puluh

“ Orang Islam tidak dibunuh karena ranjang dan dalam setiap ranjang terdapat

membunuh orang kafir” tujuh puluh ribu wanita muda. Ibnu al-jauzy

Hadis ini terdapat dalam tujuh kitab (w. 597 H) berkata: “ Walau kekuasaan

hadis dengan enambelas jalur sanad , Allah tidak terbatas tetapi ini adalah

sanadnya dinilai karangan yang jelek. (Salahuddin ibn

walau

jalur

mauquf, Kecuali Muhammad Al-Gazali Ahmad al-adlabi ; 2004 : 56)

menilainya berkualitas shahih. (Salahuddin ibn Ahmad al-adlabi : 68)

2. Pendekatan Historis Di kalangan ulama ada yang tidak Salah

mengamalkan hadis ini antaranya adalah dilakukan muhadditsin untuk

Abu Hanifah (w. 150 H) yang menilai penelitian matan hadits adalah mengetahui

melakukan

yang matannya peristiwa yang melatarbelakangi muncul-

sanadnya

lemah

bertentangan dengan sejarah. Dalam nya suatu hadits ( asbab al-wurud al-hadits).

sejarah dikatakan bahwa apabila kaum Mengetahui asbab al-wurud mempermu-

kafir memerangi kaum muslimin maka dah memahami kandungan hadits.

muslimin diperintahkan Dengan asbab wurud al-hadits. dalam

kaum

memeranginya. Jika terbunuh, tidak

AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016

ada hukuman apapun atas pembunuhan

waktu terjadinya, itu. Berbeda dengan ahl al-zimmi, yang

tempat

serta

memungkinkan utuhnya gambaran pe- apabila seseorang yang membunuhnya,

maknaan hadits yang disampaikan, dimana maka ia dijatuhi hukuman qishash. Dari

dan untuk tujuan apa ia diucapkan, segi matan dengan pendekatan sejarah,

sekiranya dipadukan secara harmoni hadis tersebut tidak menggambarkan

dalam suatu pembahasan. praktik hukum Rasulullah SAW.

Oleh karena itu, pendekatan ini dapat Contoh lain, riwayat ungkapan

dimanfaatkan sehingga diperoleh hal-hal Abbas terhadap Ali bin Abi thalib. Muslim

yang bermanfaat secara optimal dari hadits meriwayatkan dari Malik Ibn Anas, tentang

yang disampaikan sehingga maksud hadits kedatangan Abbas dan Ali kepada Umar

benar-benar menjadi jelas dan terhindar bin

dari berbagai perkiraan yang menyimpang. diberikan kepada Rasul SAW. Mereka

Khattab, untuk

urusan fa’i yang

(H.M Erfan Soebahar ; 2003 : 244. Lihat berdua meminta Umar untuk membagi dua

juga Bustamin M. Isa H. A. Samam : 97). harta itu. Dalam riwayat lain sesuai riwayat muslim, Abbas berkata kepada Umar:

Sebagai contoh hadits nabi dari “Wahai Amirul Mukminin, putuskanlah

Abdullah bin Umar menyatakan: perkara ini antara aku dengan pembohong dan penghianat ini.” Yang dimaksud Abbas

adalah Ali Bin Abi Thalib. (Salahuddin ibn Ahmad al-adlabi : 68)

Ungkapan ini mustahil jika berasal dari Abbas untuk anak saudaranya Ali,

karena hal semacam ini tidak pernah

( Al-Bukhari : I/299)

diketahui dalam sejarah mereka. Oleh karena itu sebagian ulama ada yang

Artinya :“Apabila kamu sekalian hendak menakwili kata-kata ini, adapula yang

datang (menunaikan shalat) Jum’at, maka menolaknya. Takwilan yang dimaksud

hendaklah terlebih dahulu mandi”. (H.R. adalah dengan membuang syarat yang

Bukhari).

dikira-kirakan, yaitu : Putuskanlah antaraku Secara tekstual, hadits tersebut dan pembohong ini jika ia tidak adil. Hal ini

menyatakan bahwa hukum mandi pada adalah penakwilan nash dengan takwilan

hari jum’at adalah wajib. Hadits di atas yang tidak dapat diterima, maka takwilan ini

mempunyai sebab khusus. Pada waktu itu, ditolak. Oleh karena itu, Imam al-Maziri

ekonomi para sahabat Nabi umumnya berpendapat bahwa kata ini tidak patut

masih dalam keadaan sulit. Mereka diucapkan oleh Abbas. Dan Ali lebih

memakai baju wol yang kasar dan jarang terhormat dari pada menerima sebagian

dicuci. Mereka banyak menjadi pekerja sifat-sifat ini, apalagi menerima semuanya.

kebun. Setelah mereka menyiram tanam- (Salahuddin ibn Ahmad al-adlabi : 266)

tanaman, mereka banyak yang langsung pergi ke mesjid untuk menunaikan shalat

3. Pendekatan Sosiologis jum’at, cuaca sedang sangat panas, mesjid Pemahaman terhadap hadits dapat juga

masih sempit. Tatkala nabi berkhutbah, menggunakan pendekatan sosio-historis.

aroma keringat dari orang-orang yang Keadaan sosial kemasyarakatan dan

ebrbaju wol kasar dan jarang mandi itu

Zailani; Metode Intertekstual Dalam memahami Hadis Nabi

menerpa hidung Nabi. Suasana dalam kondisi), mencari hubungan hadis dengan mesjid terganggu oleh aroma yang tidak

makna yang dimiliki).

sedap tersebut. Lalu Nabi bersabda dengan hadits tersebut atau yang semakna. (M. Syuhudi Ismail, Hadits

Daftar Pustaka

Nabi...: 58-59) Dalam riwayat lain, petunjuk Nabi

Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al- SAW secara lebih tegas lagi dari Abu Said

Bukhariy, al-Jāmi’ al-Shahīh (Shahīh al-Khudriy, menyatakan:

Bukhārīy), Beirut: Dār al-Fikr, t. th.

نأ ﻪﻨﻋ ﷲا ﻲﺿر يرﺪﳋا ﺪﻴﻌﺳ ﰊأ ﻦﻋ Abu Daud bin al-Asy’at al-Sajastaniy al-Azdiy

(selanjutnya ditulis Abu Daud), Sunan

ِمْﻮَـﻳ ُﻞْﺴُﻏ) : لﺎﻗ ﻢﻠﺳ و ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ لﻮﺳﺮﻟا Abu Daud, Bairut, Daar al-Ma’rifah, 1422

H/2001 M.

(ٍﻢِﻠَﺘُْﳏ Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa al-Tirmidzi ﱢﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ ٌﺐِﺟاَو ِﺔَﻌُﻤُْﳉا . . ( ىرﺎﺨﺒﻟا ﻩاور)

(selanjutnya ditulis al-Tirmidzi), Sunan al- ( Al-Bukhari : III/103)

Tirmidzi, Bairut, Daar Ibn Hazm, 1423 Artinya:“Mandi pada hari Jum’at adalah

H/2002 M.

wajib atas setiap orang yang telah bermimpi Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, al- (baligh).” (H.R. Bukhari).

Musnad, Juz XIX, al-Qahirah, Daar al- Hadits, 1416 H/1995 M.

Adanya peristiwa yang mendahului Bustamin M. Isa H. A. Saman, Metodologi terjadinya hadits di

Kritik Hadits, Cet. I; Jakarta: PT. Raja pertimbangan tentang perlunya pemaha-

atas menjadi

Grafindo Persada, 2004, hal. 76 man hadits tersebut secara kontekstual.

Fuad Hasan dan Koentjaraningrat, Beberapa Bagi masyarakat yang telah terbiasa mandi

Metodologi Ilmiah, dalam sehari dua kali, dan karenanya aroma

Asas

Koentjaraningrat (ed.), Metode-metode mereka tidak mengganggu orang-orang

Masyarakat, Jakarta: sekitar, maka mandi Jum’at bagi mereka

Penelitian

Gramedia, 1997.

tidak wajib. Bagi anggota masyarakat yang Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam jarang mandi dan jarang berganti pakaian,

Sejarah Pemikiran dan Gerakan, sehingga aroma badan dan pakaian

Jakarta: Bulan Bintang, 1975. mereka mengganggu orang-orang sekitar,

http://id.wikibooks.org/wiki/ Bahasa_Indonesia/ maka mereka dikenakan kewajiban mandi

Sufiks. Diakses pada tanggal 21 sebelum melaksanakan shalat Jum’at.

Oktober 2013. Imam Ahmad bin Syu’aib al-Khurasaniy al-

C. Kesimpulan . Nasa’iy (selanjutnya ditulis al-Nasa’iy, Memahami hadis Nabi secara intertekstual

Sunan al-Nasa’iy, Bairut, Daar al- artinya memahami hadis dan hubungannya

Ma’rifah, 1428 H/2007 M ( munasabah) dengan ayat al-Qur’an atau

Muslim, Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj al- hadis dengan hadis lain, atau dengan

Quraisy, al-Jāmi’ al-Shahīh (Shahīh ketentuan yang lainnya. Hal ini dapat

Muslim), t. tp.: Isa al-Babi al-Halabiy wa dilakukan

dengan Memunasabahkan Syurakah, 1375 H/1955. antara hadis dengan al-Qur’an, hadis yang

M Erfan Soebahar, Menguak Keabsahan Al- semakna, asbab al-wurud (situasi dan

Sunnah Kritik Mushtafa al-Siba’I Terhadap Pemikiran Ahmad Amin

AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016

Mengenai Hadits dalam Fajr al- Islam, Cet. I; Bogor: Fajar Interpratama Offset, 2003.

Robert D. Lee, Mencari Islam Autentik, Jakarta: Mizan, 2000, hal. 171. Sulaiman bin Ahmaad bin Ayub Abu al-Qasim al-Thabraniy,

al-Mu’jam

al-Kabir,

Maktabah al-‘Ulum wa al-Hukm, 1983 M.

Salahuddin ibn Ahmad al-adlabi, Manhaj Naqd al- Matan Ind Ulama’ Al-Hadits al- Nabawi, alih bahasa H.M. Qodirun Nur, Ahmad Musyafik, Metodologi Kritik Matan Hadits, Cet. I; Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004.

Syuhudi Ismail , Hadis Nabi Yang Tekstual Dan Kontekstual: Tela’ah Ma’ani Al- Hadis Tentang Ajaran Islam Yang Universal, Temporal, Dan Local, Jakarta: Bulan Bintang, 1994.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Yusuf Qardhawi, Kaifa Nata’amal Ma’a Al- Sunnah Al-Nabawiyyah Ma’alim Wa Dhawabith, Kairo: Maktabah Wahbah, 1991.

----------, Al-Madkhal Li Dirasah as-Sunnah an- Nabawiyyah, terj.

Agus Suyadi,

Bandung: Pustaka Setia, 2007. ----------, Yusuf Qardhawi, Pengantar Studi Hadis, terj. Agus Suyadi, Bandung: Pustaka Setia, 2007.