BAB I PENDAHULUAN - Proposal PTK Sufisme

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Sufisme islam telah terkontaminasi oleh konsep gnostik hermetisme. Hermetisme membedakan antara langkah peleburan eksistensi manusia untuk menyatu dengan Tuhan dengan fenomena mistik “Kerasukan Tuhan” dimana Tuhan sendiri yang berusaha menyatu dengan jiwa manusia (Abed al-Jibiri). Dalam hal ini memberikan pandangan bahwa sufisme islam adalah murni ajaran otentik islam, namun pada abad berikutnya terpengaruh oleh unsure tradisi mistik non- islam. sufisme dari pandangan lain merupakan kerohanian mistik dalam agama islam (Dr. C.B Van Haeringen).

  Al- Quran pada permulaan islam diajarkan cukup menuntun kehidupan batin umat muslimin yang saat itu terbatas jumlahnya. Lambat laun dengan bertambah luasnya daerah dan pemeluknya, islam kemudian menampung perasaan-perasaan dari luar, dari pemeluk- pemelik yang sebelum masuk islam sudah menganut agama-agama yang kuat ajaran kebatinannya dan telah mengikuti ajaran mistik, keyakinan mencari-cari hubungan perseorangan dengan ketuhanan dalam berbagai bentuk dan corak yang ditentukan agama masing-masing. Perasaan mistik yang ada pada kaum muslimin karena pada mereka masih terdapat kehidupan batin yang ingin mencari kedekatan diri pribadi dengan Tuhan.

  Keyakinan dan gerak-gerik (akibat paham mistik) ini makin hari makin luasmendapat sambutan dari kaum muslimin, meski mendapat tantangan dari ahli-ahli dan guru agamanya (Dr. H. Abubakar Aceh).

  Di dalam ajaran sufi terdapat juga tradisi sufi yaitu bukan agama, juga bukan bentuk pemujaan, melainkan sebuah falsafah hidup yang bertujuan menawarkan kepada manusia suatu cara praktis yang memungkinkannya mencapai tingkat kesadaran diri yang tinggi dan lewat kesadaran diri yang telah meningkat itu dapat memahami keterkaitannya dengan yang dengan kegiatan-kegiatan terpuji di tengah masyarakat. Tujuan seorang sufi adalah mengembangkan kesadaran batin yang lebih besar terhadap yang maha pencipta.

  Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik mengambil kajian sufistik pada novel Kimya Sang Putri Rumi dengan beberapa alasan, yang kesatu di dalam novel tersebut menceritakan mengenai adanya kerukunan antar dua agama, yang kedua mengenai seseorang yang menjunjung tinggi agamanya yaitu agama islam. di dalam novel ini memuat nilai-nilai yang berguna bagi pembaca agar pembaca selalu mendekatkan diri pada Tuhan yang maha kuasa

  Novel Kinya Sang Putri Rumi adalah salah satu novel terbitan Mizan Pustaka, Bandung tahun 2005. Latar belakang novel ini menceritakan tentang seorang gadis bernama Kimya, yang masa kecilnya hidup di pegunungan Taurus bersama keluarganya. Kimya dianggap berbeda dalam bersikap, tidak seperti anak-anak kecil lain seusianya. Kimya memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, maka dia sangat mengagumi keindahan alam dan meresapi alam ke dalam dirinya. Dalam suatu momen ketika dirinya kehilangan orientasi ruang dan waktu, keluarganya menjadi cemas karena sikap Kimya, oleh karena itu dia dilarang ayahnya untuk bermain diluar dan ditugaskan membantu pekerjaan ibu dan kakaknya di rumah. Dari sinilah novel ini dapat dikaji dengan kajian sufisme.

1.2 Permasalahan

  1.2.1 Batasan Masalah Dalam penelitian ini hanya dibatasi pada aspek kedekatan hamba dengan Tuhan yang maha kuasa.

  1.2.2 Rumusan Masalah

  1. Adakah aspek sufisme islam dalam novel Kimya Sang Putri Rumi karya Muriel Maufroy?

  2. Bagaimana aspek-aspek sufisme islam terdefinisikan dalam novel Kimya Sang

  Putri Rumi karya Muriel Maufroy?

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ajaran sufisme yang ada dalam novel Kimya Sang Putri Rumi karya Muriel Maufroy.

  1.3.2 Tujuan Khusus

  1. Mendeskripsikan ada atau tidaknya aspek sufisme islam dalam novel Kimya Sang Putri Rumi karya Muriel Maufroy.

  2. Mendeskripsikan aspek-aspek sufisme islam dalam novel Kimya Sang Putri Rumi karya Muriel Maufroy.

  1.4 Manfaat Penelitian

  1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil hasil penelitian novel “Kimya Sang Putri Rumi” karya Muriel

  Maufroy dapat digunakan sebagai pengembangan teori sastra khususnya yang berhubungan dengan sufisme.

  1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat:

  1. Menjadi refrensi guru dalam pembelajaran sastra

  2. Dijadikan acuan dalam studi bahasa dan sastra Indonesia dan menambah wawasan sastra bagi penelitian selanjutnya

  1.5 Definisi Operasional

  Dalam penelitian ini memuat beberapa istilah yang didefinisikan, yaitu:

   Kinya Sang Putri Rumi : sebuah novel yang berjudul Kimya Sang Putri Rumi karya Muriel Maufroy yang diterbitkan oleh Mizan, Bandung, tahun 2005.

   Sufisme : ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun batin, untuk memperoleh kebahaguaan yang abadi.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Lahirnya Ajaran Sufisme

  Tassawuf atau Sufisme adalah istilah yang sama sekali tidak dikenal pada zaman para sahabat Radiyallahu’anhum, bahkan tidak dikenal pada zaman tiga generasi yang utama.

  Ajaran ini pertama kali muncul di kota Basrah, Irak, yang dimulai dengan timbulnya sikap berlebih-lebihan dalam zuhud dan ibadah yang tidak terdapat di kota-kota (islam) lainnya. yang tidak berakar dari Islam. mayoritas islamolog barat berasumsi bahwa al-Quran dan hadits tidak menginspirasikan nilai-nilai substansial yang menjadi aksis dan spirit bagi sufisme Islam. Dengan mendapuk teori “pinjaman dan pengaruh”, mayoritas Islamolog mengklaim bahwa Islam muncul sebagai hasil pengaruh dari tradisi non-Islam.

  Menyikapi hal ini, bahwa al-Quran juga mengajarkan kasih sayang dan cinta sebagaimana yang diajarkan agama-agama lain, Dan al-Quran merupakan kitab suci yang membenarkan ajaran-ajaran agama sebelumnya. Jika gagasan cinta para Sufi terpengaruh oleh tradisi mistik Kristiani yang selaras dengan spirit al-Quran, maka hal tersebut merupakan hal yang wajar dan tidak patut dipersoalkan. Sufisme merupakan ajaran yang sangat toleran pada non-muslim, mengusung kebenaran universallintas agama,dan penuh cinta. Banyak pendapat pro dan kontra mengenai asal usul ajaran tasawuf, apakah ini berasal dari luar atau dari dalam agama Islam sendiri. Berbagai sumber mengatakan bahwa ilmu tasawuf sangat membingungkan. Sebagian pendapat mengatakan bahwa paham Tasawuf merupakan paham yang sudah berkembang sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah, dan orang-orang Islam baru di daerah Irak dan Iran yang sebelumnya merupakan orang-orang yang memeluk agama non Islam atau menganut paham-paham tertentu. Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan dan menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan keduniaan. Hal ini di dorong oleh kesungguhan untuk mengamalkan ajarannya, yaitu dalam hidupnya sangat berendah-rendah diri dan berhina-hina diri terhadap Tuhan.

  Mereka selalu mengenakan pakaian yang pada waktu itu termasuk pakaian yang sangat sederhana, yaitu pakaian yang berasal dari kulit domba yang masih berbulu, sampai akhirnya dikenal sebagai semacam tanda bagi penganut-penganut paham tersebut. Itulah sebabnya maka pahamnya kemudian disebut paham Sufi, Sufisme atau paham Tasawuf, dan orangnya disebut orang Sufi.

  Quran dan As-Sunnah

  Orang-orang ahli tasawuf pada zaman sekarang mempunyai prinsip dasar dan metode khusus dalam memahami dan menjalankan agama ini, yang sangat bertentangan dengan prinsip Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah, dan menyimpang sangat jauh dari Al-Quran dan Sunnah. Mereka membangun keyakinan dan tata cara peribadatannya berdasarkan symbol-simbol dan istilah-istilah yang mereka ciptakan sendiri, yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Mereka membatsi ibadahnya hanya pada aspek kecintaan saja dengan menyimpangkan aspek-aspek lainnya.

  2. Orang-orang ahli tasawuf umumnya dalam menjalankan agama dan melaksanakan ibadah tidak berpedoman kepada Al-Quran dan Sunnah, tetapi pedoman mereka adalah bisikan jiwa dan perasaan mereka.

  3. Mendekatkan diri kepada Allah dengan nyanyian, tarian, tabuhan rebana dan bertepuk tangan. Semuanya ini mereka anggap sebagai amalan ibadah kepada Allah.

  4. Jika seseorang telah mencapai tingkatannya, maka ia akan bebas dari kewajiban melaksanakan syariat Islam.

  Jika dilihat dari konsep cinta kepada Tuhan dapat digambarkan dalam novel Kimya Sang

  

Putri Rumi, dapat di identifikasi dari kata-kata yang mengandung konsep cinta kepada Tuhan,

  yaitu: o Mengapa manusia begitu berbeda-beda? Kata-kata Maulana seakan menjawab pertanyaannya: “Cinta kepada Sang Pencipta bersemayam di dalam kalbu setiap insan.” o “Dialah Sang Pencipta dan pemberi rizki. Kepadanya semua akan kembali”. o Dia merenung, pada akhirnya, perbedaan kami, dalam kedudukan maupun keyakinan, bukan merupakan masalah dihadapan Tuhan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  3.1 Jenis Penelitian

  Menurut Suwardi Endraswara (2003: 8), metode penelitian sastra adalah cara yang dipilih oleh peneliti dengan memepertimbangkan bentuk, isi dan sifat sastra sebagai subyek kajian. Penelitian yang digunakan dalam sastra pada umumnya menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif sering diartiakan sebagai penelitian yang tidak mengadakan

  Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini mengkaji dan meneliti data secara objektif berdasarkan fakta nyata yang ditemukan, kemudian dipaparkan secara deskriptif.

  Penelian deskriptif ini berupa penelitian kualitatif yang lebih mengutamakan proses daro pada hasil, artinya data dilakukan dengan tidak menggunakan angka-angka atau rumus statistik.

  3.2 Data dan Sumber Data

  Data penelitian ini berupa sebuah konsep tentang cinta kepada Tuhan yang terdapat dalam novel. Sumber data penelitian ini adalah novel Kimya Sang Putri Rumi karya Muriel Maufroy.

  3.3 Teknik Pengumpulan Data

  3.3.1 Instrumen Penelitian

  Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu instrumen utama dan instrumen pendukung. Instrumen utama adalah penulis sendiri sebagai peneliti dan instrumen pendukung adalah berupa novel Kimya Sang Putri Rumi karya Muriel Maufroy.

  3.3.2 Langkah-langkah Pengumpulan Data

  Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan cara atau langkah- langkah pengumpulan data. a) Persiapan Tahap ini dimulai dengan mempersiapkan peralatan dan perlengkapan untuk mencatat hal-hal yang berhubungan dengan novel.

  b) Pelaksanaan Setelah dilakukaan sebuah persiapan, maka tahap yang kedua adalah membaca dan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan konsep sufisme yang ada dalam novel.

  Pada tahap ini, setelah semuanya selesai data-data yang telah di catat dikumpulkan menjadi satu.

3.4 Analisis Data

  Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang digunakan untuk mempermudah penelitian yang di dasarkan pada beberapa metode, yaitu: a. metode Studi Pustaka yaitu metode yang digunakan untuk mencari data dengan menelaah buku sebagai bahan pustaka digunakan untuk sumber data.

  b. metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk mendeskripsikan data-data yang diperoleh secara detail. Metode deskripsi lebih bertujuan membuat deskripsi, gambaran, lukisan secara sistematis dan aktual mengenai data, sifat serta hubungan fenomena yang diteliti.

  

DAFTAR PUSTAKA

Ali Syah,Omar.2002.Risalah Sufi Mutakhir.Jakarta:PT Serambi Ilmu Semesta.

  Endraswara,Suwardi.2003.Metodologi Penelitian Sastra.Yogyakarta:Pustaka Widyatama

  

(diakses pada tanggal 23 Mei

  2010)

  akses pada tanggal 20 Mei 2010)

  Maufroy,Muriel.2005.Kimya Sang Putri Rumi.Bandung:PT Mizan Pustaka