HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK : Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik di SMK N 11 Bandung Kelas X Tahun Ajaran 2013/2014.

(1)

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik di SMK N 11 Bandung Kelas X Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Nefi Chita Octafianne NIM 0909028

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Hubungan Interaksi Sosial Teman

Sebaya dengan Kemandirian

Peserta Didik

Oleh

Nefi Chita Octafianne

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Nefi Chita Octafianne 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

NEFI CHITA OCTAFIANNE

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik di SMK Negeri 11 Bandung Kelas X Tahun Ajaran 2013/ 2014)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I,

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP. 196005011986031004

Pembimbing II,

Drs. Sudaryat Nurdin Akhmad NIP. 1963063019951211001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP. 196005011986031004


(4)

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS, PENELITIAN ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

1. Kemandirian ... 8

a. Definisi Kemandirian ... 8

b. Kemandirian pada Remaja ... 10

2. Interaksi Sosial ... 15

a. Definisi Interaksi Sosial ... 15

b. Teori Hubungan Interaksi Sosial ... 18

c. Interaksi Sosial Teman Sebaya pada Masa Remaja ... 20

3. Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya terhadap Kemandirian Peserta Didik... 22

B. Penelitian Terdahulu ... 24

C. Kerangka Pemikiran ... 25


(5)

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 28

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 29

C. Definisi Operasional Variabel ... 30

D. Instrumen Penelitian ... 33

E. Proses Pengembangan Instrumen ... 34

F. Pengolahan Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 45

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 45

C. Keterbataaasan Penelitian ... 57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 59

A. Simpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(6)

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Anggota Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

Tabel 3.2 Rentang Skala Likert ... 34

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Kemandirian Peserta Didik (Sebelum Uji Coba) ... 34

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kemandirian ... 36

Tabel 3.5 Tingkat Reliabilitas Instrumen Kemandirian ... 37

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Kemandirian Peserta Didik (Setelah Uji Coba)... 37

Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya (Sebelum Uji Coba) ... 39

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya ... 40

Tebel 3.9 Tingkat Realibilitas Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya ... 40

Tabel 3.10 Kisi-kisi Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya (Setelah Uji Coba)... 41

Tabel 3.11 Kualifikasi Kemandirian Peserta Didik ... 43

Tabel 3.12 Kualifikasi Interaksi Sosial Teman Sebaya ... 43


(7)

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Administrasi Penelitian Lampiran 2 Pengolahan Data


(8)

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Nefi Chita Octafianne. (2014). Hubungan Interaksi Sosial Peserta Didik terhadap Kemandirian Peserta Didik. (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik di SMK Negeri 11 Bandung Kelas X Tahun Ajaran 2013/2014)

Peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan termasuk pada fase remaja awal yang merupakan seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Kemandirian peserta didik berkembang melalui proses pengembangan keragaman dalam kesamaan dan kebersamaan dan bukan dalam kevakuman. Penelitian ini dilakukan kepada 124 peserta didik kelas X SMK Negeri 11 Bandung tahun ajaran 2013/2014 sebagai sampel penelitian. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan interaksi sosial teman sebaya dengan kemandirian peserta didik. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya hubungan positif signifikan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kemandirian peserta didik. Hal ini dapat dijadikan acuan untuk guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling di SMK Negeri 11 Bandung dengan mengoptimalkan peran interaksi sosial teman sebaya untuk dapat meningkatkan kemandirian peserta didik.


(9)

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Nefi Chita Octafianne. (2014). The Correlation of Peers Social Interaction with Students’ Autonomy. (Descriptive Study of Students at SMK Negeri 11 Bandung

Class X in the Academic Year 2013/2014)

Students of vocational school are categorized as early adolescence phase who experiencing a developing or becoming process to achieve matures and autonomy. Their autonomy are developing through diversity development process in similarity and togetherness instead of vacuum moment. The research takes 124 participants as sample in SMK Negeri 11 Bandung class X in the academic years 2013/2014. The research are conducting to determine the correlation of peer social interaction with students’ autonomy. The method that is used in the research is descriptive quantitative. The research shows that there is significant positive correlation between social interaction with student’ autonomy. The Result can be use as parameters for

counseling and guidings teachers’ to give their service in SMK 11 Bandung in optimizing the peer social interaction to increase students’ autonomy.


(10)

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 atau 17 tahun, masa yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1980). Pada masa ini remaja pun harus menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda dari masa anak-anak yang sebelumnya harus diselesaikan, agar remaja dapat bertahan dalam sepanjang kehidupannya.

Havighurst (Hurlock, 1980, hlm. 10) menyatakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai kemandirian. Dengan kemandirian, remaja belajar dan berlatih membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. Menciptakan individu yang mandiri sejalan dengan tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu : (1) beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan ketrampilan, (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Sunarto dan Hartono (2008, hlm. 69) menyatakan bahwa remaja membutuhkan penghargaan dan pengakuan bahwa ia (mereka) telah mampu berdiri sendiri, mampu melaksanakan tugas-tugas seperti yang dilakukan orang dewasa, dan dapat bertanggung jawab atas sikap dan perbuatan yang dikerjakannya. Pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan membuat orangtua merasa khawatir dengan perkembangan anak remajanya. Mereka menghawatirkan remajanya yang mulai memberontak dan ingin bebas dari aturan-aturan yang diterapkan padanya sebelumnya akan membahayakan diri dan mempermalukan keluarga. Seperti yang diungkapkan Steinberg (1993) perilaku


(11)

2

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemandirian terkadang ditafsirkan sebagai pemberontakan (rebellion) karena pada kenyataannya remaja yang memulai mengembangkan kemandirian sering kali diawali dengan memunculkan perilaku yang tidak sesuai dengan aturan keluarga. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Freud (Steinberg, 1993) pubertas pada remaja dapat menyebabkan konflik dalam keluarga.

Kehawatiran dari orang tua tersebut yang menjadikan remaja pada masa ini lebih bergantung pada orangtua bahkan orang lain, kurang mampu mengambil dan bertanggung jawab dengan keputusannya, dan sering terpengaruh oleh pendapat teman sebaya yang ditandai dengan munculnya konformitas pada remaja. Kartadinata (Mirandi, 2008) menyatakan bahwa tanpa kemandirian, remaja akan hidup dengan sikap konformitas tanpa pemahaman dan menyebabkan seringkali mengorbankan prinsip pribadi mereka. Sikap konformitas ini akan membuat remaja bertingkah laku secara negatif apabila mereka berada di lingkungan yang negatif.

Kartadinata (2007) mengungkapkan dalam sudut pandang interaksional, bahwa kemandirian berkembang melalui proses pengembangan keragaman dalam kesamaan dan kebersamaan dan bukan dalam kevakuman. Maslow (Kartadinata, 2007) membedakan kemandirian tidak aman (insecure autonomy) sebagai perilaku selfish atau mementingkan diri sendiri, dan kemandirian aman (secure autonomy) yang menumbuhkan cinta kasih dan kesadaran akan kemaslahatan hidup bagi orang lain. Hal tersebut senada dengan pendapat Zimmer-Gembeck (2001) interaksi sosial teman sebaya pada remaja dapat menghasilkan pengaruh positif dan negatif. Interaksi sosial teman sebaya dapat memiliki pengaruh positif bagi remaja yaitu remaja dapat saling mendukung untuk dapat berprestasi di sekolah, remaja dapat membuat rencana masa depan, dan remaja dapat memiliki tanggung jawab.

Fenomena yang muncul menunjukkan masih rendahnya remaja yang berperilaku mandiri, seperti yang diungkapkan oleh Saomah (2006) dalam penelitiannya pada salah satu SMA di kota Bandung bahwa 18,5% peserta didik belum siap menghadapi masalah, 20% belum mampu membagi waktu, 13,5%


(12)

3

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melanggar atau tidak menaati tata tertib. Disamping itu, pengaruh negatif teman sebaya dapat menghambat individu dalam mengembangkan kemandirian. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian Martanti (Sukaesih, 2010) menunjukkan 22,84% kemandirian remaja dan penyesuaian dipengaruhi oleh teman sebaya.

Hill dan Holmbeck (Zimmer-Gembeck, 2001) menyatakan bahwa orang tua, teman sebaya, sekolah dan masyarakat memiliki pengaruh signifikan terhadap kemandirian. Berdasarkan hasil penelitian Sukaesih (2010), hasil penelitian Pratiwining (2011), dan hasil penelitian Nurrochim (2012) dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kemandirian.

Dalam beberapa hal di dalam kehidupan, remaja tidak sepenuhnya selalu berpegang kepada pendapat dan anggapan teman-teman sebayanya. Hal ini diungkapkan Steinberg (1993) dalam penelitian yang dilakukan tentang pengaruh teman sebaya, bahwa dalam beberapa situasi remaja lebih berpengaruh terhadap pendapat teman sebaya sedangkan pada beberapa situasi lain dipengaruhi pendapat orang tua. Menurut Hurlock (1980, hlm. 213) pengaruh teman sebaya lebih besar dibandingkan pengaruh keluarga pada sikap, pembicaraan, minat dan penampilan.

Remaja memiliki motivasi yang kuat untuk berkumpul bersama teman sebaya dan menjadi sosok yang mandiri (Santrock, 2007, hlm. 58). Pada masa remaja, tuntutan terhadap kemandirian sangat besar dan harus dihadapai secara optimal agar kelak dapat menjadi seorang dewasa yang sempurna. Remaja pun akan beralih dari sangat bergantung terhadap keluarga menjadi bagian dari kelompok teman sebaya dan berusaha bertahan sendiri untuk memasuki masa dewasa. Hurlock (1980, hlm. 220) mengemukakan keinginan yang kuat untuk mandiri berkembang pada awal masa remaja dan mencapai puncaknya menjelang periode ini berakhir.

Peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan termasuk pada fase remaja awal yang merupakan seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang kearah kematangan atau kemandirian.


(13)

4

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada usia ini, remaja akan lebih banyak menghabiskan waktu mereka di lingkungan sekolah. Tidak hanya berkaitan dengan akademik, lingkungan sekolah berperan dalam menumbuhkan kemandirian peserta didik. Interaksi peserta didik dengan guru dan teman sebaya menjadikan peserta didik belajar tentang keanekaragaman perilaku, perbedaan cara berfikir, cara berbicara, dan bersikap. Proses yang dialami menjadikan peserta didik memahami cara orang lain memperlakukan dirinya dan bagaimana harus memperlakukan orang lain. Interaksi yang dibangun dengan sehat akan berpengaruh pada kepercayaan diri, berani mengambil keputusan, tidak mudah berpengaruh dan pada akhirnya mendukung peserta didik dalam mengembangkan kemandiriannya (Sukaesih, 2010).

Menurut Yusuf (2009, hlm. 2) untuk mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pemahaman dalam menentukkan arah hidupnya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan peserta tidak selalu berjalan mulus, atau steril dari masalah. Hal tersebut juga sesuai dengan tugas dari konselor sekolah yaitu mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam mengambil keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas terdapat fakta adanya keterkaitan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kemandirian. Maka dari itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan mengangkat judul “ Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kemandirian Peserta didik” (Studi deskriptif terhadap peserta didik kelas X SMK Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, kemandirian merupakan salah satu tugas perkembangan remaja yang harus diselesaikan. Seperti tugas


(14)

5

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perkembangan lainnya, bila tugas perkembangan ini tidak terselesaikan secara optimal maka akan berpengaruh pada tugas perkembangan selanjutnya.

Hanya saja, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan orang tua mencemaskan perkembangan remaja mereka. Tidak sedikit orangtua yang menjadi over protektif , membatasi interaksi remaja mereka dengan teman sebayanya. Hal ini menyebabkan remaja akan terus bergantung kepada orang tua atau bahkan melakukan pemberontakan. Remaja akan tumbuh kurang mandiri dan akan sulit menghadapi masa dewasanya.

Tanpa kemandirian, remaja akan terus bergantung dan bahkan tidak mempunyai prinsip sehingga berakibat pada pergaulan yang negatif. Begitu pula ketika kemandirian tidak dikembangkan pada lingkungan yang positif akan menimbulkan kemandirian yang tidak aman. Seperti yang diungkapkan Kartadinata (2007) dalam sudut pandang interaksional, mengandung makna bahwa kemandirian berkembang melalui proses pengembangan keragaman dalam kesamaan dan kebersamaan dan bukan dalam kevakuman. Maslow (Kartadinata, 2007) membedakan kemandirian tidak aman (insecure autonomy) sebagai perilaku selfish atau mementingkan diri sendiri, dan kemandirian aman (secure autonomy) yang menumbuhkan cinta kasih dan kesadaran akan kemaslahatan hidup bagi orang lain. Hal tersebut senada dengan pendapat Zimmer-Gembeck (2001, hlm. 82) Interaksi sosial teman sebaya pada remaja dapat menghasilkan pengaruh positif dan negatif. Interaksi sosial teman sebaya dapat memiliki pengaruh positif bagi remaja yaitu Remaja dapat saling mendukung untuk dapat berprestasi di sekolah, remaja dapat membuat rencana masa depan, dan remaja dapat memiliki tanggung jawab.

Faktor yang mempengaruhi kemandirian remaja menurut Hill dan Holmbeck (Zimmer-Gembeck, 2001) antara lain orang tua, teman sebaya, sekolah dan masyarakat memiliki pengaruh signifikan terhadap kemandirian. Sedangkan menurut Steinberg (1993) hal yang mempengaruhi kemandirian pada remaja adalah teman sebaya, orang tua dan media. Dari hasil penelitian mengemukakan bahwa remaja yang dapat dengan mudah berinteraksi dengan teman sebayanya


(15)

6

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maka akan dapat dengan mudah mencapai kemandiriannya (Hurlock, 1980; Santrock, 2002). Remaja memiliki motivasi yang kuat untuk berkumpul bersama teman sebaya dan menjadi sosok yang mandiri (Hurlock, 1980; Zimmer-Gembeck, 2001).

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan interaksi sosial teman sebaya dengan kemandirian peserta didik di SMK Negeri 11 Bandung kelas X Tahun Ajaran 2013/2014?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan interaksi sosial teman sebaya dengan kemandirian peserta didik di SMK Negeri 11 Bandung kelas X Tahun Ajaran 2013/2014.

E. Manfaat Penelitian

Secara teoretis penelitian mengenai hubungan interaksi sosial teman sebaya dengan kemandirian peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu bimbingan dan konseling.

Selain itu, secara praktis penelitian mengenai hubungan interaksi sosial teman sebaya dengan kemandirian peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan dapat dijadikan sebagai arahan guru bimbingan dan konseling dalam mendampingi peserta didik untuk memgembangkan kemandirian dan untuk membangun interaksi sosial yang sehat dengan teman sebaya, sehingga guru bimbingan dan konseling dapat merumuskan layanan bimbingan konseling yang dapat meningkatkan kemandirian peserta didik dengan memanfaatkan interaksi sosial teman sebaya sebagai salah satu faktor pendukung.


(16)

7

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Struktur organisasi dalam penulisan ini terdiri dari lima bab. Bab pertama mengemukakan pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, stuktur organisasi. Bab kedua berisikan konsep teoritis, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Bab tiga merupakan metode penelitian yang berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian. Bab empat merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi pemaparan data dan pembahasan data. Bab kelima merupakan simpulan dan saran.


(17)

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Negeri 11 Bandung yang beralamat di Jl. Budhi, Cilember, Bandung pada hari selasa, 20 Mei 2014.

Pertimbangan memilih lokasi dan subjek penelitian di SMK Negeri 11 Bandung: (1) Peserta didik kelas X SMK termasuk pada fase remaja awal yang merupakan seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian, (2) Peserta didik kelas X SMK memiliki motivasi yang kuat untuk berkumpul bersama teman sebaya, dan (3) Peserta didik kelas X SMK mengalami tingkat konformitas yang tinggi dan mudah terpengaruh oleh lingkungan.

Menurut Furqon (2013, hlm.146) populasi adalah sekumpulan objek, orang, atau keadaan yang paling tidak memiliki satu karakteristik umum yang sama. Populasi dalam penelitian adalah peserta didik SMK Negeri 11 Bandung kelas X tahun ajaran 2013/2014.

Sampel adalah bagian dari suatu populasi. Besarnya sampel di samping dipengaruhi oleh besarnya populasi juga dipengaruhi oleh variasi variabel (karakteristik) yang diteliti dan tingkat kecermatan yang diinginkan (Furqon, 2013, hlm. 146-147). Norma umum yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah, jika jumlah populasi melebihi 100 orang maka dapat dilakukan pengambilan sampel. Pengambilan sampel disesuaikan dengan besarnya populasi, yaitu berkisar antara 20-30 persen dari total populasi (Musfiqon, 2012, hlm. 91).

Anggota populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X di SMK 11 Bandung dengan jumlah anggota sebanyak 572 orang, sehingga dari jumlah tersebut peneliti mengambil anggota sampel sebanyak 124 orang atau 21,68%. Anggota populasi dan sampel dalam penelitian dijelaskan pada tabel 3.1 berikut.


(18)

29

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1

Anggota Populasi dan Sampel Penelitian No Kelas Anggota

1 X TKJ 34

2 X RPL 1 34

3 X RPL 2 34

4 X RPL 3 34

5 X MM 1 35

6 X MM 2 37

7 X AP 1 34

8 X AP 2 32

9 X AP 3 33

10 X AP 4 34

11 X AK 1 33

12 X AK 2 32

13 X AK 3 33

14 X AK 4 32

15 X PM 1 34

16 X PM 2 34

17 X PM 3 33

Populasi 572

Sampel 124

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kuantitatif, yaitu dengan memaksimalkan objektivitas desain penelitian dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol (Sukmadinata, 2012, hlm.53). Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur pencapaian interaksi sosial dan kemandirian peserta didik.

Data hasil penelitian yang berupa skor (angka-angka) akan diproses melalui pengolahan statistik yang selanjutnya dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran interaksi sosial teman sebaya dan kemandirian di sekolah melalui metode deskriptif. Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk


(19)

30

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia (Sukmadinata, 2012:72).

C. Definisi Operasional Variabel

1. Kemandirian Peserta Didik

Steinberg (1993) berpendapat remaja yang memiliki kemandirian ditandai oleh kemampuannya untuk tidak tergantung secara emosional terhadap orang lain terutama orang tua, mampu mengambil keputusan secara mandiri dan konsekuen terhadap keputusan tersebut, serta kemampuan menggunakan (memiliki) seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting.

Aspek yang digunakan mengacu pada tipe-tipe kemandirian yang dikemukakan oleh Steinberg (1993), yaitu kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian perilaku (behavioral autonomy), dan kemandirian nilai (values autonomy). Berikut deskripsi dari tiga tipe kemandirian tersebut:

a. Kemandirian Emosional (Emotional Autonomy)

Kemandirian Emosional yaitu tidak bergantung secara emosional dengan orang lain terutama orang tua. Secara operasional aspek ini merujuk pada: Aspek pertama adalah De-idealized yakni kemampuan remaja untuk tidak mengidealkan orang tuanya. Aspek kedua dari kemandirian emosional adalah pandangan tentang parents as people, yakni kemampuan remaja dalam memandang orang tua sebagaimana orang lain pada umumnya. Aspek ketiga dari kemandirian emosional adalah nondependency, yakni suatu derajat di mana remaja tergantung kepada dirinya sendiri dari pada kepada orang tuanya untuk suatu bantuan. Aspek keempat dari kemandirian emosional pada remaja adalah mereka memiliki derajat individuasi dalam hubungan dengan orang tua (individuated). Individuasi berarti berperilaku lebih bertanggung jawab. Perilaku individuasi yang dapat dilihat ialah mampu melihat perbedaan antara pandangan orang tua dengan pandangannya sendiri tentang dirinya, menunjukkan perilaku yang lebih bertanggung jawab. b. Aspek Kemandirian Perilaku (Behavioral Autonomy)


(20)

31

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemandirian perilaku yaitu kemampuan meminta nasihat kepada orang lain jika memerlukan, mempertimbangkan alternatif berdasarkan keputusan orang lain dan diri sendiri serta dapat mengambil kesimpulan mengenai bagaimana seharusnya berperilaku.

Menurut Steinberg (1993) ada tiga domain kemandirian perilaku (behavioral autonomy) yang berkembang pada masa remaja. Pertama, mereka memiliki kemampuan mengambil keputusan yang ditandai oleh (a) menyadari adanya risiko dari tingkah lakunya, (b) memilih alternatif pemecahan masalah didasarkan atas pertimbangan sendiri dan orang lain dan (c) bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambilnya. Kedua, mereka memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh (a) tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, (b) tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan, dan (c) memasuki kelompok sosial tanpa tekanan. Ketiga, mereka memiliki rasa percaya diri (self reliance) yang ditandai oleh (a) merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan di sekolah, (b) merasa mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan di sekolah, (c) merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya, (d) berani mengemukakan ide atau gagasan.

c. Kemandirian Nilai (Values Autonomy)

Kemandirian Nilai yaitu kemampuan remaja untuk menilai tentang benar dan salah serta yang penting dan tidak penting. Menurut Steinberg (1993), dalam perkembangan kemandirian nilai, terdapat tiga aspek perkembangan kemandirian nilai yang menjadi ketertarikan pada masa remaja. Pertama, keyakinan akan nilai-nilai semakin abstrak (abstract belief). Perilaku yang dapat dilihat ialah remaja mampu menimbang berbagai kemungkinan dalam bidang nilai. Misalnya, remaja mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada saat mengambil keputusan yang bernilai moral. Kedua, keyakinan akan nilai-nilai semakin mengarah kepada yang bersifat prinsip (principled belief). Perilaku yang dapat dilihat ialah (a) berpikir dan (b) bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggungjawabkan dalam bidang nilai. Ketiga, keyakinan akan nilai-nilai


(21)

32

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

semakin terbentuk dalam diri remaja sendiri dan bukan hanya dalam sistem nilai yang diberikan oleh orang tuanya atau orang dewasa lainnya (independent belief). Perilaku yang dapat dilihat ialah (a) remaja mulai mengevaluasi kembali keyakinan dan nilai-nilai yang diterimanya dari orang lain, (b) berpikir sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri, dan (c) bertingkah laku sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri.

2. Interaksi Sosial Teman Sebaya

Dalam penelitian ini teori yang digunakan mengenai kontribusi interaksi sosial merupakan teori yang dikemukakan oleh Schutz (Sarwono, 2003, hlm.147). Teori yang dikenal dengan teori FIRO menerangkan perilaku-perilaku individu dalam kaitannya dengan pandangan kepada individu lainnya. Ide pokok dari teori yang banyak dipengaruhi oleh teori psikoanalisis menyatakan bahwa setiap individu mengorientasikan dirinya kepada individu yang lain dengan cara tertentu dan cara ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku individu tersebut dalam hubungan dengan individu lain. Dalam teori ini, pola hubungan antar individu pada umumnya dapat dijelaskan dalam tiga kebutuhan, yaitu: inklusi, kontrol, dan afeksi.

a. Inklusi

Tahap inklusi merupakan tahap awal bagi remaja ketika memiliki rasa untuk ikut saling memiliki dalam situasi kelompok. Kebutuhan yang mendasari adalah hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Interaksi intensif sampai penarikan atau mengucilkan diri sepenuhnya adalah bagian dari tahap ini. Kekhawatiran remaja pada masa ini ketika mereka tidak diterima atau diabaikan di dalam kelompok teman sebayanya sehingga remaja dapat mengasingkan diri sama sekali dari kelompoknya atau melakukan hal-hal yang luar biasa agar dapat mengintegrasikan dirinya ke dalam kelompok. Remaja yang dapat berintegrasi dengan baik dalam kelompok teman sebayanya maka kekhawatiran-kekhawatiran tersebut akan hilang.


(22)

33

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap kontrol yaitu aspek pembuatan keputusan dalam hubungan antar pribadi. Pada tahap ini kebutuhan yang mendasari adalah keinginan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam kaitannya dengan wewenang dan kekuasaan. Tingkah kontrol dapat bervariasi dari terlalu disiplin sampai terlalu bebas dan tidak disiplin. Dalam tahap ini, remaja dan kelompok sebayanya dapat mulai saling mengingatkan, mulai mengatur diri dengan tata tertib, tujuan kelompok, pembagian tugas antara anggota kelompok dan sebagainya.

c. Afeksi

Tahap afeksi adalah tahap mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain. Kebutuhan dasar pada tahap ini yaitu keinginan untuk disukai dan dicintai. Ekspresi tingkah laku dalam tahap ini bisa positif dan juga bisa negatif. Positifnya bervariasi dari terkesan sampai cinta, sedangkan negatifnya pun bervariasi dari ketidaksenangan sampai benci. Pada tahap ini remaja sudah saling mengenal satu sama lain dalam kelompok sebayanya sehingga timbul perasaan suka atau tidak suka sehingga terbentuk kelompok-kelompok, geng atau klik yang merupakan bagian dari kelompok yang besar.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner (questionnaire) merupakan teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden) , yaitu berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspons oleh responden (Sukmadinata, 2012, hlm. 219).

Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kontribusi interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian di sekolah. Bentuk angket yang digunakan adalah angket dengan pertanyaan tertutup. Sukmadinata (2012, hlm. 219) berpendapat bahwa dalam angket tertutup, pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh


(23)

34

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

responden. Responden tidak bisa memberikan jawaban atau respons lain kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif jawaban.

Skala yang digunakan dalam angket ini adalah skala likert. Musfiqon (2012, hlm.128) menyatakan skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur tersebut dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Pilihan jawaban setiap item pernyataan memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif dengan alternatif jawaban pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Rentang Skala Likert

Alternatif Jawaban Bobot

(+) (-)

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Netral (N) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

Penskalaan tersebut diatas apabila dikaitkan dengan jenis data, maka akan dihasilkan data ordinal. Data ordinal merupakan data yang bersifat mengklasifikasikan, dan klasifikasi tersebut sudah merupakan tingkatan.

E. Proses Pengembangan Instrumen

1. Kisi-kisi Instrumen Kemandirian

a. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Kemandirian

Adapun kisi-kisi instrumen kemandirian yang dikembangkan oleh Sopian (2012) dengan merujuk pada konsep Steinberg (1993). Berikut ini disajikan kisi-kisi instrumen Kemandirian Remaja sebelum uji coba.


(24)

35

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kisi-kisi Instrumen Kemandirian Peserta Didik

(Sebelum Uji Coba)

Aspek Sub aspek Indikator Pernyataan ∑

+ -

Kemandirian Emosi

De – idealize Remaja memandang orang tua bukan orang tua yang sempurna

3 1, 2 3

Parent as people

Remaja mampu melihat orang tua seperti orang lain pada umumnya

4, 6 5 3

Non

dependency

Remaja mampu

membuat keputusan untuk menyelesaikan masalahnya tanpa mengandalkan bantuan orang tua

7, 9 8 3

Remaja mampu

bertanggung jawab atas dirinya sendiri2

11 10 2

Individuation Remaja merasa sebagai individu yang memiliki pemikiran dan perasaan yang berbeda dengan orang tuanya

12, 13 2

Remaja menjaga privasi

14, 15 16 3 Kemandirian

perilaku

Kemampuan pengambilan keputusan

Remaja mampu

menemukan akar permasalahan

18 17, 19 3

Remaja sadar akan risiko yang diterima

20, 22 21 3 Remaja

mempertimbangkan informasi baru dan masukan dari orang lain, media massa dalam mengambil keputusan

23, 25 24 3

Tidak rentan terhadap pengaruh pihak lain

Remaja memiliki ketegasan diri

26, 27 28 3 Remaja tidak mudah

terpengaruh dalam situasi yang menuntut


(25)

36

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu konformitas

Perubahan dalam rasa percaya diri

Remaja yakin terhadap potensi yang dimiliki.

33, 34 32 3

Kemandirian nilai

Abstrack belief Remaja mampu membedakan yang benar dan yang salah

35, 36, 37

3

Remaja memiliki keyakinan terhadap nilai keagamaan

38,39 40 3

Principal belief

Remaja bertindak sesuai dengan prinsip

yang dapat

dipertanggungjawabka n dalam bidang nilai

41, 43 42 3

Independent belief

Remaja bertindak sesuai dengan keyakinan dalam nilainya sendiri.

44, 46 45 3

Total pernyataan 46

b. Uji Validitas Instrumen

Sugiyono (2011, hlm.267) menyatakan bahwa uji validitas alat pengumpul data dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur. Data yang digunakan untuk mengukur validitas item, merupakan data hasil penyebaran instrumen. Dengan kata lain, penyebaran instrumen dilaksanakan sekaligus untuk menguji validitas item (built-in). Pengujian validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan uji validitas dari Spearman. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics Versi 21. Berikut ditampilkan item-item pernyataan setelah validasi.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kemandirian Peserta Didik

Signifikansi No Item Jumlah

Valid 1, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46


(26)

37

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tidak Valid 2, 3, 5, 8, 12, 14, 25 7

Berdasarkan tabel hasil uji validitas menunjukkan dari 46 item pernyataan dari angket kemandirian peserta didik terdapat 39 item pernyataan yang valid dan tujuh item pernyataan yang tidak valid (hasil pengujian validitas terlampir).

c. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui keterandalan atau ketetapan alat ukur. Jika suatu alat ukur memiliki reliabilitas yang baik maka alat ukur tersebut dapat memberikan skor yang relatif sama pada seorang responden jika responden mengisi angket pada waktu yang berbeda.

Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan program IBM SPSS Statistics Versi 21.

Hasil pengujian menggunakan IBM SPSS Statistics Versi 21 sebagai berikut. Tabel 3.6

Tingkat Realibilitas Instrumen Kemandirian Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,835 39

Berdasarkan tabel didapatkan koefisien Chronbach’s Alpha sebesar 0,835 yang berada pada tingkat kategori keterandalan sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen kemandirian dapat digunakan dengan baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data mengenai kemandirian. Setelah melalui serangkaian uji coba yang telah dikemukakan, maka dalam pengembangan kisi-kisi instrumen kemandirian mengalami perubahan sebagai berikut.

Tabel 3.7

Kisi-kisi Instrumen Kemandirian Peserta Didik (Setelah Uji Coba)


(27)

38

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

+ -

Kemandirian Emosi

De – idealize Remaja memandang orang tua bukan orang tua yang sempurna

1 1

Parent as people

Remaja mampu melihat orang tua seperti orang lain pada umumnya

2, 3 2

Non

dependency

Remaja mampu

membuat keputusan untuk menyelesaikan masalahnya tanpa mengandalkan bantuan orang tua

4, 5 2

Remaja mampu

bertanggung jawab atas dirinya sendiri2

7 6 2

Individuation Remaja merasa sebagai individu yang memiliki pemikiran dan perasaan yang berbeda dengan orang tuanya

8 1

Remaja menjaga

privasi 9 10 2

Kemandirian perilaku

Kemampuan pengambilan keputusan

Remaja mampu

menemukan akar permasalahan

12 11, 13 3 Remaja sadar akan

risiko yang diterima 14, 16 15 3 Remaja

mempertimbangkan informasi baru dan masukan dari orang lain, media massa dalam mengambil keputusan

17 18 2

Tidak rentan terhadap pengaruh pihak lain

Remaja memiliki

ketegasan diri 19, 20 21 3 Remaja tidak mudah

terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas

22 23, 24 3

Perubahan dalam rasa percaya diri

Remaja yakin terhadap


(28)

39

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kemandirian

nilai

Abstrack belief Remaja mampu membedakan yang benar dan yang salah

28, 29,

30 3

Remaja memiliki keyakinan terhadap nilai keagamaan

31,32 33 3 Principal

belief

Remaja bertindak sesuai dengan prinsip

yang dapat

dipertanggungjawabka n dalam bidang nilai

34, 36 35 3

Independent belief

Remaja bertindak sesuai dengan keyakinan dalam nilainya sendiri.

37, 39 38 3

Total pernyataan 39

2. Kisi-kisi Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya

a. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya

Kisi-kisi instrumen interaksi sosial teman sebaya yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket yang dikembangkan oleh Supriyani (2013) baik secara konsep, konstruksi maupun pengukurannya berdasarkan definisi operasional variabel yang merujuk teori FIRO dari Schutz. Berikut ini disajikan kisi-kisi instrumen interaksi sosial teman sebaya sebelum uji coba.

Tabel 3.7

Kisi-kisi Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya (Sebelum Uji Coba)

Aspek Indikator Item Pertanyaan

Jml

(+) (-)

Inklusi Menjalin hubungan yang hangat dengan dengan orang lain

1,2, 3 3

Bersikap terbuka dan menerima

orang lain apa adanya 4,5,6 3

Terlibat dalam aktivitas

kelompok 8,9 7 3

Berintegrasi dengan semua


(29)

40

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kontrol Memberikan pengarahan

kepada teman sebaya 14,15 13 3

Menjadi pemimpin kelompok 16,17,18 3

Mendapat pengarahan dari

teman sebaya 19,20 21 3

Mematuhi peraturan di dalam

kelompok 22,23,24 3

Afeksi Kemampuan berempati 26, 27 25 3

Keinginan diperhatikan oleh

teman 28, 29 30 3

Membeikan pujian atas kelebihan yang dimiliki teman sebaya

31, 32,

33 3

Total pernyataan 33

b. Uji Validitas Instrumen

Sugiyono (2011, hlm.267) menyatakan bahwa uji validitas alat pengumpul data dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur. Data yang digunakan untuk mengukur validitas item, merupakan data hasil penyebaran instrumen. Dengan kata lain, penyebaran instrumen dilaksanakan sekaligus untuk menguji validitas item (built-in). Pengujian validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan uji validitas dari Spearman. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics Versi 21. Validitas item dilakukan dengan menganalisis daya pembeda menggunakan prosedur Spearman’s rho. Berikut ditampilkan item-item pernyataan setelah validasi.

Tabel 3.8

Hasil Uji Validitas Item Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya

Signifikansi No Item Jumlah

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33

32


(30)

41

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan tabel hasil uji validitas menunjukkan dari 33 item pernyataan dari angket interaksi sosial teman sebaya terdapat 32 item pernyataan yang valid dan satu item pernyataan yang tidak valid (hasil pengujian validitas terlampir).

c. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui keterandalan atau ketetapan alat ukur. Jika suatu alat ukur memiliki reliabilitas yang baik maka alat ukur tersebut dapat memberikan skor yang relatif sama pada seorang responden jika responden mengisi angket pada waktu yang berbeda.

Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan menggunakan IBM SPSS Statistics Versi 2.

Hasil pengolahan data menggunakan IBM SPSS Statistics Versi 21 untuk memperoleh reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.9

Tingkat realibilitas Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,842 32

Berdasarkan tabel didapatkan koefisien Chronbach’s Alpha sebesar 0,842 yang berada pada tingkat kategori keterandalan sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen interaksi sosial teman sebaya dapat digunakan dengan baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data mengenai interaksi sosial teman sebaya. Setelah melalui serangkaian uji coba yang telah dikemukakan, maka dalam pengembangan kisi-kisi instrumen interaksi sosial teman sebaya mengalami perubahan sebagai berikut.

Tabel 3.11

Kisi-kisi Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya (Setelah Uji Coba)


(31)

42

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(+) (-)

Inklusi Menjalin hubungan yang hangat dengan dengan orang lain

1,2 3 3

Bersikap terbuka dan menerima orang lain apa adanya

4, 5, 6 3 Terlibat dalam aktivitas

kelompok

8, 9 7 3

Berintegrasi dengan semua anggota kelompok

10, 11, 12 3

Kontrol Memberikan pengarahan kepada teman sebaya

14, 15 13 3

Menjadi pemimpin kelompok 16, 17 2

Mendapat pengarahan dari teman sebaya

18, 19 20 3

Mematuhi peraturan di dalam kelompok

21, 22, 23 3

Afeksi Kemampuan berempati 25, 26 24 3

Keinginan diperhatikan oleh teman

27, 28 29 3

Membeikan pujian atas kelebihan yang dimiliki teman sebaya

30, 31, 32

3

Total pernyataan 32

F. Pengolahan Data

1. Verifikasi Data

Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak untuk diolah. Adapun tahapan verifikasi data yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Melakukan pengecekan jumlah angket yang sudah terkumpul sesuai dengan petunjuk pengisian.

b. Memberikan nomor urut pada setiap angket untuk menghindari kesalahan pada saat melakukan rekapitulasi data.

c. Merekap data yang diperoleh dari responden sesuai dengan tahapan penskoran yang telah ditetapkan.


(32)

43

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Melakukan perhitungan statistik sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

2. Pengelompokkan Data

Data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran instrumen interaksi sosial teman sebaya dan kemandirian kemudian dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Pengelompokan lima kategori tersebut dilakukan dengan mengonversi skor mentah menjadi skor matang dengan menggunakan batas aktual dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menghitung skor total masing-masing responden

b. Mengelompokan data menjadi lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah dengan pedoman banyaknya (frekuensi) atau proporsinya (presentasi). Artinya bahwa peserta didik yang memilih skor 1 maka berada pada kategori sangat rendah. Peserta didik yang memilih skor 2 maka berada pada kategori rendah. Peserta didik yang memilih skor 3 maka berada pada kategori sedang. Peserta didik yang memilih skor 4 maka berada pada kategori tinggi. Peserta didik yang memilih skor 5 maka berada pada kategori sangat tinggi

Adapun kualifikasi kemandirian peserta didik dan interaksi sosial teman sebaya berdasarkan kategori yaitu sebagai berikut.

Table 3.11

Kualifikasi Kemandirian Peserta Didik

Kategori Kualifikasi

Sangat tinggi Pada kategori sangat tinggi berarti peserta didik mencapai tingkat kemandirian pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah dalam kemampuan terhadap pengelolaan diri meliputi emosi, perilaku dan nilai.

Tinggi Pada kategori tinggi berarti peserta didik mencapai tingkat kemandirian pada hampir setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah dalam kemampuan terhadap pengelolaan diri meliputi emosi, perilaku dan nilai hampir dalam setiap keadaan.


(33)

44

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedang Pada kategori sedang berarti peserta didik mencapai tingkat kemandirian yang sedang pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah dalam kemampuan terhadap pengelolaan diri meliputi emosi, perilaku dan nilai pada beberapa keadaan.

Rendah Pada kategori sedang berarti peserta didik mencapai tingkat kemandirian yang sedang pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah dalam kemampuan terhadap pengelolaan diri meliputi emosi, perilaku dan nilai pada beberapa keadaan.

Sangat rendah Pada kategori rendah berarti peserta didik kurang mencapai tingkat kemandirian pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah dengan kurangnya kemampuan terhadap pengelolaan diri meliputi emosi, perilaku dan nilai.

Tabel 3.12

Kualifikasi Interaksi Sosial Teman Sebaya

Kategori Kualifikasi

Sangat tinggi Pada kategori sangat tinggi berarti peserta didik mencapai interaksi sosial pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah yang meliputi kemampuan peserta didik untuk dapat memulai interaksi dengan orang lain, peserta didik dapat saling memiliki dalam situasi kelompok, peserta didik berkeinginan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain, serta peserta didik dapat mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain.

Tinggi Pada kategori tinggi berarti peserta didik mencapai tingkat interaksi sosial pada hampir setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah yang meliputi kemampuan peserta didik untuk dapat memulai interaksi dengan orang lain, peserta didik dapat saling memiliki dalam situasi kelompok, peserta didik berkeinginan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain, serta peserta didik dapat mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain hampir dalam setiap keadaan.

Sedang Pada kategori sedang berarti peserta didik mencapai tingkat interaksi sosial yang sedang pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah yang meliputi kemampuan peserta didik untuk dapat memulai interaksi dengan orang lain, peserta didik dapat saling memiliki dalam situasi kelompok, peserta didik berkeinginan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang


(34)

45

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lain, serta peserta didik dapat mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain pada beberapa keadaan.

Rendah Pada kategori rendah berarti peserta didik kurang mencapai tingkat interaksi sosial pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah yang meliputi peserta didik kurang mampu untuk dapat memulai interaksi dengan orang lain, peserta didik kurang memiliki dalam situasi kelompok, peserta didik kurang berkeinginan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang, serta peserta didik kurang dapat mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain.

Sangat rendah Pada kategori sangat rendah berarti peserta didik mencapai tingkat interaksi sosial yang sangat rendah pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah yang meliputi peserta didik tidak dapat memulai interaksi dengan orang lain, peserta didik tidak memiliki kemampuan untuk saling memiliki dalam situasi kelompok, tidak adanya keinginan peserta didik untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain, serta peserta didik tidak dapat mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain.

3. Uji Korelasi

Uji korelasi pada penelitian ini bertujuan untuk menjawab hipotesis penelitian asosiatif. Data dalam penelitian ini merupakan data ordinal dan berdasarkan uji homogenitas data bersifat tidak homogen (statistik nonparametrik). Oleh karena itu, uji korelasi menggunakan rumus Spearman Rank Order Correlation (rho) dengan menggunakan program IBM SPSS Versi 21.


(35)

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka akan dipaparkan simpulan yang patut ditelaah dari penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian peserta didik. Interaksi sosial merupakan salah satu pendukung bagi remaja dalam menumbuhkan kemandiriannya. Begitu pun kemandirian merupakan salah satu fungsi positif dari adanya interaksi sosial teman sebaya. Dengan adanya interaksi sosial teman sebaya, remaja belajar memecahkan pertentangan-pertentangan, memberikan dorongan untuk lebih bertanggung jawab serta dapat mengambil peran, belajar menyampaikan pendapat dan tanggapan, mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan memutuskan mana yang benar dan yang salah.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, maka saran yang akan disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru Pembimbing/ Guru Bimbingan dan Konseling

Hubungan interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian siswa kelas X di SMK Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian. Interaksi sosial merupakan salah satu faktor pendukung bagi remaja dalam menumbuhkan kemandiriannya. Sehingga diharapkan pelayanan bimbingan dan konseling di SMK Negeri 11 Bandung dapat mengoptimalkan peran interaksi sosial teman sebaya yang positif untuk dapat meningkatkan kemandirian peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan sesuai dengan langkah-langkah strategis guru BK dengan


(36)

60

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melaksanakan bimbingan klasikal kepada peserta didik melalui layanan informasi, kemudian melaksanakan bimbingan kelompok, selanjutnya jika masih terdapat peserta didik yang mengalami hambatan dalam pencapaian interaksi sosial teman sebaya yang optimal maka dapat dilakukan konseling individual atau konseling kelompok.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat membandingkan gambaran umum tingkat kemampuan interaksi sosial teman sebaya dengan kemandirian di lingkungan sekolah alam dan lingkungan sekolah reguler.

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat mengembangkan program bimbingan dan konseling dengan mengoptimalkan interaksi sosial teman sebaya untuk meningkatkan kemandirian peserta didik.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.


(37)

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. dan Asrori, M. (2004) Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.

Aprilyanti, R. (2012) Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Kemandirian Remaja. Skripsi, Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaplin, J. P. (2004) Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan kartini kartono). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Furqon. (2013) Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Gerungan , W. A. (2009) Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditam.

Hurlock, B.E. Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. (1980) Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Kartadinata, S. (2007) Teori Bimbingan dan Konseling. [Online]. Tersedia di:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBING

AN/195003211974121- SUNARYO_KARTADINATA/TEORI_BIMBINGAN_DAN_KONSELING-2.pdf[Diakses 06 September 2013].

Mirandi. (2008) Hubungan Keterlibatan dalam Program Pembinaan Kesiswaan dengan Kemandirian pada Remaja. Skripsi, Psikologi, Universitas Indonesia. Mukhtar, dkk. (2001) Konsep Diri Remaja Menuju Pribadi Mandiri. Jakarta: Rakasta Samasta.

Musfiqon. (2012). Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakara: Prestasi Pustaka.

Nurrochim. (2012) Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis dan Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kemandirian Siswa Kelas IV, V, dan VI SD Sonosewu Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi,Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Yogyakarta.


(38)

62

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Osears, D. et al. (1991) Social psychology-Seventh Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Papalia, D.E. dan Olds, S.W. (2008) Human Development. New York: Mc Graw-Hill, Inc.

Pratiwining, I. (2011) Hubungan Tingkat Kemandirian dengan Kemampuan Berinteraksi Sosial pada Anggota Pramuka Kelompok Penggalang Di SMPN 13 Malang. Skripsi, Psikologi, UIN Malang.

Santrock, J.W. Alih Bahasa: Benedictine Widyasinta. (2007) Remaja- Jilid Dua. Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. Alih Bahasa: Juda Damanik, Achmad Chusairi. (2003) Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Saomah, A. (2006) Hubungan antara Pengasuhan Orang Tua, Authoritative, Authoritarian, Indulgent, Indifferent dengan Kemandidian Remaja. Tesis, Psikologi, UNPAD.

Sarwono, J. (2007) Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta: C.V Andi.

Sarwono, S. W. (2003) Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Grafindo.

Setiadi, M.E. & Kolip, U. (2011) Pengantar Sosiologi (Pemahman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya). Jakarta: PT Prenada Media Group.

Soekanto, S. (2005) Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sopian, I. (2012) Program Bimbingan dan Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa SMP. Skripsi, Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Steinberg, L. (1993) Adolescence. Sanfrancisco : McGraw-Hill, Inc.

Sugiyono. (2011) metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukaesih. (2010) Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kemandirian Remaja Siswa SMA. Skripsi, Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Universitas Pendidikan Indonesia.


(39)

63

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sukmadinata, N. S. (2012) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda karya.

Sunarto dan Hartono, A. B. (2008) Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Supriyani, M.D. (2014) Kontribusi Interaksi Sosial Teman Sebaya Terhadap Kemandirian Peserta Didik. Skripsi, Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Widjaja, H. (1986) Hubungan Perilaku Kemandirian, Ketergantungan dengan Prestasi Belajar Anak Pra Sekolah. Disertasi, Psikologi, UNPAD.

Yusuf, S. (2009) Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Zimmer-Gembeck, M.J. (2001) Autonomy In Adolescence. In J. V. Lerner& R. M. Lerner (Eds.), Adolescencein America: An Encyclopedia. Denver, CO: ABC CLIO[Online]. Tersedia di: http://www.sdrs.info/publications.php. [Diakses 05 Maret 2014].


(1)

45

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lain, serta peserta didik dapat mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain pada beberapa keadaan.

Rendah Pada kategori rendah berarti peserta didik kurang mencapai tingkat interaksi sosial pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah yang meliputi peserta didik kurang mampu untuk dapat memulai interaksi dengan orang lain, peserta didik kurang memiliki dalam situasi kelompok, peserta didik kurang berkeinginan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang, serta peserta didik kurang dapat mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain.

Sangat rendah Pada kategori sangat rendah berarti peserta didik mencapai tingkat interaksi sosial yang sangat rendah pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah yang meliputi peserta didik tidak dapat memulai interaksi dengan orang lain, peserta didik tidak memiliki kemampuan untuk saling memiliki dalam situasi kelompok, tidak adanya keinginan peserta didik untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain, serta peserta didik tidak dapat mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain.

3. Uji Korelasi

Uji korelasi pada penelitian ini bertujuan untuk menjawab hipotesis penelitian asosiatif. Data dalam penelitian ini merupakan data ordinal dan berdasarkan uji homogenitas data bersifat tidak homogen (statistik nonparametrik). Oleh karena itu, uji korelasi menggunakan rumus Spearman Rank


(2)

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka akan dipaparkan simpulan yang patut ditelaah dari penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian peserta didik. Interaksi sosial merupakan salah satu pendukung bagi remaja dalam menumbuhkan kemandiriannya. Begitu pun kemandirian merupakan salah satu fungsi positif dari adanya interaksi sosial teman sebaya. Dengan adanya interaksi sosial teman sebaya, remaja belajar memecahkan pertentangan-pertentangan, memberikan dorongan untuk lebih bertanggung jawab serta dapat mengambil peran, belajar menyampaikan pendapat dan tanggapan, mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan memutuskan mana yang benar dan yang salah.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, maka saran yang akan disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru Pembimbing/ Guru Bimbingan dan Konseling

Hubungan interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian siswa kelas X di SMK Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian. Interaksi sosial merupakan salah satu faktor pendukung bagi remaja dalam menumbuhkan kemandiriannya. Sehingga diharapkan pelayanan bimbingan dan konseling di SMK Negeri 11 Bandung dapat mengoptimalkan peran interaksi sosial teman sebaya yang positif untuk dapat meningkatkan kemandirian peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan sesuai dengan langkah-langkah strategis guru BK dengan


(3)

60

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melaksanakan bimbingan klasikal kepada peserta didik melalui layanan informasi, kemudian melaksanakan bimbingan kelompok, selanjutnya jika masih terdapat peserta didik yang mengalami hambatan dalam pencapaian interaksi sosial teman sebaya yang optimal maka dapat dilakukan konseling individual atau konseling kelompok.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat membandingkan gambaran umum tingkat kemampuan interaksi sosial teman sebaya dengan kemandirian di lingkungan sekolah alam dan lingkungan sekolah reguler.

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat mengembangkan program bimbingan dan konseling dengan mengoptimalkan interaksi sosial teman sebaya untuk meningkatkan kemandirian peserta didik.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.


(4)

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. dan Asrori, M. (2004) Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.

Aprilyanti, R. (2012) Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan

Kemandirian Remaja. Skripsi, Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Universitas

Pendidikan Indonesia.

Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaplin, J. P. (2004) Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan kartini kartono). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Furqon. (2013) Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Gerungan , W. A. (2009) Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditam.

Hurlock, B.E. Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. (1980) Psikologi

Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima.

Jakarta: Erlangga.

Kartadinata, S. (2007) Teori Bimbingan dan Konseling. [Online]. Tersedia di:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBING

AN/195003211974121- SUNARYO_KARTADINATA/TEORI_BIMBINGAN_DAN_KONSELING-2.pdf[Diakses 06 September 2013].

Mirandi. (2008) Hubungan Keterlibatan dalam Program Pembinaan Kesiswaan

dengan Kemandirian pada Remaja. Skripsi, Psikologi, Universitas Indonesia.

Mukhtar, dkk. (2001) Konsep Diri Remaja Menuju Pribadi Mandiri. Jakarta: Rakasta Samasta.

Musfiqon. (2012). Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakara: Prestasi Pustaka.

Nurrochim. (2012) Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis dan Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kemandirian Siswa Kelas IV, V, dan VI SD

Sonosewu Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Tahun Pelajaran 2011/2012.


(5)

62

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Osears, D. et al. (1991) Social psychology-Seventh Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Papalia, D.E. dan Olds, S.W. (2008) Human Development. New York: Mc Graw-Hill, Inc.

Pratiwining, I. (2011) Hubungan Tingkat Kemandirian dengan Kemampuan Berinteraksi Sosial pada Anggota Pramuka Kelompok Penggalang Di SMPN 13

Malang. Skripsi, Psikologi, UIN Malang.

Santrock, J.W. Alih Bahasa: Benedictine Widyasinta. (2007) Remaja- Jilid Dua.

Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. Alih Bahasa: Juda Damanik, Achmad Chusairi. (2003) Life Span

Development (Perkembangan Masa Hidup). Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Saomah, A. (2006) Hubungan antara Pengasuhan Orang Tua, Authoritative,

Authoritarian, Indulgent, Indifferent dengan Kemandidian Remaja. Tesis,

Psikologi, UNPAD.

Sarwono, J. (2007) Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta: C.V Andi.

Sarwono, S. W. (2003) Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Grafindo.

Setiadi, M.E. & Kolip, U. (2011) Pengantar Sosiologi (Pemahman Fakta dan

Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya). Jakarta: PT

Prenada Media Group.

Soekanto, S. (2005) Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sopian, I. (2012) Program Bimbingan dan Bimbingan Pribadi Sosial Untuk

Mengembangkan Kemandirian Siswa SMP. Skripsi, Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Steinberg, L. (1993) Adolescence. Sanfrancisco : McGraw-Hill, Inc.

Sugiyono. (2011) metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukaesih. (2010) Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kemandirian

Remaja Siswa SMA. Skripsi, Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Universitas


(6)

Nefi Chita Octafianne, 2014

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sukmadinata, N. S. (2012) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda karya.

Sunarto dan Hartono, A. B. (2008) Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Supriyani, M.D. (2014) Kontribusi Interaksi Sosial Teman Sebaya Terhadap

Kemandirian Peserta Didik. Skripsi, Psikologi Pendidikan dan Bimbingan,

Universitas Pendidikan Indonesia.

Widjaja, H. (1986) Hubungan Perilaku Kemandirian, Ketergantungan dengan

Prestasi Belajar Anak Pra Sekolah. Disertasi, Psikologi, UNPAD.

Yusuf, S. (2009) Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Zimmer-Gembeck, M.J. (2001) Autonomy In Adolescence. In J. V. Lerner& R. M. Lerner (Eds.), Adolescencein America: An Encyclopedia. Denver, CO: ABC CLIO[Online]. Tersedia di: http://www.sdrs.info/publications.php. [Diakses 05 Maret 2014].