ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH)CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN Analisis Its (Indirect Tensile Strength) Campuran Ac (Asphalt Concrete) Yang Dipadatkan Dengan Aprs (Alat Pemadat Roller Slab).

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH)
CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN
DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB)

Naskah Publikasi

untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil

AGUNG PRASETYO
NIM : D 100 070 031

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH)
CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN
DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB)
ABSTRAKSI
Proses pemadatan asphalt concrete di lapangan biasanya dilakukan dengan

menggunakan alat tandem roller dan pneumatic roller yang prinsip kerjanya secara
dinamis, yaitu dengan cara digilas, sedangkan proses pemadatan yang dilakukan di
laboratorium masih menggunakan Marshall hammer yang prinsip kerjanya secara statis,
yaitu ditumbuk secara vertikal. Alat Pemadat Roller Slab (APRS) yang telah
dimanufaktur di Laboratorium Teknik Sipil UMS, didesain untuk menyesuaikan proses
pemadatan yang ada di lapangan. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik kekuatan tarik tak langsung material campuran AC (Asphalt Concrete)
menggunakan spesimen yang dipadatkan dengan alat pemadat Roller Slab dan untuk
mengetahui pengaruh jumlah lintasan terhadap nilai kekuatan tarik tak langsung.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode experiment dengan
melakukan variasi jumlah lintasan dengan kepadatan yang diinginkan. Penelitian ini
menggunakan 18 buah benda uji yang dipadatkan menggunakan Marshall hummer untuk
mencari nilai kadar aspal optimum dengan 6 variasi kadar aspal yaitu: 4,5%; 5%; 5,5%;
6%; 6,5%; 7%; 7,5%; 8%; 8,5%; 9% (masing-masing variasi 3 sampel). Dari nilai kadar
aspal optimum tersebut dibuatlah 3 sampel dengan nilai density 100%, 99%, dan 98%
yang dipadatkan menggunakan Alat Pemadat Roller Slab (APRS) untuk mengetahui
berapa jumlah lintasan dari pemadatan dengan Alat Pemadat Roller Slab (APRS). Setelah
didapat jumlah lintasan, sampel lalu diambil benda ujinya menggunakan alat core drill.
Penelitian ini menggunakan 3 buah sampel (masing-masing sampel 2 buah benda uji).
Setelah didapat benda uji, barulah ditest menggunakan alat Indirect Tensile Strenght (ITS)

dengan suhu ruangan ± 25oC.
Berdasarkan hasil penelitian analisis ITS (Indirect Tensile Strenght) campuran AC
(Asphalt Concrete)yang dipadatkan dengan Alat Pemadat Roller Slab (APRS) dapat
disimpulkan bahwa, dengan nilai density marshall 100% diperoleh 55 jumlah lintasan,
sedangkan nilai density marshall 99% diperoleh 40 jumlah lintasan dan nilai density
marshall 98% diperoleh 25 jumlah lintasan, dari jumlah lintasan yang diperoleh dari 3
percobaan tersebut menunjukkan bahwa nilai kekuatan tarik tak langsung pada 55
lintasan sebesar 574,00 KPa, sedangkan pada 40 lintasan sebesar 464,42 KPa dan 25
lintasan sebesar 396,58 Kpa, dari hasil tersebut menunjukkan semakin banyak jumlah
lintasan semakin besar pula nilai kekuatan tarik (tensile strenght).
Kata kunci : Pemadatan, APRS, Asphalt Concrete, Indirect Tensile Strength

PENDAHULUAN
Pada umumnya di lapangan, pada saat suatu kendaraan yang melintas di atas
suatu perkerasan jalan, perkerasan jalan tersebut akan mendapatkan gaya tekan
pada bagian atas dan akan mendapatkan gaya tarik pada bagian bawahnya, tapi
selama ini, pengujian yang dilakukan di laboratorium hampir selalu menggunakan
alat Marshall. Uji Marshall tersebut dimaksudkan untuk menentukan ketahanan
(stabilitas) dan kelelehan (flow) berdasarkan gaya tekan yang diberikan. Hal ini
berarti kekuatan material dipresentasikan dengan nilai Marshall Stability yaitu

kekuatan suatu campuran aspal dalam menerima gaya tekan. Untuk itu perlu
diketahui juga kemampuan material tersebut menerima gaya tarik yaitu dengan
menggunakan alat ITS (Indirect Tensile Strength).
ITS (Indirect Tensile Strength) adalah suatu metode untuk mengetahui nilai
gaya tarik dari campuran aspal beton. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
indikasi akan terjadinya retak di lapangan. Pengujian hampir sama dengan
pengujian Marshall, yang membedakan hanyalah pada pengujian kuat tarik tak
langsung tidak menggunakan cincin penguji namun menggunakan plat berbentuk
cekung dengan lebar 12,5 mm pada bagian penekan Marshall.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah bagaimanakah nilai kekuatan tarik tak langsung material campuran AC
(Asphalt Concrete) jika menggunakan spesimen yang dipadatkan dengan alat
pemadat Roller Slab. Dan pengaruh jumlah lintasan campuran AC (Asphalt
Concrete) terhadap nilai kekuatan tarik tak langsung
Untuk menghindari adanya perluasan pembahasan, maka dipakai batasan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan Perkerasan Program Studi Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Campuran aspal agregat yang digunakan adalah AC-WC (Asphalt ConcreteWearing Course).
3. Campuran AC (Asphalt Concrete) sesuai dengan spesifikasi Bina Marga 2010.

4. Aspal yang digunakan adalah aspal penetrasi 60/70 produksi PT. Pertamina
Cilacap, Jawa Tengah

5. Agregat halus pasir berasal dari Kaliworo, Klaten
6. Agregat kasar berupa batu pecah berasal dari Kaliworo, Klaten
7. Suhu pencampuran aspal terendah adalah 160°C.
8. Variasi untuk menentukan kadar aspal optimum yaitu antara 4,5%, 5%, 5,5%,
6%, 6,5% dan 7% terhadap total berat agregat.
9. Alat pemadat yang digunakan adalah Roller Slab.
10. Suhu pemadatan campuran aspal agregat dengan alat pemadat Roller Slab
adalah 110oC
11. Alat yang digunakan untuk mengambil benda uji adalah Core Drill.
12. Alat penguji benda uji adalah ITS (Indirect Tensile Strength)
13. Suhu benda uji untuk pengujian ITS (Indirect Tensile Strength) adalah 25oC
14. Jumlah 3 sampel dengan 3 variasi lintasan
15. Satu sampel terdiri dari 2 benda uji

TINJAUAN PUSTAKA
Ashpalt Concrete merupakan salah satu jenis konstruksi perkerasan lentur
(flexible pavement) karena menggunakan aspal sebagai bahan pengikat antar

agregat. Gradasi agregat tersusun beberapa fraksi, yaitu fraksi kasar, fraksi halus,
dan filler.
Kenyataannya di lapangan, saat suatu perkerasan jalan menerima beban dari
arus lalu lintas yang melintas di atasnya material lapisan permukaan bagian atas
mendapatkan gaya tekan, sedangkan material bagian bawah mendapatkan gaya
tarik. Untuk itu perlu diketahui juga kemampuan material tersebut menerima gaya
tarik yaitu dengan menggunakan alat ITS (Indirect Tensile Strength).
Beban roda kendaraan di atas struktur perkerasan menimbulkan gaya tekan
ke bawah. Beban roda berhenti atau bergerak memberikan gaya tekan sehingga
lapisan akan terjadi lendutan. Kalau lapisan melendut maka lapisan atas bagian
bawah menerima gaya tekan dan sebaliknya lapisan atas bagian bawah menerima
gaya tarik. Akibat gaya tarik yang terjadi pada lapisan bagian bawah
mengakibatkan retak. Retak terjadi dari bawah merambat ke atas. Inilah
mekanisme terjadinya gaya tarik pada lapisan bagian bawah.

METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, maka dibuat urutan kegiatan
mulai dari proses memperoleh data sampai dengan data tersebut berguna untuk
membuat suatu keputusan. Kegiatan ini menggunakan 7 tahapan pokok (seperti
terlihat pada bagan alir penelitian Gambar IV.1) untuk mencapai hasil yang

merupakan kesimpulan dari analisis Indirect Tensile Strenght (ITS) campuran
Asphalt Concrate (AC) yang dipadatkan dengan alat pemadat Roller Slab (APRS)
Adapun langkah penelitian sebagai berikut:
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam delapan tahap, yaitu:
Tahap I:
Tahap II:

persiapan alat dan bahan
Pemeriksaan mutu bahan yang meliputi mutu aspal (penetrasi, titik
lembek, daktilitas dan berat jenis aspal) dan mutu agregat
(pemeriksaan keausan, pemeriksaan berat jenis agregat kasar dan
agregat halus, pemeriksaan kelekatan agregat terhadap aspal)
hingga masuk spesifikasi

Tahap III:

Pembuatan benda uji menggunakan alat Marshall Hummer dengan
variasi kadar aspal 4,5% ; 5% ; 5,5% ; 6% ; 6,5% ; 7%

Tahap IV:


Pengujian benda uji dengan Marshall Test hingga diperoleh kadar
aspal optimum

Tahap V:

Pembuatan sampel menggunakan kadar aspal optimum dengan
Alat Pemadat Roller Slab (APRS) sebanyak 3 buah dengan 3
variasi jumlah lintasan. masing-masing sampel sebanyak 2 benda
uji

Tahap VI:

Pengambilan data kemudian didapatkan nilai Void in mineral
aggregat (VMA), Void In Compacted Mixture (VIM), Voids Filled
with Bitumen (VFWA), Kepadatannya (Density) dan Pengujian
Indirect Tensile Strenght ( ITS ) dengan suhu 25oC

Tahap VII:


Analisis data dan pembahasan

HASIL PENELITIAN
Pengujian kualitas material dalam campuran aspal panas ini terdiri dari
material agregat dan aspal.
1. Pemeriksaan Agregat Kasar

Tabel V.1 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat Kasar.
No
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Spesifikasi
1.
Abrasi
38,84 %
Max. 40%
2.
Kelekatan terhadap aspal
98%
Min. 95%

3.
Berat Jenis Bulk
2,67 gr/cc
> 2,50
4.
Berat Jenis SSD
2,74gr/cc
5
Berat Jenis semu
2,89 gr/cc
6
Penyerapan air
2,81%
50%

Keterangan
memenuhi
memenuhi

Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 dan Hasil Penelitian


3. Pemeriksaan Aspal

Tabel V.3 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Aspal.
Hasil
No Jenis Pemeriksaan
Spesifikasi
1.
Penetrasi
75.2
60-70
2.
Titik lembek
48°C
≥. 48°C
3.
Daktilitas 25°C
1500 mm
≥ 100
4.

Berat Jenis
1,02 gr
≥ 1,0

Keterangan
memenuhi
memenuhi
memenuhi
memenuhi

Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 dan Hasil Penelitian

Proses pengujian Marshall dapat dilakukan setelah seluruh persyaratan
material, berat jenis, penyerapan aspal dan perkiraan kadar aspal rencana telah
terpenuhi. Diperlukan juga tabel angka koreksi dan kalibrasi pada alat uji tekan
Marshall dalam perhitungan stabilitas Marshall setelah disesuaikan dari lbf
menjadi kilogram. Sedangkan hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel V.4 di
bawah ini.

Tabel V.4 Hasil Pengujian Marshall pada Kadar Aspal Optimum.
Kadar Aspal ( % )
Sifat Marshall
Satuan
4,5

5

5,5

6

6,5

7

2,12
2,15
2,16
2,19
2,19
2,21
Density
gr/cc
1945,59 1401.63 435.76 1676.25 1541.55 1601,75
Stability
kg
3,40
3,64
3,19
3,33
4,22
Flow
mm
3.30
Marshall Quotient kg/mm 574,26 385.37 435.76 532.17 463.87 388,41
18,14
17,98
17,93
17,43
VMA
(%)
18.69
17.36
9,48
7,81
6,57
4,77
4,35
2,67
VIM
(%)
55,31
61,54
73,04
81,35
VFWA
(%)
48.01
70.01
Sumber : Hasil Penelitian

Tabel V.5 Propertis Marshall pada Kadar Aspal Optimum.
No.
1
2
3
4
5
6
7

Propertis Marshall pada kadar aspal optimum
Density
Stability
Flow
Marshall Quotient
VMA
VIM
VFWA

gr/cm3
kg
mm
kg/mm
%
%
%

(Sumber : Hasil penelitian)

Nilai kepadatan 100% = 2,190 gr/cm3
Nilai kepadatan 99%  2,190 x

99
 2,168 gr/cm 3
100

Nilai kepadatan 98%  2,190 x

98
 2,146 gr/cm 3
100

2,190
1366,90
3,45
396,20
17,67
4,43
72,23

Dari 3 percobaan material campuran AC yang dipadatkan dengan APRS.
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel V.6. berikut ini:
Tabel V.6 Hasil Data Pemadatan dengan Alat Pemadat Roller Slab
Percobaan

Kepadatan

lintasan

Beban bandul

Total beban gandar

1

100 %

55

40 kg

502 kg

2

99 %

40

40 kg

502 kg

3

98 %

25

40 kg

502 kg

(Sumber : Hasil penelitian)

Percobaan 2

Percobaan 1
B

A

B

A

B

A

30 cm

30 cm

30 cm

30 cm

Percobaan 3

30 cm

30 cm

Gambar V.1. benda uji ITS
Nilai jumlah lintasan diperoleh dari hasil perbandingan antara volume
loyang APRS dengan volume mold marshall, setelah didapat nilai kepadatan dari
hasil pemadatan dengan marshall hammer yaitu 2,190 gr/cm3, setelah itu nilai
kepadatan 2,190 gr/cm3 dikalikan dengan volume loyang APRS (30x30x6,8)cm
akan didapat nilai jumlah campuran agregat aspal, nah setelah didapat nilai jumlah
campuran agregat aspal, dimasukkan kedalam Loyang APRS. setelah itu baru
dipadatkan dengan APRS lalu hitung berapa jumlah lintasan yang didapat sampai
campuran agregat aspal sama dengan ketinggian Loyang APRS yaitu 6,8 cm.
1. Karakteristik Campuran AC (Ashpalt Concrete)
Karakteristik Campuran AC (Ashpalt Concrete) yaitu nilai Density, VMA,
VFWA, dan VITM. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel V.7 Karakteristik Campuran AC (Ashpalt Concrete) pada 55 lintasan
No.

Karakteristik

1
2
3
4

Density (gr/cc)
VMA (%)
VFWA (%)
VITM (%)

A
2.224
16.331
79.425
2.874

Benda uji
B
2.218
16.551
78.163
3.130

Rata-rata
2,221
16,441
78,794
3,002

(Sumber : Hasil penelitian)

Tabel V.8 Karakteristik Campuran AC (Ashpalt Concrete) pada 40 lintasan
Benda uji

No.

Karakteristik

1
2
3
4

Density (gr/cc)
VMA (%)
VFWA (%)
VITM (%)

A
2.192
17.530
72.930
4.267

B
2.201
17.188
74.691
3.869

Rata-rata
2,197
17,359
73,810
4,068

(Sumber : Hasil penelitian)

Tabel V.9 Karakteristik Campuran AC (Ashpalt Concrete) pada 25 lintasan
No.

Karakteristik

1
2
3
4

Density (gr/cc)
VMA (%)
VFWA (%)
VITM (%)

A
2.181
17.933
70.942
4.735

Benda uji
B
2.163
18.642
67.657
5.557

Rata-rata
2,172
18,287
69,299
10,292

(Sumber : Hasil penelitian)

Tabel V.10 Karakteristik Campuran AC (Ashpalt Concrete) pada 25 lintasan
Percobaan

Kepadatan
(density)

1

100%

2

99%

3

98%

Kadar
aspal
(%)

6,325

Nilai density (gr/cm3) dipadatakan dengan
Marshall hammer

APRS

2,190

2,224

2,168

2,192

2,146

2,181

2. ITS (Indirect Tensile Strenght)
Hasil pemeriksaan benda uji dengan alat uji ITS (Indirect Tensile
Strength) dengan pengujian suhu ruangan diperkirakan sekitar ± 25oC di
laboratorium dapat dilihat pada Tabel V.11 di bawah ini.
Tabel V.11 Nilai ITS
ITS (KPa)

Percobaan

Kepadatan

Jumlah
lintasan

A

B

1
2
3

100%
99%
98%

55
40
25

574,001
448,765
375,710

574,001
480,074
417,456

Rata-rata
574,001
464,419
396,583

(Sumber : Hasil penelitian)

3. Pengaruh Jumlah Lintasan terhadap Nilai Kekuatan Tarik (Tensile Strenght)
Hasil pemeriksaan terhadap benda uji dengan alat uji ITS (Indirect Tensile
Strength) dilaboratorium diperoleh nilai kekuatan tarik pada campuran AC.
Untuk lebih jelasnya lihat pada Gambar V.2. di bawah ini
Grafik hubungan antara lintasan dengan nilai ITS
600

ITS (kPa)

550
500
Benda Uji A
450

Benda Uji B

400
350
300
55

40

25

Lintasan

Gambar V.2 Hubungan antara jumlah lintasan dengan nilai ITS
Gambar V.3 menunjukkan bahwa jumlah lintasan terhadap nilai ITS sangat
berpengaruh terhadap nilai ITS yang dihasilkan. Semakin banyak lintasan yang
digunakan, maka semakin besar pula nilai ITS campuran AC (Asphalt Concrete)
yang didapat. Hal ini disebabkan karena semakin banyak lintasan maka beban
yang diterima benda uji secara terus menerus mengakibatkan kenaikan tegangan
(stress σ) Pa (Pascal), yang menyebabkan lendutan serta diikuti pula dengan

kenaikan regangan (strain ε), yang dapat mengakibatkan kerusakan retak sampai
tegangan maksimum. secara otomatis kalau nilai tegangan tinggi maka nilai ITS
semakin tinggi pula. Pada saat terjadi tegangan maksimum disitulah didapat nilai
maksimum ITS.
4. Pengaruh Karakteristik Campuran AC (Ashpalt Concrete) terhadap nilai ITS
(Indirect Tensile Strenght)
a) Pengaruh density terhadap nilai ITS (Indirect Tensile Strenght)
Untuk hasil selengkapnya dari 3 percobaan yang dilakukan, pengaruh
density terhadap nilai ITS dapat dilihat pada Gambar V.3. di bawah ini.

700
600

ITS (KPa)

500
400
300
200
100
0
2.16

2.17

2.18

2.19

2.2

2.21

2.22

2.23

Density (gr/cm3)

Gambar V.3. hubungan antara density dengan ITS
Gambar V.3 menunjukkan bahwa semakin besar nilai density yang didapat,
maka semakin besar pula nilai ITS. Nilai density berbanding lurus dengan nilai ITS.
Hal ini disebabkan karena semakin banyak lintasan maka beban yang diterima
benda uji secara terus menerus mengakibatkan kenaikan tegangan (stress σ) Pa
(Pascal), secara otomatis kalau nilai tegangan tinggi maka nilai ITS semakin tinggi
pula. Begitpula dengan nilai density jika semakin banyak lintasan yang digunakan,
maka nilai density yang didapat semakin tinggi pula Hal ini disebabkan karena
benda uji akan mengalami deformasi, sehingga benda uji akan terjadi perubahan
volume lebih kecil daripada volume awal benda uji, dengan berat yang tetap.
Sehingga mengakibatkan nilai density menjadi tinggi,

b) Pengaruh VITM terhadap nilai ITS (Indirect Tensile Strenght)
Dari 3 percobaan yang dilakukan, pengaruh VITM terhadap nilai ITS dapat
dilihat pada Gambar V.4. di bawah ini.

700
600

ITS (KPa)

500
400
300
200
100
0
0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

VITM (%)

Gambar V.4. Hubungan antara VITM dengan ITS
Gambar V.4 menunjukkan bahwa nilai VITM berbanding terbalik dengan
nilai ITS. Semakin kecil nilai VITM maka semakin besar pula nilai ITS. Hal ini
disebabkan karena jumlah lintasan yang digunakan, semakin banyak lintasan yang
digunakan maka nilai VITM semakin kecil,
c) Pengaruh VMA terhadap nilai ITS (Indirect Tensile Strenght)
Dari 3 percobaan yang dilakukan, pengaruh VMA terhadap nilai ITS dapat
dilihat pada Gambar V.5. di bawah ini.
700
600

ITS (KPa)

500
400
300
200
100
0
16.00

16.50

17.00

17.50

18.00

VMA (%)

Gambar V.5. Hubungan antara VMA dengan ITS

18.50

Gambar V.5. menunjukkan bahwa nilai VMA berbanding terbalik dengan
nilai ITS. Semakin kecil nilai VMA maka semakin besar pula nilai ITS. Hal ini
mirip seperti terjadinya nilai VITM, cuman VMA yaitu pori yang ada diantara butir
agregat didalam campuran aspal panas yang sudah dipadatkan termasuk ruang yang
terisi aspal. VMA digunakan sebagai ruang untuk menampung aspal dan rongga
udara yang diperlukan dalam campuran beraspal panas, besarnya nilai VMA
dipengaruhi oleh kadar aspal, gradasi bahan susun, jumlah tumbukan dan
temperatur pemadatan.
d) Pengaruh VFWA terhadap nilai ITS (Indirect Tensile Strenght)
Dari 3 percobaan yang dilakukan, pengaruh VFWA terhadap nilai ITS dapat
dilihat pada Gambar V.6. di bawah

700
600

ITS (KPa)

500
400
300
200
100
0
68.00

70.00

72.00

74.00

76.00

78.00

80.00

VFWA (%)

Gambar V.6. Hubungan antara VFWA dengan ITS

Gambar V.6. menunjukkan bahwa semakin besar nilai VFWA yang
didapat, maka semakin besar pula nilai ITS. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai VFWA berbanding lurus dengan nilai ITS. VFWA (Void Filled with
Asphalt) adalah volume rongga yang dapat terisi oleh aspal. VFWA juga
bagian dari VMA yang terisi oleh aspal tetapi tidak termasuk aspal yang
terabsorbsi oleh masing-masing butir agregat. Nilai Void Filled With
Asphalt (VFWA) yang tinggi ini disebabkan mungkin karena tingginya
suhu pemadatan yaitu sebesar 110oC

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian mengenai analisis kekuatan tarik material campuran AC
(Ashpalt Concrete) menggunakan sistem pengujian Indirect Tensile Strenght,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai kekuatan tarik tak langsung yang dipadatkan dengan menggunakan APRS
adalah sebesar 574,001 KPa dengan 55 jumlah lintasan, sedanngkan nilai kekuatan
tarik dengan jumlah lintasan sebanyak 40 jumlah lintasan adalah sebesar 464,419
KPa. Dan untuk nilai kekuatan tarik dengan jumlah lintasan sebanyak 25 jumlah
lintasan adalah sebesar 396,583 KPa.
2. Nilai kekuatan tarik tak langsung material campuran AC (Ashpalt Concrete)
cenderung tinggi ketika jumlah lintasan yang digunakan banyak. Hal ini
menunjukkan nilai kekuatan tarik (tensile strenght) berbanding lurus dengan
banyaknya jumlah lintasan.

B. Saran
1. Alat ITS yang digunakan merupakan alat yang di kombinasikan dengan alat Marshall
yang sudah ada di laboratorium Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan
disesuaikan dengan persyaratan ukuran yang tepat untuk bidang muatan dari British
Standart. Meskipun begitu pasti masih ada data yang kurang valid karena keterbatasan
alatnya.Diharapkan pengadaan alat ITS yang standart untuk penelitian yang
selanjutnya demi ketelitian dan kevalidan data.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang berat benda uji dalam air karena setelah
dikaji ulang, pada waktu perendaman selama 24 jam ternyata masih ada gelembung
udara yang dihasilkan pada saat diperiksa menggunakan vacum/alat hampa udara.
Banyaknya udara juga akan mempengaruhi berat di dalam air.
3. Perlu dilakukan perbaikan ulang terhadap timbangan terutama timbangan manual
karena hasil yang di dapat pada penimbangan di udara mempunyai selisih terhadap
timbangan digital. Hal ini juga akan mempengaruhi berat benda uji dalam air karena
proses penimbangan menggunakan timbangan manual.

DAFTAR PUSTAKA
Aris, 2010, Alat Pemadat Roller Slab (APRS), Tugas Akhir, Program Studi
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
British Standart, 2003, Bituminous Mixtures-Test Methods For Hot Mix AsphaltPart 23: Determination of The Indirect Tensile Strength of Bituminous
Specimens, BS EN 12697-23:2003, BSi-Europe.
Colifah, 2010, Analisis Korelasi antara Marshall Stability dan ITS (Indirect
Tensile Strength) pada Campuran Panas Beton Aspal, Tugas Akhir,
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Mujiono, 2011, Analisis Kekuatan Tarik Material Campuran HRS-B (Hot Rolled
Sheet) Menggunakan Sistem Pengujian Indirect Tensile Strength, Tugas
Akhir, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Sukirman, S, 1992, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Bandung.
Sukirman, S, 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Jakarta.
Utama, 2006 Karakteristiki Asphalt Concrete dengan Inderect Tensile Strength
Test, Surakarta.
Wijayanti, Erni, 2012, Pengaruh Temperatur Pekerasan Terhadap Karakteristik
AC-SC Menggunakan Spesifikasi Bina Marga 2010, Proposal Tugas
Akhir, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

BIBLIOGRAFI
Departemen Pekerjaan Umum, 1987, Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Beton
Aspal (Lataston) untuk jaln dan jembatan, Directorat Jendral Bina Marga,
Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 2010, Spesifikasi Umum, Directorat Jendral Bina
Marga, Jakarta.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN ASPHALT Analisis Karakteristik Marshall Campuran Asphalt Concrete (AC) Yang Dipadatkan Menggunakan Alat Pemadat Roller Slab (APRS).

0 1 13

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN ASPHALT Analisis Karakteristik Marshall Campuran Asphalt Concrete (AC) Yang Dipadatkan Menggunakan Alat Pemadat Roller Slab (APRS).

0 4 20

EVALUASI DISTRIBUSI VOID CAMPURAN AC YANG DIPADATKAN DENGAN Evaluasi Distribusi Void Campuran Ac Yang Dipadatkan Dengan Alat Pemadat Roller Slab (APRS).

0 2 18

PENDAHULUAN Evaluasi Distribusi Void Campuran Ac Yang Dipadatkan Dengan Alat Pemadat Roller Slab (APRS).

0 2 6

EVALUASI DISTRIBUSI VOID CAMPURAN AC YANG DIPADATKAN DENGAN Evaluasi Distribusi Void Campuran Ac Yang Dipadatkan Dengan Alat Pemadat Roller Slab (APRS).

0 9 18

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH)CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN Analisis Its (Indirect Tensile Strength) Campuran Ac (Asphalt Concrete) Yang Dipadatkan Dengan Aprs (Alat Pemadat Roller Slab).

0 1 24

PENDAHULUAN Analisis Its (Indirect Tensile Strength) Campuran Ac (Asphalt Concrete) Yang Dipadatkan Dengan Aprs (Alat Pemadat Roller Slab).

0 2 5

STUDI PROSEDUR PEMADATAN MATERIAL ASPHALT CONCRETE (AC)MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) Studi Prosedur Pemadatan Material Asphalt Concrete (AC) Menggunakan Alat Pemadat Roller Slab (APRS).

0 3 19

STUDI PROSEDUR PEMADATAN MATERIAL ASPHALT CONCRETE(AC) MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) Studi Prosedur Pemadatan Material Asphalt Concrete (AC) Menggunakan Alat Pemadat Roller Slab (APRS).

0 3 13

Studi Prosedur Pemadatan Material Asphalt Concrete (AC) Menggunakan Alat Pemadat Roller Slab (Aprs)

0 0 11