STUDI KASUS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO.978/K/PDT/2011 TENTANG KEABSAHAN AKTA HIBAH DAN PERBUATAN INGKAR JANJI (WANPRESTASI) OLEH SIPEMBERI HIBAH YANG MENCABUT SECARA SEPIHAK.
STUDI KASUS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA NO.978/K/PDT/2011 TENTANG KEABSAHAN
AKTA HIBAH DAN PERBUATAN INGKAR JANJI (WANPRESTASI)
OLEH SIPEMBERI HIBAH YANG MENCABUT SECARA SEPIHAK
SERTA MENGHIBAHKAN KEMBALI KEPADA PIHAK LAIN
ABSTRAK
Oeyannto Rahardjo dan Ny.Lennie Setjiono (Tergugat I) adalah
Sipenghibah yang telah melakukan ingkar janji kepada Wawan Rahadjo,
Oekardi Rahardjo, Hahan Rahardjo (Para Penggugat) dalam perkara
pembatalan sepihak terhadapa Akta Hibah No.36 tertanggal 26 Juli 1979
yang dilakukan dihadapan Notaris Raden Kosasih Ateng Sachri di
Purwakarta, namun pada tahun 2005 Akta Hibah tersebut dihibahkan
kembali kepada pihak lain dan membuat Akta Hibah baru dengan
melakukan pembatalan terhadap Akta Hibah yang lama secara sepihak
sehingga penggugat mengalami kerugian dan mengajukan gugatan ke
Pengadilan Negeri dengan dasar perbuatan ingkar janji (wanprestasi).
Penelitian yang digunakan dalam penulisan studi kasus ini adalah
dengan menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan
yuridis normatif, yaitu dengan menggunakan Kitab undang-Undang
Hukum Perdata, het Herziene Inlandsch Reglement (HIR), UndangUndang No.5 Tahun 1960 Tentang Pokok Agraria, Undang-Undang No.49
Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No.2 Tahun
1986 Tentang Peradilan Umum, Undang-Undang No.3 Tahun 2009
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.14 Tahun 1985 Tentang
Mahkamah Agung, dan Undanng-Undang No.48 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No.14 Tahun 1970 Tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah diperoleh,
dapat disimpulkan bahwa Akta Hibah No.36 tertanggal 26 Juli 1979
merupakan perjanjian yang sah sesuai dengan ketentuan Pasal 1320
jo.1338 KUHperdata yang membawa konsekuensi bagi para pihak berlaku
sebagai undang-undang dan hukum dan membawa akibat hukum
sehingga apabila telah terjadi perbuatan ingkar janji terhadap pembatalan
secara sepihak yang mengakibatkan kerugian bagi salah satu pihak yang
dirugikan baik secara materiil maupun immateriil yang dapat digantikan
dalam bentuk uang maupun dalam keadaan semula sesuai perjanjian
dalam Akta Hibah No.36 tertanggal 26 Juli 1979, sehingga Penulis tidak
setuju terhadap Putusan Mahkamah Agung No.978/K/PDT/2011.
iv
REPUBLIK INDONESIA NO.978/K/PDT/2011 TENTANG KEABSAHAN
AKTA HIBAH DAN PERBUATAN INGKAR JANJI (WANPRESTASI)
OLEH SIPEMBERI HIBAH YANG MENCABUT SECARA SEPIHAK
SERTA MENGHIBAHKAN KEMBALI KEPADA PIHAK LAIN
ABSTRAK
Oeyannto Rahardjo dan Ny.Lennie Setjiono (Tergugat I) adalah
Sipenghibah yang telah melakukan ingkar janji kepada Wawan Rahadjo,
Oekardi Rahardjo, Hahan Rahardjo (Para Penggugat) dalam perkara
pembatalan sepihak terhadapa Akta Hibah No.36 tertanggal 26 Juli 1979
yang dilakukan dihadapan Notaris Raden Kosasih Ateng Sachri di
Purwakarta, namun pada tahun 2005 Akta Hibah tersebut dihibahkan
kembali kepada pihak lain dan membuat Akta Hibah baru dengan
melakukan pembatalan terhadap Akta Hibah yang lama secara sepihak
sehingga penggugat mengalami kerugian dan mengajukan gugatan ke
Pengadilan Negeri dengan dasar perbuatan ingkar janji (wanprestasi).
Penelitian yang digunakan dalam penulisan studi kasus ini adalah
dengan menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan
yuridis normatif, yaitu dengan menggunakan Kitab undang-Undang
Hukum Perdata, het Herziene Inlandsch Reglement (HIR), UndangUndang No.5 Tahun 1960 Tentang Pokok Agraria, Undang-Undang No.49
Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No.2 Tahun
1986 Tentang Peradilan Umum, Undang-Undang No.3 Tahun 2009
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.14 Tahun 1985 Tentang
Mahkamah Agung, dan Undanng-Undang No.48 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No.14 Tahun 1970 Tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah diperoleh,
dapat disimpulkan bahwa Akta Hibah No.36 tertanggal 26 Juli 1979
merupakan perjanjian yang sah sesuai dengan ketentuan Pasal 1320
jo.1338 KUHperdata yang membawa konsekuensi bagi para pihak berlaku
sebagai undang-undang dan hukum dan membawa akibat hukum
sehingga apabila telah terjadi perbuatan ingkar janji terhadap pembatalan
secara sepihak yang mengakibatkan kerugian bagi salah satu pihak yang
dirugikan baik secara materiil maupun immateriil yang dapat digantikan
dalam bentuk uang maupun dalam keadaan semula sesuai perjanjian
dalam Akta Hibah No.36 tertanggal 26 Juli 1979, sehingga Penulis tidak
setuju terhadap Putusan Mahkamah Agung No.978/K/PDT/2011.
iv