PERAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA PANDANKRAJAN KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO.

PERAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI DESA PANDANKRAJ AN KECAMATAN KEMLAGI
KABUPATEN MOJ OKERTO

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Disusun Oleh :
AGUNG SEPTIAN WIJ ANARKO
NPM. 0841010033

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
SURABAYA
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


PERAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI DESA PANDANKRAJ AN KECAMATAN KEMLAGI
KABUPATEN MOJ OKERTO
Oleh :
AGUNG SEPTIAN WIJ ANARKO
NPM. 0841010033
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 12 Desember 2012
Pembimbing Utama

Tim Penguji :
1. Ketua

Dr s. Pudjo Adi, Msi
NIP. 195105101973031001


Dr s. Pudjo Adi, Msi
NIP. 195105101973031001
2. Sekretaris

DR. Ertien Rining N, MSi
NIP. 196801161994032001
3. Anggota

Tukiman, S.Sos, Msi
NIP. 196103231989031001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur

Dra. Ec. Hj Suparwati, MSi
NIP. 195507181983022001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


PERAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI DESA PANDANKRAJ AN KECAMATAN KEMLAGI
KABUPATEN MOJ OKERTO
Nama Mahasiswa : Agung Septian Wijanarko
NPM

: 0841010033

J urusan

: Ilmu Administrasi Negara

Fakultas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa Skripsi ini telah direvisi dan disahkan
Pada Tanggal..............................


Mengetahui / Menyetujui

Dosen Penguji I

Dr s. Pudjo Adi, Msi
NIP. 195105101973031001

Dosen Penguji II

DR. Ertien Rining N, MSi
NIP. 196801161994032001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Dosen Penguji III

Tukiman, S.Sos, Msi
NIP. 196103231989031001


PERAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI DESA PANDANKRAJ AN KECAMATAN KEMLAGI
KABUPATEN MOJ OKERTO

Disusun Oleh :

AGUNG SEPTIAN WIJ ANARKO
NPM. 0841010033

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi
Menyetujui,
Pembimbing Utama

Dr s. Pudjo Adi, Msi
NIP. 195105101973031001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur


Dra. Ec. Hj Suparwati, MSi
NIP. 195507181983022001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
yang berjudul “Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam Pemberdayaan
Masyarakat

di

Desa

Pandankr ajan

Kecamatan


Kemlagi

Kabupaten

Mojokerto”. Tugas ini dibuat dalam memenuhi persyaratan kurikulum pada Jurusan
Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.
Dalam tersusunnya penelitian skripsi ini penulis mengucapakan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Drs. Pudjoadi, Msi. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis. Disamping itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik.
2. Bapak Dr. Lukman Arif, M.Si, selaku Ketua Program Studi Administrasi
Negara.
3. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Seluruh pengurus BUMDes Pandankrajan yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

5. Kedua Orang tuaku yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materiil selama proses penyusunan proposal skripsi ini.

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6. Teman-teman dan semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu-persatu
yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan masukan dan
bantuan dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih ada kekurangankekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis senantiasa bersedia dan
terbuka dalam menerima saran, kritik dari semua pihak yang dapat menambah
kesempurnaan skripsi.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih serta besar harapan penulis
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Desember 2012

Penulis


iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................

ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... . viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................

ix


BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................

1

1.2. Rumusan Masalah ..............................................................................................

9

1.3. Tujuan Penelitian ...............................................................................................

10

1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................................

11

BAB II KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu ..........................................................................................


12

2.2. Landasan Teori ...................................................................................................

15

2.2.1. Peran ........................................................................................................

15

2.2.1.1. Pengertian Peran .......................................................................

15

2.2.2. Kebijakan Publik .....................................................................................

16

2.2.2.1. Pengertian Kebijakan Publik ....................................................

16

2.2.2.2. Tahap – Tahap Kebijakan Publik .............................................

18

2.2.2.3. Implementasi Kebijakan Publik ...............................................

19

2.2.2.4. Keberhasilan Implementasi Kebijakan ....................................

21

2.2.2.5. Kegagalan Implementasi Kebijakan ........................................

21

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.3. Pemberdayaan Masyarakat .....................................................................

22

2.2.3.1. Pengertian Pemberdayaan ........................................................

22

2.2.3.2. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ....................................

23

2.2.3.3. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ..........................................

24

2.2.3.4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat .........................................

25

2.2.3.5. Upaya-upaya Pemberdayaan Masyarakat ...............................

26

2.2.4. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ....................................................

28

2.2.4.1. Pengertian BUMDes .................................................................

28

2.2.4.2. Tujuan Pendirian BUMDes ......................................................

30

2.2.4.3. Landasan Hukum BUMDes .....................................................

32

2.2.4.4. Prinsip Pengelolaan BUMDes .................................................

34

2.2.5. Kesejahteraan Masyarakat .......................................................................

36

2.2.5.1. Pengertian Kesejahteraan .........................................................

36

2.2.5.2. Perkembangan Pengukuran Tingkat Perkembangan ..............

37

2.2.5.3. Kriteria Kesejahteraan ..............................................................

37

2.2.5.4. Tujuan Kesejahteraan Sosial ....................................................

40

2.2.5.5. Pendekatan Kesejahteraan ........................................................

41

2.2.5.6. Indikator Kesejahteraan ............................................................

42

2.2.6. Simpan Pinjam ........................................................................................

43

2.2.6.1. Pengertian Simpan Pinjam .......................................................

43

2.3. Kerangka Berfikir ..............................................................................................

45

BAB III METODE PENELITIAN

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.1. Jenis Penelitian ...................................................................................................

46

3.2. Fokus Penelitian ................................................................................................. .

47

3.3. Lokasi Penelitian ................................................................................................ .

48

3.4. Sumber Data ....................................................................................................... .

48

3.5. Pengumpulan Data ............................................................................................. .

50

3.6. Analisis Data ...................................................................................................... .

51

3.7. Keabsahan Data .................................................................................................

53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum ................................................................................................ .

56

4.1.1 Sejarah Berdirinya BUMDes Desa Pandankrajan ……….......................

56

4.1.2 Tujuan BUMDes Desa Pandankrajan ....................................................... .

60

4.1.3 Kegiatan BUMDes Desa Pandankrajan ................................................... .

60

4.1.4 Persyaratan Menjadi Anggota BUMDes Desa Pandankrajan ................ .

60

4.1.5 Stuktur Oraganisasi BUMDes Desa Pandankrajan ................................. .

61

4.1.6 Tugas Dan Tanggung Jawab Pengurus BUMDes Desa Pandan Krajan . .

61

4.1.7 Komposisi Pengelola BUMDes Desa Pandankrajan ................................ .

62

4.1.8 Komposisi Anggota BUMDes Desa Pandankrajan .................................. .

62

4.2 Hasil Penelitian .................................................................................................... .

63

4.2.1 Simpanan ..................................................................................................... .

65

4.2.2 Pinjaman...................................................................................................... .

74

4.3 Pembahasan .......................................................................................................... .

84

4.3.1 Simpanan ..................................................................................................... .

85

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.3.2 Pinjaman...................................................................................................... .

90

BAB V KESIMPLAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan........................................................................................................... .

97

5.2 Saran ..................................................................................................................... .

99

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir ...................................................................................... 38
Gambar 3.1 Analisis Model Interaktif Menurut Miles dan Huberman .......................... 46
Gambar 4.1 Kantor BUMDes Pandan Arum Desa Pandankrajan …………………….. 59
Gambar 4.2 Struktur Organisasi BUMDes Desa Pandankrajan………………………... 61
Gambar 4.3 Buku Simpanan dan Kartu Tabungan BUMDes Desa Pandankrajan …….. 73
Gambar 4.4 Kartu Pengakuan Hutang dan Pemberian Pinjaman ……………………… 78
Gambar 4.5 Usaha Masyarakat Desa Pandankrajan …………………………………… 83

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Daftar Tabel

Tabel 4.1 Daftar Pengurus BUMDes Desa Pandankrajan …………………………… 62
Tabel 4.2 Daftar Anggota BUMDes Desa Pandankrajan ……………………………. 63

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
AGUNG SEPTIAN WIJ ANARKO, PERAN BADAN USAHA MILIK DESA
(BUMDES) DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA
PANDANKRAJ AN
KECAMATAN
KEMLAGI
KABUPATEN
MOJ OKERTO
Penelitian ini didasarkan pada fenomena yang terjadi yaitu Kurangnya
program kegiatan pemberdayaan masyarakat dan tingkat ekonomi masyarakat
Desa Pandankrajan yang masih rendah karena masyarakat Desa Pandankrajan
rata-rata bekerja sebagai petani, diharapkan keberadaan BUMDes mampu
mendorong dinamisasi kehidupan ekonomi serta sebagai penggerak
perekonomian masyarakat desa dan diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa. Keberadaan BUMDes yang sudah ditetapkan
dalam Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Mojokerto Nomor 18 Tahun 2006
Tentang Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),
diharapkan Pemerintah Desa dapat memahami tentang pembentukan dan
pengelolaan BUMDes, sehingga dapat dijadikan sebagai penggerak
perekonomian masyarakat desa dan diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa, khususnya desa tertinggal atau desa yang tingkat
perekonomiannya rendah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dengan fokus penelitian: tepat informasi, tepat jaminan, tepat subyek, tepat
waktu, tepat tempat. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara dengan key person dan informan serta dokumentasi dari arsip kantor
BUMDes Desa Pandankrajan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta menggunakan teknik
analisis data model interaktif terhadap obyek penelitian yaitu Peran Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Pandankrajan
Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto, dapat disimpulkan bahwa 1)
pengurus dan anggota BUMDes telah berperan dalam mengumpulkan modal
BUMDes agar tujuannya dalam memberdayakan masyarakat bisa tercapai. 2)
pengurus dan anggota BUMDes telah berperan dalam mengumpulkan modal
BUMDes agar tujuannya dalam memberdayakan masyarakat bisa tercapai. 3)
upaya BUMDes untuk menambah modal dari simpanan sukarela belum bisa
terpenuhi. Kurangnya dukungan dari masyarakat yang mengumpulkan modal
BUMDes untuk melakukan simpanan sukarela. 4) upaya BUMDes dalam
memberi pinjaman kepada anggota telah membantu untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat, hal ini tujuan BUMDes untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat telah tercapai.

x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil
dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan
UUD RI 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
merdeka, bersatu, berkedaulatan rakyat. Titik berat pembangunan diletakkan
pada bidang ekonomi yang merupakan penggerak utama pembangunan
seiring dengan kualitas sumber daya manusia dan didorong secara saling
memperkuat, saling terkait dan terpadu dengan pembangunan bidang-bidang
lainnya yang dilaksanakan selaras, serasi dan seimbang guna keberhasilan
pembangunan di bidang ekonomi dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran
pembangunan nasional. Bertitik tolak pada pembangunan tersebut,maka
pemerintah dan rakyat Indonesia mempunyai kewajiban untuk menggali,
mengolah dan membina kekayaan alam tersebut guna mencapai masyarakat
yang adil dan makmur sesuai dengan Undang Undang Dasar 1945 Pasal 33.
Hal ini merupakan sebuah konsekuensi logis bagi bangsa Indonesia
yang memang sebagian besar penduduknya hidup di daerah pedesaan yang
mencapai 70 % dari keseluruhan penduduk di Indonesia. Sehingga titik
sentral pembangunan adalah daerah pedesaan. Arti penting pembangunan
pedesaan adalah bahwa dengan menempatkan desa sebagai sasaran
pembangunan, usaha untuk mengurangi berbagai kesenjangan pendapatan,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
1
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

kesenjangan kaya dan miskin, kesenjangan desa dan kota akan dapat lebih
diwujudkan.
Hal ini dipertegas lagi oleh GBHN 1999 tentang pembangunan
pedesaan yang intensitasnya ditingkatkan guna mempercepat pembangunan
pedesaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat terutama petani dan
nelayan melalui penyediaan prasarana, pembangunan sistem agribisnis,
industri kecil dan kerajinan rakyat. Pengembangan kelembagaan, penguasaan
teknologi, dan pemanfaatan sumber daya alam (GBHN: 1999).
Yang dibentuk berbagai institusi lokal atau lembaga kemasyarakatan
oleh Pemerintah semisal LKMD, PKK, Klompencapir, Kelompok Tani dan
lembaga kemasyarakatan lainnya, sebagai akibat dari masuknya program
pembangunan ke pedesaan demi percepatan pelaksanaan pembangunan
pedesaan, serta di berlakukannya sistem birokrasi modern secara nasional
(Suyanto:1996). Selama ini di desa telah ada seperangkat lembaga-lembaga
yang muncul dan timbul dari inisiatif masyarakat setempat untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang harus dipenuhinya. Umumnya lembaga-lembaga lokal
ini masih bersifat sangat tradisional dengan berbagai kekurangankekurangan
yang ada dari segi organisasi/kelembagaan modern. Padahal disisi lain
pemerintah sebagai Stakeholder dari program pembangunan sangat
memerlukan lembaga yang sangat mumpuni untuk menjadi wadah/saluran
pembangunan bahkan sarana paling tepat untuk percepatan pembangunan
pedesaan. Dengan berpijak pada realita semacam inilah maka pemerintahpun
mengeluarkan

kebijakan

mengenai

perlunya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

pembentukan

lembaga

3

kemasyarakatan modern dalam rangka pelaksanaan pembangunan di
pedesaan dengan pertimbangan, bahwa lembaga kemasyarakatan modern
yang dibuat pemerintah yang memang dirancang secara khusus untuk
kegiatan pembangunan akan lebih memberikan peluang besar guna
keberhasilan pembangunan itu sendiri dari pada pemerintah menggunakan
lembaga kemasyarakatan yang sudah ada yang umumnya bercorak kultural,
agamis

dan

tradisional.

Fenomena

tentang

keberadaan

lembaga

kemasyarakatan tradisional yang demikian ini adalah bukan hanya
merupakan sebuah kebetulan saja, akan tetapi sudah menjadi realita umum di
dalam masyarakat. Dimana masyarakat desa ternyata lebih memilih
bergabung dan aktif menjadi anggota lembaga kemasyarakatan, dalam hal ini
adalah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Pemerintah juga diharapkan dapat menciptakan iklim usaha yang
mendorong

perkembangan Perekonomian secara

sehat,

baik

dalam

meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat disekitarnya, maupun
turut serta dalam membangun system perekonomian nasional.sebagai
organisasi ekonomi, perkembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
tidak mungkin dapat dilepaskan dari kondisi persaingan yang dihadapinya
dengan pelaku-pelaku ekonomi yang lain.
Menurut data Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal
(KPDT; 2009), terdapat 38.232 (54,14 persen) kategori desa maju, yang
terdiri dari 36.793 (52,03 persen) kategori maju dan 1.493 (2,11 persen)
kategori amat maju. Sementara itu, desa tertinggal berjumlah 32.379 (45,86

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

persen) yang terdiri dari 29.634 (41,97 persen) kategori tertinggal dan 2.745
(3,89 persen) kategori amat tertinggal.
Desa tertinggal adalah desa yang belum dapat dilalui mobil, belum
ada sarana kesehatan, belum ada pasar permanen, dan belum ada listrik. Ratarata keluarga miskin di desa tertinggal adalah 46,44 persen dan Indeks
Pembangunan Nasional (IPN) desa tertinggal sebesar 66,46 persen. Data ini
berbicara, hampir separuh desa di Indonesia tertinggal. Tentu, peningkatan
alokasi anggaran ke daerah dari tahun ke tahun seharusnya mampu
mengurangi jumlah desa tertinggal. Namun, stimulus desentralisasi fiskal
kurang optimal berjalan untuk membangun basis perekonomian didesa guna
meningkatnya kesejahteraan masyarakat desa.
Memang pengembangan basis ekonomi di pedesaan sudah semenjak
lama dijalankan oleh Pemerintah melalui berbagai program. Namun upaya itu
belum membuahkan hasil yang memuaskan sebagaimana diinginkan
bersama. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kurang berhasilnya
program-program tersebut. Salah satu faktor yang paling dominan adalah
intervensi

Pemerintah terlalu besar, akibatnya justru menghambat daya

kreativitas dan inovasi masyarakat desa dalam mengelola dan menjalankan
mesin ekonomi di pedesaan. Sistem dan mekanisme kelembagaan ekonomi di
pedesaan tidak berjalan efektif dan berimplikasi pada ketergantungan
terhadap bantuan Pemerintah sehingga mematikan semangat kemandirian.
Belajar dari pengalaman masa lalu, suatu pendekatan baru yang
diharapkan mampu menstimuli dan menggerakkan roda perekonomian di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

pedesaan adalah melalui pendirian kelembagaan ekonomi yang dikelola
sepenuhnya oleh masyarakat desa. Lembaga ekonomi ini tidak lagi didirikan
atas dasar instruksi Pemerintah. Tetapi harus didasarkan pada keinginan
masyarakat desa yang berangkat dari adanya potensi yang jika dikelola
dengan tepat akan menimbulkan permintaan di pasar. Agar keberadaan
lembaga ekonomi ini tidak dikuasai oleh kelompok tertentu yang memiliki
modal besar di pedesan. Maka kepemilikan lembaga itu oleh desa dan
dikontrol bersama di mana tujuan utamanya untuk meningkatkan standar
hidup ekonomi masyarakat desa.
Bentuk kelembagaan sebagaimana disebutkan di atas dinamakan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Badan usaha ini sesungguhnya telah
diamanatkan di dalam UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(bahkan oleh undang-undang sebelumnya, UU 22/1999) dan Peraturan
Pemerintah (PP) no. 71 Tahun 2005 Tentang Desa. Pendirian badan usaha
tersebut harus disertai dengan upaya penguatan kapasitas dan didukung oleh
kebijakan daerah (Kabupaten/Kota) yang memfasilitasi dan melindungi usaha
ini dari ancaman persaingan para pemodal besar. Mengingat badan usaha ini
merupakan lembaga ekonomi baru yang beroperasi di pedesaan dan masih
membutuhkan landasan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang.
Pembangun landasan bagi pendirian BUMDes adalah Pemerintah.
BUMDes dalam operasionalisasinya ditopang oleh lembaga moneter
desa (unit pembiayaan) sebagai unit yang melakukan transaksi keuangan
berupa kredit maupun simpanan. Jika kelembagaan ekonomi kuat dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

ditopang kebijakan yang memadai, maka pertumbuhan ekonomi yang disertai
dengan pemerataan distribusi aset kepada rakyat secara luas akan mampu
menanggulangi berbagai permasalahan ekonomi di pedesaan. Tujuan
akhirnya, BUMDes sebagai instrumen merupakan modal sosial (social
capital) yang diharapkan menjadi prime over dalam menjembatani upaya
penguatan ekonomi di pedesaan.
Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan langkah strategis dan
taktis guna mengintegrasikan potensi, kebutuhan pasar, dan penyusunan
desain lembaga tersebut ke dalam suatu perencanaan. Disamping itu, perlu
memperhatikan potensi lokalistik serta dukungan kebijakan (goodwill) dari
pemerintahan di atasnya (supra desa) untuk mengeliminir rendahnya surplus
kegiatan ekonomi desa disebabkan kemungkinan tidak berkembangnya sektor
ekonomi di wilayah pedesaan. Sehingga integrasi sistem dan struktur
pertanian dalam arti luas, usaha perdagangan, dan jasa yang terpadu akan
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam tata kelola lembaga.
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada
Pasal 213 ayat (1) disebutkan bahwa “Desa dapat mendirikan badan usaha
milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa”. Substansi UU ini
menegaskan tentang janji pemenuhan permintaan (demand complience
scenario) dalam konteks pembangunan tingkat desa. Logika pendirian
BUMDes didasarkan pada kebutuhan dan potensi desa, sebagai upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkenaan dengan perencanaan dan
pendiriannya, BUMDes dibangun atas prakarsa (inisiasi) masyarakat, serta

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

mendasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif, partisipatif, (‘user-owned,
user-benefited, and user-controlled’), transparansi, emansipatif, akuntable,
dan sustainable dengan mekanisme member-base dan self-help. Dari semua
itu yang terpenting adalah bahwa pengelolaan BUMDes harus dilakukan
secara profesional dan mandiri.
Di Jawa Timur upaya menjadikan desa sebagai basis penguatan
ekonomi lokal dengan mengembangkan BUMDes sudah berlangsung sejak
disahkannya peraturan tentang BUMDes itu sendiri. Hampir setiap kabupaten
diwilayah Jawa Timur

mempunyai pilot project BUMDes. Pendirian

BUMDes sendiri disesuaikan dengan karakteristik lokalitas dan kapasitas
ekonomi desa yang ada, misalnya pengelolaan pasar desa, wisata desa,
kegiatan

simpan-pinjam,

pengembangan

kerajinan

masyarakat

dan

sebagainya. Upaya mewujudkan konsep pendirian BUMDes, dirintis dengan
jalan mengoptimalkan kapasitas dan kegiatan ekonomi yang sudah berjalan
dan dikelola desa.
BUMDes yang merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang
berfungsi sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial
(commercial institution). BUMDes sebagai lembaga sosial berpihak kepada
kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan
sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan mencari keuntungan
melalui penawaran sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke pasar. Dalam
menjalankan usahanya prinsip efisiensi dan efektifitas harus selalu
ditekankan. BUMDes sebagai badan hukum, dibentuk berdasarkan tata

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

perundang-undangan yang berlaku, dan sesuai dengan kesepakatan yang
terbangun di masyarakat desa. Dengan demikian, bentuk BUMDes dapat
beragam di setiap desa di Indonesia. Ragam bentuk ini sesuai dengan
karakteristik lokal, potensi, dan sumber daya yang dimiliki masing-masing
desa. Pengaturan lebih lanjut tentang BUMDes diatur melalui Peraturan
Daerah (Perda).
Selanjutnya tugas dan peran Pemerintah adalah melakukan sosialisasi
dan penyadaran kepada masyarakat desa melalui pemerintah provinsi
dan/atau pemerintah kabupaten tentang arti penting BUMDes bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melalui pemerintah desa masyarakat
dimotivasi, disadarkan dan dipersiapkan untuk membangun kehidupannya
sendiri. Pemerintah memfasilitasi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan dan
pemenuhan

lainnya

yang

dapat

memperlancar pendirian BUMDes.

Selanjutnya, mekanisme operasionalisasi diserahkan sepenuhnya kepada
masyarakat desa. Untuk itu, masyarakat desa perlu dipersiapkan terlebih
dahulu agar dapat menerima gagasan baru tentang lembaga ekonomi yang
memiliki dua fungsi yakni bersifat sosial dan komersial. Dengan tetap
berpegang teguh pada karakteristik desa dan nilai-nilai yang hidup dan
dihormati. Maka persiapan yang dipandang paling tepat adalah berpusat pada
sosialisasi,

pendidikan,

dan

pelatihan

kepada

pihak-pihak

yang

berkepentingan terhadap peningkatan standar hidup masyarakat desa
(Pemerintah Desa, BPD, tokoh masyarakat/ketua suku, ketua-ketua
kelembagaan di pedesaan).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Salah satu kabupaten di Jawa Timur yang telah mendirikan BUMDes
adalah Kabupaten Mojokerto, yang di amanatkan dalam Peraturan Daerah
(Perda) Kabupaten Mojokerto Nomor 18 Tahun 2006 Tentang Pembentukan
dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Keberadaan BUMDes
yang sudah ditetapkan dalam Perda Kabupaten Mojokerto tersebut
diharapkan Pemerintah Desa dapat memahami tentang pembentukan dan
pengelolaan BUMDes, sehingga dapat dijadikan sebagai penggerak
perekonomian masyarakat desa dan diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa, khususnya desa tertinggal atau desa yang
tingkat perekonomiannya rendah.
Harapan

Pemerintah

Kabupaten

Mojokerto

yaitu

adanya

pembentukan dan pengelolaan BUMDes disetiap desa yang ada di Kabupaten
Mojokerto belum bisa sesuai dengan yang diharapkan, karena kurangnya
sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Mojokerto kepada
Pemerintah Desa tentang pembentukan dan pengelolaan BUMDes. Hanya
terdapat beberapa desa yang membentuk dan mengelola BUMDes, misalkan
Desa Pandan Krajan, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto menjadikan
BUMDes sebagai penggerak perekonomian masyarakat desa dan diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Pemerintah Desa Pandankrajan menginginkan pembentukan dan
pengelolaan BUMDes untuk memberdayakan masyarakat Desa Pandankrjan.
Peran Pemerintah Desa adalah membangun relasi dengan masyarakat untuk
mewujudkan pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), sebagai bagian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

dari upaya pengembangan komunitas (development based community) desa
yang lebih berdaya.
Kurangnya program kegiatan pemberdayaan masyarakat dan tingkat
ekonomi masyarakat Desa Pandankrajan yang masih rendah karena
masyarakat Desa Pandankrajan rata-rata bekerja sebagai petani, diharapkan
keberadaan BUMDes mampu mendorong dinamisasi kehidupan ekonomi
serta sebagai penggerak perekonomian masyarakat desa dan diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Berdasarkan fenomena yang ada maka peneliti tertarik untuk meneliti
peranan BUMDes didalam pemberdayaan masyarakat desa dengan judul
“Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Dalam Pemberdayaan
Masyarakat Desa Pandankrajan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
didalam pemberdayaan masyarakat Desa Pandan Krajan, Kecamatan
Kemlagi, Kabupaten Mojokerto?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah Mendeskripsikan Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) didalam
pemberdayaan masyarakat Desa Pandan Krajan, Kecamatan Kemlagi,
Kabupaten Mojokerto?

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan berfikir melalui penulisan karya ilmiah dan untuk
menerapkan teori-teori yang para penulis peroleh selama perkulian di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
sumbangan pemikiran sebagai masukan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa.
3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “VETERAN” JATIM,
akan melengkapi ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa
dan dapat menambah bahan bacaan dan referensi dari satu karya ilmiah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Penelitian terdahulu
1. ADITYA KUSUMA ADMAJA ( 2006 ), Jurusan Ilmu Administrasi
Negara, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur. Dengn judul penelitian “Peranan Badan
Keswadayaan

(BKM) dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan

Kemiskinan Perkotaan (P2KP) Di kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
(Study Deskriptif Kualitatif pada BKM “ Sengon Sejahtera “ Di Desa
Sengon Kecamatan Jombang) “. Maka hasil dari penelitian ini adalah
pengawasan dalam pemanfaatan dana bantuan P2KP yang diberikan oleh
BKM “ Sengon Sejahtera “ dilakukan secara berkala olek KSM yang
dilaporkan pada BKM “Sengon Sejahtera” berupa LPJKK (Laporan
Pertanggung Jawaban Keuangan dan Kegiatan), dan dalam menumbuhkan
pemberdayaan

masyarakat, BKM “Sengon Sejahtera” memberikan

pelatihan keahlian yang bekerja sama dengan pihak / instansi lain, adapun
pelatihan yang diberikan mencakup 4 hal yaitu : Pelatihan kerupuk,
Airbrush, Bordir dan Manajemen bagi Ketua KSM. Sebagai bukti bahwa
masyarakat miskin telah mengikuti pelatihan keahlian, oleh BKM “Sengon
Sejahtera” akan diberikan sertivikat sesuai dengan jenis pelatihan yang
diikuti.

12
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Perbedan dan persaaan dari penelitian ini antara lain, untuk
perbedaan dalam peelitan ini yang pertama adalah tujuan penelitian, dimana
Peranan Badan Keswadayaan

(BKM) dalam Pelaksanaan Program

Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) Di kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang sedangkan dalam penelitian sekaran terdapat tujuan
untuk mengetahui peranan BUMDes didalam memberdayakan masyarakat
di Desa Pandankrajan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto. Untuk
persamaan dalam peneltian ini yaitu jenis penelitian dimana sama- sama
menggunakan metode penelitian kualitatif.
2. M. ALI IMRON, Program Pascasarjana Universitas Brawijaya (2002),
Peran Institusi Lokal Dalam Pembangunan Desa (Suatu Kajian Tentang
Peran Lembaga Tahlil Dalam Pembangunan Desa di Desa Simorejo
Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro). Komisi Pembimbing, Ketua:
Dr. H.R. Riyadi Soeprapto, MS., Anggota : Drs. Suwondo, MS.
Menguatnya institusi lokal tradisional keagamaan semisal Lembaga Tahlil
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat akhir-akhir ini adalah
merupakan sebuah fenomena yang sangat menarik untuk di cermati.
Institusi lokal keagamaan yang banyak berkembang dalam masyarakat desa
yang terkesan tradisional ini ternyata dalam tataran realita mampu berperan
sebagai sarana yang sangat potensial dan efektif dalam pelaksanaan
pembangunan desa. Hal ini dibuktikan dengan berbagai aktifitas
pembangunan yang telah dilakukan baik berupa pembangunan sarana
maupun prasarana fisik desa secara mandiri. Disisi lain LKMD sebagai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

lembaga formal yang notabenenya lembaga buatan pemerintah sebagai
wadah kegiatan pembangunan desa justru mengalami kemunduran dan
tidak mampu untuk berbuat banyak dalam pembangunan desa. Dalam
penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif dengan langkahlangkah pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi, dan
wawancara yang mendalam dengan informan lapangan yang diperoleh
melalui Key Informan.
Dari hasil penelitian yang ada akhirnya dapat ditarik beberapa
indikasi pokok, yaitu: (1) Keberadaan sebuah institusi lokal ditentukan oleh
kesesuaian dengan nilai-nilai agama dan budaya setempat serta seberapa
besar institusi tersebut mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, (2)
Partisipasi masyarakat akan semakin meningkat bila pembangunan
menggunakan media lembaga tradisional yang ada, (3) Institusi/lembaga
yang berlandaskan pada adat istiadat setempat adalah sarana yang potensial
bagi pembangunan masyarakat.
Perbedan dan persaaan dari penelitian ini antara lain, untuk
perbedaan dalam peelitan ini yang pertama adalah tujuan penelitian, dimana
Peran Institusi Lokal Dalam Pembangunan Desa (Suatu Kajian Tentang
Peran Lembaga Tahlil Dalam Pembangunan Desa di Desa Simorejo
Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro) sedangkan dalam penelitian
sekaran terdapat tujuan

untuk mengetahui peranan BUMDes didalam

memberdayakan masyarakat di Desa Pandankrajan Kecamatan Kemlagi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Kabupaten Mojokerto. Untuk persamaan dalam peneltian ini yaitu jenis
penelitian dimana sama- sama menggunakan metode penelitian kualitatif.
2.2 Landasan Teori
Di dalam cara berpikir secara ilmiah, teori sangat dibutuhkan sekali
sebagai tolok ukur berpikir maupun bertindak karena teori merupakan suatu
kebenaran yang sudah dibuktikan kebenarannya, walaupun mempunyai
keterbatasan waktu dan tempat. Adapun tujuan landasan teori ini adalah untuk
memberikan suatu landasan berpikir kepada penulis dalam usahanya untuk
mencari kebenaran yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas, dimana
hasilnya.
2.2.1 Peran
2.2.1.1 Pengertian Peran
Pengertian

peran

menurut

Sorjono

Soekanto

(2002:243)

merupakan aspek dinamisi kedudukan (status), apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka
ia menjalankan suatu peran.
Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1974;768) dalam
buku “Ensiklopedia Manajamen” mengungkapkan sebagai berikut:
1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen.
2. Pola perilaku yang diharapakan dapat menyertai suatu status.
3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.
4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik
yang ada padanya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

5. Fungsi setiap variabel dalam hunbungan sebab akibat.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwa
peranan merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian
dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran
mengenai hunbungan 2 variabel yang mempunyai hubungan sebab akibat.
2.2.2 Kebijakan Publik
2.2.2.1 Pengertian Kebijakan Publik
Pengertian kebijakan publik menurut Chandler & Piano (1998)
dalam Tangkilisan (2003 : 1) adalah pemecahan masalah-masalah publik
atau pemerintah. Pendapat lain dikemukakan oleh Dye dalam Islamy
(1997 :18) yaitu kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh
pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Nugroho (2003 : 54) mendefinisikan kebijakan publik adalah
hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal yang
diputuskan pemerintah untuk tidak dikerjakan atau dibiarkan. Kesimpulan
dari ketiga teori diatas yaitu suatu tujuan yang dilakukan atau tidak
dilakukan di dalam lingkup aparatur pemerintah terhadap suatu kebijakan
yang telah ditetapkan..
Sedangkan Friedrich dalam Wahab (2004 : 3), menyatakan bahwa
kebijakan ialah sutau tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan
oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu
sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari
peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

diinginkan. Pernyataan Friedrich ini sejalan dengan pernyataan Anderson
dalam Agustino (2006 : 7) memberikan statement tentang kebijkan publik
yaitu serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu
yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang aktor atau sekelompok aktor
yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau sesuatu hal yang
diperhatikan. Dari pernyataan dari teori diatas bisa dilihat bahwa suatu
kebijakan publik tidak luput dari peran seseorang atau sekelompok orang
didalam pencapaian kebijakan publik.
Sedangkan menurut Woll (1996) dalam Heseel (2003 : 2)
kebijakan publik adalah sejumlah aktifitas pemerintah untuk memecahkan
masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai
lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Pendapat Woll ini
sependapat dengan Easton dalam Islamy (1997 : 19) yaitu pengalokasian
nilai-nilai secara paksa (sah) kepada seluruh anggota masyarakat, dan
definisi kebijkan publik menurut Frederich dalam Soenarko (2000 : 42)
adalah suatu arah tindakan yang diusulkan pada seseorang, golongan atau
pemerintah dalam suatu lingkungan dengan halangan-halangan dan
kesempatan-kesempatan yang diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi
suatu cita-cita atas mewujudkan suatu kehendak serta tujuan tertentu.
Atas dasar pengertian diatas, maka dapat dikemukakan elemen
yang terkandung dalam kebijakan publik sebagaimana apa yang
dikemukakan oleh Anderson dalam Islamy yang antara lain mencangkup :
1. kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorentasi pada tujuan tertentu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

2. kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah.
3. kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah.
4. kebijakan publik bersifat positif (merupakan tindakan, pemerintah
mencari masalah tertentu) dan bersifat negatif (keputusan pejabat
pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu).
5. kebijakan publik (positif) selalu berdasarkan pada peraturan perundangundangan tertetu yang bersifat memaksa (otoritatif)
Dari beberapa pengertian diatas dan mengikuti paham bahwa
kebijakan publik itu harus mengabdi kepada masyarakat, maka dengan
demikian dapat disimpulkan kebijakan publik adalah serangkaian
tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh
pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorentasi pada tujuan tertentu
demi kepentingan seluruh masyarakat.
2.2.2.2 Tahap-Tahap Kebijakan Publik
Agustino (2006 : 22) berpendapat bahwa proses pembuatan
kebijakan merupakan serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur
menurut urutan waktu. Oleh karena itu kebijakan publik dilakukan ke dalam
beberapa tahap proses pembuatan kebijakan sebagai berikut :
1) Tahap penyusunan agenda
Para pejabat yang dipilih dan di angkat menempatkan masalah pada
agenda publik. Sebelumnya masalah – masalah ini berkompetensi
terlebih dahulu untuk dapat masuk kedalam agenda kebijakan.
2) Tahap formulasi kebijakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan di bahas oleh para
pembuat kebijakan. Masalah–masalah tadi di definisikan untuk
kemudian dicari pemecahan masalah terbaik.
3) Tahap adopsi kebijakan
Dari sekian banyak alternative kebijakan yang di tawarkan oleh para
perumus kabijakan, pada akhirnya salah satu dari alternative kebijakan
tersebut di adopsi dengan dukungan dari mayoritas legislative, consensus
direktur lembaga atau keputusan peradilan.
4) Tahap implementasi kebijakan
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan–catatan elit, jika
program tersebut tidak di implementasikan. Oleh karena itu, program
kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah
seharusnya di implementasikan.
5) Tahap penilaian kebijakan
Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau di
evaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu
memecahkan masalah.
2.2.2.3 Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah
suatu kebijakan dirumuskan tanpa suatu implementasi

maka suatu

kebijakan yang akan dirumuskan maka hanya menjadi wacana. Oleh
karena itulah implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting
di dalam kebijakan publik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Menurut Robert Nakamura dan Frank Smallwood dalam Hesel
(2003:17) hal–hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan
adalah keberhasilan dalam mengevaluasi masalah dan kemudian
menerjemahkan ke dalam keputusan–keputusan yang bersifat khusus. Hal
tersebut sejalan dengan pendapat Presman dan Wildavsky dalam Hesel
(2003: 17) implementasi diartikan sebagai interaksi antara penyusunan
tujuan dengan sarana–sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut,
atau kemampuan untuk menghubungkan dalam hubungan kausal antara
yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya.
Sedangkan Jones dalam Hesel (2003:17) menganalisis masalah
pelaksanaan kebijakan dengan mendasarkan pada konsepsi kegiatan–
kegiatan fungsional. Jones mengemukakan beberapa dimensi dari
implementasi pemerintahan mengenai program–program yang sudah
disahkan, kemudian menentukan implementasi, juga membahas aktoraktor yang terlibat, dengan memfokuskan pada birokrasi yang merupakan
lembaga eksekutor. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang
melibatkan secara terus menerus usaha–usaha untuk mencari apa yang
akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur
kegiatan kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke
dalam tujuan kebijakan yang diinginkan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

2.2.2.4 Keberhasilan Implementasi Kebijakan
Menurut Rippley dan Franklin dalam Tangkilisan (2003 : 21)
menyatakan keberhasilan implementasi kebijakan program dan ditinjau
dari tiga faktor, yaitu :
1. Perspektif kepatuhan yang mengukur implementasi kebutuhan
aparatur pelaksana.
2. Keberhasilan inplementasi diukur dari kelancaran rutinitas dan
tiadanya persoalan.
3. Implementasi yang berhasil mengarah pada kinerja yang
memuaskan semua pihak terutama kelompok penerima manfaat
yang diharapkan.
2.2.2.5 Kegagalan Implementasi Kebijakan
Menurut Peters dalam tangkilisan (2003 : 22) mengatakan
implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor yaitu:
1.

Informasi
Kekurangan

informasi

dengan

mudah

mengakibatkan

gambaran yang kurang tepat baik kepada obyek kebijakan
maupun kepada pra pelaksana dari kebijakan yang akan
dilaksanakan dan hasil-hasil dari kebijakan.
2.

Isi Kebijakan
Implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samarnya isi
atau kebijakan atau ketidaktepatan dan ketidaktegaasan intern

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

maupun ekstern atau kebijakan itu sendiri, menunjukkan
kekurangan yang menyangkut sumber daya pembantu.
3.

Dukungan
Akan implementasi kebijakan publik akan sangat sulit apabila
pelaksananya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut.

4.

Pembagian Potensi
Hal ini terkait dengan pembagian potensi diantaranya para
aktor implementasi dan juga mengenal organisasi pelaksana
dalam kaitannya dengan diferensiasi tugas dan wewenang.

2.2.3 Pemberdayaan Masyarakat
2.2.3.1 Pengertian Pemberdayaan
Menurut Edi Suharto (2009:58) pemberdayaan menunjuk pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga
mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi
kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),
dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas
dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b)
menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat
meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasajasa yang mereka perlukan; (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan
dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.
Menurut Parsons dalam Edi Suharto (2009:58) pemberdayaan
adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas, dan mempengaruhi
terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
ketrampilan,

pengetahuan,

dan

kekuasaan

yang

cukup

untuk

mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya.
Menurut Rappaport dalam Edi Suharto (2009:59) pemberdayaan
adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas
diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bah