INSTRUMEN HUKUM DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL MELALUI BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) (STUDI DI DESA HANURA KECAMATAN TELUK PANDAN KABUPATEN PESAWARAN)

  

MELALUI BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) (STUDI DI DESA

HANURA KECAMATAN TELUK PANDAN KABUPATEN

PESAWARAN)

(Jurnal Ilmiah)

  

Oleh

KURNIAWAN MUHAMMAD NUR

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA HUKUM

  

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung

  

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

  

ABSTRAK

  

INSTRUMEN HUKUM DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL

HANURA KECAMATAN TELUK PANDAN KABUPATEN

PESAWARAN)

Oleh

  

Kurniawan Muhammad Nur, Charles Jackson, S.H., M.H., Syamsir Syamsu,

S.H., M.H.

  Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

  Email : apung55@gmail.com BUMDes sebagai badan hukum, dibentuk berdasarkan tata perundang-undangan yang berlaku, dan sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa. Dengan demikian, bentuk BUMDes dapat beragam di setiap desa di Indonesia. Ragam bentuk ini sesuai dengan karakteristik lokal, potensi, dan sumber daya yang dimiliki masing-masing desa. Pengaturan lebih lanjut tentang BUMDes diatur melalui Peraturan Desa yaitu Peraturan Desa Hanura Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Desa Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran. Permasalahan dalam penelitian ini adalah; (1) Bagaimanakah instrumen hukum dalam pemberdayaan ekonomi lokal melalui Badan Usaha Milik Desa di Desa Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran ? Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis empiris. Sumber data yang digunakan data primer dan sekunder. Pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan (Library research), dan studi lapangan (Field research). Hasil penelitian menunjukan bahwa; (1) Instrumen hukum merupakan dasar

  

peraturan yang digunakan dalam mengumpulkan peraturan hukum dalam

penyusunan dan pembentukan BUMDes. Adapun di dalam Profil Desa Hanura

instrumen hukum BUMDes yang tercantum yaitu: Undang-Undang Republik

  Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa, Peraturan Desa Hanura Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Desa Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran.

  Kata Kunci: Intrumen Hukum, Pemberdayaan Ekonomi Lokal, BUMDes.

  

LEGAL INSTRUMENTS IN LOCAL ECONOMIC EMPOWERMENT

THROUGH VILLAGE BUSINESS ENTERPRISES (BUMDES) (STUDY IN

DISTRICT OF PESAWARAN)

By

  

Kurniawan Muhammad Nur, Charles Jackson, S.H., M.H., Syamsir Syamsu,

S.H., M.H.

  Legal Section State Administration Faculty of Law University of Lampung Street Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

  Email : apung55@gmail.com BUMDes as a legal entity, established based on the prevailing laws and regulations, and in accordance with the agreements established in the village community. Thus, the form of BUMDes can vary across villages in Indonesia. These various forms correspond to the local characteristics, potentials, and resources of each village. Further regulation on BUMDes is regulated through Village Regulation ie Hanura Village Regulation Number 2 Year 2014 on the Establishment of Village Owned Enterprise (Bumdes) of Hanura Village, Teluk Pandan Sub-district, Pesawaran Regency. The problems in this research are; (1) What is the legal instrument for the empowerment of the local economy through the Village Owned Enterprise in Hanura Village, Teluk Pandan Sub-district, Pesawaran Regency? The problem approach used is empirical jurisdiction. Data source used primary and secondary data. Data collection used is literature study (Library research), and field study (Field research). The results showed that; (1) Legal instruments are the basis of the regulations used in collecting legal regulations in the preparation and establishment of BUMDes. As in the Profile of Hanura Village BUMDes legal instruments listed are: Law of the Republic of Indonesia Number 1 Year 2013 Concerning Microfinance Institutions, Law of the Republic of Indonesia Number 6 Year 2014 About Villages, Government Regulation Number 47 Year 2015 on Change Government Regulation Number 43 Year 2014 Concerning the Implementation of Law Number 6 Year 2014 on Villages, Regulation of the Minister of Village, Development of Disadvantaged Regions, and Transmigration of the Republic of Indonesia Number 4 Year 2015 on Establishment, Management Handling and Management, and Dissolution of Village Owned Enterprises, Regulations Hanura Village Number 2 Year 2014 About the Establishment of Village Owned Enterprises (Bumdes) Hanura Village Teluk Pandan District Pesawaran District.

  Keywords: Law Intruments, Local Economic Empowerment, BUMDes.

I. PENDAHULUAN

  Dasar pemikiran pendirian BUMDes potensi desa, sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkenaan dengan perencanaan dan pendiriannya, BUMDes dibangun atas prakarsa (inisiasi) masyarakat, serta mendasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif, partisipatif dan transparansi. Selain itu pengelolaan BUMDes harus dilakukan secara profesional dan mandiri. BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial (social institution ) dan komersial (commercial institution). BUMDes dalam operasionalisasinya ditopang oleh lembaga moneter desa (unit pembiayaan) sebagai unit yang melakukan transaksi keuangan berupa kredit maupun simpanan. Jika kelembagaan ekonomi kuat dan ditopang kebijakan yang memadai, pertumbuhan ekonomi yang disertai pemerataan distribusi aset kepada rakyat secara luas akan mampu menanggulangi berbagai permasalahan ekonomi di pedesaan. Tujuan akhirnya, BUMDes sebagai instrumen merupakan modal sosial (social capital) yang diharapkan mampu menjembatani upaya penguatan ekonomi di pedesaan. BUMDes menurut Pasal 1 Ayat 6 Undang-Undang Nomor

  6 Tahun 2014 diartikan sebagai badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.

  BUMDes sebelumnya telah diamanatkan di dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan diatur bahwa Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Sebagai kerangka dasar otonomi daerah yang mengamanatkan dilaksanakannya perencanaan pembangunan dari bawah dan Pasal

  78 PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa mengatakan bahwa Desa dapat mendirikan badan usaha. Kemudian di dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia dalam Pasal 2 Peraturan Meneteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa yaitu Pendirian BUM Desa dimaksudkan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerja sama antar-Desa. Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi di pedesaan, BUMDes harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Hal ini dikarenakan:

  1. BUM Desa merupakan salah satu strategi kebijakan untuk menghadirkan institusi negara (Kementerian Desa PDTT) dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Desa (selanjutnya disebut Tradisi Berdesa).

  2. BUM Desa merupakan salah satu strategi kebijakan membangun Indonesia dari pinggiran melalui pengembangan usaha ekonomi Desa yang bersifat kolektif.

  3. BUM Desa merupakan salah satu strategi kebijakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia di Desa.

  4. BUM Desa merupakan salah satu bentuk kemandirian ekonomi Desa dengan menggerakkan unit- usaha ekonomi kolektif Desa.

  menempatkan Desa menjadi wadah kolektif dalam hidup bernegara dan bermasyarakat, hingga tercipta konsep Tradisi Berdesa sebagai konsep hidup bermasyarakat dan bernegara di ranah Desa. Disamping itu, supaya tidak berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan yang dapat mengakibatkan terganggunya nilai- nilai kehidupan bermasyarakat. Terdapat 7 (tujuh) ciri utama yang membedakan BUMDes dengan lembaga ekonomi komersial pada umumnya yaitu:

  1. Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama;

  2. Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%) melalui penyertaan modal (saham atau andil);

  3. Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya lokal (local wisdom);

  4. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi dan hasil informasi pasar;

  5. Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui kebijakan desa (village policy);

  6. Difasilitasi oleh Pemerintah, Pemprov, Pemkab, dan Pemdes; 1 Anom Surya Puta, et. al., Buku 7, Badan

  Usaha Milik Desa : Spirit Usaha Kolektif Desa , (Jakarta: Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan

  7. Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol secara bersama (Pemdes, BPD, anggota).

  2 Melalui lembaga BUMDes ini

1 Terbitnya UU Desa telah

  diharapkan mampu menstimulasi dan menggerakkan roda perekonomian di perdesaan adalah melalui pendirian kelembagaan ekonomi yang dikelola sepenuhnya oleh masyarakat desa. Lembaga ekonomi ini tidak lagi didirikan atas dasar instruksi pemerintah, tetapi harus didasarkan pada keinginan masyarakat desa yang berangkat dari adanya potensi yang jika dikelola dengan tepat akan menimbulkan permintaan di pasar. Lembaga ekonomi ini agar keberadaannya tidak dikuasai oleh kelompok tertentu yang memiliki modal besar di pedesaan, maka kepemilikan lembaga itu oleh desa dan dikontrol bersama dimana tujuan utamanya untuk meningkatkan standar hidup ekonomi masyarakat. Berdasarkan asumsi itulah maka sudah seharusnya eksistensi desa mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah pusat dengan lahirnya kebijakan-kebijakan terkait dengan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan dengan cara menghimpun dan melembagakan kegiatan ekonomi masyarakat. Tahun 2015 merupakan tahun pertama dilaksanakannya UU No.6 Tahun 2014 Tentang desa, yang merupakan bagian dari ikhtiar mencapai keberdayaan negara dan bangsa Indonesia dari kemandirian desa-desanya. Adapun untuk mewujudkan desa yang mandiri diperlukan adanya strategi 2 Departemen Pendidikan Nasional Pusat

  Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (PKDSP), Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) (Fakultas Ekonomi: Universitas pembangunan. Diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang desa maka menjadi peluang yang sangat besar untuk bisa mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya secara mandiri sesuai kebutuhan masing- masing dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) yang telah melakukan perubahan paradigma pembangunan daerah tertinggal yang sebelumnya berbasis pada kawasan menjadi berbasis pada pedesaan (Based on village).

  Sehubungan dengan itu, skala prioritas yang dilakukan KPDT bagi pembangunan daerah berbasis pedesaan antara lain mencakup:

  1. BUM Desa membutuhkan modal sosial (kerja sama, solidaritas, kepercayaan, dan sejenisnya) untuk pengembangan usaha yang menjangkau jejaring sosial yang lebih inklusif dan lebih luas.

  2. BUM Desa berkembang dalam politik inklusif melalui praksis Musyawarah Desa sebagai forum tertinggi untuk pengembangan usaha ekonomi Desa yang digerakkan oleh BUM Desa.

  3. BUM Desa merupakan salah satu bentuk usaha ekonomi Desa yang bersifat kolektif antara pemerintah Desa dan masyarakat Desa. Usaha ekonomi Desa kolektif yang dilakukan oleh BUM Desa mengandung unsur bisnis sosial dan bisnis ekonomi.

  4. BUM Desa merupakan badan usaha yang dimandatkan oleh UU Desa sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerja sama antar-Desa.

  5. BUM Desa menjadi arena pembelajaran bagi warga Desa dalam menempa kapasitas kelola Desa yang baik, kepemimpinan, kepercayaan dan aksi kolektif.

  6. BUM Desa melakukan transformasi terhadap program yang diinisiasi oleh pemerintah (government driven; proyek pemerintah) menjadi “milik Desa”.

  3 Pendirian BUMDes Hanura termasuk

  ke dalam perencanaan pembangunan dari bawah (Bottom-Up Planning), hal ini karena BUMDes Hanura tidak lagi didirikan atas dasar instruksi dari pemerintah, melainkan berdasarkan atas inisiatif dari salah satu warga desa yang ingin menggabungkan usaha-usaha desa yang sebelumya sudah ada agar dijadikan satu dalam sebuah lembaga desa, serta mengembangkan usaha- usaha lainnya yang bermanfaat bagi warga desanya. Berdasarkan usulan warga tersebut kemudian perwakilan masyarakat bersama Kepala Desa dan Pemerintah Desa mengadakan Musyawarah Desa bersama dengan organisasi masyarakat lainnya seperti BPD, LSM, dan tokoh masyarakat terkait perencanaan pendirian program desa tersebut. Dari musyawarah tersebut kemudian didapatkan kesepakatan berupa dicanangkannya program BUMDes yang sesuai dengan UU No. 6 tahun 2014 Tentang Desa dengan membentuk Peraturan Desa Hanura Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Desa Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran. 3 BUMDes Hanura didirikan pada tahun 2014, dengan usaha-usaha yang bergerak di dalamnya seperti unit simpan pinjam disalurkan menjadi simpanan masyarakat untuk pembayaran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Adapun sumber modal awal BUMDes berasal dari bantuan berupa hibah dari pemerintah dan kemudian ada penguatan modal yang sebagian berasal dari hibah bergulir (usaha BUMDes sebelumnya) . Salah satu program BUMDes Hanura dalam peningkatan ekonomi masyarakat yaitu pembuatan sirup belimbing wuluh, dimana BUMDes memberikan suntikan dana kepada masyarakat untuk menanam belimbing yang secara langsung dikelola BUMDes. Belimbing tersebut diproduksi oleh BUMDes untuk dibuat sirup dan selai, pengerjaan produk dari Belimbing wuluh dilakukan langsung oleh masyarakat. Dalam hal ini tentu memberi pemasukan tambahan bagi masyarakat setempat. Bukan hanya itu, BUMDes Hanura juga memproduksi kripik tempe, kripik pisang dan klanting yang diproduksi oleh masyarakat dan telah didistribusikan kewilayah diluar Kecamatan Teluk Pandan, yang menjadi distributornya adalah oleh- oleh khas Provinsi Lampung yaitu kripik “yenyen”. Melalui kegiatan itu, masyarakat memiliki kesempatan mendapat pekerjan baru sehingga masyarakat mendapat penghasilan tambahan untuk meningkatkan perekonomian mereka. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimanakah instrumen hukum dalam pemberdayaan ekonomi lokal melalui Badan Usaha Milik Desa di Pandan Kabupaten Pesawaran ?

  II. METODE PENELITIAN

  2.1. Pendekatan Masalah

  Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian.

  4 Pendekatan

  masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan mengadakan pengamatan terhadap kenyataan yang ada dilapangan dalam rangka pelaksanaan peraturan-paraturan yang berlaku, khususnya mengenai instrumen hukum dalam pemberdayaan ekonomi lokal melalui BUMDes di Desa Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran.

  2.2. Sumber dan Jenis Data

  Sumber dan jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut:

  5

  1. Data Primer Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan kepada narasumber untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian.

  2. Data Sekunder Data merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian, karena dalam penelitian hukum normatif yang dikaji adalah bahan hukum 4 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan

  Penelitian Hukum,. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 112. 5 yang berisi aturan-aturan yang bersifat normatif.

  6

  digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Studi kepustakaan (Library

  Research )

  Studi kepustakaan dimaksudkan adalah usaha untuk memperoleh data sekunder. Dalam hal ini peneliti melakukan serangkaian studi dokumentasi dengan cara mengumpulkan, membaca, atau mempelajari, membuat catatan- catatan dan kutipan-kutipan serta menelaah bahan-bahan pustaka yaitu berupa karya tulis dari para ahli dan juga jurnal yang tersusun dalam literatur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini.

  b. Studi Lapangan (Field Research) Studi lapangan merupakan usaha yang dilakukan untuk memperoleh data primer dengan mengajukan pertanyaan kepada beberapa pihak yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian dengan teknik wawancara dan observasi. Teknik yang digunakan adalah wawancara langsung yang bersifat terbuka, dengan menyiapkan daftar pertanyaan yang berupa pokok-pokok sebagai panduan yang dapat dikembangkan pada saat wawancara dilakukan. Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi dengan bertanya langsung kepada narasumber. Serta melalui observasi dengan mengamati 6 kondisi dan aktivitas di lapangan secara langsung.

  Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan secara terperinci hasil penelitian dalam bentuk kalimat- kalimat sehingga diperoleh gambaran yang jelas dari jawaban permasalahan yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.

  III. PEMBAHASAN

  3.1. Pengelolaan BUMDes dalam Pemberdayaan Ekonomi Lokal

  BUMDes merupakan Badan Usaha yang dimiliki Desa yang memiliki fungsi mengoptimalkan potensi Desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bapak Chodri selaku Kepala Desa Hanura mengatakan bahwa BUMDes wajib ada di setiap Desa, seperti dalam peraturan Permendagri nomor 39 tahun 2010 tentang badan usaha milik desa dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa bahwa BUM Desa dibentuk oleh Pemerintah Desa untuk mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa. Maka berdasarkan UU tersebut, berdirinya BUMDes Hati Nurani yang dibentuk sejak tahun 2014 mampu menjadi alat untuk mengembangkan dan memberdayakan perekonomian masyarakat lokal.

  7 Bapak Zikri selaku Ketua BUMDesa

  juga menerangkan bahwa 7 Chodri Cahyadi, Kepala Desa, Wawancara kelembagaan BUMDes bersifat unik. BUMDes bukan sebagai usaha murni pemerintah, bukan usaha bersama bukan pula sebagai bentuk public and

  private Partnership . Bapak Zikri juga

  menambahkan bahwa prinsip dasarnya BUMDes bukanlah proyek pemerintah di desa tetapi sebagai bentuk prakarsa dan gerakan desa. Berdirinya BUMDes di Desa Hanura sangat membantu pendapatan Desa, karena lewat BUMDes, pengelolaan potensi Desa dapat termobilisasi dengan baik. Seperti adanya potensi air terjun yang bisa dikembangkan sebagai usaha BUMDes dalam meningkatkan usaha masyarakat.

  terpisah, sehingga dalam pengelolaan BUMDes berdiri sendiri, namun masih dalam naungan pemerintah Desa. Terbentuknya BUMDes diharapkan sebagai upaya menjadikan Desa Hanura sebagai Desa mandiri secara finansial, sehingga dapat membantu permodalan usaha masyarakat. Secara pengelolaan, BUMDes berdiri sendiri, namun pendapatan dari setiap unit usaha yang dikelola oleh BUMDes masuk kedalam dana Desa yang kemudian dana tersebut disalurkan untuk digunakan membangun fasilitas Desa dan kegiatan pemberdayaan masyarakat. BUMDes menjadi sebagai wadah badan usaha yang menaungi usaha kecil masyarakat agar lebih optimal pemasarannya. BUMDes Desa Hanura dalam pengelolaannya juga langsung dilakukan oleh masyarakat setempat. Unit usaha yang di kelola oleh BUMDes yang memberikan masukan terbesar dalam keuangan Desa yaitu : 8 Zikri Septiawan, Ketua BUMDes,

  a. Pengelolaan Pasar 1) Sampah Diatur dalam Peraturan Desa Hanura huruf (b). Desa Hanura merupakan Desa yang terbilang cukup maju di antara Desa di Kecamatan Teluk Pandan. Adanya pasar Tradisional menjadikan pusat kegiatan ekonomi masyarakat maju. Dengan adanya pasar, maka unit usaha yang memberi kontribusi besar berada dipasar. Pasar Ampera menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat Desa Hanura.

  Unit usaha pengelolaan BUMDes yang ditujukan untuk wilayah pasar memberi kontribusi terbesar terhadap pemasukan anggaran Desa. Dimana pengelolaan sampah ini memberi masukan untuk setiap harinya. Seperti yang diungkapkan Eka Damayanti Bendahara BUMDes adanya unit usaha pengelolaan sampah bukan hanya memberi kemudahan membuang sampah, namun juga memberi pekerjaan baru kepada masyarakat. Uang pengelolaan sampah itu masuk kedalam dana Desa. 2) Pengelolaan Parkir Unit usaha kedua yang masih berasal dari pasar adalah pengelolaan parkir diatur di dalam Peraturan Desa Hanura No. 2 Tahun 2014 Pasal 8 ayat (1) huruf (a). Berdasarkan observasi, pengolalaan parkir yang baik menjadikan kondisi pasar tertib dan aman. Seperti yang diungkapkan seperti yang diungkapkan Bapak Hajuli bahwa: unit usaha pengelolaan pasar baik parkir maupun sampah ini, memang sangat member masukan terbesar kepada Desa. Oleh sebab itu, pengelolaan unit usaha pasar harus dilakukan secara baik agar tetap berlanjut, sehingga membantu

8 Pendanaan Desa dengan BUMDes itu

  keuangan Desa yang bisa digunakan untuk kepentingan bersama.

  Masyarakat aman dalam melaksanakan kegiatan ekonominya. Lewat parkir, remaja yang tidak memiliki pekerjaan, mendapat masukan tambahan untuk keluarganya. Hampir 80% pendapatan Desa itu berasal dari pasar.

  b. Unit Produk dan Jasa Unit usaha produk dan jasa yang di dirikan oleh BUMDes dibagi menjadi dua yaitu simpanan dan pembiayaan. Berdasarkan hasil interview, bentuk simpanan yang ada yaitu tabungan masyarakat Hanura dan tabungan usaha mikro. Tabungan ini di adakan dengan tujuan untuk memberi dukungan kepada masyarakat dalam meningkatkan usahanya agar tidak kehabisan modal, serta membantu masyarakat untuk menabung untuk kebutuhan mendatang, seperti kebutuhan sekolah. Kedua bentuk tabungan tersebut dikelola oleh BUMDes dengan cara memutarkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan. Dengan adanya tabungan membantu masyarakat tidak kesulitan mendapatkan modal.

  observasi juga, masyarakat banyak tertarik dengan unit produk dan jasa simpan pinjam ini. selain membantu masyarakat untuk menabung, juga membantu masyarakat yang memiliki tekad memulai usaha. Adapun permodalan BUMDes ini berasal dari Usaha Simpan Pinjam seperti di dalam Peraturan Desa Hanura No. 2 Tahun 2014 Pasal 6 9 Hajuli, Koordinator Unit Usaha Pengelolaan

  Pasar, Wawancara 9 Mei 2018 10 Eka Damayanti, Bendahara BUMDes,

  ayat (2) diatur bahwa modal BUMDes yang berasal dari tabungan masyarakat merupakan simpanan c. Unit Sektor Riil Bentuk usaha sektor riil yang dikembangkan oleh BUMDes Desa Hanura adalah pengadaan kebutuhan masyarakat sehari-hari yaitu sembako. Toko sembako ini di buka di kantor kelurahan. Toko sembako ini juga merupakan tempat penitipan produk masyarakat seperti keripik, kerajinan dan sebagainya. Berdasarkan hasil observasi, toko sembako ini sampai sekarang masih berjalan dengan baik. Banyak masyarakat juga yang belanja di toko sembako BUMDes.

9 Dengan adanya pengelolaan parkir

  11 Selain toko sembako, unit usaha

  sektorial riil BUMDes lainya yaitu pengadaan barang dan jasa seperti loket pembayaran listrik, air, telepon, jasa konstruksi dan lainnya. Dari beragam unit usaha tersebut, Bapak Hajuli di pegang langsung oleh masyarakat. Karyawan yang menjaga loket pemuda yang tidak sekolah lagi, sehingga membantu membuka peluang kerja bagi masyarakat. Dengan adanya pengadaan barang dan jasa tersebut, masyarakat semakin mudah dan tidak ribet harus keluar desa. Malahan dengan adanya pengadaan barang dan jasa tersebut, banyak masyarakat dari luar Desa Hanura yang datang ke loket Desa Hanura tersebut.

10 Berdasarkan hasil interview dan

  12

  d. Industri Rumah Tangga Bapak Herman selaku koordinator unit usaha rumah tangga BUMDes Desa Hanura menerangkan bahwa unit usaha rumah tangga yang dikelola oleh BUMDes merupakan usaha membantu masyarakat untuk 11 Observasi, 11 Mei 2018 12 Hajuli, Pengurus BUMDes, Wawancara 9

  memasarkan produk masyarakat agar bisa terjual. Unit usaha rumah tangga ini juga bekerja sama dengan Hanura yang kegiatannya memberdayakan Ibu Rumah Tangga.

  menerangkan : Manfaat adanya BUMDes membantu memasarkan produk yang kita miliki, selama ini produk kita hanya bisa dinikmati oleh anggota KWT saja, tapi setelah adanya BUMDes, produk kami diproduksi lebih banyak, dan itu bisa membantu meningkatkan pendapatan ibu-ibu disini yang tergabung dengan KWT.

  Desa Hanura, yaitu :

  1. Produk Aneka Kripik Desa Hanura merupakan Desa yang memiliki hasil bumi yang melimpah, seperti pisang, singkong, dan sebagainya. Banyaknya hasil kebun tersebut, masyarakat khususnya Ibu- ibu manfaatkan untuk menambah pendapatannya. Produk Kripik yang menjadi khas oleh-oleh Desa Hanura adalah keripik sagu tempe.

  2. Produk Belimbing Wuluh Produk belimbing wuluh yang diproduksi oleh masyarakat Desa Hanura berupa sirup belimbing wuluh. Sirup ini sudah masuk kedalam oleh-oleh khas Lampung. Dari berbagai unit usaha yang dikelola oleh BUMDes, dana pengahilan dari setiap unit usaha tersebut masuk dalam dana desa.

  Dana yang masuk kedalam desa tersebut di gunakan untuk pembangunan desa baik infrastruktur desa,pengadaan barang renting yang 13 Herman, Koordinator Unit Usaha Rumah

  Tangga, Wawancara 9 Mei 2018 14 Herlina, Warga Desa, Wawancara 9 Mei

  dibutuhkan masyarakat, dan kegiatan- kegiatan lainnya.

  dalam Pemberdayaan Ekonomi Lokal

13 Ibu Herlina salah satu pegurus KWT

  Usaha-usaha dalam pendapatan ekonomi masyarakat Desa Hanura Melalui BUMDes dilakukan melalui beragam kegiatan adalah sebuah upaya melakukan pemberdayaan masyarakat. Pelatihan-pelatihan dilakukan sebagai penunjang untuk meningkatkan kwalitas sumber daya manusia Desa Hanura yang mandiri, kreatif, kompetitif, serta memiliki etos kerja yang tinggi. Usaha peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta membantu mengembangkan kegiatan usaha masyarakat. Beberapa usaha pengembangan ekonomi masyarakat yang dilakukan melalui program BUMDes, yaitu :

14 Adapun bentuk Produk rumah tangga

  a. Penyuluhan Kegiatan penyuluhan kegiatan yang dilakukan oleh pengurus BUMDes Hanura adalah untuk memberikan informasi mengenai berdirinya BUMDes. Kegiatan penyuluhan ini juga dilakukan dalam bentuk sosialisasi unit usaha yang akan dikembangkan di Desa Hanura kepada masyarakat, agar masyarakat ikut serta merealisasikan unit usaha tersebut. Bapak Dzikri mengatakan bahwa penyuluhan ini dilakukan agar unit usaha yang di bentuk sesuai kebutuhan masyarakat yang bisa membantu mengembangkan ekonomi masyarakat.

  15 15 Dzikri, Pengurus BUMDes, Wawancara 8

  b. Pelatihan Kewirausahaan Pelatihan kewirausahaan dilakukan sebagai bentuk upaya meningkatkan masyarakat Desa Hanura. Melalui pelatihan kemampuan secara hard

  skill dan soft skill masyarakat akan

  terlatih, sehingga menjadikan masyarakat yang terampil, mandiri, dan kreatif. Dalam hal ini, kegiatan pelatihan seperti pelatihan pembuatan kerajinana, pelatihan tataboga dan sebagainya dilakukan dengan cara bekerjasama dengan organisasi masyarakat seperti Kelompok Wanita Tani, SKH, dan Watala. Ibu Anggun mengatakan bahwa, dengan adanya pelatihan mampu meningkatkan keterampilan ibu-ibu rumah tangga untuk bisa menghasilkan penghasilan tambahan dengan cara membuka usaha dari hasil kegiatan pelatihan tersebut.

  pelatihan kewirausahaan dilakukan pada bulan Februari 2017. Sampai pada akhir tahun 2017 kegiatan ini sudah 3 kali dilakukan. Kegiatan ini di ikuti sebanyak 24 orang secara umum. Pelatihan ini dibimbing dan di bina oleh pelatih dari lokal maupun dari luar kota yang sudah bekerjasama dengan pihak Watala, Kawan Tani, KWT, dan lainnya. Awal kegiatan ini adalah dengan memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa kegiatan kewirausahaan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Selanjutnya masyarakat diberikan pelatihan pengembangan skill masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki seperti dengan menghasilkan produk kerajinan, keripik-kripik dan sebagainya. Tahap terakhir kegiatan ini adalah 16 Anggun, Warga Desa, Wawancara 9 Mei memberikan edukasi masyarkat mengenai pemasaran produk yang baik. Kegiatan ini lebih sehingga masyarakat mudah mengaplikasikannya untuk dapat di jadikan pengembangan usaha masyarakat setempat.

  17

  c. Peminjaman Modal Cara pengembangan usaha dan pengelolaan dana pinjaman untuk masyarakat yang dilakukan oleh BUMDes adalah dana dari Desa yang merupakan hasil dana terkumpul dari setiap unit usaha yang dibuka oleh BUMDes. Masyarakat di beri pinjaman sesuai dengan bentuk usaha yang dimilikinya, kemudian ada juga Modal dari BUMDes, produk masyarakat yang buat, maka hasilnya dibagi dua.

16 Berdasarkan data kegiatan Desa,

  3.3. Instrumen Hukum Dalam Pemberdayaan Ekonomi Lokal Melalui BUMDes Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran Instrumen hukum merupakan dasar peraturan yang digunakan dalam mengumpulkan peraturan hukum dalam penyusunan dan pembentukan BUMDes. Di dalam Profil Desa Hanura instrumen hukum BUMDes tercantum dalam Undang-Undang, Peraturan Desa Hanura, Peraturan Menteri Desa, dan aturan pelaksana lainnya. Adapun secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro.

  Terdapat di Pasal 4, Pasal 5 ayat (2) dan pasal 8 huruf (b). 17

  2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

  2) Badan Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di Desa Hanura dan sementara berkantor di Balai Desa.

  Pasal 6 1) Modal BUMDes yang berasal dari pemerintah desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, merupakan kekayaan desa yang dipisahkan.

  d) Pinjaman yang tidak mengikat; dan/atau e) Kerjasama usaha dengan pihak lain.

  c) Bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten;

  b) Tabungan masyarakat;

  a) Pemerintah desa;

  Bab IV Permodalan BUMDes Pasal 5 Modal BUMDes berasal dari :

  Pasal 4 Tujuan pembentukan BUMDes adalah : a) Memberdayakan masyarakat melalui peningkatan kapasitas perencanaan dan pengelolaan perekonomian; b) Mewujudkan kelembagaan perekonomian masyarakat yang tangguh dan mandiri untuk memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat; c) Menciptakan kesempatan berusaha dan mengurangi angka pengangguran di desa.

  Bab III Maksud Dan Tujuan Pasal 3 Maksud pembentukan BUMDes kemampuan keuangan Pemerintah Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui berbagai kegiatan ekonomi masyarakat.

  (BUMDes) Hanura bernama Badan Usaha Milik Desa “ HATI NURANI ”

  87 dan 88.

  Bab II Nama Dan Kedudukan Pasal 2 1) Badan Usaha Milik Desa

  2 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Desa Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran.

  5. Peraturan Desa Hanura Nomor

  Terdapat di Bab II Pendirian BUM Desa, Bab III Pengurusan Dan Pengelolaan BUM Desa, Dan Bagian Keenam Kepailitan Bum Desa Pasal 27.

  4. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.

  Terdapat di Pasal 1 ayat (7) dan Pasal 142.

  6 Tahun 2014 Tentang Desa.

  43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

  3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor

  2) Modal BUMDes yang berasal dari tabungan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, merupakan simpanan masyarakat. berasal dari bantuan pemerintah, pemerintah provinsi Lampung, dan Pemerintah Kabupaten Pesawaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c, dapat berupa dana hibah.

  4) Modal BUMDes yang berasal dari pinjaman sebagaimana dimaksud dalam

  g) Penyewaan

  a) Mengakomodasi dan mendorong peningkatan kegiatan unit-unit usaha masyarakat yang merupakan kegiatan ekonomi masyarakat

  Pasal 16 Kewajiban BUMDes adalah :

  Bab VIII Kewajiban Dan Hak Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

  Bab VII menjelaskan tentang Kepengurusan yaitu: Bagian Kesatu Syarat-syarat dan Tata Cara Pengangkatan Pengurus dan/atau Pelaksana Operasional BUMDes, Pasal 12. Bagian Kedua Hak, Kewajiban dan Larangan Pengurus dan/atau Pelaksana Operasional BUMDes, Pasal 13. Bagian Ketiga Masa Kerja, Pemberhentian Pengurus dan/atau Pelaksana operasional, Pasal 14 dan 15.

  VI menjelaskan tentang Struktur Organisasi Pengelola BUMDes, Pasal 9 sampai dengan Pasal 11.

  h) Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuannya dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang- undangan. (2) Usaha-usaha lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, diatur dan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Desa. Bab

  e) Loket Pembayaran Bahan Pokok dan sarana Produksi

  Pasal 5 huruf d, dari pinjaman lembaga keuangan atau pemerintah daerah. 5) Modal BUMDes yang berasal dari kerjasama usaha dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e, dapat diperoleh dari pihak swasta dan/atau masyarakat.

  d) Produk Industri & Kerajinan Rumah Tangga (PIRT)

  c) Jasa keuangan mikro ;

  b) Unit Pengelolaan Sampah Pasar dan Sampah Rumah Tangga

  Desa Hanura

  Bab V Jenis Kegiatan Usaha Pasal 8 (1) Untuk mencapai maksud dan tujuannya, BUM Des menjalankan jenis-jenis usaha sebagai berikut : a) Pengelolaan Pasar Ampera

  Pasal 7 Modal BUMDes selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dapat berasal dari dana bergulir program pemerintah dan pemerintah daerah yang diserahkan kepada desa dan/atau masyarakat melalui pemerintah desa.

  b) Memberikan kontribusi kepada desa c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa Pasal 17

  a) Mendapatkan perlindungan secara hukum dari Pemerintah Desa

  IX Sistem Pertanggungjawaban Dan Pelaporan, Pasal 18 sampai dengan Pasal 20 Bab X Bagi Hasil Usaha, Pasal 21 dan 22

  4.2 Saran

  6 Tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa, Peraturan Desa Hanura Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Desa Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran.

  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor

  4.1 Kesimpulan Instrumen hukum merupakan dasar peraturan yang digunakan dalam mengumpulkan peraturan hukum dalam penyusunan dan pembentukan BUMDes. Adapun di dalam Profil Desa Hanura instrumen hukum BUMDes yang tercantum yaitu:

  IV. PENUTUP

  Bab XI Kerjasama Dengan Pihak Ketiga, Pasal 23 Bab XII Pembinaan Dan Pengawasan, Pasal 24 Bab XIII Kepailitan Dan Pembubaran, Pasal 25 Bab XIV Ketentuan Peralihan, Pasal 26 Bab XV Ketentuan Penutup, Pasal 27 dan 28

  Bab

  b) Menggali potensi desa terutama potensi yang berasal dari kekayaan milik desa

  h) Mendapatkan bimbingan dalam bidang manajemen perusahaan dan dalam bidang teknis pengelolaan usaha

  Pemerintah Desa dalam rangka pengembangan BUMDes

  f) Melaksanakan kerjasama dengan pihak ketiga g) Memberikan masukan kepada

  BUMDes

  d) Mendapatkan bagian dari hasil usaha BUMDes e) Mengembangkan jenis usaha

  c) Melakukan pinjaman dalam rangka peningkatan permodalan

  Instrumen hukum BUMDes Hanura harus terus melakukan pembaharuan untuk peningkatan pemberdayaan ekonomi lokal, pembangunan dan pelayanan masyarakat Desa Hanura di masa depan sesuai dengan perkembangan zaman.

DAFTAR PUSTAKA

  Anom Surya Puta, et. al., Buku 7,

  

Usaha Kolektif Desa , Kementrian

  Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia, Jakarta, 2015.

  Departemen Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (PKDSP), Buku

  

Panduan Pendirian dan

Pengelolaan Badan Usaha Milik

Desa (BUMDes), Fakultas Ekonomi:

Universitas Brawijaya, 2007.

  Abdulkadir Muhammad, Hukum dan

  

Penelitian Hukum, Citra Aditya

Bakti, Bandung, 2004.

  Dokumentasi Database BUMDES Hanura.