TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA Tingkat Kesiapsiagaan Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) Dalam Menghadapi Bencana Kekeringan Di Desa Bulu Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo.

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI
(GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA
KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU
KABUPATEN SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna mencapai derajat
Strata-1
Program Studi Pendidikan Geografi

Diajukan Oleh:
AKHMAD ALWI MUTTAQIN
A 610100052

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

ABSTRAK
TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI

(GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI
DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO
Akhmad Alwi Muttaqin, A610100052, Jurusan Pendidikan Geografi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2014.
Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2001-2007 termasuk dalam wilayah
yang sangat rawan kekeringan. Kekeringan merupakan ancaman yang paling
sering mengganggu sistem dan produksi pertanian. Penelitian ini dilakukan di
Desa Bulu Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo yang bertujuan untuk
mengetahui (1) Tingkat Ancaman bencana kekeringan (2) Tingkat kesiapsiagaan
Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) dalam menghadapi bencana kekeringan.
Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Populasi
penelitian ini adalah seluruh anggota Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) yang
terdiri dari 4 kelompoktani di Desa Bulu yang berjumlah 374 anggota. Sampel
yang diambil berjumlah 79 anggota Gapoktan. Teknik sampling yang digunakan
adalah Proportionate Stratified Random Sampling. Teknik pengumpulan data
menggunakan angket skala sikap dengan model angket rating scale, observasi
dan dokumentasi. Persyaratan uji analisis dilakukan dengan uji validitas dan uji
reliabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tingkat Ancaman bencana
kekeringan di Desa Bulu termasuk dalam tingkat rendah. Hal tersebut didasarkan

pada Indeks Ancaman yang masuk dalam kategori tingkat rendah dan Indeks
Penduduk Terpapar masuk dalam kategori tingkat sedang. (2) Kesiapsiagaan
Gapoktan di Desa Bulu terhadap bencana kekeringan termasuk dalam kategori
cukup/ sedang/ Sudah ada tetapi belum berjalan. Hal ini dibuktikan oleh jumlah
skor riil kesiapsiagaan Gapoktan di Desa Bulu yang berjumlah 2750 dari skor
maksimum yang mungkin dicapai sebesar 4740 atau dapat dikatakan mendapat
nilai indeks sebesar 58 %.
Kata kunci : Kesiapsiagaan, Gabungan Kelompoktani, Bencana Kekeringan

pada gilirannya akan mengancam

A. PENDAHULUAN
Bencana adalah peristiwa yang

keamanan pangan masyarakat.

disebabkan oleh alam atau ulah

Provinsi Jawa Tengah sejak


manusia, yang dapat terjadi secara

tahun 1979 sampai tahun 2009

tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang

pernah mengalami 300 kali bencana

menyebabkan

kekeringan (BNPB, 2010). Pada

hilangnya

nyawa

manusia, kerusakan harta benda dan

tahun


lingkungan,

serta

melampaui

kekeringan di Jawa Tengah terjadi

kemampuan

dan

sumberdaya

pada kondisi yang sangat rawan

2001-2007

wilayah


manusia untuk menanggulanginya

yaitu

(A.B. Susanto, 2006).

Wonogiri, Sukoharjo, Sragen, dan

Kekeringan adalah hubungan

di

Kabupaten

Cilacap,

Rembang (Pratiwi, Henny, 2011).

antara ketersediaan air yang jauh di


Kabupaten

bawah kebutuhan air baik untuk

dalam

kebutuhan

pertanian,

bencana tinggi. Menempati urutan

kegiatan ekonomi dan lingkungan

76 dari 497 Kota/Kabupaten di

(Bakornas PB 2007). BNPB (2010)

seluruh


dalam

Kabupaten Sukoharjo, 2012).

hidup,

Rencana

Penanggulangan
2014

Nasional

Bencana

menyatakan

2010bahwa

Sukoharjo


wilayah

dengan

indeks

Indonesia

Kekeringan
ancaman

termasuk

yang

(BPBD

merupakan
paling


sering

kekeringan membawa akibat serius

mengganggu sistem dan produksi

pada pola tanam, pola pengairan,

pertanian,

pola pengoperasian irigasi serta

tanaman pangan. Keadaan dampak

pengelolaan sumber daya air di

dari kekeringan ini diperparah lagi

permukaan lainnya. Gangguan pola


dengan

tanam yang serius menimbulkan

kesiapsiagaan

gagal panen, kekurangan bahan

menghadapi bencana kekeringan.

makanan

Terutama para petani yang terkena

hingga

dampak

yang


terburuk adalah banyaknya gejala

dampak

terutama

rendahnya

terhadap

respon

masyarakat

secara

langsung

dan
dalam

dari

kurang gizi bahkan kematian dan

1

bencana

kekeringan

(Kharisma

Dewi Sri. Keempat kelompoktani
tersebut berjumlah 374 anggota.

Nugroho dkk, 2009).

Teknik

Tujuan yang dicapai dalam
penelitian

ini

adalah

untuk

sampling

yang

digunakan pada penelitian ini yaitu

mengetahui tingkat kesiapsiagaan

Proportionate

Gabungan

Kelompoktani

Sampling merupakan pengambilan

(Gapoktan) Desa Bulu Kecamatan

sampel dari anggota populasi secara

Bulu Kabupaten Sukoharjo dalam

acak

dan

berstrata

secara

menghadapi

proporsional

(Riduwan

2010).

bencana

kekeringan

Stratified

dan mengetahui Tingkat Ancaman

Sedangkan

Bencana Kekeringan di Desa Bulu

sampel menggunakan rumus dari

Kecamatan

Taro Yamane atau Slovin (Riduwan,

Bulu

Kabupaten

teknik

Random

pengambilan

2010) sebagai berikut :

Sukoharjo.
B. METODE PENELITIAN

�=

Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode survey
dengan menggunakan pendekatan
deskriptif kuantitatif. Penelitian ini
dilaksanakan
Kecamatan

di
Bulu

Sukoharjo.

Desa

Bulu

Kabupaten

Penelitian

ini


+1

�� 2

n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
d2 = nilai kritis (batas
ketelitian) yang
diinginkan (persen
kelonggaran
ketidaktelitian karena
kesalahan pengambilan
sampel)

dilaksanakan dalam jangka waktu 6
bulan.
Jadi dari banyaknya populasi
Populasi penelitian ini adalah
yaitu 374 anggota maka besarnya
seluruh

anggota

Gabungan
sampel :

Kelompoktani

(Gapoktan)

yang

terdiri dari 4 kelompoktani di Desa
Bulu yaitu kelompoktani Bina Tani,
Ngrukti Mukti, Marsudi Tani dan

�=

�=

374
{374 x (0,1)2 }+1

374
(374 x 0,01)+1

2

�=

374

tingkat

ancaman

Bencana

4,74

Kekeringan

n = 78,90 (dibulatkan

Pengambilan

data

dilakukan

menjadi 79 responden)
dengan teknik kuesioner (angket),
Dari

jumlah

responden

sampel

79

dan dokumentasi.

kemudian C. HASIL DAN PEMBAHASAN

tersebut

ditentukan jumlah masing-masing

Desa Bulu terletak di ketiggian

sampel menurut kelompoktani yang

103 meter di atas permukaan laut

berada

secara

dengan luas wilayah 2,48 km2. Batas

Proportionate Random Sampling

wilayah Desa Bulu sebelah utara

dengan

dengan Desa Ngasinan, sebelah

�� =

di

��



desa

Bulu

rumus

:

selatan dengan Desa Kamal, sebelah

.�

timur dengan Desa Tiyaran, dan

ni = jumlah sampel menurut stratum
n = jumlah sampel seluruhnya
Ni = jumlah populasi menurut stratum

sebelah barat dengan Desa Kunden.
Luas wilayah Desa Bulu adalah 248
Ha atau sekitar 5,65 % dari luas

N = jumlah populasi seluruhnya

kecamatan Bulu, sedangkan luas
Jadi

jumlah

sampel

untuk

penggunaan lahan sawah 147 Ha

kelompoktani :

dan 101 Ha lahan bukan sawah.

Ngrukti Mukti = (105 x 79) : 374 =

Sebagian besar tanah sawah di Desa

22.17

Bulu berpengairan tadah hujan yaitu

Bina Tani = (93 x 79) : 374 = 19.64

seluas 90 Ha (61,23 %), sedangkan

(dibulatkan 20)

dengan sistem irigasi 57 Ha (38,77

Marsudi Tani = (79 x 79) : 374 =

%).

16.68 (dibulatkan 17)

a. Tingkat

Dewi Sri = (97 x 79) : 374 = 20.48
Variabel penelitian ini adalah
tingkat

kesiapsiagaan

Kelompoktani

Gabungan

(Gapoktan)

dan

Kesiapsiagaan

Gapoktan
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kesiapsiagaan gapoktan di
Desa Bulu diperoleh indeks nilai
skor tertinggi pada kelompoktani
3

Bina Tani yaitu 64,5 % dengan

kesiapsiagaan berkisar antara 40 –

jumlah

20

60 %. Sedangkan kelompoktani

responden. Kelompoktani Ngrukti

Bina Tani yang mempunyai nilai

Mukti

nilai

indeks kesiapsiagaan berkisar antara

%

60 – 80 % termasuk dalam kategori

sampel

sebanyak

mendapat

kesiapsiagaan

indeks

sebesar

59,1

dengan jumlah sampel sebanyak 22

kesiapsiagaan

responden. Kelompoktani Marsudi

dilakukan

Tani

(Kharisma Nugroho dkk, 2009:199).

mendapat

kesiapsiagaan

indeks

sebesar

nilai

54,1

%

dengan jumlah sampel sebanyak 17
responden. Sedangkan indeks nilai
skor terendah pada kelompoktani
Dewi Sri yaitu 53,8 % dengan
jumlah

sampel

sebanyak

20

responden.
Tabel 1: Nilai Indeks
Kesiapsiagaan Gapoktan
No Kelompoktani
1
2
3
4

Skor
Nilai
Kesiapsiagaan Indeks

Ngrukti
Mukti
Bina Tani
Marsudi Tani
Dewi Sri
Jumlah

779

59,1

774
551
646
2750

64,5
54,1
53,8

Tinggi/

oleh

sebagian

Mulai
pihak

Tabel 2: Indeks Kesiapsiagaan
N
o
1

Nilai
Indeks
3793-4740

Kategori

Sangat Tinggi/
Sudah dilakukan
bersama seluruh
elemen
masyarakat
2845-3792
Tinggi/ Mulai
2
dilakukan oleh
sebagian pihak
1897-2844
Cukup/ Sudah
3
Ada tetapi belum
berjalan
949-1896
Rendah/ Mulai
4
Dilakukan
0-948
Sangat Rendah/
5
Tidak Ada
Sumber : Kharisma Nugroho dkk (2009)
Jumlah skor riil kesiapsiagaan
Gapoktan di Desa Bulu diperoleh

Sumber : Data Peneliti (2014)

Hal ini menunjukkan bahwa

sebesar 2750, jadi berdasarkan tabel

kesiapsiagaan bencana kekeringan

2 diatas maka tingkat kesiapsiagaan

kelompoktani

Gapoktan

Ngrukti

Mukti,

dalam

menghadapi

Sri

bencana kekeringan termasuk dalam

termasuk dalam kategori Cukup/

kategori Cukup/ Sedang/ Sudah Ada

Sedang/ Sudah ada tetapi belum

tetapi belum berjalan

Marsudi

berjalan,

Tani,

karena

dan

Dewi

nilai

indeks
4

Tabel 3: Nilai Indeks Kesiapsiagaan
Gapoktan Desa Bulu Per Parameter
Kesiapsiagaan
Nilai Indeks
No
Parameter
perparameter
1

2

3

4

Pengetahuan
dan Aspek
Informasi

54,5 %

mencapai

73,2 %

bahwa

pencegahan

terhadap

Hal

ini

mekanisme
bencana

kekeringan termasuk dalam kategori
tinggi. Sebagian petani di desa bulu
mempersiapkan

untuk

penanggulangan
kekeringan

54,5 %

%.

menunjukkan

sudah

Mekanisme
Pencegahan/
Mitigasi
Mekanisme
Keadaan
Darurat dan
Rehabilitas

73,2

bencana

yaitu

dengan

cara

menanam komoditas yang tidak
terlalu membutuhkan air seperti

Peraturan

53,6 %

melon

jika

mengalami

musim

kemarau.
Sumber : Peneliti (2014)

Pada

Berdasarkan Tabel 3 diketahui
bahwa pada parameter pengetahuan
dan ketersediaan informasi gapoktan
di Desa Bulu mencapai nilai indeks
54,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan
informasi

dan
mengenai

ketersediaan
bencana

kekeringan masuk dalam kategori
cukup atau sedang. Kebanyakan
petani dapat memperkirakan kapan
terjadinya musim kemarau yang
memungkinkan terjadinya bencana

darurat

parameter

mekanisme

dan

rehabilitas

indeks 54,5 %, Hal ini menunjukkan
bahwa mekanisme keadaan darurat
dan rehabilitasi terhadap bencana
kekeringan termasuk dalam kategori
cukup atau sedang. Minimal 6 bulan
sekali kelompoktani mengadakan
pertemuan

untuk

membahas

masalah-masalah yang dialami oleh
para petani, tetapi sangat jarang
membahas

mengenai

pentingnya

bahaya

bencana

kekeringan.
Pada

pencegahan nilai indeks gapoktan
Desa Bulu sudah cukup baik yaitu

mekanisme

gapoktan Desa Bulu mendapat nilai

penanggulangan

kekeringan.
Pada

keadaan

parameter

parameter

peraturan

mendapat nilai indeks 53,6 %. Hal
ini

menunjukkan

bahwa

aspek
5

peraturan

terhadap

bencana

dalam kelas rendah dan Indeks

kekeringan termasuk dalam kategori

Penduduk

cukup

masuk dalam kelas sedang. Kedua

atau

sudah

sedang.

Pemerintah

mengupayakan

tindakan

indeks

Terpapar

tersebut

Desa

Bulu

menghasilkan

penanggulangan bencana terhadap

Tingkat

kekeringan dengan berbagai macam

Kekeringan di Desa Bulu termasuk

bantuan

dalam Tingkat Ancaman Rendah.

seperti,

pamsimas

dan

pompanisasi.

Ancaman

Indeks

b. Tingkat Ancaman Kekeringan

Bencana

Ancaman

Bencana

Kekeringan ditentukan berdasarkan

dihitung

Peta Indeks Kekeringan di Jawa

dengan menggunakan hasil indeks

Tengah bulan November 2013 -

ancaman

Tingkat

ancaman

indeks

penduduk

Januari 2014 yang dikeluarkan oleh

Penentuan

tingkat

BMKG yang mana menyatakan

dan

terpapar.

ancaman di Desa Bulu dilakukan

bahwa

dengan

matriks

indeks kekeringan dalam tingkat

seperti terlihat pada gambar 4.5

normal. Sehingga dapat disimpulkan

berikut ini :

bahwa Indeks Ancaman bencana

menggunakan

Desa

Bulu

mempunyai

kekeringan di Desa Bulu termasuk
dalam kelas indeks rendah.
Indeks

Penduduk

Terpapar

ditentukan oleh indikator kepadatan
TITIK TEMU

Gambar 1: Hasil Matrik Tingkat
Ancaman Bencana
Kekeringan di Desa Bulu
Sumber: BNPB Tahun 2012

penduduk dan indikator kelompok
rentan pada
terkena

matrik

tingkat

ancaman diatas menunjukkan bahwa
Indeks

Ancaman

bencana

kekeringan di Desa Bulu masuk

bencana.

daerah

bila

Indikator

kelompok rentan tersebut diperoleh
dari rasio

Berdasarkan

suatu

jenis kelamin,

rasio

kemiskinan, rasio kelompok umur
dan rasio orang cacat pada suatu
daerah bila terkena bencana. Hasil
penghitungan indikator kepadatan
6

penduduk dan indikator kelompok E. SARAN
rentan menunjukan bahwa Desa
Bulu mempunyai indeks penduduk
terpapar dalam tingkat sedang.

Petani merupakan bagian dari
komunitas masyarakat yang paling

D. KESIMPULAN

rentan terhadap bahaya bencana

1. Tingkat kesiapsiagaan
Tingkat
Gapoktan

1. Saran bagi Gapoktan

kekeringan. Oleh karena itu petani

Kesiapsiagaan
terhadap

bencana

diharapkan dapat mengembangkan
prasarana

sumber

air

untuk

kekeringan di Desa Bulu Kecamatan

kepentingan irigasi sawah, bukan

Bulu Kabupaten Sukoharjo masuk

hanya mengandalkan irigasi dari

dalam

datangnya air hujan (tadah hujan).

kategori

cukup.

tingkat

Jumlah

sedang/

skor

riil

Sehingga

petani

dapat

kesiapsiagaan Gapoktan di Desa

mengantisipasi bahaya kekeringan

Bulu

yang dapat mengancam produksi

sebesar

2750

dari

skor

maksimum yang mungkin dicapai
sebesar 4740 atau dapat dikatakan
mendapat nilai indeks sebesar 58 %.
2. Tingkat Ancaman
Tingkat

pertanian.
2. Saran bagi pemerintah
Kebutuhan pokok terhadap air
di Desa Bulu dapat dipenuhi dengan

Ancaman

bencana

adanya prasarana yang mencukupi

kekeringan di Desa Bulu Kecamatan

yang

Bulu

Sukoharjo

pemerintah, akan tetapi kebutuhan

termasuk dalam tingkat rendah. Hal

air bersih setiap tahun semakin

tersebut

meningkat

Indeks

Kabupaten

diperoleh
Ancaman

berdasarkan
masuk

dalam

telah

disediakan

untuk

oleh

berbagai

kepentingan dan pengguna, seperti

kategori tingkat rendah dan Indeks

pertanian.

Oleh

karena

Penduduk Terpapar masuk dalam

pemerintah

kategori tingkat sedang.

mengembangkan prasarana sumber

harus

itu
selalu

air bersih sehingga air tidak hanya
mencukupi untuk kebutuhan pokok
7

tetapi

juga

untuk

kebutuhan

pertanian.
3. Saran bagi peneliti berikutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang
perlu dilakukan jika ingin mengkaji
masalah kekeringan adalah lebih
mengkaji mengenai kesiapsiagaan
masyarakat

dalam

menghadapi

bencana kekeringan dalam segi
pertanian atau dalam segi ketahanan
pangan desa, supaya terdapat solusi
yang signifikan terhadap ketahanan
pangan akibat bencana kekeringan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Edy Wibowo, Agung.
2012.
Aplikasi SPSS dalam penelitian.
Yogyakarta: Gava Media
2. BNPB. September 2012. “Pedoman
Sistem Peringatan Dini Berbasis
Masyarakat”. Jakarta: BNPB
3. BNPB. 2010. “Rencana Nasional
Penanggulangan Bencana 20102014”. Jakarta: BNPB
4. BPBD Sukoharjo. 2012. “Indeks
Rawan
Bencana
Kabupaten
Sukoharjo”
(online),
(http://bpbd.sukoharjokab.go.id/inde
ks-rawan-bencana-kabupatensukoharjo, diakses tanggal 19
Oktober 2013)
5. BPS. 2013. “Kecamatan Bulu dalam
Angka Tahun 2013”. Sukoharjo:
Badan Pusat Statistik Kabupaten
Sukoharjo

6. Desa Bulu. 2012. “Data Profil Desa
dan Tingkat Perkembangan Desa”.
Sukoharjo: Pemerintah Desa Bulu
7. Harjadi,
Prih,
dkk.
2007.
Pengenalan Karakteristik Bencana
dan Upaya Mitigasinya di Indonesia.
Jakarta: BAKORNAS PB
8. Nugroho, Kharisma, dkk. 2009.
PASTI
(Perangkat
Diagnosa
Kesiapsiagaan
Bencana
di
Indonesia).
Jakarta:
UNESCO
Office
9. Pratiwi Adi, Henny. 2011. “Kondisi
dan
Konsep
Penanggulangan
Bencana Kekeringan di Jawa
Tengah” (Seminar Nasional Mitigasi
dan
Ketahanan
Bencana).
Semarang: UNISSULA
10.
Republik Indonesia. 2012.
Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana No. 02
Tahun 2012 tentang Pedoman
Umum Pengkajian Risiko Bencana.
Jakarta: BNPB
11.
Riduwan & Akdon. 2010.
Rumus dan data dalam analisis
statistika. Bandung: Alfabeta
12.
Sugiyono.
2013.
Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R & D. Bandung: Alfabeta
13.
Susanto, A.B. 2006. Disaster
Management di Negeri Rawan
Bencana. Jakarta: Aksara Grafika
Pratama

8

Dokumen yang terkait

PERAN PEMERINTAH DESA DAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA LOROG Peran Pemerintah Desa Dan Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Kekeringan Di Desa Lorog Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.

0 1 17

PERAN PEMERINTAH DESA DAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA LOROG Peran Pemerintah Desa Dan Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Kekeringan Di Desa Lorog Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.

0 6 16

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU Tingkat Kesiapsiagaan Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) Dalam Menghadapi Bencana Kekeringan Di Desa Bulu Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo.

0 1 17

PENDAHULUAN Tingkat Kesiapsiagaan Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) Dalam Menghadapi Bencana Kekeringan Di Desa Bulu Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo.

0 1 5

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA NGOMBAKAN KECAMATAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

1 14 16

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA NGOMBAKAN KECAMATAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

0 1 18

PENGETAHUAN GEOGRAFIS DAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BULU Pengetahuan Geografis Dan Kesiapsiagaan Masyarakat Di Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi.

0 2 20

PENDAHULUAN Pengetahuan Geografis Dan Kesiapsiagaan Masyarakat Di Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi.

0 1 5

PENGETAHUAN GEOGRAFIS DAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BULU Pengetahuan Geografis Dan Kesiapsiagaan Masyarakat Di Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi.

0 1 16

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA LANGENHARJO KECAMATAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Desa Langenharjo Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 4 13