Evaluasi Marka Morfologi Asam Lemak Jenuh Rantai Sedang Kelapa Dalam (Cocos nucifera L.) Di Jawa Barat.

1

EVALUASI MARKA MORFOLOGI ASAM LEMAK JENUH
RANTAI SEDANG KELAPA DALAM (Cocos nucifera L.)
DI JAWA BARAT

A. ABSTRAK
Kelapa merupakan Tanaman yang multi fungsi antara lain minyak
kelapa murni (VCO) yang berfungsi sebagai obat. Data keragaman tanaman
Kelapa Dalam dan hubungannya dengan kandungan asam lemak jenuh rantai
sedang di Jawa Barat belum diketahui. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengidentifikasi marka morfologi dan asam lemak jenuh rantai sedang Kelapa
Dalam.
Penelitian menggunakan metode survai di 3 lokasi perkebunan rakyat yaitu
di Kecamatan Pamarican dan Cijulang di Kabupaten Ciamis dan Kecamatan
Cikalong di Kabupaten Tasikmalaya).
Dari seluruh marka morfologi yang diamati di ketiga lokasi sebagian besar
variabilitas

fenotipiknya


luas.

Hasil

analisis

menggunakan

software

NTSYSpc, dari ketiga lokasi jarak genetik terdekatnya antara 0,15 – 0,17
euclidean, sedangkan jarak terjauhnya antara 0,95 – 1,36 euclidean. Melihat
jarak euclidean yang terdekat sampai yang terjauh tersebut, maka populasi di
ketiga lokasi memiliki kekerabatan genetik yang dekat.
Kandungan asam lemak rantai sedang di lokasi Pamarican, Cijulang dan
Cikalong bervariasi antara 45,28 % – 50,1% untuk asam laurat dan 2,99 % –
5,41 % untuk asam kaprat, nilai kandungan ini memenuhi kriteria VCO yang
bermutu menurut standar AFCC (Asian and Pacific Coconut Community).
Karakter-karakter morfologi yang berkorelasi dengan asam laurat dan
asam kaprat di ketiga lokasi berbeda-beda. Hanya ada satu karakter yang sama

yaitu jumlah bunga betina yang berkorelasi dengan asam laurat baik di
Kecamatan Pamrican maupun di Kecamatan Cikalong.

Kata Kunci : Kelapa Dalam, marka morfologi, asam lemak jenuh rantai
sedang, asam laurat, asam kaprat, variabilitas fenotip,
kekerabatan genetik dan korelasi

2

A. Latar Belakang
Kelapa merupakan komoditas sosial yang pengembangannya di
Indonesia sudah berkembang secara turun temurun dan tersebar di seluruh
Nusantara. Pada Tahun 2004, luas pertanaman kelapa tercatat 3.876 ribu ha,
didominasi oleh perkebunan rakyat seluas 3.759 ribu ha (97,07%), perkebunan
besar negara seluas 5 ribu ha (0,14%) dan perkebunan swasta seluas 107 ribu
ha (2,79%). Lokasi perkebunan kelapa tersebar di seluruh Kepulauan
Nusantara ; yang terluas di Pulau Sumatera mencapai 34,60% ke dua di Pulau
Jawa mencapai 22,92% (Manggabarani, 2006). Dari penyebaran pertanaman
kelapa, yang paling banyak ditanam adalah Kelapa Dalam, sekitar 92,40%
sedang kelapa Hibrida hanya 4% (Direktorat Perkebunan, 1997 dikutip

Abdurachman dan Anny Mulyani, 2003). Di Jawa Barat, luas areal
pertanaman kelapa tahun 2006 mencakup 174.971 ha yang tersebar di
beberapa daerah, areal pertanaman yang paling luas berada di Kabupaten
Ciamis yaitu 92.070 ha (Dinas Pertanian Kab. Ciamis, 2006) dan Kabupaten
Tasikmalaya seluas 35.836 ha (www.Disbun.jabarprov.go.id., 2007). Luas
pertanaman di Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya 127.906 ha atau 73% dari
pertanaman kelapa di Jawa Barat. Dengan demikian bisa mewakili luas
pertanaman di Jawa Barat
Tabel 1. Luas Areal Tanaman Kelapa Dalam di Jawa Barat.
Kepemilikan

Luas Areal (Ha)

Perkebunan Rakyat

276.496

Perkebunan Negara

0


Perkebunan Swasta

1.532

Sumber :Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat (2006).

Umumnya perkebunan kelapa rakyat masih memerlukan berbagai
perbaikan, baik segi teknis, mutu hasil, pemasaran maupun manajemen kebun
(Direktorat Bina Rehabilitasi dan Perluasan Tanaman dan Direktorat Bina
Program 1998 dikutip A. Abdurachman dan Anny Mulyani, 2003). Pola
pertanaman kelapa umumnya monokultur baik untuk perkebunan rakyat,

3

negara maupun swasta, namun di beberapa daerah dijumpai pola tanam
tumpang sari kelapa dengan tanaman pangan, tanaman tahunan lainnya, atau
berupa kebun campuran. Tabel 1 memperlihatkan kepemilikan lahan Kelapa
Dalam. Sebagian besar Kelapa Dalam diusahakan oleh rakyat, hanya sebagian
kecil saja yang diusahakan oleh negara atau swasta.

Kelapa dapat menghasilkan beragam produk baik pangan, papan, obatobatan, bahan kimia untuk bahan baku industri dan kerajinan tangan, ada 100
produk yang bernilai ekonomi yang dihasilkan dari kelapa (Novarianto, 2004).
Sebagian besar kelapa diolah menjadi kopra yang selanjutnya diproses
menjadi minyak goreng. Namun, usaha ini semakin lemah baik dalam
perdagangan domestik maupun luar negeri, karena tersaingi oleh minyak
sawit. Namun, permintaan kelapa segar untuk dikonsumsi langsung (kelapa
muda dan santan) terus meningkat sehingga mempengaruhi penyediaan bahan
baku minyak goreng asal kelapa. Selain diolah menjadi minyak, kini telah
berkembang diversifikasi produk kelapa seperti desiccated coconut, gula
kelapa, nata de coco, berbagai produk daging kelapa, kelapa parut kering,
arang tempurung, serat sabut kelapa, mebel kayu kelapa, dan akhir-akhir ini
berkembang santan siap saji dengan berbagai kemasan. Pengolahan kelapa
yang dapat dilaksanakan oleh industri kecil/rumahtangga adalah pengolahan
santan, nata de coco, gula kelapa, arang tempurung, dan perabotan rumah
tangga,

sedangkan

teknologi


minyak

kelapa

kualitas

tinggi,

coco

chemical/oleochemical (asam lemak / fatty alcohol, glyserin) dan minuman
ringan, belum dapat dikuasai oleh industri kecil (Suyata dan Yaman 1998
dikutip A. Abdurachman dan Anny Mulyani, 2003).
Menurut Novarianto Hengky, dkk (2004) untuk menambah nilai
tambah dari kelapa dapat diperoleh dengan membuat minyak kelapa murni
(virgin coconut oil). Minyak kelapa murni adalah minyak kelapa dengan kadar
air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening dan kadar asam
lemak bebas rendah.
Komposisi utama minyak kelapa terutama terdiri atas ester dari
glycerol dan asam lemak atau fatty acid (suatu rantai karbon dengan grup

asam karboksilat pada salah satu ujungnya). Asam lemak tersebut dibagi dua

4

kategori yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Dalam minyak
jenuh, terdapat golongan asam lemak dengan rantai sedang (medium) yang
terdiri atas ikatan 8 sampai 12 karbon, dan rantai panjang yang terdiri atas
ikatan karbon 14 atau lebih panjang. Asam lemak jenuh rantai sedang yang
terkandung di dalam VCO sebanyak 64 %, dengan rincian lebih dari 50%
berupa asam laurat (C12), 6-7% asam kaprat dan 8 % asam kaprilat (Wibowo,
2006).
Manfaat VCO menurut Wibowo (2006) dan Barlina dkk. (2006) antara
lain sebagai suplemen pada makanan, kosmetik, dan farmasi (obat-obatan).
Kandungan utama VCO adalah asam laurat dan asam kaprat, asam ini dalam
tubuh manusia diubah menjadi monolaurin dan monocaprin yang bersifat anti
virus, anti bakteri dan anti jamur (Barlina, dkk., 2006).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Kebun Koleksi Plasma
Nutfah Mapanget, ternyata pada Kelapa Dalam Kelapa Dalam Lubuk Pakan,
Jepara, Banyuwangi dan Pungkol kandungan asam lauratnya tinggi, yaitu
antara 40,40% sampai dengan 42,50% (Novarianto, 2005).

Penelitian ini dilakukan di perkebunan kelapa milik rakyat di kabupaten
Ciamis dan Tasikmalaya. Sampai saat ini variabilitas pertanaman Kelapa
Dalam di Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya, demikian juga tingkat
kekerabatan genetik antara populasi Kelapa Dalam di Kedua Kabupaten
tersebut belum diketahui. Untuk efektifitas seleksi parameter korelasi marka
morfologi dengan asam lemak rantai sedang (VCO) pada Kelapa Dalam
khususnya kandungan asam laurat dan asam kaprat sampai saat ini juga belum
diketahui informasinya. Informasi variabilitas fenotipik marka morfologi,
kekerabatan genetik antar populasi pertanaman, dan korelasi antara marka
morfologi dengan kandungan asam laurat dan asam kaprat berguna untuk
pemuliaan Kelapa Dalam yang mengandung asam laurat dan asam kaprat yang
tinggi.
Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan pertanaman Kelapa Dalam
yang ada di pertanaman kelapa rakyat di Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya
Jawa Barat,

5

B. Perumusan Masalah
Masalah yang dapat diidentifikasi adalah :

a. Bagaimana variabilitas fenotip marka morfologi Kelapa Dalam di Jawa
Barat (Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya)
b. Bagaimana kekerabatan genetik populasi Kelapa Dalam di Jawa Barat
(Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya)
c. Bagaimana korelasi antara marka morfologi dengan kandungan asam
laurat dan asam kaprat

C. Tujuan
a. Mengetahui variabilitas fenotip marka morfologi
b. Mengetahui kekerabatan genetik populasi Kelapa Dalam
c. Mengetahui korelasi marka morfologi dengan kandungan asam lemak
rantai sedang (asam laurat dan asam kaprat)

D. Tahapan Pelaksanaan dan Metodologi
E.1 Tempat dan Waktu Pengamatan

Pengamatan karakter morfologi tanaman Kelapa Dalam dilakukan
di tiga tempat yaitu : Kecamatan Pamarican dan Kecamatan Cijulang di
Kabupaten Ciamis dan Kecamatan Cikalong di Kabupaten Tasikmalaya.
Di Kabupaten Ciamis dilakukan di Desa Kertahayu Kecamatan

Pamarican yang memiliki tipe curah hujan C menurut Schmidt dan
Fergusson, (1951) dengan ketinggian tempat 0 – 500 m dpl,. dan jenis
tanah grumosol (vertisol). Di Kecamtan Cijulang terletak di Desa
Nusawiru yang memiliki tipe curah hujan B, ketinggian tempat 2 – 10 m
dan jenis tanah latosol. Di Kabupaten Tasikmalaya dilakukan di Desa
Sindangjaya Kecamatan Cikalong yang memiliki tipe curah hujan B,

6

terletak pada ketinggian sekitar 50 m di atas permukaan laut dengan jenis
tanah Latosol. Pengolahan VCO dilakukan di Kecamatan Cijulang,
sedangkan analisis kandungan asam laurat dan asam kaprat dilakukan di
Laboratorium Kimia Fakultas MIPA Unpad.
Pengamatan

marka morfologi, pembuatan VCO dan analisis

kandungan asam lemak rantai sedang (Laurat dan Kaprat) dilakukan dari
bulan Maret 2007 sampai dengan bulan Juli 2007.


E.2. Bahan dan Alat Pengamatan
Bahan yang digunakan dalam pengamatan ini adalah populasi
tanaman Kelapa Dalam milik perkebunan rakyat

di Kecamatan

Pamarican, Cijulang, dan Cikalong Tasikmalaya.
Peralatan yang digunakan meliputi meteran, seng, cat, tali
tambang, slumbat, golok, pisau penyukil, jangka sorong kecil, jangka
sorong besar, timbangan, kertas saring, parutan, saringan, mixer, wadah
besar, baskom, selang, botol plastik, dan alat tulis.

E.3. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survei, pada lokasi survei
berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan COGENT diamati 30
tanaman Kelapa Dalam yang diambil secara acak dari pertanaman Kelapa
Dalam seluas 3 ha di masing-masing kecamatan. Penarikan sampel
menggunakan teknik cluster random sampling yaitu teknik penarikan
sampel secara acak dengan membagi objek penelitian menjadi beberapa

7

klaster (Harun Al Rasyid, 2000). Dari lahan seluas 3 ha dibagi menjadi
tiga klaster masing-masing seluas 1 ha.
Nilai varians fenotipik dihitung dengan rumus (Steel dan Torrie,
1995) :
n

x −

σf2 =

2

n
2
i

xi

i =1

/n

i =1

n −1

Keterangan :

σ f 2 = nilai varians fenotipik
Xi = nilai karakter morfologi yang diamati
n

= jumlah tanaman yang diamati
Metode standar deviasi dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :
2

Sdσ f = σ f

2

Keterangan :
2

Sdσ f = nilai standar deviasi varians fenotipik

σf2

= nilai varians fenotipik
Dengan menggunakan kriteria penilaian luas atau sempitnya

variabilitas fenotipik, adalah sebagai berikut (Anderson dan Brancroft.
1952 dalam Pinaria, 1995 ):
2

2

2

2



Bila σ f > 2x Sdσ f , berarti variabilitas fenotipiknya luas



Bila σ f < 2x Sdσ f , berarti variabilitas fenotipiknya
sempit

8

Untuk melihat kekerabatan genetik antar populasi tanaman Kelapa
Dalam digunakan analisis kekerabatan. Analisis kekerabatan merupakan
teknis analisis data untuk membagi objek penelitian menjadi beberapa
kelompok berdasarkan karakter yang diamati untuk dilihat penyebarannya.
Pembuatan dendogram menggunakan program software NTSYSpc
Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi fenotip antar karakter
yang diamati dilakukan analisis korelasi linier sederhana (Walpole, 1982).

rxy =

n

[n

xi y i − (

x 2i − (

xi )(

][

xi ) n
2

yi )

y 2i − (

yi )

2

]

Keterangan :
Rxy = Koefisien korelasi antara karakter morfologi (x) terhadap
karakter rendemen VCO (y)
n = banyaknya perlakuan
xi = karakter morfologi
yi = karakter hasil (kandungan asam laurat dan asam kaprat)
Untuk menguji signifikansi dihitung nilai t05 dengan menggunakan
rumus (Walpole, 1982) sebagai berikut :
t hit =

rxy n − 2
1 − r 2 xy

Koefisien korelasi dinyatakan berkorelasi nyata apabila t-hit >
t.tabel pada

= 0.05 dan db = n-2

E.4. Pelaksanaan Pengamatan
Penelitian didahului dengan survey ke Kabupaten Ciamis dan
Tasikmalaya untuk menentukan lokasi yang memiliki areal pertanaman

9

Kelapa Dalam yang luas. Untuk penetuan sampel, diambil lahan seluas 3
ha, lahan tersebut kemudian dibagi menjadi tiga klaster, masing-masing
seluas 1 ha. Pada tiap klaster diambil 10 sampel tanaman Kelapa Dalam
secara acak (skenario penarikan sampel pada Lampiran 1) sehingga akan
didapatkan di masing-masing lokasi 30 tanaman sampel. Setiap sampel
dinomori dengan menggunakan label seng, lalu dilakukan pengamatan
morfologi batang, daun, bunga dan buah.
Untuk pengamatan karakter morfologi buah dilakukan pada buah
yang telah matang, berkisar umur 10-12 bulan. Buah kelapa yang telah
dipanen kemudian diproses untuk membuat VCO. Cara pembuatan VCO
dengan

metode

kocokan

dengan

menggunakan

mixer.

Tahapan

pengolahannya yaitu kelapa dikupas dan diambil daging buahnya lalu
diparut, campur parutan dengan air dengan perbandingan 10 butir kelapa
dengan 6 liter air, kemudian diperas untuk mendapatkan santan. Masukan
santan dalam toples kemudian diamkan santan selama 1 jam sehingga
terbentuk 2 lapisan, lapisan krim dan skim, lapisan skim dibuang
sedangkan lapisan krim dikocok dengan menggunakan mixer selama 15
menit. Hasil kocokan diendapkan selama 24 jam sehingga akan terbentuk
3 lapisan yaitu blondo pada lapisan atas, minyak pada lapisan tengah, dan
air pada lapisan bawah. Air pada lapisan bawah dan londo pada lapisan
atas dibuang. Sisanya yang berupa minyak disaring dengan menggunakan
kertas saring. Hasil saringan berupa minyak kelapa murni (VCO)

10

Untuk analisis kandungan asam laurat dan asam kaprat digunakan
sampel dari setiap klaster hasil analisis kekerabatan dengan metode
kromatografi gas (GCMS)
.

E.5. Pengamatan
E.5.1. Pengamatan Penunjang
− Bentuk mahkota daun
− Bentuk dan warna buah

E.5.2. Pengamatan Utama
Pengamatan dilakukan pada 30 tanaman sampel Kelapa Dalam
yang diambil secara acak dari lahan seluas 3 ha. Variabel-variabel yang
diamati berdasarkan manual standardized research in coconut breeding
IPGRI – COGENT dan Balai Penelitian dan Pengembangan Perkebunan,
seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Prosedur Pengamatan Marka Morfologi Tanaman Kelapa
Dalam

No

Pengamatan
Morfologi batang

1

Lingkar batang (cm)

2

Lingkar batang pada
1.5m (cm)
Panjang batang pada 11
bekas daun (cm)

3

Morfologi daun
4
5

Panjang tangkai daun
(cm)
Lebar tangkai daun (cm),

Prosedur
Dipilih batang yang kokoh, lurus dan tidak
bengkok
Diukur lingkar batang pada 20 cm dari
permukaan tanah
Diukur lingkar batang pada 1.5m dari
permukaan tanah
Diukur panjang batang pada 11 bekas daun,
dimulai dari ketinggian 1.5 m dari
permukaan tanah
Dipilih daun ke 14 dari pucuk daun teratas
yang paling muda
Diukur dari dasar tangkai daun sampai pinak
daun pertama
Diukur lebarnya pada bagian tengah tempat
pelekatan pinak daun pertama

11

6

Tebal tangkai daun (cm)

7

Panjang Lamina (cm)

8

Jumlah pinak daun

9

Panjang pinak daun
(cm),

10

Lebar pinak daun (cm)

Morfologi bunga
11
12
13
14
15
16

Panjang Tangkai Tandan
(cm)
Lebar Tangkai Tandan
(cm)
Tebal Tangkai Tandan
(cm)
Panjang rangkaian
bunga (cm)
Jumlah Spikelet
Jumlah Bunga Betina

Diukur tebal pada bagian tengah antara
pelepah pinak daun pertama.
Diukur panjang helaian daun mulai dari
bagian pelekatan pinak daun pertama
sampai ke ujung pinak daun terakhir
Dihitung salah satu sisi helaian dari pinak
daun pertama sampai pinak daun terakhir
Diambil pada bagian tengah helaian, dua
pinak daun kiri dan dua pinak daun kanan.
Kemudian diukur dari pangkal sampai
ujungnya
Diukur pada bagian terlebar pinak daun
pada keempat contoh pinak daun diatas
Diambil satu mayang yang telah terbuka
penuh
Diukur dari pangkal sampai spikelet pertama
Diukur pada bagian bawah spikelet pertama
Diukur pada bagian bawah spikelet pertama
Diukur dari spikelet pertama sampai spikelet
terakhir
Dihitung jumlah spikelet dalam satu mayang
Dihitung jumlah seluruh bunga betina dalam
satu mayang
Dihitung total tandan yang muncul dalam
satu pohon

17

Jumlah Tandan
berseludang

18

Panjang seludang

Diukur panjang dari pangkal hingga ujung
seludang

Komponen Buah

Diambil 1 buah yang sudah matang penuh

25

Jumlah Buah
Panjang Buah
Diameter Buah
Berat buah utuh (g)
Berat buah tanpa sabut
(g)
Berat buah tanpa sabut
dan air (g)
Berat tempurung (g)

26
27
28
29

Diameter tempurung (g)
Berat daging buah (g)
Tebal daging buah (cm)
Tebal Sabut

Jumlah Buah dalam satu tandan
Diukur panjang buah tanpa tangkai
Diukur diameter terpanjang buah
Ditimbang berat buah utuh
Ditimbang berat buah yang telah dibuang
sabutnya
Ditimbang berat buah yang telah dibuang
sabut dan airnya
Ditimbang berat buah yang telah dibuang
sabut, air, dan dagingnya
Diukur diameter pada ekuator buah
Ditimbang berat daging buah
Diukur tebal daging buah pada equator buah
Selsisih diameter buah dan diameter
tempurung

19
20
21
22
23
24

12

F. HASIL DAN PEMBAHASAN
F.1. Pengamatan Penunjang
Pengamatan di Kecamatan Pamarican, Cijulang, dan Cikalong dilakukan
bersamaan waktunya, yaitu dari bulan Maret sampai dengan Juni 2007.
Di Kecamatan Pamarican rata-rata curah hujan sekitar 2 271,92 mm tahun,
tipe iklim C menurut Schmidt dan Fergusson (1952), keadaan topografi wilayah
tersebut termasuk datar dan berbukit – bukit dengan ketinggian tempat 0 - 500 m
di atas permukaan laut (dpl), jenis tanah di tempat penelitian termasuk jenis tanah
grumusol ( vertisol ) dengan pH 5,8 (Informasi Data BPPT Pamarican, 2006).
Tanah jenis ini kurang optimal untuk pertumbuhan tanaman kelapa, karena kelapa
membutuhkan pH 6,5 – 7,5, selain itu aerasi tanahnya kurang baik.
Di Kecamatan Cijulang rata-rata curah hujan sebesar 2948,73 mm/th, tipe
iklim B menurut Schmidt dan Fergusson (1952), keadaan topografi wilayah
tersebut termasuk datar, berjarak 1 km dari tepi pantai denga ketinggian tempat 2
– 10 m dpl, jenis tanah di tempat penelitian termasuk jenis latosol dengan pH 5 - 7
(Informasi Data BPP Cijulang, 2006), tanah jenis ini berwarna coklat-merah,
tekstur tanah liat berpasir, kandungan bahan organiknya berkisar 3-9 %, reaksi
tanah berkisar antara pH 5 – 7. Jenis tanah seperti ini secara fisik baik untuk
pertanaman kelapa karena memiliki aerasi dan peresapan air yang cukup baik
(Setyamidjaja, 2000).
Di Kecamatan Cikalong, rata-rata curah hujan tahunan 2933,79 mm dan
tipe iklim B menurut Schimdt dan Ferguson (1952). Topografi tempat percobaan
menunjukkan wilayah datar dengan ketinggian tempat 5 m di atas permukaan laut
dan jarak dari tepi pantai 3 km. Jenis tanah di tempat percobaan adalah latosol,

13

tanah ini memiliki lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal, yaitu dari
1,3 m – 5,0 m bahkan lebih, warnanya merah, coklat, kandungan bahan
organiknya berkisar 3-9 %, reaksi tanah berkisar antara pH 4,5-6,5, tekstur
tanahnya liat, sedangkan struktur remah dan konsistensi adalah gembur (Saifuddin
Sarief, 1993). Tanah jenis ini merupakan tanah yang cukup baik untuk
pertumbuhan tanaman kelapa karena memiliki aerasi dan peresapan air yang
cukup baik.
Tanaman Kelapa Dalam populasi Pamarican berumur antara 25 -35 tahun
dan memiliki penampilan populasi yang seragam, tumbuh tersebar di sekitar
pekarangan rumah dengan sistem tanam tidak beraturan, sedangkan populasi
Cijulang berumur antara 25 – 35 tahun dan memiliki penampilan populasi yang
seragam dengan penampilan populasi yang seragam, tumbuh dalam sistem
pertanaman tunggal pada jarak tanam 8 m x 8 m, adapun populasi Cikalong umur
populasi tanaman antara 20 – 25 tahun, penampilan populasi seragam, ditanaman
dalam sistem pertanaman tunggal pada jarak 10 x 10 m.
Bentuk mahkota daun di tiga lokasi pada umumnya berbentuk bulat, ada
beberapa tanaman yang bentuknya setengah bulat, juga bentuk buahnya di ketiga
lokasi pada umumnya berbentuk lonjong, sebagian berbentuk bulat dan
kebanyakan berwarna hijau, hanya sebagian kecil saja buah yang berwarna jingga.

14

F.2. Pengamatan Utama
F.2.1. Variabilitas Fenotipik Karakter-Karakter Morfologi Populasi Kelapa
Dalam
Hasil analisis statistik terhadap karakter-karakter morfologi Kelapa Dalam
tersaji pada Tabel 1. Di ketiga lokasi, ada 18 karakter yang sama variabilitas
fenotipiknya luas dan 10 karakter yang sama variabilitas fenotipiknya sempit.
Hanya satu karakter yaitu panjang buah variabilitasnya sempit di Kecamatan
Cijulang, sedang di Kecamatan Pamarican dan Cikalong variabilitas fenotipiknya
luas. Pada umumnya ada kesamaan variabilitas fenotipnya. Kelompok karakter
yang memiliki variabilitas yang luas kemungkinan terjadi karena ada perubahan
faktor genetik akibat terjadinya penyerbukan silang antara populasi-populasi
tanaman Kelapa Dalam yang ada di area pertanaman tersebut. Atau luasnya
variabilitas fenotipik tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan.

F.2.2. Kekerabatan Genetik antar Populasi Kelapa Dalam
Pengelompokan variasi yang terjadi pada populasi tanaman Kelapa Dalam
dievaluasi dengan menggunakan analisis kekerabatan dengan membagi objek
penelitian

menjadi

beberapa

kelompok

berdasarkan

karakter-karakter

morfologinya, penyebarannya tersaji pada Gambar 1 untuk Kecamtan Pamarican,
Gambar 2 untuk Kecamatan Cijulang, dan Gambar 3 untuk Kecamatan Cikalong.
Jarak euclidean terdekat dari ketiga lokasi tersebut berkisar antara 0,15 sampai
dengan 0,17, sedangkan jarak eculid terjauh berkisar 0,95 – 1,36.
Di lokasi Kecamatan Pamarican dalam Tabel 2, dendogram kekerabatan
genetik (Gambar 1) populasi Kelapa Dalam terbagi atas 3 kelompok atau klaster
pada jarak 0, 75 euclidean. Kelompok I merupakan kelompok terbesar, terdiri dari

15

17 anggota populasi, yaitu nomor tanaman PMC 1, PMC 2, PMC 5, PMC 7,
PMC 10, PMC 12, PMC 13, PMC 14, PMC 17, PMC 18, PMC 19, PMC 20,
PMC 21, PMC 23, PMC 24, PMC 27, PMC 30. Kelompok ke II terdiri 5
populasi yaitu nomor PMC 3, PMC 4, PMC 6, PMC 9, PMC 11, PMC 15,
PMC 16, PMC 22, sedangkan Kelompok III terdiri 2 populasi yaitu nomor PMC
3, PMC 4, PMC 6, PMC 9, PMC 11, PMC 15, PMC 16, PMC 22.
Di lokasi Kecamatan Cijulang dalam Tabel 2, dendogram kekerabatan
genetik (Gambar 2) populasi Kelapa Dalam terbagi atas 4 kelompok atau klaster
pada jarak 0, 79 euclidean. Kelompok I merupakan kelompok terbesar, terdiri dari
24 individu populasi yaitu nomor tanaman CJL 1, CJL 2, CJL 3, CJL 4, CJL 5,
CJL 6, CJL 7, CJL 8, CJL 9, CJL 10, CJL 11, CJL 13, CJL 15, CJL 16, CJL
17, CJL 18, CJL 19, CJL 20, CJL 21, CJL 22, CJL 23, CJL 24, CJL 25, CJL
27, CJL 29. Kelompok ke II terdiri 4 individu populasi yaitu nomor CJL 12, CJL
14, CJL 28, CJL 30. Kelompok III dan IV terdiri dari 1 individu populasi yaitu
masing-masing nomor CJL 23 dan CJL 26.
Di lokasi Kecamatan Cikalong dalam Tabel 2, dendogram kekerabatan
genetik (Gambar 3) populasi Kelapa Dalam terbagi atas 4 kelompok atau klaster
pada jarak 0, 76 euclidean. Kelompok I terdiri dari 5 individu populasi yaitu
nomor tanaman CKL1, CKL2, CKL3, CKL4, CKL5. Kelompok ke II terdiri 22
individu populasi yaitu nomor CKL6, CKL23, CKL7, CKL10, CKL8, CKL11,
CKL14, CKL29, CKL21, CKL30, CKL15, CKL16, CKL26, CKL12, CKL20,
CKL18, CKL17, CKL27, CKL19,CKL24, CKL22, CKL25. Kelompok III terdiri
dari 2 individu populasi yaitu CKL9, CKL13 dan Kelompok IV terdiri dari 1
individu populasi yaitu masing-masing nomor CKL 28.

16

Suatu tanaman dikatakan genetiknya berkerabat dekat apabila memiliki
jarak euclidean kurang dari 7,0 dan berkerabat jauh apabila memiliki jarak
euclidean lebih dari 7,0. (Komunikasi dengan Agung Karuniawan, 2007). Hasil
analisis kekerabatan di tiga lokasi menunjukan jarak euclidean terjauh hanya
sebesar 1,36 euclidean. Pada jarak tersebut semua anggota populasi di ketiga
lokasi kekerabatannya sangat dekat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan laporan Sumarsono (2000), bahwa hasil
koleksi Kebun Induk Percobaan Pakuwon ada 5 populasi Kelapa Dalam yang
berasal dari Jawa yaitu Kelapa Dalam Sawarna (DSA), Dalam Pangandaran
(DPN), Dalam Jepara (DJP), Dalam Boyolali (DBY), dan Dalam Banyuwangi
(DBW) memiliki keragaman genetik yang sempit antara 6,0 – 6,8 %. Kelapa
Dalam Pangandaran berasal dari Daerah Pangandaran Kabupaten Ciamis yang
berdekatan dengan Tasikmalaya. Sempitnya variabilitas populasi Kelapa Dalam
disebabkan karena populasi ini telah mengalami seleksi terhadap karakter-karakter
tertentu yang cukup lama, sehingga populasi tanaman Kelapa Dalam dari Jawa
yang

ada

sekarang

berasal

dari

individu-individu

yang

mempunyai

keanekaragaman yang sempit. Menurut Tenda et al (1992) dalam Sumarsono
(2000) menyatakan populasi Kelapa Dalam yang telah mengalami seleksi massa
positif sebanyak tiga generasi seperti Kelapa Dalam Sawarna (DSA), memiliki
variabilitas genetik yang sempit. Kemungkinan pertanaman Kelapa Dalam di
Kecamatan Pamarican, Cijulang dan Cikalong yang ada sekarang ini, yang
umurnya sekitar 25 – 35 tahun benihnya berasal dari seleksi pertanaman generasi
sebelumnya di daerah sekitar lokasi tersebut.

17

PMC1
PMC2
PMC21
PMC20
PMC10
PMC30
PMC5
PMC27
PMC18
PMC12
PMC24
PMC7
PMC13
PMC23
PMC14
PMC17
PMC19
PMC8
PMC29
PMC26
PMC28
PMC25
PMC3
PMC15
PMC22
PMC4
PMC16
PMC6
PMC9
PMC11
0.16

0.36

0.56

0.75

0.95

Coefficient

Gambar 1. Dendogram 30 Sampel Tanaman Kelapa Dalam Pamarican
Berdasarkan Karakter Morfologinya.

CJL1
CJL2
CJL22
CJL17
CJL9
CJL25
CJL29
CJL16
CJL20
CJL24
CJL3
CJL11
CJL13
CJL10
CJL5
CJL18
CJL21
CJL7
CJL6
CJL15
CJL19
CJL4
CJL8
CJL27
CJL23
CJL12
CJL14
CJL28
CJL30
CJL26
0.17

0.38

0.58

0.79

Coefficient

Gambar 3. Dendogram 30 Sampel Tanaman Kelapa Dalam Cijulang
Berdasarkan Karakter Morfologinya.

1.00

18

CKL1
CKL5
CKL2
CKL3
CKL4
CKL6
CKL23
CKL7
CKL10
CKL8
CKL11
CKL14
CKL29
CKL21
CKL30
CKL15
CKL16
CKL26
CKL12
CKL20
CKL18
CKL17
CKL27
CKL19
CKL24
CKL22
CKL25
CKL9
CKL13
CKL28
0.15

0.45

0.76

1.06

1.36

Coefficient

Gambar 2. Dendogram 30 Sampel Tanaman Kelapa Dalam Cikalong Berdasarkan
Karakter Morfologinya

Adanya karakter-karekter yang memiliki variabilitas fenotipik yang luas
namun kekerabatannya genetiknya sempit, mengindikasikan bahwa faktor
lingkungan lebih dominan dalam mempengaruhi penampilan fenotip daripada
faktor genetiknya

Analisis kandungan asam lemak jenuh rantai sedang khususnya asam
laurat dan asam kaprat, untuk mewakili setiap klaster / kelompok kekerabatan
hanya diambil satu sampel yang memiliki volume VCO paling banyak, yaitu
untuk populasi di Kecamatan Pamarican PMC 8, PMC 15, dan PMC 30; di
Kecamatan Cijulang CJL 10, CJL 23, CJL 26, dan CJL 28; untuk Kecamatan
Cikalong CKL 1, CKL16, CKL 13, dan CKL 28. Kandungan asam laurat dan
asam kaprat di ketiga lokasi pada Tabel 3.

19

Tabel 3. Kandungan Asam Laurat dan Asam Kaprat

Pamarican
Anggota Asam
Populasi Laurat
(%)
PMC 8
45,68
PMC 15 46,20
PMC 30 50,01

Cijulang
Asam Anggota Asam
Kaprat Populasi Laurat
(%)
(%)
4,53
CJL 10
48,58
5,29
CJL 23
48,34
5,41
CJL 26
45,84
CJL 28
48,58

Asam
Kaprat
(%)
5,02
4,66
3,49
2,99

Cikalong
Anggota
Asam
Populasi Laurat
(%)
CKL 1
46,97
CKL16
45,28
CKL 13
45,35
CKL 28
46,61

Menurut standar AFCC (Asian and Facific Coconut Community) dalam
Setiaji dan Prayugo (2006) standar VCO yang baik mengandung sekitar 65 %
MCFA yang terdiri atas: 43 sampai 53 % asam laurat, 5 sampai 10 % asam kaprat,
dan 4,5 sampai 8 % asam kaprilat, sedangkan Wibowo (2005) menyatakan bahwa
VCO kandungan asam lauratnya lebih dari 50 %, sedangkan kandungan asam
kapratnya 6 – 7 %. Melihat Tabel 3, kandungan asam laurat dan asam kaprat
semuanya di atas standar APCC. Anggota populasi PMC 30 (di Kec. Pamarican)
menunjukkan kandungan asam laurat (50,01 %) yang tertinggi

dari semua

anggota populasi yang diteliti. Sedangkan kandungan asam kaprat yang tertinggi
yaitu dari anggota populasi PMC 30 (5,41 %) diikuti oleh anggota populasi PMC
15 (5,29%), kedua anggota populasi tersebut berasal dari Kecamatan Pamarican.
Pertanaman Kelapa Dalam di Kecamatan Pamarican tumbuh di
pekarangan rumah dan di kebun dekat pemukiman, walaupun pertanaman kelapa
ini tumbuh pada tanah jenis grumusol / vertisol, kemungkinan banyak sisa limbah
rumah tangga yang bisa menambah unsur hara pertanaman kelapa tersebut yang
dapat memacu menaikan kandungan asam laurat dan asam kaprat.
Densitas dari VCO di Kecamatan Pamarican, Cijulang dan Cikalong
berkisar antara 0,917 – 0,918. Menurut AFCC nilai densitas tersebut termasuk ke

Asam
Kaprat
(%)
5,06
3,80
4,20
4,23

20

dalam kualitas VCO yang baik, karena standar mutu densitas VCO menurut
AFCC nilainya antara 0,915 – 0,920 (Setiaji dan Prayugo, 2006).

F.2.3. Korelasi antara Karakter-Karakter Morfologi dengan Kandungan
Asam Laurat dan Kaprilat
Nilai koefisien korelasi antara karakter-karakter morfologi dengan
kandungan asam laurat dan kaprat dapat dilihat pada Tabel 4. Karakter-karakter
morfologi yang berkorelasi dengan asam laurat dan dengan asam kaprat relatif
sedikit dan jenis karakter karakter-karakter morfologi yang berkorelasi dengan
asam laurat dan asam kaprtat tersebut di ketiga lokasi pada umumnya berbedabeda. Hanya ada satu karakter yang sama yaitu jumlah bunga betina yang
berkorelasi dengan asam laurat baik di Kecamatan Pamrican maupun di
Kecamatan Cikalong. Di Kecamatan Pamarican nilai korelasinya 0,364 sedangkan
di Kecamatan Cikalong 0,444. Melihat adanya korelasi dari karakter morfologi
yang berbeda-beda di ketiga lokasi, hal ini menunjukan adanya perbedaan
pengaruh faktor lingkungan. Kondisi ini diperkuat dengan penampilan dari
variabilitas fenotipik untuk kebanyakan karakter morfologi adalah luas, namun
dilihat dari kekerabatan genetiknya sempit. Adanya korelasi negatif panjang
tangkai tandan (-0,393) dan panjang seludang (-0,330) dengan kandungan asam
laurat kemungkinan hal ini terjadi karena fotosintat yang dibutuhkan untuk
pembentukan asam laurat digunakan untuk pertumbuhan tangkai tandan dan
tangkai seludang.
Tidak ada satupun karakter morfologi yang berkorelasi dengan asam
kaprat di Kecamatan Pamarican. Di Kecamatan Cikalong panjang tangkai daun
berkorelasi dengan asam laurat (0,540) maupun dengan asam kaprat (0,412).

21

Sedangkan di Kecamatan Pamarican, berat daging buah dan tebal daging buah
berkorelasi dengan asam laurat. Menurut Rindengan et al. (1995), dengan semakin
matangnya buah kelapa kandungan asam lemak semakin meningkat. Asam laurat
merupakan kandungan asam lemak jenuh rantai sedang yang komposisinya paling
besar dari asam lemak buah kelapa, sehingga semakin tinggi kandungan asam
lemaknya semakin tinggi pula kandungan asam lauratnya. Menurut Novarianto
Hengky (1995). Antara asam laurat dan asam kaprat berkorelasi erat satu dengan
lainnya.

Tabel 4. Nilai Varians Fenotipik, Standar Deviasi dan Kriteria Variabilitas Fenotipik Karakter-Karakter Morfologi di Lokasi Pamarican,
Cijulang, dan Cikalong.
Lokasi
No

Pamarican

Marka Morfologi

σf
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

lingkar Batang pada 20 cm
dpt (cm)
lingkar batang pada 1,5 m
dpt (cm)
panjang batang pada 11
bekas daun dari ketinggian
1,5 dpt (cm)
panjang tangkai daun (cm)
tebal tangkai daun (cm)
Lebar tangkai daun (cm)
panjang lamina (cm)
jumlah pinak daun
panjang pinak daun (cm)
Lebar pinak daun (cm)
panjang tangkai tandan
(cm)
Lebar tangkai tandan (cm)
tebal tangkai tandan (cm)
panjang rangkaian bunga
(cm)
jumlah spikelet
jumlah bunga betina
jumlah tandan berseludang
panjang seludang (cm)
jumlah buah / tandan
diameter buah (cm)
panjang buah (cm)
Berat buah utuh (g)
Berat buah tanpa sabut (g)
diameter tempurung (cm)
berat buah tanpa sabut dan
air (g)
Berat tempurung (g)
Berat daging buah (g)
Tebal daging buah (cm)
Tebal sabut (cm)

2

Sdσ f

2

2x Sdσ f

Cikalong

Cijulang
2

Kriteria

σf

2

Sdσ f

2

2x Sdσ f

2

Kriteria

σf

2

Sdσ f

2

2x Sdσ f

2

Kriteria

752.45

27.43

54.86

Luas

150,33

43.84

480.51

luas

560.60

23.68

47.35

luas

49.61

7.04

14.09

Luas

89,23

19.91

99.08

luas

86.48

9.30

18.60

luas

540.71

23.25

46.51

Luas

45,07

13.31

44.27

luas

95.05

9.75

19.50

luas

477.67
1.79
0.23
1961.06
55.55
57.31
0.16

21.86
1.34
0.48
44.28
7.45
7.57
0.40

21.86
1.34
0.48
44.28
7.45
7.57
0.40

Luas
Sempit
Sempit
Luas
Luas
Luas
Sempit

128,93
2,82
7,13
379,37
108,23
119,17
4,7

52.33
0.47
1.17
92.71
21.15
48.77
0.85

684.55
0.05
0.34
2,148.86
111.84
594.60
0.18

luas
sempit
sempit
luas
luas
luas
sempit

705.43
0.38
0.78
3340.99
62.94
199.80
0.47

26.56
0.61
0.88
57.80
7.93
14.14
0.69

53.12
1.23
1.77
115.60
15.87
28.27
1.38

luas
sempit
sempit
luas
luas
luas
sempit

26.20

5.12

10.24

Luas

28,25

9.83

24.14

luas

24.94

4.99

9.99

luas

0.25
0.10

0.50
0.32

1.00
0.63

Sempit
Sempit

3,61
2,40

1.26
0.76

0.40
0.14

sempit
sempit

0.35
0.11

0.59
0.33

1.18
0.66

sempit
sempit

39.11

6.25

12.51

Luas

38,16

12.16

36.95

luas

38.61

6.21

12.43

luas

29.01
54.72
2.89
268.36
11.63
2.23
5.70
189390.00
40643.68
0.94

5.39
7.40
1.70
16.38
3.41
1.49
2.39
435.19
201.60
0.97

10.77
14.79
3.40
32.76
6.82
2.99
4.77
870.38
403.21
1.94

Luas
Luas
Sempit
Luas
Luas
sempit
luas
luas
luas
sempit

42,20
17,67
3,30
74,26
10,57
16,22
21,14
1.811,80
930,20
11,26

14.26
19.41
1.30
17.98
6.47
2.99
3.56
658.10
336.12
1.79

50.86
94.23
0.42
80.85
10.46
2.23
3.17
108,274.03
28,243.96
0.80

luas
luas
sempit
luas
luas
sempit
sempit
luas
luas
sempit

8427.96

91.80

183.61

luas

604,53

173.86

7,556.95

luas

52.82
73.36
0.72
178.54
7.84
3,64
6,33
341880.63
88538.66
1.24
13261,08

7.27
8.56
0.85
13.36
2.80
1,91
2,52
584.71
297.55
1.11
115,16

14.54
17.13
1.70
26.72
5.60
3,81
5,03
1169.41
595.11
2.23
230,31

luas
luas
sempit
luas
luas
sempit
luas
luas
luas
sempit
luas

1950.48
3808.81
0.06
1.38

44.16
61.72
0.25
1.17

88.33
123.43
0.50
2.35

luas
luas
sempit
sempit

215,27
389,27
1,07
4,96

106.16
145.72
0.33
2.24

2,817.51
5,308.82
0.03
1.25

luas
luas
sempit
sempit

3102.92
5186.23
0.01
3.94

55.70
72.02
0.09
1.99

111.41
144.03
0.19
3.97

luas
luas
sempit
sempit

22

23
Tabel 5. Pengelompokan Anggota Populasi Kelapa Dalam Berdasarkan Karakter-Karakter Morfologi

Pamarican
Cluster

I

No Tanaman
PMC 1, PMC 2, PMC 5, PMC
7, PMC 10, PMC 12, PMC 13,
PMC 14, PMC 17, PMC 18,
PMC 19, PMC 20, PMC 21,
PMC 23, PMC 24, PMC 27,
PMC 30

Cijulang

Cikalong

Jumlah

No Tanaman

Jumlah

17

CJL 1, CJL 2, CJL 3, CJL 4,
CJL 5, CJL 6, CJL 7, CJL 8,
CJL 9, CJL 10, CJL 11, CJL 13,
CJL 15, CJL 16, CJL 17, CJL
18, CJL 19, CJL 20, CJL 21,
CJL 22, CJL 23, CJL 24, CJL
25, CJL 27, CJL 29.

24

II

PMC 8, PMC 25, PMC 26,
PMC 28, PMC 29,

5

CJL 12, CJL 14, CJL 28, CJL
30

4

III

PMC 3, PMC 4, PMC 6, PMC
9, PMC 11, PMC 15, PMC 16,
PMC 22

8

CJL 23

1

IV

-

0

CJL 26

1

No Tanaman

CKL1, CKL2, CKL3, CKL4, CKL5

CKL6, CKL23, CKL7, CKL10,
CKL8, CKL11, CKL14, CKL29,
CKL21, CKL30, CKL15, CKL16,
CKL26, CKL12, CKL20, CKL18,
CKL17, CKL27, CKL19,CKL24,
CKL22, CKL25
CKL9, CKL13

CKL28

Jumlah

5

22

2
1

24
Tabel 6. Korelasi Antara Karakter-Karakter Morfologi Dengan Kandungan Asam Laurat dan Kaprat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Marka Morfologi
lingkar Batang pada 20 cm dpt (cm)
lingkar batang pada 1,5 m dpt (cm)
panjang batang pada 11 bekas daun dari
ketinggian 1,5 dpt (cm)
panjang tangkai daun (cm)
tebal tangkai daun (cm)
lebar tangkai daun (cm)
panjang lamina (cm)
jumlah pinak daun
panjang pinak daun (cm)
lebar pinak daun (cm)
panjang tangkai tandan (cm)
lebar tangkai tandan (cm)
tebal tangkai tandan (cm)
panjang rangkaian bunga (cm)
jumlah spikelet
jumlah bunga betina
jumlah tandan berseludang
panjang seludang (cm)
jumlah buah / tandan
diameter buah (cm)
panjang buah (cm)
berat buah utuh (g)
berat buah tanpa sabut (g)
diameter tempurung (cm)
berat tempurung (g)
berat daging buah (g)
tebal daging buah (cm)
tebal sabut (cm)

Pamarican
Laurat
Kaprat
-0,351
0,346
0,252
-0,257

Lokasi
Cijulang
Laurat
Kaprat
0.150
0.291
0.060
0.220

Cikalong
Laurat
Kaprat
-0.179
-0.217
0.180
0.220

0,191

-0,190

0.114

0.062

-0.070

-0.133

0,161
0,202
0,197
0,058
0,032
0,047

-0,157
-0,201
-0,195
-0,060
-0,033
-0,049

0,141
0,141
0,285
0,258
0,130
0,364*
0,135
0,192
0,016

-0,141
-0,283
-0,260
-0,130
-0,365
-0,136
-0,193
-0,014
0,178

0,110
0,016
0,325
0,493
0,242
0,462*
0,272*
-0,105

-0,117
-0,026
-0,330
-0,497
-0,249
-0,463
-0,265
0,098

-0.080
0.040
0.233
-0.068
0.101
-0.149
-0.057
-0.393*
-0.138
-0.139
-0.105
-0.178
0.023
0.017
-0.330*
0.191
0.219
0.086
0.228
0.341*
0.379*

0.027
0.241
0.274
0.216
0.446*
-0.072
-0.183
0.037
0.144
0.169
0.178
0.059
0.033
-0.369*
0.111
0.238
-0.610
0.057
0.288
-0.254
-0.041

0.263
0.011

-0.083
-0.078

0.540*
-0.076
0.121
0.021
0.358
0.333
0.177
0.132
0.431*
0.342
0.225
0.191
0.444*
-0.173
0.279
-0.163
0.190
0.352
0.243
-0.328
-0.174
-0.078
0.095
0.145
0.292

0.412*
-0.180
-0.053
0.064
0.278
0.363*
0.058
0.129
0.327
0.288
0.088
0.061
0.386*
-0.053
0.103
-0.027
-0.079
0.133
-0.077
-0.539
-0.255
-0.210
-0.140
0.183
0.104

25

G. KELUARAN DAN DAMPAK
Penelitian ini menghasilkan beberapa keluaran antara lain variabilitas
fenotip Kelapa Dalam cukup luas namun kekerabatan genetiknya sangat dekat.
Dari jarak jarak euclidean 0,75 – 0,79 terdapat 3 sampai 4 klaster anggota
populasi Kelapa Dalam di lokasi penelitian, yaitu di Kecamatan Pamarican dan
Cijulang di Kabupaten Ciamis, serta Kecamatan Cikalong di Kabupaten
Tasikmalaya. Diketahui informasi kandungan asam lauratnya antara 45,28 % –
50,1 % dan asam kaprat antara 2,99 % – 5,41 %. Adanya korelasi positif antara
marka jumlah bunga betina dengan kandungan asam laurat di Kecamatan
Pamarican di Kabupaten Ciamis dan Cikalong di Kabupaten Tasikmalaya.
Penelitian ini menghasilkan 3 skripsi sarjana pertanian Program Studi
Pemuliaan Tanaman, sedangkan untuk mahasiswa S-3 penelitiannya tidak jadi
karena sumber biaya untuk program S-3 tidak ada.

Nama
Andies Ahmad Sobar
(lulus)

Aan Darwati
(siap ujian)

Yudiyana
(siap ujian)

NPM
Judul Skripsi
E1A03013 Variabilitas Fenotipik Karakter Morfologi Dan
Korelasinya Terhadap Asam Laurat Tanaman
Kelapa Dalam Di Kecamatan Cikalong
Kabupaten Tasikmalaya
E1A02016 Variabilitas Fenotipik Karakter Morfologi Dan
Korelasinya Terhadap Asam Laurat Tanaman
Kelapa Dalam Di Kecamatan Pamarican
Kabupaten Ciamis
E1A01043 Variabilitas
Fenotipik
Morfologi
Dan
Korelasinya Dengan Kandungan Asam Laurat
Kelapa Dalam Di Kecamatan Cijulang, Ciamis

Keterlibatan mahasiswa dalam penelitian ini dapat meringankan biaya
penelitiannya,

dan

memberikan

peluang

mahasiswa-mahasiswa

tersebut

berkomunikasi dan berdiskusi lebih intensif dengan dosen baik tentang

26
penelitiannya maupun tentang keilmuan secara umum. Selain itu, mahasiswa
didampingi dosen mendapat kesempatan untuk berbagi pengalaman dengan
petani, pengalaman ini dapat membantu proses pembelajaran mahasiswa.

H. TOLAK UKUR KEBERHASILAN
No
1
2

Indikator Kinerja Utama /
Baseline
Pendukung
Jumlah Mahasiswa yang terlibat
3 orang
Jumlah karya ilmiah yang akan 3 judul
dipublikasi

Target akhir Juli 2007
3 orang
3 judul

I. HAMBATAN PELAKSANAAN DAN UPAYA MENGATASINYA
Pada proposal ditentukan lokasi penelitian berada di Kecamatan
Pamarican, Parigi dan Cikalong, akan tetapi setelah terjun ke lapangan ada
perubahan lokasi penelitian yaitu Kecamatan Parigi diganti menjadi di Kecamatan
Cijulang dengan melihat aspek sosial yaitu kepemilikan lahan seluas 3 ha yang
akan diteliti milik satu orang petani.
Panen buah kelapa dilakukan pada satu tandan yang berumur 10 – 12
bulan, maka keragaman matangnya berbeda, juga butir per-tandannya berbeda, hal
ini berdampak pada volume VCO yang dihasilkan berbeda.
Permasalahan lainnya yaitu analisis di laboratorium untuk memenuhi
standar mutu VCO APCC tidak bisa dilakukan karena biayanya cukup besar, oleh
sebab itu yang dianalisis hanya kandungan asam laurat dan asam kaprat yang
berupa asam lemak jenuh rantai sedang dan kedua asam lemak ini berhubungan
langsung dengan khasiatnya terhadap kesehatan.

27

TAHAPAN, SASARAN, LUARAN, DAN METODOLOGI

Peneliti Utama : Dr. Anne Nuraini, Ir., M.S
Judul Penelitian : Evaluasi Marka Morfologi dan Asam Lemak Jenuh Rantai
Sedang Kelapa Dalam di Jawa Barat

No.
1.

2.

3.

4.

Tahapan

Sasaran

Mendapatkan Lokasi di Ciamis dan
Survey lokasi penelitian Tasikmalaya yang banyak ditanami
Kelapa Dalam
Pengambilan sampel
Mendapatkan variabilitas morfologi
tanaman kelapa untuk
tanaman kelapa Dalam di dua
pengamatan karakter
kabupaten
morfologi
Pengambilan sampel
Mendapatkan Buah kelapa yang baik
buah kelapa untuk dibuat
untuk dibuat VCO
VCO
Menentukan variabilitas kandungan
Analisis Kandungan
asam lemak jenuh rantai sedang dari
Asam Lemak Jenuh
beberapa tanaman sampel dari dua
Rantai sedang
kabupaten

Luaran

Metodologi

Lokasi terpilih di Ciamis dan
Tasikmalaya

Survey

Marka morfologi dari tanaman
Kelapa Dalam di Dua Kabupaten

Percobaan di lapangan

VCO dari Kelapa Dalam

Percobaan di lapangan

Kandungan asam lemak jenuh
rantai sedang dari beberapa
tanaman sampel dari dua
Kabupaten

uji
laboratorium

28

J. KESIMPULAN DAN SARAN
J.1 Kesimpulan
Variabilitas fenotipik luas untuk sebagian besar marka morfologi baik di
lokasi Kecamatan Pamarican, Parigi dan Ciakalong. Marka morfologinya antara
lain lingkar Batang pada 20 cm di atas permukaan tanah (dpt), lingkar batang pada
1,5 m dpt, panjang batang pada 11 bekas daun dari ketinggian 1,5 dpt, panjang
tangkai daun, panjang lamina, jumlah pinak daun, panjang pinak daun, panjang
tangkai tandan, panjang rangkaian bunga, jumlah spikelet, jumlah bunga betina,
panjang seludang, jumlah buah / tandan, panjang buah, berat buah utuh, berat
buah tanpa sabut, berat tempurung, berat daging buah.
Populasi Kelapa Dalam di Kecamatan Pamarican, Cijulang, dan Cikalong
kekerabatan genetiknya dekat dengan jarak euclidean 0,95 – 1,36. Pada jarak 0,75
di Kecamatan Pamarican terdapat 4 kelompok anggota populasi, pada jarak 0,79
euclidean di Kecamatan Cijulang terdapat 4 kelompok anggota populasi,
sedangkan di Kecamatan Cikalong terdapat 4 kelompok anggota populasi pada
jarak 0,76.
Di Kecamatan Cikalong karakter panjang tangkai daun dan jumlah bunga
betina berkorelasi positif dengan kandungan asam laurat dan kaprat. Karakterkarakter morfologi yang berkorelasi positif dengan kandungan asam laurat di
Kecamatan Pamarican yaitu jumlah bunga betina, berat daging buah, dan tebal
sabut, di Kecamatan Cijulang yaitu berat buah tanpa sabut dan diameter
tempurung; sedangkan di Kecamatan Cikalong yaitu panjang tangkai daun, lebar
tangkai tandan, dan jumlah bunga betina. Dari data tersebut karakter jumlah bunga
betina berkorelasi positif dengan kandungan asam laurat di Kecamatan Pamarican

29

dan Cikalong. Sedangkan karakter morfologi yang berkorelasi negatif dengan
kandungan asam laurat yaitu karakter panjang tangkai tandan dan panjang
seludang, kedua korelasi tersebut hanya terjadi di Kecamatan Cijulang.
Karakter yang berkorelasi positif dengan kandungan asam kaprat di
Kecamatan Cijulang yaitu karakter jumlah pinak daun; di Kecamatan Cikalong
panjang tangkai daun, panjang pinak daun dan jumlah bunga betina, sedangkan
karakter jumlah tandan berseludang berkorelasi negatif dengan kandungan asam
kaprat dan hanya ditemukan di Kecamatan Cijulang. Adapun di Kecamatan
Pamarican tidak ditemui baik karakter morfologi yang berkorelasi dengan
kandungan asam kaprat.

J.2. Saran

1. Di Kecamatan Pamarican anggota populasi PMC 30 kandungan asam laurat
dan asam kapratnya paling tinggi, masing-masing 50,1 % dan 5,41 %. Anggota
populasi ini bisa diperbanyak secara generatif untuk mendapatkan VCO yang
sesuai dengan standar.
2. Karakteristik marka molekuler perlu diketahui
3. Seleksi tidak langsung pada tanaman Kelapa Dalam yang mempunyai
kandungan asam laurat dan asam kaprat yang tinggi di Cikalong bisa melalui
marka morfologi panjang tangkai daun dan jumlah bunga betina.
4. Untuk meningkatkan kandungan asam laurat dan asam kaprat, secara agronomi
perlu dilakukan penelitian pemupukan.
5. Perlu dilakukan uji toksisitas dan efek farmakologi pada hewan (uji praklinis)
untuk memperoleh pengakuan obat herbal berstandar.

30

E. Daftar Pustaka

Abdurachman dan Anny Mulyani. 2003. Pemanfaatan Lahan
Berpotensi Untuk Pengembangan Produksi
Kelapa. Jurnal
Litbang Pertanian, 22(1), 2003
Allolerung, D., Zainal Mahmud, dan Bambang Prastowo. 2006.
Peluang Kelapa untuk Pengembangan Produk Kesehatan dan
Biodiesel. Konferensi Nasional Kelapa VI, Gorontalo.
Al-Rasyid, Harun. 2000. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan
Skala. Diktat Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran.
Bandung.
Bambang Setiaji dan Surip Prayugo. 2006. Membuat VCO Berkualitas
Tinggi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Barlina Rindengan dan Hengky Novarianto. 2005. Pembuatan dan
Pemanfaatan Minyak Kelapa Murni. Penebar Swadaya. Jakarta
Barlina, R., S. Karouw, dan Hutapea R. 2006. Minyak Kelapa Murni
(Virgin Coconut Oil). Pengolahan, Pemanfaatan, dan Peluang
Pengembangannya. Dalam Badan penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Balai Penelitian Tanaman Kelapa Dalam dan Palma Lain,
Manado.
Ellina Mansyah, 2002. Analisis variabilitas Genetik Manggis melalui
teknik RAPD dan Fenotipiknya pada Berbagai Lingkungan
tumbuh di Jawa dan Sumatera Barat. Tesis. Program Pasca
Sarjana. Universitas Padjadjaran, Bandung.
Gasperz, V. 1995. Teknik Analisis dalam Penelitian percobaan. Jilid II
Tarsito. Bandung.
Manggabarani, A. 2006. Kebijakan Pembangunan Agribisnis Kelapa.
Konferensi Nasional Kelapa VI, Gorontalo.
Novarianto Hengky, 1995. Kandungan Minyak dan Protein Serta
Komposisi Asam Lemak Dari Berbagai Tipe Kelapa.
Pemeberitaan Littri Vol. XX No. 3 – 4, Oktober 1994 – Maret
1995. p 61 – 68.
Novarianto Hengky, Rusthamrin H. Akuba dan Meldy l.A. Hosang.
2005. Memordenisasi Perkelapaan di Indonesia dengan Inovasi

31

Teknologi. Prosiding. Simposium IV Hasil .Penelitian Tanaman
Perkebunan. Bogor.
Novarianto, H. 2005. Plasma Nutfah dan Pemuliaan Kelapa. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Balai Penelitian Tanaman Kelapa
Dalam dan Palma Lain, Manado.
Pinaria, Arthur. 1995. Variabilitas Genetik dan Heritabilitas KarakterKarakter Biomasa 53 Genotip Kedelai. Thesis S2 pada Program
Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Bandung. Tidak
dipublikasikan.
Santos, G.A., P.A. Batugal, A. Toman. L. Baudoin, and J.P. Gaboisse.
1997. Manual Standard . e.d. research technique in coconut
breeding. IPGRI-Cogent, Serdang Selangor, Darul Ihsan
Malaysia.
Setiaji Bambang dan Prayugo, 2006. Membuat VCO
Tinggi. Penerbit Swadaya. Bandung

Berkualitas

Steel, R.G.D., and J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika :
Suatu Pendekatan Biometrik. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Sukartin, J.K dan M. Sitanggang. 2005 Gempur Penyakit dengan
VCO. PT Agro Media Pustaka. Jakarta
Sumarsono, 2000. Keanekaragaman Genetik Lima Populasi Kelapa
Dalam Dari Jawa Berdasarkan Penanda RAPD. Prograsm
Pascasarjana IPB. Tidak dipublikasikan
Thampan. 1981. Handbook On Coconut Palm. Oxford & IBH
Publishing Co. New Delhi Bombay Calcuta.
Walpole, R.E. 1982. Pengantar statistika.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Edisi Ketiga.

Wibowo, S. 2006. Manfaat VCO untuk Kesehatan.
Nasional Kelapa VI, Gorontalo.

PT.

Konferensi

32

Lampiran 1. Skenario Penarikan Sampel di Kecamatan Pamarican

Blok I
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Blok III

41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

201 202 203 204 205 206 207 208 209 210
211 212 213 214 215 216 217 218 219 220
221 222 223 224 225 226 227 228 229 230
231 232 233 234 235 236 237 238 239 240

101 102 103 104 105 106 107 108 109 110

241 242 243 244 245 246 247 248 249 250
251 252 253 254 255 256 257 258 259 260

111 112 113 114 115 116 117 118 119 120

261 262 263 264 265 266 267 268 269 270

121 122 123 124 125 126 127 128 129 130

271 272 273 274 275 276 277 278 279 280

131 132 133 134 135 136 137 138 139 140

281 282 283 284 285 286 287 288 289 290
141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300
151 152 153 154 155 156 157 158 159 160
161 162 163 164 165 166 167 168 169 170
171 172 173 174 175 176 177 178 179 180
181 182 183 184 185 186 187 188 189 190
191 192 193 194 195 196 197 198 199 200
Blok II

Keterangan :
Pengacakan sample menggunakan table random
Luas keseluruhan lahan 3 ha

33

Lampiran 2.Skenario penarikan sampel di Kecamatan Cijulang

Ket :
- area pertanaman seluas 3 ha dibagi menjadi 3 cluster dengan masingmasing cluster seluas 1 ha.
- Pengacakan sampel menggunakan tabel random
- Tanaman yang terpilih:
- CJL1 = 4
CJL11 = 118
CJL21 = 215
CJL2 = 16
CJL12 = 122
CJL22 = 224
CJL3 = 19
CJL13 = 125
CJL23 = 230
CJL4 = 24
CJL14 = 135
CJL24 = 236
CJL5 = 35
CJL15 = 140
CJL25 = 241
CJL6 = 52
CJL16 = 158
CJL26 = 246
CJL7 = 71
CJL17 = 161
CJL27 = 256
CJL8 = 89
CJL18 = 164
CJL28 = 269
CJL9 = 93
CJL19 = 191
CJL29 = 272
CJL10 = 97
CJL20 = 198
CJL30 = 287

34

Lampiran 3. Skenario penarikan sampel di Kecamatan Cikalong

U

Keterangan :
Pengacakan sampel menggunakan tabel random
Luas keseluruhan lahan 3 ha
CKL1
=5
CKL11
= 115
CKL2
=9
CKL12
= 124
CKL3
= 11
CKL13
= 130
CKL4
= 25
CKL14
= 136
CKL5
= 35
CKL15
= 138
CKL6
= 46
CKL16
= 143
CKL7
= 51
CKL17
= 153
CKL8
= 70
CKL18
= 166
CKL9
= 83
CKL19
= 169
CKL10
= 95
CKL20
= 184

CKL21
CKL22
CKL23
CKL24
CKL25
CKL26
CKL27
CKL28
CKL29
CKL30

= 230
= 232
= 238
= 242
= 248
= 257
= 268
= 273
= 289
= 295

35

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

36

37

Lampiran 5. Personalia Penelitian

No

a) Nama Lengkap

a) Gelar

1.

Anne Nuraini

Dr. Ir. MS

a) Pria
/wanita
Wanita

2.

Nani Hermiati

Dr. Ir. MS

Wanita

3.

Santi Rosniawaty

SP.MP.

Wanita

1.

2.

3.

a) Unit Kerja

b) Bidang keahlian b)