Penatalaksanaan Adenoma Pleomorfik Parotis.

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran universitas Andalas
Padang

Penatalaksanaan Adenoma Pleomor fik Par otis
M. Abduh Fir daus, M.Rusli Pulungan
Bagian Telinga Hidung Tenggor ok Bedah Kepala Leher
Fakult as Kedokt er an Univer sit as Andalas/ RSUP Dr . M. Djamil Padang

Abstr ak
Adenoma pleomorfik mer upakan tumor kelenjar liur yang paling banyak ditemukan, ber kisar 60%-80% dar i seluruh
tumor jinak di kelenjar liur. Sekitar 85% ter dapat di kelenjar par otis. Diagnosis ditegakkan ber dasar kan anamnesis,
gambar an klinis, pemer iksaan r adiologi dan pemer iksaan histopatologi tumor . Penatalaksanaan adenoma pleomor fik par otis
adalah pembedahan, dengan mengangkat tumor secara komplit tanpa meninggalkan sisa. Pembedahan yang tidak adekuat
untuk mengangkat selur uh tumor dapat mengakibatkan ter jadinya kekambuhan.
Dilapor kan satu kasus adenoma pleomorfik par otis kanan pada seorang wanita umur 55 tahun, yang ditatalaksana dengan
enukleasi tumor par otis.
Kata kunci : Adenoma pleomorfik, par otis, kelenjar liur .
Abstract
The pleomor phic adenoma is the most common benign salivar y gland t umor , account appr oximat ely 60%-80% of all
benign salivar y glands t umor . It ’s found appr oximat ely 85% in par ot id gland. Diagnose was t aken fr om anamnesis, physical

examinat ion, r adiologic finding and hist opathology. The management for pleomor phic adenoma is complet e sur gical excision.
Inadequat e surger y can pr esent r ecur r ence.
A case of 55 year s old women wit h r ight par ot id pleomor phic adenoma which had enucleat ing was r eport ed.
Key wor ds: Pleomor phic adenoma, par ot id gland, salivar y gland.

Korespondensi: dr . M. Rusli Pulungan. Email:pulunganmrusli@yahoo.co.id

PENDAHULUAN
Kelenjar liur dibagi 2 yaitu kelenjar liur mayor
dan minor . Kelenjar liur mayor adalah kelenjar par otis,
kelenjar submandibula dan kelenjar sublingual. Kelenjar
liur minor ter diri dari 600-1000 kelenjar yang ter sebar
sepanjang saluran pencer naan dan per nafasan atas.1,2 ,
Neoplasma kelenjar liur merupakan kasus yang
jarang. Angka kejadian berkisar antara 3%-6% dari
seluruh neoplasma kepala dan leher . Paling ser ing
mengenai kelenjar par otis yaitu ber kisar 80% kemudian
diikuti kelenjar submandibula lebih kurang 10%-15%
dan kelenjar sublingual dan kelenjar liur minor lebih
kurang 5%. 1 Adenoma pleomorfik lebih kurang 60-80%

dari seluruh tumor jinak kelenjar liur .1,3 Tumor ini
ter banyak ditemukan di kelenjar par otis lebih kur ang
85%, kemudian submandibula ±5% dan kelenjar liur
minor ±10%.4
Adenoma pleomor fik, yang ser ing disebut
sebagai tumor campur jinak ( benign mixed t umor )
biasanya mer upakan massa tanpa gejala, dengan
pertumbuhan yang lambat.1,2,3 Jika dibiar kan, tumor ini
dapat tumbuh sampai diameter nya lebih dar i beberapa
sentimeter . Pada par otis lebih ser ing ditemukan di bagian
lateral, tetapi dapat tumbuh pada semua jaringan par otis.
Adenoma pleomorfik ter diri dar i jaringan mesenkim dan
epitel.1,2,3,4 Diagnosis adenoma pleomorfik par otis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis,
pemer iksaan r adiologi dan pemeriksaan histopatologi
massa tumor .1
Penatalaksanaan adenoma pleomorfik adalah
pembedahan dengan mengangkat tumor secara komplit.
Kar ena jika terdapat sisa tumor dapat menyebabkan
kekambuhan dan memungkinkan untuk ter jadinya

perubahan menjadi ganas.1,3 Pembedahan yang dilakukan
ber upa par otidektomi superfisial, par otidektomi total,

par otidektomi subtotal, sedangkan enukleasi mer upakan
tindakan yang tidak dianjur kan. 1,2,3 Angka kekambuhan
yang tinggi membuat par a ahli bedah memilih eksisi
tumor yang lebih luas dengan har apan jaringan tumor
dapat diangkat secara keselur uhan, sehingga enukleasi
mer upakan teknik oper asi yang jarang diker jakan saat
ini. Pada tumor par otis yang berkapsul atau tumor
dengan ukuran yang kecil dan pada saat operasi tumor
memungkinkan diangkat secara utuh maka enukleasi
mer upakan teknik oper asi yang dapat diper timbangkan.
Teknik ini dapat mengurangi kejadian komplikasi pasca
operasi seper ti kelumpuhan saraf fasialis ataupun
sindr oma Frey.5,6 Pemeliharaan saraf fasialis har us
dilakukan pada operasi tumor ini kecuali tumor
melibatkan saraf fasialis1,7
Pada beberapa kasus walaupun sangat jar ang
adenoma pleomorfik dapat mengalami metastase ke

tulang, kelenjar getah bening, par u, r ongga mulut, faring,
kulit, hati, retr operitonium, ginjal, susunan saraf pusat,
dan sinus paranasal. Namun secar a histopatologi tumor
ini tetap sebagai tumor jinak.1

KEKERAPAN
Adenoma pleomor fik merupakan tumor jinak
ter banyak pada kelenjar parotis1-4. Nagarkar NM dkk,7
menemukan 60% dar i selur uh neoplasma di par otis
mer upakan adenoma pleomorfik. Di Amer ika Serikat
angka kejadian adenoma pleomorfik mencapai 80% dari
seluruh tumor jinak kelenjar liur . 3
Adenoma pleomorfik paling sering ditemukan
pada usia dekade keempat sampai keenam, jar ang
ditemukan pada anak, dengan fr ekuensi lebih tinggi pada
wanita dengan per bandingan wanita dengan pria 3:2.
Bangsa kulit putih lebih tinggi risiko mendapat adenoma
pleomorfik dibanding dengan kulit ber warna.1,3

1


Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran universitas Andalas
Padang

ANATOMI DAN FISIOLOGI
Anatomi Kelenjar Par otis
Kelenjar liur dibagi 2 yaitu kelenjar liur mayor
dan minor. Kelenjar liur mayor terdir i dari kelenjar
par otis, kelenjar submandibula dan kelenjar sublingual.
Kelenjar liur minor ter diri dar i 600-1000 kelenjar yang
ter sebar sepanjang saluran pencer naan dan per nafasan
atas.1,2
Kelenjar par otis dibentuk pada minggu ke 6
sampai minggu ke 8 per tumbuhan janin, berasal dari
lapisan ektoderm mulut dan berkembang di sekitar
mesenkim. Kelenjar par otis ber kembang mulai dari
poster ior ke anterior dengan membungkus saraf fasialis
di tengahnya.8,9 Kelenjar par otis merupakan kelenjar
ter besar dari kelenjar liur dengan berat 15 sampai 30

gram. Bentuknya segitiga, bagian ujungnya berada tepat
di bawah sudut mandibula dan dasarnya sedikit di bawah
arkus zigoma. Bagian anterior ber batasan dengan tepi
poster ior ramus mandibula dan sedikit melapisi tepi
poster ior otot maseter . Bagian poster ior kelenjar
dikelilingi oleh telinga, prosesus mastoideus, dan tepi
anterior otot ster nokleidomastoideus.8
Bagian dalam yang mer upakan lobus medius
meluas ke r ongga parafar ing, dibatasi oleh pr osesus
stiloideus, ligamentum stilomandibula, otot digastrikus,
dan selubung kar otis. Di bagian anterior lobus ini ter letak
ber sebelahan dengan bagian medial otot pter igoideus.
Bagian lateral hanya ditutupi oleh kulit dan jaringan
lemak subkutan. Jaringan ikat dan jaringan lemak dari
fasia leher dalam membungkus kelenjar ini. Kelenjar
par otis ber hubungan er at dengan struktur penting di
sekitar nya yaitu vena jugularis inter na beser ta
cabangnya, ar ter i kar otis ekster na beser ta cabangnya,
kelenjar limfe, cabang aur ikulotemporalis dar i sar af
tr igeminus dan sar af fasialis (gambar 1). 2,8


Gambar 1. Anatomi kelenjar par otis.8
Duktus Stensen dengan panjang lebih kurang 47cm, muncul dari anter ior kelenjar . Duktus ini keluar dari
permukaan lateral otot maseter , menembus jaringan
lemak pipi dan otot businator. Ujung saluran ini berada
di mukosa pipi r ongga mulut, ber hadapan dengan gigi
molar kedua bagian atas. Kelenjar par otis aksesorius
dapat ditemukan di sepanjang bagian anterior kelenjar

dan pada duktus Stensen. Kelenjar ini dijumpai ber kisar
20%.2,8
Secar a anatomi
lobus kelenjar
par otis
mer upakan struktur yang saling ter kait, namun pada
pembedahan lebih mudah menggambar kannya sebagai
lobus superfisialis atau lateral dan lobus pr ofunda atau
medialis. Kedua lobus ini dipisahkan oleh sar af
fasialis.1,2,8,9
Per darahan kelenjar par otis ber asal dari ar teri

kar otis ekster na, dimana ar ter i ini berjalan medial dari
kelenjar parotis, kemudian mempercabangkan ar teri
maksilaris dan ar teri tempor alis superior. Ar teri
tempor alis super ior memper cabangkan ar teri fasialis
tr anver salis yang ber jalan di anterior zigoma dan saluran
par otis, kemudian memper darahi kelenjar par otis,
saluran par otis dan otot maseter . Vena maksilaris dan
vena temporalis superfisialis ber satu membentuk vena
r etr omandibuler yang ber jalan di sebelah dalam sar af
fasialis, kemudian menyatu dengan vena jugularis
eksterna.8,9
Fungsi sekretomotorik dihantar kan melalui
serabut saraf par asimpatis lewat saraf glosofar ingeus.
Dalam per jalanan yang rumit ser abut sar af ini memasuki
kelenjar par otis setelah melewati ganglion otik dan
dihantarkan melalui sar af aurikulotemporalis.8,9
Lobus superfisial dari kelenjar
par otis
mengandung lebih kurang 3-20 kelenjar limfe, ter letak di
antara kelenjar par otis dengan kapsulnya.9 Kelenjar limfe

ini mer upakan saluran dar i kelenjar par otis, liang telinga
luar, daun telinga, kulit kepala, kelopak dan kelenjar air
mata. Lapisan kedua dari kelenjar limfe ter dapat pada
bagian dalam jar ingan kelenjar par otis dan mer upakan
saluran dari kelenjar par otis, liang telinga luar , telinga
tengah, nasofar ing, dan palatum mole. Kedua sistem ini
mengalir ke sistem limfe ser vikal super fisialis dan
pr ofunda.8,9

Fisiologi Kelenjar Parotis
Fungsi utama dar i kelenjar liur adalah produksi
air liur . Air liur dipr oduksi di sel-sel asinus, dikir im
secara aktif dan disimpan oleh sel-sel duktal. Sel-sel pada
kelenjar par otis hampir selur uhnya merupakan sel
ser osa, sehingga cairan yang dihasilkan lebih encer dan
r endah
kadar
musinnya, tetapi
tinggi
kadar

enzimnya.8,9,10 Pr oduksi air liur setiap har i 500 sampai
1500 milliliter .10 Air liur penting untuk memper tahankan
r ongga mulut tetap basah dan melindungi dar i trauma
kimia, mekanik dan suhu. Informasi rasa juga
dihantarkan dengan bantuan air liur . Air liur
mengandung komponen organik
dan nonorganik.
Komponen or ganik terdir i dar i pr otein seper ti musin,
amilase, enzim, dan kar bohidrat. Komponen nonor ganik
antara lain ion kalsium, flour , magnesium, dan fosfat.8,9
Sar af Fasialis
Sar af fasialis merupakan bagian penting pada
anatomi kelenjar par otis. Keber hasilan teknik oper asi
pada semua jenis par otidektomi tergantung pada
identifikasi dan pemelihar aan sar af ini.9,11 Saraf fasialis
keluar
dar i
tulang temporal melalui for amen
stilomastoideus yang ter letak pada bagian paling medial
dari fisur a timpanomastoid, yaitu antara tip mastoid

dengan liang telinga luar. Pada tempat ini ar teri
stilomastoideus ber jalan tepat di later al dar i tr unkus
saraf fasialis.9,11

2

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran universitas Andalas
Padang

Sar af fasialis memasuki dan membagi kelenjar
par otis menjadi dua lobus superfisial dan profunda. Sar af
fasialis ini bercabang menjadi dua cabang utama yaitu
bagian lebih superior (tempor ofasial) yang akan
mencabangkan ramus temporalis, ramus zigomatikus
dan ramus businator superior , sedangkan cabang bagian
infer ior (ser vikofasial) akan mencabangkan ramus
ser vikal, r amus submandibula dan ramus businator
infer ior . Rangkaian sar af-sar af ini disebut pes anser inus
kar ena menyer upai kaki angsa (gambar 2 dan 3).11

GAMBARAN KLINIS
Adenoma pleomorfik mer upakan tumor dengan
pertumbuhan lambat, ber upa benjolan pada depan
bawah daun telinga atau angulus mandibula yang tidak
memberikan gejala. Kondisi ini membuat luput dari
perhatian pasien, sehingga pasien datang untuk
pemer iksaan ke petugas kesehatan setelah muncul
benjolan setidaknya 1 tahun.3,4 Pada per abaan didapatkan
massa kenyal padat, permukaan licin, kadang berbenjolbenjol dengan batas yang tegas, tidak nyeri tekan dan
dapat digerakkan. Pada kasus yang jarang tumor ini dapat
ber metastase dan dapat ber ubah menjadi ganas.1 De Zinis
dkk, (2008) melaporkan dari 33 pasien dengan adenoma
pleomorfik kelenjar par otis 36,4% berada pada lobus
super fisial, 36,45 berada pada lobus pr ofunda, dan 27,3%
pada kedua lobus.12
Pemer iksaan Penunjang
1. Biopsi Aspirasi Jar um Halus (BAJAH)
BAJAH mer upakan cara yang aman dan cepat
untuk mendiagnosis adenoma pleomor fik par otis,
sekalipun keakur atan hasilnya ter gantung pada
keter ampilan dari ahli sitopatologi yang memer iksa.10,13
Helmus C. MD13 mendapatkan angka ketepatan sampai
94% dengan biopsi aspirasi jar um halus pada tumor
par otis, dan menjadikannya sebagai pr osedur r utin sejak
tahun 1988.

Gambar 2. Anatomi Saraf Fasialis.11

Gambar 3. Anatomi Saraf Fasialis.11
Cabang temporal akan memper sarafi otot-otot
pada dahi, cabang zigomatikus memper sar afi otot-otot
midfasial, submandibular memper sarafi otot or bikularis
or is dan depr esor bibir bawah, sedangkan ramus ser vikal
memper sar afi otot platisma.11

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan ber dasar kan anamnesis,
pemer iksaan fisik, dan pemer iksaan penunjang baik
r adiologi maupun histopatologi. Diagnosis pasti dibuat
ber dasar kan hasil pemeriksaan histopatologi.8

2. Pemer iksaan Radiologi
a. Sialografi
Pemeriksaan sialografi telah digunakan untuk
mendiagnosis tumor par otis sejak dulu, namun saat ini
sudah
ditinggalkan dengan adanya CT Scan
( Comput er ized t omogr afi scan) dan MRI ( Magnet ic
r esonance imaging). Dengan pemeriksaan ini massa
tumor ter lihat mendor ong jar ingan par otis dan duktusduktusnya.8,10
b. Tomogr afi Komputer (CT Scan) dan Magnet ic
Resonance Imaging (MRI).
Dengan CT Scan adenoma pleomorfik memberi
gambar an ber upa massa berbatas tegas, dengan densitas
yang homogen atau heter ogen. Densitasnya lebih tinggi
dari cairan ser ous normal dan jaringan lemak par otis.
Gambaran yang heter ogen dengan daer ah nekr osis, kistik
sering didapatkan karena pada adenoma pleomorfik
sering ter dapat cairan, lemak darah, dan kalsifikasi.
Pember ian kontras memberikan penyangatan yang
ber variasi.4,14
Pemeriksaan MRI akan membantu untuk
melihat per luasan ke jaringan sekitar . Namun MRI tidak
ter lalu penting dilakukan pada massa tumor yang secara
histopatologi jinak dan mudah dipalpasi. Sensitivitas dan
spesifisitas CT Scan hampir sama dengan MRI dalam
menentukan lokasi tumor, batas tumor dan infiltrasi ke
jaringan sekitar .4
c. Ultrasonogr afi (USG)
Dengan USG adenoma pleomorfik memberikan
gambar an massa lembut, hipoekoik dan sering ter lihat
seper ti massa ber lobul. Tumor yang luas memberikan
gambar an yang lebih heter ogen. Meskipun dengan USG
dapat memper kirakan diagnosis adenoma pleomorfik

3

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran universitas Andalas
Padang

namun CT dan MRI dibutuhkan untuk menilai tumor
lebih lengkap.4
3. Biopsi Terbuka
Biopsi ter buka untuk mendiagnosis tumor
par otis
jarang
dilakukan,
bahkan
mer upakan
kontraindikasi pada benjolan kecil di par otis tanpa tandatanda kearah ganas, seper ti pada adenoma pleomorfik,
tumor yang paling ser ing ditemukan pada daerah ini
ber sifat kambuh lokal jika kapsulnya dir usak dan juga
kar ena alasan kosmetik. 1

Histopatologi Adenoma Pleomor fik Parotis
Tumor secara makr oskopis tampak berkapsul,
kenyal padat, ber lobus-lobus dan batas yang tegas. Secara
mikr oskopik ter lihat sel-sel tumor dan penonjolan kecil
tumbuh pada per mukaan luar. Pola pertumbuhan seper ti
ini menjadikan angka kekambuhan tinggi jika hanya
tumor yang dikeluar kan. Adenoma pleomor fik secara
histopatologi ter dir i dari campuran unsur epitel,
mesenkim yang diduga ber asal dar i mioepitel dan str oma,
dengan pola yang ber variasi. Selnya dapat sedikit sampai
banyak. Str oma ini pada tumor yang sama dapat
ber bentuk miksoid, kondr oid, fibr oid atau osteoid,
sehingga pantas diber i nama tumor campur ( mixed
t umor ) .1-4,13
DIAGNOSIS BANDING
Adenoma pleomor fik dapat dir agukan dengan
ber bagai massa di daerah par otis seper ti, tumor warthin,
limfoma, tumor ganas par otis seper ti, kar sinoma
adenokistik,
kar sinoma
mukoepidermoid
ser ta
limfadenopati dan lain-lain.4
PENATALAKSANAAN
Pilihan utama penatalaksanaan tumor kelenjar
liur adalah bedah dengan mengangkat tumor secara
komplit. Sisa tumor dapat mengakibatkan ter jadinya
kekambuhan dan sebagian dapat berubah menjadi ganas.
Par otidektomi dengan perawatan saraf fasialis dapat
dilakukan pada kasus dimana tumor par otis berada pada
daerah ekor par otis atau super fisial dari saraf fasialis.
Pada beberapa kasus kita juga tidak memer lukan
pengangkatan lobus par otis secara keselur uhan jika pada
temuan operasi tumor dapat diangkat secara komplit.1,4
Saat ini terdapat berbagai teknik pembedahan
dalam pengangkatan adenoma pleomorfik ber dasar kan
pengangkatan ter hadap kelenjar par otis, antara lain:

Par otidektomi total

Par otidektomi superfisial

Par otidektomi medial

Par otidektomi subtotal

Enukleasi
Par otidektomi Total
Par otidektomi total adalah pengangkatan tumor
par otis dengan mengangkat selur uh kelenjar par otis baik
dengan mengangkat sar af fasialis atau merawat sar af
fasialis.15 Par otidektomi total diindikasikan pada tumor
jinak yang mengenai kedua lobus kelenjar par otis atau
pada tumor ganas par otis.1,15
Par otidektomi Super fisial
Par otidektomi super fisial adalah pengangkatan
tumor par otis dengan mengangkat seluruh lobus
super fisial par otis baik dengan pengangkatan sar af
fasialis atau dengan per awatan saraf fasialis.15 Teknik

operasi ini dilakukan pada tumor jinak atau tumor
dengan keganasan rendah yang hanya mengenai lobus
super fisial dari par otis. Parotidektomi superfisialis dapat
dilakukan dengan mengangkat sar af fasialis jika tumor
mengenai sar af fasialis atau tanpa mengangkat sar af
fasialis.1,6,15,
Par otidektomi Medial
Par otidektomi medial adalah pengangkatan
tumor par otis dengan mengangkat seluruh lobus
pr ofunda par otis baik dengan pengangkatan sar af fasialis
atau dengan perawatan saraf fasialis.15Teknik oper asi ini
dilakukan pada tumor jinak atau tumor dengan
keganasan rendah yang hanya mengenai lobus pr ofunda
dari par otis.1,15
Par otidektomi Subtotal
Par otidektomi subtotal ialah r eseksi konser vatif
dalam pengangkatan tumor kelenjar par otis dimana
kelenjar yang diangkat kurang dar i par otidektomi
super fisial atau medial atau diseksi saraf fasialis yang
tidak komplit. Pengangkatan tumor dengan batas yang
adekuat
dengan
jaringan
normal,
diharapkan
kekambuhan tidak ter jadi dan fungsi fisiologis kelenjar
dan saraf fasialis dapat diper tahankan, komplikasi yang
mungkin timbul dari pengangkatan kelenjar parotis dapat
dikurangi. 13
Walaupun parotidektomi super fisial atau medial
dengan perawatan saraf fasial merupakan standar dalam
pengangkatan tumor jinak par otis, namun ber dasar kan
temuan operatif par otidektomi par sial atau subtotal
dapat menjadi pilihan untuk dilakukan.5,13 Pengangkatan
lobus kelenjar parotis tidak diper lukan jika tumor
memungkinkan untuk diangkat secara komplit.1
Enukleasi
Enukleasi adalah pengangkatan tumor tanpa
melakukan pengangkatan ter hadap kelenjar parotis. Ini
dapat dilakukan jika tumor memungkinkan terangkat
secara komplit. Biasanya dilakukan pada tumor yang
ukurannya kecil, tumor yang mempunyai kapsul atau
pada tumor yang letaknya berada di daerah ekor dari
kelenjar par otis.16,17
Komplikasi
yang
ditimbulkan
pada
par otidektomi seper ti kelumpuhan sar af fasialis, dan
sindr oma Frey, akan bekurang dengan teknik enukleasi.
Namun dipihak lain angka kekambuhan akan meningkat
dengan teknik enukleasi ter utama jika ter jadi ker usakan
kapsul, namun jika kapsul dapat dipertahankan angka
kekambuhan ini dapat ditekan bahkan lebih kecil dari
2%.6,16.
Setiap pembedahan pengangkatan tumor jinak
par otis selalu dimulai dengan par otidektomi superfisial.
Kemudian ber dasarkan temuan operasi dapat diper luas
ke lobus medial jika diper lukan untuk mengangkat tumor
secara komplit.15
Teknik Par otidektomi Superfisial 15
a. Ir isan kulit dilakukan pada daerah preaur ikuler
setinggi tragus dar i kranial ke kaudal melingkari
ujung kaudal daun telinga sampai pada tip
mastoideus, dan dilanjutkan ke kaudal mengikuti
ker utan kulit angulus mandibula sepanjang 1/ 3
panjang angulus mandibula. Irisan dilanjutkan
dengan melepas kulit dari jar ingan di bawahnya ke
anterior dan posterior . Fasia yang melingkupi

4

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran universitas Andalas
Padang

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

kelenjar par otis diusahakan tetap utuh, dilakukan
pemer iksaan seksama pada bagian posterior dengan
tujuan untuk identifikasi pr osesus mastoideus dan
inser si otot ster nokleidomastoideus.
Dengan menggunakan klem kecil dilakukan diseksi
secara tumpul memisahkan kelenjar par otis dengan
pr osesus mastoideus dan kar tilago liang telinga luar .
Kadang ter jadi per darahan yang ber asal dar i ar teri
atau vena temporalis super fisialis. Bila diseksi
dilakukan tetap menyisir sepanjang periosteum
pr osesus mastoideus diharapkan tidak akan
membuat kerusakan pada sar af fasialis.
Landmar ks saraf fasialis utama adalah:
1. Pr osesus mastoideus termasuk inser si otot
ster nokleidomastoideus.
2. Kar tilago dar i liang telinga luar .
3. Fasia tempor opar otis yang ber ada di atas sar af
utama
memanjang
dar i
fisura
tempor omandibular is sampai batas lateral
par otis.
4. Muskulus digastr ikus belly posterior .
5. Pr osesus stilomastoideus.
6. Fisura timpanomastoideus.
Sar af aurikular is mayor dan vena jugularis inter na
kadang-kadang tampak. Adanya limfonodi ter utama
dibagian ujung kaudal par otis (t ail of t he par ot id)
diperiksa secara fr ozen sect ion. Tail of par ot id
dipisahkan dari otot
ster nokleidomastoideus.
Dengan membelah daerah ini kemungkinan ter lihat
otot digastrikus belly poster ior .
Dengan menggunakan klem kecil tipe Mixt er fasia
tempor opar otid dielevasi secar a hati-hati. Fasia ini
ber jalan dar i fisura timpanomastoid ke kelenjar
par otis. Di bawah fasia ini ter letak cabang utama
saraf fasialis.
Setelah cabang utama sar af
fasialis dapat
diidentifikasi, akan tampak cabang cer vicofacial
(lower ) dan cabang t empor ozygomat icus (upper ).
Sar af-sar af ter sebut dilepaskan dar i jaringan
sekitar nya dan bila per lu dapat digunakan stimulator
saraf, atau menggunakan mikr oskop.
Setelah cabang mandibula dan
businator dari
ser vikofasialis tampak, jaringan par otis yang ter letak
di sebelah later alnya dipegang dan sedikit ditarik
dengan klem Allis, diikuti dengan pemisahan sarafsaraf ter sebut diatas dengan menggunakan klem,
sehingga jaringan par otis bagian lateral (supra
neur al) terangkat semuanya.
Duktus Stensen diidentifikasi dan diligasi. Luka
operasi ditutup. Kulit dijahit dengan benang
nilon,ukuran kecil (6.0) dipasang salir jaringan yang
kecil, pada bagian bawah.

Teknik Parotidektomi Medial.15
a. Par otidektomi medial dapat dilakukan tanpa
mer usak saraf fasialis yaitu dengan melakukan
par otidektomi lateral kemudian diikuti dengan
pelepasan ismus parotis sehingga tampak lobus
medial par otis, kemudian lobus medial diangkat
secara hati-hati. Teknik oper asi ini hanya dianjur kan
pada tumor par otis yang jinak (TPJ).
b. Pada tumor ganas parotis derajat tinggi (high gr ade)
seper ti mukoepidermoid, tumor campur ganas
( malignant mixed t umor )
dianjurkan untuk dilakukan par otidektomi total
dengan atau tanpa mengor bankan saraf fasialis.

c.

Lobus medial par otis dapat diangkat dengan
menar ik saraf fasialis dan beberapa cabangnya ke
kranial. Kemudian lobus medialis didiseksi secara
tumpul, dibantu dengan menar ik ke kaudal cabang
ser vikofasial . Hati-hati pada daer ah ini sebab ke arah
dalam dar i lobus medialis par otis akan dijumpai
cabang ar teri kar otis inter na yaitu arter i maksilaris
ekter na, yang kadang-kadang dapat
ter jadi
perdar ahan.

Radioter api
Pember ian radioterapi masih mer upakan suatu
kontr over si dimana pada waktu singkat dapat bertujuan
mengurangi angka kekambuhan, namun pada jangka
panjang justr u dapat meningkatkan ter jadinya keganasan
pada kelenjar parotis.1
Radioter api diber ikan pada kasus adenoma
pleomorfik yang mengalami kekambuhan atau pada
kasus pengangkatan adenoma pleomor fik
yang
dikhawatirkan tidak ter angkat secara adekuat sehingga
ditakutkan
ter jadinya
kekambuhan.
Radioterapi
diberikan
sebagai
adjuvant
setelah
dilakukan
pembedahan.1,4
Komplikasi
Komplikasi akibat pengangkatan tumor par otis
dapat timbul ter utama jika dilakukan dengan
par otidektomi. Komplikasi yang timbul dapat ber upa:
1. Sindr oma Frey
Reiner vasi yang ber silang dari jalur otonom kelenjar
par otis, ke kelenjar keringat, sehingga serabut
parasimpatis, yang dir angsang oleh penciuman,
pengecapan, akan memper sarafi kelenjar ker ingat
dan pembuluh dar ah. Hal ini berakibat timbulnya
ker ingat dan kemerahan di sekitar kulit pada region
par otis pada waktu mengunyah.
Kejadian ini
ber kisar 30%-60% pasien pasca par otidektomi.1
2. Kelumpuhan saraf fasialis. Kelumpuhan saraf fasialis
lebih sering ter jadi pada tindakan par otidektomi
total dar i pada par otidektomi super fisial, dan akan
semakin
ber kurang
jika
hanya melakukan
par otidektomi subtotal atau enukleasi. Kelumpuhan
saraf fasial ter jadi akibat tar ikan yang dilakukan saat
operasi atau oleh trauma oper asi. Kelumpuhan yang
ter jadi dapat ber sifat sementar a atau menetap.1
3. Fistula kelenjar liur
Mer upakan komplikasi yang ser ing muncul setelah
dilakukan par otidektomi, dimana air liur akan
ber kumpul didaer ah bekas operasi, sehingga cair an
yang ter kumpul ini akan keluar melalui celah
sehingga terbentuk fistula. Kondisi ini biasanya
akan ber henti sendiri karena air liur yang
ter kumpul dapat diser ap kembali atau dapat dihisap
dengan menggunakan spuit.1
Pr ognosis
Tumor yang diangkat secar a komplit dapat
sembuh secar a total. Pada pengangkatan yang tidak
komplit tumor ini dapat mengalami kekambuhan dan
pada kasus yang jar ang dapat ber ubah menjadi ganas dan
dapat mengalami metastase.1,3 Kekambuhan tumor ini
dapat dipr ediksi dengan menggunakan imunohistokimia.
Ekspresi musin khususnya MUC1 pada adenoma
pleomorfik merupakan mar ker yang penting untuk
memprediksi kekambuhan tumor ini.18

5

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran universitas Andalas
Padang

LAPORAN KASUS
Seor ang wanita umur 55 tahun, datang ke
poliklinik THT RS.Dr .M.Djamil Padang tanggal 22 Juli
2009 (No.MR.65 34 70) kiriman dokter spesialis THT-KL
dengan diagnosis tumor campur par otis dan hasil BAJAH
ter lampir . Dar i anamnesis didapatkan keluhan utama
benjolan di bawah telinga kiri yang makin lama makin
besar sejak 16 tahun yang lalu. Benjolan tidak nyeri dan
tidak merah, tidak panas, tidak diser tai demam. Telinga
kiri kadang-kadang ber dengung. Tidak ada kesulitan
membuka mulut, mulut tidak terasa ker ing. Tidak
dikeluhkan wajah mencong atau kesulitan menutup mata.
Riwayat penyakit asam urat tidak ada. Riwayat hidung
ter sumbat, hidung berdar ah, dan penglihatan ganda tidak
ada. Benjolan lain di leher tidak ada. Tidak ter dapat
penur unan berat badan.
Pada pemer iksaan fisik didapatkan keadaan
umum baik, kesadaran komposmentis kooper atif. Pada
pemer iksaan telinga, hidung dan tenggor ok tidak
didapatkan kelainan. Pemeriksaan pendengar an dengan
penala dalam batas normal. Regio par otis sinistra
didapatkan benjolan ukuran 12x10x8 cm, kenyal padat,
tidak ada bagian yang fluktuatif, tidak nyeri tekan, tidak
ter dapat tanda-tanda radang, permukaan licin, terfiksir
pada jar ingan disekitar nya (gambar 4).

pemer iksaan CT Scan, pemer iksaan dar ah rutin, kimia
darah, fungsi hati, dan ginjal, Rontgen torak PA, EKG,
untuk per siapan par otidektomi dalam nar kose umum.
Pada tanggal 25 Juli 2009 didapatkan hasil
pemer iksaan laborator ium darah didapatkan hasil yang
nor mal yaitu;
haemoglobin
14,8gr %, leukosit
8.300/ mm 3, tr ombosit 210.000, hematokrit 45%, PT 10,5
APTT 33,5, Gula darah random 153mg/ dl, SGOT/ SGPT
28/ 26 u/ l, alkali fosfatase 213, ureum 36 mg/ dl, kreatinin
0,7 mg/ dl, natrium (Na+) 143nmol/ L, kalium (K+) 4,3
nmol/ L, chlor ida (Cl -) 101 nmol/ L.
Dari CT Scan par otis ter lihat massa isoden
inhomogen dengan batas tegas, tepi ir r eguler disertai
kalsifikasi, massa meluas ke daerah par afaring dan
subkutis. Tidak nampak pembesaran kelenjar limfa leher .
Kesan adalah tumor par otis (Gambar 6).

Gambar 6. CT scan par otis potongan cor onal.

Gambar 4. Pasien sebelum operasi
Tidak ditemukan pembesar an kelenjar getah
bening leher . Pada pemer iksaan wajah tanda-tanda
kelumpuhan sar af fasialis tidak ditemukan. Hasil BAJAH
tanggal 21 Juli 2009 dengan r egister no S.853.09,
kesannya adalah tumor campur kelenjar liur dan tidak
tampak sel-sel ganas (gambar 5).

Gambar. 5. Sitologi tumor campur kelenjar liur .
Saat itu ditegakkan diagnosis tumor campur
(mixed t umor )
par otis sinistra. Rencana dilakukan

Direncanakan untuk dilakukan par otidektomi.
Ber dasarkan konsul dengan bagian Penyakit Dalam saat
ini dapat dilakukan tindakan oper asi dalam nar kose
dengan risiko rendah.
Tanggal 25 Agustus 2009 dilakukan oper asi
pengangkatan tumor par otis dalam nar kose.
Laporan operasi:
1. Pasien tidur telentang di meja operasi dalam nar kose
2. Dilakukan aseptik antiseptik pada daerah operasi.
3. Dibuat insisi kulit pada daer ah preaurikuler setinggi
tr agus dar i kranial ke kaudal melingkari ujung
kaudal daun telinga sampai pada tip mastoid dan
dilanjutkan ke kaudal mengikuti ker utan kulit
angulus mandibula sepanjang 1/ 3 panjang angulus
mandibula, irisan dilanjutkan kear ah kaudal
sepanjang otot sternokleimomastoideus.
4. Kulit dipisahkan secar a tumpul dar i jaringan di
bawahnya.
5. Ter lihat massa tumor dengan ukuran yang cukup
besar
melengket pada par otis pada bagian
poster oinferior sehingga
mendor ong kelenjar
par otis kear ah anter osuper ior . Tumor ter lihat
ber kapsul.
6. Dilakukan pembebasan massa tumor dar i daerah
sekitar nya seper ti dar i otot ster nokleidomastoideus,
dan daerah angulus mandibula.
7. Massa tumor dibebaskan secara tumpul dari kelenjar
par otis. Sar af fasialis tidak dapat diidentifikasi
kar ena kelenjar par otis telah terdor ong ke

6

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran universitas Andalas
Padang

anter osuperior sehingga menyulitkan mencari
landmar k saraf fasialis.
8. Dilakukan pembebasan massa tumor dari otot-otot
digastr ik, maseter dan stilohioideus. Massa tumor
dapat diangkat secar a komplit. Didapatkan massa
tumor
ber kapsul
permukaan
ber lobus-lobus,
konsistensi kenyal padat, ukuran 10cmx8cmx7cm
(gambar 7).
9. Per darahan diatasi, dilakukan penjahitan lapis demi
lapis, dipasang salir .
10. Operasi selesai.
Terapi diber ikan antibiotik ceftazidime 2 x 1 gr IV,
gentamisin 2x80gr IV dan analgetik tramadol drip dalam
r inger laktat 16 tetes per menit.

kantong salir didapatkan dar ah 8 cc. Terapi antibiotik dan
analgetik dilanjutkan. Salir dilepas.
Pada har i keenam pasca oper asi, kondisi umum
pasien baik, tidak ada demam, luka oper asi ker ing dan
tidak ada fluktuasi. Jahitan dilepas selang seling. Terapi
ceftazidime 2x1gr IV dan asam mefenamat jika per lukan.
Pada har i kedelapan
tanggal 2 September
2009, jahitan sudah dibuka selur uhnya, kondisi umum
pasien baik, tidak ada demam, tidak ada kelumpuhan
saraf fasialis, tidak ada kemerahan ataupun ker ingat pada
daerah par otis kir i saat mengunyah. Luka oper asi baik.
Tidak ada keluhan dalam membuka mulut. Tidak ada
muncul pembengkakan di daer ah parotis kiri. Hasil
pemer iksaan histopatologi tumor adenoma pleomorfik
par otis tidak ditemukan tanda-tanda ganas. Pasien boleh
pulang, dan dianjur kan untuk kontr ol 1 minggu lagi.
Pada tanggal 9 september dan 28 September ,
pasien kontr ol di poliklinik THT-KL. Didapatkan kondisi
umum pasien baik, luka operasi baik tidak ter dapat
fistula (gambar 9).Tidak ditemukan adanya ker ingat
ataupun kemerahan pada daer ah par otis kir i saat
mengunyah. Tidak ada keluhan membuka mulut. Tidak
ditemukan
adanya fistula. Tidak
ada muncul
pembengkakan di daerah par otis kiri. Pasien dianjur kan
untuk kontr ol 1 bulan lagi.

Gambar 7. Adenoma pleomorfik par otis
Pada follow up hari pertama tanggal 26 Agustus
2009, kondisi umum pasien baik, kesadaran baik dan
kooperatif, tidak ditemukan adanya per darahan dari luka
operasi, tidak ada tanda kelumpuhan saraf fasialis, tidak
ada demam. Perdarahan melalui salir sebanyak 18 cc.
Hasil pemeriksaan labor atorium darah r utin
pasca
operasi
adalah
haemoglobin
11,8g%, leukosite
12.800/ mm 3, tr ombosit 254.000/ mm 3. Ter api antibiotik
dilanjutkan, analgetik diganti dengan asam mefenamat
3x500mg per or al.
Pada har i ke tiga pasca oper asi didapatkan
kondisi umum pasien baik, tidak demam, tidak ada tandatanda kelumpuhan saraf fasialis ( gambar 8).

Gambar 9. Satu bulan pasca oparasi

Diskusi

Gambar 8. Penilaian fungsi motorik saraf fasialis
ber dasar kan Freyss, setelah operasi.
Pada pemer iksaan lokalis daerah par otis kiri
luka oper asi kering, ditemukan edema, tidak ter dapat
fluktuasi, tidak ditemukan tanda tanda infeksi. Pada

Telah dilapor kan satu kasus adenoma
pleomorfik parotis kiri pada seor ang wanita ber usia 55
tahun. Kasus ini sesuai dengan berbagai laporan bahwa
tumor ini ser ing ter jadi pada wanita usia 40-60
tahun.1,3,4,8
Benjolan di depan bawah telinga kir i telah
dirasakan sejak 16 tahun, pada per abaan massa tumor
kenyal padat, melekat pada jaringan sekitar dan tidak
ter dapat bagian yang fluktuatif, ukuran 10cmx8cmx7cm,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe leher . Ini sesuai
dengan suatu adenoma pleomor fik yang jinak dengan
pertumbuhan yang sangat lambat namun dapat tumbuh
sangat besar lebih dari beber apa sentimeter , dan bahkan
Takahama A.Jr . dkk 19 melapor kan adanya suatu tumor
adenoma pleomorfik dengan per tumbuhan lebih 30
tahun dengan ukur an tumor mencapai 28cm x 20cm x 16
cm dan berat 4 Kg.

7

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran universitas Andalas
Padang

Dari hasil BAJAH didapatkan kesannya adalah
tumor campur kelenjar liur . Tidak tampak sel-sel ganas,
ini sesuai dengan hasil histopatologi yang dilakukan
ter hadap massa tumor setelah dilakukan pengangkatan,
yaitu adenoma pleomorfik. Ini ber ar ti bahwa BAJAH
dengan
hasil
pemeriksaan
histopatologi
tumor
memberikan hasil yang sama. Biopsi aspirasi jar um halus
mer upakan cara yang aman dan cepat untuk
mendiagnosis tumor par otis, sekalipun keakuratan
hasilnya tergantung pada keter ampilan ahli sitopatologi
yang memeriksa. Har ney M, dkk 20, melaporkan bahwa
BAJAH mempunyai ketepatan sampai 70% dalam
memprediksi diagnosis massa pada par otis, dengan
sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 66% dan
100%. Helmus C. MD13 mendapatkan angka ketepatan
sampai 94% dengan biopsi aspirasi jarum halus pada
tumor parotis, dan menjadikannya sebagai pr osedur
r utin sejak tahun 1988.
Dari CT scan par otis ter lihat massa isoden
inhomogen dengan batas tegas, tepi ir r eguler disertai
kalsifikasi, massa meluas ke daerah par afaring dan
subkutis. Tidak nampak pembesaran kelenjar limfa leher .
CT scan dapat membantu dalam menentukan lokasi
tumor , batas tumor dan infiltrasi ke jar ingan sekitar ,
bukan untuk membedakan apakah massa par otis
ter sebut jinak atau ganas.4,14
Penatalaksanaan yang dianjurkan pada tumor
adenoma pleomorfik par otis adalah par otidektomi
dengan perawatan saraf fasialis. Enukleasi mer upakan
teknik operasi yang tidak dianjurkan kar ena angka
kekambuhan yang tinggi.16,17
Pasien
direncanakan
untuk
dilakukan
par otidektomi namun pada temuan saat oper asi
diputuskan untuk melakukan enukleasi. Teknik ini
dimungkinkan kar ena saat oper asi didapatkan tumor
dengan kapsul yang utuh tumor ter letak di pinggir
poster oinferior kelenjar par otis, dimana akibat ukuran
yang besar dari tumor ini telah mendor ong kelenjar
par otis ke ar ah anter osuperior, sehingga menyulitkan
untuk melakukan identifikasi sar af fasialis. Saat
melakukan identifikasi saraf fasialis tumor ter lebih
dahulu dilepas dari kelenjar par otis. Tumor dapat dilepas
secara utuh dengan kapsul yang lengkap. Ber dasar kan hal
ini diputuskan untuk tetap mempertahanakan kelenjar
dan sar af fasialis. Pengangkatan par otis dikhawatir kan
mer usak
saraf
fasialis
karena
sulit
untuk
mengidentifikasinya. Pengangkatan kelenjar par otis
dengan kesulitan untuk mengidentifikasi saraf fasialis
memungkinkan
ter jadinya
komplikasi
ber upa
kelumpuhan saraf fasialis maupun sindr oma Frey.
Komplikasi yang ditakutkan pasca enukleasi
adalah kekambuhan, seper ti dikutip Nagar kar NM dkk,
bahwa Beahr s dkk, 7 melapor kan tahun 1960 dari
penelitian selama 10 tahun mendapatkan 10%
kekambuhan setelah pengangkatan tumor jinak par otis
dengan enukleasi. Dengan pengangkatan tumor yang
hati-hati tanpa mengakibatkan ker usakan kapsul tumor
dapat menurunkan angka kekambuhan sampai kur ang
dari 2%.16,17
Pilihan lain yang dapat dilakukan dalam
pengangkatan adenoma pleomorfik dengan tetap
memper tahankan kelenjar par otis semaksimal mungkin
tanpa kekambuhan yang tinggi adalah dengan
par otidektomi subtotal dimana tumor diangkat dengan
melakukan eksisi lebih kur ang 2 cm dar i batas kapsul
tumor .5,6,13,17, Menur ut Witt L Rober t 6 tidak ada

kekambuhan adenoma pleomor fik yang dilakukan
par otidektomi superfisial par sial dengan eksisi 2 cm dan
1 cm dari batas tumor, kemudian diikuti selama rata-rata
10 tahun.
Kekambuhan setelah pengobatan pada kasus
adenoma pleomor fik har us tetap dievaluasi. Follow up
jangka panjang (10-20 tahun) pasca operasi har us
dilakukan mengingat penatalaksanaan kekambuhan lebih
sulit. Angka kekambuhannya relatif r endah setelah
pengangkatan tumor yang komplit, dan bahkan bila
tumor dapat diangkat seluruhnya dengan kapsul utuh
secara teori adenoma pleomor fik dapat sembuh total.1
Per kiraan kekambuhan dengan menggunakan
imunohistokimia mulai dikembangkan, Hamada T dkk,20
melapor kan bahwa ekspresi MUC1 pada adenoma
pleomorfik mer upakan mar ker
yang penting untuk
memprediksi kekambuhan. Adenoma pleomor fik yang
menunjukkan ekspresi MUC1 positif harus di follow up
lebih teliti untuk ter jadinya kekambuhan.
Fistula kelenjar liur mer upakan komplikasi
yang sering muncul setelah dilakukan par otidektomi,
dimana air liur akan ter kumpul di daer ah bekas operasi,
sehingga cair an yang ter kumpul ini akan keluar melalui
celah sehingga ter bentuk fistula. Pada kasus ini tidak
ditemukan adanya fistula.
Pada follow up satu bulan pasca operasi, pasien
ini tidak ter dapat tanda-tanda sindr oma Frey, maupun
kelumpuhan saraf fasialis kar ena dalam pengangkatan
tumor tidak mengikutkan kelenjar par otis maupun sar af
fasialis. Pada kasus tumor jinak par otis yang tidak
mengenai sar af fasialis sedapat mungkin saraf ini
diper tahankan, seper ti dikatakan Eisele DW, Johns ME1
bahwa pemeliharaan saraf fasial har us dilakukan kecuali
tumor melibatkan saraf fasial.

Daftar Pustaka
1. Eisele DW, Johns ME. Salivar y Glan Neoplasms.
In : Bailey BJ, Calhoun KH, editor s. Head and
Neck Surger y-Otolar yngology. 3 rd ed vol 2.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2001. p. 1279-97
2. Lee J, MD. Benign Par otis Masses. Available
fr om:
http:/ / www.BCM.Com
Accessed
September 19, 2009.
3. Wagner AL, Haag J. Par otid, Pleomorphic
Adenoma.
Available
fr om:
http:/ / www.emedicine.com.
Accessed
September 25, 2009.
4. Carr oll WR, Mor gan CE, DMD, MD. Diseases of
the Salivar y Glands. In: Balanger editor .
Otorhinolaryngology head and neck sur gery.
BL.Dekler , London; 2002. p.1441-54.
5. Rea JL, MD. Par tial Par otidectomies: mor bidity
and benign Tumor Recurr ence Rates in a Ser ies
of 94 Cases. The Lar yngoscope 2000; 110: 9247.
6. Witt RL. Minimally Invasive Surger y for Par otid
Pleomor phic Adenoma. ENT Jour nal [serial on
the inter net]. 2005 [cited 2005 May 1]; [about
3p.].
Available
fr om:
http:/ / www.thefreelibrar y.com
7. Nagar kar NM, Bansal S, Dass A, Singhal SK,
Mohan
H. Salivar y
Gland
Tumor s-Our
Exper ience. Indian J of Otolar y and HNS 1967;
56:31-4

8

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran universitas Andalas
Padang

8.

9.

10.

11.

12.

13.

Holsinger FC, Bui DT. Anatomy, Function, and
Evaluation of Salivar y Glands. In: Myer s EN,
Ferr is RL editor s. Salivar y Gland Disor der s.
Springer : Ber lin; 2007. p. 1-14.
Kontis TC, Johns ME. Anatomy and Physiology of
the Salivar y Glands. In: Bailey BL, Calhoun KH.
Editor s. Head and Neck Surger y-Otolar yngology.
3 rd Ed. Philadelphia: Lippicott Williams &
Wilkins; 2001. p. 453-63.
Shemen LJ. Salivar y Glands: Benign and
Malignant diseases. In: Lee KJ. editor . Essential
Otolar yngology Head and Neck Surger y. 8 th Ed.
International Edition 2003. p. 535-66.
Silver CE, Levin RJ, Gr eenstein B, Str auch B. The
Par otid and Submandibular Glands. In: Silver
CE, Rubin JS, editor s. Atlas of Head and Neck
Surger y, 2 rd Ed. Philadelphia: Chur chill
Livingstone; 1999. p. 315-42
De Zinis LOR, Piccioni M, Antonelli AR, Nicolai P.
Management and Pr ognostic Factor s of
Recur rent Pleomor phic Adenoma of Par otid
Gland: Per sonal Experience and Review of the
Literatur e. Eur Ar ch Otor hinolar yngology 2008;
265: 447-452.
Helmus Ch,MD. Subtotal Par totidectomy: A 10Year Review (1985 to 1994). The Lar yngoscope
1997: 107: 1024-8.

14. Moonis G. Et al. Imaging Characteristic of
Recur rent Pleomor phic Adenoma of the Par otid
Gland. Am J Neur oradiol 2007; 105: 1532-36.
15. Kolegium Ilmu THT- bedah Kepala dan Leher
Indonesia. Modul Kelenjar Ludah Par otis. Edisi I.
Jakar ta. 2008.
16. Per zik SL,MD. Par otid Tumor Operations. The
case Againts Enucleation. Califor nia Medicine.
85. 1956: 26-29.
17. Hancock BD, MD. FRCS. Pleomorphic Adenomas
of the Par otid removal without Ruptur e. Annals
1987; 69: 293-5.
18. Hamada T et al. Mucin Expression in
pleomor phic adenoma of salivary gland: a
potential r ole for MUC1 as marker to pr edict
r ecurrence. J of Clin Pathology 2004;57: 813-21.
19. Takahana A et al. Giant Pleomorphic Adenoma
of Par otid Gland. Med Oral Patol Oral Cir Bucal
2008;13:E58-E60.
20. Harney M, Walsh P, Conlon B, Hone S,Timon C.
Par otid Gland surger y : a retr ospective review
of 108 cases. The J of Lar yngol & Otology 2002;
116: 285-7

9