Pengaruh Terapi Relaksasi Progresif Terhadap Perubahan Tingkat Depresi Pada Lansia di Banjar Mandala Sari, Desa Dangri Kelod, Dentim.

PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP
PERUBAHAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI
BANJAR MANDALA SARI, DESA DANGRI KELOD DENTIM

Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH:
NI KOMANG ANA MERLIANTIKA
NIM. 1102105011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Ni Komang Ana Merliantika

NIM

: 1102105011

Fakultas

: Kedokteran Universitas Udayana

Program Studi : Ilmu Keperawatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir/Skripsi yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir/Skripsi ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Denpasar,


Juni 2015

Yang membuat pernyataan,

(Ni Komang Ana Merliantika)
NIM. 1102105011

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP
PERUBAHAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI
BANJAR MANDALA SARI, DESA DANGRI KELOD DENTIM

Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan


OLEH:
NI KOMANG ANA MERLIANTIKA
NIM. 1102105011

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN UNTUK DIUJI

Pembimbing Utama

Ns. I Dewa Gede Anom, S.Kep, MM
NIP. 19671125 198903 1 007

Pembimbing Pendamping

Ns. Kadek Eka Swedarma, S.Kep., M.Kep
NIP. 1981 0510 2010 12 1003
iii

HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI


PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP
PERUBAHAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI
BANJAR MANDALA SARI, DESA DANGRI KELOD DENTIM
OLEH:
NI KOMANG ANA MERLIANTIKA
NIM. 1102105011

TELAH DIUJIKAN DI HADAPAN TIM PENGUJI
PADA HARI : SENIN
TANGGAL : 15 JUNI 2015
TIM PENGUJI:
: ……………..

1.

Ns. I Dewa Gede Anom, S.Kep., MM

(Ketua)


2.

Ns. Kadek Eka Swedarma, S.Kep.,M.Kes

(Sekretaris) : ……………..

3.

Ns. Ni Made Dian, M.Kep., Sp.KepJ

(Pembahas) : ……………..

MENGETAHUI
DEKAN
FK UNIVERSITAS UDAYANA

KETUA
PSIK FK UNIVERSITAS UDAYANA

Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes

NIP. 19530131 198003 1 004

Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF
NIP. 19501231 198003 1 015
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Pengaruh Terapi Relaksasi Progresif Terhadap Perubahan Tingkat
Depresi Pada Lansia di Banjar Mandala Sari, Desa Dangri Kelod, Dentim.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan proposal ini. Ucapan terima kasih penulis berikan
kepada:
1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp. OT (K). M.Kes sebagai Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan saya kesempatan
dalam menuntut ilmu di PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar.
2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF sebagai Ketua PSIK Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana yang memberikan saya pengarahan dalam proses
menuntut ilmu pendidikan di PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar.
3. Ns. I Dewa Gede Anom, S.Kep., MM sebagai pembimbing utama yang
membimbing dan memberikan bantuan selama proses penyelesaian skripsi
sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu.
4. Ns. Kadek Eka Swedarma, S.Kep., M.Kes sebagai pembimbing pendamping
yang membimbing dan memberikan bantuan selama proses penyelesaian
skripsi sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu.
v

5. Kepala Puskesmas Dentim 1 yang telah memberikan saya izin untuk
melakukan penelitian di Desa Dangri Kelod yang merupakan Desa kelolaan
dari Puskesmas Dentim 1.
6. Kepala Desa Dangri Kelod dan dan Kepala Dusun Mandala Sari yang telah
memberikan saya izin untuk melakukan penelitian di tempatnya.
7. Orang tua saya yang selalu berdoa dan mensupport saya untuk tetap semangat
sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu.
8. Teman-teman saya yang selalu mensupport dan membantu memberikan
solusi selama proses penyelesaian skripsi sehingga skripsi ini dapat selesai

tepat waktu.
9. Seluruh pihak yang telah membantu saya dalam proses penyelesaian skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna sehingga penulis bersedia untuk menerima masukan berupa kritikan dan
saran yang bersifat membangun untuk menjadi lebih baik ke depannya.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk
perkembangan dunia keperawatan khususnya dalam keperawatan gerontik dan
menjadikan pengetahuan yang secara luas.

Denpasar,

Juni 2015

Penulis
vi

ABSTRAK

Merliantika, Ni Komang Ana. 2015. Pengaruh Terapi Relaksasi Progresif

Terhadap Perubahan Tingkat Depresi Pada Lansia di Banjar Mandala
Sari, Desa Dangri Kelod, Dentim. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. Pembimbing (1)
Ns. I Dewa Gede Anom, S.Kep., MM (2) Ns. Kadek Eka Swedarma,
S.Kep., M.Kes
Depresi dipengaruhi oleh banyak faktor dan dapat terjadi pada semua
orang termasuk pada lansia. Penatalaksanaan depresi dapat dilakukan dengan
farmakologi dan nonfarmakologi. Pada nonfarmakologi dapat dilakukan dengan
teknik relaksasi progresif. Teknik relaksasi progresif dapat dilakukan dengan
melakukan peregangan otot yang mengalami ketegangan pada lansia sehingga
ketegangan otot yang terjadi sebelumnya akan hilang dan akan memberikan
kondisi yang relaks pada otot yang mengalami ketegangan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh terapi relaksasi progresif terhadap
perubahan tingkat depresi pada lansia di Banjar Mandala Sari, Desa Dangri Kelod,
Dentim. Desain penelitian ini menggunakan rancangan Quasy Experimental
dengan pre-test and post-test with control group. Jumlah sampel yang digunakan
berjumlah 30 lansia yang dibagi menjadi 15 kelompok perlakuan dan 15
kelompok kontrol. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Pengukuran tingkat depresi menggunakan Geriatric
Depression Scale (GDS). Penelitian akan dilaksanakan selama 1 bulan. Uji

statistik yang digunakan untuk menganalisis perbedaan perubahan tingkat depresi
lansia pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol adalah Mann Whitney U
Test. Diperoleh hasil dari nilai p value=0.148. Nilai signifikansi p value > α
(0.05). Hasil nilai signifikansi dari hasil penelitian ini adalah p value (0.148) > α
(0.05). Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Dapat
dikatakan tidak terdapat perbedaan perubahan tingkat depresi pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.

Kata Kunci: Lansia, Relaksasi Progresif, Tingkat Depresi

vii

ABSTRACT

Merliantika, Ni Komang Ana. 2015. Effects of Progressive Relaxation Therapy
Rate Changes Against Depression in Elderly at Banjar Mandala Sari,
Desa Dangri Kelod, Dentim. Final Assignment, Nursing Science, Medical
Faculty, Udayana University. Advisor (1) Ns. I Dewa Gede Anom, S.Kep.,
MM (2) Ns. Kadek Eka Swedarma, S.Kep., M.Kes
Depression is influenced by many factors and can occur in all people,

including the elderly. Management of depression can be done with
pharmacological and nonpharmacological. At nonfarmakologi can be done with
the progressive relaxation technique. Progressive relaxation techniques can be
done by stretching the muscles under stress in the elderly so that muscle tension
that happened before will be lost and will provide a relaxed condition of the
muscles under stress. This study aims to investigate the influence of progressive
relaxation therapy to changes in the level of depression in the elderly at Banjar
Mandala Sari, Desa Dangri Kelod, Dentim. This study design using Quasy
Experimental design with pre-test and post-test with control group. The samples
used were 30 elderly people who were divided into 15 treatment group and 15
control group. The samples in this study using purposive sampling technique.
Measurement of levels of depression using the Geriatric Depression Scale (GDS).
Research will be conducted for one month. Statistical tests were used to analyze
differences in changes in the level of depression of elderly in the treatment group
and the control group was Mann Whitney U Test. The results obtained from p
value=0.148. The significant value of p value > α (0.05). Results of the
significance of these results is the p value (0.148) > α (0.05). It can be concluded
that Ho accepted and Ha rejected. It can be said there is no difference changes in
the level of depression in the treatment group and the control group.
Keywords: Elderly, Progressive Relaxation, Depression Levels

viii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………
i
KEASLIAN PENELITIAN ……………………………………………….
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………………
iii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….
iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………….
v
ABSTRAK …………………………………………………………………
vii
ABSTRACT ………………………………………………………………..
viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………....
ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………...
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………
xiv
DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………….
xvi
BAB I
1.1
1.2
1.3
1.3.1
1.3.2
1.4
1.4.1
1.4.2

PENDAHULUAN
Latar Belakang …………………………………………………
Rumusan Masalah ……………………………………………...
Tujuan Penelitian ……………………………………………....
Tujuan Umum ………………………………………………….
Tujuan Khusus ………………………………………………....
Manfaat Penelitian ……………………………………………..
Manfaat Praktis …………………………………………………
Manfaat Teoritis ………………………………………………..

1
8
8
8
8
9
9
9

BAB II
2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
2.2.7
2.3
2.3.1
2.3.2
2.3.3
2.3.4
2.3.5

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Dasar Lansia ………………………………...................
Definisi Lansia …………………………………………………
Rentang Usia Pada Lansia ……………………………………..
Perubahan yang terjadi karena proses penuaan pada Lansia …..
Konsep Dasar Depresi ………………………………………...
Definisi Depresi ……………………………………………….
Faktor Penyebab Depresi ……………………………………...
Tanda dan Gejala Depresi ……………………………………..
Tingkatan Depresi ……………………………………………..
Dampak dari Depresi Pada Lansia …………………………….
Cara Mengukur Tingkat Depresi ………………………………
Penatalaksanaan Depresi ………………………………………
Konsep Dasar Terapi Relaksasi Progresif ……………………..
Definisi Relaksasi Progresif …………………………………...
Manfaat Relaksasi Progresif …………………………………..
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Relaksasi Progresif ….
Langkah-langkah Relaksasi Progresif ………………………….
Pengaruh relaksasi progresif terhadap depresi…………………..

13
13
13
14
18
18
19
22
23
24
25
27
32
32
33
33
33
36

ix

BAB III
3.1
3.2
3.2.1
3.2.2
3.3

KERANGKA KONSEP
Kerangka Konsep ……………………………………………..
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Varibel ………..
Variabel Penelitian ……………………………………………
Definisi Operasional Variabel ………………………………...
Hipotesis ………………………………………………………

38
39
39
40
41

BAB IV
4.1
4.2
4.3
4.3.1
4.3.2
4.4
4.4.1
4.4.2
4.4.3
4.5
4.5.1
4.5.2
4.5.3
4.5.4
4.6
4.6.1
4.6.2

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ………………………………………………...
Kerangka Kerja ………………………………………………..
Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………
Tempat Penelitian ……………………………………………..
Waktu Penelitian ……………………………………………...
Populasi, Teknik Sampling dan Sampel ………………………
Populasi Penelitian …………………………………………....
Teknik Sampling ……………………………………………...
Sampel Penelitian …………………………………………......
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ……………………………
Jenis Data yang Dikumpulkan ………………………………..
Cara Pengumpulan Data ………………………………………
Instrumen Pengumpulan Data …………………………………
Etika Penelitian ………………………………………………..
Pengolahan dan Analisa Data …………………………………
Teknik Pengolahan Data ……………………………………....
Teknik Analisa Data …………………………………………..

42
43
44
44
44
44
44
45
45
46
47
47
49
51
52
52
53

BAB V
5.1
5.1.1
5.1.2
5.1.3
5.1.4
5.2
5.2.1

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
Hasil Penelitian ……………………………………………….
Kondisi Lokasi Penelitian …………………………………….
Distribusi Karakteristik Responden …………………………..
Hasil Pengamatan Obyek Penelitian ………………………….
Hasil Analisa Data ………………………………………….....
Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………….
Analisis Perbedaan Tingkat Depresi Lansia Pre-Test dan Post-Test
Pada Kelompok Perlakuan ……………………………………
Analisis Perbedaan Tingkat Depresi Lansia Pre-Test dan Post-Test
Pada Kelompok Kontrol ………………………………………
Analisis Perbedaan Tingkat Depresi Lansia Pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol Post-Test ………………...
Analisis Perbedaan Perubahan Tingkat Depresi Lansia Pada
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol ………………..
Keterbatasan Penelitian ………………………………………

5.2.2
5.2.3
5.2.4
5.3

BAB VI PENUTUP
6.1
Kesimpulan ……………………………………………………
x

55
55
56
61
63
67
67
70
71
72
81

83

6.2

Saran …………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi

85

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian …………………………

40

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur .................

56

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …

57

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ……

57

Tabel 4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan … 58
Tabel 5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ............

59

Tabel 6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Pencetus
Depresi ……………………………………………………………..

60

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Pre-Test dan Post Test Pada
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol ……………………..

61

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Post-Test Pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol …………………………………

61

Tabel 9. Perubahan Tingkat Depresi Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Kontrol ……………………………………………………………

62

Tabel 10. Analisa Perbedaan Tingkat Depresi Pre-Test dan Post-Test Pada
Kelompok Perlakuan …………………………………………….

63

Tabel 11. Analisa Perbedaan Tingkat Depresi Pre-Test dan Post-Test Pada
Kelompok Kontrol ………………………………………………

64

Tabel 12. Analisis Perbedaan Tingkat Depresi Pada Kelompok Perlakuan
dan Kelompok Kontrol Post-Test ………………………………..

65

Tabel 13. Analisa Perbedaan Perubahan Tingkat Depresi Pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol ……………………………….

xii

66

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian …………………………………

38

Gambar 2. Rancangan Penelitian Quasy Ekperimental ………………….

42

Gambar 3. Kerangka Kerja Penelitian ……………………………………

43

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Lampiran 2 : Penjelasan Penelitian
Lampiran 3: Surat Pengantar Kuesioner
Lampiran 4: Surat Permohonan Menjadi Responden Penelitian
Lampiran 5 : Surat Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
Lampiran 6 : Langkah-langkah Teknik Relaksasi Progresif
Lampiran 7 : Kuesioner GDS
Lampiran 8 : Realisasi Anggaran Dana Penelitian
Lampiran 9 : Master Tabel
Lampiran 10 : Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Lampiran 11 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Lampiran 12 : Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pendidikan
Lampiran 13: Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Lampiran 14 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Lampiran 15 : Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Pencetus Depresi
Lampiran 16 : Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Pre-Test Pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Lampiran 17: Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Post-Test Pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Lampiran 18 : Distribusi Frekuensi Perubahan Tingkat Depresi Pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol
xiv

Lampiran 19 : Hasil Uji Analisis Perbedaan Tingkat Depresi Pre-Test dan PostTest Pada Kelompok Perlakuan dengan Uji Wilcoxon Signed
Ranks Test
Lampiran 20 : Hasil Uji Analisis Perbedaan Tingkat Depresi Pre-Test dan PostTest Pada Kelompok Kontrol dengan Uji Wilcoxon Signed Ranks
Test
Lampiran 21 : Hasil Uji Analisis Perbedaan Tingkat Depresi Pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol Post-Test
Lampiran 22 :Hasil Uji Analisis Perubahan Tingkat Depresi Pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Lampiran 23 : Surat Izin Penelitian dari Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi
Bali
Lampiran 24: Surat Izin Penelitian dari Kesbangpol dan Linmas Kota Denpasar
Lampiran 25 : Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar
Lampiran 26 : Surat Izin Penelitian dari Kepala Desa Dangri Kelod
Lampiran 27 : Surat Pernyataan Selesai Melakukan Penelitian
Lampiran 28 : Lembar Konsultasi Bimbingan
Lampiran 29 : Dokumentasi Penelitian

xv

DAFTAR SINGKATAN

BUN

: Blood Urea Nitrogen

DEPKES

: Departemen Kesehatan

DANGRI

: Dangin Puri

DENTIM

: Denpasar Timur

ECT

: Electro Convulsive Therapy

GDS

: Geriatric Depression Scale

MAOI

: Monoamine Oxidase Inhibitor

NaSA

: Noradrenalin and Serotonin Antidepressants

NIMH

: National Institute of Mental Health

PPDGJ-III

: Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III

SAD

: Seasonal Affective Disorder

SOP

: Standard Operational Prosedur

SSRI

: Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor

UHH

: Umur Harapan Hidup

WHO

: World Health Organization

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Semua orang nantinya akan mengalami pertambahan usia pada setiap
tahunnya. Berawal dari masa bayi sampai menjadi lansia. Hal itu akan terjadi
seiring adanya pertambahan usia yang semakin lama, semakin meningkat dan hal
itu tidak dapat untuk dihindari oleh semua orang. Dalam memasuki pertambahan
usia, seseorang akan mengalami proses penuaan. Proses penuaan merupakan suatu
proses yang sudah ada dari awal kehidupan dan tidak hanya berawal pada waktu
tertentu dan seseorang akan menjadi tua. Proses menjadi tua terjadi secara
alamiah. Jika sudah memasuki masa menjadi tua, seseorang akan mengalami
beberapa penurunan, khususnya penurunan pada fisiknya, seperti: kulit yang
mengalami kekenduran, gangguan pada pendengaran dan penglihatan, rambut
yang menjadi memutih dan gerakan tubuh yang menjadi lambat (Nugroho,
2014:11).
Lansia merupakan suatu perkembangan yang fisiologis yang dapat dilihat
dari perubahan jasmani seseorang yang sudah mencapai usia lanjut. Biasanya pada
perubahan jasmani akan terlihat terjadinya penurunan, seperti adanya penurunan
di sebagian fungsi organ tubuh dan pada segi sosialnya (Anies, 2005:76).
Berdasarkan jumlah populasi lansia di Indonesia yang didapatkan dari
Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 sampai 2014 dan gabungan dari jumlah
1

2

lansia laki-laki dan jumlah lansia perempuan. Pada tahun 2010 usia 60 tahun ke
atas berjumlah 18.036,7 penduduk lansia. Pada tahun 2011, jumlah lansia ini
meningkat menjadi 18.619,8 penduduk lansia. Pada tahun 2012 dari jumlah
sebelumnya di tahun 2011 tersebut meningkat menjadi 19.267,8 penduduk lansia.
Pada tahun 2013 jumlah lansia meningkat kembali menjadi 19.989,1 penduduk
lansia sehingga pada tahun 2014, jumlah penduduk lansia mengalami peningkatan
kembali menjadi 20.793 penduduk lansia. Total jumlah penduduk lansia dari
tahun 2010 sampai 2014 sebanyak 75.934,193 penduduk lansia yang terdapat di
Indonesia. Jumlah penduduk lansia ini akan terus meningkat pada tahun
selanjutnya (Badan Pusat Statistik, 2013).
Jumlah populasi lansia di Bali yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik
pada tahun 2010 sampai 2014 dan gabungan dari jumlah lansia laki-laki dan
jumlah lansia perempuan. Pada tahun 2010 usia 60 tahun ke atas berjumlah 377,8
penduduk lansia. Pada tahun 2011, jumlah lansia ini meningkat menjadi 385,7
penduduk lansia. Pada tahun 2012 dari jumlah sebelumnya di tahun 2011 tersebut
meningkat menjadi 394,6 penduduk lansia. Pada tahun 2013 jumlah lansia
meningkat kembali menjadi 404,5 penduduk lansia sehingga pada tahun 2014,
jumlah penduduk lansia mengalami peningkatan kembali menjadi 415,4 penduduk
lansia. Total jumlah penduduk lansia dari tahun 2010 sampai 2014 di Bali
sebanyak 1.978 penduduk lansia. Jumlah penduduk lansia ini akan terus
meningkat pada tahun selanjutnya (Badan Pusat Statistik, 2013).
Perkembangan populasi lansia di Indonesia akan semakin banyak
mengalami peningkatan dari tahun 2010 sekitar 7,4%, pada tahun 2015 akan

3

meningkat sekitar 10,0% dan

pada tahun 2020 nanti diperkirakan akan

mengalami peningkatan sekitar 11,4% (Nugroho, 2014:4). Perkembangan ini akan
dipengaruhi dengan adanya perkembangan usia dan karena adanya kemajuan di
berbagai bidang khususnya pada bidang perekonomian, pelayanan kesehatan,
penurunan terhadap angka kematian pada bayi dan anak, adanya perbaikan
terhadap gizi buruk dan kesadaran perilaku dalam hidup bersih, teknologi yang
sudah canggih, dan ada peningkatan dalam pengawasan terhadap penyakit infeksi.
Hal itu yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu peningkatan Umur Harapan
Hidup (UHH) (Nugroho, 2014:3).
Adanya peningkatan umur harapan hidup ini, tentunya akan berdampak
tidak baik untuk lansia. Lansia akan mengalami penurunan pada fungsi organnya,
lansia akan lebih rentan mengalami penyakit yang bersifat akut dan kronis,
memiliki penyakit degeneratif, metabolik, mengalami gangguan psikososial dan
peningkatan terhadap penyakit infeksi (Nugroho, 2004 dalam Oktizulvia, 2011).
Selain ada penyakit degeneratif yang dimiliki, adapun masalah psikologis yang
dapat menimbulkan faktor yang mempengaruhi pada kehidupan lansia itu sendiri,
contohnya: merasa kesepian, merasa asing terhadap lingkungan, tidak berdaya,
mengalami ketergantungan, kepercayaan diri yang kurang, lansia yang miskin
cenderung akan mengalami hidup yang terlantar dan berkurangnya dukungan dari
anggota keluarga yang dimiliki. Lansia merupakan tahap akhir dari siklus
kehidupan yang sering ditandai dengan kondisi yang tidak sesuai dengan harapan
yang diinginkan (Oktizulvia, 2011). Kondisi seperti inilah yang dapat

4

menyebabkan timbulnya gangguan mental pada lansia. Salah satu gangguan
mental yang sering muncul pada lansia adalah depresi.
Dari hasil studi pendahuluan yang sudah dilakukan di Puskesmas Dentim
1 untuk mengetahui jumlah lansia terbanyak yang ada di Dentim. Data jumlah
lansia yang didapatkan dari buku laporan kunjungan lansia ke Poli Lansia untuk
melakukan cek kesehatan yang ada di Puskesmas Dentim 1, didapatkan jumlah
data lansia yang datang ke Poli lansia terbanyak dari 6 Desa yang dikelola oleh
Dentim 1 berada di Desa Dangri Kelod, Dentim yang terdiri dari jumlah pra lansia
yang berusia 45-59 tahun dan gabungan dari jumlah lansia laki-laki dan jumlah
lansia perempuan sebanyak 230 pra lansia dan lansia yang berusia 60 tahun ke
atas sebanyak 130 lansia yang ada di Desa Dangri Kelod, Dentim. Total
keseluruhan penduduk yang berusia 45 tahun sampai 60 tahun ke atas berjumlah
360 penduduk. Studi pendahuluan juga dilakukan di Desa Dangri Kelod, Dentim.
Dari beberapa Banjar yang ada di Desa Dangri Kelod Dentim ini, Banjar yang
dipilih sebagai tempat penelitian, yaitu di Banjar Mandala Sari karena di Banjar
tersebut Posyandu Lansia masih aktif dikarenakan baru berdiri pada bulan
Februari 2014 dan lansia yang ada di Banjar tersebut masih aktif dalam
melaksanakan kegiatan yang diadakan oleh Posyandu Lansia di Banjar Mandala
Sari. Data jumlah lansia yang didapatkan dari Kader Posyandu lansia di Banjar
Mandala Sari tersebut tercatat berjumlah 130 penduduk lansia, yang terdiri dari
pra lansia yang berusia 45-59 tahun dan lansia yang berusia dari 60 tahun sampai
60 tahun ke atas. Jumlah lansia yang berusia dari 60 tahun sampai 60 tahun ke
atas sebanyak 55 lansia.

5

Depresi adalah

suatu perasaan sedih dan kecemasan yang berlebihan

dialami oleh seseorang dan merupakan gangguan mental yang sangat serius.
Depresi ini biasanya dapat menghilang begitu saja tetapi dapat juga terjadi secara
berkepanjangan dalam waktu yang tidak mudah diprediksi secara tepat dan dapat
juga mempengaruhi aktivitas sehari-hari dalam kehidupan seseorang (National
Institute of Mental Health, 2010 dalam Tasmil, 2013). Depresi merupakan suatu
gangguan mental yang berkaitan dengan adanya gejala penurunan mood,
kehilangan minat terhadap sesuatu yang diinginkan, memiliki perasaan bersalah,
mengalami gangguan pada pola tidur, adanya penurunan terhadap nafsu makan,
tubuh kehilangan energi, dan mengalami penurunan dalam daya konsentrasi
(World Health Organization, 2010 dalam Tasmil, 2013).
Terjadinya masalah depresi pada lansia setelah memasuki usia lanjut,
dihubungkan dengan adanya suatu perubahan yang disebabkan karena berbagai
faktor, diantaranya karena sudah pensiun dari pekerjaannya, hilangnya lingkungan
sosial, adanya perubahan dalam kegiatan, status dalam perkawinan, kondisi sosial
dan ekonomi yang rendah, adanya penurunan pada fungsi kognitif dan fungsi
tubuh. Penurunan fungsi tubuh ini, dapat menurunkan/memperburuk kondisi
tubuh yang memicu timbulnya berbagai penyakit-penyakit kronis pada lansia
(Djaali & Sappaile, 2013). Keadaan depresi pada lansia sulit untuk diketahui
sehingga

sering

memperlihatkan

diabaikan
keluhan

yang

mengenai

dikarenakan
perasaannya

lansia

itu

sering

yang berkaitan

depresinya (Stanley & Beare, 2006 dalam Aprilian, 2013).

tidak
dengan

6

Prevalensi depresi pada lansia yang menjalani rawat jalan dengan
mengalami depresi sekitar 12%-36%. Angka tersebut meningkat dengan masalah
lansia dengan penyakit kronis dan mengalami depresi yang juga sudah mendapat
perawatan yang lama menjadi 30%-50%. Lansia yang berada di rumah perawatan
dan pada komunitas lansia ditemukan sekitar 25% lansia dengan gejala depresi.
Depresi tersebut menyerang lansia yang berusia 65 tahun ke atas sebanyak 10%15% dengan lansia yang tinggal bersama dengan keluarganya. Lansia yang
menjalani perawatan dalam jangka waktu yang lama, berpotensi akan mengalami
gejala depresi dari depresi ringan sampai depresi sedang sekitar 50%-75%
(Stanley & Beare, 2006 dalam Aprilian, 2013). Dari jumlah lansia yang berusia 60
tahun ke atas sebanyak 55 lansia tersebut, diambil 11 orang lansia secara acak
yang dijadikan responden dalam studi pendahuluan sebagai penentu ada/tidak
masalah depresi di Banjar Mandala Sari, Desa Dangri Kelod, Dentim. Dari 11
orang responden tersebut yang sudah dilakukan penelitian dalam studi
pendahuluan menggunakan kuisioner Geriatric Depression Scale, didapatkan 4
orang tidak mengalami depresi, 4 orang mengalami depresi ringan dan 3 orang
mengalami depresi berat. Dapat disimpulkan bahwa di Banjar Mandala Sari
tersebut, terdapat kasus dengan depresi pada lansia dengan gejala depresi yang di
dapat pada lansia di Banjar Mandala Sari, yaitu: mengalami tekanan, memiliki
perasaan bersalah, tidak bersemangat dalam menjalani aktivitasnya, kurang dalam
kepercayaan diri.
Dampak yang dapat ditimbulkan karena mengalami gangguan mental
depresi ini akan mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti: merasa pusing,

7

sakit di bagian punggung, rasa sakit di bagian persendian, sakit di bagian dada,
gangguan masalah pencernaan, merasa kelelahan dan keletihan yang secara
berlebihan, mengalami permasalahan tidur/kesulitan untuk tidur, mengalami
perubahan dalam nafsu makan/berat badan menjadi turun, dan pikiran tiba-tiba
berubah menjadi kosong (Kompas, 2009) dan mengalami ketegangan pada otototot tubuhnya (Saragih, 2011). Salah satu terapi alternatif yang dapat digunakan
untuk merilekskan kembali otot-otot yang mengalami ketegangan akibat depresi
yang dialami serta menjadikan pikiran dan mental menjadi rileks kembali, yaitu
dengan menggunakan terapi relaksasi progresif.
Relaksasi progresif merupakan suatu teknik relaksasi fisik yang bersifat
sistematis, yang dapat dimulai dari bagian atas tubuh. Contohnya, dari bagian
kepala kemudian turun ke bagian bawah atau kaki, dan dapat juga dilakukan dari
arah yang sebaliknya. Disertai dengan adanya visualisasi dan sugesti dalam
menjadikan tubuh rileks kembali dan memperdalam kondisi keadaan diri yang
tetap rileks. Relaksasi juga dapat dilakukan kembali sampai pikiran benar-benar
dan tubuh menjadi rileks sehingga kondisi yang dihasilkan tubuh menjadi trance
sesuai yang diharapkan (Gunawan, 2006:92-93). Pada saat melakukan terapi
relaksasi progresif, individu akan melakukan secara bertahap teknik terapi ini
yang bertujuan untuk menahan dan mengencangkan, kemudian sekelompok otot
akan relaks kembali saat tubuh melepaskan ketegangannya melalui pernapasan
yang teratur (Videbeck, 2008:322). Berdasarkan uraian di atas, peneliti sangat
tertarik untuk melakukan penelitian ini, mengenai teknik relaksasi progresif dan
pengaruh terapi relaksasi progresif terhadap perubahan tingkat depresi. Itulah

8

alasan peneliti melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Terapi Relaksasi
Progresif Terhadap Perubahan Tingkat Depresi Pada Lansia di Banjar Mandala
Sari, Desa Dangri Kelod, Dentim.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
suatu permasalahan dalam penelitian ini yaitu “Adakah pengaruh terapi relaksasi
progresif terhadap perubahan tingkat depresi pada lansia di Banjar Mandala Sari,
Desa Dangri Kelod, Dentim?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh
terapi relaksasi progresif terhadap perubahan tingkat depresi pada lansia di Banjar
Mandala Sari, Desa Dangri Kelod, Dentim.
1.3.2 Tujuan Khusus
(1)

Mengidentifikasi karakteristik umur, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan dan faktor pencetus depresi pada lansia yang
mengalami depresi di Banjar Mandala Sari, Desa Dangri Kelod, Dentim.

(2)

Mengidentifikasi tingkat depresi pada lansia sebelum diberikan terapi
relaksasi progresif pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di
Banjar Mandala Sari, Desa Dangri Kelod, Dentim.

9

(3)

Mengidentifikasi tingkat depresi pada lansia sesudah diberikan terapi
relaksasi progresif pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di
Banjar Mandala Sari, Desa Dangri Kelod, Dentim.

(4) Mengidentifikasi perbedaan tingkat depresi Pre-Test dan Post-Test pada
kelompok perlakuan
(5) Mengidentifikasi perbedaan tingkat depresi Pre-Test dan Post-Test pada
kelompok kontrol
(6)

Menganalisis perbedaan perubahan tingkat depresi pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan intervensi pada pilihan terapi
non farmakologis yang baik di dalam masyarakat, terutama pada lansia yang
mengalami depresi.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan dan diterapkan pada
keperawatan gerontik dalam penatalaksanaan terapi non farmakologis, yaitu
dengan menggunakan terapi relaksasi progresif terhadap perubahan tingkat
depresi pada lansia dan dapat dipergunakan sebagai pedoman penelitian
selanjutnya dalam membantu lansia yang mengalami depresi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Lansia
2.1.1

Definisi Lansia
Menurut Pudjiastuti (2003) dalam Efendi & Makhfudli (2009:243)

menyatakan bahwa lansia merupakan suatu tahap lanjut dalam menjalani proses
kehidupan, dimana seseorang dapat mempertahankan kemampuan tubuhnya
dalam menghadapi stres yang dikarenakan oleh lingkungan sekitarnya.
Menurut Hawari (2001) dalam Efendi & Makhfudli (2009:243)
menyatakan bahwa lansia merupakan suatu kegagalan yang dialami oleh
seseorang yang dihubungkan dengan adanya daya kemampuan yang menurun
dalam menjalani hidup dan adanya peningkatan dalam kepekaan dengan
sendirinya.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa lansia merupakan
tahap lanjut dalam menjalani proses kehidupan yang dihubungkan dengan suatu
kegagalan yang ditandai dengan penurunan daya kemampuan dalam menghadapi
stres yang berasal dari lingkungan sekitarnya.

10

11

2.1.1

Rentang Usia Pada Lansia
Usia yang dapat dijadikan patokan dalam menentukan lansia menurut

World Health Organization (WHO) yaitu: pada usia pertengahan middle age (4559 tahun),
pada lanjut usia elderly (60-74 tahun), pada lanjut usia tua old (75-90 tahun) dan
pada usia yang sangat tua very old (di atas 90 tahun) (Nugroho, 2014:24).

2.1.2

Perubahan yang terjadi karena proses penuaan pada Lansia
Menurut Nugroho (2014:27-40) menyatakan ada 3 perubahan yang terjadi

akibat proses penuaan, yaitu perubahan fisik dan fungsi, perubahan mental dan
perubahan psikososial.
a.

Perubahan Fisik dan Fungsi

1.

Sel. Adanya penurunan pada jumlah sel, ukuran sel menjadi lebih besar,
berkurangnya jumlah cairan tubuh dan cairan dalam intraseluler, adanya
penurunan pada jumlah sel otak dan terganggunya mekanisme dalam
perbaikan sel tubuh.

2.

Sistem Saraf. Adanya penurunan pada hubungan persarafan, lambatnya
reaksi merespon dan waktu dalam mengatasi stres. Penglihatan dan
pendengaran mengalami gangguan, terjadinya pengecilan pada saraf
penciuman dan perasa. Pada perubahan suhu lebih sensitif dan tidak tahan
terhadap suhu dingin. Berkurangnya kesensitifan tubuh terhadap sentuhan.

12

3.

Sistem Pendengaran. Pada telinga bagian dalam mengalami hilangnya
daya pendengaran terhadap nada yang tinggi/bunyi suara, suara yang
didengarkan tidak jelas dan sulit mengerti kata-kata. Terjadinya penurunan
pada fungsi pendengaran dan mengalami vertigo.

4.

Sistem Penglihatan. Terjadinya kekeruhan pada lensa mata, mengalami
penurunan dalam daya membedakan warna, timbulnya sklerosis pada
sfingter pupil dan menyebabkan menghilangnya respon terhadap sinar.

5.

Sistem Kardiovaskuler. Terjadi penebalan pada katup jantung, penurunan
pada curah jantung, terjadi penurunan elastisitas pada dinding aorta dan
terjadi peningkatan tekanan darah yang diakibatkan adanya resistensi pada
pembuluh darah perifer yang meningkat.

6.

Sistem Pengaturan Suhu Tubuh. Mengalami penurunan temperatur
tubuh yang disebabkan penurunan metabolisme, mengalami keterbatasan
refleks dalam menggigil dan tidak dapat memproduksi panas tubuh yang
maksimal.

7.

Sistem Pernapasan. Penurunan pada aktivitas silia, kelemahan pada otot
pernapasan yang disebabkan karena terjadinya atrofi, hilangnya elastisitas
pada paru dan berkurangnya elastisitas pada bronkus.

8.

Sistem Pencernaan. Penurunan pada indra pengecap, penurunan terhadap
rasa lapar, lemahnya peristaltik usus dalam mengolah makanan dalam
pencernaan dan melemahnya pada fungsi absorpsi.

13

9.

Sistem Reproduksi.

a)

Pada pria. Testis masih dapat dalam memproduksi spermatozoa dan
masih ada dorongan seksual selama kesehatannya dalam kondisi yang
baik.

b)

Pada wanita. Terjadinya pengecilan pada vagina, uterus mengalami atrofi
dan penurunan pada selaput lendir vagina.

10.

Sistem Genitourinaria.

a) Ginjal. Terjadi pengecilan pada nefron di glomerulus yang disebabkan
karena atrofi, penurunan aliran darah ke ginjal dan berkurangnya fungsi
tubulus dan menyebabkan kemampuan dalam mengonsentrasi urin
menurun, menurunnya berat jenis urin, terjadi proteinuria, Blood Urea
Nitrogen (BUN) mengalami peningkatan. Jumlah darah yang difiltrasi oleh
ginjal berkurang.

b) Vesika Urinaria. Melemahnya otot pada vesika urinaria, penurunan
kapasitas sampai 200 ml/peningkatan dalam frekuensi membuang urine.

c) Pembesaran prostat. Terjadi pada pria yang berusia di atas 65 tahun
sekitar kurang lebih 75%.

11.

Sistem Endokrin. Mengalami penurunan pada hormon Estrogen,
Progesteron, Aldosteron, dan Testosteron. Penurunan terhadap aktivitas
tiroid, Basal Metabolic Rate (BMR), dan daya pertukaran zat.

14

Berkurangnya aktivitas pada kalenjar adrenal/anak ginjal pada lansia. Pada
hipofisis terdapat pertumbuhan hormon, tetapi lebih rendah dan hanya
terdapat di dalam pembuluh darah dan dalam produksi ACTH, TSH, FSH,
dan LH berkurang.

12.

Sistem Integumen. Kulit menjadi mengerut/keriput yang disebabkan
karena kehilangan jaringan lemak. Pada permukaan kulit cenderung
tampak kusam, menjadi kasar, dan bersisik yang disebabkan karena
hilangnya proses keratinasi dan dalam perubahan ukuran dan bentuk dari
sel epidermis. Timbulnya bercak pigmentasi yang dikarenakan proses
melanogenesis yang terjadi secara tidak merata pada permukaan kulit.
Adanya perubahan pada daerah sekitar mata dan timbulnya kerut-kerut
halus di ujung mata, pertumbuhan pada kuku lebih lambat.

13.

Sistem Muskuloskeletal. Tulang mengalami kehilangan cairan dan rapuh,
menurunnya kekuatan dan stabilitas tulang. Terjadi kifosis. Keterbatasan
dalam

gerakan

pada

pinggang,

jari-jari

pergelangan

dan

lutut.

Membesarnya pada bagian persendian dan menjadi kaku, tendon
mengerut. Berkurangnya aliran darah ke otot yang dikarenakan proses
menua.

b. Perubahan Mental
Perubahan mental dapat berupa sikap yang semakin egois, mudah curiga
kepada orang lain dan tamak apabila mempunyai sesuatu. Sikap yang sering
ditemukan ditemukan pada setiap lansia, yaitu ingin memiliki umur yang

15

panjang dan ingin menghemat tenaganya sesuai yang diinginkan. Selalu ingin
diberikan peranan dalam masyarakat. Keinginan dalam mempertahankan hak
dan hartanya dan tetap ingin berwibawa. Saat sudah meninggal, lansia ingin
meninggal secara terhormat dan dapat masuk surga. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perubahan mental, yaitu: adanya perubahan fisik, memiliki
kesehatan yang umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan dan
perubahan kepribadian yang drastis.

c.

Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial dilihat dari produktivitasnya dan identitasnya

yang dihubungkan dengan peranan seseorang dalam pekerjaannya. Apabila
seseorang mengalami pensiun, seseorang akan merasa kehilangan terhadap
finansial (berkurangnya pendapatan yang didapat), status (sebelumnya
memiliki jabatan/posisi yang tinggi dan dilengkapi dengan semua fasilitas yang
nyaman, kehilangan kenalan/teman yang sudah merasa akrab, kehilangan
terhadap

pekerjaan/kegiatan

yang

sering

dulunya

dilakukan

dan

merasakan/sadar terhadap kematian, adanya perubahan cara hidup, kemampuan
dalam ekonomi yang sudah tidak pada jabatan dan biaya hidup yang semakin
meningkat dengan penghasilan yang sulit didapat, biaya terhadap pengobatan
yang

semakin

meningkat,

mulai

timbulnya

penyakit

kronis

dan

ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas, adanya perasaan kesepian karena
adanya pengasingan dari lingkungan sosialnya dan berbagai rangkaian
kehilangan yang dialami, yaitu kehilangandalam hubungan dengan teman dan
family.

16

2.2 Konsep Dasar Depresi
2.2.1

Definisi Depresi
Menurut Videbeck (2008) dalam Tobing (2012) menyatakan bahwa

depresi merupakan suatu gangguan alam perasaan/mood yang dapat mengganggu
dalam kehidupan seseorang. Seseorang akan diliputi dengan perasaan yang
bersalah, mudah marah yang akan melibatkan hubungannya dengan orang lain
serta pekerjaan yang dimilikinya, meragukan dirinya dan mengalami kesedihan
yang berkepanjangan.
Menurut Davison, dkk (2006)Depresi merupakan suatu kondisi emosional
yang tidak stabil ditandai dengan mengalami hilangnya napsu makan, selalu
merasa bersalah terhadap dirinya dan merasa dirinya tidak berguna, mengalami
kesedihan yang mendalam, tidak dapat tidur dengan nyenyak dan hilangnya minat
dalam melakukan berbagai aktivitas
Menurut Nugroho (2008:129) menyatakan bahwa depresi merupakan suatu
perasaan yang selalu merasa sedih, merasa tidak berdaya dalam menghadapi
sesuatu dan merasa bahwa dirinya hilang semangat. Hal inilah yang dikaitkan
dengan adanya suatu penderitaan yang dialaminya. Masalah yang dihadapi dapat
berupa sebuah serangan yang langsung ditunjukkan kepada diri sendiri/dengan
perasaan yang penuh amarah yang sangat mendalam.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa depresi merupakan
suatu gangguan alam perasaan/mood yang dapat mengganggu dalam kehidupan
seseorang yang ditandai dengan hilangnya napsu makan, selalu merasa bersalah
terhadap dirinya dan merasa dirinya tidak berguna, mengalami kesedihan yang

17

mendalam, tidak dapat tidur dengan nyenyak, hilangnya minat dalam melakukan
berbagai aktivitas, merasa tidak berdaya dalam menghadapi sesuatu dan merasa
bahwa dirinya hilang semangat. Hal inilah yang dikaitkan dengan adanya suatu
penderitaan yang dialaminya.

2.2.2

Faktor Penyebab Depresi
Menurut Artikel Kesehatan, (2013) menyatakan faktor-faktor penyebab

Depresi dibagi menjadi 2, yaitu: Faktor Fisik dan Faktor Psikologis.
a.

Faktor Fisik

1.

Faktor genetik. Faktor Genetika/keturunan dapat berpengaruh terhadap
munculnya depresi pada diri seseorang karena merupakan bawaan sebelum
lahir. Faktor genetik ini bahkan mempengaruhi dari berbagai tingkatan
depresi dari depresi ringan sampai depresi berat.

2.

Susunan Otak dan Tubuh Secara Kimiawi. Pada saat pengendalian
emosi, terdapat suatu zat kimia yang berada pada otak dan tubuh
seseorang, zat kimia itu yang berperan sebagai pengendalian emosi. Saat
mengalami depresi terdapat perubahan jumlah pada zat kimia dalam tubuh.
Pada pengendalian emosi terdapat suatu hormon yang dinamakan hormon
noradrenalin. Apabila jumlah hormon noradrenalin rendah pada seseorang,
maka orang tersebut akan mudah mengalami depresi.

3.

Faktor Umur. Pada usia remaja dan usia yang tua dikatakan akan lebih
mudah mengalami depresi dalam kehidupannya yang dikarenakan pada

18

usia-usia ini, akan mengalami perubahan yang cepat dalam dirinya dan
memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjalani hidupnya.

4.

Gender. Pada wanita lebih rentan mengalami resiko depresi dibandingkan
pada pria dengan perbandingan 30% pada wanita dan 12,6% pada pria. Hal
ini yang diungkapkan dari data World Bank (Desjarlis, 2005).

5.

Gaya hidup. Pada seseorang yang memiliki gaya hidup yang tidak sehat
akan lebih mudah mengalami depresi. Tingkat stres dan rasa cemas yang
tinggi dapat membuat seseorang lebih mudah berada dalam keadaan
depresi.

6.

Obat-obatan. Pada obat-obatan juga dapat meningkatkan terjadinya resiko
mengalami depresi. Menurut McKenzie (1999), terdapat beberapa obatobatan yang dapat menimbulkan depresi, yaitu: tablet antieplipsy, obat anti
tekanan darah tinggi, obat antimalaria-melfloquine, obat antiparkinson,
obat kemoterapi, pil kontrasepsi, digitalis, diuretik, interferon-alfa
(hepatitis c), obat penenang dan terapi steroid.

7.

Penyakit Fisik. Apabila seseorang divonis mengalami penyakit yang
parah dan tidak dapat disembuhkan. Hal itu dapat membuat seseorang
terkena depresi yang dikarenakan tidak mudah menerima kenyataan yang
menyakitkan dengan ikhlas.

19

b.

Faktor Psikologis

1.

Kepribadian. Pada individu yang memiliki kepribadian yang pesimis dan
sering merasa cemas terhadap sesuatu akan lebih rentan mengalami
depresi. Pada seseorang yang memiliki kepribadian optimis dan selalu
berpendapat baik terhadap suatu keadaan juga dapat mengalami depresi
yang dikarenakan terlalu memaksakan dirinya untuk selalu menjadi baik.

2.

Pola pikir. Pada seseorang yang selalu memiliki pikiran negatif terhadap
dirinya sendiri akan lebih rentan mengalami depresi.

3.

Stres. Stres merupakan suatu masalah yang sering dijumpai dalam setiap
kehidupan dan dapat menyebabkan depresi. Banyak penyebab terjadinya
stres, diantaranya: karena kehilangan sesuatu yang dimiliki, kehilangan
seseorang yang disayangi, kehilangan/bermasalah terhadap pekerjaannya
dan lain-lain.

4.

Lingkungan. Dalam lingkungan yang tidak baik/tidak sehat dapat
menyebabkan depresi, baik dalam lingkungan pekerjaan, lingkungan
pergaulan, lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi keadaan
psikologis pada seseorang.

2.2.3

Tanda dan Gejala Depresi

PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) dalam
penelitian Trisnapati (2011) dalam Siahaan (2014) menyatakan gejala depresi
utama dan gejala depresi lain, yaitu:

20

a.

Gejala utama meliputi: Terdapat perasaan depresi/perasaan yang
mengalami tekanan, kehilangan pada minat dan semangat, kurangnya
energi dalam menjalani aktivitas dan mudah merasa lelah.

b.

Gejala lain meliputi: Berkurangnya daya konsentrasi dan perhatian,
memiliki perasaan selalu bersalah dan tidak berguna, gangguan tidur,
berkurangnya terhadap harga diri dan kepercayaan diri, adanya perbuatan
yang dapat membahayakan diri dan memiliki keinginan untuk bunuh diri,
selalu merasa pesimis dan berkurangnya napsu makan.

2.2.4 Tingkatan Depresi
PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) dalam
penelitian Trisnapati (2011) dalam Siahaan (2014) menyatakan bahwa depresi
digolongkan menjadi tingkatan depresi ringan, sedang, dan berat yang disesuaikan
dengan banyak dan beratnya gejala dan dampak terhadap fungsi kehidupan
seseorang. Gejala ini terdiri dari kumpulan gejala utama dan gejala lain, yaitu:

1.

Ringan. Sekurang-kurangnya harus terdapat dua dari tiga gejala depresi
dan ditambah dua dari gejala di atas ditambah dua dari gejala lain namun
tidak diperbolehkan terdapat gejala diantaranya. Lama periode depresi
ringan, sekurang-kurangnya selama 2 minggu. Hanya sedikit mengalami
kesulitan

dalam

melakukan

kegiatan

sosial

yang

umum

biasa

dilakukannya.

2.

Sedang. Sekurang-kurangnya harus terdapat 2 dari 3 gejala utama depresi
seperti pada episode depresi ringan ditambah tiga atau 4 dari gejala lain.

21

Lama episode depresi sedang, minimal selama 2 minggu dan menghadapi
kesulitan yang nyata dalam meneruskan kegiatan sosial yang akan
dilakukannya.

3.

Berat. Tanpa adanya gejala psikotik, yaitu semua 3 gejala utama harus
terdapat ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lain. Lama episode
depresi berat, sekurang-kurangnya selama 2 minggu. Apabila terjadi gejala
yang sangat berat dan onsetnya sangat cepat, maka dibenarkan untuk
menegakkan diagnosa dalam kurun waktu selama 2 minggu. Orang sangat
tidak mungkin akan mampu dalam meneruskan kegiatan sosialnya yang
biasa dilakukannya.

2.2.5

Dampak Depresi pada Lansia
Pada lansia, depresi dapat terjadi secara sendiri/terjadi bersamaan dengan

penyakit lain. Hal ini harus ditangani dengan baik. Apabila tidak ditangani dengan
baik, maka dapat memperburuk terhadap perjalanan penyakit dan memperburuk
prognosisnya. Pada depresi ini, terdapat tanda dan gejala seperti di bawah ini
(Mudjaddid, 2003):

1.

Depresi dapat meningkatkan terjadinya angka kematian pada pasien
dengan penyakit kardiovaskuler

2.

Pada depresi dapat terjadi ketidakseimbangan hormonal yang akan
memperburuk

dari

penyakit

kardiovaskular.

(contohnya:

terjadi

22

peningkatan pada hormon adrenokortikotropin yang akan meningkatkan
dari kadar kortisol).
3.

Terganggunya

metabolisme

serotonin

pada

depresi

yang

akan

menimbulkan efek trombogenesis.
4.

Perubahan suasana hati (mood) dikaitkan dengan adanya gangguan
respons imunitas dan perubahan dari fungsi limfosit dan adanya penurunan
jumlah limfosit.

5.

Penurunan aktivitas sel natural killer tejadi pada depresi berat.

6.

Pada pasien depresi dapat menunjukkan adanya kepatuhan yang buruk
pada suatu program pengobatan/rehabilitasi.

Depresi pada lansia yang tidak ditangani dengan baik, akan menyebabkan
berlangsung dengan bertahun-tahun lamanya dan dihubungkan dengan adanya
kualitas hidup yang tidak baik/tidak mendukung, adanya kesulitan dalam fungsi
sosial dan pada fisik, tidak patuh terhadap terapi, dan adanya peningkatan pada
morbiditas dan mortalitas yang dikarenakan melakukan bunuh diri dan penyebab
lain (Unutzer, 2007). Dari beberapa penelitian, menyatakan bahwa depresi pada
lansia dapat menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap penggunaan rumah
sakit dan out patient medical services (Blazer, 2003). Pada beberapa penelitian
juga menyatakan depresi mayor pada lansia yang setelah menjalani masa followup yang lebih lama, dapat menunjukkan adanya perjalanan yang kronik (Blazer,
2003). Gallo & Gonzales (2001) dalam Saragih (2011) menyatakan bahwa lansia
akan lebih membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh dari depresi yang

23

dialami dan memiliki waktu untuk relapse yang lebih singkat dibandingkan
orang-orang yang lebih muda.

2.2.6 Cara Mengukur Tingkat Depresi
Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat depresi disebut
Geriatric Depression Scale (GDS). Instrumen GDS ini terbagi menjadi 2, yaitu
GD

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF: VIA LETTING GO TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI RUMAH ASUH ANAK DAN LANSIA GRIYA ASIH LAWANG

4 13 25

Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Perubahan Tingkat Insomnia pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Gonilan, Kartasura

1 5 7

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DESA GONILAN, KARTASURA.

0 3 16

PENDAHULUAN PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DESA GONILAN, KARTASURA.

0 1 8

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PSTW UNIT BUDI Pengaruh Terapi Musik terhadap Perubahan Tingkat Depresi pada Lansia di PSTM Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.

1 1 13

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MANADO | Kanender | JURNAL KEPERAWATAN 7447 14643 1 SM

0 1 9

PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDA DHARMA BAKTI KASIH SURAKARTA

0 4 7

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA UNIT ABIYOSO PAKEM SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Kualitas Tidur pada Lansia di Panti Sosial

0 1 16

PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI DUSUN GODEGAN TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL

0 0 7

PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI KECAMATAN WARUNGASEM BATANG

0 0 15