Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Di Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Medan Chapter III IV
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Akuntabilitas
Menurut keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN)
No.589/IX/6/YI99 dalam pedoman penyusunan pelaporan akuntabilitas kinerja
instansi Pemerintah (2003), Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan
pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan
seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang
memiliki
hak
atau
berkewenangan
untuk
meminta
keterangan
atau
pertanggungjawaban. Oleh karena itu, pemberlakuan undang-undang otonomi
daerah harus dapat meningkatkan daya inovatif dari pemerintah daerah untuk
dapat memberikan laporan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan keuangan
daerah dari segi eflsiensi dan efektivitas kepada DPRD maupun masyarakat Iuas.
Karianga (2011 : 447). Akuntabilitas adalah konsep etika dan konsep
pemerintahan yang merupakan pengakuan dan pertanggungjawaban terhadap tiap
tindakan, produk, keputusan, kebijakan termasuk pula didalamnya administrasi
publik, pemerintahan, dan implementasi dalam lingkup peran atau posisi kerja dan
mencakup kebijakan untuk melaporkan, menjelaskan dan bertanggungjawab atas
konsekuensi yang dihasilkan.
Setelah memahami pengertian diatas penulis menyimpulkan secara
sederhana bahwa Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban
mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi
Universitas Sumatera Utara
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya,
melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik.
2. Transparansi
Karianga (2011:286) Transparasi adalah salah satu karakteristik good
governance terutama adanya semangat zaman serba terbuka dan akibat adanya
revolusi informasi. Keterbukaan mencakup semua aspek aktivitas yang
menyangkut semua kepentingan public.
Tarigan (2013:35)Asas transparansi adalah asas yang membuka diri
terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan negara/daerah dengan tetap memperhatikan
kerahasiaan negara. Jiwa dari sistem ini adalah kemampuan dari setiap warga
negara untuk memperoleh informasi melalui akuntabilitas pejabat pemerintah atas
kegiatan yang mereka lakukan. Prinsip yang mendasari transparansi dalam
aktivitas pemerintah dibangun dalam prinsip dasar yang mempedoman.
Setiap warga negara berhak mengetahui (right to know) untuk setiap
aktivitas penyelengaraan pemerinthan yang dilakukan oleh setiap pejabat negara
baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dengan adanya transparansi
maka diharapkan setiap warga Negara dapat berperan aktif dalam melakukan
pengawasan atas jalanya pemerintahan. Dengan adanya transparansi maka
diharapkan setiap warga Negara dapat berperan aktif dalam melakukan
pengawasan atas jalannya pemerintahan. Akuntabilitas
Publik
Keuangan
Daerah. Karianga (2011 : 94) Dari segi waktu pengawasan dapat dibedakan
menjadi :
Universitas Sumatera Utara
(a) Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dimulai
(b) Pengawasan yang dilakukan pada waktu kegiatan berjalan.
(c) Pengawasan yang dilakukan pada waktu kegiatan selesai dilaksanakan
Lismawati (2013:27),
Transparansi
adalah
memberikan
informasi
keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan
bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan
menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya
yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundangundangan. Penyelengaraan pemerintahan yang transparan akan memiliki kriteria:
adanya pertanggungjawaban terbuka; adanya aksesibilitas terhadap laporan
keuangan; adanya publikasi laporan keuangan, hak untuk tahu hasil audit dan
ketersediaan informasi kinerja.
3. Keuangan Daerah
Keuangan daerah berhubungan erat dengan hak dan kewajiban daerah
terkait dengan penerimaan, pengeluaran keuangan juga pemanfaatan barang milik
daerah, yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban.
(Karianga 2011:35)
Pasal 1 angka 5 PP No.58 Tahun 2005 menjelaskan bahwa: keuangan
daerah adalah semua hak dan kewajiban dearah dalam rangkapenyelenggaraan
pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang teermasuk didalamnya segala
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Nahar (2012: 140)Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
Universitas Sumatera Utara
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.. Selain itu pemerintah
daerah sebagai organisasi publik tidak mempunyai ukuran kriteria kinerja. seperti
laba. untuk menilai berhasil tidaknya organisasi tersebut mencapai sasaran atau
tujuannya sebagaimana pada sektor publik.
B. Konsep, Mekanisme, dan implementasi Akuntabilitas Keuangan Daerah
Kota Medan
1) KonsepAkuntabilitas Keuangan Daerah Kota Medan
Mahmudi (2010 : 7) Seiring dengan semakin tingginya tujuan tuntutan
diciptakannya Good governance maka pengelolaan keuangan daerah haruslah
memiliki prinsip Akuntabilitas dan Transparansi yang sudah yang diterapkan
dengan baik.
Pemberlakuan Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah (yang lebih popular dengan Undang-undang Otonomi Daerah) memang
harus dapat meningkatkan daya inovatif dari Pemerintah Daerah untuk dapat
memberikan laporan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan keuangan daerah
yang dilihat dari segi efesiensi dan efektivitas kepada DPRD maupunmasyarakat
Iuas. Namun, Iaporan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan keuangan
daerah tersebut seharusnya tidak hanya dilihat dari segi efesiensi dan afektivitas
saja. Hal yang juga panting untuk dilaporkan adalah dari segi ekonomisnya.
Penulis melihat bahwa laporan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan
keuangan daerah harus mengungkapkan aspek ekonomis, efektivitas, dan
efisiensi. Hal ini telah dijelaskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa keuangan Negara
Universitas Sumatera Utara
dikelola secara
tertib.
efektif,
efisien,
ekonomis.
taat
pada
peraturan
perundangundangan, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan.
Akuntabilitas ditujukan untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan yang
berhubungan dengan pelayanan apa, siapa, kepada siapa. milik siapa. yang mana.
dan bagaimana. Pertanyaan yang memetukan jawaban tersebut antara lain, apa
yang
harus
diserahkan.
dipertanggungjawabkan,
kepada
siapa
mengapa
pertanggungjawaban
pertanggungjawaban
diserahkan,
siapa
harus
yang
bertanggung jawab terhadap berbagai bagian kegiatan dalam masyarakat, apakah
pertanggungjawaban berjalan seiring dengan kewenangan yang memadai, dan lain
sebagainya. Konsep pelayanan ini dalam akuntabilitas belum memadai, maka
harus diikuti dengan jiwa eterpreneurship pada pihak-pihak yang melaksanakan
akuntabilitas.
Konsep pelayanan dalam akuntabilitas selain harus diikuti dengan jiwa
eterpreneurship juga harus diikuti dengan jiwa responsiveness. Hal ini harus
dilakukan agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dapat dilakukan
secara cepat dan tanggap dalam melayani stakeholder sesuai dengan karakteristik
Good Governance menurut UNDP dan World Bank. Selain itu dalam pengantar
Standar Akuntansi Pemerintah dinyatakan bahwa salah satu upaya nyata untuk
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah
penyampaian Iaporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi
prinsip waktu. Oleh karena itu. menurut penulis penyataan di atas perlu
ditambahkan tentang kapan pertanggungjawaban harus diserahkan.
Universitas Sumatera Utara
Lukito (2014 : 3). Sudah menjadi ciri dari pelayanan publik atau produksi
barang publik, bahwa umumnya sulit untuk dapat menunjukan siapa yang
bertanggungjawab terhadap kinerja output atau hasil kinerjanya. Oleh karena itu,
suatu manajemen keuangan publik yang baik perlu menginformasikan rencana
kinerjanya yang meliputi klarifikasi penanggungjawabannya.
Lismawati
(2013:26).Setelah
suatu
sistem
pengelolaan
keuangan
terbentuk, perlu disiapkan suatu alat untuk mengukur kinerja dan mengendalikan
pemerintahan agar tidak terjadi KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), tidak
adanya kepastian hukum dan stabilitas politik, dan ketidakjelasan arah dan
kebijakan pembangunan.Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara Pasal 58 ayat (1) dinyatakan bahwa dalam rangka
meningkatkan kinerja. transparansl, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan,
Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem
pengendalian intern di lingkungan pemerintah secara menyeluruh.
Akuntabilitas dapat hidup dan berkembang dalam suasana yang transparan
dan demokratis serta adanya kebebasan dalarn mengemukakan pendapat Sehingga
dalam negara yang tidak transparan, akuntabilitas akan hilang dan tidak berIaku.
Oleh karena itu, pemerintah harus betul-betul menyadari bahwa pemerintahan
dan pelayanan kepada masyarakat adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari
publik.
Akuntabilitas merupakan konsep yang luas dan mensyaratkan agar
pemerintah memberikan laporan mengenai penguasaan atas dana-dana publik dan
penggunaannya sesuai peruntukan, juga harus dapat memperlanggungjawabkan
kepada rakyat mengenai penghimpunan sumber dana publik dan tujuan
Universitas Sumatera Utara
penggunaannya sesuai dengan defenisi akuntabilitas dalam Peraturan Pemetintah
Nomor 24 Tahun 2005, namun mungkin perlu ditambaanan atas defenisi di atas
bahwa pertanggungjawaban harus dilakukan secara pariodik.
Wiguna(2015:5)Transparansi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
instansi pemerintah.
Perwujudan
transparansi
sebagai amanat
peraturan
perundang-undangan dalam pengelolaan pemerintahan telah memberikan tekanan
kepada aparatur pengelola pemerintahan untuk membuka diri terhadap hak
masyarakat dalam memperoleh informasi seluas-luasnya dengan benar, jujur dan
tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah. Alasan ini akan
menjadikan aparatur pemerintah akan menampilkan kinerja terbaiknya dalam
menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sehingga dia akan bekerja sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, maka dengan sendirinya kinerja pemerintah
daerah juga akan baik.
Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan
perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan
akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya,
dengan (a) menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas pemerintah; (b) menyediakan informasi mengenai
Universitas Sumatera Utara
perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah; (c)
menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya
ekonomi; (d) menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap
anggarannya; (e) menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan
mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya; (f) menyediakan
informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan
kegiatan peme rintahan; (g) menyediakan informasi yang berguna untuk
mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
Jadi menurut penulis penulis transparansi akan terwujud jika laporan
keuangan yang dibuat oleh instansi pemerintah sudah dapat di konsumsi oleh
masyarakat luas, dengan adanya media massa yang mampu mengadakan data
laporan keuangan dari pemerintah.
2) Mekanisme Akuntabilitas Kauangan Daerah Kota Medan
Akuntansi sektor publik dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dengan
tujuan untuk memberikan informasi yang dipedukan untuk mengelola secara
efisien dan ekonomis operasional dan alokasi sumber daya daerah yang
dipercayakan kepadanya dengan tujuan pengendalian.
Dalam pelaksanaan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah.
kenyataannya mekanisme akuntabilitas keuangan daerah tidak berjalan dengan
baik terutama kepada masyarakat. Akuntabilitas dan transparansi laporan
keuangan pemerintah daerah tidak begitu dipahami oleh masyarakat sebagai
pemakai. Sebagian besar masyarakat tidak dalam asumsi memiliki pengetahuan
yang memadai tentang aktivitas pemerintahan dalam pengelolaan keuangan, aset
Universitas Sumatera Utara
daerah dan akuntansi. Contohnya adalah pajak dan retribusi yang dipungut oieh
pemerintah daerah dan masyarakat Pajak dan retribusi yang dibayar oleh
masyarakat dicatat di Laporan Perhitungan APBD sebagai Pendapatan Asli
Daerah.Hak memungut yang dimiliki pemerintah daerah menyebabkan wajib
pajak, dalam hal ini masyarakat, menjadi sumber daya tidak sukareIa atau
terpaksa yang tersedia.
Wajib pajak pribadi tidak dapat menolak untuk membayar pajak jika
mereka berfikir bahwa pemerintah daerah menggunakan sumber pendapatan dari
pajak secara tidak tepat, atau wajib pajak membayar pajak dengan jumlah lebih
rendah apabila pemerintah daerah harus memberikan pelayanan kepada wajib
pajak dengan semestinya. Atau bahkan, Pemerintah daerah tidak menjalankan
aspirasi masyarakat yang memilih mereka melalui mekanisme politik yang ada.
Pemerintah daerah yang digaji dan sumber-sumber pendapatan daerah,
salah satunya dari pajak dan retribusi yang dipungut dari masyarakat, tidak bisa
semena-mena dapat memastikan bahwa pemerintah daerah dapat memenuhi
harapan masyarakat. Masyarakat tidak sadar dan tidak disadarkan oleh sistem
pemerintahan yang ada bahwa pajak yang mereka bayar walaupun tidak langsung
menimbulkan hak untuk menerima pelayanan dari pemerintah. Begitupun
masyarakat sebagai pembayar retribusi mereka tidak mampu berbuat apa-apa
ketika pelayanan langsung yang diberikan pemerintah daerah dibawah standar
kinerja yang ditetapkan. Masyarakat tidak dapat berperan sebagai principal
(pemilik) yang menugasi agent (pemerintah daerah) untuk melakukan jasa dengan
disertai pembenan wewenang untuk melakukan pengambilan keputusan dari
principal kepada agent.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat juga lembaga swadaya masyarakat pemerhati masalah-masalah
korupsi, kolusi dan nepotisme dengan memberikan tekanan secara kelompok
denganmempertanyakan
akuntabilitas
laporan
keuangan
yang
dihasilkan
pemerintah daerah. Tetapi mereka adalah Iembaga yang berada diluar mekanisme
pengendalian sistem pemerintahan yang berjalan sehingga efektifltas dorongan
terhadap akuntabilitas laporan keuangan yang disajikan tidak dapat dilihat secara
Iangsung.
Mekanisme monitoring cost sebenamya sudah berjalan pada akuntansi
sektor pubiik walaupun belum seefektif pada sektor privat. Hal ini dapat kita lihat
dari adanya keberadaan lembaga pengawas seperti Badan Pengawas Daerah.
Badan Pengawas Keuangan Pembangunan, dan DPRD. Lembaga-lembaga
tersebut tentunya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang menggunakan
biaya yang bersumber dari keuangan negara. Oleh karena itu mekanisme
monitoring cost telah berjalan dalam akuntansi sektor publik.
Tingkat pendidikan (literacy) dari masyarakat mempengaruhi pemahaman
akan pentingnya kondisi dan prospek pemerintahan yang tercermin dalam Iaporan
keuangan pemerintah daerah. Di dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan, pemakai diasumsikan
memiliki
pengetahuan
yang
memadai
tentang
aktivitas
ekonomi
dan
bisnis,akuntansi, serta mempunyai kemampuan untuk mempelajari informasi
dengan ketekunan yang wajar.
Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maka
Iingkup akuntansi sektor pubiik harus menggunakan Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan Standar Akuntansi Pemerintahan dimana
Universitas Sumatera Utara
pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan
lingkungan operasi entilas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk
mempelajan informasi yang dimaksud.
Gambar 3.1
Skema akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah Kota Medan
Dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah, sumber-sumber pendanaan yang dapat dikelola oleh
Pemerintah Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
Pinjaman Daerah, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah. Pendapatan Asli Daerah
bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai
pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan
desentralisasi.
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari hasil Pajak Daerah, hasil
Retribusi Daerah, hasil pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan lainlain Pendapatan Asli Daerah yang sah, yang digali dari daerah yang bersangkutan
berdasarkan asas desentralisasi. Dana Perimbangan merupakan pendanaan Daerah
yang bersumber dari APBN yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana
Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Ketiga komponen
Dana Perimbangan dialokasikan kepada daerah dalam satu kesatuan sistem
transfer dana dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah guna mengurangi
ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah (vertical
imbalance) serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar
Daerah (horizontal imbalance).
Pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Pusat mengalokasikan Dana Darurat
yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh
bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi
oleh Daerah dengan menggunakan sumber APBD. Dana Darurat merupakan
bagian dari lain-lain Pendapatan dalam APBD dan diberikan dalam kerangka
hubungan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Dana Darurat
3) Implementasi Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan
Daerah Kota Medan
Tarigan (2013 : 37) Sama seperti pengelolaan pendapatan, belanja daerah
juga perlu dikelola dengan baik, dengan memperhatikan prinsip-prinsip ekonomis,
efektif dan efisien serta prinsip transparansi dan akuntabilitas. Pengelolaan belanja
dapat mendukung tercapainya visi dan misi kepala daerah, antara lain dengan
Universitas Sumatera Utara
memenuhi konsep value for money (ekonomis, efisiensi dan efektivitas). Dana
yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk meningkatkan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Demikian juga dengan pemerintah
daerah dan unit-unit kerja dibawahnya dalam membangun tujuan atau
keberadaannya dilakukan dengan melihat perspektif ekonomis, efektifitas, dan
efisiensi. Ekonomis biasanya dikaitkan dengan perolehan sumber daya (input)
dengan harga yang semurah mungkin dengan kualitas standar. Efisiensi
merupakan hubungan antara input dan output, sedangkan efektivitas akan
dihubungkan dengan berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuan atau
sasarannya.
Pencapaian kinerja organisasi pemerintah biasanya memang dihubungkan
dengan konsep 3E. Hal ini sesuai dengan konsep Value For Money. Tarigan
(2013:37) yang merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang
didasarkan pada tiga elemen yaitu ekonomis, efisiensi dan efektivitas. Namun tiga
elemen ini saja sebenarnya tidak oukup dan perlu ditambah dengan dua elemen
lain yaitu keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan (equality). Artinya
bahwa penggunaan uang publik hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada
kelompok tertentu saja tetapi dilakukan secara merata.
C. Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Daerah Kota Medan
1) TransparansiKeuangan Daerah Kota Medan
Lukito (2014 : 97). Ada dua tehnik penampilan untuk laporan keuangan
yaitu adalah pelaporan untuk kepentingan internal atau eksternal. Pelaporan
eksternal sifatnya adalah untuk kepentingan menjawab akuntabilitas ke pihak luar
Universitas Sumatera Utara
organisasi, misalnya untuk pelaporan untuk pihak legislatif atau masyarakat
umum. Tujuannya, dengan membaca laporan para pemangku-kepentingan dapat
menilai apakah kualitas fasilitas publik yang mereka dapatkan sudah sepadan
dengan pajak yang mereka keluarkan. Sedangkan pelaporan internal, selain untuk
kepentingan akuntabilitas internal organisasi antar tingkatan tanggungjawab
namun lebih diutamakan untuk perbaikan manajemen pelayanan publik
Transparansi Pemerintah Daerah terkait dengan pengelolaan keuangan
daerah merupakan wujud nyata pemerintah daerah terutama SKPD di Kabupaten
Buleleng yang merupakan bukti keseriusan pemerintah dalam menjelankan
pemerintahan yang bersih, jujur dan bebas korupsi. Disamping itu transparansi
pengelolaan keuangan yang dilakukan pemerintah daerah kepada publik
merupakan bentuk keberhasilan pemerintah dalam mengelola dana yang ada untuk
kepentingan masyarakat dan hal ini adalah bukti bahwa kinerja pemerintah daerah
semakin baik. (Darmawan 2010: 10)
Walaupun proses penyusunan anggaran tidak lagi diatur oleh Pemerintah
Pusat ada beberapa hal yang pedu dicermati. Berdasarkan Pasal 185 Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa
Rancangan APBD sebelum diserahkan dan disahkan DPRD harus dievaluasi
terlebih dahulu oleh Menteri Dalam Negeri untuk melihat apakah penyusunan
APBD tersebut telah sesuai dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi.
Dengan demikian sebenamya masih terdapat peranan pemerintah dalam
penyusunan APBD.
Beberapa bentuk pengaturan tersebut berupa penerapan Peraturan
Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
Universitas Sumatera Utara
29 Tahun 2002. Ketentuan tersebut pada intinya mengharuskan agar pemerintah
daerah segera menerapkan sistem akuntansi dalam melakukan pengelolaan
keuangan
daerah.
Akan
tetapi,
sebelum
pola
penerapan
akuntansi
keuangan daerah, masyarakat telah banyak dibohongi pemerintah pusat maupun
daerah dengan berbagai kamuflase dalam suatu retorika. diantaranya melalui
konsep anggaran berimbang dinamis, penerimaan pinjaman sebagai pendapatan.
bantuan yang sifatnya sebagai special grant dan lain-lain.
Beberapa orang juga tidak setuju dengan konsep anggaran berimbang dan
dinamis dimana penanamaan pinjaman dianggap pemerintah sebagai pendapatan.
Namun. saat ini konsep anggaran berimbang dan dinamis telah dirubah. Sesuai
dengan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 maka konsep anggaran pada
pemerintah daerah berubah menjadi anggaran surplus/defisit
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 dinyatakan
bahwa APBD disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem
anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian basil kerja atau output dari
perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. APBD merupakan rencana
keuangan pemen'ntah daerah dalam rangka melaksanakan kewenangannya selama
satu tahun anggaran. Berdasarkan pendekatan kinerja, setiap alokasi biaya yang
direncanakan dalam APBD dihubungkan dengan tingkat pencapaian pelayanan
tertentu yang hams dicapai.
Anggaran kinerja harus didasarkan pada sasaran tertentu yang hendak
dicapai dalam 1 tahun anggaran. Oleh karana itu, pemerintah daerah bersamasama dengan DPRD menyusun Arah dan Kebijakan Umum APBD yang memuat
petunjuk dan ketentuan-ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam
Universitas Sumatera Utara
penyusunan APBD. Arah dan kebijakan umum APBD memuat komponenkomponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang diharapkan pada setiap bidang
kewenangan pemerintah daerah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun
anggaran. Komponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang diharapkan disusun
berdasarkan aspirasi masyarakat dengan mempertimbangkan kondisi dan
kemampuan daerah. termasuk kinerja pelayanan yang telah dicapai dalam tahuntahun anggaran sebelumnya.
Pemyataan di atas perlu ditambahkan karena sesuai dengan Pasal 17 ayat
(2) Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 dinyatakan bahwa dalam menyusun arah
dan kebijakan umum APBD diawali dengan penjaringan aspirasi masyatakat,
berpedoman pada Renstra atau dokumen perencanaan daerah lainnya yang
ditetapkan daerah, serta pokok-pokok kebijakan nasional di bidang keuangan
daerah oleh mendagri.
Lukito(2014:103). Pelaporan berbasis web, selain bentuk pelaporan kinerja
berbasis
kertas,
kemajuan
teknologi
informasi
telah
memungkinkan
berkembangnya pelaporan berbasis web yaitu pelaporan elektronik yang dapat
memudahkan akses publik. Media elektronik dan sistem informasi sosial internet
dapat dijadikan media utama penyampaian informasi. BPKD kota medan telah
menerapkan pelaporan berbasis web ini. Pelaporan berbasib web yang dibuat oleh
BPKD kota medan dapat kita searching di internet dengan menggunakan keyword
: bpkd.pemkomedan.go.id
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.2
Tampilan awal website BPKD Kota Medan
2) Akuntabilitas Keuangan Daerah Kota Medan
Nahar (2012:140) Transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah adalah
pertanggungjawaban pemerintah daerah berkenaan dengan pengelolaan keuangan
daerah kepada publik secara terbuka dan jujur melalui media berupa penyajian
laporan keuangan yang dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan
dengan anggapan bahwa publik berhak mengetahui informasi tersebut.
Kualitas Pemerintah Daerah yang baik (good govermance) tidak hanya
ditentukan oleh akuntabilitas, Transparansi, partisipasi masyarakat dan supremasi
hukum. Namun, kualitas pemerintah yang baik juga ditentukan oleh faktor-faktor
lain seperti partisipasi, penegakan hokum, transparansi, daya tanggap, consensus
orientation, keadilan, efektifitas dan efesiensi, akuntabilitas, visi strategis Hal ini
sesuai dengan karakteristik pelaksanaan pemerintahan yang baik menurut UNDP.
Universitas Sumatera Utara
Tarigan(2013:33)Akuntabilitas
keuangan
merupakan
pertanggung-
jawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan pengelolaan
keuangan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. publik harus
dapat mempertanggungjawabkan setiap kebijakan yang diambilnya kepada
masyarakat.Kaitan akuntabilitas dengan pelaporan keuangan yakni pemberian
informasi keuangan kepada stakeholder sehingga memungkinkan bagi mereka
untuk menilai pertanggungjawaban pemerintah atas semua aktivitas yang
dilakukan, bukan hanya aktivitas keuangan, dan dapat membantu pemakai dalam
membuat keputusan ekonomi, sosial dan politik (Tarigan 2013:33)
Informasi atas aktivitas dan kinerja keuangan daerah memang harus
diungkapkan kepada semua pihak yang berkepentingan sehingga hak-hak publik
dapat terpenuhi. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang
Keuangan
Negara
Gubernur/Bupati/Walikota
Pasal
menyampaikan
31
yang menyatakan
laporan
bahwa
pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD kepada DPRD yang merupakan stakeholder pemerintah
Daerah.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal
27 ayat (2) yang menyatakan bahwa Kepaia Daerah mempunyai kewajiban untuk
memberikan laporan pertanggungjawaban penyeienggaraan Pemerintah Daerah
kepada Pemerintah Pusat dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD serta menginformasikan Iaporan penyelenggaraan
Pemerintah Daerah kepada masyarakat..
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa terdapat beberapa
Universitas Sumatera Utara
kelompok utama pengguna laporan keuangan Pemerintah, namun tidak terbatas
pada:
a. Masyarakat.
b. Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa,
c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman, dan
d. Pemerintah.
Kepala Daerah yang terpilih melalui mekanisme politik yang ada dibentuk
kekuasaan untuk mengambil kebijakan-kebijakan pemerintah daerah atas nama
masyarakat daerah. Pemerintah daerah dievaluasi oleh pemilihnya dalam hal
kinerja fiskal dan anggaran untuk memastikan keefektifan dan keefesienan
terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah dijalankan. Pemerintah daerah dalam
hal ini Kepala Daerah, tak ubahnya sebagai manejer dari suatu entitas yang
benama pemerintah daerah. Masyarakat dapat dianalogikan sebagai principal
yaitu sebagai pemilik saham dan pemerintah daerah yang memberikan mandat
kepada agent yaitu pemerintah daerah untuk menjaIankan wewenangnya.
Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tantang
Keuangan Negara dinyatakan bahwa Kepala Daerah mempakan pengelola
keuangan daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam mengelola keuangan
daerah dimaksud, sebagian dari kekuasaan tersebut dikuasakan kepada bagian
Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta kepada Kepala Satuan
Kerja/Dinas selaku pengguna anggaran. Bagian Keuangan sebagai pembantu
Kepala Daerah dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah manajer keuangan
Universitas Sumatera Utara
atau Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Daerah. Sementara setiap Kepala
Satuan Kerja Dinas pada hakekatnya adalah manajer operasional atau Chief
Operational omcer (COO) Pemerintah Daerah.
Akuntabilitas pemerintah daerah terhadap pemerintah lain timbul karana
tingkat pemerintahan yang Iebih tinggi sering memiliki otoritas untuk mengawasi
terhadap pemerintah yang Iebih tinggi memberikan bantuan dana dan subsidi
kepada daerah. Di Indonesia, pemerintah pusat mengalokasikan dana yang berasal
dari
Anggaran
Pendapatan
Belanja
Negara
(APBN)
dalam
rangka
penyelenggaraan desentralisasi pemerintah yaitu Dana Perimbangan yang terdiri
dari bagian daerah penerimaan pajak dan sumber daya alam, Dana Alokasi Umum
dan Dana Alokasi Khusus. Semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan
desentralisasi
dicatat
dandikelola
dalarn
APBD.
Laporan
pertanggungjawaban terhadap pengelolaan dana perimbangan ini dilaporkan
kepada pemerintah pusat.
Pernyataan ini telah sesuai dengan Penjelasan Undang-undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah yang
menyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, penyerahan,
pelimpahan dan penugasan urusan pemen'ntahan kepada daerah secara nyata dan
bertanggungjawab harus diikuti dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan
sumber daya nasional secara adil. termasuk perimbangan keuangan antara
pemetintah
pusat
dan
pemerintah
daerah.
Pendanaan
penyelenggaraan
pemerintahan agar terlaksana secara efisien dan efektif untuk mencegah tumpang
tindih ataupun tidak tersedianya dana pada suatu bidang pemerintahan. Dana
perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari APBN yang
Universitas Sumatera Utara
tardiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.
Dana perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai
kewenangannya,
juga
bertujuan
untuk mengurangi
ketimpangan
sumber
pendanaan pemerintah anmra pemerintah pusat dan daerah serta untuk
mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar daerah. Ketiga komponen
dana perimbangan ini merupakan sistem transfer dana dari pusat serta merupakan
satu kesatuan yang umh. Namun. pernyataan di atas mungkin dapat ditambahkan
informasi bahwa semua penerimaan dan pengeluaran yang menjadi hak dan
kewajiban daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Pemerintah daerah harus menunjukkan bahwa APBD yang dibuat
dijalankan secara efektif dan efesien. Pemerintah daerah harus menunjukkan
kepada masyarakat bahwa pendapatan yang akan digunakan untuk tujuan yang
telah ditetapkan dalam faktanya memang benar-benar telah digunakan sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Layaknya dalam entitas perusahaan, Kepala
Daerah berperan layaknya sebagai CEO dalam mengelola suatu Holding Company
dimana masyarakat adalah pemiliknya (stakeholder/principal). DPRD dapat
berperan sebagai dewan komisaris pada perusahaan go public, yang memiliki
wewenang memilih, mengusulkan, mengangkat dan memberhentikan kapala
daerah yang tidak menerima pertanggungjawaban sesuai kewenangan DPRD.
Pemyataan dari penulis di atas yang menyatakan banwa Kepala Daerah
berperan Iayaknya sebagai CEO dan DPRD berperan sebagai Dewan Komisaris
pada perusahaan go public kurang tepat Berdasatkan Penjelasan Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dinyatakan bahwa hubungan
Universitas Sumatera Utara
antara Kepala Daerah dan DPRD merupakan hubungan ketja yang kedudukannya
setara dan bersifat kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna bahwa diantara
Iembaga pemerintahan daerah itu memiliki kedudukan yang sama dan
sejajar, artinya tidak saling membawahi. Berdasarkan Pasal 42 UU Nomor 32
Tahun 2004 dinyatakan bahwa DPRD tidak dapat memberhentikan lagi Kepala
Daerah walaupun tidak dapat menerima pertanggungjawaban Kepala Daerah
sesuai kewenangan DPRD. DPRD hanya mempunyai wewenang mengusulkan
pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah kepada Presiden melalui
Menteri Dalam Negeri bagi DPRD Provinsi dan kepada Menteri Dalam Negeri
melalui Gubemur bagi DPRD Kabupaten kota.
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan maka saat ini kerangka konseptual yang
mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan pusat dan daerah
mengacu kepada Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Kerangka
Konseptual ini berfungsi sebagai acuan dalam hal terdapat masalah akuntansi
yang belum dinyatakan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan.
Kerangka konseptual akuntabilitas publik dapat dibangun di atas dasar
empat komponen. Pertama, adanya sistem peiaporan keuangan.Kedua, adanya
sistem pengukuran kinerja. Ketiga. dilakukannya audit sektor publik. Keempat,
berfungsinya saluran akuntabilltas publik (channel of public accountability).
Selain itu dalam pengelolaan keuangan negara perlu diwaspadai adanya tindak
pidana korupsi atas keuangan negara. Korupsi adalah perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
Universitas Sumatera Utara
negara. Korupsi juga merupakan suatu proses dehumanisasi yang merusak sistem
pemerintahan melalui sistem keuangan negara.
Rizal (2012, 37)Perbaikan transparansi dan akuntabilitas keuangan Negara
sekaligus diharapkan untuk meraih dua tujuan mengurangi potensi konflik,
meningkatkan kemakmuran ekonomi rakyat, meningkatkan peringkat SUN,
pencegahan tindakan korupsi Pemberantasan korupsi tidak cukup hanya dengan
pengawasan saja tetapl juga diperlukan suatu slstem pemeriksaan keuangan yang
efektif. Olen karena itu untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan negara yang bebas dari korupsi maka pernenntah mengeluarkan
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban
Keuangan
Negara.
D. Sarana Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah
1) Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Sarana Akuntabllitas dan Transparansl
Keuangan Daerah Kota Medan
Sejak dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daarah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perkembangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka orientasi
pemerintah yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralisasi.
Parubahan orientasi yang didorong oleh tuntutan masyarakat atas transparansi dan
akuntabilitas keuangan pemerintah pusat dan daerah mendorong perlunya
penyempurnaan sistem akuntansi sangat diperiukan karena sejak negara ini
berdiri, sistem akuntansi yang digunakan pemerintah masih menggunakan dasar
tunai (cash basic) dan sistem pembukuan single entry sehingga belum
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan laporan keuangan seperti halnya pada laporan keuangan yang ada
pada sektor privat.
Mahmudi (2010:15) Pada prinsipnya setiap penerimaan pendapatan harus
segera di setor ke rekening kas umum daerah pada hari itu juga atau paling lambat
sehari setelah diterimanya pendapatan tersebut. Untuk menampung seluruh
sumber pendapatan perlu dibuat satu rekening tunggal, dalam hal ini rekening kas
umum daerah. Tujuan pembuatan satu pintu untuk pemasukan pendapatan adalah
untuk memudahkan pengendalian dan pengawasan pendapatan. Selanjutnya
penerimaan pendapatan tersebut dibukukan dalam buku akuntansi, berupa jurnal
penerimaan kas dan buku besar penerimaan per rincian objek pendapatan.
Kemudian buku tersebut akan diringkas dan dilaporkan dalam laporan keuangan
keuangan pemerintah yaitu: laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus
kas. Pemerintah daerah harus memastikan bahwa Pemda telah membangun sistem
akuntansi pendapatan yang baik, sehingga tidak ada pendapatan daerah yang tidak
dicatat dalam sistem akuntansi Pemda. Untuk itu, dengan sistem akuntansi yang
baik maka tidak perlu lagi terdapat dana nonbudgeter yang dipermasalahkan
transparansi dan akuntabilitas.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah maka sistem akuntansi yang digunakan oleh pemenntah
berubah. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah
adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam
Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban
dan ekuitas dalam Neraca. Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti
bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum
Universitas Sumatera Utara
Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui pada saat kas
dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.
Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui
dan dicatat pada saat terjadinya transaksi. atau pada saat kejadian atau kondisi
lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah tanpa memperhatikan saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar.
Basis akrual merupakan basis akuntansi yang mengakui pengaruh suatu
transaksi pada saat terjadinya, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar.(JKAP Vol 18,No.1 2013: 30)Standar akuntansi pemerintah
berbasis akrual ini diadopsi dari keberhasilan pemerintah negara-negara maju
untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan pemerintah, seperti
Selandia Baru, Australia, Amerika Serikat, Inggris dan Swedia, serta menjadi
kesatuan reformasi dalam bidang pengelolaan keuangan pemerintah.(Jurnal
Kebijakan dan Administrasi Publik JKAP Vol 18, No.1 2013: 30)
Standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual diharapkan lebih
sistematis menuju pengelolaan keuangan yang lebih baik sebagai salah satu
agenda reformasi keuangan di Indonesia, serta tantangan di era globalisasi
sekarang ini yaitu adanya tuntutan akuntabilitas dan transparansi penyelenggaraan
pemerintahan dengan adanya akuntansi pemerintahan. (Jurnal Kebijakan dan
Administrasi Publik JKAP Vol 18, No 1 2013: 30)
Mewujudkan
akuntabilitas
dengan
pemberian
informasi
dan
pengungkapan (disclosure) aktivitas serta kinerja keuangan pemerintah melalui
laporan keuangan kepada seluruh stakeholder diperlukan karena pemerintah
Universitas Sumatera Utara
adalah subjek informasi untuk memenuhi hak-hak publik yakni hak untuk tahu,
hak untuk diberi informasi dan didengar aspirasinya.
Sedangkan
tantangan
akuntansi
pemerintahan
untuk
mewujudkan
transparansi atau keterbukaan informasi terkait pada aktivitas pengelolaan sumber
daya publik kepada stakeholder dalam mengambil keputusan, sehingga informasi
akuntansi pada laporan keuangan yang disajikan kepada masyarakat harus handal
dan tepat waktu.
Sistem akuntansi keuangan daerah sudah mutlak diterapkan oleh
pemerintah daerah provinsi. kabupaten maupun kota berkaitan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan
Daerah.
Peraturan
Pemerintah
tersebut
mewajibkan
pemerintah daerah untuk memenuhi laporan pertanggungjawaban keuangan
daerah yang terdiri dari Laporan Perhitungan APBD. Nota Perhitungan APBD,
Laporan Aliran Kas, dan Neraca Daerah. Unsur laporan tersebut berbeda dan
laporan pertanggungjawaban yang lama, temtama mengenai Laporan Aliran Kas
dan Neraca Daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah dinyatakan bahwa komponen yang harus terdapat dalam
suatu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah meliputi:
a. Laporan Realisasi Realisasi Anggaran
b. Neraca
c. Laporan Arus Kas, dan
d. Catatatan atas Laporan Keuangan
Universitas Sumatera Utara
Beberapa pemerintah daerah masih menunggu petunjuk dan arahan yang
Iebih jelas tentang penerapan sistem akuntansi keuangan daerah. akan tetapi hal
tersebut tidak perlu terjadi seandainya pemerintah daerah memahami bahwa
sistem akuntansi keuangan daerah merupakan wewenang pemerintah daerah itu
sendiri dan tuntutan masyarakat akan adanya akuntabilitas dan transparansi
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah.
Pemyataan di atas sesuai dengan Pasal 70 Kepmendagri Nomor 29 Tahun
2002 dinyatakan bahwa sistem akuntansi yang menpuii proses pencatatan,
penggolongan, penafsiran. peningkatan transaksi atau kejadian keuangan serta
pelaporan keuangannya dalam rangka pelaksanaan APBD ditetapkan dengan
keputusan Kepala Daerah.Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah
Nomor 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan pada paragraf 38 dan paragraf 43
dinyatakan bahwa Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
2) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sebagal Bentuk Akuntablltas dan
Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Medan.
Undang-undang Nomor 32 menyatakan bahwa seIain berkewajiban
melaksanakan beberapa hal seperti memajukan dan mengembangkan daya saing
daerah, melaksanakan prinsip pemerintahan yang bersih dan baik, melaksanakan
dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah. Kepala daerah dan
wakil Kepala daerah berkewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat dan memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban
kepada
DPRD
serta
menginformasikan
laporan
penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada masyarakat. Laporan yang diberikan
Universitas Sumatera Utara
oleh
daerah
digunakan
oleh
pemerintah
pusat
untuk
mengevaluasi
penyalenggaraan pemerintah daerah.
Berdasarkan Pasal 184 UU Nomor 32 Tahun 2004 dinyatakan bahwa
Iaporan keuangan yang harus disampaikan oleh Kepala Daerah meliputi Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca. Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan. Selain itu. untuk tujuan akuntabilitas seharusnya pemerintah daerah
juga melaksanakan penyediaan informasi keuangan yang memungkinkan
pemerintah daerah untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan
secara tepat dan efektif program dan penggunaan sumber daya yang menjadi
wewenang dan memungkinkan untuk melaporkan kepada publik atas basil operasi
kepada pubiik atas hasil Operasi pemerintah daerah dan penggunaan dana publik.
Pada setiap akhir tahun anggaran dan periode pemerintahan, Kepala
Daerah wajib menyampaikan laporan pertanggungiawaban yang disampaikan
kepada DPRD sebagai wakil dari masyarakat yang telah mempercayakan
pengelolaan sumber daya daerah. Undang-undang republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2004 pasal 184 ayat 1 menyebutkan bahwa kepala daerah menyampaikan
rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD
bempa laporan keuangan yang telah diperiksa oieh Badan Pemeriksa Keuangan
paling lambat 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Pada ayat 2 disebutkan
bahwa Iaporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi Laporan
Realisasi APBD, Neraca. Laporan Aiiran Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan, yang dilampiri dengan Iaporan keuangan Badan Usaha Miiik Daerah.
Selanjutnya Gubemur/Bupati/ Walikota selaku Kepala Daerah dapat
mewajibkan pejabat yang ada dibawahnya yaitu Kepaia Satuan Kerja Pengeloia
Universitas Sumatera Utara
Keuangan Daerah seiaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun laporan
keuangan
pemerintah
Gubemur/BupatilWalikota
daelah
dalam
untuk
tangka
disampaikan
memenuhi
kepada
pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD, seperti yang disebutkan dalam pasal 56 ayat 1.UU Nomor 1
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Dengan adanya peraturan ini
diharapkan akan membawa kondisi yang memungkinkan akuntabilitas laporan
keungan dapat ben'alan secara berjenjang dalam tatanan sistem dan prosedur
birokrasi yang diterapkan dan disepakati bersama.
Sebagaimana telah diketahui bahwa sejak tahun 2001 Badan Pemeriksa
Keuangan
Republik
Indonesia
telah
menyampaikan
Hasil
Pemeriksaan
Semesteran (HAPSEM) kepada DPRD. yaitu basil pemeriksaan yang menyangkut
pengelolaan dan penanggungjawaban keuangan daerah yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Pasal 23E ayat (2)
Perubahan Ketiga UUD 1945 mengamanatkan bahwa basil pemeriksaan BPK
antara Iain diserahkan kepada DPRD.
Universitas Sumatera Utara
Dapat di Download
dalam bentuk PDF
Gambar 3.3
Laporan kas yang dapat di Download dari website BPKD kota
Medan
E. Hambatan dalam menciptakan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan
keuangan daerah
Majalah Hukum Nasional(2011 : 18)Faktor penghambat transparansi
dalam pelayanan public. Kami mencoba mengidentifikasikan faktor-faktor
penghambat terimplementasikannya asas transparansi dalam pelayanan publik
sebagai berikut:
1) SDM yang kurang kompeten dan/atau bermental korup; Kurangnya
kompetensi SDM aparatur diawali dari rekrutmen yang tidak benar karena
Universitas Sumatera Utara
sistem rekrutmen yang buruk. Hal ini berlanjut dengan pembinaan SDM yang
juga tidak baik. Banyaknya kasus tentang terjadinya praktik KKN dalam
perekrutan CPNS di berbagai instansi dan di pemerintah daerah menunjukkan
buruknya sistem rekrutmen PNS. Pengangkatan hampir satu juta tenaga honor
menjadi PNS yang tidak melalui proses seleksi merupakan contoh nyata
pengabaian kompetensi. Jika hal ini diimbangi dengan pembinaan yang baik,
maka akan dapat mengurangi dampak buruknya. Namunjika tidak diikuti
dengan pembinaan yang memadai, maka dampaknya akan sangat buruk di
masa yang akan datang. Tidak kompetennya SDM juga akan menghasilkan
sistem yang tidak sehat dan terjadinya KKN, seperti suap, pungli,
diskriminasi, dan bahkan mafia. Ketidak kompetenan juga dapat menimbulkan
ego sektoral atau mau menang sendiri. Untuk mempertahankan kedudukan
bukan dengan memperbaiki kinerja, melainkan dengan melakukan segala cara.
Hal ini juga te~adi pada sistem rekrutmen, sehingga memunculkan masalah
baru lagi yang sejenis sehingga menjadikan seperti lingkaran setan yang tidak
dapat dihentikan. Faktor politis, misalnya sistem pilkada yang ada sekarang ini
juga sangat berpengaruh tidak baik terhadap pembinaan SDM aparatur sejak
rekrutmen sampai dengan penempatan dan pengangkatan dalam jabatan.
Transparansi terhadap setiap komponen yang memang harus ditransparankan
dapat menampakkan dengan jelas praktik yang salah ini dan juga akan
mengungkap oknum-oknum yang
memang
tidak kompeten dan/atau
melakukan KKN. Oleh karenanya oknumoknum inilah yang akan berusaha
untuk menolak atau menghindari diterapkannya asas transparansi dalam
melaksanakan tugasnya, yaitu pelayanan publik.
Universitas Sumatera Utara
2) Tumpang
tindih
peraturan;
penghilangan
tumpang
tindih
tersebut
menyebabkan seorang pejabat menyamarkan atau menyembunyikan tugas dan
fungsinya dengan menonjolkan wewenangnya. Hal ini jelas bertentangan
dengan asas transparansi. Tumpang tindihnya peraturan perundangan ini
banyak dipengaruhi juga oleh faktor politis dan legislatif maupun dari
eksekutif sendiri.
3) Sistem money yang lemah; Sistem pengawasan, monitoring, dan evaluasi yang
lemah tidak akan dapat mengungkap kelemahan maupun penyimpangan yang
terjadi pada suatu kegiatan, termasuk tidak dipatuhinya ketentuan dan
keharusan untuk mengimplementasikan asas transparansi.
4) Lemahnya penegakan aturan (hukum); Sering dijumpai adanya penyimpangan
yang tidak diambit tindakan yang selayaknya, dengan berbagai pertimbangan.
Hal ini mengakibatkan kesalahan serupa dapat terjadi secara berulang. Hasil
pengawasan, termasuk pengawasan masyarakat berupa pengaduan yang tidak
ditindaklanjuti akan menjadikan pengawasan itu sendiri tidak ada manfaatnya.
Hal ini menjadikan masyarakat apatis sehingga pengawasan masyarakat
menjadi tidak berfungsi.
5) Masyarakat yang toleran (atau mungkin sudah apatis?) atas penyimpangan
yang terjadi pada pelayanan publik. Hal ini banyak terjadi manakala
masyarakat sudah merasa terbiasa dengan terjadinya penyimpangan yang tidak
pernah ditindak. Dengan demikian maka pengawasan masyarakat tidak akan
lagi berfungsi sebagaimana seharusnya. Hal inijuga disebabkan pemahaman
nilai-nilai luhur agama yang salah.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang di lakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan, sebagai berikut:
1. Konsep, Mekanisme dan Implementasi Akuntabilitas Keuangan Daerah Kota
Medan, konsepnnya haruslah memiliki jiwa yang eterpreneurship dan juga
responsivenes pada pihak yang melaksanakan akuntabilitas. Mekanisme yang
dilakukan adalah Dengan melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah, sumber-sumber pendanaan yang dapat dikelola oleh
Pemerintah Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
Pinjaman Daerah, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah. Imlementasinya Sama
seperti pengelolaan pendapatan, belanja daerah juga perlu dikelola dengan baik,
dengan memperhatikan prinsip-prinsip ekonomis, efektif dan efisien serta prinsip
transparansi dan akuntabilitas. Pengelolaan belanja dapat mendukung tercapainya
visi dan misi kepala daerah, antara lain dengan memenuhi konsep value for money
(ekonomis, efisiensi dan efektivitas).
2. Sarana akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan daerah, Sistem
Akuntansi
Keuangan
Daerah
adalah
salah
satu
Sarana
Akuntabllitas
dan Transparansi Keuangan. Daerah Kota Medan, tuntutan masyarakat atas
transparansi dan akuntabilitas keuangan pemerintah pusat dan daerah mendorong
perlunya penyempurnaan sistem akuntansi sangat diperlukan karena sejak negara
in
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Akuntabilitas
Menurut keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN)
No.589/IX/6/YI99 dalam pedoman penyusunan pelaporan akuntabilitas kinerja
instansi Pemerintah (2003), Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan
pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan
seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang
memiliki
hak
atau
berkewenangan
untuk
meminta
keterangan
atau
pertanggungjawaban. Oleh karena itu, pemberlakuan undang-undang otonomi
daerah harus dapat meningkatkan daya inovatif dari pemerintah daerah untuk
dapat memberikan laporan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan keuangan
daerah dari segi eflsiensi dan efektivitas kepada DPRD maupun masyarakat Iuas.
Karianga (2011 : 447). Akuntabilitas adalah konsep etika dan konsep
pemerintahan yang merupakan pengakuan dan pertanggungjawaban terhadap tiap
tindakan, produk, keputusan, kebijakan termasuk pula didalamnya administrasi
publik, pemerintahan, dan implementasi dalam lingkup peran atau posisi kerja dan
mencakup kebijakan untuk melaporkan, menjelaskan dan bertanggungjawab atas
konsekuensi yang dihasilkan.
Setelah memahami pengertian diatas penulis menyimpulkan secara
sederhana bahwa Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban
mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi
Universitas Sumatera Utara
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya,
melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik.
2. Transparansi
Karianga (2011:286) Transparasi adalah salah satu karakteristik good
governance terutama adanya semangat zaman serba terbuka dan akibat adanya
revolusi informasi. Keterbukaan mencakup semua aspek aktivitas yang
menyangkut semua kepentingan public.
Tarigan (2013:35)Asas transparansi adalah asas yang membuka diri
terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan negara/daerah dengan tetap memperhatikan
kerahasiaan negara. Jiwa dari sistem ini adalah kemampuan dari setiap warga
negara untuk memperoleh informasi melalui akuntabilitas pejabat pemerintah atas
kegiatan yang mereka lakukan. Prinsip yang mendasari transparansi dalam
aktivitas pemerintah dibangun dalam prinsip dasar yang mempedoman.
Setiap warga negara berhak mengetahui (right to know) untuk setiap
aktivitas penyelengaraan pemerinthan yang dilakukan oleh setiap pejabat negara
baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dengan adanya transparansi
maka diharapkan setiap warga Negara dapat berperan aktif dalam melakukan
pengawasan atas jalanya pemerintahan. Dengan adanya transparansi maka
diharapkan setiap warga Negara dapat berperan aktif dalam melakukan
pengawasan atas jalannya pemerintahan. Akuntabilitas
Publik
Keuangan
Daerah. Karianga (2011 : 94) Dari segi waktu pengawasan dapat dibedakan
menjadi :
Universitas Sumatera Utara
(a) Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dimulai
(b) Pengawasan yang dilakukan pada waktu kegiatan berjalan.
(c) Pengawasan yang dilakukan pada waktu kegiatan selesai dilaksanakan
Lismawati (2013:27),
Transparansi
adalah
memberikan
informasi
keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan
bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan
menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya
yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundangundangan. Penyelengaraan pemerintahan yang transparan akan memiliki kriteria:
adanya pertanggungjawaban terbuka; adanya aksesibilitas terhadap laporan
keuangan; adanya publikasi laporan keuangan, hak untuk tahu hasil audit dan
ketersediaan informasi kinerja.
3. Keuangan Daerah
Keuangan daerah berhubungan erat dengan hak dan kewajiban daerah
terkait dengan penerimaan, pengeluaran keuangan juga pemanfaatan barang milik
daerah, yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban.
(Karianga 2011:35)
Pasal 1 angka 5 PP No.58 Tahun 2005 menjelaskan bahwa: keuangan
daerah adalah semua hak dan kewajiban dearah dalam rangkapenyelenggaraan
pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang teermasuk didalamnya segala
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Nahar (2012: 140)Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
Universitas Sumatera Utara
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.. Selain itu pemerintah
daerah sebagai organisasi publik tidak mempunyai ukuran kriteria kinerja. seperti
laba. untuk menilai berhasil tidaknya organisasi tersebut mencapai sasaran atau
tujuannya sebagaimana pada sektor publik.
B. Konsep, Mekanisme, dan implementasi Akuntabilitas Keuangan Daerah
Kota Medan
1) KonsepAkuntabilitas Keuangan Daerah Kota Medan
Mahmudi (2010 : 7) Seiring dengan semakin tingginya tujuan tuntutan
diciptakannya Good governance maka pengelolaan keuangan daerah haruslah
memiliki prinsip Akuntabilitas dan Transparansi yang sudah yang diterapkan
dengan baik.
Pemberlakuan Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah (yang lebih popular dengan Undang-undang Otonomi Daerah) memang
harus dapat meningkatkan daya inovatif dari Pemerintah Daerah untuk dapat
memberikan laporan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan keuangan daerah
yang dilihat dari segi efesiensi dan efektivitas kepada DPRD maupunmasyarakat
Iuas. Namun, Iaporan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan keuangan
daerah tersebut seharusnya tidak hanya dilihat dari segi efesiensi dan afektivitas
saja. Hal yang juga panting untuk dilaporkan adalah dari segi ekonomisnya.
Penulis melihat bahwa laporan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan
keuangan daerah harus mengungkapkan aspek ekonomis, efektivitas, dan
efisiensi. Hal ini telah dijelaskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa keuangan Negara
Universitas Sumatera Utara
dikelola secara
tertib.
efektif,
efisien,
ekonomis.
taat
pada
peraturan
perundangundangan, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan.
Akuntabilitas ditujukan untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan yang
berhubungan dengan pelayanan apa, siapa, kepada siapa. milik siapa. yang mana.
dan bagaimana. Pertanyaan yang memetukan jawaban tersebut antara lain, apa
yang
harus
diserahkan.
dipertanggungjawabkan,
kepada
siapa
mengapa
pertanggungjawaban
pertanggungjawaban
diserahkan,
siapa
harus
yang
bertanggung jawab terhadap berbagai bagian kegiatan dalam masyarakat, apakah
pertanggungjawaban berjalan seiring dengan kewenangan yang memadai, dan lain
sebagainya. Konsep pelayanan ini dalam akuntabilitas belum memadai, maka
harus diikuti dengan jiwa eterpreneurship pada pihak-pihak yang melaksanakan
akuntabilitas.
Konsep pelayanan dalam akuntabilitas selain harus diikuti dengan jiwa
eterpreneurship juga harus diikuti dengan jiwa responsiveness. Hal ini harus
dilakukan agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dapat dilakukan
secara cepat dan tanggap dalam melayani stakeholder sesuai dengan karakteristik
Good Governance menurut UNDP dan World Bank. Selain itu dalam pengantar
Standar Akuntansi Pemerintah dinyatakan bahwa salah satu upaya nyata untuk
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah
penyampaian Iaporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi
prinsip waktu. Oleh karena itu. menurut penulis penyataan di atas perlu
ditambahkan tentang kapan pertanggungjawaban harus diserahkan.
Universitas Sumatera Utara
Lukito (2014 : 3). Sudah menjadi ciri dari pelayanan publik atau produksi
barang publik, bahwa umumnya sulit untuk dapat menunjukan siapa yang
bertanggungjawab terhadap kinerja output atau hasil kinerjanya. Oleh karena itu,
suatu manajemen keuangan publik yang baik perlu menginformasikan rencana
kinerjanya yang meliputi klarifikasi penanggungjawabannya.
Lismawati
(2013:26).Setelah
suatu
sistem
pengelolaan
keuangan
terbentuk, perlu disiapkan suatu alat untuk mengukur kinerja dan mengendalikan
pemerintahan agar tidak terjadi KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), tidak
adanya kepastian hukum dan stabilitas politik, dan ketidakjelasan arah dan
kebijakan pembangunan.Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara Pasal 58 ayat (1) dinyatakan bahwa dalam rangka
meningkatkan kinerja. transparansl, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan,
Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem
pengendalian intern di lingkungan pemerintah secara menyeluruh.
Akuntabilitas dapat hidup dan berkembang dalam suasana yang transparan
dan demokratis serta adanya kebebasan dalarn mengemukakan pendapat Sehingga
dalam negara yang tidak transparan, akuntabilitas akan hilang dan tidak berIaku.
Oleh karena itu, pemerintah harus betul-betul menyadari bahwa pemerintahan
dan pelayanan kepada masyarakat adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari
publik.
Akuntabilitas merupakan konsep yang luas dan mensyaratkan agar
pemerintah memberikan laporan mengenai penguasaan atas dana-dana publik dan
penggunaannya sesuai peruntukan, juga harus dapat memperlanggungjawabkan
kepada rakyat mengenai penghimpunan sumber dana publik dan tujuan
Universitas Sumatera Utara
penggunaannya sesuai dengan defenisi akuntabilitas dalam Peraturan Pemetintah
Nomor 24 Tahun 2005, namun mungkin perlu ditambaanan atas defenisi di atas
bahwa pertanggungjawaban harus dilakukan secara pariodik.
Wiguna(2015:5)Transparansi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
instansi pemerintah.
Perwujudan
transparansi
sebagai amanat
peraturan
perundang-undangan dalam pengelolaan pemerintahan telah memberikan tekanan
kepada aparatur pengelola pemerintahan untuk membuka diri terhadap hak
masyarakat dalam memperoleh informasi seluas-luasnya dengan benar, jujur dan
tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah. Alasan ini akan
menjadikan aparatur pemerintah akan menampilkan kinerja terbaiknya dalam
menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sehingga dia akan bekerja sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, maka dengan sendirinya kinerja pemerintah
daerah juga akan baik.
Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan
perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan
akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya,
dengan (a) menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas pemerintah; (b) menyediakan informasi mengenai
Universitas Sumatera Utara
perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah; (c)
menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya
ekonomi; (d) menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap
anggarannya; (e) menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan
mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya; (f) menyediakan
informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan
kegiatan peme rintahan; (g) menyediakan informasi yang berguna untuk
mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
Jadi menurut penulis penulis transparansi akan terwujud jika laporan
keuangan yang dibuat oleh instansi pemerintah sudah dapat di konsumsi oleh
masyarakat luas, dengan adanya media massa yang mampu mengadakan data
laporan keuangan dari pemerintah.
2) Mekanisme Akuntabilitas Kauangan Daerah Kota Medan
Akuntansi sektor publik dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dengan
tujuan untuk memberikan informasi yang dipedukan untuk mengelola secara
efisien dan ekonomis operasional dan alokasi sumber daya daerah yang
dipercayakan kepadanya dengan tujuan pengendalian.
Dalam pelaksanaan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah.
kenyataannya mekanisme akuntabilitas keuangan daerah tidak berjalan dengan
baik terutama kepada masyarakat. Akuntabilitas dan transparansi laporan
keuangan pemerintah daerah tidak begitu dipahami oleh masyarakat sebagai
pemakai. Sebagian besar masyarakat tidak dalam asumsi memiliki pengetahuan
yang memadai tentang aktivitas pemerintahan dalam pengelolaan keuangan, aset
Universitas Sumatera Utara
daerah dan akuntansi. Contohnya adalah pajak dan retribusi yang dipungut oieh
pemerintah daerah dan masyarakat Pajak dan retribusi yang dibayar oleh
masyarakat dicatat di Laporan Perhitungan APBD sebagai Pendapatan Asli
Daerah.Hak memungut yang dimiliki pemerintah daerah menyebabkan wajib
pajak, dalam hal ini masyarakat, menjadi sumber daya tidak sukareIa atau
terpaksa yang tersedia.
Wajib pajak pribadi tidak dapat menolak untuk membayar pajak jika
mereka berfikir bahwa pemerintah daerah menggunakan sumber pendapatan dari
pajak secara tidak tepat, atau wajib pajak membayar pajak dengan jumlah lebih
rendah apabila pemerintah daerah harus memberikan pelayanan kepada wajib
pajak dengan semestinya. Atau bahkan, Pemerintah daerah tidak menjalankan
aspirasi masyarakat yang memilih mereka melalui mekanisme politik yang ada.
Pemerintah daerah yang digaji dan sumber-sumber pendapatan daerah,
salah satunya dari pajak dan retribusi yang dipungut dari masyarakat, tidak bisa
semena-mena dapat memastikan bahwa pemerintah daerah dapat memenuhi
harapan masyarakat. Masyarakat tidak sadar dan tidak disadarkan oleh sistem
pemerintahan yang ada bahwa pajak yang mereka bayar walaupun tidak langsung
menimbulkan hak untuk menerima pelayanan dari pemerintah. Begitupun
masyarakat sebagai pembayar retribusi mereka tidak mampu berbuat apa-apa
ketika pelayanan langsung yang diberikan pemerintah daerah dibawah standar
kinerja yang ditetapkan. Masyarakat tidak dapat berperan sebagai principal
(pemilik) yang menugasi agent (pemerintah daerah) untuk melakukan jasa dengan
disertai pembenan wewenang untuk melakukan pengambilan keputusan dari
principal kepada agent.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat juga lembaga swadaya masyarakat pemerhati masalah-masalah
korupsi, kolusi dan nepotisme dengan memberikan tekanan secara kelompok
denganmempertanyakan
akuntabilitas
laporan
keuangan
yang
dihasilkan
pemerintah daerah. Tetapi mereka adalah Iembaga yang berada diluar mekanisme
pengendalian sistem pemerintahan yang berjalan sehingga efektifltas dorongan
terhadap akuntabilitas laporan keuangan yang disajikan tidak dapat dilihat secara
Iangsung.
Mekanisme monitoring cost sebenamya sudah berjalan pada akuntansi
sektor pubiik walaupun belum seefektif pada sektor privat. Hal ini dapat kita lihat
dari adanya keberadaan lembaga pengawas seperti Badan Pengawas Daerah.
Badan Pengawas Keuangan Pembangunan, dan DPRD. Lembaga-lembaga
tersebut tentunya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang menggunakan
biaya yang bersumber dari keuangan negara. Oleh karena itu mekanisme
monitoring cost telah berjalan dalam akuntansi sektor publik.
Tingkat pendidikan (literacy) dari masyarakat mempengaruhi pemahaman
akan pentingnya kondisi dan prospek pemerintahan yang tercermin dalam Iaporan
keuangan pemerintah daerah. Di dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan, pemakai diasumsikan
memiliki
pengetahuan
yang
memadai
tentang
aktivitas
ekonomi
dan
bisnis,akuntansi, serta mempunyai kemampuan untuk mempelajari informasi
dengan ketekunan yang wajar.
Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maka
Iingkup akuntansi sektor pubiik harus menggunakan Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan Standar Akuntansi Pemerintahan dimana
Universitas Sumatera Utara
pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan
lingkungan operasi entilas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk
mempelajan informasi yang dimaksud.
Gambar 3.1
Skema akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah Kota Medan
Dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah, sumber-sumber pendanaan yang dapat dikelola oleh
Pemerintah Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
Pinjaman Daerah, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah. Pendapatan Asli Daerah
bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai
pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan
desentralisasi.
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari hasil Pajak Daerah, hasil
Retribusi Daerah, hasil pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan lainlain Pendapatan Asli Daerah yang sah, yang digali dari daerah yang bersangkutan
berdasarkan asas desentralisasi. Dana Perimbangan merupakan pendanaan Daerah
yang bersumber dari APBN yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana
Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Ketiga komponen
Dana Perimbangan dialokasikan kepada daerah dalam satu kesatuan sistem
transfer dana dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah guna mengurangi
ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah (vertical
imbalance) serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar
Daerah (horizontal imbalance).
Pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Pusat mengalokasikan Dana Darurat
yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh
bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi
oleh Daerah dengan menggunakan sumber APBD. Dana Darurat merupakan
bagian dari lain-lain Pendapatan dalam APBD dan diberikan dalam kerangka
hubungan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Dana Darurat
3) Implementasi Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan
Daerah Kota Medan
Tarigan (2013 : 37) Sama seperti pengelolaan pendapatan, belanja daerah
juga perlu dikelola dengan baik, dengan memperhatikan prinsip-prinsip ekonomis,
efektif dan efisien serta prinsip transparansi dan akuntabilitas. Pengelolaan belanja
dapat mendukung tercapainya visi dan misi kepala daerah, antara lain dengan
Universitas Sumatera Utara
memenuhi konsep value for money (ekonomis, efisiensi dan efektivitas). Dana
yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk meningkatkan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Demikian juga dengan pemerintah
daerah dan unit-unit kerja dibawahnya dalam membangun tujuan atau
keberadaannya dilakukan dengan melihat perspektif ekonomis, efektifitas, dan
efisiensi. Ekonomis biasanya dikaitkan dengan perolehan sumber daya (input)
dengan harga yang semurah mungkin dengan kualitas standar. Efisiensi
merupakan hubungan antara input dan output, sedangkan efektivitas akan
dihubungkan dengan berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuan atau
sasarannya.
Pencapaian kinerja organisasi pemerintah biasanya memang dihubungkan
dengan konsep 3E. Hal ini sesuai dengan konsep Value For Money. Tarigan
(2013:37) yang merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang
didasarkan pada tiga elemen yaitu ekonomis, efisiensi dan efektivitas. Namun tiga
elemen ini saja sebenarnya tidak oukup dan perlu ditambah dengan dua elemen
lain yaitu keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan (equality). Artinya
bahwa penggunaan uang publik hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada
kelompok tertentu saja tetapi dilakukan secara merata.
C. Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Daerah Kota Medan
1) TransparansiKeuangan Daerah Kota Medan
Lukito (2014 : 97). Ada dua tehnik penampilan untuk laporan keuangan
yaitu adalah pelaporan untuk kepentingan internal atau eksternal. Pelaporan
eksternal sifatnya adalah untuk kepentingan menjawab akuntabilitas ke pihak luar
Universitas Sumatera Utara
organisasi, misalnya untuk pelaporan untuk pihak legislatif atau masyarakat
umum. Tujuannya, dengan membaca laporan para pemangku-kepentingan dapat
menilai apakah kualitas fasilitas publik yang mereka dapatkan sudah sepadan
dengan pajak yang mereka keluarkan. Sedangkan pelaporan internal, selain untuk
kepentingan akuntabilitas internal organisasi antar tingkatan tanggungjawab
namun lebih diutamakan untuk perbaikan manajemen pelayanan publik
Transparansi Pemerintah Daerah terkait dengan pengelolaan keuangan
daerah merupakan wujud nyata pemerintah daerah terutama SKPD di Kabupaten
Buleleng yang merupakan bukti keseriusan pemerintah dalam menjelankan
pemerintahan yang bersih, jujur dan bebas korupsi. Disamping itu transparansi
pengelolaan keuangan yang dilakukan pemerintah daerah kepada publik
merupakan bentuk keberhasilan pemerintah dalam mengelola dana yang ada untuk
kepentingan masyarakat dan hal ini adalah bukti bahwa kinerja pemerintah daerah
semakin baik. (Darmawan 2010: 10)
Walaupun proses penyusunan anggaran tidak lagi diatur oleh Pemerintah
Pusat ada beberapa hal yang pedu dicermati. Berdasarkan Pasal 185 Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa
Rancangan APBD sebelum diserahkan dan disahkan DPRD harus dievaluasi
terlebih dahulu oleh Menteri Dalam Negeri untuk melihat apakah penyusunan
APBD tersebut telah sesuai dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi.
Dengan demikian sebenamya masih terdapat peranan pemerintah dalam
penyusunan APBD.
Beberapa bentuk pengaturan tersebut berupa penerapan Peraturan
Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
Universitas Sumatera Utara
29 Tahun 2002. Ketentuan tersebut pada intinya mengharuskan agar pemerintah
daerah segera menerapkan sistem akuntansi dalam melakukan pengelolaan
keuangan
daerah.
Akan
tetapi,
sebelum
pola
penerapan
akuntansi
keuangan daerah, masyarakat telah banyak dibohongi pemerintah pusat maupun
daerah dengan berbagai kamuflase dalam suatu retorika. diantaranya melalui
konsep anggaran berimbang dinamis, penerimaan pinjaman sebagai pendapatan.
bantuan yang sifatnya sebagai special grant dan lain-lain.
Beberapa orang juga tidak setuju dengan konsep anggaran berimbang dan
dinamis dimana penanamaan pinjaman dianggap pemerintah sebagai pendapatan.
Namun. saat ini konsep anggaran berimbang dan dinamis telah dirubah. Sesuai
dengan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 maka konsep anggaran pada
pemerintah daerah berubah menjadi anggaran surplus/defisit
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 dinyatakan
bahwa APBD disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem
anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian basil kerja atau output dari
perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. APBD merupakan rencana
keuangan pemen'ntah daerah dalam rangka melaksanakan kewenangannya selama
satu tahun anggaran. Berdasarkan pendekatan kinerja, setiap alokasi biaya yang
direncanakan dalam APBD dihubungkan dengan tingkat pencapaian pelayanan
tertentu yang hams dicapai.
Anggaran kinerja harus didasarkan pada sasaran tertentu yang hendak
dicapai dalam 1 tahun anggaran. Oleh karana itu, pemerintah daerah bersamasama dengan DPRD menyusun Arah dan Kebijakan Umum APBD yang memuat
petunjuk dan ketentuan-ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam
Universitas Sumatera Utara
penyusunan APBD. Arah dan kebijakan umum APBD memuat komponenkomponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang diharapkan pada setiap bidang
kewenangan pemerintah daerah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun
anggaran. Komponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang diharapkan disusun
berdasarkan aspirasi masyarakat dengan mempertimbangkan kondisi dan
kemampuan daerah. termasuk kinerja pelayanan yang telah dicapai dalam tahuntahun anggaran sebelumnya.
Pemyataan di atas perlu ditambahkan karena sesuai dengan Pasal 17 ayat
(2) Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 dinyatakan bahwa dalam menyusun arah
dan kebijakan umum APBD diawali dengan penjaringan aspirasi masyatakat,
berpedoman pada Renstra atau dokumen perencanaan daerah lainnya yang
ditetapkan daerah, serta pokok-pokok kebijakan nasional di bidang keuangan
daerah oleh mendagri.
Lukito(2014:103). Pelaporan berbasis web, selain bentuk pelaporan kinerja
berbasis
kertas,
kemajuan
teknologi
informasi
telah
memungkinkan
berkembangnya pelaporan berbasis web yaitu pelaporan elektronik yang dapat
memudahkan akses publik. Media elektronik dan sistem informasi sosial internet
dapat dijadikan media utama penyampaian informasi. BPKD kota medan telah
menerapkan pelaporan berbasis web ini. Pelaporan berbasib web yang dibuat oleh
BPKD kota medan dapat kita searching di internet dengan menggunakan keyword
: bpkd.pemkomedan.go.id
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.2
Tampilan awal website BPKD Kota Medan
2) Akuntabilitas Keuangan Daerah Kota Medan
Nahar (2012:140) Transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah adalah
pertanggungjawaban pemerintah daerah berkenaan dengan pengelolaan keuangan
daerah kepada publik secara terbuka dan jujur melalui media berupa penyajian
laporan keuangan yang dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan
dengan anggapan bahwa publik berhak mengetahui informasi tersebut.
Kualitas Pemerintah Daerah yang baik (good govermance) tidak hanya
ditentukan oleh akuntabilitas, Transparansi, partisipasi masyarakat dan supremasi
hukum. Namun, kualitas pemerintah yang baik juga ditentukan oleh faktor-faktor
lain seperti partisipasi, penegakan hokum, transparansi, daya tanggap, consensus
orientation, keadilan, efektifitas dan efesiensi, akuntabilitas, visi strategis Hal ini
sesuai dengan karakteristik pelaksanaan pemerintahan yang baik menurut UNDP.
Universitas Sumatera Utara
Tarigan(2013:33)Akuntabilitas
keuangan
merupakan
pertanggung-
jawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan pengelolaan
keuangan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. publik harus
dapat mempertanggungjawabkan setiap kebijakan yang diambilnya kepada
masyarakat.Kaitan akuntabilitas dengan pelaporan keuangan yakni pemberian
informasi keuangan kepada stakeholder sehingga memungkinkan bagi mereka
untuk menilai pertanggungjawaban pemerintah atas semua aktivitas yang
dilakukan, bukan hanya aktivitas keuangan, dan dapat membantu pemakai dalam
membuat keputusan ekonomi, sosial dan politik (Tarigan 2013:33)
Informasi atas aktivitas dan kinerja keuangan daerah memang harus
diungkapkan kepada semua pihak yang berkepentingan sehingga hak-hak publik
dapat terpenuhi. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang
Keuangan
Negara
Gubernur/Bupati/Walikota
Pasal
menyampaikan
31
yang menyatakan
laporan
bahwa
pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD kepada DPRD yang merupakan stakeholder pemerintah
Daerah.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal
27 ayat (2) yang menyatakan bahwa Kepaia Daerah mempunyai kewajiban untuk
memberikan laporan pertanggungjawaban penyeienggaraan Pemerintah Daerah
kepada Pemerintah Pusat dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD serta menginformasikan Iaporan penyelenggaraan
Pemerintah Daerah kepada masyarakat..
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa terdapat beberapa
Universitas Sumatera Utara
kelompok utama pengguna laporan keuangan Pemerintah, namun tidak terbatas
pada:
a. Masyarakat.
b. Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa,
c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman, dan
d. Pemerintah.
Kepala Daerah yang terpilih melalui mekanisme politik yang ada dibentuk
kekuasaan untuk mengambil kebijakan-kebijakan pemerintah daerah atas nama
masyarakat daerah. Pemerintah daerah dievaluasi oleh pemilihnya dalam hal
kinerja fiskal dan anggaran untuk memastikan keefektifan dan keefesienan
terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah dijalankan. Pemerintah daerah dalam
hal ini Kepala Daerah, tak ubahnya sebagai manejer dari suatu entitas yang
benama pemerintah daerah. Masyarakat dapat dianalogikan sebagai principal
yaitu sebagai pemilik saham dan pemerintah daerah yang memberikan mandat
kepada agent yaitu pemerintah daerah untuk menjaIankan wewenangnya.
Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tantang
Keuangan Negara dinyatakan bahwa Kepala Daerah mempakan pengelola
keuangan daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam mengelola keuangan
daerah dimaksud, sebagian dari kekuasaan tersebut dikuasakan kepada bagian
Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta kepada Kepala Satuan
Kerja/Dinas selaku pengguna anggaran. Bagian Keuangan sebagai pembantu
Kepala Daerah dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah manajer keuangan
Universitas Sumatera Utara
atau Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Daerah. Sementara setiap Kepala
Satuan Kerja Dinas pada hakekatnya adalah manajer operasional atau Chief
Operational omcer (COO) Pemerintah Daerah.
Akuntabilitas pemerintah daerah terhadap pemerintah lain timbul karana
tingkat pemerintahan yang Iebih tinggi sering memiliki otoritas untuk mengawasi
terhadap pemerintah yang Iebih tinggi memberikan bantuan dana dan subsidi
kepada daerah. Di Indonesia, pemerintah pusat mengalokasikan dana yang berasal
dari
Anggaran
Pendapatan
Belanja
Negara
(APBN)
dalam
rangka
penyelenggaraan desentralisasi pemerintah yaitu Dana Perimbangan yang terdiri
dari bagian daerah penerimaan pajak dan sumber daya alam, Dana Alokasi Umum
dan Dana Alokasi Khusus. Semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan
desentralisasi
dicatat
dandikelola
dalarn
APBD.
Laporan
pertanggungjawaban terhadap pengelolaan dana perimbangan ini dilaporkan
kepada pemerintah pusat.
Pernyataan ini telah sesuai dengan Penjelasan Undang-undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah yang
menyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, penyerahan,
pelimpahan dan penugasan urusan pemen'ntahan kepada daerah secara nyata dan
bertanggungjawab harus diikuti dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan
sumber daya nasional secara adil. termasuk perimbangan keuangan antara
pemetintah
pusat
dan
pemerintah
daerah.
Pendanaan
penyelenggaraan
pemerintahan agar terlaksana secara efisien dan efektif untuk mencegah tumpang
tindih ataupun tidak tersedianya dana pada suatu bidang pemerintahan. Dana
perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari APBN yang
Universitas Sumatera Utara
tardiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.
Dana perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai
kewenangannya,
juga
bertujuan
untuk mengurangi
ketimpangan
sumber
pendanaan pemerintah anmra pemerintah pusat dan daerah serta untuk
mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar daerah. Ketiga komponen
dana perimbangan ini merupakan sistem transfer dana dari pusat serta merupakan
satu kesatuan yang umh. Namun. pernyataan di atas mungkin dapat ditambahkan
informasi bahwa semua penerimaan dan pengeluaran yang menjadi hak dan
kewajiban daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Pemerintah daerah harus menunjukkan bahwa APBD yang dibuat
dijalankan secara efektif dan efesien. Pemerintah daerah harus menunjukkan
kepada masyarakat bahwa pendapatan yang akan digunakan untuk tujuan yang
telah ditetapkan dalam faktanya memang benar-benar telah digunakan sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Layaknya dalam entitas perusahaan, Kepala
Daerah berperan layaknya sebagai CEO dalam mengelola suatu Holding Company
dimana masyarakat adalah pemiliknya (stakeholder/principal). DPRD dapat
berperan sebagai dewan komisaris pada perusahaan go public, yang memiliki
wewenang memilih, mengusulkan, mengangkat dan memberhentikan kapala
daerah yang tidak menerima pertanggungjawaban sesuai kewenangan DPRD.
Pemyataan dari penulis di atas yang menyatakan banwa Kepala Daerah
berperan Iayaknya sebagai CEO dan DPRD berperan sebagai Dewan Komisaris
pada perusahaan go public kurang tepat Berdasatkan Penjelasan Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dinyatakan bahwa hubungan
Universitas Sumatera Utara
antara Kepala Daerah dan DPRD merupakan hubungan ketja yang kedudukannya
setara dan bersifat kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna bahwa diantara
Iembaga pemerintahan daerah itu memiliki kedudukan yang sama dan
sejajar, artinya tidak saling membawahi. Berdasarkan Pasal 42 UU Nomor 32
Tahun 2004 dinyatakan bahwa DPRD tidak dapat memberhentikan lagi Kepala
Daerah walaupun tidak dapat menerima pertanggungjawaban Kepala Daerah
sesuai kewenangan DPRD. DPRD hanya mempunyai wewenang mengusulkan
pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah kepada Presiden melalui
Menteri Dalam Negeri bagi DPRD Provinsi dan kepada Menteri Dalam Negeri
melalui Gubemur bagi DPRD Kabupaten kota.
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan maka saat ini kerangka konseptual yang
mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan pusat dan daerah
mengacu kepada Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Kerangka
Konseptual ini berfungsi sebagai acuan dalam hal terdapat masalah akuntansi
yang belum dinyatakan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan.
Kerangka konseptual akuntabilitas publik dapat dibangun di atas dasar
empat komponen. Pertama, adanya sistem peiaporan keuangan.Kedua, adanya
sistem pengukuran kinerja. Ketiga. dilakukannya audit sektor publik. Keempat,
berfungsinya saluran akuntabilltas publik (channel of public accountability).
Selain itu dalam pengelolaan keuangan negara perlu diwaspadai adanya tindak
pidana korupsi atas keuangan negara. Korupsi adalah perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
Universitas Sumatera Utara
negara. Korupsi juga merupakan suatu proses dehumanisasi yang merusak sistem
pemerintahan melalui sistem keuangan negara.
Rizal (2012, 37)Perbaikan transparansi dan akuntabilitas keuangan Negara
sekaligus diharapkan untuk meraih dua tujuan mengurangi potensi konflik,
meningkatkan kemakmuran ekonomi rakyat, meningkatkan peringkat SUN,
pencegahan tindakan korupsi Pemberantasan korupsi tidak cukup hanya dengan
pengawasan saja tetapl juga diperlukan suatu slstem pemeriksaan keuangan yang
efektif. Olen karena itu untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan negara yang bebas dari korupsi maka pernenntah mengeluarkan
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban
Keuangan
Negara.
D. Sarana Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah
1) Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Sarana Akuntabllitas dan Transparansl
Keuangan Daerah Kota Medan
Sejak dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daarah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perkembangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka orientasi
pemerintah yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralisasi.
Parubahan orientasi yang didorong oleh tuntutan masyarakat atas transparansi dan
akuntabilitas keuangan pemerintah pusat dan daerah mendorong perlunya
penyempurnaan sistem akuntansi sangat diperiukan karena sejak negara ini
berdiri, sistem akuntansi yang digunakan pemerintah masih menggunakan dasar
tunai (cash basic) dan sistem pembukuan single entry sehingga belum
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan laporan keuangan seperti halnya pada laporan keuangan yang ada
pada sektor privat.
Mahmudi (2010:15) Pada prinsipnya setiap penerimaan pendapatan harus
segera di setor ke rekening kas umum daerah pada hari itu juga atau paling lambat
sehari setelah diterimanya pendapatan tersebut. Untuk menampung seluruh
sumber pendapatan perlu dibuat satu rekening tunggal, dalam hal ini rekening kas
umum daerah. Tujuan pembuatan satu pintu untuk pemasukan pendapatan adalah
untuk memudahkan pengendalian dan pengawasan pendapatan. Selanjutnya
penerimaan pendapatan tersebut dibukukan dalam buku akuntansi, berupa jurnal
penerimaan kas dan buku besar penerimaan per rincian objek pendapatan.
Kemudian buku tersebut akan diringkas dan dilaporkan dalam laporan keuangan
keuangan pemerintah yaitu: laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus
kas. Pemerintah daerah harus memastikan bahwa Pemda telah membangun sistem
akuntansi pendapatan yang baik, sehingga tidak ada pendapatan daerah yang tidak
dicatat dalam sistem akuntansi Pemda. Untuk itu, dengan sistem akuntansi yang
baik maka tidak perlu lagi terdapat dana nonbudgeter yang dipermasalahkan
transparansi dan akuntabilitas.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah maka sistem akuntansi yang digunakan oleh pemenntah
berubah. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah
adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam
Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban
dan ekuitas dalam Neraca. Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti
bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum
Universitas Sumatera Utara
Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui pada saat kas
dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.
Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui
dan dicatat pada saat terjadinya transaksi. atau pada saat kejadian atau kondisi
lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah tanpa memperhatikan saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar.
Basis akrual merupakan basis akuntansi yang mengakui pengaruh suatu
transaksi pada saat terjadinya, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar.(JKAP Vol 18,No.1 2013: 30)Standar akuntansi pemerintah
berbasis akrual ini diadopsi dari keberhasilan pemerintah negara-negara maju
untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan pemerintah, seperti
Selandia Baru, Australia, Amerika Serikat, Inggris dan Swedia, serta menjadi
kesatuan reformasi dalam bidang pengelolaan keuangan pemerintah.(Jurnal
Kebijakan dan Administrasi Publik JKAP Vol 18, No.1 2013: 30)
Standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual diharapkan lebih
sistematis menuju pengelolaan keuangan yang lebih baik sebagai salah satu
agenda reformasi keuangan di Indonesia, serta tantangan di era globalisasi
sekarang ini yaitu adanya tuntutan akuntabilitas dan transparansi penyelenggaraan
pemerintahan dengan adanya akuntansi pemerintahan. (Jurnal Kebijakan dan
Administrasi Publik JKAP Vol 18, No 1 2013: 30)
Mewujudkan
akuntabilitas
dengan
pemberian
informasi
dan
pengungkapan (disclosure) aktivitas serta kinerja keuangan pemerintah melalui
laporan keuangan kepada seluruh stakeholder diperlukan karena pemerintah
Universitas Sumatera Utara
adalah subjek informasi untuk memenuhi hak-hak publik yakni hak untuk tahu,
hak untuk diberi informasi dan didengar aspirasinya.
Sedangkan
tantangan
akuntansi
pemerintahan
untuk
mewujudkan
transparansi atau keterbukaan informasi terkait pada aktivitas pengelolaan sumber
daya publik kepada stakeholder dalam mengambil keputusan, sehingga informasi
akuntansi pada laporan keuangan yang disajikan kepada masyarakat harus handal
dan tepat waktu.
Sistem akuntansi keuangan daerah sudah mutlak diterapkan oleh
pemerintah daerah provinsi. kabupaten maupun kota berkaitan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan
Daerah.
Peraturan
Pemerintah
tersebut
mewajibkan
pemerintah daerah untuk memenuhi laporan pertanggungjawaban keuangan
daerah yang terdiri dari Laporan Perhitungan APBD. Nota Perhitungan APBD,
Laporan Aliran Kas, dan Neraca Daerah. Unsur laporan tersebut berbeda dan
laporan pertanggungjawaban yang lama, temtama mengenai Laporan Aliran Kas
dan Neraca Daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah dinyatakan bahwa komponen yang harus terdapat dalam
suatu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah meliputi:
a. Laporan Realisasi Realisasi Anggaran
b. Neraca
c. Laporan Arus Kas, dan
d. Catatatan atas Laporan Keuangan
Universitas Sumatera Utara
Beberapa pemerintah daerah masih menunggu petunjuk dan arahan yang
Iebih jelas tentang penerapan sistem akuntansi keuangan daerah. akan tetapi hal
tersebut tidak perlu terjadi seandainya pemerintah daerah memahami bahwa
sistem akuntansi keuangan daerah merupakan wewenang pemerintah daerah itu
sendiri dan tuntutan masyarakat akan adanya akuntabilitas dan transparansi
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah.
Pemyataan di atas sesuai dengan Pasal 70 Kepmendagri Nomor 29 Tahun
2002 dinyatakan bahwa sistem akuntansi yang menpuii proses pencatatan,
penggolongan, penafsiran. peningkatan transaksi atau kejadian keuangan serta
pelaporan keuangannya dalam rangka pelaksanaan APBD ditetapkan dengan
keputusan Kepala Daerah.Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah
Nomor 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan pada paragraf 38 dan paragraf 43
dinyatakan bahwa Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
2) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sebagal Bentuk Akuntablltas dan
Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Medan.
Undang-undang Nomor 32 menyatakan bahwa seIain berkewajiban
melaksanakan beberapa hal seperti memajukan dan mengembangkan daya saing
daerah, melaksanakan prinsip pemerintahan yang bersih dan baik, melaksanakan
dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah. Kepala daerah dan
wakil Kepala daerah berkewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat dan memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban
kepada
DPRD
serta
menginformasikan
laporan
penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada masyarakat. Laporan yang diberikan
Universitas Sumatera Utara
oleh
daerah
digunakan
oleh
pemerintah
pusat
untuk
mengevaluasi
penyalenggaraan pemerintah daerah.
Berdasarkan Pasal 184 UU Nomor 32 Tahun 2004 dinyatakan bahwa
Iaporan keuangan yang harus disampaikan oleh Kepala Daerah meliputi Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca. Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan. Selain itu. untuk tujuan akuntabilitas seharusnya pemerintah daerah
juga melaksanakan penyediaan informasi keuangan yang memungkinkan
pemerintah daerah untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan
secara tepat dan efektif program dan penggunaan sumber daya yang menjadi
wewenang dan memungkinkan untuk melaporkan kepada publik atas basil operasi
kepada pubiik atas hasil Operasi pemerintah daerah dan penggunaan dana publik.
Pada setiap akhir tahun anggaran dan periode pemerintahan, Kepala
Daerah wajib menyampaikan laporan pertanggungiawaban yang disampaikan
kepada DPRD sebagai wakil dari masyarakat yang telah mempercayakan
pengelolaan sumber daya daerah. Undang-undang republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2004 pasal 184 ayat 1 menyebutkan bahwa kepala daerah menyampaikan
rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD
bempa laporan keuangan yang telah diperiksa oieh Badan Pemeriksa Keuangan
paling lambat 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Pada ayat 2 disebutkan
bahwa Iaporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi Laporan
Realisasi APBD, Neraca. Laporan Aiiran Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan, yang dilampiri dengan Iaporan keuangan Badan Usaha Miiik Daerah.
Selanjutnya Gubemur/Bupati/ Walikota selaku Kepala Daerah dapat
mewajibkan pejabat yang ada dibawahnya yaitu Kepaia Satuan Kerja Pengeloia
Universitas Sumatera Utara
Keuangan Daerah seiaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun laporan
keuangan
pemerintah
Gubemur/BupatilWalikota
daelah
dalam
untuk
tangka
disampaikan
memenuhi
kepada
pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD, seperti yang disebutkan dalam pasal 56 ayat 1.UU Nomor 1
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Dengan adanya peraturan ini
diharapkan akan membawa kondisi yang memungkinkan akuntabilitas laporan
keungan dapat ben'alan secara berjenjang dalam tatanan sistem dan prosedur
birokrasi yang diterapkan dan disepakati bersama.
Sebagaimana telah diketahui bahwa sejak tahun 2001 Badan Pemeriksa
Keuangan
Republik
Indonesia
telah
menyampaikan
Hasil
Pemeriksaan
Semesteran (HAPSEM) kepada DPRD. yaitu basil pemeriksaan yang menyangkut
pengelolaan dan penanggungjawaban keuangan daerah yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Pasal 23E ayat (2)
Perubahan Ketiga UUD 1945 mengamanatkan bahwa basil pemeriksaan BPK
antara Iain diserahkan kepada DPRD.
Universitas Sumatera Utara
Dapat di Download
dalam bentuk PDF
Gambar 3.3
Laporan kas yang dapat di Download dari website BPKD kota
Medan
E. Hambatan dalam menciptakan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan
keuangan daerah
Majalah Hukum Nasional(2011 : 18)Faktor penghambat transparansi
dalam pelayanan public. Kami mencoba mengidentifikasikan faktor-faktor
penghambat terimplementasikannya asas transparansi dalam pelayanan publik
sebagai berikut:
1) SDM yang kurang kompeten dan/atau bermental korup; Kurangnya
kompetensi SDM aparatur diawali dari rekrutmen yang tidak benar karena
Universitas Sumatera Utara
sistem rekrutmen yang buruk. Hal ini berlanjut dengan pembinaan SDM yang
juga tidak baik. Banyaknya kasus tentang terjadinya praktik KKN dalam
perekrutan CPNS di berbagai instansi dan di pemerintah daerah menunjukkan
buruknya sistem rekrutmen PNS. Pengangkatan hampir satu juta tenaga honor
menjadi PNS yang tidak melalui proses seleksi merupakan contoh nyata
pengabaian kompetensi. Jika hal ini diimbangi dengan pembinaan yang baik,
maka akan dapat mengurangi dampak buruknya. Namunjika tidak diikuti
dengan pembinaan yang memadai, maka dampaknya akan sangat buruk di
masa yang akan datang. Tidak kompetennya SDM juga akan menghasilkan
sistem yang tidak sehat dan terjadinya KKN, seperti suap, pungli,
diskriminasi, dan bahkan mafia. Ketidak kompetenan juga dapat menimbulkan
ego sektoral atau mau menang sendiri. Untuk mempertahankan kedudukan
bukan dengan memperbaiki kinerja, melainkan dengan melakukan segala cara.
Hal ini juga te~adi pada sistem rekrutmen, sehingga memunculkan masalah
baru lagi yang sejenis sehingga menjadikan seperti lingkaran setan yang tidak
dapat dihentikan. Faktor politis, misalnya sistem pilkada yang ada sekarang ini
juga sangat berpengaruh tidak baik terhadap pembinaan SDM aparatur sejak
rekrutmen sampai dengan penempatan dan pengangkatan dalam jabatan.
Transparansi terhadap setiap komponen yang memang harus ditransparankan
dapat menampakkan dengan jelas praktik yang salah ini dan juga akan
mengungkap oknum-oknum yang
memang
tidak kompeten dan/atau
melakukan KKN. Oleh karenanya oknumoknum inilah yang akan berusaha
untuk menolak atau menghindari diterapkannya asas transparansi dalam
melaksanakan tugasnya, yaitu pelayanan publik.
Universitas Sumatera Utara
2) Tumpang
tindih
peraturan;
penghilangan
tumpang
tindih
tersebut
menyebabkan seorang pejabat menyamarkan atau menyembunyikan tugas dan
fungsinya dengan menonjolkan wewenangnya. Hal ini jelas bertentangan
dengan asas transparansi. Tumpang tindihnya peraturan perundangan ini
banyak dipengaruhi juga oleh faktor politis dan legislatif maupun dari
eksekutif sendiri.
3) Sistem money yang lemah; Sistem pengawasan, monitoring, dan evaluasi yang
lemah tidak akan dapat mengungkap kelemahan maupun penyimpangan yang
terjadi pada suatu kegiatan, termasuk tidak dipatuhinya ketentuan dan
keharusan untuk mengimplementasikan asas transparansi.
4) Lemahnya penegakan aturan (hukum); Sering dijumpai adanya penyimpangan
yang tidak diambit tindakan yang selayaknya, dengan berbagai pertimbangan.
Hal ini mengakibatkan kesalahan serupa dapat terjadi secara berulang. Hasil
pengawasan, termasuk pengawasan masyarakat berupa pengaduan yang tidak
ditindaklanjuti akan menjadikan pengawasan itu sendiri tidak ada manfaatnya.
Hal ini menjadikan masyarakat apatis sehingga pengawasan masyarakat
menjadi tidak berfungsi.
5) Masyarakat yang toleran (atau mungkin sudah apatis?) atas penyimpangan
yang terjadi pada pelayanan publik. Hal ini banyak terjadi manakala
masyarakat sudah merasa terbiasa dengan terjadinya penyimpangan yang tidak
pernah ditindak. Dengan demikian maka pengawasan masyarakat tidak akan
lagi berfungsi sebagaimana seharusnya. Hal inijuga disebabkan pemahaman
nilai-nilai luhur agama yang salah.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang di lakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan, sebagai berikut:
1. Konsep, Mekanisme dan Implementasi Akuntabilitas Keuangan Daerah Kota
Medan, konsepnnya haruslah memiliki jiwa yang eterpreneurship dan juga
responsivenes pada pihak yang melaksanakan akuntabilitas. Mekanisme yang
dilakukan adalah Dengan melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah, sumber-sumber pendanaan yang dapat dikelola oleh
Pemerintah Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
Pinjaman Daerah, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah. Imlementasinya Sama
seperti pengelolaan pendapatan, belanja daerah juga perlu dikelola dengan baik,
dengan memperhatikan prinsip-prinsip ekonomis, efektif dan efisien serta prinsip
transparansi dan akuntabilitas. Pengelolaan belanja dapat mendukung tercapainya
visi dan misi kepala daerah, antara lain dengan memenuhi konsep value for money
(ekonomis, efisiensi dan efektivitas).
2. Sarana akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan daerah, Sistem
Akuntansi
Keuangan
Daerah
adalah
salah
satu
Sarana
Akuntabllitas
dan Transparansi Keuangan. Daerah Kota Medan, tuntutan masyarakat atas
transparansi dan akuntabilitas keuangan pemerintah pusat dan daerah mendorong
perlunya penyempurnaan sistem akuntansi sangat diperlukan karena sejak negara
in