Terapi Menulis Ekspresif Untuk Menurunkan Kecemasan Pada Anak Korban Bullying Chapter III V

53

BAB III
METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang metode penelitian, yang terdiri dari variabel
penelitian, definisi operasional variabel penelitian, desain penelitian, subjek penelitian,
metode pengumpulan data, prosedur penelitian dan analisa data yang digunakan.

A. Variabel Penelitian
Variabel yang terdapat pada penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi dalam penelitian karena
diduga memiliki pengaruh terhadap variabel lain, sedangkan variabel terikat adalah
respon subjek penelitian yang diukur pengaruhnya dari variabel bebas (Seniati, Yulianto
& Setiadi, 2011). Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
1.

Variabel tergantung : Kecemasan

2.


Variabel bebas

: Terapi menulis ekspresif

B. Definisi Operasional
1.

Kecemasan adalah perasaan takut dan khawatir disertai dengan gejala fisik,
kognitif dan perilaku terhadap situasi yang dialaminya. Tingkat kecemasan
diukur menggunakan skala kecemasan yang disusun dengan mengadaptasi dan
memodifikasi Spence Children’s Anxiety Scale (SCAS) oleh Susan H. Spence
pada tahun 1997. Tingkat kecemasan dinilai dari simtom kecemasan yang
diperlihatkan anak pada enam area kecemasan yaitu general anxiety,

Universitas Sumatera Utara

54

panic/agoraphobia , separation anxiety, social phobia , obsessive compulsive ,
fear of physical injury. Semakin tinggi skor kecemasan yang diperoleh, maka


semakin tinggi simptom kecemasan yang dimiliki. Begitu pula sebaliknya,
semakin rendah skor kecemasan, maka semakin rendah pula simptom
kecemasan.
2. Terapi menulis ekspresif adalah suatu proses terapeutik melalui kegiatan menulis
yang dilakukan oleh anak sebagai bentuk refleksi dan ekspresi pikiran dan
perasaannya tentang peristiwa bullying yang dialami dengan tujuan untuk
membantu anak mengekspresikan emosi yang berlebihan, menurunkan
ketegangan sebagai akibat dari peristiwa bullying yang dialami, dilakukan
dengan empat tahap yaitu: recognition, examination, feedback, application to the
self.

C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Pretest Posttest Control
Group Design yang merupakan desain eksperimen dengan melakukan pengukuran atau

observasi awal sebelum dan setelah perlakuan diberikan pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol (Latipun, 2004: 123). Adapun skema desain penelitian dapat dilihat
pada tabel 3.1. berikut:
Tabel 3.1. Skema desain penelitian

Kelompok
KE
KK

Pengukuran
(Pretest)
O1
O1

Perlakuan
X
-X

Pengukuran
(Posttest)
O2
O2

Universitas Sumatera Utara


55

Keterangan:
KE = Kelompok eksperimen
KK = Kelompok kontrol
O1 = kecemasan sebelum perlakuan
X
= Pemberian terapi menulis ekspresif
-X = Tanpa pemberian terapi menulis ekspresif
O2 = kecemasan setelah perlakuan

D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak yang menjadi korban bullying.
Karakteristik dari subjek penelitian ini adalah:
1. Berusia 9-12 tahun. Allen & Marotz (2010) mengatakan bahwa pada masa
kanak-kanak akhir, anak mulai menyenangi keterampilan menulis untuk
kegiatan yang tidak berhubungan dengan akademik.
2. Memiliki IQ normal. Papalia (2010) mengatakan bahwa perkembangan
keterampilan menulis bergerak beriringan dengan perkembangan bahasa dan
menuru Yusuf (2008) salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan

bahasa adalah IQ
3. Memiliki skor kecemasan pada kategori sedang (38 ≤ X < 76) dan kategori
tinggi (X ≥ 76)

E. Metode Penggumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara, yaitu:
a. Kuisoner bullying, digunakan untuk mengidentifikasi anak-anak yang menjadi
korban bullying. Kuisoner bullying disusun dengan mengadaptasi dan
memodifikasi

The

Revised

Olweus

Bully/Victim

Questionnaire


yang

dikembangkan oleh Dan Olweus pada tahun 1996. Kuisoner bullying pada

Universitas Sumatera Utara

56

penelitian ini terdiri dari 4 pertanyaan yang menanyakan keterlibatan siswa
sebagai korban bullying.
b. Skala kecemasan, digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan pada anak
korban bullying. Skala ini disusun dengan mengadaptasi dan memodifikasi
Spence Children’s Anxiety Scale (SCAS). Skala kecemasan ini terdiri dari 38
aitem yang mencerminkan simptom kecemasan dari enam area kecemasan yaitu
general anxiety, social anxiety, panic/agoraphobia, obsessive compulsive dan
fear of physical injury dengan pilihan jawaban terdiri dari tidak pernah, kadang-

kadang, sering dan selalu.
c. Tes Colour Progressive Matriks (CPM), digunakan untuk mengetahui golongan
intelektual anak.

d. Lembar tugas
Pengumpulan data lain diperoleh dari lembar tugas yang diberikan kepada
subjek selama proses intervensi berlangsung dan akan dianalisis secara kualitatif
untuk memperkaya data kualitatif.

F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan penelitian. Berikut ini uraian mengenai kedua tahapan penelitian:
F.1. Tahap Persiapan Penelitian
Langkah-langkah yang dilakuan dalam tahap persiapan ini adalah:
a. Penyusunan skala kecemasan

Universitas Sumatera Utara

57

Skala kecemasan bertujuan untuk mengungkap tingkat kecemasan subjek yang
diperlihatkan dari simptom-simptom kecemasan dari enam area kecemasan yaitu:
1. separation anxiety, Kecemasan yang berlebihan terhadap perpisahan dari orangorang yang memiliki kedekatan emosional.
2. social anxiety, Ketakutan yang menetap dan bertahan dari situasi sosial yang dapat

menimbulkan perasaan malu.
3. panic/agoraphobia , Panic yaitu periode dari ketakutan yang intens atau
ketidaknyamanan yang disertai dengan simptom somatik dan kognitif, Agoraphobia
yaitu kecemasan berada di tempat atau situasi yang sulit untuk melarikan diri.
4. obsessive compulsive, Kecemasan dimana pikiran dipenuhi oleh gagasan yang
menetap dan tidak terkontrol, menyebabkan seseorang melakukan tindakan tertentu
berulang-ulang sehingga menimbulkan stres dan menggangu fungsi kehidupan
sehari-hari.
5. fear of physical injury, ketakutan yang menetap dan bertahan terhadap sesuatu yang
dapat dilihat dengan jelas, objek yang terbatas atau situasi tertentu.
6. general anxiety, kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan tentang sejumlah
situasi atau aktivitas, dimana individu sulit untuk mengontrol kekhawatiran tersebut.
Skala dibuat dengan mengadaptasi dan memodifikasi Spence Children’s Anxiety
Scale (SCAS). Distribusi aitem untuk skala kecemasan diuraikan dalam tabel 3.2.

berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

58


Tabel 3.2. Blue print skala kecemasan
Tipe kecemasan
Nomer aitem
Separation anxiety
5, 8, 11, 14, 15, 38
Social phobia
6, 7, 9, 10, 26, 31
Obsessive compulsive
13, 17, 24, 35, 36, 37
12, 19, 25, 27, 28, 30, 32,
4. Panic/agoraphobia
33, 34
5. Fear of physical injury
2, 16, 21, 23, 29
6. General anxiety
1, 3, 4, 18, 20, 22
Jumlah
No
1.

2.
3.

Jumlah
6
6
6
9
5
6
38

Berdasarkan tabel 3.2 di atas, jumlah aitem dalam skala kecemasan adalah 38
aitem. Pilihan jawaban terdiri dari tidak pernah, kadang-kadang, sering dan selalu.
Penilaian untuk setiap aitem adalah skor 0 untuk tidak pernah, skor 1 untuk kadangkadang, skor 2 untuk sering dan skor 3 untuk selalu. Skor skala ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi skor jawaban maka semakin tinggi pula tingkat kecemasan. Sebaliknya,
semakin rendah skor jawaban berarti semakin rendah tingkat kecemasan.
b. Uji coba skala kecemasan
Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk mengetahui sejauh mana
alat ukur dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diukur dan seberapa jauh

alat ukur menunjukkan kecermatan atau ketelitian pengukuran atau menunjukkan
keadaan sebenarnya (Azwar, 2007). Uji coba skala kecemasan dilakukan dengan
menyebarkan skala kecemasan kepada 52 orang anak dengan rentang usia 9-12 tahun
yang mengalami bullying. Dari data yang terkumpul, maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
1. Daya beda aitem
Uji daya beda aitem dalam penelitian ini diperlukan karena melalui daya beda
aitem dapat diketahui seberapa cermat suatu alat ukur melakukan fungsinya. Daya
beda aitem adalah sejauhmana aitem mampu membedakan antara individu atau

Universitas Sumatera Utara

59

kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Pengujian
daya beda aitem menghendaki dilakukannya komputasi korelasi antara distribusi
skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor itu sendiri.
Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total (r ix) (Azwar. 2007).
Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total menggunakan batasan
rix ≥ 0.30. Apabila aitem yang memiliki indeks daya beda sama dengan atau lebih
besar daripada 0.30 jumlahnya melebihi jumlah aitem yang direncanakan untuk
dijadikan skala, maka dapat memilih aitem-aitem yang memiliki indeks daya
diskriminasi aitem tertinggi. Sebaliknya apabila aitem-aitem yang lolos ternyata
masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat mempertimbangkan
untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0.30 menjadi 0.25 atau 0.2 (Azwar. 2007).
Pada penelitian ini, koefisien korelasi aitem total (r ix) yang digunakan sebagai
batas kriteria adalan rix ≥ 0.30, maka diperoleh hasil sebanyak 29 aitem memiliki r ix
≥ 0.3 dan 9 aitem memiliki rix < 0.3. Berikut ini adalah distribusi aitem setelah
dilakukan uji daya beda aitem:
Tabel 3.3. Distribusi aitem setelah uji daya beda aitem
Nomer aitem
No
Tipe Kecemasan
rix ≥ 0.3
rix < 0.3
1. Separation anxiety
5, 8, 11, 14, 15, 38
2. Social anxiety
6, 7, 10, 26, 31
9
3. Obsessive compulsive
13. 24. 36. 37
17, 35
19, 25, 28, 30, 32,
12, 27, 33
4. Panic/agoraphobia
34
5. Fear of physical injury
2, 16, 21, 23
29
6. General anxiety
1, 4, 20, 22
3, 18
Jumlah
29
9

Universitas Sumatera Utara

60

2. Validitas dan reliabilitas
Validitas merupakan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam menjalankan
fungsi pengukuran. Suatu alat ukur dikatakan valid jika alat ukur tersebut dapat
memberikan hasil pengukuran yang sesuai dengan maksud dan tujuan diadakannya
pengukuran (Azwar, 2010). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
validitas content. Validitas content dilakukan melalui professional judgement dari
dosen pembimbing dalam proses penyusunan dan telaah aitem sehingga aitem yang
dikembangkan memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur (Suryabrata,
2000).

Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang
mengandung makna kecermatan pengukuran. Koefisien reliabilitas berada dalam
rentang dari 0 sampai 1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas yaitu mendekati angka
1 berarti semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya semakin rendah koefisien yaitu
mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2010). Pada
penelitian ini reliabilitas yang digunakan adalah reliabilitas skor komposit. Nilai
reliabilitas skor skala kecemasan diperoleh dengan menggunakan rumus:

Keterangan:
Wj

= bobot relatif komponen j

Wk = bobot relatif komponen k
Sj

= deviasi standar komponen j

Sk

= deviasi standar komponen k

rjj’

= koefisien reliabilitas tiap komponen

Universitas Sumatera Utara

61

rjk

= koefisien reliabilitas antar dua komponen yan berbeda

Maka, nilai koefisien reliabilitas skala kecemasan pada penelitian ini adalah rix=
0.89.
c. Penyusunan modul terapi menulis ekspresif
Pedoman pelaksanaan intervensi disusun oleh peneliti berdasarkan tahapan
proses terapi menulis ekspresif. Adapun topik yang akan dibahas dan tahapan proses
pelaksanaan selama intervensi yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 3.4 dan tabel 3.5
di bawah ini:
Tabel 3.4. Topik terapi menulis ekspresif
Tujuan kegiatan

Topik
Pengalaman
dibully

a.
b.
c.

bullying fisik

a.
b.

c.

bullying verbal

a.
b.

c.

bullying relasi

a.
b.

Tujuan
Terapeutik
Mengungkap bentuk bullying yang
Sarana Katarsis
dialami.
dan ekspresi
Mengeksplor dan megekspresikan pikiran emosi
dan perasaan saat mengalami bullying.
Mengetahui perasaan dan pikiran yang
menyebabkan munculnya kecemasan
karena mengalami bullying.
Mengungkap bentuk bullying fisik yang
Sarana Katarsis
dialami.
dan ekspresi
Mengeksplor dan megekspresikan pikiran emosi
dan perasaan saat mengalami bullying
fisik.
Mengetahui perasaan dan pikiran yang
menyebabkan munculnya kecemasan
karena mengalami bully fisik.
Mengungkap bentuk bullying verbal yang Sarana Katarsis
dialami.
dan ekspresi
Mengeksplor dan megekspresikan pikiran emosi
dan perasaan saat mengalami bullying
verbal.
Mengetahui perasaan dan pikiran yang
menyebabkan munculnya kecemasan
karena mengalami bully verbal
Mengungkap bentuk bullying relasi yang Sarana Katarsis
dialami.
dan ekspresi
Mengeksplor dan megekspresikan pikiran emosi

Universitas Sumatera Utara

62

dan perasaan saat mengalami bullying
relasi.
c. Mengetahui perasaan dan pikiran yang
menyebabkan munculnya kecemasan
karena mengalami bully relasi.

Pertemuan
I

II

III

Tabel 3.5. Blue print modul terapi menulis ekspresif
Sesi
Kegiatan
Tujuan
1
Perkenalan
Membangun rapport.
(bermain game)
Menyampaikan tujuan
pelaksanaan terapi.
2
Menulis tentang
Mengekspresikan
pengalaman
perasaan dan pikiran
pertama di kelas
melalui tulisan.
baru
1
Menonton video
Memunculkan
tentang bullying
kembali informasi
tentang pengalaman
bullying
Menulis bentuk
Memfokuskan
bullying yang
perhatian terhadap
dialami
bentuk-bentuk
bullying yang dialami
Menulis
Mengeksplor pikiran
pengalaman
dan perasaan saat
bullying yang
mengalami bullying
dialami
2
Berdiskusi tentang
Mengetaui pikiran dan
pengalaman
perasaan yang
bullying dan
menyebabkan
perasaan setelah
munculnya kecemasan
menuliskannya
ketika dibully dan
perubahan yang
dirasakan setelah
menuliskannya.
3
Mengakhiri
Mengakhiri
pertemuan
pertemuan I
1
Bermain puzzle
Memunculkan
informasi tentang
pengalaman bullying
fisik yang dialami
Menulis bentuk
Memfokuskan
bullying fisik yang
perhatian terhadap
2
dialami
bentuk-bentuk
bullying fisik yang

Waktu
15 menit

20 menit

15 menit

70 menit

5 menit
20 menit

70 menit

Universitas Sumatera Utara

63

Menuliskan
pengalaman
bullying fisik yang
dialami
Berdiskusi tentang
pengalaman
bullying fisik dan
perasaan setelah
menuliskannya

3
1

IV
2

3

Mengakhiri
pertemuan
Mereview kegiatan
yang dilakukan
sebelumnya dan
bermain meyusun
gambar
Menulis bentuk
bullying verbal
yang dialami

Menulis
pengalaman
bullying verbal
yang dialami
Berdiskusi tentang
pengalaman
bullying verbal dan
perasaan setelah
menuliskannya

1

Mengakhiri
pertemuan
Mereview kegiatan
yang dilakukan
sebelumnya

2

Menulis bentuk
bullying relasi yang
dialami

V

dialami
Mengeksplor pikiran
dan perasaan saat
mengalami bully fisik
Mengetaui pikiran dan
perasaan yang
menyebabkan
munculnya kecemasan
ketika dibully fisik
dan perubahan yang
dirasakan setelah
menuliskannya.
Megakhiri pertemuan
II
Memunculkan
informasi tentang
pengalaman bully
verbal yang dialami
Memfokuskan
perhatian terhadap
bentuk-bentuk
bullying verbal yang
dialami
Mengeksplor pikiran
dan perasaan saat
mengalami bully fisik
Mengetaui pikiran dan
perasaan yang
menyebabkan
munculnya kecemasan
ketika dibully verbal
dan perubahan yang
dirasakan setelah
menuliskannya.
Megakhiri pertemuan
II
Memunculkan
informasi tentang
pengalaman bully
relasi yang dialami
Memfokuskan
perhatian terhadap
bentuk-bentuk

5 menit
15 menit

70 menit

5 menit
15 menit

70 menit

Universitas Sumatera Utara

64

Menulis
pengalaman
bullying relasi yang
dialami
Berdiskusi tentang
pengalaman
bullying relasi dan
perasaan setelah
menuliskannya

3
VI

1

Mengakhiri
pertemuan
Evaluasi

bullying relasi yang
dialami
Mengeksplor pikiran
dan perasaan saat
mengalami bully relasi

Mengetaui pikiran dan
perasaan yang
menyebabkan
munculnya kecemasan
ketika dibully relasi
dan perubahan yang
dirasakan setelah
menuliskannya.
Megakhiri pertemuan
II
Mengetahui kondisi
subjek setelah
intervensi berakhir

5 menit
30 menit

d. Uji coba modul terapi menulis ekspresif
Uji coba modul dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai waktu yang
dibutuhkan untuk setiap sesinya serta mengetahui apakah subjek penelitian memahami
materi dan instruksi yang disampaikan. Uji coba hanya bersifat kualitatif artinya tidak
dengan kondisi sebenarnya. Berdasarkan evaluasi ada beberap hal yang diperbaiki untuk
menyempurnakan modul, yaitu:
1. Penambahan sesi menulis untuk menstimulus subjek sebelum memulai menuliskan
perasaan dan pikiran. Dari hasil try out, subjek kesulitan untuk memulai menulis,
sehingga peneliti menambahkan sesi menulis dengan topik yang berbeda dari
pertemuan selanjutnya, yaitu dengan topik kenaikan kelas pada pertemuan pertama.

Universitas Sumatera Utara

65

F.2. Tahap Pelaksanaan
Prosedur pelaksaan pada penelitian ini, dibagi menjadi 2 tahapan. Diamana
tahap awal adalah tahapan screening dan pemilihan subjek. Setelah ditetapkan siswa
yang akan menjadi subjek penelitian, maka tahapan dilanjutkan ke proses pelaksanaan
intervensi. Berikut uraian dari kedua tahapan tersebut.
a. Screening dan pemilihan subjek penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan screening terhadap
siswa kelas 4,5 dan 6 dengan rentang usia 9-12 tahun di salah satu Sekolah Dasar (SD)
di kota Pekanbaru. Proses screening dilakukan pada tanggal 21 November 2016 sampai
30 November 2016. Dari 75 orang siswa yang mengisi kuisoner bullying, diperoleh
sebanyak 23 orang siswa terindiksi sebagai korban bullying. Selanjutnya kepada 23
orang siswa terebut akan mengisi skala kecemasan untuk mengetahui tingkat kecemasan
siswa.
Skor kecemasan yang diperoleh setiap siswa akan dikelompokkan ke dalam 3
kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Berikut ini adalah langkah-langkah yang
dilakukan:
1. Penyusunan norma kategorisasi skala kecemasan
Penyusunan norma dimasksudkan untuk mempermudah peneliti dalam
menginterpretasi skor kecemasan yang diperoleh subjek sehingga peneliti dapat
mengkategorisasikan tingkat kecemasan pada subjek penelitian. Dari skor kecemasan
siswa di peroleh gambaran skor kecemasan siswa korban bullying sebagai beriku:

Universitas Sumatera Utara

66

Tabel 3.6. Gambaran skor kecemasan anak korban bullying
berdasarkan skor empirik
Variabel
N
Minimum Maximum Mean
Std. Deviasi
Kecemasan
23
14
94
39,04
18,24
Vaid N (listwise)
23
Dari tabel 3.6 di atas diperoleh mean 39.04 dengan nilai terendah 14 dan
tertinggi 94. Selanjutnya juga diperoleh gambaran skor kecemasan anak korban bullying
berdasarkan skor hipotetik, sebagai berikut:
Tabel 3.7. Gambaran skor kecemasan anak korban bullying
berdasarkan skor hipotetik
Varaibel
N
Minimum Maximum Mean
Std. Deviasi
Kecemasan
23
0
114
57
19
Selanjutnya akan dilakukan pengelompokan skor kecemasan menjadi 3 kategari,
yaitu:
Tabel 3.8. Norma kategori kecemasan
Rentang Nilai
Kategori
X < -1SD + M
rendah
-1SD + M ≤ X < 1SD + M
sedang
X ≥ 1SD + M
tinggi
Tabel 3.9. Kategori skor kecemasan
Variabel
Kategori
Frekuensi
Rendah
13
Kecemasan
Sedang
9
Tinggi
1
Total
23

Persentase
56.52%
39.13%
4,35%
100 %

Dari tabel 3.9 di atas, diketahui bahwa sebanya 1 orang siswa kecemasan tinggi,
9 orang siswa memiliki kecemasan yang sedang dan 13 siswa lainnya memiliki
kecemasan yang rendah.
2. Menentukan subjek penelitian
Dari 23 orang siswa yang terindikasi sebagai subjek penelitian, selanjutnya
berdasarkan skor kecemasan yang diperoleh setiap siswa akan dikelompokkan ke dalam

Universitas Sumatera Utara

67

tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Maka diperoleh gambaran jumlah siswa
pada setiap kategori yaitu 13 orang memiliki skor kecemasan berada pada kategori
rendah, 9 orang memiliki skor kecemasan berada pada kategori sedang dan 1 orang
memiliki kecemasan berada pada kategori tinggi. Kepada 10 orang siswa yang memiliki
kecemasan sedang dan tinggi, dilakukan tes IQ menggunakan tes CPM. Diperoleh hasil
bahwa kesepuluh siswa tersebut memiliki IQ yang tergolong normal (diatas grade III,
berdasarkan norma CPM). Setelah meminta persetujuan siswa, maka kesepeluh siswa
tersebut menjadi subjek dalam penelitian ini. Namun saat proses terapi berlangsung, 2
orang siswa tidak hadir, sehingga hanya 8 siswa yang mengikuti semua rangkaian
intervensi.
Secara ringkas proses screening dalam pemilihan subjek penelitian dapat dilihat
dari skema di bawah ini:
Jumlah siswa
75 orang

Bukan korban
52 orang

dilakukan tes IQ

Korban
23 orang

Kecemasan
tinggi
1 orang

diberikan kuisoner
bullying

diberikan skala stres

Kecemasan
sedang
9 orang

Kecemasan
rendah
15 orang

≥ grade III
10 orang
Subjek penelitian
8 orang

2 subjek tidak mengikuti
intervensi

Gambar 3.1. Skema screening dan pemilihan subjek penelitian

Universitas Sumatera Utara

68

b. Proses pelaksanaan intervensi
Intervensi dilakukan kepada 8 orang siswa yang terindikasi sebagai korban
bullying memiliki tingkat kecemasan tinggi di salah satu Sekolah Dasar (SD) di kota

Pekanbaru. 8 orang subjek tersebut dibagi ke dalam kelompok eksperimen sebanyak 4
orang dan kelompok kontrol sebanyak 4 orang. Pelakasanaan intervensi di lakukan di
sekolah pada pukul 14.00 - 15.30 WIB dan berlangsung selama 6 kali pertemuan dari
tanggal 4 Desember 2016 sampai tanggal 9 Desember 2016.. Penjelasan pada setiap
pertemuan akan dibahas pada bab IV.

G. Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa statistika non
parametrik dengan menggunakan uji Mann Whitney dan (Field, 2005). Analisis data
dengan teknik Mann-Whitney digunakan untuk menguji perbedaan skor antara dua
sampel yang independent (unrelated sample ) yaitu untuk menguji apakah ada perbedaan
kecemasan pada saat pretest, dan posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Analisis data dengan menggunakan teknik Wilcoxon digunakan untuk menguji
beda skor dari dua sampel yang berpasangan ( related sample ) yaitu untuk melihat
apakah ada perbedaan kecemasan antara pretest dengan posttest.

Universitas Sumatera Utara

69

BAB IV
HASIL PENELITTIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini berjumlah 8 orang yang terbagi ke dalam kelompok
eksperimen sebanyak 4 orang dan kelompok kontrol sebanyak 4 orang. Penempatan
subjek dalam kedua kempok dilakukan secara random. Adapun gambaran umum subjek
penelitian dapat dilihat dari hasil tabel-tabel di bawah ini:
Tabel 4.1. Karakteristik subjek penelitian
Kelompok
Eksperimen

Kontrol

Karakteristik
Usia

Pendidikan
Jenis kelamin
Jenis bullying

Frekuensi bullying

9 tahun
10 tahun
11 tahun
12 tahun
4 SD
5 SD
6 SD
Laki-laki
perempuan
fisik
verbal
relasi
1 kali seminggu
2 atau 3 kali semingu
Setiap hari

2 orang
1 orang
1 orang
3 orang
1 orang
3 orang
1 orang
4 orang
4 orang
4 orang
3 orang
1 orang

1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
2 orang
1 orang
1 orang
3 orang
1 orang
4 orang
4 orang
4 orang
3 orang
1 orang

B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 kali pertemuan, dimana pertemuan pertemuan
adalah pembukaan, pertemuan kedua sampai kelima adalah proses pelaksanaan
intervensi yaitu terapi menulis ekspresif dan pada pertemuan keenam adalah evaluasi

Universitas Sumatera Utara

70

terhadap proses terapi yang telah dilakukan, berlangsung dari tanggal 4 Desember 2016
sampai 9 Desember 2016. Pelaksanaan intervensi dilakukan di ruang kelas dimulai
pukul 14.00 hingga 15.30 WIB. Sebelum dilakukan intervensi, peneliti terlebih dahulu
meminta izin kepada pihak sekolah, tentang rencana intervensi yang akan dilakukan.
Dari hasil screening diperoleh 10 orang siswa yang memenuhi karakteristik subjek
penelitiaan. 10 subjek tersebut kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Akan tetapi 2 diantaranya tidak dapat mengikuti
proses intervensi dikarenakan orangtua tidak dapat menjemput setelah pelaksanaan
intevensi berakhir. Berikut uraian tentang proses pelaksanaan intervensi yaiut terapi
menulis ekspresif.
1. Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 4 Desember 2016, dimulai setelah
jam pulang sekolah pada pukul 14.00 – 15.30 WIB, dilakukan di salah satu ruang kelas
dengan posisi duduk subjek membentuk lingkaran. Uraian pelaksanaan dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut:

Kegiatan
1. Perkenalan

2. Mengenal
reaksi
kecemasan

Tabel 4.2 Proses pelaksanaan pertemuan pertema
Hasil pelaksanaan
Observasi
Terbentuknya rapport 1. Subjek dapat mengikuti instruksi
antara peneliti dan
permainan perkenalan yang peneliti
subjek
berikan.
2. Tidak terlihat sikap canggung atau
malu-malu antara subjek satu dengan
yang lainnya.
3. Subjek C terlihat lebih dominan
dibandingkan dengan subjek yang
lain,
Subjek mampu
1. Subjek tidak ragu-ragu menjawab
mengenali reaksibahwa sering merasa cemas.
reaksi kecemasan yang 2. Beberapa subjek menjelaskan reaksi
dirasakan, seperti
yang dirasakan saat cemas, seperti
merasa takut,
subjek C ketika cemas, ia merasa

Universitas Sumatera Utara

71

3. Menulis
perasaan
dan pikiran
ketika naik
kelas

berkeringat, jantung
berdetak kencang dan
merasa gugup
Subjek mampu
mengekspresikan
perasaan dan
pikirannya ketika naik
kelas

jantungnya berdetak cepat. Subjek
A merasa takut bertemu dengan
orang yang mengganggunya.
1. Subjek D tiba-tiba merasa tidak
enak badan, dan tidak menuliskan
perasaan dan pikirannya ketika naik
kelas.
2. Subjek B dan C terlihat cukup
akrab, mereka terkadang menulis
sambil sesekali mengobrol. Berbeda
dengan subjek A yang lebih banyak
diam selama mengikuti kegiatan.

2. Hari kedua
Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 5 Desember 2016 setelah jam pulang
sekolah, yaitu pukul 14.00 – 15.30 WIB dilaksanakan di salah satu ruang kelas. Subjek
duduk melingkar, namun ketika masuk ke sesi menulis subjek diberi kebebasan untuk
memilih tempat duduk. Uraian proses pelaksanaan intervensi dapat dilihat pada tabel
4.3. berikut:

Kegiatan
Menonton
video

1. Menulis
bentuk-bentuk
bullying yang
dialami

2. Menuliskan
perasaan dan
pikiran

Tabel 4.3. Proses pelaksanaan pertemnuan kedua
Hasil Pelaksanaan
Observasi
Subjek mampu menceritakan Subjek secara bergantian
kembali video bullying yang
menceritakan kembali
ditonton.
tentang video yang ditonton.
Subjek secara bersamaan
mengatakan bahwa mereka
pernah mengalami kejadian
seperti video yang ditonton
Subjek dapat menuliskan
Setelah subjek menonton
bentuk-bentuk bullying yang video tentang bullying,
dialami
subjek mengatakan mereka
juga sering mengalami hal
seperti di dalam video.
Mereka juga menyebutkan
perasaan saat mereka dibully
sambil memperlihatkan
ekspresi marah.
Subjek dapat
1. Saat menulis subjek A
mengekspresikan perasaan
memilih untuk menjauh
dan pikiran mereka saat
dari subjek lainnya dan
mengalami bullying. Mereka
begitu pula dengan subjek

Universitas Sumatera Utara

72

3. Menemukan
pikiran
positif

mengatakan tidak mengalami
C. Sedangkan subjek B
kesulitan untuk
dan D tidak berpindah
menuliskannya, merasa
tempat duduk.
senang karena dapat
2. Semua subjek terlihat
menuliskan perasaan dan
fokus saat menulis,
pikiran mereka ketika dibully,
sesekali mereka juga
serta perasaan marah dan
terlihat saling mengobrol
kesal yang dirasa sedikit
sambil terus menulis.
berkurang.
3. Mereka menyelesaikan
menulis dalam waktu yang
relatif sebentar.
Dua orang subjek mampu
Subjek C terlihat lebih
mengungkapkan pikiran
menguasai situasi intervensi
positifnya untuk mengurangi dibandingkan subjek lain. ia
rasa cemas karena dibully,
selalu menjawab setiap
yaitu
pertanyaan dari peneliti,
1. Subjek C: bahwa ia akan
secara spontan tanpa
mengatakan kepada
menunggu peneliti memberi
dirinya ketika akan pergi
kesempatan kepadanya.
ke sekolah, meskipun
Berbeda dengan subjek A
nanti ia marah-marah, ia
dan D. ia lebih banyak diam,
harus tetap sabar dan
dan ikut berbicara ketika
tidak perlu mendengarkan peneliti memberinya
apa yang dikatakan teman kesempatan. Subjek B cukup
yang membullynya.
aktif selama proses
Ketika ia berpapasan
intervensi.
dengan teman yang membully, subjek akan
mengatakan pada dirinya
“jangan takut, anggap saja
dia tidak ada” lalu
mengatakan kepada teman
yang membully “kenapa
ganggu-ganggu”.
2. Subjek B: mengatakan
bahwa ia akan
mengatakan kepada
dirinya “tidak usah takut,
anggap saja angin lalu
yang akan pergi”. Jika ia
bertemu dengan teman
yang membully ia akan
mengatakan “apa kau”.
3. Subjek A dan D belum
mampu mengungkapkan
pikiran positinya.

Universitas Sumatera Utara

73

3. Hari Ketiga
Pertemuan dilakukan pada tanggal 6 Desember 2016. Dilaksanakan di salah satu
ruang kelas. Pertemuan dimulai pada pukul 14.00 – 15.30 WIB setelah jam pulang
sekolah yang diikuti oleh semua subjek penelitian. Uraian proses pelaksanaan penelitian
dapat dilihat di bawahh ini.

Kegiatan
Bermain puzzle

Menulis
bentuk-bentukbentuk bully
fisik

Menulis
pikiran dan
perasaan ketika
mengalami
bully fisik

Menemukan
pikiran positif

Tabel 4.4. Proses pelaksanaan pertemuan ketiga
Hasil pelaksanaan
Obsevasi
Subjek mampu menjelaskan
Subjek terlihat senang dan
mengenai gambar-gambar pada
antusias menyelesaikan puzzle
puzzle yang disusun
yang diberikan. Subjek juga
mengatakan mereka pernah
mengalami hal seperti pada
gambar.
Subjek mampu mengingat dan
Subjek menjawab dengan
menuliskan bentuk-bentuk bully
spontan sambil berkata sering
fisik yang dialami.
mengalami bully fisik. Subjek
menulis dengan fokus dan
tidak membutuhkan waktu
lama untuk menyelesaikannya.
Subjek mampu mengekspresikan Subjek A memilih menjauh
dan mengungkapkan perasaan
dari subjek lain saat menulis
melalui cerita yang ditulis.
dan terlihat fokus saat menulis.
Meskipun harus kembali
Selama proses intervesi
mengingat kejadian bullying yang berlangsung subjek A juga
telah mereka alami, mereka
terlihat tidak terlalu aktif
mengatakan tidak mengalami
dibandingkan subjek lainnya.
kesulitan untuk mengingat dan
Subjek terlihat relaks saat
menuliskannya
menulis, mereka sesekali
terlihat mengobrol saat
menulis.
Subjek B terlihat kurang
nyaman dengan sikap subjek C
yaitu mengkritik apa yang
dikatakan oleh subjek B.
Subjek D sudah lebih aktif
dibandingkan dari pertemuan
sebelumnya.
Keempat subjek sudah dapat
Setelah peneliti memberikan
mengungkapkan pikiran positif
pertanyaan untuk membantu
ketika mengalami bullying.
subjek menemukan pikiran
1. Subjek A mengatakan ia tidak positif, ketiga subjek yaitu

Universitas Sumatera Utara

74

akan menghiraukan teman
yang membullyinya, ia akan
diam saja ketika dipanggil
oleh temannya tersebut.
2. Ketika akan berangkat
sekolah subjek B akan
mengatakan kepada dirinya
tidak perlu takut terhadap
teman yang membullynya.
tidak perlu mendengarkan
ejekan teman tersebut.
3. Subjek C juga mengatakan hal
yang sama seperti subjek A
dan B, ia akan mengatakan
kepada dirinya ketika akan
berangkat ke sekolah, bahwa
ia tidak perlu takut jika
bertemu teman yang
membully, tidak perlu perlu
memperdulikan ejekan
mereka, karena jika mereka
mengejek, mereka yang akan
berdosa. Saat ia bertemu
dengan teman yang membully
tersebut, ia tidak perlu
memperdulikan mereka.
4. Subjek D, mengatakan ia akan
bersikap cuek saat bertemu
dengan teman yang
membullynya dan mengatakan
kepada mereka untuk berhenti
mengejek dan mengganggu
dirinya.

subjek B, C dan D menjawab
serentak dan saling setuju
dengan jawaban yang
diberikan subjek lain.
Subjek A terlihat menghindari
pembicaraan tentang teman
yang membullynya, ia
mencoba untuk mengalihkan
pembicaraan.

4. Hari Keempat
Pertemuan keempat dilakukan pada tanggal 7 Desember 2016. Sama seperti
pada tiga pertemuan sebelumnya, pertemuan keempat juga dimulai pada pukul 14.00 15.30 WIB di salah satu ruang kelas. Uraian kegiatan yang dilakukan pada pertemuan
keempat dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

75

Tabel 4.5. Proses pelaksanaan pertemuan keempat
Hasil pelaksanaan
Observasi
Subjek menjelaskan tentang 2 Subjek B dan C bekerjasama
gambar yang memiliki
menyelesaikan permainan,
kesamaan.
selain itu jua terlihat bahwa
subjek B jua membantu subje A
dan D untuk menyelesaikan
permainan.
Subjek B, C dan D secara
bergantian menjelaskan gambar
bullying verbal.
Menulis
Subjek dapat mengingat dan
Subjek A dan D secara spontan
bentuk-bentuk menuliskan bentuk-bentuk
mengangkat tangan sambil
bully verbal
bully verbal yang dialami.
berkata pernah mengalami bully
yang dialmi
verbal. Subjek C terlihat
membutuhkan waktu untuk
mengingat, ia terlihat diam
beberapa saat sebelum menulis
dan saat menulis.
Menulis
Subjek mampu mengekspresi Subjek A dan B memilih
pikiran dan
perasaan dan pikirannya
menjauh dari subjek lain saat
perasaan
ketika dibully melalu cerita
menulis. sedangkan subjek C
ketika
yan dituliskan.
dan subjek D tidak berpindah
mengalami
tempat duduk. Berbeda dari
bullying verbal
pertemuan sebelumnya, subjek
C tidak langsung menulis, ia
terlihat diam beberapa saat
seperti sedang mengingat
sesuatu sebelum mulai menulis.
Menemukan
Subjek C mengatakan ia akan
pikiran positif menganggap apa yang
dilakukan teman terhadap
dirinya seperti angin yang
lewat, sehingga tidak perlu
dihiraukan.
Subjek B dan D memberikan
jawaban yang sama dengan
subjek C.
Kegiatan
Memilih
gambar yang
memiliki
kesamaan

5. Hari kelima
Pertemuan kelima dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2016. Berbededa dari
pertemuan sebelumnya, pertemuan kelima dilakukan pada pukul 09.00 – 10.30 WIB.
Uraian pelaksanaan intervensi dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

76

Tabel 4.6. Proses pelaksanaan pertemuan kelima
Hasil pelaksanaan
Observasi
subjek menyebutkan
Subjek B mengatakan bahwa ia
bahwa mereka juga
pernah difitnah mencuri uang teman
pernah mengalami
sekelas.
kejadian seperti cerita
yang dibacakan.
1. Menulis
subjek dapat mengingat
Subjek C dan D spontan
bentukdan menuliskan bentukmengatakan mereka pernah
bentuk bully bentuk bully relasi yang
mengalaminya. Begitu pula dengan
relasi yang
dialami,
subjek B, ia bahkan menjelaskan
dialami
bully relasi yang dialami. Mereka
terlihat tidak senang dan kesal
dengan kejadian terebut. Sedangkan
subjek A hanya diam sambil
mendengarkan subjek lain
berbicara.
2. Menulis
Subjek C dan subjek B
Subjek terlihat itdak nyaman saat
pengalaman hanya mengungkapkan
mengikuti proses intervensi ketika
dan pikiran emosi negatif yang
salah seorang siswa mencoba
ketika
dirasakannya ketika
melihat kegiatan yang sedang
mengalami mengalami bullying,
dilakukan.
bully relasi
tanpa menuliskan
bagaimana kejadian
tersebut terjadi dan apa
yang ia pikirkan saat itu.
Sedangkan pada subjek A
dan D mereka mampu
mengekspresikan
pengalaman bullying
yang dialami dengan
lebih rinci dibandingkan
subjek B dan subjek D.
3. Menemukan Subjek mengungkapkan
Subjek A hanya diam, saat peneliti
pikiran
pikiran positif yang sama menanyakan mengenai pikirannya
positif
seperti pada pertemuan
ketika ia merasa cemas karena
sebelumnya.
dibully.
Kegiatan
Membaca
cerita tentang
bully relasi.

6. Hari keenam
Pada pertemuan keenam, peneliti melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
intervensi yang telah dilakukan dan mengukur kecemasan subjek setelah intervensi.
Pertemuan ini dilakukan pada tanggal 9 Desember 2016, pada pukul 11.00 – 12.00

Universitas Sumatera Utara

77

WIB. Peneliti meminta setiap subjek untuk mengisi lembar evaluasi, setelah itu
dilanjutkan dengan mengisi skala kecemasan. Pada pertemuan ini diketahui bahwa
subjek, masih mengalami bullying saat intervensi dilakukan. Selain itu, juga diketahui
bahwa tidak semua subjek mencoba untuk mempraktekkan pikiran positif yang
dikatakannya saat intervensi berlangsung.

C. Hasil Analisa Data
Data yang diperoleh akan dianalisa dengan uji analisis secara nonparametrik
menggunaan uji Mann-Whitney untuk menguji apakah ada perbedaan skor kecemasan
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selain itu juga dilakukan uji analisa
dengan mennggunakan uji Wilcoxon untuk melihat apakah ada perbedaan skor
kecemasan antara kondisi pretest dengan posttest pada masing-masing kelompok. Urain
hasil analisis data dibagi menjadi dua bagian, yaitu hasil analis data kelompok dan hasil
analisa data individual.
C.1. Hasil analisis data kelompok
Dari hasil pemberian skala kecemasan pada saat sebelum ( pretest) dan sesudah
(posttest) dilkukannya intervensi kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
maka skor yang diperoleh setiap subjek sebagai berikut:
Tabel 4.7. Distribusi skor kecemasan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Kelompok eksperimen
Kelompok kontrol
skor
skor
Subjek
Subjek
Pretest
Postets
Pretest
Postets
A
51
55
E
50
65
B
94
97
F
38
40
C
61
61
G
57
93
D
58
52
H
38
45

Universitas Sumatera Utara

78

Berdasarkan statistik deskriptif dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
pada tabel 4.7, terlihat bahwa terdapat perbedaan rerata ( mean) pretest dan posttest baik
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa skor
kecemasan masing-masing kelompok dalam setiap tes berbeda.
Tabel 4.8. Statistik deskriptf kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Kondisi pengukuran
Kelompok
N
Mean
SD
Max
Min
Eksperimen
4
66
19.131
94
51
Pretest
Kontrol
4
45.75
9.394
57
38
Eksperimen
4
66,50
20.761
97
52
Posttest
Kontrol
4
60.75
24.061
93
40
Selanjutnya dilakukan uji komparatif (Mann Whitney) terhadap data penelitian
kecemasan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah dilakukan terapi
menulis ekspresif. Selain itu juga dilakukan uji komporatif ( Wilcoxon) antara kondisi
sebelum (pretest) dan (posttest) pada masing-masing kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Hasil uji analisa dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.9. Hasil uji komporatif skor kecemasan kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol
Uji
Kelompok
Kondisi
Effect
P
Kesimpulan
statistik
pengukuran size (r)
pretest
0.042
-0.20
signifikan
(p < 0.05)
Mann
Whitney
0.564
Tidak
posttest
-0.72
(p > 0.05)
signifikan
0.715
Tidak
Eksperimen
-0.13
(p > 0.05)
signifikan
Wilcoxon
0.068
Tidak
Kontrol
-0.65
(p > 0.05)
signifikan
Dari tabel di atas menunjukkan adanya perbedaan signifikan kecemasan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberikan terapi menulis ekspresif
(p < 0.05). Sementara itu, tidak ada perbedaan kecemasan yang signifikan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberikan terapi menulis ekspresif

Universitas Sumatera Utara

79

(p > 0.05). Sedangkan dari uji Wilcoxon diperoleh hasil bahwa pada kelompok
eksperimen tidak terdapat perbedaan kecemasan yang signifikan antara kondisi sebelum
dan sesudah dilakukan terapi menulis ekspreif (p > 0.05). Hal yang sama juga terlihat
pada kelompok kontrol, yaitu tidak ada perbedaan kecemasan yang signifikan antara
kondisi sebelum dan sesudah dilakukan terapi menulis ekspresif (p > 0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa terapi menulis ekspresif tidak efektif menurunkan kecemasan pada
anak korban bullying.

C.2. Hasil analisa data individual
Analisa individual dilakukan dengan membandingkan skor kecemasan yang
diperoleh setiap subjek dengan skor rata-rata kelompok terapi menulis ekspreif pada
saat pretest dan posttest. Hasil analisis ini akan disajikan dalam bentuk grafik. Selain
itu hasil analisa individual juga dilengkapi dengan data yang diperoleh dari lembar kerja
subjek. Setiap subjek diberi inisial huruf abjad secara berurutan, yaitu subjek A, B, C
dan D. Berikut adalah gambaran perbandingan skor kecemasan setiap subjek dengan
rata-rata kelompok.

Universitas Sumatera Utara

80

Gambar 4.1. Perbandingan skor kecemasan subjek dengan skor rata-rata kelompok
Dari grafik di atas terlihat bahwa pada kondisi pretest skor kecemasan 3 orang
subjek yaitu subjek A, C dan D berada di bawa rata-rata skor kecemasan kelompok.
Begitu pula pada kondisi posttest subjek A, C dan juga memiliki skor kecemasan di
bawah rata-rata skor kecemasan kelompok. Namun bila melihat skor kecemasan
masing-masing subjek, maka terlihat bahwa hanya subjek D yang memperlihatkan
penurunan skor kecemasan pada kondisi pretest dan posttest.
Dari skala kecemasan yang diberikan kepada subjek juga diperoleh gambaran
skor kecemasan subjek berdasarkan tipe kecemasan pada saat kondisi sebelum ( pretest)
dan setelah (posttest) dilakukan terapi menulis ekspresif. Berikut distribusi skor
kecemasan berdasarkan tipe kecemasan.

Universitas Sumatera Utara

81

Tabel 4.10. Skor kecemasan berdasarkan tipe kecemasan
Kondisi
Subjek
Tipe kecemasan
pengukuran
A
B
C
Pretest
6
12
11
Separation anxiety
posttest
3
18
10
Pretest
8
13
7
Social Phobia
posttest
9
18
9
Pretest
11
14
15
Obsessivecompulsive
posttest
15
13
10
Pretest
6
27
12
Panic/agoraphobia
posttest
9
20
15
Pretest
8
14
16
Fear of physical injury
posttest
8
13
5
Pretest
4
14
10
General anxiety
posttest
11
15
12

D
9
6
11
7
7
9
13
14
7
5
11
11

a. Subjek A
Subjek A merupakan siswa di salah satu sekolah dasar. Saat ini ia duduk di kelas
6 dan berusia 12 tahun. A adalah seorang anak yang pendiam, sedikit tertutup dan
kurang ekspresif. A juga termasuk anak yang lamban terutama dalam menyelesaikan
tugas sekolah jika dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya yang lain. Ketika A
memiliki masalah, A lebih memilih untuk menghindar dari pada menyelesaikannya,
seperti ketika ia diganggu oleh teman, A tidak berani melawan terutama jika teman yang
mengganggu lebih kuat dibandingkan dirinya. Perlakuan bullying yang A alami sudah
terjadi cukup lama sebelum A duduk di kelas 6. Hal tersebut membuat ia merasa takut
dan cemas, sehingga A tidak pernah memberitau guru ataupun orangtua. A takut
dipukul lagi oleh teman yang membullynya, jika ia memberitahu guru atau orangtua.
Saat di rumah subjek A terkadang juga mengalami perlakuan kasar. Hal ini
mempengaruhi keberanian A untuk membela diri ketika berhadapan dengan orang yang
lebih kuat darinya. Ketika A ditegur oleh gurupun, hal tersebut membuat A merasa
takut, bahkan subjek A tidak berani untuk pulang ke rumah. Saat A merasa cemas dan

Universitas Sumatera Utara

82

takut untuk pergi ke sekolah, A berpura-pura sakit agar tidak pergi ke sekolah. subjek A
merupakan salah satu korban bullying di sekolahnya. A mengalami bullying hampir
setiap hari dan mengalami bully baik secara fisik, verbal maupun relasi.
Dari gambar 4.1 di atas, terlihat bahwa pada saat pretest skor kecemasan A
adalah 51 (kategori sedang). Pada saat posttest terlihat adanya peningkatan

skor

kecemasan yaitu menjadi 55, namun masih berada pada kategori sedang. Terlihat juga
bahwa pada saat pretest dan posttest A memperoleh skor di bawah rata-rata skor
kecemasan kelompok, hal ini menunjukkan bahwa dalam kelompok terapi menulis
ekspresif, subjek A memiliki kecemasan di bawah rata-rata. Selain itu juga diperoleh
gambaran perbedaan skor kecemasan subjek A berdasarkan tipe kecemasan antara
sebelum dan sesudah diberikan menulis ekspresif, seperti pada gambar 4.2. berikut ini:

Gambar 4.2. Perbandingan skor kecemasan subjek A berdasarkan tipe kecemasan pada
kondisi pretest dan posttest
Dari gambar 4.2 di atas terlihat bahwa adanya peningkatan skor pada tipe
kecemasasan social phobia, obsessive compulsive, panic/agoraphobia dan general
anxiety pada kondisi pretest dan posttest. Peningkatan skor yang paling tinggi terjadi

Universitas Sumatera Utara

83

pada tipe general anxiety sebesar 7 poin, yaitu skor pada saat pretest sebesar 4 poin dan
saat posttest meningkat menjadi 11 poin. Sedangkan pada tipe kecemasan fear of
physical injury tidak terjadi perubahan skor baik pada kondisi pretest maupun posttest.

Selain itu juga terlihat adanya penurunan skor pada tipe kecemasan separation anxiety
sebesar 3 poin dari kondisi pretest dan posttest.
Berdasarkan lembar kerja pada saat intervensi, diketahui bahwa kejadian
bullying yang dialami subjek A diantaranya, dipukul, dilempar, diancam, dicubit, diejek

dan difitnah. Dari hasil cerita yang ditulis oleh A pada “buku rahasia”, A
mengungkapkan perasaan dan pikirannya saat mengalami bullying. Dari cerita yang
ditulis A, A merasa takut, sedih dan marah karena kejadian bullying yang dialaminya.
Selain itu diketahui juga bahwa A pernah mencoba untuk melawan dengan bertanya
mengapa ia didorong, bukannya mendapat jawaban, tetapi A malah dipukul dan diejek
oleh temannya tersebut. Selain secara verbal, A juga pernah mencoba untuk melawan
secara fisik yaitu berkelahi dengan teman yang mem bullynya, namun A kembali
mendapat tekanan berupa ancaman dari temannya tersebut. Kejadian tersebut membuat
A merasa takut, A juga tidak berani untuk memberitahu guru ataupun orangtuanya.
Tidak adanya support dari orangtua menambah rasa takut A untuk memberitahu
kejadian bullying yang dialaminya. Subjek A menuliskan bahwa jika orangtua
mengetahui ia terlibat masalah, ia akan dimarahi.
Pada tahap juxtapisition dan application to the self, A berahasil menyampaikan
kecemasan yang dirasakannya, yaitu mengapa ia selalu diganggu, ketakutannya jika
bertemu dengan teman yang membullynya dan ketakutannya jika kejadian bullying yang
disampaikannya diketahui oleh orang lain. Saat A mencoba menemukan pikiran positif

Universitas Sumatera Utara

84

saat ia merasa cemas karena bullying, awalnya ia belum mampu menemukan pikiran
positif tersebut, namun pada pertemuan selanjutnya A sudah mampu melakukannya.
Sebelum berangkat ke sekolah, ia akan mengatakan kepada dirinya jika nanti ia
berjumpa dengan teman yang membullynya tersebut, ia tidak akan memperdulikannya
meskipun ia dipanggil oleh temannya tersebut. Akan tetapi A masih terlihat belum
mampu menggungkapkan pikiran dan perasaannya jika berhadapan dengan temannya
tersebut. A mengatakan, jika ia bertemu dengan teman yang mem bullynya tersebut, ia
hanya diam dan tidak mengatakan apa-apa. A juga mengatakan, jika ia merasa cemas
dengan kejadian bullying yang dialaminya, ia akan mencoba untuk bersikap tenang, dan
tidak memikirkan hal-hal negatif atau yang aneh-aneh.
Dari hasil observasi selama intervensi berlangsung, diketahui bahwa A adala
satu-satunya subjek laki-laki, subjek A lebih banyak diam saat intervensi berlangsung.
Ia hanya berbicara ketika peneliti bertanya kepadanya. Subjek A juga terlihat berusaha
untuk menghindarai pembicaraan tentang bullying yang dialami, ia mencoba
menghindar dengan bertanya tentang hal lain yang tidak ada hubungannya dengan
kejadian bullying yang dialami. Subjek A selalu pindah tempat duduk ketika mulai
menulis, dibandingkan dengan subjek yang lain, cerita yang dituliskan oleh subjek lebih
singkat dan terlihat tidak banyak perasaan dan pikirannya yang terkesplor saat menulis.
Pada tahap evaluasi, diketahui bahwa subjek A masih mengalami bullying,
ketika ia dibully A hanya diam dan tidak melawan. A juga diketahui tidak
mempraktekkan pikiran posistif yang telah diungkapannya selama intervensi
berlangsung. Selain itu, A mengatakan bahwa perasaan kesalnya sedikit berkurang,

Universitas Sumatera Utara

85

meskipun terkadang subjek A masih merasa takut, namun setelah mengikuti intervensi,
ketakutannya sedikit berkurang.

b. Subjek B
Subjek B adalah salah satu siswi di sekolah dasar di Pekanbaru. Saat ini B duduk
di kelas 5 dan berusia 10 tahun. B memiliki tubuh yang cukup besar dibandingkan
dengan teman sekelasnya yang lain. Kemampuan akademik B tergolong rata-rata jika
dibandingkan dengan teman sekelasnya yang lain. Hanya saja sikapnya yang tidak fokus
dan cenderung mengerjakan hal lain saat belajar, membuatnya lamban dalam
mengerjakan tugas. B memiliki sikap kekanak-kanakan, ketika menyampaikan sesuatu,
B terkesesan berlebihan dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian dari lawan
bicaranya. Sikap B yang demikian, membuatnya cukup memiliki banyak masalah
dengan teman-teman, ia cukup sering diganggu oleh temannya. B merupakan salah satu
korban bullying di sekolahnya. Bullying yang dialami oleh B sudah berlangsung cukup
lama yaitu sebelum B duduk di kelas 5. Sebelumnya B pernah berpura-pura sakit agar
tidak pergi ke sekolah, hal ini subjek B lakukan beberapa kali, karena perlakuan
bullying

yang dialami. Meskipun sekarang subjek B sudah mulai berani untuk

membalas, namun hal tersebut tidak membuat teman-teman berhenti membullynya.
Subjek B agak sering mengalami bullying yaitu sekitar 2 atau 3 kali dalam seminggu
dan mengalami bullying baik secara fisik, verbal maupun relasi.
Dari gambar 4.1. di atas, terlihat bahwa pada kondisi pretest skor kecemasan
subjek B adalah 94 (kategori tinggi) dan pada kondisi posttest terjadi peningkatan skor
sebesar 3 poin, yaitu menjadi 97 (kategori tinggi). Selain itu terlihat juga bahwa pada

Universitas Sumatera Utara

86

kedua kondisi yaitu kondisi pretest dan posttest subjek B memperoleh skor di atas ratarata skor kelompok terapi menulis ekspresif ( mean pretest = 66 dan mean posttest =
66,5). Hal ini berarti bahwa tidak terjadi penurunan kecemasan pada subjek B baik
dilihat berdasarkan skor kecemasan yang diperoleh maupun berdasarkan kategori
kecemasan pada saat pretest dan posttest. Begitu pula saat dibandingkan dengan ratarata skor kecemasan kelompok. Berdasarkan skor yang diperoleh subjek B pada skala
kecemasan, juga diperoleh gambaran perbedaan skor kecemasan subjek B berdasarkan
tipe kecemasan anatra kondisi pretest dan posttest, seperti pada gambar 4.3 berikut ini:

Gambar 4.3. Perbandingan skor kecemasan subjek B berdasarkan tipe kecemasan pada
kondisi pretest dan posttest
Dari gambar 4.3 di atas, penurun skor kecemasan pada tipe kecemasan obsessive
compulsive dan fear of physical injury yaitu masing-masing sebesar 1 poin (pretest =

14, posttest = 13). Namun pada empat tipe kecemasan lainnya terlihat peningkatan skor

Universitas Sumatera Utara

87

kecemasan, yaitu yaitu pada separation anxiety, social anxiety, dan general anxiety.
Sedangkan pada tipe obsessive compulsive, panic/agoraphobia dan fear of physical
injury terjadi penurunan skor antara kondisi pretest dan posttest. Pada tipe obsessive
compulsive skor kecemasan subjek menurun sebesar 1 poin (pretest = 14, posttest =

13), tipe kecemasan panic/agoraphobia skor kecemasan subjek B menurun sebesar 7
poin (pretest = 27, posttest = 20. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan
intervensi menulis ekspresif, terjadi penurunan simptom kecemasan pada tipe
kecemasan obsessive compulsive dan fear of physical injury.
Berdasarkan lembar kerja pada saat proses intervensi berlangsung, diketahui
bentuk-bentuk bullying yang dialami oleh subjek B, diantaranya dipukul, dicubit, diejek,
dimintai uang dan ditarik jilbab. Dari cerita yang dituliskan B pada “buku rahasia”,
diketa