Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Fertilitas Pada Pekerja Wanita Di Kota Lhokseumawe

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Indonesia dikategorikan sebagai negara berkembang oleh The World Bank.

Hal tersebut dikarenakan Indonesia memiliki permasalahan yang lebih banyak
daripada negara-negara maju, salah satunya adalah masalah kependudukan yang
ditandai dengan laju pertumbuhan dan jumlah penduduk yang relatif tinggi.
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, Indonesia memiliki jumlah penduduk
sebesar 237.641.326 juta jiwa, menjadikan negara ini berada di peringkat keempat
dengan penduduk terbanyak di dunia. Jumlah ini diperkirakan akan terus
bertambah, sehingga diproyeksikan pada tahun 2015 penduduk Indonesia
berjumlah 255 juta jiwa, dan mencapai 305 juta jiwa pada tahun 2035. Tingginya
jumlah penduduk menggambarkan tingginya tingkat kelahiran (fertilitas) di
Indonesia.
Secara nasional tingkat fertilitas di Indonesia relatif masih cukup tinggi,
variasi antar provinsi dan kota juga cukup besar. Memang jumlah penduduk yang
banyak merupakan sumber daya yang potensial dalam pembangunan, tetapi perlu
diingat kembali bahwa pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat sering kali tidak

diimbangi oleh penyediaan sarana yang memadai. Akibatnya, pertambahan
penduduk tidak potensial lagi bahkan menjadi beban bagi pembangunan. Maka
dari itu, diperlukannya suatu tindakan pengendalian pertumbuhan penduduk
seperti melalui upaya mengendalikan tingkat kelahiran bayi hidup. Upaya dalam
penurunan tingkat fertilitas di Indonesia tidak terlepas dari adanya program
Keluarga Berencana (KB) yang mulai dilaksanakan pada awal tahun 1970-an.
1
Universitas Sumatera Utara

Pengendalian kelahiran dengan cara menggunakan program keluarga berencana
ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam mewujudkan
keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Pemakaian alat kontrasepsi juga akan
menentukan jumlah anak yang dilahirkan. Wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi akan membatasi jumlah anak yang dilahirkan. Dan sebaliknya, wanita
yang tidak menggunakan alat kontrasepsi akan memiliki anak yang banyak.
Kepadatan penduduk dipengaruhi oleh fertilitas atau kelahiran hidup,
sedangkan faktor- faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat
dibagi menjadi dua, yaitu faktor demografi dan faktor non demografi. Faktor
demografi diantaranya adalah: struktur umur, struktur perkawinan, umur kawin
pertama, paritas, disrupsi perkawinan, dan proporsi yang kawin. Sedangkan faktor

non demografi antara lain, keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan,
perbaikan status perempuan, urbanisasi dan industrialisasi (Mantra,2000).
Pendidikan

yang

dimiliki

manusia

juga

mempengaruhi

suatu

pembangunan. Memiliki tingkat pendidikan yang baik, maka akan berdampak
baik pula dalam pembangunan, dan sebaliknya. Tingkat pendidikan menunjukkan
pengaruh yang lebih kuat terhadap fertilitas daripada variabel lain. Seseorang
dengan tingkat pendidikan yang relatif tinggi tentu saja dapat mempertimbangkan

berapa keuntungan finansial yang diperoleh seorang anak dibandingkan dengan
biaya yang harus dikeluarkan untuk membesarkannya (Lucas,1990). Seseorang
yang mempunyai pendidikan yang tinggi cenderung memilih atau merencanakan
sejumlah anak yang diinginkan rendah atau fertilitas rendah akan menuju norma
keluarga kecil sejahtera.

2
Universitas Sumatera Utara

Menurut H. Leibenstein (dalam Adi Oetomo,dkk, 2010), anak dilihat dari
dua segi, yaitu segi kegunaannya (utility) dan biaya (cost). Kegunaannya ialah
memberikan kepuasan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu
dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat menghidupi
orang tua di masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah
biaya dari mempunyai anak tersebut. Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi
orang tua akan berubah. Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik.
Ini berarti biayanya naik, sedangkan kegunaannya turun walaupun anak masih
memberikan kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Di samping itu
orang tua juga tak tergantung dari sumbangan anak. Jadi biaya membesarkan anak
lebih besar daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan demand terhadap anak

menurun atau dengan kata lain fertilitas turun (Hatmadji, 2007).
Sejalan dengan pemikiran bahwa semakin muda seseorang melakukan
perkawinan semakin panjang masa reproduksinya, maka dapat diharapkan
semakin muda seseorang melangsungkan perkawinannya semakin banyak pula
anak yang dilahirkan. Jadi hubungan antara umur perkawinan dan fertilitas adalah
negatif (Hatmadji,1971).
Zaman sekarang ini, kegiatan ekonomi dan pembangunan tidak hanya
melibatkan laki-laki saja, tetapi peranan wanita juga semakin meningkat. Kondisi
ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah pekerja wanita dari tahun ke tahun baik
itu pada sektor formal maupun informal. Peningkatan ini umumnya terjadi pada
wanita usia subur yaitu usia antara 15-49 tahun. Hatmadji (1971), mengemukakan
bahwa wanita yang hanya mengurus rumah tangga saja cenderung untuk

3
Universitas Sumatera Utara

mempunyai anak lebih banyak, sedangkan wanita yang bekerja mempunyai anak
lebih sedikit.
Pekerja wanita lebih banyak mencurahkan waktunya untuk bekerja dari
pada meluangkan waktunya di rumah. Seperti halnya pekerja wanita di Kota

Lhokseumawe baik itu yang bekerja di sektor formal maupun informal.
Terbatasnya waktu yang diluangkan di rumah, berkaitan dengan frekuensi
bertemu dengan suami, maka besar kemungkinan untuk tidak melakukan
hubungan suami-istri, sehingga akan mempengaruhi fertilitas. Oleh karena itu,
penulis mengambil pekerja wanita sebagai responden dalam penelitian ini.
Salah satu kota yang berada di Provinsi Aceh, yaitu Kota Lhokseumawe
memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi dibandingkan dengan kota lainnya
yang berada di Provinsi Aceh. Dimana kepadatan penduduk Kota Lhokseumawe
pada tahun 2014 yaitu 1.225 jiwa/km2 dengan jumlah penduduk sebesar 187.455
jiwa, mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2013, yaitu sebesar
183.232 jiwa. Kota Lhokseumawe merupakan kota dengan kepadatan penduduk
yang cukup tinggi kedua setelah Banda Aceh, yaitu 4.455 jiwa/km2 dengan jumlah
penduduk sebesar 249.499 jiwa.
Pertumbuhan penduduk di Kota Lhokseumawe selalu mengalami
peningkatan pada setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk
yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Juga rasio jenis kelamin perempuan
yang lebih tinggi dibandingkan rasio jenis kelamin laki-laki. Tingginya rasio jenis
kelamin perempuan dibandingkan rasio jenis kelamin laki-laki terjadi di setiap

4

Universitas Sumatera Utara

tahunnya dari tahun 2010 hingga tahun 2014 diiringi dengan terus bertambahnya
jumlah penduduk di Kota Lhokseumawe.
Dengan kata lain, penduduk Kota Lhokseumawe didominasi oleh kaum
perempuan. Oleh karena itu, Kota Lhokseumawe merupakan salah satu kota yang
jumlah penduduknya cukup tinggi.
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin di Kota Lhokseumawe Tahun
2010-2014
Jenis Kelamin
Jumlah
Rasio Jenis
Tahun
Penduduk
Kelamin
Laki-laki Perempuan
2010
171.163
85.436

85.727
100
2011
175.082
87.392
87.690
100
2012
179.807
89.601
90.206
99
2013
183.232
91.192
92.040
99
2014
187.455
93.403

94.052
99
Sumber : BPS Kota Lhokseumawe 2015, data diolah

Menurut BPS Kota Lhokseumawe, angka kelahiran bayi juga mengalami
peningkatan seperti pada tahun 2013, jumlah banyaknya kelahiran bayi adalah
1.186 jiwa dan semakin meningkat pada tahun 2014 dengan jumlah banyaknya
kelahiran bayi adalah sebesar 1.701 jiwa. Sehingga kelahiran bayi inilah yang
menyebabkan Kota Lhokseumawe menjadi salah satu kota di Provinsi Aceh yang
memiliki jumlah penduduk yang padat.
Dari penjabaran di atas yang telah dijelaskan oleh penulis, maka
menjadikan keinginan penulis untuk meneliti lebih lanjut lagi tentang faktorfaktor pendapatan, tingkat pendidikan, jam kerja, usia kawin pertama, dan
pemakaian alat kontrasepsi tersebut dalam kaitannya dengan fertilitas terutama
yang terjadi pada para pekerja wanita baik pada sektor formal maupun informal.

5
Universitas Sumatera Utara

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang diatas maka diadakan
penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Fertilitas pada Pekerja Wanita di Kota Lhokseumawe”.
1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Bagaimana pengaruh pendapatan terhadap tingkat fertilitas pada pekerja
wanita di Kota Lhokseumawe ?

2.

Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat fertilitas pada
pekerja wanita di Kota Lhokseumawe ?

3.

Bagaimana pengaruh jam kerja terhadap tingkat fertilitas pada pekerja

wanita di Kota Lhokseumawe ?

4.

Bagaimana pengaruh usia kawin pertama terhadap tingkat fertilitas pada
pekerja wanita di Kota Lhokseumawe ?

5.

Bagaimana pengaruh pemakaian alat kontrasepsi terhadap tingkat fertilitas
pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe ?

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :
1.


Mengetahui pengaruh pendapatan terhadap tingkat fertilitas pada pekerja
wanita di Kota Lhokseumawe.

2.

Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat fertilitas pada
pekerja wanita di Kota Lhokseumawe.

6
Universitas Sumatera Utara

3.

Mengetahui pengaruh jam kerja terhadap tingkat fertilitas pada pekerja
wanita di Kota Lhokseumawe.

4.

Mengetahui pengaruh usia kawin pertama terhadap tingkat fertilitas pada
pekerja wanita di Kota Lhokseumawe.

5.

Mengetahui pengaruh pemakaian alat kontrasepsi terhadap tingkat
fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe.

1.4

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai berikut:

1.

Mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi tingkat fertilitas
pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe.

2.

Sebagai penambah wawasan dan bahan masukan bagi pengembangan
ilmu, serta dapat sebagai salah satu bahan bacaan yang berguna bagi
peneliti selanjutnya.

3.

Menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak terkait, khususnya bagi
pemerintah dalam menetapkan kebijakan terkait dalam pembatasan
kelahiran.

4.

Bagi peneliti sendiri, penelitian ini merupakan sebuah pengalaman yang
berharga dalam upaya menerapkan ilmu pengetahuan yang

diperoleh

selama menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.

7
Universitas Sumatera Utara