Pengaruh Hidrogel Teripang Sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar Terhadap Bakteri Enterococcus Faecalis (In Vitro)

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Infeksi saluran akar dimulai dengan adanya invasi mikroorganisme,
kolonisasi, pembelahan (multiplikasi) dan adanya aktifitas patogen. Kolonisasi terjadi
bila tersedia kondisi fisik dan biokimia yang cocok bagi pertumbuhan bakteri serta
faktor- faktor penghambat yang dapat menghancurkan mikroorganisme tidak cukup
tersedia.
2.1. Mikrobial Endodontik
Kakehashidkk., (1969) membuktikan bahwa tanpa keterlibatan bakteri, hanya
inflamasi minor yang terjadi dalam pulpa yang terbuka. Abses pulpa, lesi periapikal,
pembengkakan, dan nyeri merupakan hasil dari infeksi mikrobial campuran. Lindkk.,
(2003) melakukan penelitian pada 200 kasus kegagalan endodontik yang dievaluasi
yaitu pengisian yang kurang dari panjang kerja, pengisian yang tidakhermetis, atau
pengisian berlebih, dan hampir 70% memperlihatkan adanya mikroorganisme dalam
jaringan periradikular atau saluran akar yang tak terisi.Hasilnyapada kasus-kasus ini
tidak ada yang melibatkan penyakit periodontal lanjut, perforasi post,atau fraktur akar
dan mahkota. Hal ini menunjukkan fakta bahwa kasus dengan radiolusensi periapikal
preoperatif memiliki lebih tinggi tingkat kegagalan sampai 70% dibandingkan dengan
tanpadestruksi


tulang

periradikular

yang

terlihat

dari

gambaranradiografik(TorneckdanTorabinejad,2011).

Universitas Sumatera Utara

Pada analisa lesi periapikal refraktori dari terapi endodontik terlihat bahwa
daerahkultur lesi memperlihatkan kira-kira satu setengah strain bakteri diidentifikasi
merupakan bentuk anaerobik namun hampir 80% dari flora total terdiri dari bakteri
gram-positif

seperti


StaphylococcusdanEnterococcus

(Sunde,Olsen,Debelian,2002).Kegagalan perawatan endodontik biasanya terjadi
ketika prosedur perawatan tidak memenuhi standar yang memuaskan untuk
pencegahan dan kontrol infeksi endodontik penyebab dari periodontitis apikalis.
Beberapa penelitian menunjukkan sebagian besar pasien dengan penyakit pasca
perawatan hadir dengan perawatan saluran akar yang tidak adekuat (Chavez, 2007).
Kesalahanprosedur, seperti instrument yang patah, perforasi, overfilling,
underfilling, ledge, dan sebagainya merupakan penyebab langsung kegagalan
endodontik. Kesalahan prosedur umumnya tidak membahayakan hasil perawatan
endodontik kecuali terdapat infeksi yang bersamaan(De-Deus,Murad,Paciornik,dkk,
2008). Kesalahan prosedur seringkali mengganggu atau mempersulit prosedur yang
dibutuhkan untuk mencapai kontrol yang adekuat dari infeksi endodontik. Oleh sebab
itu, potensi untuk kegagalan perawatan endodontik secara signifikan lebih tinggi
ketika terjadi kesalahan prosedur saat perawatan gigi yang terinfeksi. Sebagai contoh,
instrumen yang patah atau ledge dapat menghalangi instrumen dan bahan irigasi
dalam mencapai bagian apikal dari saluran akar, menyebabkan mikroorganisme di
area tersebut bertahan dan mendukung periodontitis apikalis bahkan gigi yang telah
dirawat saluran akarnya dengan baik dapat gagal. Penyakit pasca perawatan telah

dilaporkan terjadi pada 5% sampai dengan 15% pada gigi dengan periodontitis

Universitas Sumatera Utara

apikalis pra-perawatan bahkan ketika perawatan sudah memenuhi standar prosedur
(Chugal,Clive,Spangberg, 2001).
Berhubungan dengan kualitas perawatan saluran akar, penyebab kegagalan
pada dasarnya sama yaitu mikroorganisme biasanya terlibat dalam infeksi
intraradikular yang persisten /sekunder dan terkadang berhubungan dengan infeksi
ekstraradikular. Gigi yang dirawat dengan tidak baik memiliki kesempatan yang
semakin besar akankegagalan perawatan daripada gigi yang dirawat dengan baik
karena kemungkinan infeksi sekunder atau infeksi yang persisten secara jelas
semakin tinggi (Nair, 2003).

Tabel 2.1. Frekuensi Penyebab Kejadian Reinfeksi Saluran Akar

Penyebab kegagalan
Obturasi tidak komplit
Obturasi saluran akar berlebihan
Saluran akar dibiarkan kosong

Saluran akar asesoris tidak terisi
Perforasi akar
Perforasi dasar hidung
Resorbsi akar eksternal
Lesi periradikular-lesi perio
Kista apikal
Poin perak
Instrument patah
Trauma konstan
Total Kegagalan

Jumlah
61
4
3
1
10
1
8
6

3
2
1
1
104

% kegagalan
58.66
3.85
2.88
0.96
98.1
0.96
7.70
5.78
2.88
1.92
0.96
0.96
100


(Dikutip dari Endodontics Ingle, J. I dan Bakland, L. K. 2002).

Universitas Washington melakukan evaluasi dan pemeriksaan berkala pasien
dengan foto radiograf, dari hasil recall 2 tahun didapatkan 104 gigi gagal,

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan frekuensi penyebab kejadian : (tabel 2.1)(Ingle dan Bakland,
2002).Tronstad (2002) melakukan penelitian pada 60 gigi dengan periodontitis

apikalis yang telah diobturasi dan diekstraksi. Pada identifikasi mikrobial ditemukan
bakteri di seluruh saluran akar, hal ini memperlihatkan penting pengisian yang tidak
hermetic pada semua bagian dan gigi yang telah diisi dilindungidengan restorasi
koronal yang baik dan solid (Stuart,Schwartz,Beeson, 2006).

2.2. Ekologi Mikrobiota Endodontik
Saluran akar dengan pulpa nekrotik memberikan ruangan untuk bakteri
berkolonisasi dan memberikan bakteri kelembaban, hangat, bernutrisi, dan
lingkungan anaerobik, yang terlindungi dari pertahanan tubuh karena kurangnya

mikrosirkulasi aktif dalam jaringan nekrotik. Saluran akar nekrotik adalah lingkungan
yang subur untuk pertumbuhan bakteri dan kolonisasi untuk setiap spesies bakteri
oral. Walau lebih dari 700 jenis bakteri yang berbeda telah dilaporkan terjadi dalam
kavitas oral dan tiap mulut individu dapat memiliki 100 sampai 200 jenis bakteri,
hanya sejumlah bakteri terbatas ini saja yang ditemukan dalam saluran akar yang
terinfeksi.
Faktor ekologi mikrobiota mempengaruhi komposisi mikrobiota dalam
saluran akar nekrotik yang meliputi tekanan oksigen dan potensial redoks, tipe dan
jumlah

nutrisi

yangada,dan

interaksi

bakteri

(Baumgartner


dkk.,2002;Schorkdkk.,2000).Flora mikrobal saluran akar terdiri dari organisme yang
dapat hidup pada jaringan pulpa mati, yaitusaprofit, yang dapat tumbuh pada suatu

Universitas Sumatera Utara

lingkungan dengan tegangan oksigenrendah, dan yang dapat bertahan dalam
lingkungan dengan nutrisi terbatas.Meskipun semua mikroorganisme mempunyai
kesempatan sama untuk masuk ke jaringan pulpa atau saluran akar, hanya yang paling
cocok dengan lingkungan yang dapat bertahan.Mikroorganisme yang paling umum
ditemukan di dalam mulut adalahstreptococcus, danjuga yang sering ditemukan di
dalam saluran akar(Sunde dkk., 2002).

2.3. Enterococcus faecalis (E.faecalis)
Enterococcus faecalis (E.faecalis) merupakan bakteri yang tidak membentuk
spora, fakultatif anaerob, kokus gram positif dan tidak menghasilkan reaksi katalase
dengan hidrogen peroksida. Bakteri ini berbentuk ovoid dengan diameter 0,5-1 μm
dan terdiri dari rantai pendek, berpasangan atau bahkan tunggal. Mereka berdiri
sendiri, berpasangan, atau membentuk rantai pendek, dan seringkali memanjang
searah dengan rantainya. Sebagian besar strain adalah nonhemolitik dan nonmotil.
Pada blood agar, permukaan koloni berbentuk sirkular, halus dan menyeluruh.

E. faecalis dapat bertahan pada pH 4-11 dan pada suhu 10°C-45°C. Hal ini
dihubungkan dengan pengaruh dan impermeabilitas membran sel terhadap asam dan
alkali(Mickel,Wright,1999).
Bakteri enterococcal berbentuk spherical atau ovoid, terdapat berpasangan
dan rantai pendek dalammedia cairan. Endospora tidak terbentuk dan beberapa
spesies dapat bergerak dengan flagella. Mereka membentuk koloni putih krem
merupakan gram-positif, katalase-negatif dan dapat tumbuh dalamNaCl 6,5%, pada

Universitas Sumatera Utara

temperatur berkisar antara 10oC sampai 45oC, dan dapat selamat 30 menit pada 60oC
dan pH diatas 9,6.
Mempunyai kemampuan sebagai spesies patogen yang dapat meningkatkan
resistensi atau toleransi fenotipik terhadap banyak disinfektan atau agen fisik.
Enterococci menyebabkan peningkatan masalah dalam kedokteran yaitu infeksi
nosokomial(Hunt,2009)karena mempunyai kemampuan meningkatnya resistensi
terhadap berbagai antibiotik dengan prevalensi 12%, dalam teknik makanan dan
kontrol lingkungan, dimana E.faecalis merupakan indikator kontaminasi fecal dalam
air dan makanan dan dalam kedokterangigi dengan kasus terapi resisten dalam
endodontik(Fidgor dkk., 2003).

Dinding sel bakteri ini terdiri dari peptidoglikan 40%, sisanya merupakan
teichoic acid dan polisakarida. Sintesis peptidoglikan dihasilkan oleh keseimbangan
antara enzim polimerisasi dan hidrolitik. Peptidoglikan merupakan makromolekul
utama yang terlibat dalam penentuan bentuk sel dan memiliki penyangga polisakarida
dari alteratif N-asetilglukosamin (GlcNAc) dan asam N-asetilmuramik (MurNAc).Zat
ini juga berguna sebagai lapisan pelindung dari kerusakan oleh tekanan osmotik
sitoplasma yang tinggi(Paster dkk., 2006).Analisis kimia dan struktural dari
polisakarida kapsular telah memperlihatkan molekul seperti asam teichoicgliserol
dengan penyangga karbohidrat (Portenier dkk., 2003).

Universitas Sumatera Utara

E. faecalis diklasifikasikan dalam(Kleinsmith,Kish, 1995):
Kingdom
Filum
Famili
Genus
Spesies

:

:
:
:
:

Bacteria
Firmicutes
Enterococcaceae
Enterococcus
E. faecalis

Pada dasarnya, E. faecalis merupakan flora normal komensal yang habitatnya
pada gastrointestinal dan rongga mulut(Kocher dan Wilson,1994). Akan tetapi, dapat
menjadi mikroorganisme patogen penyebab infeksi pada luka, bakteremia,
endokarditis, dan meningitis, sedangkan di rongga mulut, E. faecalis adalah salah
satu jenis bakteri yang sering ditemukan pada saluran akar. Mikroorganisme ini dapat
diisolasi dari berbagai infeksi rongga mulut sertaberhubungan erat dengan respon
inflamasi periradikular(Kocher dan Wilson,1994).

Gambar 2.1.

Potongan sel E.
Faecalis(Tem, x
33000)(Partenier,Waltisno,Haapasalo,

Gambar 2.2

Scanning electron Micrograph
dari selE. Faecalis (x 4000)

2003)

E.faecalis diperhitungkan sekitar 80% seluruh infeksi yang disebabkan oleh
enterococci. Enterococci juga sering ditemukan dari isolasi pada pasien ventilasi
mekanis (intubasi)(Charles dkk.,2006). Resistensi multipel terhadap berbagai
antibiotik memberikan masalah terapeutik yang cukup serius(Hill dkk.,1994). Saat

Universitas Sumatera Utara

ini, bakteri E.faecalis berada pada peringkat ketiga bakteri patogen nasokomial,
(Sundqvist dan Fidgor,2003) serta resisten pada beberapa antibiotik seperti
armnoglikosida, penisilin, tetrasiklin, klorampenikol, dan vankomisin(Asgeir dan
Sugudsson,2002).
Resistensi E.faecalis terhadap antimikroba diperoleh secara intrinsik maupun
acquired (didapat) melalui transfer gen. Resistensiacquired diperoleh dari mutasi
DNA atau dapat juga dari gen yang baru melalui transfer plasmid dan transposons.
Selainitu, adanya mekanisme yang mempertahankanlevel pH cytoplasmic tetap
optimal menyebabkan bakteri tersebut juga resisten terhadap antimikroba kalsium
hidroksida. Dinding sel bakteri ini terdiri dari peptidoglikan,40%, sisanya
teichoicacid dan polisakharida(Sundqvist dkk.,1998).

2.4. Faktor-faktor virulen E. faecalis
Virulensi bakteri ini disebabkan kemampuannya dalam pembentukan
kolonisasi pada host, dapat bersama dengan bakteri lain, resisten terhadap mekanisme
pertahanan host, menghasilkan perubahan patogen baik secara langsung melalui
produksi toksin atau secara tidak langsung melalui rangsangan terhadap mediator
inflamasi.
Faktor-faktor virulen yang berperan adalah komponen agregation substance
(AS), surface adhesins, sex pheromones, lipoteichoic acid (LTA), extraceluller
superoxide production (ESP), gelatinase lytic enzyme, hyalurodinase, dan cyiolysin
toxin (tabel 2.2).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2 Faktor Virulen E. faecalis dan Fungsinya
Fungsi

Faktor

Referensi

Adhesion and colonization Aggregation Substance(AS)

other surface adhesions

Kreft et al, 1992; Rodzinski
et al, 2001
Rich et al, 1999; Shankar et
al, 2001
Ciardi etal, 1977

Lipoteichoic Acid (LTA)
Resistance to host defense Aggregation Substance (AS)

Inhibition
bacteria

on

other Cytolysin

Tissue damage

Rakita et al, 1999; SuBmuth
et al, 2000
Jett and Gilmore, 1990

AS-48

Galvez etal, 1989

Lipoteichoic Acid (LTA)

Hausmann et al, 1975; Bab et
al, 1979

extracellular superoxide anion Key etal, 1994
Gelatinase

Makinen et al, 1989; Hill et
al, 1994
Isk&oetaL, 1997

Jett et al, 1992
Induction of inflammation Sex pheromones

Lipoteichoic Acid (LTA)

Sannomiya et al, 1990;
Ember and Hugli, 1989
Bhakdiea, 1991; Carder al,
1994

Dikutip dari: Virulence Factors of E. faecalis:Relationship to Endodontic
Diesease.(Orstavik,Kayanglu,2004)

Faktor

virulen

agregation

substance(AS)

(Orstavik,

Kayaoglu,2004;

Sundqvist,Fidgor,2003)berperan sebagai faktor protektif bakteri yang melawan

Universitas Sumatera Utara

mekanisme pertahanan host (induk) melalui mekanisme media reseptor dengan cara
pengikatan neutrofil sehingga E. faecalis menjadi tetap hidup walaupun mekanisme
fagositosis aktif berlangsung (Podbielski,dkk,2003).
Adhesin berfungsi membantu perlekatan bakteri, berupa aggregation
substance, enterococcal surface protein (Esp) dan collagen adhesion (Ace).
Aggregation substance membantu perlekatan E. faecalis dengan bakteri lain sehingga
memfasilitasi pertukaran plasmid antara galur recipient dan galur donor. Akibatnya
materi gen seperti gen yang resisten terhadap antibiotik dapat ditransfer antara galur
E. faecalis dengan spesies lain(Beck,Garcia,Heiss, 1996). Pada E. faecalis terdapat 2
(dua) protease yaitu gelatinase dan serine protease. Gelatinase dapat menghidrolisa
gelatin, kasein, insulin fibrinogen dan peptide, bahan-bahan yang dapat menjadi
sumber nutrisi bagi E. faecalis. Serin protease dan collagen adhesion (Ace)
membantu perlekatan E. faecalis ke kolagen dentin tipe I. Kolagen dentin tipe I
merupakan komponen organik dentin.
Perlekatan E. faecalis pada hospes penting karena merupakan tahap awal
dimulainya penyakit infeksi.Cytolysin(Glimore,2000)adalah toksin E. faecalis yang
dapat melisis eritrosit, netrofil PMN, makrofag dan menyebabkan kerusakan jaringan.
Bacteriocin seperti AS-48 menghambat pertumbuhan bakteri lain sehingga E. faecalis
dapat membentuk monobiofilm tanpa kehadiran bakteri lain. Jadi agar bakteri dapat
patogen maka sangat penting mempunyai kemampuan untuk melekat dan menginvasi
hospes. Juga harus dapat bertahan terhadap mekanisme pertahanan hospes, bersaing
dengan bakteri lain dan membuat kerusakan pada hospes(Beck dkk., 1966)

Universitas Sumatera Utara

Ada beberapa cara yang dilakukan E. faecalis untuk bertahan hidup yaitu
memiliki polimorfisme genetik. E. faecalis memiliki protease serine, gelatinase dan
collagen-binding protein (Ace), yang membantu berikatan dengan dentin. Ukurannya
yang kecil, cukup untuk menginvasi dan tinggal dalam tubulus dentin. Enterococci
mensekresi pheromones yang menstimulasi sintesis permukaan subtansi agregasiyang
menfasilitasi kontak antara sel-sel dan pembentukan anyaman agregasi. Pada
akhirnya

menyebabkan

terjadinya

pertukaran

plasmid

sehingga

terjadi

resisten(Gatewood,2007).
Faktor virulensi yang menyebabkan perubahan patogen secara langsung
adalah gelatinase, hyalurodinase, cytolysin dan extracelullar superoxide anion.
Gelatinase(Fidgordkk.,2003) berkontribusi terhadap resorpsi tulang dan degradasi
dentin matriks organik. Hal ini berperan penting terhadap timbulnya inflamasi
periapikal.Hyaluronidase membantu degradasi hyaluronan yang berada di dentin
untuk menghasilkan energi untuk organisme, sedangkan extracellular superoxide
anion dan cytolysin berperan aktif terhadap kerusakan jaringan (Podbielski dkk.,
2003).
E. faecalis mempunyai kemampuan untuk tetap hidup tanpa suplai nutrisi.
Penelitian oleh Fidgor dkk (2003)menunjukkan E. faecalis dapat bertahan hidup
selama 12 bulan tanpa suplai nutrisi. Begitu ada suplai nutrisi, bakteri ini dapat pulih
hanya dengan menggunakan serum sebagai sumber nutrisi. Serum ini dapat berasal
dari serum derived fluid dari jaringan sekitar(Fidgor,Davies,Sundqvist,2003).

Universitas Sumatera Utara

E. faecalis dapat membentuk biofilm yang membuatnya 1000 kali lebih
resisten terhadap fagositosis, antibodi dan antimikroba. Bakteri E. Faecalisdalam
tubulus dentin dapat bertahan terhadap medikamen saluran akar kalsium hidroksida
selama 10 hari. Kalsium hidroksida merupakan medikamen saluran akar yang terbukti
tidak dapat menghilangkan E. faecalis terutama saat pH tinggi yang tidak terjaga. Hal
ini karena dua hal, yang pertama adalah E. faecalis secara pasif menjaga pH
homeostasis dengan permeabilitas membran yang rendah dan kemampuan buffer
sitoplasma. Yang kedua, E. faecalis mempunyai pompa proton yang ikut menjaga pH
homeostasis dengan cara memompa proton ke dalam sel untuk menurunkan pH
internal. Pada keadaan asam, sistem antiport kation akan meningkatkan pH internal
dengan keluarnya proton melalui membran sel. Pada keadaan basa, kation atau proton
akan dipompa ke dalam sel agar pH internal lebih rendah.
Selain itu ada penelitian yang menunjukkan bahwa pada saluran akar yang
diberi kalsium hidroksida maka dentin pada saluran akar tersebut mempunyai efek
buffer yang menjaga agar pH dentin di servikal tidak lebih tinggi dari 10,8 dan pH
dentin di apikal tidak lebih dari 9,7. Akibatnya kalsium hidroksida tidak dapat dijaga
supaya tetap di pH 11-12. Padahal bakteri E. faecalis dapat tumbuh sampai pH 11,
sehingga kalsium hidroksida tidak dapat mempertahankan pH tinggi untuk
menghilangkan E.Faecalis(Ferreira,Vale,Granjeiro,2003).
Pada kegagalan perawatan saluran akar, sering ditemukan satu atau dua strain
mikrobial. Mikroorganisme yang sebelumnya adalah dari Gram-positif yang dominan
berganti menjadi obligat anaerob. E. faecalis jarang ditemukan pada awal gigi

Universitas Sumatera Utara

mengalami

nekrosis,

tetapi

sering

terdapat

pada

saluran

akar

yang

tertutup(Orstavik,Kayaoglu,2004).Sundqvist dkk menyatakan E. faecalis merupakan
jenis bakteri yang paling sering ditemukan pada isolasi bakteri dari gigi dengan
kegagalan perawatan saluran akar.
Penelitian terakhir melaporkan penyembuhan periradikular sempurna yang
terjadi pada 94% kasus yang menyertai kultur negatif setelah obturasi, dibandingkan
hanya 68% pada kultur positif setelah obturasi. Temuan ini mendukung penelitian
sebelumnya, adanya bakteri di saluran akar pada saat obturasi(Berkittendkk., 2000).
Molander dkk(1998) mengisolasi E. faecalis dari kasus perawatan saluran akar ulang
disertai periodontitis apikalis, dan memperlihatkan pertumbuhan yangbesar.
Siren dkk (1997) menunjukkan bahwa bakteri E. paling sering dikultur pada
keadaan bila saluran akar tidak ditutup diantara setiap kunjungan perawatan, saat
jumlah kunjungan semakin banyak, dan pada kasus perawatan saluran akar
ulangEnterococcus paling sering muncul sebagai agen infeksi tunggal pada 33%
kasus(Sundqvist, dkk., 1998). Baumgartner dan Falkler melakukan kultur dari daerah
5 mm dari apikal gigi manusia yang baru diekstraksi yang disertai karies dengan
pulpa terbuka dan lesi periapikal, ditemukan E. faecalis sebagai bakteri terbanyak
pada isolasi bakteri(Baumgartnet dkk., 2002; Facklam dkk., 2002). Patogenisitas E.
faecalis pada infeksi endodontikk ditunjukkan pada gambar 2.3.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3. Sebuah model penyakit endodontikk terkait dengan faktor-faktorvirulensi
E.faecalis (Kayaoglu,Oistavik.,2004).

2.5Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) Sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar
Tindakan medikasi intrakanal merupakan tahap perawatan endodontik yang
penting terutama pada kasus-kasus dengan adanya lesi periapikal, karena jika
diabaikan

dapat

menyebabkan

kegagalan

perawatan

(Athanassiadis,2007).Kecenderungan yang sering terjadi adalah terkontaminasinya
dinding

saluran

akar

terhadap

mikroorganisme

yang

ada.

Baker,dkk

menemukan±70% jaringan pulpa dan sisa–sisa dentin atau debris yang tertinggal
pada saluran akar (Baker dkk.,2006). Dinding saluran yang tidak bersih dapat
menjadi tempat pertumbuhan bakteri, mengurangi perlekatan bahan pengisi saluran
akar dan meningkatkan celah apikal. Adanya bakteri tidak hanya menyebabkan lesi

Universitas Sumatera Utara

periapikal, tetapi juga dapat mengganggu mekanisme pertahanan lesi tersebut
(Estrela,2008).
Keberhasilan perawatan endodontik secara langsung dipengaruhi oleh
kemampuan untuk mengeliminasi miroorganisme yang terdapat pada saluran akar
yang terinfeksi (Cwikladkk.,2000). Preparasi biomekanikal dan irigasi saluran akar
sangat penting untuk mengurangi jumlah bakteri selama perawatan endodontik. Hal
ini juga perlu ditunjang dengan pemberian bahan medikamen karena akan sangat
membantu untuk mengeliminasi bakteri yang masih tertinggal setelah dilakukan
preparasi atau setidaknya menghambat infeksi berulang pada saluran akar diantara
kunjungan (Cogulu,Utac,2007).
Medikamen saluran akar digunakan dengan tujuan 1. mengeliminasi bakteri
yang tidak dapat dihancurkan dengan proses chemo-mechanical seperti instrumentasi
dan irigasi, 2. mengurangi inflamasi periradikular dan rasa sakit, 3. mengeliminansi
eksudat apikal, 4. mencegah atau menghentikan resorpsi akar,dan 5. mencegah
infeksi ulang ketika restorasi sementara rusak. Medikamen saluran akar yang
digunakan antar kunjungan menunjukkan efek yang menguntungkan dalam merawat
infeksi endodontik serta lebih dibutuhkan pada kasus-kasus dengan resistensi bakteri
(Sidharta,2000).
Bahan medikamen saluran akar yang paling umum digunakan saat ini ialah
kalsium hidroksida (Ca(OH)2). Bahan ini digunakan sebagai medikamen saluran akar
selama kunjungan terapi endodontik dan memiliki sifat antibakterial yang baik. Sifat
antibakteri kalsium hidroksida ini disebabkan oleh penguraian ion-ion Ca2+ dan OH-

Universitas Sumatera Utara

(Ferreira dkk.,2003). Mekanisme antimikroba kalsium hidroksida terjadi dengan
pemisahan ion calcium dan hydroxyl ke dalam reaksi enzimatik pada bakteri dan
jaringan, menginhibisi replikasi DNA serta bertindak sebagai barrier dalam mencegah
masuknya bakteri dalam sistem saluran akar. Ion hydroxide akan mempengaruhi
kelangsungan hidup bakteri anaerob pada periodontitis, seperti E.faecalis. Difusi ion
hydroxl (OH) menyebabkan lingkungan alkaline sehingga tidak kondutif bagi
pertahanan bakteri dalam saluran akar, serta mengadakan difusi ke dalam tubulus
dentin. Ion calcium memberi efek terapeutik yang dimediasi melalui ion channel
(Berkitten dkk.,2000; Cwikla dkk.,2000).
Secara klinis, kalsium hidroksida merupakan bahan medikamen memiliki
kemampuan menginaktifasi endotoksin bakteri serta dapat diterima baik sebagai
bahan medikamen saluran akar. Akan tetapi, penelitian menyatakan bahwa kalsium
hidroksida dapat bekerja aktif terbatas pada beberapa hari. Hal ini mungkin
dikarenakan saluran akar yang merupakan jaringan kompleks bahan organik dan
organik. Kalsium hidroksida juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya
kekuatan kompresif yang rendah sehingga dapat berpengaruh pada kestabilan kalsium
hidroksida terhadap cairan di dalam saluran akar yang akhirnya dapat melarutkan
bahan medikamen saluran akar(Cogulu,Atac,2007).
Penelitian terdahulu melaporkan bahwa dentin dapat mengaktifkan aktifitas
antibakteri kalsium hidroksida dan menunjukkan jumlah saluran akar yang positif
mengandung bakteri meningkat setelah perawatan saluran akar dengan kalsium
hidroksida (Athanassiadis,2007). Oleh karena itu, sangat diharapkan berkembangnya

Universitas Sumatera Utara

aplikasi bahan medikamen saluran akar yang berasal dari alam dan lebih kompatibel
terhadap jaringan, namun tetap memiliki kemampuan antibakteri yang sama dengan
bahan nonbiologi.

2.5.1 Mekanisme Kerja Kalsium Hidroksida
Mekanisme kerja kalsium hidroksida sebagai antimikroba terjadi karena
pelepasan ion OH- akan menginaktifasi enzim membran sitoplasma mikroba dan
merubah secara kimia komponen organik dan transfor nutrisi yang berakibat toksik
pada mikroba. Terjadinya inaktifasi enzim mikroba sitoplasma akan mempengaruhi
proses pertumbuhan, pembelahan sel serta aktivitas metabolik. Perubahan secara
kimia terhadap membran sitoplasma bakteri dapat dihubungkan dengan rusaknya
asam lemak tak jenuh dan fosfolipid yang mengganggu proses peroksidasi lemak dan
saponifikasi dari mikroba (Signorettodkk.,2000).
Mekanisme lain yang menjelaskan efektivitas antimikroba adalah kemampuan
kalsium hidroksida untuk mengabsorpsi karbon dioksida di dalam saluran akar yang
penting bagi mikroba saluran akar seperti Capnocytophaga, Eikenella, dan
Actinomyces. Bila kalsium hidroksida mengabsorbsi karbon dioksida maka mikroba
yang tergantung pada karbon dioksida tidak akan bertahan (Suchitradkk.,2002;
Sidharta,2000).
Kalsium hidroksida juga berperan dalam merangsang pembentukan jaringan
keras. Ion Ca2+ dalam konsentrasi tinggi akan meningkatkan peran enzim
pyrophospatase, mengaktifkan adenosin trifosfatase sehingga mendorong terjadinya

Universitas Sumatera Utara

pertahanan melalui mineralisasi dentin (Rosadkk.,2002). Kalsium hidroksida juga
dapat menghalangi reaksi asam yang dihasilkan oleh proses inflamasi. pHnya yang
bersifat akali akan menetralisir asam laktat yang disekresi oleh osteoklas, dan
keadaan ini akan membantu mencegah kerusakan jaringan keras (Sidharta,Wien
Suhartin, 2000).
Lipopolisakarida yang dilepaskan dari dinding sel setelah mikroba
dihancurkan dianggap sebagai etiologi dari resorpsi periapikal. Sedangkan penelitian
Safavi dan Nicholas menyatakan bahwa kalsium hidroksida menyebabkan kerusakan
lipopolisakarida.Kalsium hidroksida juga dapat dipakai untuk mengontrol eksudat
pada gigi dengan kelainan periapeks yang persisten. Menurut Heithersay konsentrasi
ion Ca yang tinggi menyebabkan terjadinya kontraksi perikapiler, sehingga aliran
darah ke kapiler berkurang. Akibatnya akan berpengaruh terhadap pengurangan
jumlah cairan plasma yang keluar ke jaringan sebagai akibat reaksi inflamasi,
akibatnya

memungkinkan

terjadinya

proses

penyembuhan

dan

kalsifikasi

(Mickel,2003).

2.5.2 Resistensi E. faecalis terhadap Kalsium Hidroksida
Kalsium hidroksida dianggap sebagai bahan medikamen saluran akar pilihan.
Namun, mikroba tertentu seperti E. faecalis nampaknya resisten terhadap kalsium
hidroksida. Keadaan ini penting secara klinis, karena pada setiap kegagalan
perawatan saluran akar selalu ada kaitannya dengan E. faecalis.Struktur biofilm dapat
memberikan pertahanan yang efektif bagi mikroba, baik pertahanan terhadap host

Universitas Sumatera Utara

maupun bahan medikamen saluran akar. Biofilm dapat beradaptasi terhadap
lingkungan yang buruk dan dapat melakukan metabolisme secara aktif walaupun
dalam kondisi kekurangan nutrisi. Menurut Athanassiadis terapi antimikroba dapat
mengeliminasi mikroba bebas, tetapi tidak menghilangkan sel-sel yang terikat pada
biofilm sehingga dapat terjadi infeksi kambuhan (Athanassiadis,2007).
Pada penelitian Evandkk.,(2002) ditemukan bahwa E. faecalis resisten
terhadap kalsium hidroksida.Dalam lingkungan alkali sel mikroba akan menjaga
homeostatis melalui pH internal yang berfungsi untuk menjaga agar enzim dan
protein berfungsi normal. Prinsip homeostatis terdiri dari dua komponen, yaitu fungsi
pasif dan aktif. Fungsi pasif terdiri dari permeabilitas membran yang rendah dan
kemampuan buffer sitoplasma. Sedangkan mekanisme aktif melalui kontrol transport
kation (kalium, natrium, dan proton) melalui membran sel. Pada lingkungan asam,
sistem antiportkation akan meningkatkan pH internal dengan keluarnya proton
melalui membran sel. Pada keadaan basa, kation/ proton akan dipompa ke dalam sel
agar pH internal lebih rendah.Keadaan ini menunjukkan bahwa fungsi pompa proton
sangat penting untuk bertahannya E. faecalis dari lingkungan alkalin yang
tinggi.Pompa proton pada E. faecalis berfungsi sampai pada pH 11,5 atau lebih
(Ercan,2006; Estrela,2008).

2.6 Hidrogel teripang (Stichopus variegatus)
Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) adalah hewan invertebrata (tak
bertulang belakang) yang termasuk filum Echinodermata (hewan berkulit duri).

Universitas Sumatera Utara

Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) atau trepang adalah istilah yang diberikan
untuk hewan invertebrata timun laut (Holothuroidea) yang dapat dimakan. Ia tersebar
luas di lingkungan laut diseluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut
dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat (Hyman, 1955;
Lawrence,1987). Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) adalah hewan yang
bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam
lingkungan terumbu. Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) merupakan komponen
penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada
berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Hidrogel teripang (Stichopus
variegatus) berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan
suspensi (suspensi feeder). Di wilayah Indo-Pasifik, pada daerah terumbu yang tidak
mengalami tekanan eksploitasi, kepadatan Hidrogel teripang (Stichopus variegatus)
bisa lebih dari 35 ekor perm2, dimana setiap individunya bisa memproses 80 gram
berat kering. (Martoyo dkk.,2000).

2.6.1 Karakteristik dan Morfologi Hidrogel teripang (Stichopus variegatus)
2.6.1.1 Karakteristik Hidrogel teripang (Stichopus variegatus)
Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) mempunyai karakteristik khusus
dibanding dengan hewan sub filum echinodermata lainnya. Berbagai informasi
tentang karakteristik Hidrogel teripang (Stichopus variegatus)dapat dipelajari melalui
anatomi maupun morfologinya (Kurnia,2008)

Universitas Sumatera Utara

2.6.1.2 Morfologi Hidrogel teripang (Stichopus variegatus)
Tubuh Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) terutama yang berjenis
Holothuroidea lunak, berbentuk bulat panjang, terlindung oleh lapisan lunak yang
tersusun atas osikel yang amat halus, dan tidak mempunyailengan.Pada ujung anterior
terdapat mulut yang dikelilingi 10 sampai dengan 30buah tentakel. Fungsi tentakel ini
dapat disamakan dengan kaki tabung bagian oralEchinodermata lainnya. Dinding
tubuh Holothuroidea tertutup oleh epidermis yang umumnya bersilia. Disebelah luar
epidermis yang tidak bersilia sering dilapisi lapisan kutikula. Disebelah dalam
epidermis terdapat otot memanjang dan melingkar yangmemungkinkan tubuh
Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) dapat memendek seperti cacing tanah
(Kustiariyah, 2006; Martoyo dkk., 2000).

2.6.2 Anatomi Hidrogel teripang (Stichopus variegatus)
Secara umum anatomi Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) hampir mirip
dengan anggotaechinodermata lainnya. Namun Hidrogel teripang (Stichopus
variegatus) lebih memiliki organ yang kompleks dibanding anggota Echinodermata
lainnya.Alat pencernaannya terdiri atas esofagus, lambung, usus yang cukuppanjang
dan berakhir di kloaka. Zat-zat makanan hasil pencernaan diserap oleh ususdan
diedarkan oleh sel-sel amebosit yang terdapat pada cairan tubuhnya. Hidrogel
teripang (Stichopus variegatus) berkembang biak secara kawin dan berkelamin
terpisah.Gonadnya berbentuk seperti sikat

dilengkapi saluran-saluran halus

Universitas Sumatera Utara

yangdihubungkan

dengan

saluran

kelamin

yang

terletak

dekat

tentakel.Pembuahannya bersifat eksternal. Telur yang telah dibuahi menetas
akanmenghasilkan larva yang disebut aurikularia.Berikut gambar anatomiHidrogel
teripang (Stichopus variegatus) dan keterangannya (Martoyo dkk.,2007).

Gambar 2.4 Anatomi Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) (Martoyo dkk., 2007)

2.6.3 Jenis-jenis Hidrogel teripang (Stichopus variegatus)
Dalam sistem klasifikasi hewan ini digolongkan dalam dua famili,yaitu
Holothuriidae

dan

Sticopodidae.

Famili

Holothuriidae

terdiri

dari

dua

genus,sedangkan Sticopodidae terdiri dari dua genus.Klasifikasi dari beberapa jenis
Hidrogel teripang (Stichopus variegatus)menurut Barnes (1968) (Martoyo,dkk,2007)
bernilai ekonomi tersebut adalah sebagai berikut:
Filum
Sub-filum
Kelas
Sub-kelas
Ordo
Famili
Marga

: Echinodermata
: Echinozoa
: Holothuroidea
: Aspidochirotacea
: Aspidochirotida
: Holothuriidae
: 1.Holothuria
2.Muelleria

Universitas Sumatera Utara

3.Stichopus

2.6.4Penelitian dan Hasil Riset Hidrogel teripang (Stichopus variegatus).
Berdasarkan hasil penelitian di berbagai Universitas di seluruh dunia,
ditemukan bahwa Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) sangat berkhasiat sebagai
obat serba guna dan sebagai antiseptik tradisional. Dari penelitian tersebut terbukti
bahwa Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) dangamat memiliki kandungan
Growth Factor Cell (faktor regenerasi sel) sehinggamampu merangsang regenerasi
dan pemulihan sel dan jaringan tubuh manusia yangtelah rusak,sakit bahkan
membusuk, sehingga menjadi sehat serta pulih kembali.Contoh yang mudah misalnya
pada kasus penderita diabetes melitus.Selain diminum, gamat juga dioleskan pada
luka yang sudah membusuk, bahkanhampir diamputasi. Ternyata,Growth Factor Cell
mampu bekerja dengan baiksehingga luka menjadi pulih dengan cepat.Menurut
Ahkam Subroto(2006)kandungan protein tinggi pada Hidrogel teripang (Stichopus
variegatus) yang mencapai 82%, baik diberikan kepada penderita diabetes. Protein
tinggi berperan meregenerasi sel beta pankreas yang memproduksi insulin. Hasilnya,
produksi insulin meningkat. Studi di China mengungkapkan bahwa Hidrogel teripang
(Stichopus variegatus), juga mengandung saponin glycosides. Komponen ini
mempunyai suatu struktur yang serupa dengan komponen ginseng yang aktif,
ganoderma, dan tumbuh-tumbuhan bumbu tonik yang terkenal (Giraspy,Ivy,2005).

Universitas Sumatera Utara

2.6.5 Kandungan Gizi Pada Hidrogel teripang (Stichopus variegatus)
Sebagai bahan pangan, Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) memiliki
nilai gizi yang tinggi dan cocok dikonsumsi sebagai tonikum. Hal ini disebabkan
Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) memiliki kandunganprotein yang tinggi
sekaligus rendah lemak. Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) mengandung lebih
dari 80%yang sebagian besar berupa kolagen. Selain itu, protein dalam Hidrogel
teripang (Stichopus variegatus) sangatmudah dicerna oleh enzim pepsin sehingga
tidak memberatkan kerja sistempencernaan. Kandungan gizi Hidrogel teripang
(Stichopus variegatus) secara lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Karnila
dkk., 2011)

Tabel 2.3. Kandungan gizi Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) (Karnildkk., 2011)

Universitas Sumatera Utara

2.6.5.1. Asam Amino
Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) kaya akan asam amino, baik asam
amino esensial maupun non esensial. Asam amino merupakan unit pembangun
protein. Asam amino ada dua jenis, yaitu asam amino esensial dan asam amino non
esensial. Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disentesis oleh
tubuh manusia dan harus disuplai dari makanan yang dikosumsi setiap hari.
Sedangkan asam amino non esensial merupakan asam amino yang dapat disentesis
tubuh sepanjang bahan dasar memenuhi pertumbuhannya (Linder,2006).

2.6.5.2. Mineral
Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) mengandung mineral yang cukup
lengkap, di antaranya kalsium, natrium, fosfor, kromium, mangan, zat besi, kobal,
seng, dan vanadium. Beberapa jenis mineral yang ada dalam Hidrogel
teripang(Stichopus variegatus) dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.4 Kandungan beberapa mineral dalam beberapa jenis Hidrogel
teripang(Stichopus variegatus) (Karnila,dkk, 2011)

Universitas Sumatera Utara

2.6.5.3. Mukopolisakarida
Kandungan

mukopolosakarida

dalam

Hidrogel

teripang

(Stichopus

variegatus) mencapai 10-16%. Mukopolisakarida atau glikosaminoglkan berperan
dalam pembentukan kekenyalan pada tubuh Hidrogel teripang (Stichopus variegatus).
Pada manusia, mukopolisakarida merupakan bahan pembentuk tulang rawan dan
berperan penting dalam mencegah terjadinya gangguan persendian.

2.6.5.4. Kondrotin sulfat dan Glukosamin
Sejak dekade 1990an, Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) mulai
digunakan sebagai sumber kodrotin sulfat. Produk kondrotin yang ada di pasaran
biasanya berasal dari tulang rawan dan sirip hiu. Kondrotin sulfat yang berasal dari
Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) ini lebih dikenal sebagai seachondrotin
yang berfungsi untuk mengurangi rasa sakit akibat radang sendi.

2.6.5.5. Omega 3
Hidrogel

teripang(Stichopus

variegatus)

juga

memiliki

kandungan

DHA(docosahexaenoic acid) dan EPA (eicosapentatonic acid) yang keduanya
termasuk asam lemak omega 3. Kedua asam lemak baik ini dipercaya mampu
menghambat terjadinya proses penuaan dini. Omega 3 bisa menurunkan kolesterol
jahat LDL dan VLDL dalam tubuh sehingga mengurangi risiko penyakit jantung.
Selain itu juga berfungsi mencegah terjadinya penggumpalan darah, baik di pembuluh
arteri maupun vena, sehingga menurunkan risiko terjadinya gangguan kardiovaskuler.

Universitas Sumatera Utara

2.6.5.6. Senyawa Aktif
2.6.5.6.1 Saponin Glikosida
Beberapa penelitian menyebutkan Hidrogel teripang (Stichopus variegatus)
mengandung senyawa saponin glikosida. Senyawa ini mempunyai struktur yang
hampir mirip dengan senyawa aktif dalam gingseng, ganoderma, dan tumbuhan
herbal terkenal lainnya. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa senyawa ini bisa
berfungsi sebagai anti-kanker dan anti inflamasi.

2.6.5.6.2 Enzim SOD
Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) juga mengandung senyawa yang
bersifat antioksidan, yaitu senyawa yang bertugas melawan radikal bebas. Senyawa
antioksidan yang terdapat dalam Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) enzim
SOD (super oxide dismutase). Total aktivitas antioksidan ini bervariasi, tergantung
dari spesies atau jenis Hidrogel teripang (Stichopus variegatus). Pada masa
mendatang diharapkan Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) dapat menjadi
alternatif sumber antioksidan alami bagi manusia.

2.6.5.6.3Growth Factor Cell
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridzwan Hashim (2006)
diketahui bahwa Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) mengandung cell
growthfactor (CGF) dan kandungan inilah yang bertanggung jawab untuk

Universitas Sumatera Utara

menstimulus proses regenerasi atau peremajaan sel dan berperan dalam mempercepat
penyembuhan luka.

2.7 Kerangka Teori
Iritasi terhadap jaringan pulpa dan periapeks dapat mengakibatkan inflamasi.
Iritan utama terhadap jaringan umumnya disebabkan karena bakteri pada karies gigi,
fraktur gigi, mekanik, termis dan kimia. Iritan ini menyebabkan terjadinya cedera
pulpa yang dapat dibedakan menjadi, cedera sebelum perawatan yaitu :hilangnya
permukaan gigi karena abrasi, erosi, afraksi, karies dan email / dentin terbuka. Cedera
selama perawatan diantaranya : preparasi gigi, terbukanya pulpa iatrogenik, prosedur
restorasi dan material restoratif sedangkan cidera pulpa setelah perawatan disebabkan
karena masuknya bakteri.
Infeksi saluran akar dan periapeks disebabkan oleh bakteri dan produknya.
Infeksi yang berlangsung lama memungkinkan bakteri masuk kedalam seluruh sistem
saluran akar, baik di dalam ramifikasi, istmus, atau tubulus dentin. Pada tempat ini
bakteri dapat tetap hidup walaupun telah dilakukan preparasi khemomekanis. Sisa
bakteri yang tertinggal dapat mengakibatkan terjadinya infeksi yang menetap atau
penyakit periapeks. Respon jaringan periapikal dapat berupa kelainan ringan sampai
ke proses kerusakan jaringan.
Pada kasus-kasus dimana pulpa telah terpapar langsung dengan lingkungan
rongga

mulut,

dipertimbangkan

beberapa

strategi

perawatan.

Salah

satu

pendekatannya bersifat konservatif serta bertujuan untuk mempertahankan pulpa dan

Universitas Sumatera Utara

membangun kembali kondisi yang sehat dan tidak-sakit dalam jangka panjang, dan
yang lainnya adalah prosedur dimana seluruh jaringan dibuang secara radikal dan
digantikan dengan bahan pengisi saluran akar.
Penelitian membuktikan bahwa E. faecalis merupakan bakteri yang paling
banyak ditemukan tetap bertahan pada saluran akar yang telah dirawat, pada kasus
periodontitis apikal dan bakteri utama penyebab reinfeksi saluran akar. Mikroba ini
memiliki karakteristik yang memungkinkan untuk tetap bertahan hidup pada kondisi
yang tidak umum bagi mikroba lain seperti pH tinggi dan keadaan kekurangan
makanan. Faktor virulensi seperti asam lipotekoat, hemolisin, gelatinase (Gel E) dan
zat agregasi mempunyai peranan penting didalam patogenesis, sehingga E. faecalis
dapat melekat pada sel hospes dan matriks ekstraselular serta menimbulkan
kerusakan melalui media toksinnya. Bakteri ini beradaptasi dengan cara sebagai
populasi yang menempel, dan terlindung dalam lingkungan antagonistik dengan
tumbuh sebagai koloni yang diliputi matriks ekstraseluller yang terdiri dari
karbohidrat atau eksopolisakarida. Kumpulan besar kelompok sel bakteri yang
menempel pada sebuah permukaan disebut biofilm bakteri. Cara pertumbuhan
biofilm ini adalah merupakan strategi bertahan hidup E. faecalis pada lingkungan
yang buruk, pada beberapa kasus dapat terjadi resistensi terhadap antimikroba.

Universitas Sumatera Utara

2.8 LandasanTeori

E. faecalis

Infeksi saluran akar
Perawatan saluran akar

Memiliki permukaan
kolonisasi protein yang
baik dan membentuk
biofilm pada dinding
dentin.

Pemberian bahan medikamen saluran akar

hidrogel teripang

Mengandung gelatinase,
hyaluronidase dan enzim
Triterpenoid
saponin

Asiaticoside

Asiatic acid

Membentuk senyawa
kompleks melalui ikatan
hidrogen

Permeabilitas
dinding sel hancur

Sel lisis

mati

Universitas Sumatera Utara

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep
3.1.1 Kerangka Konsep dengan menggunakan Cristal violet assay

Waktu :
• 3 Jam
• 24 Jam
• 48 Jam
Hidrogel teripang
0,2% dan Ca(OH)2

Massa biofilm
E.faecalis(ATCC
29212 dan Isolat
Klinik

Cristal violet assay

3.1.2 Kerangka konsep dengan menggunakan MTT Assay
Waktu :
• 3 Jam
• 24 Jam
• 48 Jam

Hidrogel teripang
0,2% dan Ca(OH)2

Viabilitas (atau
proliferasi)
E.faecalis(ATCC
29212 dan Isolat
Klinik) ketika
tumbuh sebagai
biofilm
MTT Assay
Universitas Sumatera Utara

Bagan di atas menunjukkan kerangka pikir untuk menetapkan hipotesis, yaitu
bahwa hidrogel teripang 0,2%dan Ca(OH)2mempunyai kemampuan yang lebih efektif
dalam menghambat viabilitas bakteri E. faecalis ATCC 29212 dan Isolat klinis, yang
pada penelitian ini, akan diuji dengan menggunakan MTT Assay.Di pihak lain,
hambatan masa biofilm oleh Hidrogel teripang 0,2% dan Ca(OH)2 akan diuji dengan
menggunakan Cristal violet 0,1%. Setiap uji in vitro dilakukan pada periode waktu 3
jam, 24 jam, dan 48 jam

3.2

Hipotesis Penelitian

3.2.1 Hipotesis Umum
Hidrogel teripang mempunyai pengaruh terhadap penurunan viabilitas dan
massa biofilm E.faecalis ATCC 29212 dan E.faecalis isolat klinik.

3.2.2 Hipotesis Khusus
1. Ada perbedaan efektifitas Hidrogel teripang 0,2% dan Ca(OH)2 3%
terhadap penurunan viabilitasbiofilm E.faecalis ATCC 29212.
2. Ada perbedaan efektifitas Hidrogel teripang 0,2% dan Ca(OH)2 3%
terhadap kwantitas massa biofilm E.faecalis isolat Klinik.

Universitas Sumatera Utara