Perbedaan Laju Infiltrasi Pada Tanah Hutan Dan Bukan Hutan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hutan berperan sebagai spons raksasa, menyerap air hujan selama musim
penghujan dan perlahanlahan melepaskannya selama musim kering. Hutan
menyediakan sistem infiltrasi alami dan penyimpanan yang memasok sekitar 75
% air yang dapat digunakan secara global. Perakaran pohon dan serasah dedaunan
menciptakan kondisi yang mendorong infiltrasi air hujan ke dalam tanah dan
kemudian ke dalam air tanah, menyediakan pasokan air selama masa-masa kering
(Cifor, 2013).
Akhir-akhir ini ada pihak yang beranggapan bahwa keberadaan hutan tidak
berpengaruh pada tata air (hidrologi). Namun kebanyakan para pihak beranggapan
bahwa keberadaan hutan berpengaruh pada tata air (hidrologi), bahkan
berpengaruh pada lingkungan. Pendapat atau anggapan bahkan harapan mengenai
keberadaan hutan dalam hubungannya dengan tata air (hidrologi) sering muncul
seiring dengan datangnya bencana alam seperti banjir, tanah longsor serta
kekurangan air. Pihak yang mempertanyakan keberadaan hutan dalam
mempengaruhi hidrologi mengatakan walaupun ada hutan tetapi banjir dan
kekeringan tetap terjadi. Sementara pihak yang beranggapan bahwa keberadaan

hutan berpengaruh pada hidrologi berpendapat bahwa karena kondisi hutan yang
ada sekarang secara kuantitas maupun kualitas kurang baik, maka keberadaan
hutan yang demikian mengakibatkan hutan sebagai unsur ekosistem tidak
berfungsi dengan baik, karena itu kondisi hutan yang ada perlu diperbaiki.

Universitas Sumatera Utara

2

Air hujan yang tercurah dari atmosfer sebelum sampai ke permukaan lahan
yang berhutan akan diterima terlebih dahulu oleh lapisan tajuk hutan. Air hujan
tersebut akan mengalami pencegatan (interception) tajuk, yang lolos dari cegatan
tajuk disebut air lolos (through fall) dan mencapai lantai hutan, dan air hujan yang
mengalir melalui batang-batang pohon hutan disebut aliran batang (stem flow)
dan akhirnya sampai di lantai hutan. Air hujan yang mencapai lantai hutan (aliran
batang dan air lolos) akan mengalami cegatan oleh lapisan serasah hutan. Air yang
lolos dari cegatan searah akan meresap ke lapisan tanah atas yang biasanya
disebut air infiltrasi. Apabila kapasitas cegatan searah telah jenuh dan infiltrasi
mulai lambat, maka air akan menjadi aliran permukaan (Pudjiharta, 2008).
Selama berlangsungnya siklus hidrologi, yakni sepanjang air dari

permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke
laut yang terus menerus bersirkulasi, penguapan, presiptasi, dan pengaliran ke
luar. Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan
sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke
permukaan laut, sungai atau daratan. Sebelum tiba ke permukaan bumi, tidak
semua bagian hujan yang jatuh ke permukaan bumi mencapai permukaan tanah.
Sebagian akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan dimana sebagian akan menguap
(intersepsi) dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui dahan-dahan
menuju permukaan tanah (troughfall dan stemflow). Sebagian air hujan yang tiba
ke permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi) (Onrizal, 2005).
Proses-proses dari siklus hidrologi antara hutan, perkotaan, dan pesisir
pantai akan sangat berbeda. Di hutan akan terjadi siklus secara normal sehingga
terjadi infiltrasi karena masih banyak pohon-pohon dan tumbuhan-tumbuhan

Universitas Sumatera Utara

3

lainnya yang dapat menyerap dan menyimpan air. Berbeda halnya di perkotaan
dan pesisir pantai yang lebih sedikit lahan tterbuka hijaunya. Di perkotaan sudah

banyak tanah yang ditutupi oleh aspal, beton, rumah-rumah dan sebagainya yang
menyebabkan air hujan sulit untuk diserap oleh tanah dan akan menyebabkan air
larian yang berujung ke tempat paling rendah (laut, sungai, danau, dan
sebagainya). Hal yang hamper serupa juga terjadi di daerah pesisir pantai yang
lebih didominasi oleh rumah-rumah dan tanahnya sulit ditumbuhi pohon karena
faktor fisik dan kimia tanahnya.
Kualitas tapak di hutan maupun bukan hutan dapat dilihat dari laju
infiltrasinya. Hal ini berguna untuk memperbaiki kualitas tapak di Indonesia yang
mulai menurun akibat terjadinya deforestasi dan degradasi.
Tujuan Penelitian
1.

Mengetahui perbedaan nilai antara laju infiltrasi tanah hutan dengan laju
infiltrasi tanah bukan hutan.

2.

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi tanah hutan dan
laju infiltrasi tanah bukan hutan.


Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kualitas tapak
baik di hutan maupun bukan hutan berdasarkan laju infiltrasi dan sebagai
pedoman untuk memperbaiki kualitas tapak yang kurang baik.

Universitas Sumatera Utara