Optimalisasi Pendekatan Saintifik dalam. pdf

OPTIMALISASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PENGAJARAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEBAGAI PERANGSANG
MOMENTUM REVOLUSI MENTAL
Wisnu Nugroho Aji
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Widya Dharma Klaten
Abstrak
Peran bahasa sebagai tonggak revolusi mental sangatlah mutlak. Salah satu wujud optimalisasi
nyatanya adalah dilakukan melalui pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mulai dari tingkat
sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pembelajaran dan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia
dapat dioptimalisasi dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan karakter bangsa, yaitu
pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang memunyai ciri
penanda sebagai proses pembelajaran yang dapat dipadankan dengan suatu proses penemuan secara
ilmiah. Pendekatan saintifik dilandasi dengan lima proses yaitu mengamati, menanya,
eksperimen/mengumpulkan
informasi,
menalar/menganalisis,
serta
membuat
jejaring/
mengkomunikasi. Dalam lima proses tersebut, setiap siswa dituntut agar mampu menerapkan sikap

ilmiah seperti jujur, objektif, dan akuntabel selama proses pembelajaran.
Kata kunci : pendekatan pembejalaran, pendekatan saintifik, pengajaran bahasa, revolusi mental
Abstract
Language as a milestone in a mental revolution was absolute. One form of optimization in fact is done
through learning Indonesian language and literature ranging from primary school to university.
Learning and teaching Indonesian language and literature can be optimized by using an approach
consistent with the character of the nation, the scientific approach. The scientific approach is a
learning approach that memunyai characteristic marker as a learning process that can be paired with
a process of scientific discovery. The scientific approach is based on the five processes: to observe,
ask, experimental / collect information, reasoning / analyze, and create networking / communicate. In
five of the process, each student is required to be able to apply a scientific attitude as an honest,
objective, and accountable for the learning process.
Keywords: pembejalaran approach, scientific approach, language teaching, mental revolution

A.

120

PENDAHULUAN
Kemauan politik untuk merevolusi mental bangsa sesungguhnya cukup

gamblang disuratkan dalam Kurikulum 2013 dengan mengususng pendekatan saintifik
di dalamnya. Dengan menempatkan bahasa (Indonesia) sebagai penghela pelajaran,
revolusi mental sudah dicanangkan untuk berproses melalui pendidikan yang lebih
baik. Dari mana mental akan terbentuk kalau tidak berawal dari bahasa? Fungsi bahasa
yang paling dasar (tidak bisa digantikan oleh sarana komunikasi yang lain) adalah
untuk mengembangkan akal budi.
Berdasarkan uraian di atas, secara objektif dapat kita evaluasi bahwa peran
bahasa sebagai tonggak revolusi mental sangatlah mutlak. Salah satu wujud
optimalisasi nyatanya adalah dilakukan melalui pembelajaran bahasa dan sastra

PROSIDING SEMINAR NASIONAL
‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖

Indonesia mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahasa Indonesia
dalam pembelajaran baik di tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi awalnya
disajikan dalam paradigma struktural. Dengan paradigma ini, umumnya yang menjadi
bahan dalam pembelajaran adalah masalah struktur atau kaidah bahasa.
Saat ini pembelajaran bahasa Indonesia bergeser ke arah paradigma
komunikatif. Dengan rancangan atau pendekatan ini, siswa diharapkan mampu
menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan konteks atau situasi. Jadi

tekanannannya bahasa Indonesia yang baik atau bahasa yang sesuai dengan situasi.
Peruahan ini tentu mengubah bentuk-bentuk pendekatan, model, strategi, dan teknik
pembelajaran sesuai dengan paradigma yang digunakan untuk melakukan motivasi.
Perubahan inilah yang menjadikan prolema yang selama ini disoroti pelbagai pihak
terhadap bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran di lembaga pendidikan pelagai
jenjang.
Keutuhan akan inovasi model dan pendekatan pembelajaran bahasa
Indonesia yang dapat digunakan untuk mengatasi problema pengajaran tersebut
tampaknya sudah tidak dapat ditunda lagi. Adalah pendekatan saintifik sebagai
tonggak kurikulum paling mutakhir yaitu kurikulum 2013. Mentalitas yang ingin
dicapai kabinet kerja sebagai ide pembangunan moral sebenarnya memiliki ritme yang
sama dengan ide pembelajaran pada Kurikulum 2013. Dalam Kurikulum 2013,
pembelajaran ditekankan kepada pendekatan saintifik yang terlembaga kepada lima
proses yaitu mengamati, menanya, eksperimen/mengumpulkan informasi,
menalar/menganalisis, serta membuat jejaring/mengkomunikasi. Dalam lima proses
tersebut, setiap siswa dituntut agar mampu menerapkan sikap ilmiah seperti jujur,
objektif, dan akuntabel selama proses pembelajaran.
Oleh karena itu, dalam tulisan ini saya akan mengangkat optimalisi
pendekatan saintifik dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, sebagai
perangsang momentum revolusi mental di Indonesia.

B.

HAKIKAT PENDEKATAN SAINTIFIK
Pendekatan saintifik lahir dengan mengadaptasi scientific learning. Istilah
scientific learning diindonesiakan menjadi pembelajaran saintifik, atau disebut juga
pembelajaran ilmiah. Dalam pengertian ini, pendekatan saintifik memunyai ciri
penanda sebagai proses pembelajaran yang dapat dipadankan dengan suatu proses
penemuan secara ilmiah.
Kelahiran pendekatan saintifik di Indonesia bersamaan dengan lahirnya
kurikulum 2013. Berkaitan dengan hal ini, kurikulum 2013 mengamanatkan esensi
pembelajaran saintifik. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas
perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa.
Dikatakan demikian karena pendekatan saintifik menjadi proses kerja yang memenuhi
kriteria ilmiah, para ilmuan. Para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif
(inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran
induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖

121


kesimpulan secara keseluruhan. Penalaran induktif juga menempatkan bukti-bukti
spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas.
Pendekatan saintifik merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau
beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengkoreksi dan
memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian
(method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang didapat dari
pengamatan, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip pengamatan yang spesifik.
Karena itu , metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data
melalui pengamatan atau eksperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis,
kemudian memformulasikan, dan menguji hipotesis.
Pembelajaran berbasis pendekatan itu lebih efektif hasilnya dibanding
dengan pembelajaran konvensional. Sebagaimana disampaikan oleh Andayani (2014):
―Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran konvensional, retensi
informasi dari guru sebesar 10 % setelah 15 menit dan perolehan pemahaman
kontekstual sebesar 25% . Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi
informasi dari guru sebesar lebih dari 90% setelah dua hari dan perolehan pemahaman
kontekstual sebesar 50-70%.‖
Pendekatan saintifik ini dinilai lebih efektif karena mengajak peserta didik
untuk berpikir secara ilmiah. Pembelajaran ditekankan kepada pendekatan saintifik

yang
terlembaga
kepada
lima
proses
yaitu
mengamati,
menanya,
eksperimen/mengumpulkan informasi, menalar/menganalisis, serta membuat
jejaring/mengkomunikasi. Dalam lima proses tersebut, setiap siswa dituntut agar
mampu menerapkan sikap ilmiah seperti jujur, objektif, dan akuntabel selama proses
pembelajaran
C.

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
1. Pengajaran Keterampilan Menyimak dengan Pendekatan Saintifik
Guru pada dasarnya wajib untuk memahami skenario pembelajaran keterampilan
menyimak dengan menggunakan pendekatan saintifik seperti yang diamanatkan dalam
kurikulum 2013. Dalam pembelajaran saintifik guru mendorong dan menginspirasi siswa

berpikir kritis, analisis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah,
dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. Guru mendorong dan menginspirasi
siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan
yang lainnya dari substansi menyimak.
Sebagai contoh perencanaan pengajaran menyimak dengan pendekatan saintifik adalah
sebagai berikut: (a) guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa; (b) pada langkah
mengamati, guru mempersiapkan media pembelajaran (tape recorder) untuk memutar kaset
yang berisi dongeng rakyat, (c) para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian
diminta untuk mencatat bagian penting dari cerita tersebut, (d) pada langkah menanya, siswa
diminta untuk mengemukakan hasil temuan dari isi cerita tersebut untuk dikritisi oleh
kelompok lainnya, (e) pada langkah menalar, siswa yang sudah mendapatkan jawaban dari

122

PROSIDING SEMINAR NASIONAL
‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖

pertanyaan siswa lainnya kemudian mengolah dan merevisi hasil temuannya, (f) pada langkah
mencoba, berdasarkan hasil penyempurnaan dan olahan tersebut kemudian siswa dengan
berkelompok mentanformasikan menjadi sebuah dongeng rakyat yang komperhensif, (g) pada

langkah membentuk jejaring, setiap kelompok siswa mempresentasikan hasil tulisan tersebut
dihadapan kelompok lainnya. (h) guru memberikan simpulan, penguatan, refleksi, dan tindak
lanjut.
Dengan pendekatan saintifik tersebut tujuan pembelajaran tercapai, siswa aktif, dan
peran guru sebagai fasilitator dapat berjalan secara maksimal. Semua perencanaan tersebut
harus sudah dituangkan ke dalam RPP yang sudah disiapkan oleh guru.
2. Pengajaran Keterampilan Berbicara dengan Pendekatan Saintifik
Guru pada dasarnya wajib untuk memahami skenario pembelajaran keterampilan
berbicara dengan menggunakan pendekatan saintifik seperti yang diamanatkan dalam
kurikulum 2013. Dalam pembelajaran saintifik guru mendorong dan menginspirasi siswa
berpikir kritis, analisis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah,
dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. Guru mendorong dan menginspirasi
siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan
yang lainnya dari substansi menyimak.
Sebagai contoh perencanaan pengajaran menyimak dengan pendekatan saintifik adalah
sebagai berikut: (a) guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa; (b) pada langkah
mengamati, guru menyiapkan media pembelajaran (visual/audiovisual) dengan mengambil
topik mengenai hal yang bersifat asing di mata siswa, sehingga akan merangsang minat siswa
untuk bertanya, (c) pada langkah menanya, siswa yang telah dihadapkan pada hal yang asing
akan timbul banyak pertanyaan yang kemudian disampaikan kepada guru, (d) pada langkah

menalar, siswa yang sudah mendapatkan jawaban memuaskan dan dapat dipertanggung
jawabkan oleh guru, kemudian mengolah atau mengasosiasiakan menjadi sebuah kepaduan,
(e) pada langkah mencoba, dari apa yang telah didapatkan melalui media yang telah
ditayangkan guru maupun hasil olahan kegiatan menanya, siswa secara bergiliran
menceritakan kembali di depan kelas. (f) pada langkah membuat jejaring, siswa menkritisi
untuk mengomentari dan menanggapi temannya. (g) guru memberikan simpulan, penguatan,
refleksi, dan tindak lanjut.
Dengan pendekatan saintifik tersebut tujuan pembelajaran tercapai, siswa aktif, dan
peran guru sebagai fasilitator dapat berjalan secara maksimal. Semua perencanaan tersebut
harus sudah dituangkan ke dalam RPP yang sudah disiapkan.
3. Pengajaran Keterampilan Membaca dengan Pendekatan Saintifik
Pengajaran keterampilan membaca perlu dirancang dengan menggunakan pendekatan
saintifik. Dalam pembelajaran saintifik guru mendorong dan menginspirasi siswa berpikir
kritis, analisis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. Guru mendorong dan menginspirasi
siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan
yang lainnya dari substansi menyimak. Dengan perencanaan yang sistematis maka akan
diperoleh hasil pembelajaran aktif yang optimal dan inspiratif.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖

123

Sebagai contoh perencanaan pengajaran membaca dengan pendekatan saintifik adalah
sebagai berikut: (a) guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa; (b) guru
menyiapkan media pembelajaran (topik-topik) yang akan digunakan sebagai bahan berlatih
keterampilan membaca para siswa, (c) pada langkah mengamati, kemudian masing-masing
kelompok diberikan topik untuk dibaca dan diidentifikasi hal-hal pokok yang terdapat di
dalam materi bacaan tersebut, (d) pada langkah menanya, siswa diminta untuk membuat
sebuah forum diskusi kecil di setiap kelompok,hal ini bertujuan untuk, memantapkan dan
menyamakan perspektif siswa terhadap topik yang telah dibaca, (e) pada langkah menalar,
siswa yang sudah mendapatkan jawaban melalui kegiatan diskusi, kemudian dikumpulkan (f)
pada langkah mencoba, dari jawaban yang telah terkumpul kemudian diolah atau
disosiasiakan menjadi sebuah kepaduan, (g) pada langkah membuat jejaring, siswa secara
berkelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas, sementara siswa lain
menkritisi untuk mengomentari dan menanggapi temannya. (h) guru memberikan simpulan,
penguatan, refleksi, dan tindak lanjut.
Dengan pendekatan saintifik tersebut tujuan pembelajaran tercapai, siswa aktif, dan
peran guru sebagai fasilitator dapat berjalan secara maksimal. Semua perencanaan tersebut

harus sudah dituangkan ke dalam RPP yang sudah disiapkan.
4. Pengajaran Keterampilan Menulis dengan Pendekatan Saintifik
Pengajaran keterampilan menulis perlu dirancang dengan menggunakan pendekatan
saintifik. Dalam pembelajaran saintifik guru mendorong dan menginspirasi siswa berpikir
kritis, analisis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. Guru mendorong dan menginspirasi
siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan
yang lainnya dari substansi menyimak. Dengan perencanaan yang sistematis maka akan
diperoleh hasil pembelajaran aktif yang optimal dan inspiratif.
Sebagai contoh perencanaan pengajaran membaca dengan pendekatan saintifik adalah
sebagai berikut: (a) guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa; (b) guru
menampilkan contoh teks (anekdot/berita/eksplanasi sesuai dengan KD) kepada siswa. (c)
pada langkah mengamati, siswa mengidentifikasi struktur dan ciri teks yang telah
divisualisaikan oleh guru, (c) pada langkah menanya, guru beserta siswa lainnya bertanya
jawab tentang struktur dan ciri teks yang telah ditayangkan, (d) pada langkah menalar, siswa
mengumpulkan dan menyimpulkan hasil tanya jawab, kemudian mengerti mengenai struktur
dan ciri teks yang dimaksud, (e) pada kegiatan mencoba, siswa menuliskan sebuah teks
dengan berpedoman pada struktur dan ciri yang sudah ditemukannya, (f) pada langkah
membuat jejaring, siswa mempresentasikan hasil tulisannya di depan kelas, sementara siswa
lain menkritisi untuk mengomentari dan menanggapi temannya. (g) guru memberikan
simpulan, penguatan, refleksi,
Dengan pendekatan saintifik tersebut tujuan pembelajaran tercapai, siswa aktif, dan
peran guru sebagai fasilitator dapat berjalan secara maksimal. Semua perencanaan tersebut
harus sudah dituangkan ke dalam RPP yang sudah disiapkan.

124

PROSIDING SEMINAR NASIONAL
‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖

5. Pengajaran Keterampilan Bersastra dengan Pendekatan Saintifik
Pengajaran keterampilan bersastra pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan
penerapan pembelajaran empat keterampilan berbahasa lainnya. Yang menjadi pembeda
adalah materi atau topik bahasan dalam pembelajaran bersastra tersebut. Pembelajaran
bersastra perlu dilatih secara terus menerus dan dirancang dengan pendekatan saintifik
sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang inovatif agar siswa mampu mengapresiasi sastra
secara efektif dan efisien.
Pengajaran bersastra perlu dimulai dengan gambaran atau penjelasan mengenai ruang
lingkup bersastra itu sendiri sehingga siswa tahu arah dan tujuan pembelajaran tersebut.
Sebagai contoh perencanaan pengajaran bersasrtra dengan pendekatan saintifik dapat
diaplikasikan sebagai berikut: (a) guru menjelaskan tujuan pembelajaran keterampilan
bersastra kepada siswa; (b) guru mempersiapkan media pembelajaran (topik-topik) yang akan
digunakan dalam keterampilan bersastra bagi para siswa, (c) pada langkah mengamati, para
siswa diminta untuk berpasangan membentuk kelompok 4-5 siswa kemudia diberi nama
kelompok, kemudian masing-masing kelompok diberikan topik untuk dibaca, disimak/ditulis
(disesuaiakan dengan KD), (d) pada langkah menanya, siswa diminta untuk mengidentifikasi
dan memaparkan hasil identifikasinya di dalam forum kelompoknya, (e) pada langkah
menalar, masing-masing kelompok mengasumsikan kemudian mengolah jawaban dari
masing-masing anggotanya, (f) pada langkah mencoba, setiap kelompok diminta untuk
menulis/membaca (sesuai KD), (g) pada langkah membuat jejaring, siswa mempresentasikan
hasil tulisannya di depan kelas, sementara siswa lain menkritisi untuk mengomentari dan
menanggapi temannya. (h) guru memberikan simpulan, penguatan, refleksi,
Dengan pendekatan saintifik tersebut tujuan pembelajaran tercapai, siswa aktif, dan
peran guru sebagai fasilitator dapat berjalan secara maksimal. Semua perencanaan tersebut
harus sudah dituangkan ke dalam RPP yang sudah disiapkan.
D.

PENDEKATAN SAINTIFIK DAN REVOLUSI MENTAL
Revolusi mental menjadi hal yang sangat genting di negara kita. Ketika mental
dimaknai begitu luas maka revolusi mental harus mampu membongkar budaya budaya yang
selama ini sudah tertanam kuat dan kini sudah sebagian memudar bahkan hilang.Salah satu
upanya nyatanya adalah melalui pengajaran bahasa (Indonesia), sebagai embrio pembentuk
mental bangsa.
Kegiatan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah tidak cukup dipandang hanya untuk
berkomunikasi lisan dan tulisan. Sesuai dengan fungsi dasarnya, bahasa Indonesia mestinya
dipelajari untuk mengenali jati diri atau akal budi orang Indonesia. Orang yang tidak patuh
berbahasa Indonesia jelas-jelas menodai jati diri atau akal budi sendiri. Hasil pembelajaran
bahasa Indonesia saat ini belum mencapai derajat penghormatan atas jati diri atau akal budi.
Pendekatan saintifik sebagai tonggak kurikulum 2013 sebagai solusi penghubung
berbagai fungsi dan keterampilan berbahasa serta mengitegrasikannya menjadi sebuah
kesatuan yang tangguh. Kurikulum 2013 melalui pendekatan saintifik sudah menyuratkan
ikhtiar nyata dalam pembentukan mental bangsa dengan perubahan kebijakan untuk
mengintegrasikan mata pelajaran di sekolah dasar sampai pada perguruan tinggi. Bagi anak,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖

125

kepentingannya sangat sederhana: tidak membawa beban (secara fisik dan psikis) yang
melebihi jangkauan kemampuannya. Satu pelajaran bahasa Indonesia mampu menghela
pelajaran (ilmu) pengetahuan sosial dan alam.
E.

PENUTUP
Peran bahasa sebagai tonggak revolusi mental sangatlah mutlak. Salah satu wujud
optimalisasi nyatanya adalah dilakukan melalui pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pembelajaran dan pengajaran
bahasa dan sastra Indonesia dapat dioptimalisasi dengan menggunakan pendekatan yang
sesuai dengan karakter bangsa, yaitu pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik yang
terlembaga kepada lima proses yaitu mengamati, menanya, eksperimen/mengumpulkan
informasi, menalar/menganalisis, serta membuat jejaring/mengkomunikasi. Dalam lima
proses tersebut, setiap siswa dituntut agar mampu menerapkan sikap ilmiah seperti jujur,
objektif, dan akuntabel selama proses pembelajaran.
Upaya pengembangan dan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia secara
berkesinambungan akan memberikan inspirasi bagi masyarakat Indonesia untuk bangga
kepada bahasa Indonesia sebagai wujud revolusi mental. Pendekatan saintifik sebagai
perangsang momentun revolusi mental di Indonesia Melalui sistematika dan prosedur
pendekatan saintifik dalam pembelajaran dan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di
tinggkat dasar sampai perguruan tinggi, mampu membentuk karakter dan mental bangsa yang
tangguh, yang mampu untuk berpikir dan berperilaku ilmiah. Membentuk karakter bangsa
yang mampu untuk berpikir dan berperilaku berdasarkan fakta dan bukti empirik, tidak
tergiring oleh opini publik yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian akan
terbentuk insan-insan cendikia yang memiliki karakter dan mental yang kuat serta santun
dalam berbahasa.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani.2014. Pendekatan Saintifik dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia .
Surakarta :Yuma Pustaka.
Brown & Wragg.1977.Micro-Teaching a Programme of Teaching Skills . New York: Methuen
& Co
Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Patton, Michael Quinn. 1998. Qualitative Research & Evaluation Methods. London : Sage
Publisher.
Rohmadi, Muhammad. 2009. Model-model Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Seni.
Surakarta:Yuma Pustaka

126

PROSIDING SEMINAR NASIONAL
‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖