Analisis Pengaruh Non Performing Finance Pembiayaan Murabahah Dan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Dengan Menggunakan Pendekatan Return On Asset (ROA) Pada PT. Bank Syariah Mandiri

(1)

PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI

Analysis of The Influence Non Performing Finance of Murabahah and Mudharabah Financing To Profitability by Using return on assets Approach In

PT. Bank Syariah Mandiri

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Oleh :

Nama : Eksa Buanita Rosliana Nim : 21109702

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

iv

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh non

performing finance pembiayaan murabahah dan mudharabah terhadap Profitabilitas

(return on assets) pada PT. Bank Syariah Mandiri. Suatu pembiayaan yang telah disalurkan kepada nasabah berpotensi terjadi kredit bermasalah. Kredit bermasalah pada bank syariah dapat dilihat dari tingkat non performing finance.

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan metode verifikatif. Untuk mengolah dan menganalisis data yang diperoleh serta membuat kesimpulan penelitian digunakan alat statistik. Pengujian statistik baik secara simultan maupun parsial dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: pengujian uji asumsi klasik, analisis regresi linier, koefisien korelasi parsial, koefisien determinasi serta pengujian hipotesis. Data yang diperoleh melalui laporan keuangan tahunan dari periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2010.

Berdasarkan hasil pengolahan data secara parsial diperoleh bahwa, varibel non performing finance pembiayaan murabahah memiliki hubungan yang negatif dengan profitabilitas dan memiliki hubungan yang sangat kuat dengan koefisien determinasi sebesar 89,11%. Untuk varibel non performing finance pembiayaan mudharabah diperoleh bahwa, non performing finance pembiayaan murabahah memiliki hubungan yang negatif dengan profitabilitas dan memiliki hubungan yang cukup kuat dengan koefisien determinasi sebesar 16,24%. Sedang untuk pengujian secara simultan diperoleh bahwa non performing finance pembiayaan murabahah dan non performing finance pembiayaan mudharabah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dengan koefisien deteminasi sebesar 89,6%.

Kata Kunci: Non Performing Finance Pembiayaan Murabahah, Non Performing Finance Pembiayaan Mudharabah, Profitabilitas


(3)

v

The objective of this research is to discover how much influences of non performing finance of murabahah financing and mudharabah financing towards profitability (return on assets) at PT. Bank Syariah Mandiri. A financing that has been distributed to customers potentially create loan problems. Loan problems at syariah bank could be seen from non performing finance level.

This research used descriptive analytical method and verificative method. To process and analyze the obtained data and to make a conclusion of the research, statistical tools were used. Statistical examining either simultaneously or partially was done through the following stages: classical assumption testing, linear regression analysis, partial correlation coefficient, determination coefficient and hypothesis testing. The data was obtain ed through the annual financial statements from the period of 2004 to 2010.

Based on the result of partially processing data, obtained that non performing finance variable of murabahah financing has a negative correlation with profitabilty and a very strong correlation with determination coefficient of 89,11%. For the non performing finance variable of mudharabah financing, obtained that non performing finance variable of murabahah financing has a negative correlation with profitabilty and quite strong correlation with determination coefficient of 16,24%. As for testing simultaneously, obtained that non performing finance of murabahah financing and non performing finance of mudharabah financing, both have significant effect on profitability with detemination coefficient of 89.6%.

Keywords: Non Performing Finance of Murabahah financing, Non Performing Finance of Mudharabah financing, Profitability


(4)

vi

Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, shalawat serta salam dilimpahkan kepada junjunan Nabi besar Muhammad SAW karena dengan kekuasaan dan pertolongannya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini dengan judul “Analisis Pengaruh Non Performing Finance Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah terhadap Profitabilitas dengan menggunakan pendekatan Return On Asset (ROA) studi kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri. Usulan penelitian ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian sidang guna memperoleh gelar sarjana ekonomi program studi akuntansi di Universitas Komputer Indonesia.

Begitu banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi penulis selama menyelesaikan usulan penelitian ini, namun penulis mendapatkan banyak dukungan, bimbingan dan bantuan baik bersifat moril maupun materil dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada :


(5)

vii

Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Dosen Wali.

4. Inta Budi Setyanusa S.E., M.Ak., selaku Dosen pembimbing penulis yang telah memberikan perhatian, bimbingan, pengarahan, dan kesabaran selama proses penyusunan penelitian ini

5. Kedua orang tua ku, karya tulis ini aku persembahkan sebagai rasa cinta dan sayang yang tulus, serta sebagai tanda bakti ku kepada kedua orangtua ku tercinta yang telah memberikan aku arti hidup yang sesungguhnya. 6. Kakak dan Adik –adikku tersayang yang selalu memberikan aku semangat

dalam menggapai cita-cita di masa depan

7. Semua sahabat dan yang tergabung di jurusan Akuntansi, khususnya kelas Ak-4 Angkatan 2007

8. Semua pihak yang terkait dan tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis, secara langsung ataupun tidak langsung dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.


(6)

viii

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandung, Juli 2011 Penulis,

Eksa Buanita Rosliana NIM : 21109702


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunannya tidaklah terlepas dari peran serta sektor perbankan. Sudah bertahun-tahun ekonomi dunia didominasi oleh perbankan dengan sistem bunga, walaupun masih banyak negara yang mengalami kemakmuran dengan sistem ini, akan tetapi masih banyak yang belum bisa mencapai kemakmuran, bahkan semakin terpuruk dengan sistem bunga( Sriyatun,2009).

Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu lembaga yang mempunyai tugas pokok untuk menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

Umumnya jasa yang ditawarkan oleh bank syariah untuk menghimpun dana dan menanamkan dana adalah dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito berjangka. Namun dalam prinsip operasionalnya bank syariah terdapat ciri khusus, yaitu pemilik dana menyimpan dan menanamkan dananya di bank syariah tidak dengan motif untuk mendapatkan bunga.

Bank syariah adalah bank umum yang menjelaskan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran.(UU No. 10 tahun 1998) (Reki, 2008)


(8)

Bank syariah pada awalnya dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan muslim yang berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan moral dan prinsip-prinsip syariah islam. Terutama yang berkaitan dengan pelarangan praktik riba, kegiatan maisir (spekulasi) dan gharar (ketidakjelasan).

Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah. PT. Bank Susila Bakti yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang Negara dan PT. Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997 - 1999 dengan berbagai cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik.


(9)

Bank Exim dan Bapindo) ke dalam PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT. Bank Mandiri (Persero). PT. Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT. Bank Mandiri (Persero) untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah anggaran dasar tentang nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris : Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris : Sutjipto, SH nama PT. Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT. Bank Syariah Mandiri.

PT. Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT. Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.

Dalam perkembangannya dunia perbankan, suatu bank akan dinilai baik kinerja usahanya apabila dapat dinilai dari suatu penilaian rasio keuangannya. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara faktor satu dengan yang lainnya dari suatu laporan finansial. Rasio-rasio finansial umumnya diklasifikasikan menjadi 4 macam yaitu rasio likuiditas atau liquidity ratio, rasio laverage, rasio aktivitas atau activity ratio, dan rasio keuntungan atau profitability ratio (Syafarudin alwi,1989, 95).


(10)

Profitabilitas merupakan indikator penting dalam menilai kesehatan suatu bank. Kegiatan bisnis bank dapat dikatakan berhasil bila mampu mencapai sasaran bisnis yang telah ditetapkan. Walaupun sasaran yang ingin dicapai masing-masing bank berbeda, terdapat kesamaan sasaran yang harus dicapai bank umum manapun yaitu mendapatkan keuntungan yang layak (Pitri dan hazainsyah, 2006).

Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari pinjaman dan investasi. Indikator yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas bank adalah ROE (Return on Equity) yaitu rasio yang menggambarkan besarnya kembalian atas total modal untuk menghasilkan keuntungan, ROA (Return on Assets) yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan dari keseluruhan aktiva yang ada dan yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan.

Kredit atau pembiayaan merupakan pos harta (asset) terbesar sekaligus sumber penghasilan terbesar bagi perbankan. Sementara itu, rapuhnya dunia perbankan antara lain diakibatkan oleh proporsi kredit / pembiayaan bermasalah (non performing loan/non performing financing) yang besar. Non performing finance adalah tingkat pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPF dapat disebut denga kredit bermasalah. Risiko kerugian bank akibat pembayaran kembali pembiayaan yang tidak lancar akan berpengaruh terhadap pendapatan dan profit yang diterima oleh bank. Dalam pemberian pembiayaan kepada nasabah oleh bank syariah memberikan pembiayaan yang berprinsipkan jual beli dan bagi hasil. Pembiayaan yang berprinsipkan jual beli salah satunya adalah pembiayaan


(11)

murabahah, salam, dan istishna. Pembiayaan / penyaluran dana yang paling dominan adalah murabahah. Sedangkan pembiayaan yang berprinsipkan bagi hasil adalah pembiayaan mudharabah dan musyarakah.

Pembiayaan yang telah disalurkan oleh bank syariah mandiri melalui prinsip jual beli dan bagi hasil kepada masyarakat akan berpotensi timbulnya kredit bermasalah. Kredit bermasalah pada pembiayaan dalam bank syariah ini dikaitkan dengan bagaimana usaha yang telah dibiayai oleh bank syariah dapat dijalankan, apakah pengelola dana (mudharib) benar-benar menjalankan usaha sesuai dengan yang disebutkan dalam kontrak ataupun si pengelola usaha tersebut ingkar. Kredit bermasalah dapat dilihat dari tingkat non performing finance pembiayaan.

Berdasarkan uraian diatas, menunjukan bahwa pengembalian kredit dari suatu pembiayaan mempunyai hubungan dalam menentukan profitabilitas Bank syariah mandiri. Dalam hal ini profitabilitas yang digunakan adalah rasio ROA (Return on Asset)


(12)

Tabel 1.1

Tingkat non performing finance Pembiayaan Mudharabah terhadap Profitabilitas (ROA) Tahun 2004-2009

Tahun NPF Mudharabah Profitabilitas (ROA)

2004 0,03% 2,19%

2005 0,64% 1,65%

2006 0,34% 1,00%

2007 0,13% 1,31%

2008 0,80% 1,66%

2009 1,17% 1,90%

2010 1,75% 1,73%

(Sumber : Laporan keuangan tahunan PT. Bank Syariah Mandiri) http://www.syariahmandiri.co.id

Berdasarkan informasi tabel di atas dapat dilihat bahwa non performing

finance pembiayaan mudharabah pada tahun 2004 sampai 2010 di PT.Bank Syariah

Mandiri mengalami fluktuasi, dimana non performing finance pembiayaan mudharabah yang paling rendah berada ditahun 2004 sebesar 0,03%. Kemudian ditahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 0,64%. Setelah itu pada tahun 2006 dan 2007 non performing finance pembiayaan mudharabah mengalami penurunan kembali menjadi 0,34% dan 0,13%. Dan pada tahun 2008 hingga tahun 2010 mengalami kenaikan non performing finance pembiayaan mudharabah yang secara


(13)

bertutur-turut selama 3tahun yaitu 0,80% pada tahun 2008, 1,17% pada tahun 2009 dan 1,75% pada tahun 2010.

Selain informasi tentang non performing finance pembiayaan mudharabah, dari tabel dapat dilihat juga bahwa Profitabilitas (ROA) yang dicapai oleh PT.Bank Syariah Mandiri dari tahun 2004 hingga tahun 2010. Sama halnya dengan non performing finance pembiayaan mudharabah yang mengalami fluktuasi, ROA yang dihasilkan oleh PT.Bank Syariah Mandiri selama 7 tahun itu juga mengalami fluktuasi. Dimana ROA yang terendah berada ditahun 2006 yaitu sebesar 1,00%. Dan PT.Bank Syariah mandiri mencapai Profitabilitas (ROA) tertinggi berada ditahun 2009 sebesar 1,90%.

Dari informasi masing-masing tentang non performing finance pembiayaan mudharabah dan profitabilitas(ROA) dapat dilihat suatu hubungan yang terjadi setiap tahunnya. Di tahun 2004 ketika NPF sebesar 0,03% , ROA yang dihasilkan sebesar 2,19%. Kemudian pada tahun 2005 NPF mengalami kenaikan sebesar 0,64% dan ROA yang dihasilkannya mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu menjadi 1,65%. Pada Tahun 2006 NPF mengalami penurunan menjadi 0,34% tetapi ROA yang dihasilkan mengalami penurunan juga dari tahun 2005 yaitu menjadi 1,00%. Pada tahun 2007 NPF mengalami penurunan kembali menjadi 0,13% sehingga menghasilkan kenaikan ROA menjadi 1,31% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 NPF mengalami kenaikan kembali menjadi 0,80% dan ROA yang dihasilkannya mengalami kenaikan juga dari tahun sebelumnya menjadi 1,66%.


(14)

Kemudian Pada tahun 2009 NPF mengalami kenaikan kembali menjadi 1.17% dan ROA yang dihasilkan mengalami kenaikan menjadi 1,90%. Menginjak akhir tahun 2010 NPF yang dihasilkan mengalami kenaikan kembali menjadi 1,75% tetapi ROA yang dihasilkan mengalami penurunan menjadi 1,73%.

Dari data tersebut terlihat ada fenomena yang tidak wajar terjadi yaitu pada tahun 2006,2008,dan 2009. Pada prisnsipnya non performing finance adalah suatu kredit yang pembayarannya dilakukan tersendat-sendat dan tidak mencukupi kewajiban minimum yang ditetapkan sampai dengan kredit yang sulit untuk memperoleh atau bahkan tidak dapat ditagih lagi. Pada tahun 2006 terjadi penurunan profitabilitas (ROA) ketika non performing finance atau kredit bermasalah mudharabah mengalami penurunan. Ini tidak sesuai dengan konsep profitabilitas bahwa salah satu faktor yang akan mempengaruhi profitabilitas suatu bank adalah kualitas kredit pembiayaan yang diberikan dan pengembaliannya (Astari Adiyanti, 2010). Dengan kata lain besarnya resiko pengembalian kredit akan mempengaruhi tingkat profitabilitas suatu bank. Pada tahun 2006 profitabilitas (ROA) yang dihasilkan mengalami penurunan kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh faktor internal perusahaan yaitu kinerja perusahaan yang kurang baik dalam hal pengelolaan asset dan faktor internal nasabah yaitu usaha nasabah mengalami penurunan sehingga akan mempengaruhi pendapatan bagi hasil dengan pihak perusahaan. Kemungkinan juga pada saat itu kondisi ekonomi yang kurang stabil sehingga manajemen perusahaan tidak efektif dalam pengelolaan laporan keuangan terutama dalam


(15)

mengoreksi pengembalian kredit dari pembiayaan mudharabah yang menggunakan prinsip bagi hasil.

Pada tahun 2008 dan 2009 ketika non performing finance pembiayaan mudharabah mengalami kenaikan itu disebabkan oleh karena kurang selektifnya pihak bank dalam memilih debitur-debitur untuk menyalurkan pembiayaan, nasabah menggunakan dana itu bukan yang disebutkan dalam kontrak, penyembunyian keuntungan oleh nasabah yang tidak jujur sehingga akan menimbulkan kemacetan dalam hal pembayaran bagi hasil dengan bank. Kemudian yang terjadi Profitabilitas (ROA) pada tahun 2008 dan 2009 mengalami kenaikan juga. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor internal dan eksternal yaitu kinerja perusahaan dalam pengelolaan laporan keuangan pada saat itu sedang mengalami kemajuan dan perkembangan yang cukup baik, kondisi perekonomian ketika itu sedang membaik dan kondisi pasar yang sangat mendukung usaha nasabah. Kenaikan NPF ditahun 2008 dan 2009 seharusnya akan mengakibatkan penurunan ROA ditahun itu. (Lukman Dendawijaya(2005:83) Akibat dari timbulnya kredit bermasalah (NPF) dapat berupa 1. Bank akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari kredit yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas atau rentabilitas bank. 2. Return On Assets (ROA) mengalami penurunan. (Ronie:2008).

Pada pembiayaan murabahah resiko terjadinya pengembalian kredit bermasalah/NPF sempat mengalami kenaikan ditahun 2006 sebesar 8,10% sehingga


(16)

ditahun itu perusahaan mengalami penurunan ROA, kenaikan NPF pembiayaan murabahah pada tahun 2006 disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya tingginya pembiayaan murabahah dalam kategori macet, Kemacetan ditimbulkan karena berbagai sebab yaitu: Kelalaian nasabah yang sengaja tidak membayar angsuran/cicilan, dijualnya barang ketika kontrak sudah ditandatangani oleh nasabah sehingga resiko bank akan semakin besar, fluktuasi harga komparatif yaitu kenaikan harga dipasar setelah bank membelikannya untuk nasabah, bank tidak bisa mengubah harga jual, dan penolakan barang oleh nasabah karena berbagai sebab. Kemudian ditahun 2007 hingga tahun 2009 mengalami penurunan non performing finance kembali sehingga ROA dapat dihasilkan dengan maksimal dengan kata lain perusahaaan dapat mengalami kenaikan ROA. Penurunan ROA ditahun 2006 yang disebabkan karena jumlah NPF / kredit bermasalah naik hal ini karena nasabah tidak dapat mengembalikan pinjaman cicilan/angsuran kepada bank karena berbagai sebab. Berbeda dengan pembiayaan mudharabah dimana terjadi fenomena yang tidak wajar di tahun 2006 dimana ketika non performing finance pembiayaan mudharabah turun, ROA yang dihasilkan juga mengalami penurunan, hal itu disebabkan oleh selain faktor intern perusahaan yang telah diuraikan sebelumnya, disebabkan juga oleh karena tingginya NPF pembiayaan murabahah sehingga berpengaruh pada penurunan ROA. Dan pada tahun 2008 dan 2009 ketika non

performing finance pembiayaan mudharabah mengalami kenaikan, ROA nya pun

mengalami kenaikan. Fenomena yang tidak wajar pada non performing finance pembiayaan mudharabah akan sangat berdampak pada penghasilan laba perusahaan


(17)

terutama ROA. Bank akan sulit mendapatkan pengembalian dana dari pinjaman yang diberikan kepada nasabah, sehingga akan mempengaruhi penyaluran pembiayaan kepada nasabah dengan berbagai jenis pembiayaan yang ada di bank syariah mandiri. Dari pembiayaan murabahah yang berprinsipkan jual beli resiko pengembalian pinjaman bermasalah sangatlah mungkin terjadi apabila nasabah tidak membayar cicilan/angsuran dari pembelian barang. (berdasarkan hasil wawancara dengan pihak bank syariah mandiri).

Penelitian ini telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengenai Pengaruh tingkat risiko kredit Murabahah terhadap tingkat Profitabilitas Bank Syariah (Pitri dan Hazainsyah,2006) kesimpulan dari hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa tingkat risiko kredit (non performing loan) murabahah tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap tingkat profitabilitas bank syariah. Secara umum, tingkat risiko kredit murabahah yang terjadi pada bank syariah yang diteliti relative kecil, hal ini disebabkan karena : a. Bank belum lama beroperasi sehingga pengendalian terhadap pembiayaan masih relatif mudah; b. Pembiayaan yang berpijak pada konsep jual beli memungkinkan bank mengetahui dengan jelas penggunaan dan pembiayaan yang dilakukan oleh nasabahnya. Hal ini dapat memperkecil tingkat kemacetan pembiayaan / kredit.

Sedangkan Penelitian serupa mengenai Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan tingkat non performing finance terhadap tingkat profitabilitas bank syariah oleh (Irmawati, 2008). Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pembiayaan murabahah dan tingkat non performing finance


(18)

terhadap profitabilitas bank syariah, hal ini dapat terlihat dari nilai koefisien determinannya sebesar 94,5%.

Selain itu, penelitian sebelumnya mengenai pengaruh pembiayaan bagi hasil bermasalah terhadap tingkat profitabilitas pada bank syariah mandiri (Ronie, Reki 2008) dari hasil penetiannya didapatkan kesimpulan bahwa pembiayaan mudharabah memiliki hubungan yang positif dengan profitabilitas dan memiliki keeratan hubungan yang rendah atau lemah. Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh nilai t hitung lebih kecil dari pada t tabel artinya Ho diterima maka pembiyaan mudharabah bermasalah (non performing loan) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas. Dampak dari kredit atau pembiayaan mudharabah bermasalah yang terjadi adalah: pendapatan bagi hasil semakin rendah, dengan demikian laba yang diperoleh pihak perbankan menjadi kecil. Bank yang mempunyai performing loan akan semakin berat menanggung beban, sehingga bukan tidak mungkin pihak bank akan mengalami kerugian.

Dari penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul : “ Analisis Pengaruh Non Performing Finance Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah terhadap Profitabilitas dengan menggunakan pendekatan Return on Asset (ROA) pada PT. Bank Syariah Mandiri”.


(19)

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang terjadi pada PT. Bank Syariah Mandiri adalah :

1. Kenaikan NPF mudharabah di PT. Bank Syariah Mandiri ditahun 2008 dan 2009 disebabkan oleh karena kurang selektifnya pihak bank dalam memilih debitur-debitur untuk menyalurkan pembiayaan.

2. Penurunan ROA ditahun 2006 yang disebabkan karena jumlah non performing finance pembiayaan murabahah naik hal ini karena nasabah tidak dapat mengembalikan pinjaman cicilan/angsuran kepada bank karena berbagai sebab. 3. Penurunan ROA pada tahun 2006 dan kenaikan ROA pada tahun 2008 dan 2009

di PT. Bank Syariah Mandiri disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal yaitu kinerja perusahaan yang kurang baik dalam hal pengelolaan asset dan faktor internal nasabah yaitu usaha nasabah mengalami penurunan sehingga akan mempengaruhi pendapatan bagi hasil dengan pihak perusahaan dan kondisi ekonomi yang kurang stabil sehingga manajemen perusahaan tidak efektif dalam pengelolaan laporan keuangan terutama dalam mengoreksi pengembalian kredit dari pembiayaan mudharabah yang menggunakan prinsip bagi hasil. Kinerja perusahaan dalam pengelolaan laporan keuangan pada saat itu sedang mangalami kemajuan dan perkembangan yang cukup baik, kondisi perekonomian ketika itu sedang membaik dan kondisi pasar yang sangat mendukung usaha nasabah.


(20)

1.2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana non performing finance pembiayaan murabahah dan non performing finance pembiayaan mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri?

2. Bagaimana pengaruh non performing finance pembiayaan murabahah terhadap profitabilitas (return on asset) pada PT. Bank Syariah Mandiri?

3. Bagaimana pengaruh non performing finance pembiayaan mudharabah terhadap profitabilitas (return on asset) pada PT. Bank Syariah Mandiri?

4. Seberapa besar pengaruh non performing finance pembiayaan murabahah dan non performing finance pembiayaan mudharabah terhadap profitabilitas (return on asset) secara simultan pada PT. Bank Syariah Mandiri?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh non performing finance pembiayaan murabahah dan mudharabah terhadap profitabilitas yang diperoleh PT. Bank Syariah Mandiri dengan menggunakan pendekatan Return on Asset (ROA).

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui non performing finance pembiayaan murabahah dan non performing finance pembiayaan mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri 2. Untuk mengetahui pengaruh non performing finance pembiayaan murabahah


(21)

3. Untuk mengetahui pengaruh non performing finance pembiayaan mudharabah terhadap profitabilitas (return on Asset) pada PT. Bank Syariah Mandiri

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh hubungan non performing finance pembiayaan murabahah dan non performing finance pembiayaan mudharabah terhadap profitabilitas (return on asset) secara simultan pada PT. Bank Syariah Mandiri

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

1. Bagi perusahaan yang diteliti Bank Syariah Mandiri khususnya , penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan sumbangan pikiran serta saran-saran yang dapat membantu perusahaan/Bank Syariah Mandiri dalam menjalankan operasinya yang berprinsipkan syariah dalam rangka meningkatkan profitabilitas.

1.4.2 Kegunaan Akademis

1. Bagi peneliti, dapat meningkatkan dan memperdalam pengetahuan serta pemahaman penulis mengenai akuntansi perbankan syariah khususnya mengenai pengaruh non performing finance pembiayaan murabahah dan mudharabah terhadap profitabilitas (Return on Asset)

2. Bagi peneliti lain, Dapat dijadikan sebagai bahan referensi dasar untuk melakukan penelitian sejenis dan lebih lanjut dalam bidang yang sama yaitu akuntansi perbankan syariah khususnya mengenai pengaruh non performing


(22)

finance pembiayaan murabahah dan mudharabah terhadap profitabilitas (Return on Asset)

3. Bagi pengembangan ilmu Akuntansi Syariah , sebagai referensi mengenai Analisis Pengaruh Non Performing Finance Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah Terhadap Profitabilitas (Return on Asset) pada PT. Bank Syariah Mandiri.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dan Waktu penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Jatibarang yang terletak di Jl. Siliwangi No. 16 Jatibarang Baru – Indramayu .

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian mulai dari pengumpulan data sampai dengan penyusunan, dimulai dari Februari sampai dengan Agustus 2011.


(23)

Tabel 1.2

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan Feb 2011 Mar 2011 Apr 2011 Mei 2011 Jun 2011 Jul 2011 Agst 2011 I

Tahap Persiapan : 1.Membuat outline dan

proposal UP

2.Mengambil formulir penyusunan skripsi 3.Menentukan tempat

penelitian

1.Sidang Komprehensif

II

Tahap Pelaksanaan : 1. Bimbingan UP

2. Pendaftaran Seminar UP

3. Seminar UP 4. Revisi UP

5.Membuat outline dan proposal Skripsi

6. Penelitian Perusahaan 7. Penyusunan skripsi 8. Bimbingan skripsi


(24)

III

Tahap Pelaporan :

1.Menyiapkan draft skripsi

2. Sidang akhir skripsi 3.Penyempurnaan laporan

skripsi


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pembiayaan Murabahah

Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 bab 1 Pasal 1 ayat 12 merumuskan pengertian "Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syari'ah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk melunasi uang atau tagihan tersebut, setelah jangka waktu yang tertentu dengan imbalan atau pembagian hasil keuntungan"(www.depkeu.go.id).

Menurut Muhammad (2005:304) pengertian pembiayaan adalah :

“Pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah dan dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan kepada

nasabah”.

Produk penyaluran dana kepada masyarakat atau pada bank syariah disebut juga dengan pembiayaan. Pembiayaan pada bank syariah dapat terbagi menjadi beberapa jenis yang salah satunya adalah pembiayaan jual beli. Penyaluran dana dengan prinsip


(26)

jual beli dilakukan dengan akad murabahah, salam, ataupun istishna. Penyaluran dana dengan prinsip jual beli yang paling dominan adalah murabahah.

Menurut Ahmad Gozali (2005:94) mendefinisikan pengertian murabahah adalah sebagai berikut: “Suatu perjanjian yang disepakati antara bank syariah dengan nasabah dimana bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya dalam bentuk barang yang dibutuhkan nasabah yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu dan mekanisme pembayaran yang ditetapkan sebelumnya pada awal”.

Menurut Ascarya (2007:164) mendefinisikan pengertian murabahah adalah sebagai berikut:

“Pembiayaan murabahah adalah penjualan barang oleh seseorang kepada pihak lain dengan pengaturan bahwa penjual berkewajiban untuk mengungkapkan kepada pembeli harga pokok dari barang dan margin keuntungan yang dimasukkan kedalam harga jual barang tersebut, pembayaran dapat dilakukan secara tunai maupun tangguh”.

Menurut Choudury :

Dominannya pembiayaan murabahah terjadi karena pembiayaan ini cenderung memiliki risiko yang lebih kecil dan lebih mengamankan bagi shareholder (Sumiyanto, 2004) 2.1.1.1 Syarat dan Komponen Pembiayaan Murabahah

Menurut Muhammad Syafi’i Antonio (2001:102) transaksi murabahah harus memenuhi syarat berikut ini:

1. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah,

2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan, 3. Kontrak harus bebas dari riba,

4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian,


(27)

Secara prinsip, jika syarat (1),(4), dan (5) tidak dipenuhi, pembeli memiliki piihan:

1. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya,

2. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual,

3. Membatalkan kontrak.

2.1.1.2 Jenis-Jenis Pembiayaan Murabahah

Jenis murabahah menurut Wiroso (2005:37) dapat dibedakan menjadi 2,yaitu:

1. Murabahah tanpa pesanan,

2. Murabahah berdasarkan pesananAdapun penjelasan dari kedua jenis

murabahah diatas adalah sebagai berikut:

1. Murabahah tanpa pesanan

Maksudnya, ada yang pesan atau tidak, ada yang beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang dagangannya, penyediaan barang tidak terpengaruh terkait langsung dengan ada tidaknya pembeli.

Gambar 2.1

Skema Murabahah tanpa pesanan Penjual/Bank

Barang (mabi)

Cost + Margin

Pembeli/Nasabah Akad Murabahah


(28)

Sumber : Akuntansi Syariah Di Indonesia (Sri Nurhayati Wasilah,2008:163)

2. Murabahah berdasarkan pesanan

Maksudnya bank syariah baru akan melakukan transaksi atau jual beli apabila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada pesanan.

Murabahah berdasarkan pesanan dapat dibedakan menjadi 2,yaitu:

a. Bersifat mengikat, yaitu apabila telah dipesan maka harus dibeli,

b. Bersifat tidak mengikat, yaitu walaupun nasabah telah memesan barang, tetapi nasabah tidak terikat, nasabah dapat menerima atau membelikan barang tersebut.

Gambar 2.2

Skema Murabahah berdasarkan pesanan

Sumber : Akuntansi Syariah Di Indonesia (Sri Nurhayati Wasilah,2008:163) Dari skema transaksi pembiayaan murabahah berdasarkan pesanan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:


(29)

1) Nasabah datang ke bank untuk mengajukan permohonan pembiayaan murabahah kemudian nasabah diberikan persyaratan oleh pihak bank, setelah persyaratan tersebut dipenuhi, pihak bank mengajukan harga kepada nasabah dan terjadi negosiasi antara bank dengan nasabah baik dari segi harga, uang muka, cara pembayaran, produk dan waktu pengiriman.

2) Setelah negosiasi selesai terjadi kesepakatan antara bank dan nasabah maka terjadilah akad jual beli.

3) Dalam akad jual beli ini bank tidak memproduksi sendiri barang tersebut melainkan membeli barang pesanan tersebut kepada supplier atau penjual.

4) Setelah barang pesanan tersebut dibeli maka bank langsung mengirimkannya kepada nasabah.

5) Apabila barang sudah sampai ketangan nasabah maka nasabah akan menerima dokumen penerimaan barang tersebut.

6) Nasabah membayar kepada bank sesuai dengan akad yang telah disepakati pada awal transaksi.

2.1.1.3 Manfaat Pembiayaan Murabahah

Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi murabahah memiliki beberapa manfaat, dengan demikian juga resiko yang harus diantisipasi. Menurut Wiroso manfaat murabahah adalah sebagai berikut:


(30)

1) Adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem murabahah juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya dibank syariah.

2) Mudah diimplementasikan, jual beli murabahah dengan cepat mudah diimplementasikan dan dipahami, karena para pelaku bank syariah menyamakan murabahah sama dengan kredit investasi konsumtif.

3) Pendapatan bank dapat diprediksi, dalam transaksi murabahah bank syariah dapat melakukan estimasi pendapatan yang akan diterima, karena dalam transaksi murabahah hutang nasabah adalah harga jual sedangkan dalam harga jual terkandung porsi pokok keuntungan. Sehingga dalam keadaan normal bank dapat memprediksi pendapatan yang akan diterima.

4) Menganalogikan murabahah dengan pembiayaan konsumtif, karena secara sepintas terdapat persamaan antara jual beli murabahah dengan pembiayaan yang diberikan adalah komoditi (barang) bukan uang dan pembayarannya dapat dilakukan dengan secara tangguh atau cicilan ataupun cara lainnya. Namun jika diperhatikan ketentuan fatwa yang ada dan dijalankan sesuai dengan konsep syariah keduanya mempunyai karakteristiik yang berbeda.

2.1.1.4 Risiko pembiayaan murabahah

Menurut Muhammad Syafi’i Antonio Kemungkinan resiko yang harus diantisipasi dalam pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut:


(31)

2) Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi jika harga di pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual tersebut. 3) Penolakan nasabah, barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena

berbagai sebab.

4) Dijual, karena murabahah bersifat jual beli dengan utang maka ketika kontrak ditandatangani, barang tersebut menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap aset miliknya tersebut termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian resiko default akan besar.

2.1.1.5 Non Performing Finance Murabahah

Pembiayaan murabahah merupakan jenis produk yang memiliki porsi terbesar dalam banyak bank syariah diseluruh dunia. Hal ini disebabkan karena sistem murabahah lebih mudah di mengerti oleh masyarakat dan juga oleh pegawai bank yang selama ini telah mengenal sistem bunga.

Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah oleh bank mengandung resiko kegagalan atau kemacetan dalam hal pelunasannya sehingga dapat mempengaruhi tingkat kesehatan bank. Dalam hal ini pembiayaan murabahah pun mempunyai resiko dalam pelunasan pembayaran dari nasabah atau kredit bermasalah (non performing finance).

Dalam PSAK No.31 (revisi 2000) disebutkan bahwa non performing loan pada umumnya merupakan kredit yang pembayarannya angsuran pokok dan / atau bunganya telah lewat 90 hari atau lebih setelah jatuh tempo atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. (Pitri, 2006)


(32)

Secara luas non performing finance adalah suatu kredit yang pembayarannya dilakukan tersendat-sendat dan tidak mencukupi kewajiban minimum yang ditetapkan sampai dengan kredit yang sulit untuk memperoleh pelunasan atau bahkan tidak dapat ditagih lagi. Dengan demikian maka jelas bahwa non performing finance mencakup keseluruhan kualitas kredit yang digolongkan kredit kurang lancar, diragukan dan macet.

Tinggi rendahnya risiko yang dihadapi bank dari seluruh jumlah pembiayaan yang diberikan ditandai dengan tinggi rendahnya persentase risiko kredit. Pada pembiayaan murabahah, tingkat risiko kredit yang mungkin terjadi karena nasabah tidak dapat membayar angsuran, atau cicilan dari pembelian barang dari bank.

Non Performing finance murabahah berdasarkan Peraturan BI No.5/7/BPI/2003 tanggal 19 Mei 2003 (Reki,2008):

“Merupakan pembiayaan yang terjadi ketika pihak debitur (mudharib) karena berbagai sebab tidak dapat memenuhi kewajiban untuk mengembalikan dana pembiayaan (pinjaman)”.

Non performing Finance pembiayaan Murabahah dapat dirumuskan sebagai berikut :

Jumlah pembiayaan murabahah bermasalah (Kurang lancar + diragukan + macet) Non Performing Finance Murabahah =


(33)

2.1.2 Pembiayaan Mudharabah

Pengertian pembiayaan menurut Kasmir (2007:73) dijelaskan sebagai berikut:

“Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.

Sedangkan pembiayaan menurut Habib Nazir dan Muhammad Hasanudin (2004:457) adalah sebagai berikut :

“Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit”.

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Dalam prakteknya penyaluran dana pada Bank syariah menggunakan prinsip syariah. Salah satu prinsip syariah tersebut adalah prinsip bagi hasil. Dalam penelitian ini mudharabah merupakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.

Menurut Adiwarman A Karim pembiayaan mudharabah (2006:204) adalah :

Al-mudharabah adalah bentuk kontrak antara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni si pelaku usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan uang”.


(34)

Berbeda pendapat dengan Sri Nurhayati wasilah (2008:130) dalam bukunya mengemukakan Mudharabah adalah:

“Akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence atau violation oleh pengelola dana”.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan Mudharabah didanai sepenuhnya oleh pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola usaha (mudharib) hanya menjalankan usaha tanpa penanaman dana sesuai dengan kesepakatan dan keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati diawal akad, bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana, kecuali apabila terjadi akibat kelalaian dari pengelola usaha maka kerugian ditanggung oleh pengelola usaha.

2.1.2.1 Jenis-Jenis Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah ( Muhammad Syafi’i Antonio, 2001:97). Berikut ini adalah penjelasan dari jenis-jenis pembiayaan mudharabah tersebut:

1. Mudharabah Muthlaqah

Akad Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk akad kerja sama antara pemilik dana dan pengelola usaha, dimana pemilik dananya memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.


(35)

Menurut Adiwarman A.Karim (2004:201):

Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dengan

mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis”.

2. Mudharabah Muqayyadah

Akad Mudharabah Muqayyadah adalah bentuk akad kerja sama antara pemilik dana dan pengelola usaha, dimana pemilik dananya memberikan batasan kepada pengelola dana mengenai lokasi, cara, dan atau objek investasi/sektor usaha.

2.1.2.2 Manfaat Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah lebih memiliki manfaat bagi pemilik dana maupun pengelola usaha seperti yang dikemukakan oleh Muhammad Syafi’i Antonio (2001:97) bahwa terdapat beberapa manfaat pada pembiayaan mudharabah diantaranya adalah:

1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.

2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative speed.

3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.


(36)

4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

5. Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) sesuatu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

Secara umum, aplikasi perbankan al-mudharabah dapat digambarkan dalam skema berikut:


(37)

Keahlian/ Modal 100% Keterampilan

Nisbah X% Nisbah Y%

Pengembalian Modal pokok

Gambar 2.3

Skema Pembiayaan Mudharabah Sumber : Bank Syariah dari Teori ke Praktik

(Muhammad Syafi’i Antonio, 2001:98)

2.1.2.3 Non Performing Finance Mudharabah

Setiap usaha yang dilakukan oleh manajemen perbankan memiliki suatu problem finance yang berdampak terhadap tingkat likuiditas, kecukupan modal, efisiensi serta pengaruh inflasi, para analisa keuangan juga perlu memberi perhatian yang cukup terhadap risiko yang timbul.

Shahibulmaal (Bank) Mudharib

(Nasabah)

Proyek/ Usaha

Pembagian Keuntungan


(38)

Pembiayaan atau kredit yang merupakan salah satu bentuk aktiva yang produktif bank syariah yang memiliki kegagalan tidak tertagihnya kembali pembiayaan yang telah disalurkan.

Menurut Muhammad (2002 : 310):

”Risiko pembiayaan muncul manakala bank tidak dapat memperoleh kembali tagihannya atas pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang dilakukan”.

Menurut Muhammad Syafi’i Antonio (2001 : 178):

” Risiko kredit muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok dan atau bunga dari pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang dilakukannya. Penyebab utama terjadinya risiko kredit adalah terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas. Akibatnya penilaian kredit kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibayarnya”.

Setiap pembiayaan memiliki risiko yang dihadapi oleh pihak bank maupun nasabah.

Muhammad Syafi’i Antonio (2001 : 94) berpendapat bahwa:

Terdapat risiko dalam pembiayaan mudharabah, terutama pada penerapannya dalam pembiayaan yang relatif tinggi, yaitu sebagai berikut :

1. Side Streaming, yaitu nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak.

2. Lalai dan kesalahan yang disengaja.

3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur.

Non Performing Finance Mudharabah berdasarkan Peraturan BI No.5/7/BPI/2003 tanggal 19 Mei 2003 (Reki,2008):


(39)

“Merupakan pembiayaan yang terjadi ketika pihak debitur (mudharib) karena berbagai sebab tidak dapat memenuhi kewajiban untuk mengembalikan dana pembiayaan (pinjaman)”.

Bank Indonesia mengintruksikan perhitungan non performing finance sesuai dengan SE.BI No 3/30/DPNP Tanggal 14 Desember 2001 tentang perhitungan rasio keuangan bank. (Elza Widyasari : 2009)

Jadi besarnya Non performing Finance pembiayaan Mudharabah dapat dirumuskan sebagai berikut :

Jumlah pembiayaan mudharabah bermasalah (Kurang lancar + diragukan + macet) Non Performing Finance Mudharabah =

Total Pembiayaan mudharabah

2.1.3 Profitabilitas

Sebagaimana bank umum lainnya, tugas utama bank syariah adalah mengoptimalkan laba, meminimalkan risiko, dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. Tingkat laba yang dihasilkan bank dikenal dengan istilah profitabilitas yang merupakan pengukuran mengenai kemampuan bank untuk menghasilkan laba dari asset yang digunakan. Tingkat profitabilitas ini diukur dengan menggunakan rasio keuangan Return On Asset (ROA) karena ROA lebih memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi secara keseluruhan. Selain itu juga, dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank


(40)

Indonesia lebih mementingkan penilaian ROA daripada ROE karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan (Dendawijaya, 2001) Menurut Iwan Triyuwono dan Moh As’udi (2001 : 1) mengungkapkan:

” Laba (income) merupakan suatu pos dasar dan penting dalam L/K yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, penentuan kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, pengambilan keputusan dan unsur prediksi kinerja perusahaan”.

Menurut Iwan Triyuwono dan Moh As’udi (2001 : 87):

”Tujuan laba dalam akuntansi syariah adalah untuk memenuhi salah satu rukun islam yaitu kewajiban menunaikan zakat, oleh karena itu laba dalam akuntansi syariah perlu untuk menilai jalannya operasional usaha, apakah sudah dilakukan secara efisien atau belum. Hal ini sangat penting untuk melakukan pertanggung jawaban, baik pertanggung jawaban kepada pemilik (pemegang saham) maupun pertanggung jawaban kepada Allah SWT yang dimanifestasikan dalam bentuk penentuan pembayaran zakat”.

Segala aktivitas penghimpunan dan penyaluran dana tercermin dalam L/K dimana proses pencatatan sampai tersususnnya L/K harus dilakukan dengan benar, sehingga informasi yang dihasilkan dapat digunakan oleh pihak umum. Hal ini menunjukkan bahwa sistem akuntansinya harus menjaga output yang dihasilkan tetap dalam kebenaran, keadilan dan kejujuran (objective) sebagaimana halnya hakikat dan keinginan dalam ajaran agama.

L/K yang diterbitkan bank syariah secara lengkap disyaratkan dalam PSAK 59 tahun 2002 yang terdiri dari :


(41)

2. Laporan Laba/Rugi 3. Laporan arus kas 4. Neraca

5. Laporan perubahan dana investasi terikat

6. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infak dan shodaqah. 7. Laporan sumber dan penggunaan dana Qardul Hasan

Menurut Agus Sartono (2001 : 122) mengungkapkan:

Profitabilitas adalah Kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya

dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”.

Sedangkan menurut Mahmoed (2004 : 20): ”Profitabilitas adalah Kemampuan suatu bank untuk mendapatkan keuntungan”.

Dalam analisa profitabilitas akan dicari hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada dalam income statement itu sendiri maupun hubungan timbal balik dengan pos-pos yang ada dalam neraca bank untuk mendapatkan berbagai indikasi yang berguna dalam mengukur efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan.

Manfaat dari rasio profitabilitas :

1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang dihasilkan perusahaan dalam satu periode.

2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Menurut Lukman Dendawijaya (2000 : 119) menyatakan bahwa :

”Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank”.


(42)

Menurut Zainul Arifin (2003 : 64) bahwa ada dua rasio yang biasanya dipakai untuk mengukur kinerja bank yaitu :

1. Return On Asset (ROA), adalah perbandingan antara pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata aktiva (average assets) atau perbandingan dari laba sebelum pajak terhadap total asset yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Laba Sebelum Pajak

ROA = x 100%

Total Asset

Perhitungan ROA diatas sesuai dengan SE.BI 30/11/KEP DIR tanggal 30 April 1997 tentang penilaian kesehatan bank.

Penggunaan ROA dalam mengukur tingkat profitabilitas bank karena ROA lebih memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi keseluruhan. Selain itu juga, dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian ROA daripada ROE karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan.

2. Return On Equity (ROE) didefinisikan sebagai perbandingan antara pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata modal (average equity) atau investasi para pemilik bank. Dari pandangan para pemilik ROE adalah ukuran yang lebih penting karena merefleksikan kepentingan kepemilikan mereka. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Laba Setelah Pajak

ROE = x 100%

Total Equity

Dalam Penelitian ini rasio yang digunakan dalam menilai tingkat profitabilitas atau kesahatan bank syariah mandiri adalah Return On Asset. Rasio ini digunakan


(43)

untuk mengukur kemampuan manajemen bank syariah dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, Semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset (Sudarini, 2005)

Mahmoed ( 2004 : 20 ), menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank adalah :

1. Kualitas kredit atau pembiayaan yang diberikan dan pengembaliannya. 2. Jumlah modal.

3. Mobilisasi dana masyarakat dalam memperoleh sumber dana yang murah. 4. Perpencaran bunga bank

5. Manajemen pengalokasian dana dalam aktiva likuid. 6. Efisiensi dalam menekan biaya operasi.

2.1.4 Bank Syariah

Perbankan syariah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai islamic Banking atau juga disebut dengan interest-free banking. Peristilahan dengan menggunakan Islamic tidak dapat dilepaskan dari asal-usul sistem perbankan syariah itu sendiri. Bank syariah pada awalnya dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan muslim yang berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan moral dan prinsip-prinsip syariah islam. Utamanya adalah berkaitan dengan pelarangan praktik riba, kegiatan maisir (spekulasi), dan gharar (ketidakpastian).


(44)

Menurut Dahlan Siamat (2004:183) ” Bank Syariah adalah bank yang dalam menjalankan usahanya berdasarkan pada prinsip-prinsip hukum atau syariah islam dengan mengacu kepada Al-quran dan Al-hadist”.

Sedangkan, menurut Muhammad syafi’i Antonio Bank islam adalah Lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

Menurut Muhammad Syafi’i Antonio (2001:34), yang membedakan antara bank syariah dengan bank konvensional antara lain dapat dilihat dari tabel 2.1

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

BANK ISLAM BANK KONVENSIONAL

1. Melakukan investasi-investasi yang halal saja.

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa.

3. Profit dan falah oriented.

4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan.

5. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawa Syariah.

1. Investasi yang halal dan haram.

2. Memakai perangkat bunga.

3. Profit oriented.

4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitor-debitor. 5. Tidak terdapat dewan sejenis.

Sumber : Muhammad Antonio Syafi’i (2001 : 34)”Bank Syariah dari Teori ke

Praktik”

Hal pokok yang membedakan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah pembagian keuntungan kepada nasabah maupun dari nasabah kepada pihak bank.


(45)

Bank syariah secara jelas telah mengharamkan riba (dalam hal bunga bank) yang diberikan oleh bank konvensioanal. Sebagai gantinya, bank syariah membagi keuntungan dengan cara bagi hasil.

Tabel 2.2

Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

BUNGA BAGI HASIL

1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.

1. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

2. Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.

2. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.

3. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

3. Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

4. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang ”booming”.

4. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.

5. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama, termasuk islam.

5. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

Sumber : Muhammad Syafi’i Antonio (2001 : 61) ” Bank Syariah dari Teori ke Praktik”


(46)

2.1.5 Hubungan Non Performing Finance Pembiayaan Murabahah Terhadap Profitabilitas

Setiap pembiayaan selalu diikuti kemungkinan pembiayaan bermasalah (non performing loan/financing). NPL/NPF ini adalah salah satu risiko yang ditanggung oleh bank syariah. Menurut Dahlan Siamat dalam Manajemen Lembaga Keuangan (1999 : 83) menyebutkan bahwa :

”Risiko kredit / pembiayaan merupakan risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta imbalannya sesuai jangka waktu yang telah ditentukan”.

Risiko kerugian bank akibat pembayaran kembali yang tidak lancar dari murabahah akan berpengaruh terhadap pendapatan atau profit yang diterima oleh bank. Hal ini dikemukakan oleh Y,Sri Susilo, Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso (2000 : 30) dalam Bank dan lembaga Keuangan lainnya, yaitu :

”Alokasi dana (pembiayaan) yang telah berhasil dihimpun bank dalam berbagai bentuk aktiva mengandung resiko yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat menggangu kelancaran dan kemampuan untuk memperoleh penghasilan”. Pitri (2006) dalam penelitiannya mengemukkan bahwa :

”Tingkat risiko kredit murabahah tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap profitabilitas bank syariah, hal ini didasarkan pada perhitungan statistik yang membuktikan bahwa hipotesis (Ho) untuk signifikan variabel X terhadap Y diterima, sehingga hipotesis untuk (Ha) ditolak. Tingkat risiko kredit murabahah yang terjadi


(47)

pada bank syariah yang relatif kecil, hal ini disebabkan karena : bank belum lama beroperasi sehingga pengendalian terhadap pembiayaan masih relati mudah”..

Sehingga penulis dalam hal ini perlu mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pembiayaan / kredit bermasalah (non performing finance) murabahah terhadap profitabilitas di bank syariah mandiri.

Berdasarkan teori diatas, maka non performing finance murabahah memiliki hubungan dengan profitabilitas bank syariah. Hubungan ini akan dibuktikan dalam penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya pada objek peniliti.

2.1.6 Hubungan Non Performing Finance Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas

Menurut Y,Sri Susilo, Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso dalam Bank dan lembaga Keuangan lainnya (2000 : 32), yaitu :

”Dampak dari pembiayaan bermasalah (non performing finance) mudharabah yang terjadi adalah pendapatan bagi hasil semakin rendah, dengan begitu laba yang diperoleh bank menjadi kecil. Bank yang mempunyai Non Performing Finance akan semakin berat menanggung beban”.

Dalam hal ini laba yang dimaksud adalah keuntungan/laba keseluruhan yang dihasilkan dari perhitungan tingkat profitabilitas (return on asset).

Risiko pembiayaan (non performing finance) mudharabah merupakan risiko yang terkait pembiayaan berbasis Natural Uncertainty Contracts (NUC).

Menurut Adiwarman (2008: 104) yang dimaksud analisis risiko pembiayaan berbasis Natural Uncertainty Contracts adalah :


(48)

”Mengidentifikasi dan menganalisis dampak dari seluruh risiko nasabah sehingga keputusan pembiayaan yang di ambil sudah memperhitungkan risiko yang ada dari pembiayaan mudharabah”.

Penilaian risiko ini mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu :

1. Business Risk ( risiko bisnis yang dibiayai), yaitu risiko yang terjadi pada First Way Out.

2. Shrinking Risk (risiko berkurangnya nilai pembiayaan mudharabah) yaitu risiko

yang terjadi pada second way out.

3. Character Risk (risiko karakter buruk mudharib), yaitu risiko yang terjadi pada Third way out.

Risiko yang terjadi dari peminjaman adalah peminjaman yang tertunda atau ketidakmampuan untuk membayar kewajiban yang telah dibebankan.

Menurut Syafi’i Antonio (2007), resiko kredit ( non performing finance) yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada penerapan dalam pembiayaan, relatif tinggi, yaitu :

1. Side Streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak (moral hazard).

2. Lalai dan kesalahan yang disengaja.

3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur (adverse selection).

4. Tingkat resiko pembiayaan mudharabah merupakan suatu kualitas yang menyatakan keadaan pembiayaan yang diperoleh dari aktivitas bagi hasil (mudharabah). Tingkat resiko pembiayaan mudharabah dapat dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah pembiayaan mudharabah yang bermasalah (non performing loan mudharabah) karena pengembaliannya tidak sesuai yang telah disepakati dengan total pembiayaan mudharabah secara keseluruhan.

Roni Zarka(2006) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh resiko pembiayaan mudharabah terhadap profitabilitas (ROA) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa risiko pembiayaan mudharabah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas bank syariah, hal ini dapat terlihat dari nilai koefisien determinannya sebesar 86,5%.


(49)

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara besarnya pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dan risiko pembiayaan akibat adanya pembiayaan bermasalah (non performing finance) mudaharabah terhadap profitabilitas diperoleh atau dihasilkan oleh bank syariah.

2.1.7 Hubungan Non Performing Finance Pembiayaan Murabahah dan Non Performing Finance Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Non performing finance atau pembiayaan bermasalah dalam jumlah besar dapat mendatangkan dampak yang kurang menguntungkan baik bagi pemberian pembiayaan, dunia perbankan maupun terhadap kegiatan ekonomi dan moneter negara. Dalam bank syariah produk pembiayaan yang ditawarkan terdiri dari :

1. Pembiayaan atas dasar prinsip Murabahah 2. Pembiayaan atas dasar prinsip Mudharabah 3. Pembiayaan atas dasar prinsip Musyarakah 4. Pembiayaan atas dasar prinsip Qardhul hasan

Dalam pemberian pembiayaan tersebut diatas terdapat resiko pengembalian yang akan berakibat terjadinya kredit bermasalah. Menurut Mahmoedin (2004:111), bahwa terdapat dampak yang akan di akibatkan oleh pembiayaan bermasalah yaitu :

”Dampak terhadap kelancaran operasi bank pemberi pembiayaan,

Bank yang dirongrong problem pembiayaan bermasalah dalam jumlah besar akan mengalami kesulitan operasoinal. Pembiayaan dengan kualitas buruk memerlukan cadangan penghapusan yang semakin besar sehingga menyebabkan biaya yang harus ditanggung untuk mengadakan cadangan tersebut semakin besar, hal ini jelas mempengaruhi profitabiltas bank syariah. Profitabilitas yang semakin menurun akan mengurangi modal sendiri kemudian


(50)

CAR akan menurun, sehingga bank memerlukan modal dana segar. Apabila bank syariah tidak dapat menambah modal sendiri maka nila kesehatan operasi bank akan menurun. Hal ini akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut”.

Menurut Lukman Dendawijaya (2000:88) mengemukakan :

”Implikasi bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah/NPF diantaranya akan mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank” Menurut Drs.H.As Mahmoeddin (2002:20) mengemukakan bahwa :

”Tingkat Keuntungan sangat tergantung pada kelancaran kredit yang diberikan kepada masyarakat, Jika terjadi kredit bermasalah yang mengarah kepada kredit macet dan merugikan, maka tingkat profitabilitas pasti akan terganggu”.

Lukman Dendawijaya (2005:83) mengemukakan bahwa akibat dari timbulnya kredit bermasalah dari suatu pembiayaan dapat berupa :

1) Dengan adanya kredit bermasalah bank akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari kredit yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas atau rentabilitas bank.

2) Return On Assets (ROA) mengalami penurunan.

(Ronie:2008) Menurut Mahmoedin (2004:52) , non performing finance pada dasarnya disebabkan oleh faktor intern dan ekstern. Kedua faktor tersebut tidak dapat dihindari mengingat adanya kepentingan yang saling berkaitan sehingga mempengaruhi kegiatan usaha bank.


(51)

1) Faktor Intern

Faktor intern yang disebabkan oleh kelalaian dalam bank syariah tersebut yang terdiri dari:

1. Kebijakan pemberian kredit yang terlalu ekspansif 2. Penyimpangan pemberian kredit

3. Itikad kurang baik pemilik atau pengurus dan pegawai bank 4. Lemahnya system administrasi dan pengawasan kredit 5. Lemahnya system informasi kredit

2) Faktor Ektern

Selain faktor intern. non performing finance juga dapat disebabkan oleh faktor ekstern yaitu:

1. Kegagalan usaha debitur

2. Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga

3. Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur 4. Musibah yang terjadi pada usaha debitur atau kegiatan usahanya

(Reki Fiswara,2008)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan pada bank syariah bertujuan mencapai laba/tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat pembiayaan bermasalah yang rendah. Semakin kecil/rendah non performing finance pembiayaan murabahah dan mudharabah maka berpengaruh pada peningkatan profitabilitas bank.


(52)

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Dasar Kerangka Pemikiran

Kegiatan perbankan di Indonesia secara hukum diatur dalam UU pokok perbankan No.7 tahun 1992. (Reki , 2008)

Bank didefinisikan dalam pasal 1 UU no.10 tahun 1998 tentang perubahan sebagai berikut , Pasal 1 ayat 2 :

”Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”.

Menurut Dahlan Siamat (2004:183) ” Bank Syariah adalah bank yang dalam menjalankan usahanya berdasarkan pada prinsip-prinsip hukum atau syariah islam dengan mengacu kepada Al-quran dan Al-hadist”.

Secara umum bank merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu lembaga yang mempunyai tugas pokok untuk menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan bank milik pemerintah pertama yang melandaskan operasionalnya pada prinsip syariah. Secara struktural, BSM berasal dari Bank Susila Bakti (BSB), sebagai salah satu anak perusahaan dilingkup Bank mandiri (ex BDN), yang kemudian dikonversikan menjadi bank syariah secara penuh. Dalam rangka melancarkan proses konversi menjadi bank syariah, BSM menjalin kerjasama dengan Tazkia Institute, terutama dalam bidang penelitian dan pendampingan konversi.


(53)

Dalam prakteknya Bank Syariah Mandiri memberikan beberapa produk pembiayaan atau penyaluran dana kepada masyarakat. Salah satu pembiayaan syariah tersebut adalah pembiayaan murabahah dengan prinsip jual beli dan pembiayaan mudharabah yaitu penyaluran dana dengan prinsip bagi hasil.

Pengertian Murabahah menurut Sri Nurhayati Wasilah (2008 : 176) adalah ”Transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan / margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad jual beli dapat dilakukan secara tunai atau tangguh (Ba’i Mu’ajjal)”.

Dalam pembiayaan murabahah dimana keuntungan harga jual + margin keuntungan telah ditentukan diawal akad antara penjual (pihak bank) dan pembeli (nasabah).

Menurut Wirdaningsih (2005 :152) bahwa pembiayaan mudharabah adalah : ” Pembiayaan seluruh kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan. Hasil usaha bersih dibagi antara bank sebagai penyandang dana (shahibul maal) dengan pengelola usaha (mudharib) sesuai dengan kesepakatan”. Sedangkan menurut Muhammad Syafi’i Antonio (2001 : 95) Pembiayaan mudharabah adalah: ”akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal (100%) sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut”

Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi laba. dimana pembagian keuntungan sesuai nisbah kesepakatan antara kedua belah pihak diawal akad. Dalam prinsip bagi hasil usaha berdasarkan bagi hasil, dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omset). Sedangkan dalam prinsip bagi laba, dasar pembagian


(54)

adalah laba bersih yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah.(Ahmadifham http://en.wordpress.com/tag/bagi-hasil/). Menurut Siti Nurhayati warsilah dalam Bukunya:

“Prinsip Pembagian hasil usaha dari akad mudharabah berdasarkan nisbah dengan sistem bagi hasil profit sharing dan Revenue Sharing (PSAK 105 Par 11)”. “Profit Sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.”

“Revenue Sharing, yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan dana”.

Pembiayaan merupakan suatu proses mulai dari analisis kelayakan pembiayaan sampai kepada realisasinya, sehingga pejabat bank syariah perlu melakukan pemantauan dan pengawasan pembiayaan. Kemungkinan kegagalan yang terjadi dari pembiayaan adalah kemungkinan kegagalan pembiayaan dikaitkan dengan kemampuan debitur untuk membayar kembali pinjamannya.

Pembiayaan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah oleh bank mengandung risiko kredit atau kemungkinan kegagalan, sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank. Dalam dunia perbankan kredit yang mengalami masalah ini dinamakan non performing loan. Secara luas non performing finance didefinisikan sebagai suatu kredit dimana pembayaran yang dilakukan tersendat-sendat dan tidak mencukupi kewajiban minimum yang diterapkan sampai dengan kredit yang sulit untuk memperoleh pelunasan atau bahkan tidak dapat ditagih. Pada perbankan syariah, pembiayaan yang bermasalah dapat dikatakan non performing financing (NPF) yang terjadi ketika debitur (mudharib) karena berbagai sebab tidak dapat


(55)

memenuhi kewajibannya untuk mengembalikan dana pembiayaan (pinjaman) yang diberikan oleh pihak bank.

Menurut Muhammad Syafi’i antonio (2001:178) : risiko kredit muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan dan atau bunga dari pinjaman yang diberikannya atau investasi yang sedang dilakukannya. Penyebab utama terjadinya risiko kredit adalah terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas. Akibatnya, penilaian kredit kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya.

Tinggi rendahnya risiko yang dihadapi bank dari seluruh jumlah pembiayaan yang diberikan ditandai dengan tinggi rendahnya persentase kredit risk (risiko kredit). Risiko kredit dapat dihitung dengan membandingkan jumlah saldo kredit bermasalah (non performing finance) dan jumlah pembiayaan secara keseluruhan.

Menurut Dahlan Siamat (1999: 83) menyebutkan bahwa :

”Risiko kredit merupakan risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta imbalannya sesuai jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan”.

Menurut Mahmoed (2004 : 52) mengemukakan bahwa:

Non performing finance pada dasarnya disebabkan oleh faktor intern dan ekstern. Kedua faktor tersebut tidak dapat dihindari mengingat adanya kepentingan yang saling berkaitan sehingga mempengaruhi kegiatan usaha bank”.

Beberapa literatur menyebutkan bahwa tingkat risiko kredit yang dihadapi oleh sebuah bank akan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas bank yang bersangkutan.


(56)

Menurut Mahmoedin (2002:20) Profitabilitas adalah ”Kemampuan suatu bank untuk mendapatkan keuntungan”.

Sedangkan, menurut Muhammad (2005 : 271) Profitabilitas adalah :

”Alokasi penggunaan dana bank syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian penting dari aktiva bank seperti aktiva yang menghasilkan (Earning Assets) diantaranya pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (musyarakah), dan pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli (murabahah)”.

Menurut Irfan Syauqi Beik (2007 : 24) dalam bukunya Bank syariah dan sektor riil), menyatakan bahwa : ”Semakin besar risiko pembiayaan akan semakin besar pula tingkat keuntungan (kerugian) yang akan didapat”.

Pemberian pembiayaan dana oleh bank syariah dimaksudkan sebagai salah satu usaha bank untuk meningkatkan perolehan laba.

Tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh bank atau yang lebih dikenal dengan istilah profitabilitas merupakan mengenai kemampuan bank dalam menghasilkan laba dan aset yang digunakan. Dengan demikian profitabilitas dapat digunakan sebagai salah satu alat ukur untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja bank.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan bermasalah

(Non Performing Finance) khususnya untuk pembiayaan murabahah dan


(57)

2.2.2 Bagan Kerangka Pemikiran

Dan dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.4

Skema Kerangka Pemikiran Bank Syariah Mandiri

Pembiayaan murabahah Pembiayaan mudharabah

Cost + margin Bagi hasil

NPF Murabahah NPF Mudharabah

Profitabilitas ( Return On Asset )

Non Performing Finance pembiayaan murabahah dan mudharabah berpengaruh terhadap profitabilitas (return on asset)


(58)

2.3 Hipotesis

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diteliti sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan pengujian secara empiris

Menurut Prof.Dr.S.Nasution hipotesis adalah ”pernyataan tentetif yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya”. (Nasution:2000)

Fungsi Hipotesis Menurut Prof.Dr.S.Nasution adalah sebagai berikut: 1. Untuk menguji kebenaran teori

2. Memberikan gagasan baru untuk mengembangkan suatu teori

3. Memperluas pengetahuan penelitian mengenai suatu gejala yang sedang dipelajari

Maka berdasarkan kerangka pemikiran di atas hipotesis sementara adalah: Non

Performing Finance Pembiayaan Murabahah dan Non Performing Finance

Pembiayaan Mudharabah berpengaruh terhadap Profitabilitas (Return On Asset) PT. Bank Syariah Mandiri.


(1)

130

Gambar 4.8

Daerah Penolakan H0 Pada Pengujian Secara Bersama-sama

e. Pengambilan keputusan hipotesis

Berdasarkan gambar 4.8 diatas dapat dilihat bahwa Ho ditolak, karena Fhitung sebesar 17,224 berada pada daerah penolakan Ho, yang berarti bahwa non performing finance pembiayaan murabahah dan non performing finance pembiayaan mudharabah secara simultan berpengaruh terhadap profitabilitas.


(2)

131

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh non performing finance pembiayaan murabahah dan non performing finance pembiayaan mudharabah terhadap profitabilitas pada PT. Bank Syariah Mandiri, maka pada bagian akhir dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sekaligus saran sebagai berikut.

5.1 Kesimpulan

1. Non performing finance pembiayaan murabahah pada tahun 2004-2011 di PT. Bank Syariah Mandiri paling besar dalam kategori macet. Sedangkan untuk Non performing finance pembiayaan mudharabah paling besar dalam kategori kurang lancar.

2. Non performing finance pembiayaan murabahah secara parsial memiliki

hubungan yang negatif dengan profitabilitas dan memiliki hubungan yang sangat kuat dengan profitabilitas. Sehingga Non performing finance pembiayaan murabahah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

3. Non performing finance pembiayaan mudharabah secara parsial memiliki hubungan yang negatif dengan profitabilitas dan memiliki hubungan yang cukup kuat. Sehingga non performing finance pembiayaan mudharabah secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.


(3)

132

4. Non performing finance pembiayaan murabahah dan Non performing finance pembiayaan mudharabah secara simultan memiliki hubungan yang sangat kuat dan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

5.2 Saran

Pada bagian akhir skirpsi ini, penulis bermaksud untuk mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya. Saran-saran yang diajukan sebagai berikut:

a. Pihak bank lebih selektif lagi dalam menilai calon debitur yang menerima pembiayaan murabahah maupun mudharabah

b. Meningkatkan SDM yang kompeten dalam pemberian pembiayaan kepada nasabah sehingga kredit bermasalah (non performing finance) dapat diminimalisasi.

c. Monitoring secara rutin dilakukan terhadap para nasabah, agar dapat mempersempit celah terjadinya penyimpangan penggunaan pembiayaan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1993, Pedoman Pengelolaan Bank Syariah, Jakarta: LPPBS

Asmir Nur Siwi Kusmiyati, 2007. “Jurnal Ekonomis Islam La_Riba vol.1 No.1”.

Yogyakarta.

Astari Adiyanti Ma’some, 2010. “Pengaruh Risiko Pembiayaan Murabahah

Terhadap Profitabilitas Bank perkreditan Rakyat Syariah”.Bandung: UNPAD

Dahlan Siamat. 1999. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Kedua. Jakarta: Lembaga penerbit FE UI.

Elza Widyasari,2009. “Pengaruh Risiko Pembiayaan Mudharabah dan Risiko

Pembiayaan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank Syariah”.Bandung

UNPAD

Imam Wahyudi, 1994, Pengembangan Perbankan; Kredit Bermasalah, Edisi Agustus no.176

Irmawati, 2008.”Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Tingkat Non Performing

Finance Terhadap Profitabilitas Bank Syariah”. Bandung UNISBA

Jonathan Sarwono.2006. Paduan Cepat dan Mudah SPSS 15, Yogyakarta: Andi Offset

Lukman Dendawijaya. 2005. Manajemen Perbankan, Bogor: Ghalia Indonesia Mahmoed,2004. Melacak Kredit Bermasalah, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Muhammad, 1998, Manajemen Baitul Mal wat Tamwil, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Syariah

Muhammad, 2005. “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Muhammad Syafi’I Antonio. 2001. Bank Syariah : “Dari Teori ke Praktek”. Jakarta:


(5)

Muhammad, Windu Baskoro, Susilo Priyono dan M.Hanafi.2000, Modul Pelatihan Bank Syariah yang diselenggarakan oleh STAIN Surakarta

Pitri Puspita Dewi, hazainsyah 2006. “Jurnal akuntansi dan keuangan vol.2 No.2 . Bandung: UNPAD

Reki Fiswara,2009. “ Pengaruh Tingkat Non Performing Loan Pembiayaan

Mudharabah dan Pembiayaan Musyarakah Terhadap Tingkat

Profitabilitas (return On Assets) Pada Bank Syariah”. Bandung:

Widyatama

Riduwan.2008. “Pengantar Statistik”. Bandung: Alfabeta

Ronie, , Reki 2008. “Jurnal Dikta Ekonomi, Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil Bermasalah Terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Syariah.Malang: Universitas Islam Negeri

Ronie Zarka, “Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Tingkat Profitabilitas

Bank Syariah (Bank Syariah Mandiri)”.Bandung: UNISBA

SE BI No.26/4/BPPP Tanggal 29 Mei 1993

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta, Bandung.

Sudjana, 1996, Teknik Analisis Regresi dan Kolerasi: bagi para peneliti, Edisi ketiga, Tarsito, Bandung.

Y.Sri Susilo, Sigit Triandari, A.Totok Budi Santoso.2000. Bank dan Lembaga Keuangan lain. Jakarta: Salemba Empat.

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, 2002, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, Jakarta: Jambatan bekerjasama dengan Institut Bankir Indonesia

Zainul Arifin, 2002, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Alvabeta bekerjasama dengan Tazkia Institut

http://www.google.co.id/

http://www.syariahmandiri.co.id/

(http://www.syariahmandiri.co.id/wp-content/uploads/2010/03/BSM-ANREP-2010-Manajemen.pdf


(6)

145

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Eksa Buanita Rosliana Tempat tanggal lahir : Jakarta, 31 Maret 1987

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl Sukajadi No 568/182A Bandung

Telepon : 085811236578

DATA PENDIDIKAN

- SD Negeri I Cadasari tahun 1999 - SLTP Negeri 1 Cadasari tahun 2002 - SMA Negeri 1 Pandeglang tahun 2005

- UNSERA Fakultas Teknologi Informatika Jurusan Komputer Akuntansi Diploma III (D3) Tahun 2009

- Tercatat sebagai Mahasiswa UNIKOM Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Strata satu (S1) Tahun 2009 sampai sekarang.

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Bandung, Juli 2011

(Eksa Buanita Rosliana)


Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 44 97

Analisis Pengaruh Risiko Likuiditas terhadap Return On Asset (ROA) Perbankan (studi kasus Bank Mandiri)

4 151 102

Aspek Hukum Terhadap Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing) Dalam Setiap Pemberian Pembiayaan Oleh Bank Syariah (Studi Pada PT. Bank Sumut Syariah Capem Kota Baru, Marelan)

0 31 78

pengaruh penyaluran pembiayaan mudharabah,pembiayaan musyarakah,pembiayaan murabahah,dan non performing financing (npf) terhadap kinerja bank pembiayaan rakyat syariah di Indonesia periode januari 2010-maret 2015

0 7 122

Kredit Bermasalah Pembiayaan Murabahah dan Pembiayaan Mudharabah terhadap Profitabilitas dengan Menggunakan Pendekatan Return On Assets (ROA) Studi Kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri

0 9 1

Pengaruh Non Performing Finance (NPF) Pembiayaan Mudharabah dan Non Performing Finance (NPF) Pembiayaan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada PT.Bank Syariah Mandiri Tahun 1999-2013)

1 56 60

Analisis pengaruh profitabilitas perbankan syariah, suku bunga bank indonesia dan deposito mudharabah terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan syariah di Indonesia periode 2009-2013

0 6 151

ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING FINANCE PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUDHARABAH, DAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RETURN ON ASSETS (ROA) PADA BANK UMUM SYARIAH.

0 0 97

ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING FINANCE PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUDHARABAH, DAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RETURN ON ASSETS (ROA) PADA BANK UMUM SYARIAH.

0 0 97

ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING FINANCE PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUDHARABAH, DAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RETURN ON ASSETS (ROA) PADA BANK UMUM SYARIAH

0 0 21