MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN . docx

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN
LANGKAH LANGKAH MERUMUSKAN HIPOTESIS

Oleh :
Khoirul Rizki
N.I.M : 43218202016041
STT FATAHILLAH
CILEGON
2016

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………….1
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. …...2


A. Latar Belakang ……………………………………………….2



B. Rumusan Masalah ……………………………………………3


BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………….3


A. Pengertian Hipotesis ………………………………………....3



B. Syarat Syarat Hipotesis……………………………………….5



C. Jenis Jenis Hipotesis …………………………………………6



D. Kekeliruan Yang Terjadi Dalam Pengertian Hipotesis ………9




E. Cara Menguji Hipotesis ……………………………………..10



F. Penelitian Tanpa Hipotesis …………………………………..14

BAB III PENUTUP …………………………………………………….16


A. Simpulan …………………………………………………….16



B. Saran …………………………………………………………16

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..17

1
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengandilakukan
penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai
dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode
yang sistematis. Salah satu hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif
adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga
alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat
dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan
untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik
dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan
ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah
alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat
keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar
atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan
mengujinya.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik terutama
peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun hipotesis. Untuk

menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada kriteria perumusan

hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian, maupun pemahaman tentang
penelitian tanpa menggunakan hipotesis.

2
Selain itu seorang peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara menguji hipotesis
agar terhindar dari kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis. Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka makalah ini akan membahas mengenai hakikat hipotesis hingga
kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
1. Apa pengertian hipotesis?
2. Apa saja persyaratan untuk hipotesis?
3. Apa saja jenis-jenis hipotesis?
4. Apa saja kekeliruan yang terjadi dalam pengujian hipotesis?
5. Bagaimana cara menguji hipotesis?
6. Apakah semua penelitian harus berhipotesis?


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hipotesis

Berdasarkan kutipan pendapat Prof. Drs. Sutrisno Hadi MA tentang pemecahan
masalah, peneliti seringkali tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali
jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawabannya melalui penelitian yang
dilakukan. Jawaban terhadap permasalahan ini dibedakan atas 2 hal sesuai dengan taraf
pencapaiannya yaitu
3
1. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoretik, dicapai melalui
membaca.
2. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktik, dicapai setelah
penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap data.

Sehubungan dengan pembatasan pengertian tersebut maka hipotesis dapat diartikan
sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan arti katanya, hipotesis berasal dari 2
penggalan kata, yaitu “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya

“kebenaran”. Jadi hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan Ejaan
Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.
Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan seksama serta
menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat suatu teori sementara, yang kebenarannya
masih perlu di uji (di bawah kebenaran). Inilah hipotesis. Selanjutnya peneliti akan bekerja
berdasarkan hipotesis. Peneliti mengumpulkan data-data yang paling berguna untuk
membuktikan hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah
hipotesis yang dirumuskan dapat naik status menjadi tesa, atau sebaliknya, tumbang sebagai
hipotesis, apabila ternyata tidak terbukti.
Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan, peneliti dapat bersikap dua hal:

1. Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada
akhir penelitian).
2. Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak
mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).

4
Untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain:
1. Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variabel penyebab dan
variabel akibat.

2. Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh
penyebab itu.
3. Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa
menimbulkan akibat tersebut.
Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan
mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian. Namun tidak selalu semua penelitian
harus berorientasikan hipotesis, walaupun hipotesis ini sangat penting sebagai pedoman kerja
dalam penelitian. Jenis penelitian eksploratif, survei, atau kasus, dan penelitian development
biasanya justru tidak berhipotesis karena tujuan penelitian jenis ini bukan untuk menguji
hipotesis tetapi mempelajari tentang gejala-gejala sebanyak-banyaknya.
G.E.R Brurrough mengatakan bahwa penelitian berhipotesis penting dilakukan bagi:
1. Penelitian menghitung banyaknya sesuatu (magnitude).
2. Penelitian tentang perbedaan (differencies).
3. Penelitian hubungan (relationship).
Deobold Van Dalen mengutarakan adanya 3 bentuk inter relationship studies yang
termasuk penelitian hipotesis yaitu:
a. Case studies
b. Causal comparative studies

c. Correlations studies

B. Syarat-syarat Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam penelitian.
Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat merumuskan
hipotesis ini dengan jelas.
5
Borg dan Gall (1979: 61) mengajukan adanya persyaratan untuk hipotesis sebagai
berikut:
1. Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.
2. Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih
variabel.
3. Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli
atau hasil penelitian yang relevan.
C. Jenis-jenis Hipotesis
1. Hipotesis asosiasi
Pengukurana asosiasi merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam
statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel
Hipotesa-hipotesa yang dirumuskan oleh peneliti, baik yang bersifat deskriftif,
relasional maupun hipotesa kausalitas disebut hipotesa kerja (Hk). Supaya hipotesa kerja
tersebut dapat diuji secara statistik, maka diperlukan suatu hipotesa pembanding. Dalam
penelitian sosial hipotesa pembanding tersebut dibuat secara arbritrer yang berbentuk

hipotesa nol (Ho). Hipotesa nol (Ho) adalah formulasi/rumusan terbalik dari hipotesa kerja
(Effendi, 1989:43-45).
a. Hipotesis kerja atau alternatif, disingkat Ha.
Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau

adanya perbedaan antara dua kelompok. Rumusan hipotesis kerja:
a. Jika... maka...
b. Ada perbedaan antara... dan... dalam...
c. Ada pengaruh... terhadap...
b. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho.
6
Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya
pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Dengan kata lain, selisih variabel pertama dengan
variabel kedua adalah nol atau nihil.
Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam
penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Rumusan hipotesis
nol:
a. Tidak ada perbedaan antara... dengan... dalam...
b. Tidak ada pengaruh... terhadap...
Dalam pembuktian, hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi Ho, agar peneliti tidak

mempunyai prasangka. Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak terpengaruh pernyataan Ha.
Kemudian dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan akhir pengetesan hipotesis.
2. Hipotesis Korelasional/hubungan
Hipotesis korelasional adalah hipotesis yang berisi pernyataan tentang hubungan
antara dua atau lebih variabel. Jika pola hubungan antara dua atau lebih variabel bersifat
kausal (sebab-akibat) , maka hipotesisnya disebut hipotesis kausalitas
Contoh Hipotesis Korelasional:
Permasalahan Penelitian: Hal-hal yang berhubungan dengan tingkat Hasil Produksi suatu
Perusahaan.
Asumsi:
1. Jumlah tenaga ahli dalam suatu perusahaan berhubungan dengan tingkat hasil
produksi

2. Tenaga ahli akan sulit bekerja di bawah peraturan kerja yang ketat
3. Peraturan kerja dalam perusahaan berhubungan dengan tingkat hasil produksi.
Hipotesis: Semakin besar jumlah tenaga ahli dalam suatu perusahaan, semakin rendah tingkat
keketatan peraturan kerja perusahaan, berhubungan dengan h menerima proses perdamaian
hasil produksi yang semakin meningkat.
7
Hipotesis Korelasional terdiri dari hipotesis kausal dan korelasi

Hipotesis Kausalitas
Contoh Hipotesis Kausalitas:
Permasalahan Penelitian: Mengapa timbul kecenderungan melakukan tindakan kriminal
dalam suatu lingkungan masyarakat.
Asumsi:
1. Suatu lingkungan masyarakt mempunyai suatu daya absorbsi, yaitu daya serap atau
peredam terhadap suatu gejala sosial yang dapt menimbulkan goncangan
2. Seseorang dapat merasa frustasi apabila merasa tersisihkan dari lingkungan
masyarakatnya.
3. Seseorang yang merasa frustasi lebih mudah dirangsang untuk cenderung melakukan
tindakan kriminal.
Hipotesis: Untuk mereka yang berada di lingkungan masyarakat yang sangat rendah daya
absorbsinya jika mereka merasa semakin tersisihkan dari lingkungan masyarakat, maka
mereka semakin mudah terangsang untuk cenderung melakukan tindakan kriminal.
Hipotesis korelasi

hipotesis korelasi (correlational hypothesis), merupakan hipotesis yang mengatakan dua
variabel terjadi bersamaantanpa diketahui mana yang mempengaruhi yang lainnya.
Contoh:
- HA : Terdapat hubungan positif antara besarnya kompensasi dan laba perusahaan.
3. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif, merupakan dugaan terhadap nilai satu variabel dalam satu sampel
walaupun di dalamnya bisa terdapat beberapa kategori.
8
Contoh Hipotesis Deskriptif:
Permasalahan Penelitian: Apakah penerimaan terhadap proses “perdamaian di Poso”
mempunyai perbedaan pada mereka yang berasal dari suatu lingkungan tertentu?
Assumsi:
1. Tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang memungkinkan keterbukaan untuk
menerima proses perdamaian.
2. Nilai yang dianut seseorang merupakan dasar pengaruh bagi penerimaan proses
perdamaian.
3. Tingkat informasi yang dimiliki seseorang dapat memberikan pandangan mengenai
suatu proses perdamaian.
Hipotesis Umum:
Orang yang berasal dari lingkungan sosial yang terbuka lebih mudah menerima proses
perdamaian.
Hipotesis khusus:

1. Orang dengan pendidikan yang tinggi relatif lebih mudah menerima proses
perdamaian.
2. Orang yang berorientasi pada nilai-nilai yang moderen lebih menerima proses
perdamaian.
3. Orang yang memiliki banyak informasi lebih mudah menerima proses perdamaian.

D. Kekeliruan yang Terjadi dalam Pengujian Hipotesis
Benar dan tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan terbukti dan tidaknya
hipotesis tersebut. Seorang peneliti mungkin merumuskan hipotesis yang isinya benar, tetapi
setelah data terkumpul dan dianalisis ternyata hipotesis tersebut ditolak, atau tidak terbukti.
9
Sebaliknya mungkin seorang peneliti merumuskan sebuah hipotesis yang salah, tetapi
setelah dicocokkan dengan datanya, hipotesis yang salah tersebut terbukti.
Dalam hal lain dapat terjadi perumusan hipotesisnya benar tetapi ada kesalahan dalam
penarikan kesimpulan. Kesalahan penarikan kesimpulan tersebut barangkali disebabkan
karena kesalahan sampel, kesalahan perhitungan ada pada variabel lain yang mengubah
hubungan antara variabel belajar dan variabel prestasi yang pada saat pengujian hipotesis ikut
berperan.
Macam kekeliruan ketika membuat kesimpulan tentang hipotesis:

Selanjutnya ditentukan bahwa probabilitas melakukan kekeliruan macam I dinyatakan
dengan ɑ (alpha), sedangkan melakukan kekeliruan macam II dinyatakan dengan β (beta).
Nama-nama ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis kesalahan.

Kesalahan tipe I ini disebut taraf signifikansi pengetesan, artinya kesediaan yang
berwujud besarnya probabilitas jika hasil penelitian terhadap sampel akan diterapkan pada
populasi. Besarnya taraf signifikansi ini pada umumnya sudah diterapkan terlebih dahulu.
Untuk penelitian-penelitian di bidang ilmu pendidikan pada umumnya digunakan taraf
signifikansi 0,05 atau 0,01, sedangkan untuk peneliti obat-obatan yang resikonya
menyangkut jiwa manusia, diambil 0,005 atau 0,001, bahkan mungkin 0,0001.
E. Cara Menguji Hipotesis
Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan pengujian hipotesis
tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak hipotesis tersebut.
1

Menentukan formulasi hipotesis
Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka hipotesis alternatif
(Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho).
10
a. Hipotesis nol / nihil (HO)
Hipotesis nol adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai suatu pernyataan yang akan di
uji. Hipotesis nol tidak memiliki perbedaan atau perbedaannya nol dengan hipotesis
sebenarnya.
b. Hipotesis alternatif/ tandingan (H1 / Ha)
Hipotesis alternatif adalah hipotesis yang di rumuskan sebagai lawan atau tandingan dari
hipotesis nol. Dalam menyusun hipotesis alternatif, timbul 3 keadaan berikut.
1)

H1 menyatakan bahwa harga parameter lebih besar dari pada harga yang di
hipotesiskan. Pengujian itu disebut pengujian satu sisi atau satu arah, yaitu
pengujian sisi atau arah kanan.

2)

H1 menyatakan bahwa harga parameter lebih kecil dari pada harga yang di
hipotesiskan. Pengujian itu disebut pengujian satu sisi atau satu arah, yaitu
pengujian sisi atau arah kiri.

3)

H1 menyatakan bahwa harga parameter tidak sama dengan harga yang di
hipotesiskan. Pengujian itu disebut pengujian dua sisi atau dua arah, yaitu
pengujian sisi atau arah kanan dan kiri sekaligus.
Secara umum, formulasi hipotesis dapat di tuliskan :

Apabila hipotesis nol (H0) diterima (benar) maka hipotesis alternatif (H a) di tolak.
Demikian pula sebaliknya, jika hipotesis alternatif (H a) di terima (benar) maka hipotesis nol
(H0) ditolak.
11
Misal dengan asumsi bahwa populasi tergambar dalam kurva normal. Maka jika kita
menentukan taraf kepercayaan 95% dengan pengetesan 2 ekor, maka akan terdapat dua
daerah kritik, yaitu di ekor kanan dan di ekor kiri kurva, masing-masing 2.%.

Daerah kritik merupakan daerah penolakan hipotesis (hipotesis nihil) dan disebut
daerah signifikansi. Sebaliknya daerah yang terletak di antara dua daerah kritis, yang diarsir,
dinamakan daerah penerimaan hipotesis, atau daerah non-signifikansi.
Cara menguji hipotesis, menggunakan daerah kurva normal dan dari perhitungan
Z-score dengan rumus:
Z=

Z−rata rata X
SD

Apabila harga Z-score terletak di daerah penerimaan Ho, maka Ha yang dirumuskan,
tidak diterima.
2. Menentukan Taraf Nyata (α)
Taraf nyata adalah besarnya batas toleransi dalam menerima kesalahan hasil hipotesis
terhadap nilai parameter populasinya. Semakin tinggi taraf nyata yang di gunakan, semakin
tinggi pula penolakan hipotesis nol atau hipotesis yang di uji, padahal hipotesis nol benar.
12
Besaran yang sering di gunakan untuk menentukan taraf nyata dinyatakan dalam %,
yaitu: 1% (0,01), 5% (0,05), 10% (0,1), sehingga secara umum taraf nyata di tuliskan sebagai
α0,01, α0,05, α0,1. Besarnya nilai α bergantung pada keberanian pembuat keputusan yang dalam
hal ini berapa besarnya kesalahan (yang menyebabkan resiko) yang akan di tolerir. Besarnya
kesalahan tersebut di sebut sebagai daerah kritis pengujian (critical region of a test) atau
daerah penolakan ( region of rejection).
Nilai α yang dipakai sebagai taraf nyata di gunakan untuk menentukan nilai distribusi
yang di gunakan pada pengujian, misalnya distribusi normal (Z), distribusi t, dan distribusi
X². Nilai itu sudah di sediakan dalam bentuk tabel di sebut nilai kritis.
3. Menentukan Kriteria Pengujian
Kriteria Pengujian adalah bentuk pembuatan keputusan dalam menerima atau
menolak hipotesis nol (Ho) dengan cara membandingkan nilai α tabel distribusinya (nilai
kritis) dengan nilai uji statistiknya, sesuai dengan bentuk pengujiannya. Yang di maksud
dengan bentuk pengujian adalah sisi atau arah pengujian.

a.

Penerimaan Ho terjadi jika nilai uji statistiknya lebih kecil atau lebih besar daripada

nilai positif atau negatif dari α tabel. Atau nilai uji statistik berada di luar nilai kritis.
b.

Penolakan Ho terjadi jika nilai uji statistiknya lebih besar atau lebih kecil daripada nilai

positif atau negatif dari α tabel. Atau nilai uji statistik berada di luar nilai kritis.
Dalam bentuk gambar, kriteria pengujian seperti gambar di bawah ini

13

4.

Menentukan Nilai Uji Statistik
Uji statistik merupakan rumus-rumus yang berhubungan dengan distribusi tertentu
dalam pengujian hipotesis. Uji statistik merupakan perhitungan untuk menduga parameter
data sampel yang di ambil secara random dari sebuah populasi. Misalkan, akan di uji
parameter populasi (P), maka yang pertama-tam di hitung adalah statistik sampel (S).

5. Membuat Kesimpulan
Pembuatan kesimpulan merupakan penetapan keputusan dalam hal penerimaan atau
penolakan hipotesis nol (Ho) yang sesuai dengan kriteria pengujiaanya. Pembuatan
kesimpulan dilakukan setelah membandingkan nilai uji statistik dengan nilai α tabel atau
nilai kritis.
a.

Penerimaan Ho terjadi jika nilai uji statistik berada di luar nilai kritisnya.

b.

Penolakan Ho terjadi jika nilai uji statistik berada di dalam nilai kritisnya.

Kelima langkah pengujian hipotesis tersebut di atas dapat di ringkas seperti berikut.
Langkah 1 : Menentukan formulasi hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatifnya (Ha)
Langkah 2 : Memilih suatu taraf nyata (α) dan menentukan nilai table.
Langkah 3 : Membuat criteria pengujian berupa penerimaan dan penolakan H0.
Langkah 4 : Melakukan uji statistic
Langkah 5 : Membuat kesimpulannya dalam hal penerimaan dan penolakan H0.

F. Penelitian Tanpa Hipotesis
Pendapat pertama mengatakan, semua penelitian pasti berhipotesis. Semua peneliti
diharapkan menentukan jawaban sementara, yang akan diuji berdasarkan data yang
diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada, dan butirbutirnya
sudah disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian.
14
Pendapat kedua mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan
menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang
sifatnya deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih
dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin
dihipotesiskan.
Berdasarkan pendapat kedua ini maka mungkin sekali di dalam sebuah penelitian,
banyak hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan penelitian. Mungkin
problematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya deskriptif tidak diikuti dengan hipotesis, tetapi
problematika nomor 3 dihipotesiskan.
Contoh:Hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja para karyawan kantor A.

Problematika 1:Seberapa tinggi motivasi berprestasi karyawan kantor A? (tidak
dihipotesiskan).
Problematika 2:Seberapa tinggi etos kerja karyawan kantor A? (tidak dihipotesiskan)
Problematika

3:Apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara motivasi berprestasi
dengan etos kerja karyawan kantor A?

Hipotesis: Ada hubungan yang tinggi antara motivasi berprestasi dengan etos kerja karyawan
kantor A.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai pedoman kerja, peneliti menetapkan sebuah hipotesis yang dijadikan arah
dalam menetapkan variabel, mengumpulkan data, mengolah data dan mengambil
kesimpulan. Pada dasarnya, pekerjaan meneliti adalah usaha untuk membuktikan hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji. Pengujian itu bertujuan
untuk membuktikan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Hipotesis berfungsi sebagai
kerangka kerja bagi peneliti, memberi arah kerja, dan mempermudah dalam penyusunan
laporan penelitian.
Ada 2 macam hipotesis, yaitu hipotesis kerja, yang juga disebut hipotesis alternatif
(Ha) dan hipotesis nol (Ho) (hipotesis nihil) yang juga disebut hipotesis statistik. Sehubungan
dengan perumusan hipotesis maka ada 2 kekeliruan yang kita buat:

a. Menolak hipotesis yang seharusnya diterima, disebut kekeliruan alpha (ɑ).
b. Menerima hipotesis yang seharusnya ditolak, disebut kekeliruan beta (β).
Cara menguji hipotesis, menggunakan daerah kurva normal. Apabila harga Z-score terletak di
daerah penerimaan Ho, maka Ha yang dirumuskan, tidak diterima.
B. Saran
Kepada pembaca diharapkan untuk terus meningkatkan kompetensi dan wawasan
yang berhubungan dengan penelitian. Hal ini dikarenakan penelitian merupakan cara primer
manusia dalam mengembangkan kajian ilmu. Dengan berkembangnya ilmu bimbingan dan
konseling tentunya akan mempermudah personal-personal dalam menghadapi persoalanpersoalan hidup yang makin kompleks mengikuti perkembangan masa.

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
2. Arimjie Blog, 2012. Jenis jenis hipotesis.

17