S PSPI 1206544 Chapter1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perpustakaan Sekolah Bina Persada (SBP) merupakan sebuah perpustakaan sekolah yang
terletak di Jl. Setra Duta Cemara, Blok K, Setra Duta Residence, Kota Bandung. Sebagai sebuah
lembaga pendidikan multinasional, siswa di sekolah ini berasal dari berbagai negara di Asia. Itu
sebabnya, sebagian besar koleksi di perpustakaan ini merupakan koleksi berbahasa Inggris.
Ruang perpustakaan sekolah ini bersih dan nyaman. Fasilitas yang memadai didukung oleh
pelayanan yang prima, menjadi alasan tersendiri bagi pemustaka untuk berlama-lama singgah di
perpustakaan ini. Di sudut-sudut ruangan, terlihat beberapa kertas kecil berbagai warna dan
ukuran yang ditempelkan ke dinding.
Di kertas-kertas itu terdapat tulisan tangan yang nampaknya ditulis oleh anak usia taman
kanak-kanak. Salah satunya bertuliskan “my hero is librarian. She teaches me how to write and
read”. Fasilitas dan layanan yang diberikan di perpustakaan ini mendukung proses belajar
mengajar. Pada perpustakaan ini, konsep alive library diberlakukan, dengan tujuan untuk
meningkatkan rasa memiliki pemustaka terhadap perpustakaan. “Intinya saya mau perpustakaan
ini hidup sih sep. cause a good library is an alive library. Tuh lihat, (menunjuk karya siswa)
catatan ini (menyentuh kertas-kertas kecil yang ditempel di pintu perpustakaan), gambar-gambar,
semuanya hasil karya siswa. Jadi siswa itu punya sense of belonging sama perpustakaan1”.
Konsep alive library merupakan salah satu contoh implementasi brand positioning yang
berhasil diterapkan di perpustakaan. Brand positioning merupakan salah satu strategi pemasaran
yang menonjolkan nilai keunggulan dan keunikan dari sebuah barang atau jasa, untuk menarik
perhatian pemustaka dan mengikatnya untuk menjadi pemustaka setia.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memaksimalkan frekuensi kunjungan para siswa
sebagai
pemustaka, sehingga akhirnya menjadi pemustaka setia. Hal ini sesuai dengan pendapat
1
Hasil wawancara dengan KI, tanggal 13 November 2015 pukul 10.47 WIB
Keller (2009) yang menyatakan bahwa, “Positioning is the act of designing the company‟s
offering and image to occupy a distinctive place in the minds of the target market”.
Septian Sugara,l 2016
ALIVE LIBRARY SEBAGAI BRAND POSITIONING DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH BINA PERSADA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Brand positioning merupakan salah satu metode promosi perpustakaan, yaitu
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pustakawan untuk memperkenalkan, menjelaskan, dan
mengajak pemustaka untuk berkunjung ke perpustakaan, dengan tujuan meningkatkan jumlah
kunjungan dan memaksimalkan pemanfaatan koleksi di perpustakaan sekolah. Maradjo, 1975
(dalam Sudarsana dan Bastiano, 2007, hlm.42) mendefinisikan promosi perpustakaan sebagai
“usaha-usaha atau penggalakan atau bantuan memajukan perpustakaan”. Edsall, 1980 (dalam
Santoso, 1995) menambahkan, “promosi adalah suatu bentuk komunikasi yang meliputi tiga
aspek yaitu memberitahu (to inform), mempengaruhi (to influence), dan membujuk (to
persuade)”.
Mengingat tujuan promosi adalah untuk mengajak pemustaka berkunjung ke
perpustakaan, maka dapat dikatakan bahwa hasil akhir dari sebuah promosi adalah peningkatan
minat kunjung pemustaka. Menurut Suwarno (2009, hlm.111), “pengunjung, anggota, dan
pemakai perpustakaan adalah sasaran utama penyeleggaraan perpustakaan”. Artinya, semakin
tinggi frekuensi kunjungan dan interaksi pemustaka dengan perpustakaan, maka semakin tinggi
pula tingkat keberhasilan suatu perpustakaan dan mutu perpustakaan itu sendiri. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa untuk meningkatkan mutu perpustakaan, dibutuhkan kegiatan promosi yang
memadai. Adapun kegiatan promosi yang memadai menurut Saladin (2006, hlm.128) harus
memenuhi beberapa komponen yang meliputi pemasaran, promosi langsung, publikasi, promosi
penjualan, dan penjualan langsung.
Alasan yang logis mengenai pentingnya kegiatan promosi di perpustakaan. Memasuki
abad ke 21, kebutuhan informasi terus berkembang. Demikian pula akses terhadap informasi,
yang dapat diperoleh dengan cepat, mudah dan murah melalui Internet. Globalisasi memberikan
dampak yang cukup signifikan bagi keleluasaan penyebarluasan informasi di dunia. Tidak ada
lagi batasan teritorial negara, bahasa dan zona waktu dalam proses penyebarluasan informasi saat
ini. Secara spesifik, di wilayah regional Asia tenggara, masyarakat ASEAN menyambut
diresmikannya Asean Economic Community di akhir tahun 2015. Tidak hanya berdampak pada
aspek ekonomi, nota kesepakatan ini juga berdampak pada pola konsumsi informasi masyarakat
ASEAN, serta transparansi informasi di dalamnya. Kebutuhan informasi yang cepat, mudah dan
murah mendesak para pemangku kebijakan di instansi perpustakaan di seluruh dunia untuk terus
Septian Sugara,l 2016
ALIVE LIBRARY SEBAGAI BRAND POSITIONING DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH BINA PERSADA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melakukan inovasi dalam mengoptimalkan koleksi perpustakaan, sekaligus meningkatkan
loyalitas segenap pemustaka.
Secara umum, perpustakaan dapat didefinisikan sebagai gedung, ruangan, atau bagian
dari sebuah gedung yang memuat sejumlah koleksi dan dikelola secara profesional, untuk
diakses oleh pemustaka. Achmad dkk (2012, hlm. 3) menyatakan, “perpustakaan adalah sebuah
gedung atau
ruangan yang didalamnya terjadi proses kegiatan pengumpulan, pengolahan,
penyimpanan dan penyebarluasan bahan pustaka (informasi) untuk keperluan pemustaka”.
Secara luas, perpustakaan bahkan tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi, tetapi
juga memiliki makna filosofis, yaitu sebagai pusat peradaban umat manusia. Sebagaimana Shera,
1972 (dalam Laksmi, 2006), menyatakan bahwa “perpustakaan bukan sekedar organisasi tertentu
atau jenis sistem informasi spesifik melainkan sebagai sebuah pranata sosial, kultural, dan
pendidikan yang tak terpisahkan satu sama lain”. Bradbury (2013) bahkan menambahkan,
“Without libraries what we have? We have no past and no future”.
Sebagai suatu pusat peradaban, perpustakaan menjadi lembaga yang sangat hidup dengan
kehadiran pemustaka. Pemustaka merupakan bagian yang sangat penting dalam menjaga
eksistensi suatu perpustakaan. Ranganathan, 1931 (dalam Sen, 2008, hlm.87) menyatakan 5
prinsip utama dalam membangun perpustakaan. Kelima prinsip itu meliputi books are for use,
every reader his/her book, every book its reader, save the time of the reader, dan library is a
growing organism. Berdasarkan kelima prinsip diatas, dapat disimpulkan bahwa salah satu
indikator perpustakaan yang ideal adalah terjadinya keterlibatan pemustaka yang aktif di
dalamnya. Hal ini sesuai dengan konsep alive library yang diterapkan di Perpustakaan Sekolah
Bina Persada (SBP), dimana siswa sebagai pemustaka dilibatkan secara aktif dalam membangun
iklim perpustakaan yang dinamis, demi menjaga eksistensi lembaga perpustakaan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amir (2014), ditemukan bahwa
“terdapat hubungan antara promosi layanan perpustakaan dengan minat kunjung pemustaka di
SMAN 6 Bandung”. Temuan ini juga didukung oleh Aribah (2014) yang dalam penelitiannya
menyatakan bahwa “terdapat hubungan antara peran promosi perpustakaan melalui majalah
dinding untuk mengingkatkan minat kunjung siswa”. Kedua hasil penelitian di atas
Septian Sugara,l 2016
ALIVE LIBRARY SEBAGAI BRAND POSITIONING DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH BINA PERSADA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menunjukkan, terdapat hubungan yang cukup signifikan antara kegiatan promosi dengan minat
kunjung pemustaka.
Banyak cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan minat kunjung, salah satunya
adalah melalui brand positioning. Studi pendahuluan yang dilakukan di Perpustakaan SBP
menunjukkan suatu bentuk promosi yang sangat menonjol, dimana Pustakawan tidak hanya
melakukan promosi melalui media dan user education tetapi langsung menanamkan brand
positioning, melalui sebuah konsep yang disebut alive library. Karena keunggulan tersebut,
peneliti merasa perlu untuk mendalami lebih jauh proses brand positioning ini dibangun dan
bagaimana hasil yang diperoleh. Penelitian ini diperlukan karena di masa mendatang, informasi
berkembang secara lebih cepat dan masif. Tanpa brand positioning, perpustakaan sekolah
memiliki resiko yang sangat besar untuk kehilangan eksistensi, mengingat derasnya arus dan
sumber informasi pada masa yang akan datang.
Brand positioning merupakan salah satu cara yang dapat dipilih untuk dikembangkan dan
diimplementasikan, demi menjaga keberlanjutan lembaga perpustakaan di sekolah. Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan studi kasus, dengan tujuan
untuk menemukan dan
mengungkapkan keunikan atau keunggulan dari suatu fenomena. Berdasarkan latar belakang di
atas, topik yang diangkat oleh peneliti adalah mengenai konsep alive library sebagai brand
positioning di Perpustakaan SBP. Penulis berharap, penelitian
ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan terutama dalam pengembangan implementasi brand
positioning, sehingga kegiatan ini dapat lebih berkembang demi kemajuan perpustakaan sekolah
di Indonesia.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, secara umum masalah yang ingin dipecahkan melalui
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah pola brand positioning ‟alive
library‟ di Perpustakaan SBP?”.
Untuk mempermudah pembahasan, maka peneliti memfokuskan penelitian melalui
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Mengapa Perpustakaan SBP menerapkan brand positioning?
2. Bagaimanakah implementasi brand positioning di Perpustakaan SBP?
Septian Sugara,l 2016
ALIVE LIBRARY SEBAGAI BRAND POSITIONING DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH BINA PERSADA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola
brand positioning „alive library‟ di Perpustakaan SBP.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai :
1. Alasan penerapan brand positioning di Perpustakaan SBP.
2. Implementasi brand positioning di Perpustakaan SBP.
D. Signifikansi Penelitian
Peneliti berharap hasil dan simpulan dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak
yang memiliki perhatian terhadap perkembangan ilmu perpustakaan di Indonesia, terutama
dalam bidang promosi perpustakaan dan brand positioning. Terdapat beberapa manfaat yang
dapat diperoleh oleh penulis dan subjek penelitian, adalah sebagai berikut :
1. Segi Teori
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan ilmiah kepada
penulis dan pembaca mengenai contoh keberhasilan brand positioning dalam
meningkatkan
minat kunjung pemustaka, serta memberikan sumbangan bagi
pengembangan teori ilmu perpustakaan dan informasi, khususnya dalam bidang promosi.
2. Segi Praktik
Dari segi praktik, penelitian ini memberikan gambaran nilai manfaat kepada peneliti,
subjek penelitian dan pihak-pihak lain. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan pengalaman dan pembelajaran berharga, sebagai bagian
komperhensif dari disiplin ilmu yang selama ini diperoleh di bangku kuliah.
b. Bagi Program Studi Perpustakaan dan Informasi
Program Studi Perpustakaan dan Informasi memiliki kajian keilmuan yang sangat
banyak dan berkontibusi dalam pengembangan ilmu perpustakaan dan informasi di
Indonesia. Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan acuan dalam
pengadaan kajian mengenai brand positioning demi peningkatan kompetensi lulusan
Program Studi Perpustakaan dan Informasi.
Septian Sugara,l 2016
ALIVE LIBRARY SEBAGAI BRAND POSITIONING DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH BINA PERSADA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Bagi Lembaga Perpustakaan
Sebagai salah satu sumber informasi, perpustakaan harus terus melakukan inovasi
untuk meningkatkan kualitas layanan, sekaligus memupuk loyalitas dan dedikasi
segenap pemustaka. Oleh karena itu, diperlukan implementasi brand positioning
sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan eksistensi perpustakaan.
d. Bagi Perpustakaan Sekolah Bina Persada
Bagi Perpustakaan SBP, penelitian ini memuat sejumlah informasi faktual mengenai
keberhasilan implementasi brand positioning di Perpustakaan SBP. Diharapkan,
penelitian ini mampu menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam menetapkan
kebijakan, terutama dalam pengembangan brand positioning di perpustakaan.
e. Bagi Mahasiswa Program Studi Perpustakaan dan Informasi
Sebagai calon Pustakawan, mahasiswa Program Studi Perpustakaan dan Informasi
idealnya mampu memahami berbagai upaya dalam mempertahankan eksistensi
perpustakaan, salah satunya melalui brand positioning. Melalui penelitian ini,
diharapkan terjadi peningkatan pemahaman mengenai pentingnya implementasi brand
positioning di perpustakaan, sekaligus menjadi kajian yang baru dalam memperdalam
ilmu perpustakaan dan informasi yang ditekuni.
f. Bagi Peneliti Selanjutnya
Ke depan, seiring perkembangan perpustakaan yang menekankan ke arah ilmu
informasi, perlu kajian lebih fokus pada promosi perpustakaan. Pola yang dikonstruksi
dalam penelitian ini diharapkan bisa dikembangkan menggunakan metode kuantitatif
agar bisa diterapkan di perpustakaan sekolah lain pada umumnya di masa mendatang.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima bab sebagai berikut.
Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitan, fokus penelitian,
tujuan penelitian, signifikansi penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab ini akan menjadi
Septian Sugara,l 2016
ALIVE LIBRARY SEBAGAI BRAND POSITIONING DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH BINA PERSADA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
acuan dalam pencarian teori yang akan disampaikan pada Bab II, menjadi landasan dan kerangka
dalam menetapkan desain, teknik, dan prosedur penelitian yang akan disampaikan pada Bab III,
sebagai intisari dan konsep awal dalam mengulas hasil penelitian yang akan dipaparkan pada bab
IV, sekaligus menjadi pembuka yang akan ditutup pada bab V.
Bab II adalah kajian pustaka. Kajian pustaka memiliki peran yang sangat penting karena
menunjukkan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Kajian pustaka
berfungsi sebagai landasan teoritis dalam menyusun pertanyaan dan instrumen penelitian yang
akan disampaikan pada Bab III. Selain itu, kajian pustaka pada Bab ini akan menjadi dasar
rujukan pada pemaparan hasil penelitian pada Bab IV.
Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk lokasi,
populasi, sampel, desain penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data,
analisis data, dan prosedur penelitian. Data yang terhimpun akan diolah dan dipaparkan pada
Bab IV.
Bab IV berisi pemaparan hasil pengolahan data dan pembahasan temuan. Pemaparan
dilakukan dengan mengacu kepada kajian pustaka yang telah disampaikan pada Bab II, dan
dirangkum menjadi simpulan pada Bab V.
Bab V berisi simpulan dari hasil pemaparan pada Bab IV dan rekomendasi untuk
memperbaiki kekurangan yang ditemukan berdasarkan hasil penelitian.
Septian Sugara,l 2016
ALIVE LIBRARY SEBAGAI BRAND POSITIONING DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH BINA PERSADA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perpustakaan Sekolah Bina Persada (SBP) merupakan sebuah perpustakaan sekolah yang
terletak di Jl. Setra Duta Cemara, Blok K, Setra Duta Residence, Kota Bandung. Sebagai sebuah
lembaga pendidikan multinasional, siswa di sekolah ini berasal dari berbagai negara di Asia. Itu
sebabnya, sebagian besar koleksi di perpustakaan ini merupakan koleksi berbahasa Inggris.
Ruang perpustakaan sekolah ini bersih dan nyaman. Fasilitas yang memadai didukung oleh
pelayanan yang prima, menjadi alasan tersendiri bagi pemustaka untuk berlama-lama singgah di
perpustakaan ini. Di sudut-sudut ruangan, terlihat beberapa kertas kecil berbagai warna dan
ukuran yang ditempelkan ke dinding.
Di kertas-kertas itu terdapat tulisan tangan yang nampaknya ditulis oleh anak usia taman
kanak-kanak. Salah satunya bertuliskan “my hero is librarian. She teaches me how to write and
read”. Fasilitas dan layanan yang diberikan di perpustakaan ini mendukung proses belajar
mengajar. Pada perpustakaan ini, konsep alive library diberlakukan, dengan tujuan untuk
meningkatkan rasa memiliki pemustaka terhadap perpustakaan. “Intinya saya mau perpustakaan
ini hidup sih sep. cause a good library is an alive library. Tuh lihat, (menunjuk karya siswa)
catatan ini (menyentuh kertas-kertas kecil yang ditempel di pintu perpustakaan), gambar-gambar,
semuanya hasil karya siswa. Jadi siswa itu punya sense of belonging sama perpustakaan1”.
Konsep alive library merupakan salah satu contoh implementasi brand positioning yang
berhasil diterapkan di perpustakaan. Brand positioning merupakan salah satu strategi pemasaran
yang menonjolkan nilai keunggulan dan keunikan dari sebuah barang atau jasa, untuk menarik
perhatian pemustaka dan mengikatnya untuk menjadi pemustaka setia.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memaksimalkan frekuensi kunjungan para siswa
sebagai
pemustaka, sehingga akhirnya menjadi pemustaka setia. Hal ini sesuai dengan pendapat
1
Hasil wawancara dengan KI, tanggal 13 November 2015 pukul 10.47 WIB
Keller (2009) yang menyatakan bahwa, “Positioning is the act of designing the company‟s
offering and image to occupy a distinctive place in the minds of the target market”.
Septian Sugara,l 2016
ALIVE LIBRARY SEBAGAI BRAND POSITIONING DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH BINA PERSADA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Brand positioning merupakan salah satu metode promosi perpustakaan, yaitu
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pustakawan untuk memperkenalkan, menjelaskan, dan
mengajak pemustaka untuk berkunjung ke perpustakaan, dengan tujuan meningkatkan jumlah
kunjungan dan memaksimalkan pemanfaatan koleksi di perpustakaan sekolah. Maradjo, 1975
(dalam Sudarsana dan Bastiano, 2007, hlm.42) mendefinisikan promosi perpustakaan sebagai
“usaha-usaha atau penggalakan atau bantuan memajukan perpustakaan”. Edsall, 1980 (dalam
Santoso, 1995) menambahkan, “promosi adalah suatu bentuk komunikasi yang meliputi tiga
aspek yaitu memberitahu (to inform), mempengaruhi (to influence), dan membujuk (to
persuade)”.
Mengingat tujuan promosi adalah untuk mengajak pemustaka berkunjung ke
perpustakaan, maka dapat dikatakan bahwa hasil akhir dari sebuah promosi adalah peningkatan
minat kunjung pemustaka. Menurut Suwarno (2009, hlm.111), “pengunjung, anggota, dan
pemakai perpustakaan adalah sasaran utama penyeleggaraan perpustakaan”. Artinya, semakin
tinggi frekuensi kunjungan dan interaksi pemustaka dengan perpustakaan, maka semakin tinggi
pula tingkat keberhasilan suatu perpustakaan dan mutu perpustakaan itu sendiri. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa untuk meningkatkan mutu perpustakaan, dibutuhkan kegiatan promosi yang
memadai. Adapun kegiatan promosi yang memadai menurut Saladin (2006, hlm.128) harus
memenuhi beberapa komponen yang meliputi pemasaran, promosi langsung, publikasi, promosi
penjualan, dan penjualan langsung.
Alasan yang logis mengenai pentingnya kegiatan promosi di perpustakaan. Memasuki
abad ke 21, kebutuhan informasi terus berkembang. Demikian pula akses terhadap informasi,
yang dapat diperoleh dengan cepat, mudah dan murah melalui Internet. Globalisasi memberikan
dampak yang cukup signifikan bagi keleluasaan penyebarluasan informasi di dunia. Tidak ada
lagi batasan teritorial negara, bahasa dan zona waktu dalam proses penyebarluasan informasi saat
ini. Secara spesifik, di wilayah regional Asia tenggara, masyarakat ASEAN menyambut
diresmikannya Asean Economic Community di akhir tahun 2015. Tidak hanya berdampak pada
aspek ekonomi, nota kesepakatan ini juga berdampak pada pola konsumsi informasi masyarakat
ASEAN, serta transparansi informasi di dalamnya. Kebutuhan informasi yang cepat, mudah dan
murah mendesak para pemangku kebijakan di instansi perpustakaan di seluruh dunia untuk terus
Septian Sugara,l 2016
ALIVE LIBRARY SEBAGAI BRAND POSITIONING DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH BINA PERSADA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melakukan inovasi dalam mengoptimalkan koleksi perpustakaan, sekaligus meningkatkan
loyalitas segenap pemustaka.
Secara umum, perpustakaan dapat didefinisikan sebagai gedung, ruangan, atau bagian
dari sebuah gedung yang memuat sejumlah koleksi dan dikelola secara profesional, untuk
diakses oleh pemustaka. Achmad dkk (2012, hlm. 3) menyatakan, “perpustakaan adalah sebuah
gedung atau
ruangan yang didalamnya terjadi proses kegiatan pengumpulan, pengolahan,
penyimpanan dan penyebarluasan bahan pustaka (informasi) untuk keperluan pemustaka”.
Secara luas, perpustakaan bahkan tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi, tetapi
juga memiliki makna filosofis, yaitu sebagai pusat peradaban umat manusia. Sebagaimana Shera,
1972 (dalam Laksmi, 2006), menyatakan bahwa “perpustakaan bukan sekedar organisasi tertentu
atau jenis sistem informasi spesifik melainkan sebagai sebuah pranata sosial, kultural, dan
pendidikan yang tak terpisahkan satu sama lain”. Bradbury (2013) bahkan menambahkan,
“Without libraries what we have? We have no past and no future”.
Sebagai suatu pusat peradaban, perpustakaan menjadi lembaga yang sangat hidup dengan
kehadiran pemustaka. Pemustaka merupakan bagian yang sangat penting dalam menjaga
eksistensi suatu perpustakaan. Ranganathan, 1931 (dalam Sen, 2008, hlm.87) menyatakan 5
prinsip utama dalam membangun perpustakaan. Kelima prinsip itu meliputi books are for use,
every reader his/her book, every book its reader, save the time of the reader, dan library is a
growing organism. Berdasarkan kelima prinsip diatas, dapat disimpulkan bahwa salah satu
indikator perpustakaan yang ideal adalah terjadinya keterlibatan pemustaka yang aktif di
dalamnya. Hal ini sesuai dengan konsep alive library yang diterapkan di Perpustakaan Sekolah
Bina Persada (SBP), dimana siswa sebagai pemustaka dilibatkan secara aktif dalam membangun
iklim perpustakaan yang dinamis, demi menjaga eksistensi lembaga perpustakaan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amir (2014), ditemukan bahwa
“terdapat hubungan antara promosi layanan perpustakaan dengan minat kunjung pemustaka di
SMAN 6 Bandung”. Temuan ini juga didukung oleh Aribah (2014) yang dalam penelitiannya
menyatakan bahwa “terdapat hubungan antara peran promosi perpustakaan melalui majalah
dinding untuk mengingkatkan minat kunjung siswa”. Kedua hasil penelitian di atas
Septian Sugara,l 2016
ALIVE LIBRARY SEBAGAI BRAND POSITIONING DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH BINA PERSADA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menunjukkan, terdapat hubungan yang cukup signifikan antara kegiatan promosi dengan minat
kunjung pemustaka.
Banyak cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan minat kunjung, salah satunya
adalah melalui brand positioning. Studi pendahuluan yang dilakukan di Perpustakaan SBP
menunjukkan suatu bentuk promosi yang sangat menonjol, dimana Pustakawan tidak hanya
melakukan promosi melalui media dan user education tetapi langsung menanamkan brand
positioning, melalui sebuah konsep yang disebut alive library. Karena keunggulan tersebut,
peneliti merasa perlu untuk mendalami lebih jauh proses brand positioning ini dibangun dan
bagaimana hasil yang diperoleh. Penelitian ini diperlukan karena di masa mendatang, informasi
berkembang secara lebih cepat dan masif. Tanpa brand positioning, perpustakaan sekolah
memiliki resiko yang sangat besar untuk kehilangan eksistensi, mengingat derasnya arus dan
sumber informasi pada masa yang akan datang.
Brand positioning merupakan salah satu cara yang dapat dipilih untuk dikembangkan dan
diimplementasikan, demi menjaga keberlanjutan lembaga perpustakaan di sekolah. Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan studi kasus, dengan tujuan
untuk menemukan dan
mengungkapkan keunikan atau keunggulan dari suatu fenomena. Berdasarkan latar belakang di
atas, topik yang diangkat oleh peneliti adalah mengenai konsep alive library sebagai brand
positioning di Perpustakaan SBP. Penulis berharap, penelitian
ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan terutama dalam pengembangan implementasi brand
positioning, sehingga kegiatan ini dapat lebih berkembang demi kemajuan perpustakaan sekolah
di Indonesia.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, secara umum masalah yang ingin dipecahkan melalui
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah pola brand positioning ‟alive
library‟ di Perpustakaan SBP?”.
Untuk mempermudah pembahasan, maka peneliti memfokuskan penelitian melalui
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Mengapa Perpustakaan SBP menerapkan brand positioning?
2. Bagaimanakah implementasi brand positioning di Perpustakaan SBP?
Septian Sugara,l 2016
ALIVE LIBRARY SEBAGAI BRAND POSITIONING DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH BINA PERSADA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola
brand positioning „alive library‟ di Perpustakaan SBP.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai :
1. Alasan penerapan brand positioning di Perpustakaan SBP.
2. Implementasi brand positioning di Perpustakaan SBP.
D. Signifikansi Penelitian
Peneliti berharap hasil dan simpulan dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak
yang memiliki perhatian terhadap perkembangan ilmu perpustakaan di Indonesia, terutama
dalam bidang promosi perpustakaan dan brand positioning. Terdapat beberapa manfaat yang
dapat diperoleh oleh penulis dan subjek penelitian, adalah sebagai berikut :
1. Segi Teori
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan ilmiah kepada
penulis dan pembaca mengenai contoh keberhasilan brand positioning dalam
meningkatkan
minat kunjung pemustaka, serta memberikan sumbangan bagi
pengembangan teori ilmu perpustakaan dan informasi, khususnya dalam bidang promosi.
2. Segi Praktik
Dari segi praktik, penelitian ini memberikan gambaran nilai manfaat kepada peneliti,
subjek penelitian dan pihak-pihak lain. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan pengalaman dan pembelajaran berharga, sebagai bagian
komperhensif dari disiplin ilmu yang selama ini diperoleh di bangku kuliah.
b. Bagi Program Studi Perpustakaan dan Informasi
Program Studi Perpustakaan dan Informasi memiliki kajian keilmuan yang sangat
banyak dan berkontibusi dalam pengembangan ilmu perpustakaan dan informasi di
Indonesia. Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan acuan dalam
pengadaan kajian mengenai brand positioning demi peningkatan kompetensi lulusan
Program Studi Perpustakaan dan Informasi.
Septian Sugara,l 2016
ALIVE LIBRARY SEBAGAI BRAND POSITIONING DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH BINA PERSADA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Bagi Lembaga Perpustakaan
Sebagai salah satu sumber informasi, perpustakaan harus terus melakukan inovasi
untuk meningkatkan kualitas layanan, sekaligus memupuk loyalitas dan dedikasi
segenap pemustaka. Oleh karena itu, diperlukan implementasi brand positioning
sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan eksistensi perpustakaan.
d. Bagi Perpustakaan Sekolah Bina Persada
Bagi Perpustakaan SBP, penelitian ini memuat sejumlah informasi faktual mengenai
keberhasilan implementasi brand positioning di Perpustakaan SBP. Diharapkan,
penelitian ini mampu menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam menetapkan
kebijakan, terutama dalam pengembangan brand positioning di perpustakaan.
e. Bagi Mahasiswa Program Studi Perpustakaan dan Informasi
Sebagai calon Pustakawan, mahasiswa Program Studi Perpustakaan dan Informasi
idealnya mampu memahami berbagai upaya dalam mempertahankan eksistensi
perpustakaan, salah satunya melalui brand positioning. Melalui penelitian ini,
diharapkan terjadi peningkatan pemahaman mengenai pentingnya implementasi brand
positioning di perpustakaan, sekaligus menjadi kajian yang baru dalam memperdalam
ilmu perpustakaan dan informasi yang ditekuni.
f. Bagi Peneliti Selanjutnya
Ke depan, seiring perkembangan perpustakaan yang menekankan ke arah ilmu
informasi, perlu kajian lebih fokus pada promosi perpustakaan. Pola yang dikonstruksi
dalam penelitian ini diharapkan bisa dikembangkan menggunakan metode kuantitatif
agar bisa diterapkan di perpustakaan sekolah lain pada umumnya di masa mendatang.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima bab sebagai berikut.
Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitan, fokus penelitian,
tujuan penelitian, signifikansi penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab ini akan menjadi
Septian Sugara,l 2016
ALIVE LIBRARY SEBAGAI BRAND POSITIONING DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH BINA PERSADA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
acuan dalam pencarian teori yang akan disampaikan pada Bab II, menjadi landasan dan kerangka
dalam menetapkan desain, teknik, dan prosedur penelitian yang akan disampaikan pada Bab III,
sebagai intisari dan konsep awal dalam mengulas hasil penelitian yang akan dipaparkan pada bab
IV, sekaligus menjadi pembuka yang akan ditutup pada bab V.
Bab II adalah kajian pustaka. Kajian pustaka memiliki peran yang sangat penting karena
menunjukkan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Kajian pustaka
berfungsi sebagai landasan teoritis dalam menyusun pertanyaan dan instrumen penelitian yang
akan disampaikan pada Bab III. Selain itu, kajian pustaka pada Bab ini akan menjadi dasar
rujukan pada pemaparan hasil penelitian pada Bab IV.
Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk lokasi,
populasi, sampel, desain penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data,
analisis data, dan prosedur penelitian. Data yang terhimpun akan diolah dan dipaparkan pada
Bab IV.
Bab IV berisi pemaparan hasil pengolahan data dan pembahasan temuan. Pemaparan
dilakukan dengan mengacu kepada kajian pustaka yang telah disampaikan pada Bab II, dan
dirangkum menjadi simpulan pada Bab V.
Bab V berisi simpulan dari hasil pemaparan pada Bab IV dan rekomendasi untuk
memperbaiki kekurangan yang ditemukan berdasarkan hasil penelitian.
Septian Sugara,l 2016
ALIVE LIBRARY SEBAGAI BRAND POSITIONING DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH BINA PERSADA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu