D PLS 1201658 Chapter3

82

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Disain Penelitian
Penelitian kualitatif pengungkapan proses dan interpretasi makna.
Berpegang pada anggapan bahwa transformasi budaya mengacu pada proses
belajar yang mencari bentuknya sesuai dengan perkembangan zaman yang
menuntut adanya perubahan nilai-nilai yang dapat lebih kuat bertahan dalam
pergumulan kehidupan modernisasi dan rasionalisasi.
Dalam penelitian ini, peneliti memposisikan diri di luar situasi sosial yang
sedang diteliti dan tidak berusaha mempengaruhi proses sosial yang diteliti agar
data yang dikumpulkan sesuai dengan konteks sosial yang sebenarnya.
Pengumpulan data dilakukan melalui interaksi secara langsung dengan beberapa
orang yang menjadi sumber informasi atau informan yang sengaja dipilih dalam
setting penelitian untuk menggambarkan perilaku, keyakinan, pemikiran, dan
persepsi individu atau sosial secara kolektif.
Pemilihan metode penelitian kualitatif didasarkan pada pertimbangan
bahwa penelitian dapat terfokus pada upaya menggambarkan dan menjelaskan
pemahaman terhadap karakteristik dan pemikiran dari perilaku komunitas yang

sulit diukur dengan angka, maka penggunaan metode penelitian kualitatif ini
dipandang tepat dan fleksibel guna mencapai tujuan penelitian. Menurut Rusidi
(2013), beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode
penelitian kulitatif, yaitu:
1.

Metode kualitatif memungkinkan untuk mengamati dan memahami gejala
kehidupan komunitas masyarakat secara personal dan memandang mereka
sebagaimana mereka sendiri mengungkapkan pandangan dunianya (world
view). Di samping itu memungkinkan pula untuk dapat mengungkap

pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
2.

Metode kualitatif memungkinkan untuk melakukan verifikasi dan eksplanasi
secara lebih mendalam pada saat menemukan perilaku masyarakat yang
diteliti yang secara konseptual dipandang berbeda dari apa yang seharusnya.
82

Rudi Amir, 2016

BELAJAR BERTUKAR PENGALAMAN DALAM TRANSFORMASI BUDAYA WIRAUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

83

Dengan melakukan cross check terhadap hal-hal yang terjadi di lapangan
yang dinilai menyimpang itu dapat mempertinggi validitas dan akurasi data.
3.

Dalam metode penelitian kualitatif sebagian besar data yang dikumpulkan
berupa kata-kata verbal, bukan berupa angka, baik lisan maupun tulisan yang
diambil dari sejumlah informan yang berhubungan dengan objek penelitian.

4.

Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang berhubungan
dengan suatu teori tertentu dan berdasarkan angka, tetapi lebih dimaksudkan
untuk “menguji” dalam arti mengembangkan teori berdasarkan data yang
ditemukan. Dengan demikian, teori-teori yang dipandang sudah mapan dalam
bidang ini hanya dijadikan sebagai kerangka acuan guna memberi arah dan

memagari, agar penelitian ini tidak keluar dari tujuan semula.

5.

Telaah dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama melakukan
pengumpulan data di lapangan, karena analisis muncul dengan sendirinya
pada saat menafsirkan data sejak awal sampai dengan akhir penelitian.
Pendekatan penelitian dalam mengumpulkan data dan menganalisis data

sampai pada penyebar luasan informasi hasil penelitian merupakan suatu spiral
yang berlangsung secara simultan sampai pada tingkat kejenuhan data yang
dibutuhkan, dapat dilihat pada gambar berikut:

Ideas

Theory

design

data collection


analysis

disseminations

Gambar: 3.1. Spiraling Research Approach (Ber & Lune, 2012, hlm. 25)
B. Metode Penelitian
Penelitian

ini

menggunakan

metode

penelitian

kualitatif

untuk


mengeksplorasi secara mendalam fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat
pengrajin Anyaman Serat Lontar dan pengrajin Kapal Pinisi, serta mengungkap
Rudi Amir, 2016
BELAJAR BERTUKAR PENGALAMAN DALAM TRANSFORMASI BUDAYA WIRAUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

84

pengalaman-pengalaman pembelajaran yang dialami oleh individu maupun
kelompok di dalam masyarakat tersebut. Pengalaman-pengalaman pembelajaran
yang diungkap melalui eksplorasi secara mendalam, luas dan komprehensif ini
merupakan pengalaman yang terjadi melalui suatu proses pertukaran pengalaman.
Dengan metode Penelitian kualitatif, peneliti dapat mengungkap fenomena sosial
berdasarkan latar dan konteks sosial yang ingin dipotret.
Oleh karena itu, penelitian ini untuk memahami dinamika perkembangan
dan prospek kelompok anyaman serat lontar dan pembuatan kapal phinisi ke
depan dalam transformasi budaya wirausaha dalam konteks pendidikan
nonformal. Kajian dalam Konteks pendidikan nonformal untuk memahami proses
belajar yang telah berkembang sehubungan dengan upaya pelestarian budaya dan

identitas sosial yang telah mengalami pasang surut dalam perkembangannya.
Dengan penelitian kualitatif, maka peneliti menjadi orang yang benar-benar
masuk ke dalam setting alamiah dan membuat observasi, sehingga lebih
naturalistik dan lebih memahami kasus-kasus yang berkembang di dalamnya
(berorientasi kasus).
Penelitian ini melakukan kajian secara mendalam terhadap fenomena
transformasi budaya melalui suatu proses belajar bertukar pengalaman dan
melihat setiap bagian kecil sebagai sesuatu yang menarik untuk diungkap
kepermukaan secara jelas dan mendalam. Penelitian kualitatif dapat membuat
peneliti memotret fenomena secara luas dan mendalami sesuai dengan apa yang
terjadi dan berkembang pada situasi social. “Gejala yang diteliti bersifat holistik
berdasarkan keseluruhan situasi social yang diteliti meliputi aspek tempat (space),
pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis”
(Sugiyono 2013, hlm.206).
Penelitian kualitatif untuk menjelaskan data-data yang berbentuk lisan dan
tulisan agar dapat lebih memahami secara lebih mendalam terhadap fenomenafenomena atau peristiwa-peristiwa setting sosial yang berhubungan dengan
transformasi budaya wirausaha pada masyarakat penganyam serat lontar dan
pembuat kapal phinisi. Walaupun dalam awal penelitian terjadi sesuatu yang sulit
untuk dilakukan untuk mengungkap data dan fakta fenomena sosial yang
Rudi Amir, 2016

BELAJAR BERTUKAR PENGALAMAN DALAM TRANSFORMASI BUDAYA WIRAUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

85

dibutuhkan, namun setelah mendalami dan mempelajari sosial tersebut, maka data
yang diperoleh akan semakin fokus pada tema yang diteliti (Mertler, 2011).
C. Fokus Penelitian
Fokus kajian ini merupkan acuan yang memandu peneliti dalam melakukan
kajian secara mendalam pada konteks pembelajaran bertukar pengalaman dalam
transformasi budaya wirausaha, sebagaimana berikut:
1. Kegiatan wirausaha adalah berlangsungnya suatu kegiatan usaha yang dimulai
dari (1) penyiapan bahan baku, (2) pengolahan bahan baku, (3) proses
produksi dan (4) pemasaran.
2. Belajar bertukar pengalaman adalah kegiatan belajar yang dilakukan melalui
proses pertukaran pengalaman dari generasi tua (sumber belajar) kepada
generasi muda (warga belajar) dan pertukaran pengalaman antar generasi
muda (antar warga belajar). Proses belajar bertukar pengalaman berlangsung
dalam tahapan sebagai berikut: (1) perekrutan warga belajar, (2) penyiapan
narasumber/tutor, (3) penentuan jadwal belajar, (4) penetapan tujuan, (5)

materi pembelajaran, (6) cara penyampaian materi, (7) media pembelajaran,
(8) penilaian hasil belajar.
3. Transformasi budaya wirausaha adalah suatu kegiatan pewarisan budaya
wirausaha secara keseluruhan atau sebagian, dari satu generasi ke generasi
selanjutnya.
4. Wujud budaya wirausaha adalah suatu cara pandang, sikap, pola pikir, dan
pola tindak yang dimiliki oleh seseorang dalam upaya untuk menemukan dan
menafaatkan berbagai peluang-peluang usaha yang ada disekitarnya dalam
upaya untuk meningkatkan taraf hidupnya, seperti (1) terbangunnya
kepercayaan diri, (2) berorientasi pada tugas dan hasil, (3) kemampuan
pengambilan resiko, (4) kepeimpinan, (5) keorisinilan, (6) berorientasi ke
masa depan.
5. Pengembangan hasil transformasi budaya wirausaha adalah suatu proses
pengembangan hasil pewarisan budaya dalam upaya mengikuti perubahan
kebutuhan dan seleras masyarakat yang sedang dihadapi. Kegiatan
pengembangan dilakukan dalam beberapa cara: (1) pengembangan Sumber
Rudi Amir, 2016
BELAJAR BERTUKAR PENGALAMAN DALAM TRANSFORMASI BUDAYA WIRAUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


86

Daya

Manusia,

(2)

Pengembangan

kelembagaan/kelompok,

(3)

Pengembangan produk budaya, (4) Pengembangan Jaringan dan pemasaran.
D. Lokasi dan Subjek Penelitian
Tidak ada kriteria yang pasti untuk menentukan informan penelitian, namun
demikian beberapa kriteria yang dapat dijadikan acuan dalam memilih informan
dalam penelitian ini sebagaimana dikemukakan oleh Kuswarno (2009, hlm.60-61)
antara lain:

(1) Informan mengalami langsung situasi atau kejadian yang bekaitan
dengan topik penelitian, (2) Informan mampu menggambarkan kembali
fenomena yang telah dialaminya terutama dalam sifat alamiah dan
maknanya, (3) Bersedia untuk terlibat dalam kegiatan penelitian ini, (4)
Bersedia untuk diwawancarai dan direkam aktifitasnya selama wawancara
atau selama penelitian berlangsung, (5) Memberikan persetujuan untuk
mempublikasikan hasil penelitian.
Penelitian ini dilakukan pada masyarakat penganyam serat lontar di Desa
Bontokassi Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar dan masyarakat
pembuat kapal pinisi di Desa Tana Beru Kecamatan Bontobahari Kabupaten
Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan. Penentuan dua kelompok masyarakat
tersebut karena keduanyan memiliki identitas budaya yang mampu diwariskan
dari satu generasi kegenerasi berikutnya dan tetap eksis sampai saat ini. Kerajinan
anyaman serat lontar ditekuni oleh kaum perempuan, sedangkan pembuatan kapal
phinisi ditekuni oleh kaum laki-laki
Penentuan sampel atau sumber informasi/informan dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu penentuan sampel atau subjek
penelitian dengan pertimbangan keterlibatan secara langsung dan pemahaman
yang mendalam terhadap fenomena atau peristiwa yang berhubungan dengan
fokus masalah yang diteliti.

Subjek penelitian sebanyak 7 orang yang terdiri dari 1 orang pengrajin
anyaman serat lontar, 1 orang pembuat Kapal Pinisi yaitu ketua kelompok, dan 2
orang tokoh masyarakat/pendamping pengrajin anyaman serat lontar dan 1 orang
pengusaha kapal phinisi, dan 2 orang unsur pemerintah yang dianggap memiliki
terterkaitan terhadap keberlangsungan pengrajin anyaman serat lontar dan kapal

Rudi Amir, 2016
BELAJAR BERTUKAR PENGALAMAN DALAM TRANSFORMASI BUDAYA WIRAUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

87

phinisi.
Tabel 3.1. Banyaknya Jumlah Sumber Informasi/Informan dalam kegiatan
wawancara
No

Informan Penelitian

Jumlah

1

Pengrajin anyaman serat

1 orang

2

Tukang dan Pengusaha Kapal Phinisi

2 orang

3

Pemerhati/pendamping (anyaman serat lontar )

2 orang

Pihak Pemerintah setempat yang terkait dengan
objek penelitian
Jumlah
Sumber: Hasil wawancara 2016.
4

2 orang
7 orang

Penentuan informan dalam penelitian ini adalah mereka yang dianggap
dapat memberikan informasi secara valid, sebagaimana yang dikemukakan
Sugiyono (2013, hlm.221) mengemukakan bahwa sampel sebagai sumber data
atau sebagai informan sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Mereka yang menguasai atau yang memahami sesuatu melalui proses
enkulutrasi, tetapi sesuatu itu bukan saja diketahui etapi juga telah
dihayati dengan baik.
2. Mereka yang masih tergolong sedang berkecimpung atau terlibat pada
kegiatan yang sedang diteliti.
3. Mempunyau waktu untuk dimintai informasi
4. Tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya” sendiri,
tetapi informasi yang sesuai dengan situasi social yang terjadi, sesuai
dengan kebutuhan informasi peneliti.
5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti,
sehingga menggairahkan untuk bisa dijadikan semacam guru atau
narasumber.
Para informan dalam penelitian ini bisa memberikan data secukupnya,
meskipun dalam hal-hal tertentu memerlukan ketekunan untuk memahaminya
secara objektif, logis, dan benar. Selain itu, informan merasa tidak keberatan
namanya ditulis dengan jelas dalam penelitian ini. Namun demikian, dalam
rangka menghindari subjektifitas, penulis tetap menyamarkan nama jelas dari
mereka dengan hanya menulis inisial dalam penyajian hasil penelitian .
E. Teknik Pengumpulan Data
Dengan pertimbangan bahwa dalam penelitian kualitatif, tugas peneliti

Rudi Amir, 2016
BELAJAR BERTUKAR PENGALAMAN DALAM TRANSFORMASI BUDAYA WIRAUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

88

adalah memotret dan menjabarkan suatu fenomena apa adanya, peneliti tidak
boleh melakukan manipulasi terhadap lingkungan sosial subjek yang diteliti agar
kealamiahan subjek dengan lingkungannya tidak terganggu dengan tujuan untuk
memperoleh pemahaman

yang mendalam

tentang subjek

yang

diteliti

(Herdiansyah, 2013).
Data yang diperlukan dalam penelitian kualitatif ialah data yang disajikan
dalam bentuk kata verbal, bukan dalam bentuk angka (Muhadjir, 1998), maka
teknik penelitian dalam rangka pengumpulan data primer dan sekunder di
lapangan digunakan dengan: observasi, wawancara mendalam (in-depth
interview), dan dokumentasi.

Pada saat observasi dilakukan, peneliti mencatat segala peristiwa yang
ditemukan di lapangan yang dipandang sesuai dengan topik penelitian. Catatan
penelitian itu selain mendokumentasikan peristiwa yang dijumpai, dilihat, dan
didengar, juga dilengkapi dengan catatan peneliti tentang peristiwa yang
dipandang perlu diberikan catatan. Namun pada saat yang sama, perasaan,
imajinasi, pandangan-pandangan subyektif yang terjadi pada peneliti sendiri juga
perlu memperoleh catatan yang dapat dijadikan bahan-bahan untuk melengkapi
data-data yang apabila diperlukan dapat menambah dan mungkin malah penting
untuk melengkapi.
Teknik wawancara mendalam digunakan untuk mengumpulkan informasi
yang berhubungan dengan proses belajar bertukar pengalaman dalam transformasi
budaya wirausaha pada pengrajin anyaman serat lontar dan pembuat kapal phinisi.
Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh informasi sejumlah informan
kunci, yang dianggap sebagai tokoh kunci dalam penelitian, seperti pengrajin
anyaman serat lontar dan pembuat kapal pinisi, tokoh masyarakat, dan unsur
pemerintah yang dianggap secara langsung maupun tidak langsung ada kaitannya
dengan proses transformasi budaya berbasis wirausaha di lokasi penelitian.
Instrumen

wawancara

berbentuk

uraian

bebas

yang

ditujukan

untuk

mengungkapkan pendapat atau aktivitas yang dilaksanakan.
Pengumpulan data akan dilakukan langsung peneliti dengan pertimbangan:
(1) Peneliti sebagai alat peka yang dapat bereaksi terhadap segala stimulasi dari
Rudi Amir, 2016
BELAJAR BERTUKAR PENGALAMAN DALAM TRANSFORMASI BUDAYA WIRAUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

89

lingkungan yang diperkirakan beraneka atau tidak bagi penelitian; (2) Peneliti
sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan serta dapat
mengumpulkan aneka ragam data sekaligus; (3) Tiap situasi merupakan
keseluruhan di mana peneliti sebagai instrumen dapat memahami situasi dan seluk
beluknya; (4) Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisa data yang
diperoleh, menafsirkannya, untuk menentukan arah pengamatan selanjutnya.
F. Sumber Data
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer ialah sumber data pokok dan sekaligus menjadi sumber
kunci, yang terdiri dari warga belajar, tokoh masyarakat atau orang yang terlibat
baik langsung maupun tidak terhadap terjadinya proses belajar bertukar belajar
dalam masyarakat penganyam serat lontar. Melalui observasi dan wawancara
dengan sumber pokok tersebut diharapkan dapat diperoleh “data lunak” (soft
data ). Seluruh data lunak itu tidak segera dianggap memadai dan dipandang

sebagai fakta keras, apabila diperoleh hanya dari satu sumber. Karena itu, perlu
dilakukan konfirmasi dan cross check data kepada sumber yang lain, sehingga
data lunak itu masih memungkinkan mengalami perubahan.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder ialah sumber data pendukung, yang diharapkan dapat
melengkapi sumber data primer. Sumber data sekunder ini terdiri atas berbagai
dokumen terkait dengan fokus penelitian, kepustakaan acuan, laporan penelitian,
dan karya-karya ilmiah atau artikel yang dipublikasikan secara meluas seperti
majalah atau karya-karya ilmiah yang diterbitkan untuk kalangan tertentu seperti
tesis dan disertasi.
G. Rancangan analisis
Sebagai suatu rancangan, ancang-ancang analisis utama dalam penelitian ini
adalah data kualitatif. Moleong, L.J. (2007, hlm.248) mengemukakan bahwa:
Analisi data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang diplajari dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Rudi Amir, 2016
BELAJAR BERTUKAR PENGALAMAN DALAM TRANSFORMASI BUDAYA WIRAUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

90

Analisis data kualitatif merupakan proses penyusunan data agar dapat
ditafsirkan. “data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau
gambar

daripada

angka-angka

(Emzir,

2012).

Menyusun

data

berarti

menggolongkannya ke dalam pola, tema atau kategori. Tafsiran atau interpretasi,
artinya menggolongkannya kepada hasil analisis, menjelaskan pola atau kategori,
mencari hubungan antar berbagai konsep. “Analisis data kualitatif diartikan
sebagai usaha analisis berdasarkan kata-kata yang disusun di dalam teks yang
diperluas” (Mile dan Huberman, 1992, hlm.16). Pengertian kualitatif di sini
bermakna bahwa data yang disajikan berwujud kata-kata dan bukan angka-angka.
Dalam penelitian ini, data hasil wawancara dan pengamatan ditulis dalam suatu
catatan lapangan yang terinci dan terekam yang akan dianalisa secara kualitatif
untuk analisis data akan dilakukan melalui tiga cara, Miles dan Huberman (1992).
yaitu:
1.

Reduksi Data . Data yang diperoleh di lapangan akan diketik ulang dalam

bentuk uraian yang sangat lengkap dan banyak. Data tersebut direduksi,
dirangkum, dipilih hal yang pokok, difokuskan kepada hal yang penting dan
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sehingga data yang direduksi dapat
memberikan suatu gambaran yang lebih mendalam (tajam) tentang hasil
pengamatan dan wawancara.
2.

Display Data . Display data dilakukan mengingat data yang terkumpul

demikian banyak, sehingga data yang terkumpul atau tertumpuk akan
menimbulkan kesulitan dalam menggambarkan rincian keseluruhan dan sulit
pula untuk mengambil kesimpulan. Kesukaran di atas, dapat diatasi dengan
cara membuat model dan paradigma penelitian. Sehingga keseluruhan data
sebagai bagian dari rincian dapat dipetakan dengan jelas.
3.

Kesimpulan dan Verifikasi. Penarikan kesimpulan berdasarkan reduksi dan

penyajian data. Penarikan kesimpulan data berlangsung bertahap dari
kesimpulan umum pada tahap reduksi data, kemudian menjadi lebih spesifik
pada tahap penyajian data yang sudah dipolakan, difokuskan dan disusun
secara sistematik, baik melalui penentuan tema maupun model dan paradigma
penelitian, kemudian disimpulkan, sehingga makna data bisa ditemukan.
Rudi Amir, 2016
BELAJAR BERTUKAR PENGALAMAN DALAM TRANSFORMASI BUDAYA WIRAUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

91

Rangkaian proses ini menunjukkan bahwa analisis data kualitatif dalam
penelitian ini bersifat menggabungkan tahap reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan secara berulang dan bersiklus.
4. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data . Untuk menguji keabsahan data atau
kesimpulan dan hasil verifikasi diperlukan pemeriksaaan ulang terhadap data
yang telah terkumpul. Dalam penelitian kualitatif menggunakan kriteria
derajat

kepercayaan

(kredibilitas),

keteralihan,

kebergantungan,

dan

kepastian.
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah: teknik perpanjangan keikutsertaan, teknik triangulasi, dan
teknik diskusi dengan teman sejawat dan para ahli/pakar. Perpanjangan keikutsertaan digunakan dengan cara menambah jumlah waktu penelitian selama dua
bulan. Perpanjangan keikutsertaan peneliti di latar penelitian akan memungkinkan
adanya peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.
Moleong (1991, hlm.178) mengemukakan bahwa “Teknik triangulasi
dilakukan dengan memanfaatkan dua cara, yaitu triangulasi dengan sumber dan
triangulasi dengan teori”. Triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan
mengecek-balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui key
informan. Sedangkan triangulasi dengan teori, berupa mengkonfirmasikan data

dengan teori. Dengan demikian data yang telah ditemukan dapat terjamin derajat
kepercayaannya. Adapun teknik diskusi dengan teman sejawat dan pakar ini
dilakukan dengan cara menemui teman untuk berkumpul dan mendiskusikan hasil
sementara atau hasil akhir yang diperoleh dari penelitian secara analitik. Dari
diskusi inilah peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap data yang kurang
cocok atau kurang serasi dengan fokus penelitian. Penggunaan metode ini
memungkinkan terhindarnya dari aspek subjektivitas.
Meskipun sebagaimana dijelaskan di atas bahwa kesejatian sumber dan
kesejatian isi merupakan dua hal yang harus dikaji dalam uji validitas.
Selanjutnya, data-data yang diperoleh lewat wawancara mendalam (in depth
interview) menjadi acuan dasar untuk berangkat ke pengembangan hipotesis kerja

Rudi Amir, 2016
BELAJAR BERTUKAR PENGALAMAN DALAM TRANSFORMASI BUDAYA WIRAUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

92

yang terus-menerus sampai memperoleh data jenuh (obtainable data ) yang diuji
secara Triangulation.
Menurut Mc Millan dan Schumacher (2006, hlm.27) bahwa “analisis
dokumen dimulai dari identifikasi, studi, dan mensintesis data untuk memahami
konsep-konsep atau peristiwa-peristiwa lewat observasi atau yang lain”. Dokumen
otentik adalah sumber utama untuk menginterpretasikan fakta-fakta yang dapat
mengeksplanasi

masa

lampau

dan

mengklarifikasikan

makna-makna

kependidikan kolektif yang mungkin dapat mendasari isu-isu dan praktek-praktek
masa kini.
Karena analisis historis melibatkan suatu koleksi sistematis dan kritikkritik dokumen yang menjelaskan peristiwa-peristiwa kependidikan di masa lalu,
seperti program, praktek, institusi, person-person, kebijakan-kebijakan, dan
gerakan-gerakan kependidikan. Analisis ini untuk menguji sebab-sebab dan
peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan masa lampau sampai kepada peristiwaperistiwa kekinian

Rudi Amir, 2016
BELAJAR BERTUKAR PENGALAMAN DALAM TRANSFORMASI BUDAYA WIRAUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu