Analisis Perang Irak 2003 menggunakan ko

Analisis Perang Irak 2003 menggunakan konsep Asymmetric Warfare
(Kemenangan Amerika Serikat dan Sekutu pada Perang yang Asimetris)

Paper
Diajukan sebagai Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Studi Strategi dan Keamanan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Gigih Unggul Halim W.
Ajeng Apriliandari
Dida Eka Putra
Indarwati Widyaningrum
Nurul Fawzia
Saad Fajrul Aziz


D0412018
D0413006
D0413015
D0413025
D0413037
D0413047

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
I.

PENDAHULUAN

Perang merupakan suatu kegiatan yang sangat keji yang sering dilakukan oleh
manusia. Perang sendiri memiliki banyak arti yaitu kondisi atau periode pertempuran
antar   negara   atau   kelompok.   Perang   juga   berarti   situasi   di   mana   orang­orang   atau
kelompok bersaing dengan atau melawan satu sama lain. Arti lain dari perang adalah

upaya terorganisir oleh pemerintah atau organisasi besar lainnya untuk menghentikan
atau   mengalahkan   sesuatu   yang   dipandang   sebagai   berbahaya   atau   buruk 1.  Perang
selalu melibatkan dua atau lebih pihak yang bersengketa atau berkonflik dan saling
menyerang, dan aktor dari perang tersebut tidak harus sebuah negara, namun juga bisa
melibatkan ras, agama, kesatuan, dll. Sebagai salah satu tokoh dalam pemikiran konsep
perang, Machiavelli menyebutkan bahwa perang merupakan suatu dasar yang alamiah
dalam penyelesaian masalah dan juga hal yang penting untuk dilakukan. Jika suatu
negara   gagal   dalam   upaya   diplomasi   untuk   menyelesaikan   konflik   atau   pun   dalam
mencapai kepentingannya, perang menjadi jalan yang penting untuk ditempuh 2.
Machiavelli menambahkan,   jika   suatu   negara   terlibat   dalam   konflik   yang
berujung pada perang, warga negara harus ikut mendukung negara secara penuh, yang
secara sederhana disebut dengan istilah Conscript atau wajib militer3. Tanggung jawab
dalam   mendukung   atau   membela   negara   berada   pada   seluruh   warga   negara.   Oleh
karena itu, wajib militer menjadi hal yang harus dilakukan oleh warga negara dalam
tanggung   jawab   nasionalismenya.   Selain   menjadi   bentuk   tanggung   jawab   dalam
membela negara, wajib militer juga berpengaruh pada penambahan jumlah pasukan
yang akan berperang melawan negara yang menjadi musuhnya. Di dalam hubungan
internasional,   perang   dianggap   sebagai   sesuatu   yang   lazim,   terlepas   dari   apapun
bentuk perang tersebut. salah satu bentuk perang yaitu asymmetric war. 
Asymmetric War merupakan sebuah perang ataupun konflik melawan grup­grup

tertentu   ataupun   terhadap   negara   dengan   dengan   ketidakseimbangan   Militer,   dan
 Merriam­Webster, “War,”  diakses pada 8 November 2015 , http://www.merriam­
webster.com/dictionary/war
2
 Walte Pinem, “Perang Menurut Prinsip Machiavelli,” diakses pada 8 November 2015 
http://www.seniberpikir.com/perang­menurut­prinsip­machiavelli/
3
 Ibid
1

negara   yang   lebih   lemah   menggunakan   cara­cara   khusus   untuk   mengalahkan
musuhnya  seperti   terrorisme,  Gerilya,  Bom  bunuh   diri     ataupun  taktik   dan  strategi
khusus lainnya4.   Dalam   sistem internasional, tercatat sudah ada setidaknya puluhan
perang   besar   yang   pernah   terjadi,   termasuk  Asymmetric   Warfare  yang   kemudian
menyebabkan perubahan pada hubungan internasional setiap negara. Salah satu contoh
bentuk Asymetric Warfare adalah Invasi ke Irak pada tahun 2003.
Invansi   Amerika   Serikat   dan   aliansinya   pada   tahun   2003   ke   Irak   merupakan
salah   satu   bentuk   perang   yang   terjadi   setelah   berakhirnya   Perang   Dingin.   Invasi
tersebut   merupakan   tindak   lanjut   dari   Perang   Teluk   I   dan   II   yang   terjadi   pada   22
September 1980 dan 2 Agustus 1990  5. Pada Perang Teluk pertama, Amerika Serikat

beserta   aliansinya   berusaha   menghancurkan   senjata   biologis   dan   senjata   pemusnah
massal di Irak, sedangkan  pada Perang Teluk II merupakan usaha pembebasan dari
Dewan Keamanan PBB untuk membebaskan Kuwait yang saat itu di iinvasi oleh Irak 6.
Setelah itu United Nations Special Commission (UNSCOM) sebuah badan PBB melakukan
inspeksi ke Irak untuk menjamin kedamaian disana setelah Perang Teluk serta kembali
mencari   kemungkinan   adanya   senjata   pemusnah   massal   lagi,   tetapi   setelah
menginspeksi   istana   kepresidenan,   para   inspektor   yang   menginspeksi   Irak   dilarang
masuk   ke   Irak   lagi.   Akhirnya   pada   November   2002   Dewan   Keamanan   PBB
mengeluarakan   resolusi   1441   dan   dimulailah   invansi   ke   Irak   yang   dipimpin   oleh
Amerika Serikat7.
II.

METODE KONSEPTUAL
Pada bagian Pendahuluan, telah dijelaskan bahwa salah satu bentuk asymmetric
warfare  adalah   peperangan   yang   yang   terjadi   di   Irak   yang   diinisiasi   oleh   Amerika
Serikat.   Perang   yang   awalnya   didasarkan   pada   niatan   untuk   menjaga   perdamaian
4
Asymetric Warfare, Britannica diakses pada 8 November 2015
http://www.britannica.com/topic/asymmetrical-warfare
5

Herimanto, Sejarah, Platinum, Solo, 2013,hlm. 245-246
6
Why did the United States Invades Iraq in 2003?, Popular Social Science diakses
pada 8 November 2015 http://www.popularsocialscience.com/2012/10/25/why-did-theunited-states-invade-iraq-in-2003-2/
7
Ibid Why did the United States Invades Iraq in 2003?, Popular Social Science diakses
pada 8 November 2015

dunia   ini   –setidaknya   itu   yang   selalu   didengung­dengungkan   Amerika­,   kemudian
berubah menjadi invasi   dengan tujuan akhir menggulingkan rezim Saddam Husein
yang berkuasa. Dan terjadilah apa yang disebut dengan asymmetric warfare. Pada bagian
ini,   akan   dijelaskan   bagaiaman   konsep   atau   teori  asymmetric   warfare,   apa
karakteristiknya dan seluk beluk tentang  asymmetric warfare  dan strategi yang dipakai
dalam perang.
1.

Konsep dan Teori asymmetric warfare

Perang Asimetris menurut Dewan Riset Nasional (DRN) adalah suatu model peperangan


yang dikembangkan dari cara berpikir yang tidak lazim, dan di luar aturan peperangan
yang   berlaku,   dengan   spektrum   perang   yang   sangat   luas   dan   mencakup   aspek­
aspek astagatra   (perpaduan   antara   trigatra:   geografi,   demografi,   dan   sumber   daya
alam/SDA; dan pancagatra: ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya).8
Menteri Pertahanan RI Jendral TNI Ryamizard Ryaccudu memaknai asymmetric warfare sebagai
perang non militer atau dalam bahasa populernya dinamai smart power, atau perang non konvensional
merupakan perang murah meriah, tetapi memiliki daya hancur lebih dahsyat daripada bom atom. 9

Istilah asimetris diartikan sebagai perbedaan yang signifikan dalam “kekuatan” dari
aktor­aktor yang berlawanan dalam suatu konflik. Kekuatan tersebut diartikan sebagai
kekuatan   material,   seperti   tentara   profesional   berjumlah   besar,   senjata   canggih,
ekonomi   maju,   dan   sebagainya.10  Perang   asimetris   dilakukan   oleh   antarnegara   atau
antar kelompok seperti perang sipil atau perang saudara.
Beberapa poin umum tentang perang asimetris ditemukan di setiap literatur meliputi: 11
1.
8

Mengadu antara aktor kuat dengan aktor yang lemah 

Ruly Rahadian, “Peranan Intelijen Negara Dalam Situasi Perang Asimetris Untuk

Menegakkan
Bela
Negara”
(diakses
5
November
2015)
http://jurnalpatrolinews.com/2015/08/17/peranan-intelijen-negara-dalam-situasi-perangasimetris-untuk-menegakkan-bela-negara/
9
Ruly Rahadian, “Peranan Intelijen Negara Dalam Situasi Perang Asimetris,”
10
“Perang
Asimetris,”
Kementerian
Pertahanan
RI,
dilihat
5
November
2015,

http://www.kemhan.go.id/kemhan/?pg=31&id=1686.
11
“Asymmetric Warfare: An Historical Perspective,” Defense Technical Information Center, dilihat 5
November 2015, http://www.dtic.mil/get-tr-doc/pdf?AD=ADA363836.

2.

Menggunakan   metode   tak   terduga,   tidak   konvensional,   atau   inovatif

3.

serangan atau pertahanan
Menawarkan efek yang tidak proporsional dalam hal hasil untuk investasi

4.

militer atau keuangan
Ancaman asimetris dapat berupa teknologi atau berbasis budaya

Perang asimetrik terdiri dari tiga bagian12:

1.
2.

Cyber warfare atau operasi ofensif dalam perang informasi
Senjata  penghancur   massal   seperti   senjata   biologi,   kimia,   nuklir,   dan

3.

radiologi
Senjata konvensional yang direkayasa menjadi non­konvensional dengan
taktik­taktik modern, seperti peningkatan teknologi amunisi dengan daya
ledak besar

2.

Tipologi Perang Asimetris 
Berikut   menggunakan   perbandingan   pendekatan   langsung   dan   tidak

langsung:13
1.


Strategi langsung
Pendekatan serangan maupun pertahanan secara langsung yaitu dengan
memanfaatkan kekuataan militer untuk membentuk pertahanan dan juga
menyerang musuh. Adapun target dari strategi ini adalah pasukan militer
musuh dengan tujuan untuk mengambil alih kontrol dan melumpuhkan

2.

kekuataan militer musuh.
Strategi tidak langsung
Pendekatan   serangan   maupun   pertahanan   secara   tidak   langsung   yaitu
dengan tujuan yang sama untuk menghancurkan kapasitas musuh namun

12

Alfisyahrianti. “Kebijakan Asia Pivot Amerika Serikat di Bawah Pemerintahan Obama” (diakses 5
November
2015)
http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/4250/JURNAL%20SKRIPSI

%20NEW.pdf?sequence=1
13
Fitrah, Ladia. “Paradigma Realisme, Liberalisme dan Konstruktivisme menjelaskan tindakan AS dalam
Menghadapi Terorisme Al Qaeda Pasca Serangan 9/11 (2001-2011)” (diakses 5November 2015) lib.ui.ac.id/file?
file=digital/20350951-TA-Ladia%20Fitrah.pdf

dengan   memanfaatkan   sumber   kekuatan   tidak   hanya   militer   seperti
teknologi, kampanye, ideologi, budaya dan sebagainya.

3.

Strategi dan Taktik asymmetric warfare
Beberapa hal yang menjadi taktik perang asimetrik14:
1.

Mencari   peluang   secara   khusus   untuk   memiliki   keunggulan   teknologi
yang  dapat  mengungguli  jumlah kekuatan  pasukan lawan  dalam skala

2.

gelaran.
Pelatihan   taktik   diutamakan   pada   konsentrasi   pasukan   kecil   taktis

3.

berkemampuan tinggi yang khas.
Saat terjadi situasi dimana lawan berkekuatan besar telah menyerang  dan
menduduki, maka gelaran siasat “tidak biasa” dipilih dengan taktik  hit
and   run,   gangguan­gangguan   tanpa   harus   keluar   dari   jalur   perang

4.

konvensional
Melakukan   berbagai   manipulasi   situasi   seperti   misalnya   dengan
memanfaatkan   atribut­atribut   yang   diakui   badan   dunia   sebagai   atribut
netral  seperti  misalnya eksploitasi mobil ambulan untuk  memindahkan
pasukan   atau   menyerang   dari   balik   gedung   rumah   sakit   atau   bahkan

5.

tempat pengungsian. 
Psy­war  memainkan peran besar dalam gelaran taktik perang asimetrik. 
Otak menjadi andalah utama sebagai mesin perang dominan.

4.

Karakteristik Asymmetric Warfare
Perang   asimetris   atau  Asymmetric   Warfare  dalam   hal   ini   memiliki   ciri   atau
karakteristik yang membedakan dengan perang lain, seperti:
1.

Melibatkan dua aktor atau lebih dengan kekuatan yang tidak seimbang
dan mencakup spektrum perang yang luas. 

14

Mayjen TNI Zahari Siregar. “Tinjauan Sekilas Tentang Perang Terorisme Sebagai
Strategi
Perang
Asimetrik
Modern
Abad
21”
(diakses
5
November
2015)
http://www.tniad.mil.id/index.php/2014/08/tinjauan-sekilas-tentang-perang-terorismesebagai-strategi-perang-asimetrik-modern-abad-21/

2.

Bersifat   transnasional,   tidak   mengenal   medan   perang   yang   pasti,   tidak
membedakan sipil dan militer, tidak mengenal masa perang dan damai,

3.

serta tidak mengenal garis depan. 15
Cenderung tidak teratur karena medan perangnya tidak ditentukan, tidak
adanya penentuan kombatan dan non­kombatan, serta munculnya aktor

4.

non negara sebagai aktor perang.16
Merupakan konflik yang melibatkan kekerasan, antara militer formal di
satu   pihak   melawan   pihak   lain   yang   informal   dan   tidak   didukung

5.

pasukan bersenjata lengkap namun memiliki militansi yang tinggi. 
Kedua pihak berusaha untuk mengeksploitasi kelemahan lawan dengan
menggunakan   strategi   dan   taktik   perang   konvensional   maupun   non­
konvensional.   Pihak   yang   lebih   lemah   berusaha   menggunakan   strategi
yang lebih jitu untuk mengimbangi kekurangannya dalam kuantitas atau
kualitas militer. Strategi pihak yang lemah menghindari tindakan secara
militer, yang merupakan kekuatan pihak lawan.17

5.

Teori Perang
Terdapat beberapa teori tentang penyebab terjadinya peperangan. Salah satunya

adalah  Malthusian   Overpopulation18.  Dalam   teori   ini   disebutkan   bahwasanya   perang
terjadi karena populasi manusia yang sudah terlalu banyak. Sehingga terjadi banyak
persaingan dalam berbagai sektor seperti ekonomi maupun politik. Dan dampak dari
hal   tersebut   adalah   manusia   berperang   dengan   manusia   lain   untuk   memenuhi
kebutuhannya.

15

K. Mustarom, “Perang Generasi Ke Empat” (diakses 5 November 2015) syamina.org/uploads/Lapsus
%20Syamina_XV_Oktober_2014.pdf
16
Ladia Fitrah, “Paradigma Realisme, Liberalisme dan Konstruktivisme menjelaskan tindakan AS dalam
Menghadapi Terorisme Al Qaeda Pasca Serangan 9/11 (2001-2011)” (diakses 5 November 2015) lib.ui.ac.id/file?
file=digital/20350951-TA-Ladia%20Fitrah.pdf
17
Kementerian
Pertahanan
RI. “Perang Asimetris”
(Diakses
5
November
2015)
http://www.kemhan.go.id/kemhan/?pg=31&id=1686.
18
iO9. “The 10 Most Important Theories of Why We Make War”. (Dilihat pada 7 November
2015). http://io9.com/the-10-most-important-theories-of-why-we-make-war-1550133753

Teori yang mengatakan bahwa meledaknya populasi menyebabkan perang juga
dikatakan dalam  Youth Bulge theory19, dimana dalam teori tersebut perang merupakan
akibat   dari   membengkaknya   jumlah   populasi   sehingga   kesempatan   menjadi   sedikit.
Sehingga ketika seseorang ingin meraih suatu fasilitas maka ia harus bersaing dengan
orang lain dimana perang dapat terjadi karenanya. 
Dari kedua teori di atas kita dapat melihat dewasa ini banyak terjadi  perang
karena   perebutan   suatu   hal.   Bias   jadi   perebutan   wilayah   antar   negara   maupun
perebutan   kebutuhan   sehari­hari   di   tingkat   individu.   Sebagai   contohnya   adalah
sengketa   pulau   Takeshima   atau   yang   dikenal   dengan   nama   Dokdo   di   Korea   yang
mempertemukan Jepang dan Korea dalam konflik perebutan pulau. 

III. ANALISIS
Penyebab Perang
Kasus ini adalah salah satu kasus yang cukup tricky  untuk dianalisis, terutama
ketika hendak menjelaskan penyebab perang yang terjadi. Hal disebabkan oleh betapa
kaburnya   rasionalisasi   yang   digunakan   Amerika   untuk   menyerang   Irak.   Di   awal,
Amerika   menduga   ada   senjata   pemusnah   massal   sedang   dikembangkan   oleh
pemerintah   Irak.   Atas   dasar   ini,   Amerika   berargumen   bahwa   untuk   melawan
terorisme,   publik   internasional   harus   mengambil   langkah   cepat   sebelum   musuh
sanggup   bergerak.   Amerika   merasa   kecolongan   ketika   teroris   berhasil   menyerang
dengan kekautan besar seperti yang tergambar dalam tragedi 11 September. Sebagai
negara   dengan   kekuatan   ekonomi   sekaligus   kekuatan   militer   paling   kuat,   Amerika
merasa berkewajiban mengambil kepemimpinan ini. Alasan ini, dalam sebuah artikel
yang   ditulis   oleh   Craig   Biddle,   dapat   dikategorikan   sebagai   penyebab   perang   tipe

19

Ibid.

statism;  sebuah   sikap   yang   diambil   oleh   aktor   yang   didasarkan   pada   kebaikan   bagi
semua pihak; for the sake of greater good.20
Amerika   Serikat   melakukan   serangan   yang   ditujukan   kepada   Irak   tanggal   19
Maret 200321  untuk melucuti senjata pemusnah massal yang dimiliki Irak, tujuan lain
adalah   untuk   membebaskan   rakyat   Irak   dari   kepemimpinan   Saddam   Husein   yang
selama masa pemerintahannya dikenal diktaktor, juga untuk menghapus terorisme di
Negara tersebut. Tetapi dalam praktik serangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat
terjadi   ketidakseimbangan   kekuatan.   Beberapa   ketidakseimbangan   tersebut  dapat
dilihat dari empat faktor  yaitu jumlah tentara,  anggaran perang, jumlah korban dan
strategi yang digunakan.
Jumlah Tentara
Amerika Serikat memimpin invasi Irak dengan didukung  dari berbagai negara,
antara lain Inggris. Jumlah tentara AS di lapangan befluktuasi antara 100.000­150.000
kecuali pada masa ‘penambahan pasukan’ tahun 2007. Pada masa itu, Presiden George
Bush ingin meningkatkan keamanan di Irak, khususnya di ibukota Baghdad, dengan
mengerahkan   30.000   pasukan.   Presiden   Barack   Obama   kemudian   menjanjikan
penarikan mundur tentara AS dari Irak sebagai bagian dari kampanye pada tahun 2008
dan jumlah tentara AS di Irak terus berkurang sejak dia memerintah Januari 200922
Dari   data   diatas   terlihat   bahwa   jumlah   pasukan   Amerika   Serikat   yang   dikerahkan
untuk   menyerang   Irak   jumlahnya   jauh   lebih   banyak   sekitar   3   kali   lipat   dibanding
jumlah tentara Irak yang dikerahkan oleh Presiden Saddam Husein. Terlebih     dalam
serangan   tersebut   Irak   tidak   mendapat   bantuan   dari   pihak   manapun.   Tidak   seperti

 Craig Biddle, “The Causes of War and Those of Peace,” The Objective Standard, 2 Oktober 
2014, dilihat 8 November 2015, https://www.theobjectivestandard.com/2014/10/causes­war­peace/. 
20

Komapsia, “Kilas Balik Okupasi dan Penarikan Tentara AS di Irak, Marilah Pulang Bersama­sama”, 
(http://www.kompasiana.com/abanggeutanyo/kilas­balik­okupasi­dan­penarikan­tentara­as­di­irak­
marilah­pulang­bersama­sama_550adb548133110478b1e371)  diakses 8 November 2015
22
BBC, “Perang Irak dalam Angka”, (
http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2013/02/130216_irak _statistik) diakses 8
November 2015
21

Amerika  yang mendapat bantuan dari Inggris. Hal ini tentu saja membantu Amerika
Serikat untuk memenangkan invasi terhadap Irak.
Biaya Perang
Biaya   Perang   ini   meliputi   biaya   yang   digunakan   untuk   membeli   alutsista,
senjata,   mengobati   korban   perang,   dll.   Badan   Riset   Kongres   Amerika   Serikat
memperkirakan Amerika Serikat menghabiskan hampir US$802 miliar untuk mendanai
perang Irak hingga tahun keuangan 2011. Namun pemenang Nobel Ekonomi, Joseph
Stiglitz,   dan   akademisi   dari   Universitas   Harvard,   Linda   Bilmes,   mendapatkan
perhitungan US$3 triliun dengan memasukkan dampaknya terhadap anggaran negara
dan perekonomian AS. Pemerintah Inggris pada Bulan Juni 2010 mengeluarkan angka
US$14,  32   miliar   untuk   mendanai   perang   Irak.   Sebagian   besar   untuk   kepentingan
militer dan US$861 juta untuk bantuan23. 
Dari   data   jumlah   biaya   yang   dikeluarkan   oleh   Amerika   Serikat,   jumlah   tersebut
merupakan jumlah yang sangat besar. Meskipun tidak diketahui tepatnya berapa biaya
yang   dikeluarkan   Irak   sebagai   korban   invasi   Amerika,   tetapi   dari   biaya   yang
dikeluarkan Amerika Serikat tidak heran jika Amerika mampu mengalahkan Irak.
Jumlah Korban
Tim peneliti dari Amerika Serikat, Kanada, dan Irak memperhitungkan jumlah korban
jiwa   dalam   periode   2003   sampai   pertengahan   2011   itu   mencapai   461.000   orang.
Perhitungan didasarkan survei secara acak atas 2.000 rumah tangga di 18 provinsi pada
periode   Mei   hingga   Juli   2011.   Jumlah   korban   jiwa   tersebut   tidak   hanya   mencakup
kematian   akibat   invasi   dan   serangan   kelompok   perlawanan   maupun   kekerasan
sektarian   akan   tetapi   juga   yang   diakibatkan   ambruknya   prasarana   di   Irak   akibat
serangan24. 
Amerika Serikat kehilangan 4.487 personilnya di Irak sejak Operasi Pembebasan
Irak   dilancarkan   pada   tanggal   19   Maret   2003.   Sebanyak   3.492   tewas   dalam   operasi
23

Ibid
BBC, “Korban Perang Irak 460.000 Jiwa
Lebih”,’(http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/10/131016_ irak_perang ) diakses 8
November 2015
24

militer   dan   sekitar   32.000   luka­luka.   Sementara   Inggris   kehilangan   179   tentaranya
dengan   136   tewas   dalam   operasi.   Sebanyak   139   pasukan   dari   negara­negara   lain
anggota koalisi tewas di Irak. Berdasarkan Iraq Body Council, tercatat 97.461 hingga
106.348 korban jiwa sipil hingga Juli 201025. 
Dari   data   diatas   dapat   diketahui   bahwa   korban   tentara   Amerika   Serikat   dan
bantuan   tentara   Inggris   tidak   seberapa   dibandingkan   warga   Irak   baik   warga   sipil
maupun militer. Merupakan hal yang wajar apabila korban Irak sebanyak itu karena
AMerika membiayai dengan sangat besar invasi yang dilakukan dan membawa tentara
dalam jumlah yang besar.
Strategi Amerika dan Sekutu dalam perang Irak 
Selain melihat  adanya ketidakseimbangan antara Amerika  Serikat  dan sekutu
terhadap   militer   koalisi   pemerintah   Irak,   terdapat   beberapa   strategi   yang   berhasil
menutupi   kekurangan   Amerika   Serikat   dan   sekutu   terhadap   situasi   perang   yang
asimetris.   Bukan   berarti   keunggulan   militer   dan   logistik   Amerika   Serikat   akan
menimbulkan   kemenangan   pada   pihak   sekutu.   Dapat   dikatakan   perang   Irak
merupakan sebuah perang asimetris bagi kedua pihak, Amerika Serikat serta Irak itu
sendiri.   Perang   asimetris   lebih   banyak   menjelaskan   sebuah   kondisi   dimana   negara­
negara   besar   dapat   dikalahkan   oleh   pihak   yang   lebih   lemah   dalam   sebuah   perang,
khususnya perang gerilya, yang dalam hal ini dapat diatasi oleh Amerika Serikat dan
Sekutu sebagai negara kuat.
Salah satu kunci kemenangan Amerika Serikat dan Inggris adalah kemampuan
keduanya   untuk   beradaptasi   dengan   kondisi   perang   yang   asimetris.   Militer   kedua
negara   merespon   dengan   baik   taktik   perang   Irak   seperti   bom   bunuh   diri,   ranjau
tersembunyi dan berusaha mengurangi kematian non­kombatan dalam perang. Dalam
situasi perang Irak, Amerika Serikat dan Inggris diuntungkan oleh kurangnya pasukan
liar dan bom bunuh diri dari militer Irak. Situasi akan berbeda jika Irak menggunakan

25

BBC, “Korban Perang Irak Dalam Angka”,
(http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2013/02/ 130216_irak_statistik) diakses 8
November 2015

senjata kimia­biologi atau meluncurkan lebih dari 9 misil Al Samoud atau meluncurkan
taktik roket jarak jauh.
Seperti penjelasan sebelumnya, kesuksesan Amerika Serikat dan Inggris dalam
perang   Irak   bukan   berarti   keduanya   mengantisipasi   segala   bentuk   serangan   Irak.
Terdapat banyak kemungkinan terhadap bentuk serangan Irak, yang paling ditakutkan
adalah jika Irak mampu mengkombinasikan perang gerilya dengan senjata pemusnah
massal serta menggunakan pasukan tersembunyi dan secara bersamaan meluncurkan
serangan teroris di Amerika dan Inggris.
Menteri pertahanan Inggris mengatakan salah satu kelemahan dari Irak adalah
ketidakmampuannya untuk menerima serangan biasa atau tetap yang diakibatkan oleh
penggunaan kemampuan militer konvensional rezim Saddam. Irak menggunakan bom
bunuh diri untuk menyerang  check­point  bagian utara An Najaf yang menewaskan 4
orang prajurit Amerika Serikat. Tentara Irak juga menyatu dengan masyarakat sipil dan
disaat   yang   bersamaan   juga   mengibarkan   bendera   putih   sambil   tetap   melakukan
penyerangan. Disaat taktik tersebut tidak efektif, Irak juga menunjukkan respon negatif
terhadap konvensi Genewa, sehingga menimbulkan krisis terhadap populasi Irak. 26
Selain itu Amerika serikat dan sukutunya juga harus menemukan pemecahan
masalah dalam perang asimetris selama penyelesaian konflik, proses perdamaian dan
pembangunan   negara   yang   dapat   menimbulkan   kemungkinan   adanya   perpecahan
antara   Amerika   Serikat   dan   sekutunya.   Amerika   Serikat   saat   itu   terpaksa
berkonsentrasi   terhadap   misi   pertahanan,   yang   menimbulkan   gangguan   psikologis
terhadap   kedua   pihak   karena   terisolasi   dan   hanya   mampu   melakukan   serangan
terbatas   untuk   menibulkan   kekacauan   politik   serta   tindakan   sabotase   yang   tidak
berdampak begitu besar.
Melihat kekuatan perang konvensional secara keseluruhan, negara barat masih
cenderung lemah namun cukup konsisten dalam pembangunan negara. Hal ini juga
merupakan salah satu kelemahan yang disadari oleh pihak musuh. Saddam Husein dan
ilmuan Irak mempelajari hal tersebut dari pengalaman Amerika Serikat di Vietnam dan
26

Anthony H. Cordesman, 2003, The Iraq War: Strategy, Tactics, and Military Lessons, Center for Strategic
and International Studies; Washington, hal. 232

Lebanon sebagai contoh kelemahan Amerika Serikat  jauh sebelum perang teluk terjadi.
Mereka juga melihat adanya kelemahan pendekatan Amerika Serikat   pada Somalia,
Kosovo   dan   Afghanistan.   Beberapa   dokumen   Irak   menunjukkan   kampanye   opsi
asimetris pasca perang melawan Amerika Serikat.27
Memenangkan   sebuah   perdamaian   tidak   berarti   menciptakan   perdamaian   itu
sendiri. Amerika Serikat dan sekutunya harus siap dalam menghentikan bentuk konflik
apapun dan menjadikan pembangunan negara sebagai bentuk Asymmetric Warfare yang
baru.   Amerika   Serikat   dan   sekutu   juga   dengan   kata   lain   harus   siap   untuk   tidak
mengikuti   perang   apapun   dan   fokus   peningkatan   pertahanan,   politik   dan   ekonomi
untuk memenangkan negara lain.
IV.

KESIMPULAN
Sejarah   membuktikan,   perang   adalah   kondisi   terburuk   yang   dapat   menimpa

sebuah  peradaban.  Ketika berperang  manusia seperti berubah menjadi serigala buas
yang tidak mengenal belas kasihan; musuh, anak kecil, wanita, perpustakan, rumah
sakit   bahkan   objek   warisan   peradaban   kuno   tak   luput   dari   kehancuran.   Apapun
pembenaran yang dibuat, perang telah mengubah wajah peradaban manusia; menjadi
lebih baik atau malah semakin buruk. Begitu juga dengan perang timpang, atau yang
dalam tulisan ini disebut dengan asymmetric warfare.
Invasi Amerika ke Irak adalah satu bentuk  dari  asymmetric warfare  yang telah
dikupas di bagian analisis dalam tulisan ini. Perang yang jika dilihat dari banyak faktor,
sangat   menguntungkan   Amerika   dengan   segala   jumlah   pasukannya,   kecanggihan
angkatan perangnya sampai kecerdikan strategi yang diterapkan. Perang ini akhirnya
dimenangkan   Amerika   dengan   hasil   tumbangnya   rezim   Saddam   Husein   sekaligus
bonus   yang   menggiurkan;   kilang   minyak.   Banyak   ahli   berpendapat,   justru   minyak
inilah   tujuan   utama   invasi   Amerika   ke   Iraq.   Akhirnya,   apapun   pembenaran   yang
dirumuskan,   bagaimanapun   ketimpangan   atau   keberimbangan   kekuatan   para   aktor
27

Ibid, hal. 234

yang   berperang,   perang   tetap   harus   menjadi   pilihan   terakhir   yang   harus   diambil
seorang kepala negara. Oleh sebab itu, John F. Kennedy pernah berujar, “umat manusia
harus mengakhiri perang, sebelum perang mengakhiri umat manusia”.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Cordesman, Anthony H. The Iraq War: Strategy, Tactics, and Military Lessons. Center for
Strategic and International Studies, 2003.
Herimanto. “ Sejarah.” Solo: Platinum. 2013. 245­246 
Artikel
Biddle,   Craig.  “The   Causes  of  War  and   Those   of  Peace.”  The  Objective   Standard,   2
Oktober

 

2014,

 

dilihat

 

8

 

November

 

2015,

https://www.theobjectivestandard.com/2014/10/causes­war­peace/ .
Jakobsen,  Tor G.  “Why did the United States Invades  Iraq  in 2003?” Popular  Social
Science,   25   Oktober   2012,  

 

  diakses   8   November   2015   .

http://www.popularsocialscience.com/2012/10/25/why­did­the­united­states­
invade­iraq­in­2003­2/. 
Pinem, Walter. “Perang Menurut Prinsip Machiavelli.” Seni Berpikir,   diakses pada 8
November

 

2015.

 http://www.seniberpikir.com/perang­menurut­prinsip­

machiavelli/. 
Blog
Kompasiana,  “Kilas   Balik   Okupasi   dan   Penarikan   Tentara   AS   di   Irak,   Marilah   Pulang
Bersama­sama”,

 (http://www.kompasiana.com/abanggeutanyo/kilas­balik­

okupasi­dan­penarikan­tentara­as­di­irak­marilah­pulang­bersama­
sama_550adb548133110478b1e371)  diakses 8 November 2015.

Website
BBC.  “Korban   Perang   Irak   460.000   Jiwa  Lebih.”  Dilihat   8   November   2015.
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/ 10/131016_irak_perang. 
____.

 “Korban   Perang   Irak   Dalam   Angka.” 

Dilihat   8   November   2015.

http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/ 2013/02/130216_irak_statistik.
____.

 “Perang   Irak   dalam   Angka.” 

Dilihat   8   November   2015.

http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2013/02/ 130216_irak_statistik.
Encyclopedia   Britannica.   “Asymetric   Warfare.”     Dilihat   8   November   2015.
http://www.britannica.com/topic/asymmetrical­warfare
Kementerian   Pertahanan   RI.   “Perang   Asimetris.”   Dialihat   5   November   2015.
http://www.kemhan.go.id/kemhan/?pg=31&id=1686.
Merriam   Webster.   “War.”   diakses   pada   8   November   2015.   http://www.merriam­
webster.com/dictionary/war
iO9. “The 10 Most Important Theories of Why We Make War.” Dilihat 7 November
2015.
1550133753.

 http://io9.com/the­10­most­important­theories­of­why­we­make­war­

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63