Implementasi Pendekatan Konstruktivisme id. pdf

JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika
p-ISSN: 2461-0933 | e-ISSN: 2461-1433

Volume 3 Nomor 1, Juni 2017
Halaman 111

Naskah diterbitkan: 30 Juni 2017
DOI: doi.org/10.21009/1.03115

Implementasi Pendekatan Konstruktivisme melalui
Model Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science)
dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Belajar dan
Kemampuan Kognitif Siswa
Dewi Ratnasaria), Sukarminb), Y. Radiyonoc)
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Sebelas Maret,
Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta

Email: a)[email protected], b)[email protected], c)[email protected]
Abstract
The aim of this research is to implementation constructivism approach through CLIS (Children
Learning In Science) learning model and its immpact toward students’ learning activities and

cognitive ability. This action resesarch was analyzed by descriptive quantitative. Research
subjects is students in 11th grade in the academic year 2013/2014 in the static fluid material.
The data of this research from observation technique when learning process and cognitive test
in the end of learning. Students’ learning activities in this research consist of visual activities,
oral activities dan writing activities that described into many indicators, whereas cognitive test
uses multiple choice instrument that has been properness analyzed. Based on research result
and data analysis get result as follows: 1) The value of normalization in visual activities is 0,78
(high), oral activities is 0,31 (adequate), writing activities is 0,49 (adequate); 2) The increase
of average achievement of students’ cognitive ability based on gain normalization is 0,32
(adequate) after learning with constructivism approach through CLIS (Children Learning In
Science) model.
Keywords: learning activities, Children Learning In Science, cognitive ability.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengimplemantasikan pendekatan konstruktivisme melalui
model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) dan pengaruhnya terhadap aktivitas
belajar dan kemampuan kognitif siswa. Penelitian tindakan ini dianalisis menggunakan
deskriptif kuantitatif dengan subjek penelitian adalah siswa kelas XI pada tahun ajaran
2013/2014 pada materi fluida statis. Data penelitian diperoleh dari hasil observasi selama
proses pembelajaran dan hasil tes kognitif pada akhir pembelajaran. Aktivitas belajar siswa
pada penelitian ini terdiri dari visual activities, oral activities dan writing activities yang

dijabarkan menjadi beberapa indikator, sedangkan tes kognitif siswa menggunakan instrumen
pilihan ganda yang telah dianalisis kelayakannya. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
data diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Nilai gain ternormalisasi pada visual activities sebesar
0,78 (tinggi); oral activities sebesar 0,31 (sedang); writing activities sebesar 0,49 (sedang); 2)
Peningkatan rata-rata nilai ketuntasan kemampuan kognitif siswa berdasarkan nilai gain
ternormalisasi sebesar 0,32 (sedang) setelah pembelajaran dengan mengimplementasi
pendekatan konstruktivisme melalui model CLIS (Children Learning In Science).
Kata-kata Kunci: Aktivitas belajar, Children Learning In Science, kemampuan kognitif.
e-Jurnal: http://doi.org/10.21009/1

JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika
p-ISSN: 2461-0933 | e-ISSN: 2461-1433

Volume 3 Nomor 1, Juni 2017
Halaman 112

PENDAHULUAN
Usaha pemerintah menciptakan sumber daya manusia berkualitas tinggi melalui pendidikan yang
sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional pada Undang-undang Republik Indonesia
nomor 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional yakni mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia
(SDM) melalui kegiatan pengajaran. Muslich (2007:194) menyatakan bahwa terdapat dua konsep
kependidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya, yaitu belajar (learning) dan pembelajaran
(instruction). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada
pihak pendidik.
Terkait pernyataan tersebut, belajar menjadi proses yang sangat penting untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses belajar menjadikan aspek
penentu keberhasilan pada proses belajar itu sendiri. Proses belajar dipengaruhi beberapa faktor.
Slameto (2010: 54) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dapat
digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada
dalam diri individu yang sedang belajar. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri
individu yang sedang belajar.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan ditemukan beberapa masalah yang
muncul dalam proses pembelajaran yang berdampak pada masih rendahnya hasil belajar siswa, hal
ini ditunjukan dengan masih banyaknya siswa yang belum mencapai nilai batas ketuntasan yang telah
ditetapkan sekolah yaitu 75. Menurut guru yang bersangkutan, salah satu penyebab beberapa masalah

tersebut adalah masih seringnya penggunaan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
dikarenakan keterbatasan waktu dan keterbatasan pengetahuan guru tentang model pembelajaran
inovatif.
Tindakan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif dan aktivitas belajar
siswa ditempuh dengan penerapan pendekatan konstruktivisme. Menurut Kunandar (2006: 301)
menyatakan bahwa pendekatan konstruktivisme adalah landasan berfikir pembelajaran kontekstual
yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak terjadi secara instan. Oleh sebab itu, pendekatan ini
menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar aktif, sehingga pengetahuan dibentuk oleh
siswa secara aktif bukan hanya diterima secara pasif dari guru. Salah satu model pembelajaran yang
berorientasi pada pendekatan konstruktivisme adalah model Children Learning In Science (CLIS).
Model CLIS merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan
siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan
berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan. Model CLIS merupakan salah satu model yang
strateginya berorientasi pada konstruktivisme (Wali, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim CLIS di Leeds University dalam jurnal
Internasional yang ditulis Driver (1988) menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan oleh tim CLIS
bertanggungjawab terhadap banyak penelitian penting yang terkait dengan gagasan anak terhadap
Sains. Berdasarkan hasil penelitian ini, penerapan model CLIS dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa. Model CLIS mendorong siswa untuk mampu membangun pengetahuan dalam pikirannya

sendiri sehingga konsep akan lebih tertanam dan tidak sekedar hafalan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang hasilnya dianalisis secara deskriptif kuantitatif
untuk menggambarkan aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa setelah implementasi
pendekatan konstruktivisme melalui model CLIS (Children Learning In Science). Aktivitas belajar
siswa yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari visual activities, oral activities dan writing

e-Jurnal: http://doi.org/10.21009/1

JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika
p-ISSN: 2461-0933 | e-ISSN: 2461-1433

Volume 3 Nomor 1, Juni 2017
Halaman 113

activities dengan menggunakan pedoman dari Sardiman (2010: 101). Penjabaran setiap aspek
aktivitas belajar dapat dilihat pada TABEL 1.
TABEL 1. Indikator aktivitas belajar siswa


Aktivitas belajar
Visual activities
Oral activities

Writing activities

Indikator
Siswa memperhatikan penjelasan guru/teman
Siswa membaca buku Fisika/LKS
Siswa bertanya kepada guru jika ada hal yang kurang jelas.
Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru tanpa
ditunjuk.
Siswa memberikan tanggapan/sanggahan atas pendapat teman.
Siswa memberikan pendapat/saran untuk memecahkan masalah
dalam diskusi kelompok
Siswa menulis hasil pemecahan masalah dalam diskusi.
Siswa mencatat materi yang disampaikan oleh guru

Data aktivitas belajar diperoleh dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan sebelum
tindakan dan setelah tindakan. Hasil yang diperoleh kemudian dihitung dengan menggunakan nilai

gain ternormalisasi. Data lain yaitu kemampuan kognitif siswa yang diperoleh dengan menggunakan
dengan instrumen pilihan ganda yang terlebih dahulu diuji kelayakannya.
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan perhitungan gain ternomalisasi yang
diperoleh dari selisih skor akhir dan skor awal. Gain ternormalisasi dapat dihitung dengan mengukur
gain skor siswa sebelum dan setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan konstruktivisme dengan model CLIS. Persamaan gain ternormalisasi menurut Meltzer
(2002:1260) sebagai berikut:
g 

S f  Si

Sm  Si

(1)

Keterangan :
g 
gain ternormalisasi
Sf 
skor rata-rata kelas setelah mengikuti kegiatan pembelajaran

Si 
skor rata-rata kelas sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran
Sm 
skor maksimal
Kriteria gain ternormalisasi menurut Meltzer (2002:1260) dapat dilihat pada TABEL 2.
TABEL 2. Kriteria gain ternormalisasi

Skor
ternormalisasi
g
≥ 0,7
g
0,3 ≤
≥ 0,7
g
< 0,3

e-Jurnal: http://doi.org/10.21009/1

gain


Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah

JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika
p-ISSN: 2461-0933 | e-ISSN: 2461-1433

Volume 3 Nomor 1, Juni 2017
Halaman 114

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini diawali dengan kegiatan pencarian data-data yang berkaitan dengan subjek penelitian
dengan tujuan untuk mengetahui gambaran awal keadaan kelas. Adapun kegiatan yang dilaksanakan
meliputi wawancara guru, observasi kelas serta kajian dokumen. Dari hasil kajian dokumen dan
wawancara dengan guru Fisika diketahui bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini ditunjukkan
dengan hasil ulangan pada bab sebelumnya yakni bab Gelombang dan Bunyi hanya 36.84% yang
dinyatakan tuntas dan rata-rata skor siswa sebesar 68,42. Berdasarkan hasil observasi awal diketahui
bahwa aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Rendahnya aktivitas belajar

siswa saat proses pembelajaran ini muncul karena proses pembelajaran yang dilakukan masih bersifat
Teacher Centered Learning (TCL). Hasil analisis aktivitas belajar siswa sebelum implementasi
model CLIS dan setelah implementasi CLIS dapat dilihat pada TABEL 3.
TABEL 3. Hasil analisis aktivitas belajar siswa

Persentase ketercapaian (%)
Sebelum
Sesudah

No

Indikator

1.

Visual activities

2

3


Siswa memperhatikan penjelasan guru/teman
Siswa membaca buku Fisika/LKS
Oral activities
Siswa bertanya kepada guru jika ada hal yang
kurang jelas.
Siswa menjawab pertanyaan guru tanpa
ditunjuk.
Siswa berani memberikan
tanggapan/sanggahan atas pendapat teman.
Siswa memberikan pendapat/saran untuk
memecahkan masalah dalam diskusi
kelompok.
Writing activities
Siswa menulis hasil pemecahan masalah dalam
diskusi.
Siswa mencatat materi yang disampaikan oleh
guru.

78.95
84.21

94.44
97.42

10.53

32.45

42.11

75.86

15.79

27.78

0

32.31

0

40.5

84.21

100

TABEL 3 menunjukkan hasil observasi aktivitas belajar siswa sebelum dan sesudah implementasi
pendekatan konstruktivisme melalui model CLIS. Indikator aktivitas belajar siswa yang diamati telah
ditentukan seperti pada TABEL 1. Indikator tersebut digunakan sebagai pedoman dalam menilai
aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan model CLIS. Berdasarkan hasil analisis
aktivitas belajar siswa pada TABEL 3 dapat dilihat bahwa dominasi terbesar pada visual activities,
hal ini menunjukkan bahwa siswa masih memiliki ketertarikan untuk mendengarkan penjelasan dari
guru. Aktivitas terendah yakni pada oral activities yakni pada aktivitas kelompok. Rendahnya
aktivitas ini karena siswa tidak dibiasakan untuk menemukan konsep pada kegiatan kelompok. Data
lain pada penelitian ini yaitu kemampuan kognitif siswa yang diperoleh dari hasil tes pilihan ganda
pada akhir pembelajaran fisika. Instrumen pilihan ganda yang digunakan terlebih dahulu diuji
kelayakannya. Data hasil uji kelayakan instrumen tes kemampuan kognitif dapat dilihat pada
TABEL 4.
TABEL 4. Hasil uji kelayakan instrumen

Validitas
Reliabilitas
0,778
(Tinggi)

Daya pembeda

Taraf kesukaran

Valid

Invallid Jelek

Cukup

Baik

Baik
sekali

Sukar

Sedang Mudah

23

7

15

7

0

10

7

e-Jurnal: http://doi.org/10.21009/1

8

13

JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika
p-ISSN: 2461-0933 | e-ISSN: 2461-1433

Volume 3 Nomor 1, Juni 2017
Halaman 115

Soal yang belum memenuhi syarat sebagai soal yang baik dan layak tidak digunakan dalam
penelitian ini, sehingga hanya 20 item yang dinyatakan layak dan sesuai dengan indikator yang akan
diukur. Indikator yang diukur pada instrumen pilihan ganda disesuaikan dengan silabus dan RPP
yang telah disusun guru dan peneliti. Berdasarkan hasil tes diperoleh rata-rata nilai siswa setelah
implementasi pendekatan konstruktivisme melalui model CLIS sebesar 78,42.
Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes sebelum dan sesudah implementasi pendekatan
konstruktivisme melalui model CLIS dapat diketahui peningkatan ketercapaian dengan menggunakan
gain ternormalisasi. Pedoman perhitungannya gain ternormalisasi menggunakan rumus (1). Hasil
perbandingan sebelum dan sesudah implementasi pendekatan konstruktivisme melalui model CLIS
serta nilai gain ternormalisasi dapat dilihat pada TABEL 5.
TABEL 5. Hasil analisis aktivitas belajar siswa dan kemampuan kognitif sebelum dan sesudah implementasi CLIS

Aspek
Visual activities
Oral activities
Writing activities
Kemampuan kognitif

Sebelum
81.58
17.11
42.11
68.42

Sesudah
95.93
42.11
70.25
78.42

Gain ternormalisasi
0.78
0.31
0.49
0.32

Kategori
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang

Berdasarkan TABEL 5, dapat dilihat bahwa nilai gain ternormalisasi terbesar pada aspek visual
activities. Nilai gain ternormalisasi menunjukkan seberapa besar efektivitasnya untuk meningkatkan
aspek tertentu, sehingga semakin tinggi nilai gain ternormalisasinya menunjukkan model CLIS
semakin efektif untuk meningkatkan aspek yang diukur. Untuk memperjelas perbedaan setiap aspek
sebelum dan sesudah implementasi pendekatan konstruktivisme melalui model CLIS dapat dilihat
pada GAMBAR 1.

GAMBAR 1. Grafik perbandingan setiap aspek sebelum dan sesudah implementasi pendekatan konstruktivisme melalui
model CLIS.

Berdasarkan GAMBAR 1 terlihat jelas peningkatan setiap aspek sebelum dan sesudah
implementasi pendekatan konstruktivisme melalui model CLIS. Model CLIS merupakan model
pembelajaran yang strateginya berorientasi pada konstruktivisme (Cosgrove dan Osborne, 1985:
101). Sedangkan Dahar (1989: 160) menyatakan bahwa model konstruktivisme dalam pengajaran
memiliki prinsip dasar yaitu siswa memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah dan proses
pendidikan di sekolah seharusnya memperhatikan hal tersebut dan menunjang proses secara alamiah.
Model CLIS memiliki lima tahap yang dirangkum oleh Wali (2008), yakni tahap pengenalan
(orientation), tahap pemunculan gagasan (elicitation of ideas), tahap penyusunan ulang gagasan
e-Jurnal: http://doi.org/10.21009/1

JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika
p-ISSN: 2461-0933 | e-ISSN: 2461-1433

Volume 3 Nomor 1, Juni 2017
Halaman 116

(restucting of ideas), tahap penerapan gaagsan (application of ideas) dan tahap pemantapan gagasan
(review change in ideas). Melalui kelilma tahap dalam model CLIS ini siswa dituntut untuk lebih
aktif di kelas dan mampu untuk mengkonstruksi gagasan atau konsep secara mandiri.
Peningkatan aktivitas belajar siswa karena implementasi model CLIS ini diungkapkan oleh Driver
(1989) menyatakan bahwa reaksi siswa terhadap lingkungan belajar yang terbuka, partisipasi siswa
melalui belajar model CLIS lebih aktif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal senada
juga diungkapkan oleh Yulaikah (2010) yang menyatakan bahwa model Children Learning In
Science (CLIS) membuat siswa aktif dalam kegiatan karena siswa diberi kesempatan untuk
menyampaikan pendapatnya, selain itu CLIS mendorong siswa untuk mengungkapakan ide-idenya
dan mendorong siswa untuk berpikir kritis, sehingga model CLIS ini sangat sesuai untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Peningkatan aktivitas belajar siswa berdampak pula pada
peningkatan kemampuan kognitif yang dimiliki siswa.
Menurut Handayani (2004), model pembelajaran CLIS menjadi salah satu alternatif yang dapat
digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa. Hal ini menegaskan bahwa
model CLIS tidak hanya mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa tetapi juga mampu
meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Kemampuan kognitif siswa masih menjadi salah satu
parameter penentu keberhasilan suatu proses belajar mengajar.
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Dalam proses belajar,
aktivitas peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru agar
proses belajar mendapat hasil yang optimal. Sardiman (2010: 97) mengungkapkn bahwa tanpa ada
aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi, sehingga orang yang dikatakan belajar apabila aktif
dalam kegiatan belajar mengajar.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Nilai gain
ternormalisasi pada visual activities sebesar 0,78 (tinggi); oral activities sebesar 0,31 (sedang);
writing activities sebesar 0,49 (sedang); 2) Peningkatan rata-rata nilai ketuntasan kemampuan
kognitif siswa berdasarkan nilai gain ternormalisasi sebesar 0,32 (sedang) setelah pembelajaran
dengan mengimplementasi pendekatan konstruktivisme melalui model CLIS (Children Learning In
Science). Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi penelitian-penelitian lain yang
sejenis, sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran sains terutama pada pembelajaran
fisika. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan bagi perkembangan pendidikan
di Indonesia.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu terselesainya
artikel ini.

REFERENSI
Cosgrove, M. and Osborne, R. 1985 ‘Lesson Frameworks for Changing Children's Ideas. In:
Learning in Science: The implications of children's science, Osborne R. and Freyberg P (Eds).
Auckland, Heinemann, pp. 101-111.
Dahar, R.W. “Teori-Teori Belajar Fisika” (Erlangga, Jakarta, 1996)
Driver, R, 1988 ‘Changing conceptions’, Journal of Research in Education, vol 3, pp. 161-96.
Driver, R., Guesne, E., and Tiberghien A. “Children’s Ideas and The Learning of Science” ( Open
University Press, Philadhelpia, 1985)
Handayani, S., Nurmawati, Rahmiazasi, L. 2004 ‘Pengembanganmodel pembelajaran children
learning in science meningkatkan keterampilan berpikir rasional’, Jurnal Pendidikan, vol.5 pp.
37-47
e-Jurnal: http://doi.org/10.21009/1

JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika
p-ISSN: 2461-0933 | e-ISSN: 2461-1433

Volume 3 Nomor 1, Juni 2017
Halaman 117

Kunandar. “Guru Profesional Implementasi Kurikulum Satuan Pendidikan” (PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2007), pp. 301
Meltzer, D. E. 2002 ‘The relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning
Gains in Physic: A Possible ‘Hidden variable’ in Diagnostic Pretest Score’, American Journal of
Physics, vol 70, pp. 1259-1268.
Muslich, M. “KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual” ( Bumi Aksara, Jakarta,
2007), pp. 194
Sardiman A.M. “Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar” (Rajawali Press, Jakarta, 2010) pp. 101102.
Slameto. “Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi” (Rineka Cipta, Jakarta, 2010), pp. 54
Wali, M. 2008 Model-model Pembelajaran Inovatif. Tidak diterbitkan
Yulaikah, E. 2010. Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Konstruktivisme Melalui Metode
Children Learning In Science (CLIS) Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa Pada Sub Pokok
Bahasan Pemantulan Cahaya di SMP Kelas VIII Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi Tidak
Dipublikasikan. FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

e-Jurnal: http://doi.org/10.21009/1

JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika
p-ISSN: 2461-0933 | e-ISSN: 2461-1433

e-Jurnal: http://doi.org/10.21009/1

Volume 3 Nomor 1, Juni 2017
Halaman 118