Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur

(1)

SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1

CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

ISNANIYAH

1110054100011

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2014 M


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat,10 Oktober 2014


(5)

i

Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur

Ketika seseorang sudah mencapai usia tua dan mengalami beragam perubahan seperti adanya penurunan kapasitas mental, perubahan peran, serta fungsi-fungsi tubuhnya yang tidak dapat lagi berfungsi dengan baik, maka lanjut usia (lansia) memerlukan perhatian dari semua pihak. Keberadaan lanjut usia yang terus menerus meningkat juga dapat menimbulkan permasalahan yang akan mempengaruhi orang lain. Sehingga membuat mereka sulit berinteraksi satu dengan yang lainnya. Sejalan dengan usianya yang sudah tua kemampuan organ tubuh pun cenderung menurun, salah paham, cemburu sosial, mudah tersinggung dan tidak nyaman dengan kondisinya saat ini merupakan permasalahan yang sering di alami lanjut usia khususnya di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. Dalam mengatasi permasalahan lansia PSTW Budi Mulia 1 memiliki suatu program kegiatan yang disebut dengan dinamika kelompok. Dinamika kelompok diberikan untuk membantu perkembangan lansia, agar lansia mampu mengembangkan potensi diri secara berkelompok, dapat mengenal dan berinteraksi satu sama lain dalam kerangka kerjasama, serta memiliki inisiatif kepemimpinan melalui media permainan dalam kelompok.

Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu Bagaimana implementasi program dinamika kelompok terhadap lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur? Dan perubahan apa saja yang dirasakan oleh lanjut usia dari program dinamika kelompok yang telah diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia dilihat dari aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekaan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan serangkaian observasi, wawancara dan dokumentasi. Prosedur pemilihan informan ini adalah purposive sampling, adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 13 orang yaitu 1 pekerja sosial, 2 psikolog dan 4 orang warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa program kegitan dinamika kelompok, sehubungan dengan pengembangan diri yang diberikan untuk lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 sejak setahun terakhir ini menunjukan perkembangan yang sangat baik. Dalam program dinamika keompok ini juga dapat membuat para WBS memiliki tambahan aktivitas, adanya interaksi dan mau bersosialisasi dengan teman-temannya.


(6)

ii Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, Segala puja dan puji senantiasa penulis panjatkan atas segala karunia Allah SWT, yang telah menciptakan makhluk-Nya dengan penuh cinta dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan besar kita yakni Nabi Muhammad SAW, para keluarga yang suci, para sahabatnya yang mulia serta para umatnya yang isnya Allah hingga kini terus mencintainya.

Dalam penulisan skipsi ini penulis masih merasa banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih banyak kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak Dr. Suparto, M.Ed Ps.D, MA selaku Pudek I, Bapak Dr. Jumroni, M.Si, MA selaku pudek II, dan Bapak Dr. H. Sunandar, MA selaku Pudek III. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial sekaligus sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam rangka menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Ahmad Zaky, M. Si, selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan

Sosial dan juga selaku Pembimbing Akademik angkatan 2010 yang telah meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk memberi perhatian,


(7)

iii

4. Para dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada Bapak/Ibu Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Akmal Towe M. Si, selaku ketua PSTW Budi Mulia 1 yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian skripsi dan telah banyak membantu dalam proses penelitian.

6. Ibu Siti Fatonah S. Sos, selaku Pekerja Sosial di PSTW Budi Mulia 1 yang telah banyak membantu penulis dalam mencari informasi dan data-data saat melakukan penelitian mengenai judul yang terkait dengan skripsi penulis.

7. Ibu Siti Masitoh, M. Psi. dan Ibu Rika Fitriyana, M. Psi. selaku psikolog di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 yang telah membantu penulis dalam mencari data terkait dengan skripsi penulis.

8. Terimakasih kepada Staff-Staff dan Tenaga Pelayanan Sosial (TPS) yang turut membatu penulis dalam mencari informasi dan selalu memberikan doa serta dukungannya.

9. Terimakasih kepada kedua orangtuaku tercinta, Bapak Akhyar dan Ibu Siti Aisyah, yang penuh kasih sayang serta perhatiannya untuk memberikan dorongan moril dan materil, serta doa yang senantiasa dipanjatkan demi kesuksesan dan tercapainya cita-cita putrinya. Semoga kelak penulis dapat membahagiakan kalian..Amiin

10. Untuk kakak dan adikku, Nur Fajriyah, S. Pdi dan Arief Rachman, terimakasih karena selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis.


(8)

iv

dukungan serta selalu memberikan semangat yang luar biasa hingga saat ini.

12. Teman-Teman terbaiku, Fifi Nurmaghfirah Ika Nurjayanti, Siti Jumartina, Pipit Febriyanti, Putera Mahesa, Dysa Restiani, Bani Fauziyyah Jehan, Ulfah Andriani dan Shabrina Dwi Pitarini Putri, Terimakasih atas doa, motivasi, semangat, serta saran yang tidak henti-hentinya mereka berikan untuk penulis, terimakasih karena kalian selalu ikhlas menemani penulis disaat mulai mengalami kebingungan dan kegalauan dalam menyelesaikan skripsi.

13. Teman-teman Praktikum 1, Prapti Anggorowati, Noviani Muslikhah, Lusi Melani dan Hafidz yang juga selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Serta teman-teman senasib dan seperjuangan di Jurusan Kesejahteraan Sosial Angkatan 2010 yang lain, atas dukungan, semangat dan juga kesempatan menjadi rekan seperjuangan sejak awal masa perkuliahan hingga akhir masa penulisan skripsi ini. Kalian Luar Biasa..

15. Sahabat-sahabat terbaiku.. Endah Purnamasari, Presia Angelika, Ristha Indah Angelawati, Sabila Paramadina, Fitri Widiantari, dan Siti Sarah terimakasih kalian telah hadir dalam hidupku, kalian adalah Inspirasi bagiku mengingatkanku disaat aku lupa, selalu memberikan semangat

buatku, dan yang selalu mendo’akanku.

16. Teman-teman KPI dan Jurnalistik 2010, Aridiyat Ningrum, Noor Aisyah, Eva Damayanti, Amanda, Alvionita Jayyusarah, Isye Naysila dan teman-teman seperjuangan di FIDKOM tidak bisa saya sebutkan satu persatu.


(9)

v

dengan iringan do’a semoga segala pengorbanan dan bantuan dari semua pihak

dapat dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT. Penulis berharap semoga karya ini mampu memberikan manfaat, baik bagi penulis, mahasiswa kesejahteraan sosial juga pembaca lainya.

Jakarta , 10 Oktober 2014 Penulis


(10)

vi

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL………. ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metodelogi Penelitian ... 10

E. Tinjauan Pustaka ... 17

F. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II : LANDASAN TEORI A. Pengertian Implementasi Program ... 21

B. Dinamika Kelompok 1. Pengertian Dinamika ... 22

2. Pengertian Kelompok... 22

3. Jenis-Jenis Kelompok ... 30

C. Pengertian Dinamika Kelompok 1. Pengertian Dinamika Kelompok ... 32

2. Manfaat Dinamika Kelompok... 34


(11)

vii

dengan Orang Tua………. 43

D. Lanjut Usia 1. Pengertian Lanjut Usia………..……….. 43

2. KebutuhanLanjut Usia………..………. 45

BAB III : PROFIL LEMBAGA A. Latar Belakang Berdirinya PSTW Budi Mulia 1 ... 47

B. Visi, Misi dan Tujan... 48

C. Falsafah Lembaga……….. 49

D. Struktur Organisasi……… 50

E. Jagkauan Layanan………... 51

F. Sarana dan Prasarana Lembaga………. 52

G. Kemitraan dengan Pihak Luar……… 54

H. Sumber Daya Manusia……… 55

I. Program………. 57

BAB VI : TEMUAN DAN ANALISA A. Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung……….. 59

B. Perubahan yang didapatkan lanjut usia dari implementasi dinamika kelompok yang telah diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia di lihat dari aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual…………...77


(12)

viii

B. Saran... 98

DAFTAR PUSTAKA... 100


(13)

ix

Tabel 2. Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)

Budi Mulia 1………... 50 Tabel 3. Staff Yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Dinamika Kelompok

di PSTW Budi Mulia 1………. 61 Tabel 4. WBS yang Mengikuti Kegiatan Dinamika Kelompok……….. 77 Tabel 5. Perubahan Aspek Biosikososial Spiritual…..………. 92


(14)

1

A. Latar Belakang Masalah

Lanjut usia (lansia) merupakan suatu fase normal dari tahap-tahap perkembangan manusia. Sesungguhnya lansia merupakan proses dan perjalanan hidup secara alami. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua. Selain itu lanjut usia juga memiliki masalah terhadap kesehatan, kehilangan pengalaman antar pribadi, kehilangan status dan peranan sosial. Proses menjadi tua menghadapkan orang pada salah satu tugas kehidupan yang paling sulit dalam perkembangan hidup manusia. Oleh sebab itu lanjut usia sering kali dihadapkan berbagai masalah yang kompleks yang memerlukan pertolongan dan pelayanan sosial yang memadai.1Menjadi tua umumnya dipandang sebagai proses penurunan total. Kemampuan pemahaman pada lanjut usia tidak lagi dapat mengembangkan potensi dalam dirinya sampai ke taraf yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan sosial secara memadai.

Menurut seorang ahli psikologi dari Universitas Washington yakni Jack Botwinick, lanjut usia mengalami penurunan kemampuan dalam beberapa hal, misalnya menurunnya kecepatan di mana hilangnya sel-sel pada sumsum tulang belakang yang memperlambat gerak refleks. Seseorang yang berusia 80 tahun berjalan lebih lambat dibandingkan masa mudanya. Penurunan yang kedua terjadi ialah melambatnya proses berfikir. Orang tua

1

Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia”

(Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS): Bandung) h. 42.


(15)

yang sehat tidak akan kehilangan kemampuan memberikan pertimbangan dan berfikir abstrak.2

Elizabeth B. Hurlock menggambarkan secara umum kondisi lanjut usia yaitu keadaan fisik lemah dan tak berdaya sehingga harus tergantung pada orang lain, status ekonominya juga sangat terancam sehingga harus melakukan perubahan besar dalam pola hidupnya untuk menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan fisik, lanjut usia juga mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah, belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang dewasa. Dan merasakan kebahagian dari aktivitas yang sesuai dengan lanjut usia menganti aktivitas yang lama dengan yang cocok.3Para lanjut usia seharusnya mendapatkan tempat di mata masyarakat, dihormati dan dibahagiakan. Namun pada kenyataannya, para lanjut usia tidak semuanya dapat tinggal di lingkungan keluarganya dan beberapa lanjut usia ada yang terlantar.

Dalam ajaran Islam juga sudah dijelaskan bahwa setiap manusia akan mengalami perubahan hidup, dari keadaan yang lemah menjadi kuat, setelah kuat akan kembali menjadi lemah. Sebagaimana yang tercantum dalam Q.S Ar-Rum 30 ayat 54:

2

Dedy Kurniawan Halim, Psikologi Lingkungan Perkotaan,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) h. 155.

3


(16)

Artinya :

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”(Q.S Ar-Rum 30 ayat 54)

Dalam ayat ini menjelaskan setiap manusia akan mengalami proses kehidupan, dari masa bayi, masa awal anak-anak, masa akhir anak-anak, masa remaja, masa dewasa, hingga masa lanjut usia. Agama Islam memperlakukan dengan baik para lanjut usia dan mengajarkan metode supaya keberadaan mereka tidak dianggap sia-sia dan tak bernilai oleh masyarakat. “Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap mereka adalah hal yang ditekankan dalam Islam. Nabi Muhammad Saw bersabda, penghormatan terhadap para lansia muslim adalah ketundukan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Beliau mengegaskan, berkah dan kebaikan abadi bersama para lanjut usia kalian.”4

Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-2005 Usia Harapan Hidup (UHH) adalah 66,4 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74%), angka ini di perkirakan akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68%). Begitu pula dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011

4

Al-Qur’an Online, “Q.S Ar-Rum ayat 54 beserta terjemahannya”, artikel ini di akses

pada 31 Januari 2014 pada pukul 12.20 WIB dari http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-ar-ruum-ayat-46-60.html


(17)

menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%). Meningkatnya populasi lanjut usia ini membuat pemerintah perlu merumuskan kebijakan dan program yang ditujukan kepada kelompok penduduk lanjut usia sehingga dapat berperan dalam pembangunan dan tidak menjadi beban bagi masyarakat.5

Di Indonesia sendiri sudah terdapat Undang-Undang mengenai Kesejahteraan Lanjut Usia yakni UU Nomor 13 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 1: Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan pancasila. Sedangkan pada ayat 2 disebutkan, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Dan mereka dibagi kepada dua kategori potensial (ayat 3) dan lanjut usia yang tidak potensial (ayat 4). Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa. Sedangkan lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Bagi lanjut usia tidak potensial (ayat 7) pemerintah dan masyarakat mengupayakan perlindungan sosial sebagai kemudahan pelayanan agar lansia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar. Selanjutnya pada

5

Kementerian Kesehatan RI, Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia, artikel ini di akses pada 6 Februari 2014 dari http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Lansia.pdf


(18)

ayat 9 disebutkan bahwa pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus-menerus agar lanjut usia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.6

Ketika seseorang sudah mencapai usia tua akan mengalami beragam perubahan seperti adanya penurunan kapasitas mental, perubahan peran, serta fungsi-fungsi tubuhnya yang tidak dapat lagi berfungsi dengan baik, maka lanjut usia memerlukan perhatian dari semua pihak, mengingat bahwa keberadaan lanjut usia yang terus menerus meningkat akan menimbulkan permasalahan yang akan mempengaruhi orang lain dikarenakan adanya penurunan kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan dan penurunan untuk melakukan interaksi sosial serta penurunan fisik dan psikis juga akan membawa pengaruh kepada keluarga, lingkungan dan masyarakat.

Pada umumnya masyarakat berpendapat bahwa lansia tidak membutuhkan terlalu banyak aktivitas karena kondisi fisik lansia yang mudah lelah, mudah sakit dan juga adanya desakan dari keluarga yang tidak menghendaki lanjut usia untuk berinteraksi di luar rumah. Namun pada kenyataannya lansia sebenarnya masih memerlukan aktivitas rutin yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari seperti kebutuhan bio/fisik, psikologi, sosial dan spiritual. Untuk pemenuhan kebutuhan bio/fisik dapat membuat tubuh lansia menjadi lebih bugar dan tidak mudah jatuh sakit. Untuk pemenuhan psikologis lansia dapat mengisi waktu luangnya seperti bersosialiasi dengan teman sebaya ataupun dengan orang-orang terdekatnya. Untuk pemenuhan sosial lansia dapat berinterkasi dengan baik. Dan untuk

6

Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Kesejahteraan Lansia UU Nomer 13 Tahun 1998


(19)

pemenuhan spiritual ini merupakan penunjang yang paling penting untuk para lanjut usia, karena di usia mereka yang sudah memasuki fase penutup dalam rentang hidup seseorang maka mereka dapat mengisi waktu luangnya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Apabila pemenuhan kebutuhan bio/fisik, psikologis, sosial dan spiritual lansia tidak dapat terpenuhi maka akan menimbulkan beragam permasalahan terjadi pada kehidupannya sehingga membuat mereka sulit berinteraksi satu dengan yang lainnya. Sejalan dengan usianya yang sudah tua kemampuan organ tubuh pun cenderung menurun, salah paham, cemburu sosial, mudah tersinggung dan tidak nyaman dengan kondisinya saat ini. Adapun lembaga-lembaga yang peduli terhadap keberadaan lansia dalam peningkatan kesejahteraan sosialnya ini dilakukan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur.

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur memiliki suatu program kegiatan yang dapat menunjang peningkatan aktivitas lansia yaitu dinamika. Dinamika kelompok ini terbentuk dari beberapa lanjut usia yang memiliki latar belakang sosial yang sama, namun memiliki kepribadian yang bertolak belakang, sehingga dapat menimbulkan tingkat emosional yang tinggi. Hal ini sangat bermanfaat bagi kepercayaan diri dan kepuasan hidup lanjut usia di panti. Dinamika kelompok diberikan untuk membantu perkembangan lansia, agar lansia mampu mengembangkan potensi diri secara berkelompok, mengenal dan berinteraksi satu sama lain dalam kerangka kerjasama serta inisiatif memiliki kepemimpinan melalui media


(20)

permainan dalam kelompok.7 Dengan adanya program dinamika kelompok, mereka mampu menerima dirinya selama berada di dalam panti dan dapat menemukan makna hidupnya serta dapat menjalani aktivitas di masa tuanya dengan penuh makna. Hal tersebut dikarenakan agar para lansia mampu memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, serta mewujudkan kemandirian dan kesejahteraannya, memelihara sistem nilai budaya dan kekerabatan serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.8

Seperti yang telah di uraikan sebelumnya tentang lansia beserta dengan permasalahan dan kebutuhannya yang ditinjau dari berbagai aspek. Penanganan lanjut usia ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana yang memungkinkan terpeliharanya kualitas hidup lanjut usia, tetapi juga masyarakat dan keluarga mempunyai peran penting serta dukungan bagi kehidupan lansia. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana implementasi program dinamika kelompok terhadap lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. Penelitian tersebut akan di tuangkan dalam skripsi berjudul “Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1

Cipayung Jakarta Timur”

7

Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia”,h. 102.

8

Tony Setiabudhi dan Hardywinoto, Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek,(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999), h. 39.


(21)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan permasalahan yang akan dipaparkan dengan tujuan agar terhindar dari perluasan materi yang akan dibahas serta mengingat keterbatasan penulis dalam hal ilmu pengetahuan, waktu, dana dan tenaga. Maka peneliti membatasi permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian ini adalah Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur.

2. Perumusan Masalah

Sebagaimana dalam pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana implementasi program dinamika kelompok terhadap lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur? b. Perubahan apa saja yang dirasakan oleh lanjut usia dari program

dinamika kelompok yang telah diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia dilihat dari aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:


(22)

a. Untuk mengetahui implementasi program dinamika kelompok terhadap lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur.

b. Untuk mengetahui perubahan yang dirasakan oleh lansia dari kegiatan dinamika kelompok yang diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) di lihat dari aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

1) Menambah informasi bagi pengembangan ilmu kesejahteraan sosial khususnya pada permasalahan lansia.

2) Bermanfaat menjadi dokumen perguruan tinggi, untuk dijadikan rujukan bagi mahasiswa yang berkonsentrasi pada studi sosial yang berfokus pada kesejahteraan lansia.

3) Menjadi bahan pijakan untuk penelitian selanjutnya. b. Manfaat Praktis

1) Diharapkan dapat menambah informasi bagi para pembaca, mengenai program bimbingan sosial yang di berikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. 2) Merupakan masukan untuk penelitian lebih lanjut khusunya

penelitian terapan yang berkaitan dengan bimbingan sosial terhadap lansia.

3) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan kesejahteraan sosial khususnya yang terfokus pada kesejahteraan lansia.


(23)

D. Metodologi Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu proses yang harus dilalui dalam suatu penelitian agar hasil yang diinginkan dapat tercapai. Metode penelitian ini kemudian dibagi menjadi:

1. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang dihasilkan dari data-data yang dikumpulkan dan berupa kata-kata dan merupakan suatu penelitian alamiah. Sebagaimana yang ungkapkan oleh Bogdad dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang mensghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari prilaku orang-orang yang diamati.9

Penelitian kualitatif dieksplorasi dan diperdalam dari fenomena sosial atau lingkungan sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian, tempat, dan waktu. Latar sosial tersebut digambarkan sedemikian rupa sehingga dalam melakukan penelitian kualitatif mengembangkan pertanyaan dasar.10

Penelitian kualitatif secara garis besar dibedakan menjadi penelitian kualitatif interaktif yaitu merupakan studi yang mendalam dengan mengunakan teknik pengumpulan data langsung dari subjek dalam lingkungan alamiahnya. Peneliti interaktif mendeskripsikan konteks dari studi, mengilustrasikan pandangan yang berbeda dari fenomena, dan

9

Lexi. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) h. 4.

10

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almansur, Metodologi Penelitian Kualitatif,


(24)

secara berkelanjutan merevisi pertanyaan berdasarkan pengalaman di lokasi penelitian. Dan penelitian non-interaktif disebut juga penelitian analitis, penelitian non-interaktif menganalisisi dokumen. Peneliti menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis dan mengadakan sintesis data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan dan peristiwa yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat diamati.11

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti memberikan kesempatan pada informan untuk menyampaikan informasi yang sebanyak-banyaknya dan tidak terbatas pada suatu bentuk kuesioner tertutup, melainkan dengan menggunakan wawancara mendalam sesuai dengan metode pengumpulan data yang seringkali digunakan dalam penelitian kualitatif.12

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan mungkin menjadi kunci apa yang telah diteliti. Dengan demikian, laporan hasil penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Pada

11

Ghony dan Almansur,Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 65. 12


(25)

penulisan laporan, peneliti menganalisis data yang sangat kaya dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya.13

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur yang berlokasi di Jalan Bina Marga No. 58 Cipayung, Jakarta Timur. Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret 2014 sampai Agustus 2014.

4. Teknik Pemilihan Informan

Teknik yang digunakan untuk pemilihan informan dalam pengertian ini adalah teknikpurposive sampling (tujuan) dimana informan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Konsepsample dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan bagaimana memilih informan, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti.14

Penelitian ini menggali data seluas-luasnya dari pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1, pihak-pihak tersebut antara lain: Pekerja Sosial, Psikolog serta Warga Binaan Sosial (WBS).

13

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 25.

14

Septiawan Santana, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Yayasan Obor, 2007), h. 27.


(26)

Tabel 1

Rancangan Informan

Informan Data Yang dicari Jumlah

Pekerja Sosial Pelayanan, penggalian dan pemecahan masalah melalui program dinamika kelompok, serta tahapan pelaksanaan dinamika kelompok terhadap lansia.

1 orang

Psikolog Pemhaman tentang perilaku individu ataupun kelompok yang menjadi sasaran layanan WBS

2 orang

Warga Binaan Sosial (WBS) / Lansia

Dalam hal ini penulis mencari data berdasarkan beberapa kategori, diantaranya ialah: gender, usia, suku, dan lain sebagainya. Agar penulis dapat mengetahui manfaat, serta perubahan perilaku dari pelaksanaan dinamika kelompok, serta menggali informasi mengenai implementasi program dinamika kelompok terhadap lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1.

4 orang

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan serta dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan ini. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan:

a. Observasi

Obeservasi atau pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan atau diperbincangkan para responden dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. 15 Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi, atau pengamatan,

15


(27)

secara langsung kegiatan pembinaan keterampilan. Dalam observasi peneliti melakukan pencatatan apa yang bias dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, diraba oleh tangan kemudian peneliti tuangkan dalam penulisan skripsi sesuai dengan yang dibutuhkan. b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu untuk memperoleh keterangan dengan tujuan penelitian. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan (interviewer) dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang dilakukannya sambil bertatap muka dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.16 Dalam penelitian yang dilakukan, teknik wawancara ini merupakan teknik yang terpenting karena dalam penelitiannya peneliti melakukan wawancara dengan Pekerja Sosial, Psikolog dan Warga Binaan Sosial (WBS) PSTW Budi Mulia 1, guna memperoleh data yang diperlukan.

c. Teknik dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku yang berkaitan mengenai pendapat, teori, maupun hukum dan lain-lain. Oleh sebab itu dalam setiap penelitian tidak dapat dilepaskan dari literatur-literatur ilmiah, sehingga kegiatan

16


(28)

kepustakaan ini menjadi sangat penting. 17 Penerapan teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah peneliti mengkaji dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan guna dijadikan sebagai sumber penelitian.

6. Sumber Data

Jika dilihat dari sumbernya, teknik pengumpulan data terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Data primer

Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari para informan yang ada di panti pada waktu penelitian. Data primer ini diperoleh melalui pengamatan, dan wawancara. Informan dalam data primer ini adalah Pekerja Sosial, Psikolog, dan Warga Binaan Sosial (WBS di PSTW Budi Mulia 1.

b. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah sumber-sumber pendukung yang berupa catatan atau dokumen yang diambil dari berbagai literatur, buku-buku, internet, tulisan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, seperti brosur, arsip, dan lain-lain.

7. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat merumuskan hipotesis kerja seperti yang

17

Nawawi Hadari, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007), h. 133.


(29)

disarankan oleh data.18 Metode analisa yang digunakan adalah metode deskripsi analisis yakni dengan cara mengumpulkan data dan kemudian diusun, disajikan, baru kemudian dianalisis untuk mengungkapkan arti dari data tersebut.

Cara penafsiran dalam penelitian adalah menelaah seluruh data yang tersedia. Data yang terkumpul tersedia dari berbagai sumber dan terdiri dari wawancara, catatan lapangan dan tanggapa peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel dan sebagainya yang didapatkan di tempat penelitian lalu hasil penelitian serta analisisnya diuraikan dalam suatu tulisan ilmiah yang berbentuk narasi, kemudian dari analisis yang telah dilakukan diambil dari suatu kesimpulan.

8. Keabsahan Data

Teknik keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria Kredibilitas (derajat kepercayaan), yaitu kriterium ini dapat menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (triangulasi), hal ini dicapai dengan jalan (a) membandingkan dokumen dari Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 dengan hasil wawancara dengan Warga Binaan Sosial (WBS). (b) membandingkan antara jawaban yang diberikan Pekerja Sosial dengan jawaban warga binaan sosial mengenai program dinamika kelompok.

18


(30)

b. Kriteria Kepastian,menurut Scriven, yaitu masih ada unsur “kualitas” yang melekat pada objektivitas. Hal itu digali dari pengertian bahwa jika sesuatu itu objektif, berarti dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan.19Dalam penelitian ini, peneliti dapat membuktikan data-data ini terpercaya yaitu dengan data-data-data-data yang didapat dari hasil wawancara terhadap subyek penelitian. Adapun dari segi faktual adalah melihat pada implementasi program dinamika kelompok terhadap lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. Dalam hal ini peneliti dapat memastikan, bahwa Implementasi Program Dinamika Kelompok terhadap Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur melalui hasil wawancara terhadap subyek penelitian.

9. Pedoman Penulisan Skripsi

Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” karya Hamid Nasuhi yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008.

E. Tinjauan Pustaka

Setelah penulis melakukan studi kepustakaan telah banyak buku-buku yang berhubungan dengan lansia. Penulis juga melakukan studi kepustakaan terhadap beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan, terutama yang melakukan penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha:

19


(31)

1. Dinamika Kelompok Lanjut Usia di Panti Werdha (kasus : Panti Sosial Tresna Werdha Sukma Raharja, Kel Paledang, Kec Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat), oleh: Selfia Kusumawati pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian, ITB. Dalam skripsi ini lebih ditekankan mengenai bagaimana konsep diri yang dapat berdampak terhadap dinamika kelompok, berbeda dengan penelitian penulis yang mengkaji mengenai implementasi program dinamika kelompok dalam meningkatkan aktivitas lanjut usia.

2. Pengembangan Keterampilan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan, oleh : Siti Barkah pada Program Studi Kesejahteraan Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini mengkaji mengenai pengembangan keterampilan terhadap lansia, perbedaannya terletak pada subjek penelitiannya.

Inti dari perbedaan skripsi yang penulis buat dengan beberapa skripsi diatas adalah terletak pada subyek dan obyek penelitiannya, dimana penulis melakukan penelitian dengan subyeknya Implementasi program dinamika kelompok, dan obyeknya adalah Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1.


(32)

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam penelitian ini, penulis berusaha membuat sistematika khusus dengan jalan mengelompokkan berdasarkan kesamaan dan hubungan masalah yang ada. Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab dan masing-masing bab akan di bagi lagi menjadi sub-bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Teoritis yang terdiri dari: Pengertian Implementasi Program, Pengertian Dinamika kelompok: Pengertian Dinamika, Pengertian Kelompok, serta Pengertian Dinamika kelompok, Pengertian Lanjut Usia dan kebutuhannya.

BAB III Dalam bab ini yang akan dipaparkan adalah mengenai profil lembaga Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur, yang mencakup: Sejarah Berdirinya Panti, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Proses Pelayanan dan Pengasramaan Panti, Program-Program Bimbingan Keterampilan PSTW Budi Mulia 1, serta Kerjasama PSTW Budi Mulia 1

BAB IV Hasil analisa dari Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur.


(33)

BAB V PENUTUP

Yang terdiri dari kesimpulan dan sarah terhadap hasil penelitian pada bab-bab sebelumnya, guna menghasilkan masukan terhadap program lembaga.


(34)

(35)

A. Pengertian Implementasi Program

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kata implementasi adalah pelaksanaan atau terapan. Sedangkan definisi kata program adalah rancangan mengenai asas serta usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian, dan sebagainya) yang akan dijalankan.1 Program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seseorang atau kelompok organisasi, lembaga, bahkan negara. Suharismi Arikunto mengungkapkan bahwa program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai kegiatan tertentu.2 Program merupakan aktivitas atau kegiatan yang ditunjukan untuk mencapai suatu perubahan terhadap kelompok sasaran tertentu.3

Berdasarkan definisi diatas, maka implementasi program adalah pelaksanaan atau penerapan dari rancangan mengenai usaha yang telah dibuat sebelumnya. Atau dengan kata lain implementasi program adalah pelaksanaan atau perencanaan dari rancangan atau program yang telah disusun atau disepakati bersama.

1

Depdikbud,Kamus Besar Bahasa IndonesiaEdisi Ketiga,(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 427.

2

Suharsimi Arikunto,Penilaian Program Pendidikan, (Jogjakarta: Bina Aksara. 1998), h.33.

3

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), h.120.


(36)

B. Dinamika Kelompok 1. Pengertian Dinamika

Secara harfiah dinamika merupakan bagian dari ilmu fisika tetang benda-benda yang bergerak dan tenaga yang menggerakannya. Dinamika berasal dari istilah dinamis yang berarti sifat atau tabiat yang bertenaga atau berkemampuan, serta selalu bergerak dan berubah-ubah. Dinamika menurut Munir adalah suatu sistem ikatan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara unsur satu dengan unsur lainnya karena adanya penelitian langsung di antara unsur-unsur tersebut. Jika salah satu unsur sistem mengalami perubahan maka akan membawa pula pada unsur-unsur lainnya.Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan.Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan.4

2. Pengertian Kelompok

Kelompok merupakan suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi. Dengan demikian kelompok menunjukan pada adanya kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang berinteraksi secara intensif dan teratur, sehingga dalam kelompok tersebutterjadi pembagian tugas,

4


(37)

struktur dan norma tertentu, serta diikat perasaan hangat pada anggota-anggotanya.5

Secara umum kelompok dapat diartikan sebagai kumpulan dari dua orang atau lebih yang membentuk kesepakatan untuk mencapai tujuan tertentu. Hartford mendefinisikan kelompok sebagai kumpulan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bersatu dikarenakan memiliki tujuan yang sama yang kemudian bersepakat untuk merumuskan norma sebagai basis bagi mereka dalam beraktivitas, mencapai tujuan bersama, dan dalam membentuk perasaan kebersamaan.6

Selain itu pula kelompok dapat diartikan sebagai sesuatu yang alami, karena manusia merupakan makhluk sosial yang akan berinteraksi satu dengan yang lain sehingga membentuk kelompok-kelompok tertentu. Terdapat banyak definisi dari kelompok-kelompok.Banyak ahli dari disiplin ilmu yang membahas tentang kelompok namun bila dilihat dari sudut kebenaran, semua definisi tersebut benar karena melihat dari sudut pandang dan penekanan yang berbeda. Berkaitan hal tersebut, Johnson Menjabarkan tujuh definisi yang paling umum tentang kelompok yaitu:

a. Tujuan

Kelompok dapat diartikan sebagai sejumlah orang yang berkumpul bersama untuk mencapai suatu tujuan.Kelompok

Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut

Usia”(Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS): Bandung), h.104.

6

Edi Suharto,Pekerjaan Sosial Industri (Memperkuat Corporate Sosial Responsibility)


(38)

tersebut ada karena untuk suatu alasan. Orang membentuk kelompok untuk mencapai tujuan yang tidak dapat mereka capai sendiri. Yang menjadi pertanyaan apakah kelompok tetap ada tanpa adanya tujuan yang menguntungkan yang berusaha dicapai oleh para anggotanya? Freeman, pada awal tahun 1936, mengatakan bahwa orang-orang membentuk kelompok untuk mencapai tujuan umum.

b. Ketergantungan

Kelompok dapat diartikan sebagai kumpulan orang-orang yang bergantung dalam beberapa hal. Setiap kelompok indvidu bukanlah kelompok sebelum ada sebuah pristiwa yang mempengaruhi mereka satu sama lain. Zanden menyatakan kelompok adalah sekumpulan individu yang memiliki perasaan senasib, sehingga perasaan yang satu dapat dirasakan oleh anggota lain. Ketergantungan ini memang berbeda antara satu anggota dengan anggota yang lainnya, walaupun diakui bahwa keeratan keanggotaan kelompok tergantung dari tingkat ketergantungan anggota satu dengan anggota yang lainnya.

c. Interaksi antar Individu

Kelompok dapat diartikan sebagai sejumlah individu yang berinteraksi satu sama lain, sehingga kelompok tidak ada sebelum adanya interaksi. Homans menyatakan kelompok adalah sejumlah individu yang melakukan komunikasi selama jangka waktu tertentu secara langsung tanpa melalui perantara. Definisi ini


(39)

mendeskripsikan pengertian kelompok berdasarkan yang dilihat oleh teori ketergantungan. Bedanya teori ketergantungan dilihat dari sudut vertikal, sedangkan teori interaksi Homans melihat dari sudut horizontal yang menitik beratkan pada jaringan-jaringan sosial yang sekaligus berfungsi sebagai media interaksi dan perekat kelompok.

d. Persepsi Keanggotaan

Kelompok dapat diartikan sebagai suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih yang menganggap diri mereka berada dalam suatu kelompok. Para anggota kelompok masuk ke dalam kelompok kerena memiliki persepsi sendiri tentang kelompok itu. Interaksi di dalam kelompok, terutama tatap muka, akan menimbulkan makna tersendiri. Makna tadi ditangkap melalui indra yang berproses melalui persepsi. Menangkap impresi-impresi melalui persepsi akan dapat melahirkan prilaku kelompok oleh individu sebagai anggota kelompok.

e. Hubungan Terstruktur

Kelompok diartikan sebagai sekumpulan individu yang interaksinya tersusun oleh serangkaian peran dan norma-norma. Hal ini sesuai dengan para ahli sosiologi yang memandang kelompok sama dengan organisasi. Sehingga para ahli tersebut beranggapan bahwa sesuatu itu dapat dikatakan sebagai kelompok (Soekanto) apabila:

1) Setiap anggota harus sadar bahwa dia merupakan bagian dari kelompok.


(40)

2) Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lain.

3) Minimal harus terdapat sesuatu faktor yang merupakan milik bersama, sehingga mempererat hubungan antar anggota.

4) Memiliki sistem dan berproses.

f. Motivasi

Kelompok dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang mencoba untuk memuaskan beberapa kebutuhan pribadi melalui kebersamaan mereka. Berdasarkan definisi ini, sekelompok orang bukanlah kelompok sebelum mereka terdorong oleh alas an pribadi untuk bergabung dalam sebuah kelompok. Orang-orang menjadi anggota kelompok untuk mendapatkan penghargaan atau untuk memuaskan keanggotaan mereka.

Homans, menyatakan bahwa kelompok akan tetap kompak apabila dalam pertimbangannya selalu memiliki unsur pertimbangan keuntungan dan kerugian. Jika anggota kelompok merasa mendapat keuntungan maka kelompok itu akan tetap utuh. Sebaliknya apabila tidak, maka kelompok tersebut kemungkinan akan bubar. Agar kelompok tetap utuh dan anggotanya merasa mendapatkan keuntungan, maka diperlukan pemimpin.Fungsi pemimpin menjaga keselarasan dan mendistribusikan keuntungan pada seluruh anggota. Keberhasilan pemimpin menjadikan anggota termotivasi untuk bertahan dalam kelompoknya. Sehingga kehendak anggota mendominasi secara kuat terhadap semua gerak kelompok.


(41)

g. Pengaruh yang Meguntungkan

Kelompok diartikan sebagai sekelompok orang yang mempengaruhi satu sama lain. Sekelompok orang bukanlah suatu kelompok, sebelum mereka mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lain dan karakter dasar yang menjelaskan suatu kelompok adalah pengaruh antar pribadi. Selanjutnya Suprihanto dkk, menyatakan kelompok sebagai kumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dengan cara-cara tertentu sehingga perilaku dan atau prestasi seseorang mempengaruhi perilaku dan atau prestasi orang lain. Secara tegas Shaw menyimpulkan kelompok adalah dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dalam hal-hal tertentu sehingga setiap orang akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain. Definisi tersebut mencoba mencari kompromi untuk memadukan penekanan pada berbagai macam definisi. Walaupun Shaw tidak menjelaskan interaksi itu sendiri dalam bentuk yang bagaimana. Sebab orang berkelahipun disebut berinteraksi satu dengan lainnya. Hal ini merupakan suatu kelemahan yang perlu diperhatikan.

Akhirnya upaya yang dapat dilakukan ialah sekedar mengindentifikasi aspek-aspek yang ditonjolkan oleh masing-masing definisi, kemudian dalam penggunaan tinggal mengadakan penyesuaian dengan apa yang menjadi sasaran. Adapun idetifikasi tersebut menurut Sudjarwo ialah:


(42)

1) Sesuatu dapat disebut sebagai kelompok apabila memiliki anggota minimal dua orang atau lebih.

2) Setiap anggota memiliki peluang yang sama untuk berinteraksi dan tidak menutup kemungkinan adanya bentuk pola ketergantungan.

3) Kelompok mempunyai tujuan dan semua kegiatan diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut.

4) Tujuan kelompok ditetapkan sebagai manifestasi tujuan anggota.

5) Pola interaksi antar anggota kelompok cenderung stabil dan terpelihara serta terbuka terhadap penambahan anggota baru.

Pendapat senada dikemukakan Sahertian bahwa kelompok terdiri atas sejumlah individu setidaknya dua atau lebih yang berinteraksi sosial untuk mencapai tujuan yang sama dan bertindak dengan pola yang terorganisir. Berdasarkan pendapat para ahli maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kelompok merupakan suatu perkumpulan antara beberapa individu yang saling bekerja sama dan saling berinteraksi dan memiliki satu tujuan yang sama agar dapat memenuhi kebutuhan pribadi melalui kebersamaan mereka dan dapat mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

Selain itu ada pula teori pembentukan kelompok salah satu diantaranya ialah teori Activity Interaction-Sentiment Theory,teori ini sering disebut juga dengan teori AIS dari Homans dengan konsepsi dasar yang berpijak pada dasar pemikiran sebagai berikut:


(43)

a. Semakin banyak seseorang melakukan aktivitas bersama dengan orang lain, maka semakin banyak interaksi yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan.

b. Semakin sering seseorang melakukan interaksi, maka semakin sering seseorang tersebut membagi perasaan dengan orang lain. c. Semakin seseorang memahami perasaan orang lain maka akan semakin tinggi frekuensi interaksi dilakukan, berarti juga semakin sering aktivitas dilakukan.7

Teori ini tampaknya akan mencoba mengembangkan alternarif baru yang mungkin dapat dikembangkan dari aktivitas yang dilakukan, interaksi yang dikembangkan, serta perasaan yang ditimbulkan.

Salah satu metode pekerjaan sosial yang menggunakan kelompok sebagai media dalam proses pertolongan professional ialah dengan menggunakan terapi kelompok. Terapi kelompok ditunjukan untuk memfasilitasi individu agar dapat beradaptasi baik secara sosial, tingkah laku, dan emosional melalui proses kelompok. Biasanya, anggota kelompok dari terapi kelompok adalah mereka yang mengalami kesulitan emosional, kesulitan prilaku maupun interaksi dengan orang lain.8

7

Zulkarnain,Dinamika Kelompok,h. 18. 8

Siti Napsiyah dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) h.18.


(44)

3. Jenis-Jenis Kelompok

Adapun beberapa jenis kelompok diantaranya ialah:9 1. Kelompok primer dan sekunder

Kelompok primer memiliki ciri-ciri antara lain bahwa setiap anggota melakukan kontak dengan anggota lainnya secara akrab dan berkelanjutan seperti dalam keluarga dan kelompok bermain anak-anak. Sedangkan kelompok sekunder dibentuk atas dasar minat yang sama, misalnya satuan kelas di sekolah dan pencinta alam.

2. SociogroupdanPsychogroup

Kelompok Sociogroup tekanannya pada hal-hal yang harus dikerjakan bersama.Pada kelompok Psychogroup tekanannya pada hubungannya antar pribadi.Namun tekanan itu dapat digeser sehingga kelompok sociogroup menjadi psychogroup dan sebaliknya.Misalnya dalam kelompok yang dibentuk untuk kepentingan kegiatan bimbingan, perbedaan antar kedua macam kelompo itu tidak begitu tajam, karena disamping mengusahakan seuatu bersama, pembinaan hubungan antar pribadi juga harus diperhatikan.

3. Kelompok yang terorganisir dan kelompok yang tidak terorganisir.

Kelompok yang terorganisir terdapat diferensiasi yang membedakan antara peranan-peranan yang diperoleh anggota

9

KementerianSosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia”, h.


(45)

sehingga dapat suatu struktur, misalnya salah seorang berperan sebagai pemimpin atau ketua.Struktur itu dapat bersifat sangat formal dan kompleks.

4. In group dan out group

Dalam kelompok ingroup para anggotanya merasa terikat satu sama lain dan menunjukan loyalitas satu sama lainnya. Dalam kelompok out group anggota berasal dari yang bukan anggota kelompok tertentu sehingga diantara mereka tidak terdapat loyalitas, rasa simpati dan rasa keterikatan, bahkan mungkin terdapat rasa antipasti dan rasa benci.Kelompok untuk kepentingan kegiatan bimbingan tidak pernah mengikuti pola perbedaan ini karena kelompok atau gabungan itu tidak pernah menghasilkan perbedaan tajam, antar anggota kelompok. 5. Kelompok yang keanggotaannya bebas serta atas dasar

sukarela dan kelompok yang keanggotaannya diwajibkan. Diantara kelompok/group yang dibentuk untuk kegiatan bimbingan ada yang dibentuk atas dasar sukarela, dan ada yang dibentuk atas dasar kewajiban sebagai siswa yang bersekolah/mahasiswa yang kuliah di institut tertentu.

6. Kelompok Tertutup dan Kelompok Yang Terbuka.

Kelompok tertutup terdiri dari mereka yang mengikuti kegiatan kelompok sejak permulaan dan tidak menerima anggota baru sampai kegiatan kelompok berhenti. Sedangkan kelompok terbuka memungkinkan ada orang lain masuk selama


(46)

kelompok berlangsung. Kelompok atau grup kecil yang dibentuk dengan tujuan khusus cenderung bersifat tertutup, misalnya kelompok konseling, sedangkan kelompok atau grup besar lebih bersifat terbuka, misalnya satuan kelas bila ada siswa baru masuk.

C. Pengertian Dinamika Kelompok 1. Pengertian Dinamika Kelompok

Dalam Kamus Manajemen, dinamika kelompok diartikan sebagai penilaian prilaku kelompok dan perorangan serta interaksi perilaku anggota kelompok; penilaian tersebut di gunakan untuk meningkatkan efektivitas kelompok.10 Pengertian dinamika dan pengertian kelompok apabila digabungkan akan menjadi pengertian dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan lainnya dimana hubungan psikologis tersebut berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama. Dinamika kelompok menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah.11

Johnson mendefinisikan dinamika kelompok sebagai suatu lingkup pengetahuan sosial yang berkosentrasi pada pengetahuan tentang hakikat kehidupan kelompok.dinamika kelompok adalah studi ilmiah tentang perilaku dalam kelompok untuk mengembangkan pengetahuan tentang haikat kelompok, pengembangan kelompok, hubungan kelompok dengan

10

B.N. Marbun, SH.,Kamus Manajeman, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005) h. 65.

11

Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia”, h. 104.


(47)

anggotanya, dan hubungan dengan kelompok lain atau kelompok yang lebih besar. Pengertian dinamika kelompok memiliki beberapa unsur, diantaranya ialah:

a. Adanya kumpulan dua orang atau lebih. b. Melakukan interaksi.

c. Anggota saling memperngaruhi satu dengan yang lainnya.

d. Keadaan kelompok dari waktu ke waktu sering berubah-ubah/bergerak.

Berdasarkan pokok pengertian dinamika kelompok dapat ditarik berbagai persoalan yang menjadi objek studi dinamika kelompok. Persoalan dinamika kelompok ialah semua gejala kejiwaan yang disebabkan oleh kehidupan bersama dalam kelompok, yang di uraikan Benedict dalam Santosa sebagai berikut:

a) Persatuan; hal ini berkaitan dengan tingkah laku anggota kelompok seperti proses pengelompokam, intensitas anggota, arah pilihan, nilai manfaat kelompok.

b) Dorongan; yaitu persoalan minat anggota terhadap kehidupan berkelompok

c) Stuktur; yakni persoalan pada bentuk pengelompokan dan bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas, keterlibatan kerja.

d) Pemimpin; yakni persoalanpada bentuk, tugas, system kepemimpinan dan sebagainya.


(48)

e) Perkembangan kelompok; persoalannya menentukan kehidupan kelompok yang terlibat pada perubahan dalam kelompok, ketentraman anggota dalam kelompok, perpcahan kelompok dan lain sebagainya.

Kurt Lewin sebagai perintis ilmu dinamika kelompok menyatakan bahwa dinamika kelompok sebagai cabang suatu ilmu yang mempelajari tenaga-tenaga yang bekerja dalam kelompok, penyebab terjadinya tenaga tersebut, kondisi yang bisa mengubah tenaga tersebut, serta akibatnya tehadap individu dan kelompok.12

Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat penulis simpulkan bahwa dinamika kelompok merupakan suatu pengetahuan sosial yang menganalisa aktivitas berkelompok dalam hubungan antar anggota kelompok, saling berinteraksi, dan saling mempengaruhi dalam situasi sosial dan kelompok agar mampu bergerak, berkembang dan menyesuaikan diri membangun kelompok dalam satu tujuan.

2. Manfaat Dinamika Kelompok

Beberapa pihak menyadari betapa pentingnya mempelajari dinamika kelompok karena beberapa alasan, yaitu individu tidak mungkin hidup sendiri didalam masyarakat, individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya, dan perlu adanya pembagaian kedalam masyarakat yang besar agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik.

Fungsidinamika kelompok menurut Sunarto ialah:13

12

Wildan Zulkarnai,Dinamika Kelompok, h.25. 13


(49)

a. Individu satu dengan yang lainnya terjadi kerjasama saling membutuhkan sebab individu tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat.

b. Melalui dinamika kelompok, segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan efisien. Sebab dalam dinamika kelompok, pekerjaan besar akan di bagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masing-masing.

c. Meningkatkan masyarakat yang demokratis, sebab individu satu dengan yang lainnya akan dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.

Sedangkantujuandinamika kelompok antara lain sebagai berikut:

a. Membangkitkan kepekaan diri seseorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai.

b. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain.

c. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok.

d. Menimbukan adanya itikad yang baik di antara sesama anggota kelompok.


(50)

Sehinggamanfaatatau faedah mempelajari dinamika kelompok adalah: a. Manfaat bagi perorangan, individu akan memperoleh gambaran

tentang partisipasi dari peserta lain, serta dapat menarik pelajaran dan pengalaman berbagai aktifiras yang telah dilakukan dan diceritakan oleh peserta lain.

b. Manfaat bagi kelompok, dapat mengetahui cara memecahkan masalah bersama, cara merencanakan bersama, cara menentukan norma bersama, pencapaian konsensus bersama, kerjasama, mengatasi konflik dan cara mengambil keputusan bersama.

c. Manfaat bagi organisasi, dapat belajar tentang kerjasama dalam kelompok dan antar kelompok, serta kesatuan bahasa dan komunikasi dalam memecahkan masalah antar kelompok. d. Manfaat bagi pemimpin, dapat menyerasikan antara

kepentingan lembaga dan kepentingan anggota organisasi.

3. Proses Dinamika Kelompok

Semua kelompok pada hakikatnya memang proses atau dinamika yang dilampaui seseorang dakam rangka menjadi anggota dalam suatu kelompok merupakan hal yang bersifat sangat individual, artinya setiap orang akan berbeda. Semua kelompok pada hakikatnya tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu melalui beberapa tingkatan/tahapan/fase namun bila dilihat secara minimal maka terdapat sejumlah tahapan minimal sebagai berikut:


(51)

a. Tahap perkenalan. Individu mengadakan orientasi tau perpajakan melalui prilaku yang di tampilkan dan respon-respon apa yang diterima. Sedangkan jika kelompok itu baru dibentuk, maka diadakan kesepakatan bersama tentang aturan-aturan main yang harus di taati oleh semua anggota.

b. Tahap mencari pola. Kelompok masuk ke dalam proses pancaroba, dimana sering terjadi benturan-benturan dalam mencari pola. Sehingga apabila aturan permainan tidak jelas, maka kelompok tersebut akan bubar atau individu yang baru masuk akanvacuumdan kemudian akan keluar.

c. Tahap pemantapan norma. Kelompok masuk ke dalam tahap pengakuan akan norma. Benturan-benturan dalam kelompok akan melahirkan norma yang bersifat mengatur atau menata jalannya interaksi dalam kelompok tersebut, serta mengatur peran dan status yang ada.

d. Tahap berprestasi. Maksudnya setelah kelompok betul-betul solid maka para anggota mencoba mengembangkan dirinya masing-masing maupun secara bersama-sama, guna mencapai suatu prestasi tertentu sesuai dengan tujuan kelompok tersebut.14

Kondisi fisik lanjut usia sangat berbeda dengan kondisi sebelumnya, keadaaan lanjut usia akan mengalami penurunan baik dari fisik maupun mentalnya. Untuk menumbuhkan semangat hidup lanjut

14


(52)

usia, maka diperlukan kegiatan pendamping untuk dapat memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuan dan potensi lanjut usia. Biasanya kegiatan-kegiatan seperti ini diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat rekreatif.

Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmor dan Lemon et al. yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun, akan tetapi dilain sisi dapat dikembangkan.

Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha prilaku mereka semasa mudanya.Pokok-pokok teori aktivitas adalah:

a. Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.

b. Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia. Penerapan teori aktivitas ini sangat positif dalam menyusun kebijakan terhadap lansia, karena memungkinkan para lansia untuk berinteraksi sepenuhnya dimasyarakat.15 Perubahan peran dan fungsi sosial memperlihatkan bahwa lanjut usia akan merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari menjadi jauh lebih penting, daripada kuantitas dalam aktivitas yang dilakukan. Keberhasilan lanjut usia dapat dilihat dari aktivitas kesehariannya dan akan terus menunjukan

15

Siti Mariam, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, (Jakarta: Salemba Medika, 2008), h.50-51.


(53)

peningkatan apabila lanjut usia melakukan peningkatan mutu dalam aktivitas keseharian dilakukan oleh para lanjut usia. Ketika lansia memiliki aktivitas sehari-hari yang tinggi, maka akan di ikuti dengan meningkatnya keberhasilan di masa tuanya. Begitu pula sebaliknya, apabila aktivitas sehari-harinya rendah maka akan diikuti dengan menurunnya tingkat keberhasilan lansia.

Menghadapi kenyataan ini maka seorang pekerja sosial harus mengetahui dan memberikan pelayanan yang memadai agar kegiatan sehari-hari mereka tidak mengalami hambatan. Adapun seorang pekerja sosial mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Pekerja sosial juga menggunakan pendekatan-pendekatan sistematis berdasarkan sejumlah pengetahuan dan penelitian. Pendekatan biopsikososial spiritual pekerjaan sosial menawarkan suatu perspektif yang luas dalam prilaku manusia.pendekatan ini digunakan untuk mengakses berbagai situasi dalam konteks komunitas, keluarga, dan lingkungan sosial yang lebih luas. Situasi ini dipahami sebagai gabungan antara faktor-faktor fisik, psikologi, sosial, dan spiritual. Dengan kata lain kebutuhan manusia dan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut di pandang sebagai kesatuan yang saling terkait.16 Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, teori psikologis, teori sosial dan teori spiritual.17

16

Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene,Buku Pintar Pekerja Sosial, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2009), h.13-15.

17


(54)

a) Teori Biologis/Fisik

Pada teoribiologidikenal dengan istilah “pemakaian dan perusakan” (wear and tear) yang terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang menyebabkam sel-sel tubuhn menjadi lelah.Pada teori ini juga didapatkan terjadinya peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.Pelayanan aspek fisik bertujuan untuk memelihara kondisi fisik dan mempertahankan kebugaran lansia.

b) Teori Psikologi

Pada lanjut usia, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.Kepribadian individu yang terdiri atas motovasi dan itelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri yang positif dapat menjadikan seseorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ditunjang dengan status sosialnya.Adanya penurunan intelektualitas yang meliputi presepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan interprestasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada.Kemampuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologis


(55)

organ otak.Selain keadaan fungsional organ otak, kurangnya motivasi pada lansia juga berperan. Motivasi akan semakin menurun dengan menganggap bahwa lansia itu sendiri merupakan beban bagi orang lain.

c) Apek Sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan diantaranya yaitu teori interaksi sosial, teori penarikan diri, teori aktivitas, teori kesinambungan, teori perkembangan, dan teori stratifikasi usia.Simmons, mengemukakan bahwa kemampuan lansia akan terus menerus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya.

d) Aspek Spiritual

Komponen spiritual merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.James Fowler meyakini bahwa kepercayaan/ dimensia spiritual adalah suatu kekuatan yang memberi arti kehidupan bagi seseorang.Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah suatu fenomena timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih dan harapan.


(56)

4. Peran Pekerja Sosial

Adapun peran pekerja sosial dalam pelaksanaan dinamika kelompok selain menjadi fasilitator ialah sebagai berikut18:

a) Fasilitator

Melihat bahwa banyak waktu yang digunakan oleh community worker dihabiskan dalam kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Karena itu keefektifan kerja dari community worker juga akan sangat terkait dengan keterampilannya untuk berinteraksi dengan kelompok.

b) Pemercepat Perubahan (Enabler)

Sebagaienablerseorangcommunity workermembantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasikan masalah mereka, dan mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif.Peran sebagan enabler ini adalah peran klasik dari seorang pekerja sosial. Dasar filosofis dari peran ini

adalah “help people to help themselves” c) Perencana Sosial (Sosial Planner)

Seseorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang terdapat pada komunitas, menganalisisnya dan menyajikan alternative tindakan yang rasional untuk menangani permasalahan tersebut.Setelah itu perencanaan sosial mengembangkan program, mencoba mencari alternatif sumber

18

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001) h. 62-65.


(57)

pendanaan, dan mengembangkan berbagai minat ataupun kepentingan.

5. Prinsip-Prisip Praktek Pekerja Sosial Dengan Orang Tua

Menurut Abraham Monk praktek pekerja sosial harus sesuai pada kerangka konseptual sesuai dengan nilai-nilai profesi, prinsip dan tujuan praktek pekerjaan sosial dengan orang yang lebih tua. Adapun prinsip-prinsip praktek pekerja sosial dengan orang tua ialah sebagai berikut:19

a. Membantu seseorang dalam memperluas kompetensi mereka dan meningkatkan kemampuan untuk memecahkan permasalahan mereka.

b. Membantu seseorang dalam memperoleh pelayanan.

c. Membuat organisasi responsive terhadap orang-orang dan pengaruh antara organisasi dengan lembaga.

d. Memfasilitasi interaksi lansia dan orang lain dalam lingkungan mereka.

e. Mempengaruhi kebijakan sosial dan lingkungan.

D. Lanjut Usia

1. Pengertian Lanjut Usia (Lansia)

Memasuki masa lanjut usia merupakan periode akhir didalam rentan kehidupan manusia di dunia ini. Banyak hal penting yang perlu diperhatikan guna mempersiapkan masa lanjut usia dengan sebaik-baiknya. Kisaran usia yang ada pada periode ini adalah 60 tahun keatas. Perubahan fisik kearah penurunan fungsi-fungsi organ merupakan indicator utama

19

Diana M. Dinnito and C. Arron McNeece,Social Work Issue and Opportunities in A Challenging Profession, (United States of America: A Viacom Company, 1997), p. 203-204.


(58)

yang tampak jelas, guna membedakan periode ini dengan periode-periode sebelumnya.

Sebagaimana halnya tugas dan perkembangan yang ada dan harus dijalani pada periode-periode sebelumnya, individu-individu yang berada pada periode lanjut usia juga memiliki tugas perkembangan yang harus dilalui dengan sebaik-baiknya. Diantara tugas perkembangan yang hendaknya di lalui oleh para lanjut usia adalah:

a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisikdan kesehatan. b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income

(penghasilan) keluarga.

c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup. d. Menjalin hubungn degan orang-orang seusianya.

e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.

f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes dan harmonis.20 Lanjut usia dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak berdaya, yang dimana sesuai dengan apa yang telah dikatakan Edi Suharto, yang terdapat dalam kelompok-kelompok lemah, yaitu:

a. Kelompok lemah secara structural, baik lemah secara kelas, gender, maupun etnis.

b. Kelompok lemah secara khusus, seperti manula, anak-anak, dan remaja penyandang cacat, gay, lesban dan masyarakat terasing.

c. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah pribadi atau keluarga.21

20

Dra. Zahrotun, M.Si, Dkk.,Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan Psikologi Islam, ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 126.


(59)

2. Kebutuhan Lanjut Usia

Lanjut usia sebagai manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan sebagaimana pada umumnya, yaitu kebutuhan makan, perlindungan, perawatan, kesehatan dan kebutuhan-kebutuhan sosial dalam mengadakan hubungan dengan orang lain. Akibat adanya kurangnya kemampua secara fisik, psikologi, sosial dan ekonomi karena proses ketuaan yang dialami serta perubahan-perubahan peranannya sehingga terjadi kontradiksi, yakni di satu sisi adanya peningkatan kebutuhan, namun di sisi lain beberapa kebutuhan lanjut usia tertentu tidak dapat terpenuhi secara memadai. a. Kebutuhan-kebutuhan utama (primer) lanjut usia meliputi:

1) Kebutuhan biologis/fisik: yang meliputi kebutuhan makanan yang bergizi, pakaian, dan papan (tempat berteduh).

2) Kebutuhan ekonomi: berupa penghasilan yang memadai yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar lansia.

3) Kebutuhan kesehatan: berupa kesehan fisik, mental, perawatan dan kenyamanan.

4) Kebutuhan psikologis: meliputi kasih sayang, adanya tanggapan dari orang lain, ketentraman, merasa berguna, memiliki jati diri serta status yang jelas.

5) Kebutuhan sosial: berupa peranan-peranan dalam hubungan dengan orang lain, hubungan antar pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya dan hubungan dengan organisasi-organisasi sosial. b. Kebutuhan-kebutuhan kedua (seknder) lanjut usia antara lain meliputi:

21

Edi Suhatro, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Jakarta: PT Refika Aditama, 2005), h.60.


(60)

1) Kebutuhan dalam melakukan aktivitas. 2) Kebutuhan dalam pengisian waktu luang.

3) Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informasi dan pengetahuan, keindahan dan lain-lain.

4) Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan hukum, partisipasi dan keterlibatannya didalam kegiatan kemasyarakatan dan negara atau pemerintah.

Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual seperti memahami akan makna kehadiran dirinya di dunia dan memahami hal-hal yang tidak diketahui atau diluar dari kehidupan termasuk kematian.22

22

Kementerian Sosial RI, PedomanPelayanan Sosial Lanjut Usia dalam Situasi Darurat, (Jakarta : Direktorat RESOS dan Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia, 2013), h.10-12.


(61)

A. Latar Belakang Berdirinya Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur

Keberhasilan pembangunan meningkatkan derajat kesehatan dan gizi masyarakat berpengaruh terhadap meningkatnya usia harapan hidup dan jumlah lanjut usia. Semakin meningkatnya tuntutan kehidupan kebutuhan ekonomi, khususnya di kota-kota besar, menyebabkan terjadinya pergeseran nilai dalam keluarga. Kondisi ini mengarah kepada semakin berkurangnya perhatian keluarga terhadap lanjut usia karena keterbatasan waktu yang tersedia. Akibatnya banyak lanjut usia terlantar dan harus hidup sendiri tanpa perhatian dan pendampingan keluarga serta tidak dapat melakukan aktifitas yang bermakna dalam mengisi hari tuanya, selanjutnya keberadaan lanjut usia menjadi beban bagi keluarga. Kondisi ini menuntut Pemerintah Daerah (PEMDA) untuk memberikan pelayanan sosial kepada lanjut usia sehingga dapat menghindarkan mereka dari keterlantaran dari berbagai aspek.

PSTW Budi Mulia 1 merupakan salah satu Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 yaitu dibangun pada tahun 1968 di atas lahan seluas 9.999 m2 yang dikukuhkan menjadi PANTI WERDHA 1 CIPAYUNG melalui SK Gubernur DKI Jakarta No. CA11/29/1/1972. Selanjutnya mengalami pergantian nama menjadi PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA


(62)

(PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung melalui SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 736 Tahun 1996.

Dengan berlakunya Perda No. 3 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretaris DPRD, SK Gubernur DKI Jakarta No. 41 Tahun 2002 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung, dikukuhkan kembali nerdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 163 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Bintal dan Kessos Provinsi DKI Jakarta, dan Peraturan Gubernur No. 57 Tahun 2010 tentang Organisasi Tata Kerja PSTW Budi Mulia 1.

B. Visi, Misi, dan Tujuan 1. VISI PSTW BM I:

“Mengangkat Harkat dan Martabat Lansia Terlantar menuju Kehidupan Layak, Sehat Normatifdan Manusiawi”

2. MISI PSTW BM I:

1. Menyelenggarakan penampungan lansia terlantar dalam rangka perlindungan social.

2. Menyelenggarakan pelayanan sosial, psikologis, perawatan medis, bimbingan fisik, mental spiritual dan bimbingan pemanfaatan waktu luang.

3. Menyelenggarakan penyaluran bina lanjut dan pemulasaran jenazah. 4. Menjalin keterpaduan dan kerjasama lintas sosial.


(63)

3. TUJUAN

Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas hidup dan keberfungsian sosial lanjut usia terlantar, sehingga dapat membuat hari tuanya dengan mengikuti ketenteraman lahir dan batin.

C. Falsafah Lembaga

Adapun dasar-dasar hukum yang dipakai di PSTW BM I, diantaranya: 1. UU no. 13 th 1998 tentang Kesejahteraan Lansia.

2. UU no. 32 th 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

3. UU no. 11 th 2009 tentang Pokok-pokok Kesejahteraan Sosial.

4. Peraturan Pemerintah no. 25 th 2000 tentang Kewenangan Pemeintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.

5. Peraturan Gubernur no. 104 th 2009 tentang Organisasi dan Kerja Dinas Sosial Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

6. Peraturan Gubernur no. 57 th 2010 tentang Organisasi dan Kerja Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1.


(64)

D. Struktur Organisasi Lembaga

Adapun struktur kepengurusan Panti, yakni:

Tabel 2

Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia1

a. Pembagian Tugas

AdapunJob descyang dilakukan oleh pengurus di PSTW BM I, yaitu: 1. Ketua Panti bertugas memonitoring segala pekerjaan setiap divisi/seksi.

Di samping itu, Kepala Panti juga melaksanakan tugas manajerial dan teknis operasional pelayanan dan rehabilitasi sosial sesuai dengan Peraturan Perundang undang undangan yang berlaku.

2. Tata Usaha berperan dalam melakukan urusan surat menyurat, kepegawaian, menyusun laporan keuangan, menginput data-data

Ketua Panti Bpk. Akmal Towe, M.Si

KA.SUBAG Tata Usaha Dra. Susiana, M.Si

KA. Sie Bimbingan Penyaluran Asep Syahrial, S.Sos KA. Sie Perawatan

Dra. Hj. Tantri Retno

Pekerja Sosial Siti Fatonah, S.Sos


(65)

keuangan, transparansi dana, perlengkapan, serta sarana dan prasarana Panti.

3. Sie. Perawatan merupakan divisi yang membantu pekerja sosial untuk melakukan seleksi tehadap calon WBS berdasarkan segi moralitas dan kesehatannya. Seksi perawatan juga berfungsi sebagai bagian yang mengatur masalah sandang, pangan, kebersihan lingkungan, kerapihan wisma dan WBS, obat-obatan bagi WBS yang sakit, serta pemberian vitamin untuk seluruh WBS.

4. Sie. Bimbingan Penyaluran merupakan divisi yang mengawasi jalannya program yang telah disepakati oleh Dinas dan pihak panti seperti bimbingan rohani, senam, kerajinan tangan dan kesenian, layanan konseling dancase conference.

5. Pekerja Sosial merupakan divisi yang melakukan indentifikasi, registrasi, seleksi dan penerimaan serta penjelasan program kepada WBS.

b. Pengambilan Keputusan

Dalam hal pengambilan keputusan, PSTW Budi Mulia 1 mengambil keputusan dengan sistem non-direktif (secara tidak langsung) karena pengambilan keputusan dilakukan secara bermusyawarah antara ketua panti dengan para staff panti.1

E. Jangkauan Layanan

Adapun target layanan PSTW Budi Mulia 1, diantaranya: 1. Lanjut usia terlantar usia 60 tahun keatas

1

Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 13 Juli 2014)


(66)

2. Penduduk DKI Jakarta 3. Lanjut usia terlantar

4. Ada surat pengantar dari RT/RW dan Kelurahan 5. Rekomendasi dari suku Dinas Sosial wilayah

F. Sarana dan Prasarana Lembaga

PSTW BM1 merupakan salah satu UPT Dinas Sosial Provisnsi DKI Jakarta dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. Dibangun pada tahun 1968 di atas lahan milik pemerintah seluas 9.999 m2. Sarana dan prasaran yang ada di PSTW BM 1, terdiri dari :

1. Gedung kantor utama, didalam gedung kantor utama yang berfungsi sebagai ruang kantor dan tempat dilaksanakannya case conference, maupun rapat-rapat untuk para staf.

2. Wisma WBS, wisma WBS terdiri dari :

a. Wisma Asoka: dalam wisma Asoka diperuntukkan untuk WBS wanita yang masih sangat mandiri dan potensial.

b. Wisma Bougenville: dalam wisma Bougenville diperuntukkan WBS wanita yang masih mandiri dan beberapa potensial.

c. Wisma Cempaka: dalam wisma Cempaka diperuntukkan untuk WBS wanita yang setengah renta dan setengah mandiri, tetapi lebih mengarah ke renta.

d. Wisma Dahlia: dalam wisma Dahlia diperuntukkan untuk WBS wanita yang sudah renta.

e. Wisma Edelweis: dalam wisma Edelweis diperuntukkan untuk WBS pria yang sudah renta.


(67)

f. Wisma Flamboyan: dalam wisma Flamboyan diperuntukkan untuk WBS yang tidak potensial.

g. Wisma Catiliya: wisma ini diperuntukan bagi kakek yang masih potensial

3. Poliklinik : poliklinik ini berfungsi memeriksa kesehatan para WBS yang dilakukan oleh dokter, bidan dan psikiatri (untuk kejiwaan). Poliklinik ini juga dijadikan sebagai posyandu lansia Melati Putih.

4. Aula, aula sebagai tempat berkumpul melakukan kegiatan panti dan tempat penerimaan tamu atau menyelenggarakan kegiatan kunjungan. 5. Ruang konsultasi, ruang ini dijadikan untuk melakukan konseling dengan

psikolog maupun dengan pekerja sosial. 6. Ruang taman bacaan

7. Ruang pemulasaran jenazah, ruang ini diperuntukkan untuk mengurus jenazah WBS, dari mulai dimandikan hingga dikafankan.

8. Ruang keterampilan, ruang ini dijadikan tempat melakukan kegiatan keterampilan.

9. Dapur 10. Mushollah

11. Asrama TPS (Tenaga Pelayanan Sosial), ruang ini digunakan untuk tempat istirahat sementara bagi para TPS.

12. Rumah dinas, rumah ini diperuntukkan untuk pegawai PSTW BM 1 yang harus selalu stand by disekitar panti, misalkan perawat yang tiba-tiba dibutuhkan WBS.


(1)

nenek-nenek yang lain. 7. Manfaat yang nenek

rasakan setelah mengikuti kegiatan tersebut?

Seneng aje nenek mah.

8. Tempat saat pelaksanaan dinamika kelompok biasanya dimana nek? Apakah pesertanya dibatasi?

Kadang di halaman belakang. Terus disini. Kalo peserta mah siapa aje yang mau ikut.

9. Untuk pelaksanaan program dinamika kelompok itu jam berapa nek?

Jam 9, kadang-kadang jam 10.

10. Apa harapan yang nenek inginkan selama nenek tinggal di PSTW ini?

Lebih sering-sering diadain lagi, biar ada hiburan.


(2)

TRANSKIP WAWANCARA

Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur

1. Nama : Masnun

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Usia : 89 tahun

4. Asal : Betawi

5. Agama : Islam

6. Tanggal Wawancara : 14 Agustus 2014 7. Tempat Wawancara : Wisma Asoka

8. Pukul : 14.00 WIB–14.30 WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1. Assalamu’alaikum nenek? Nenek sedang apa?

Lagi ngga ngapa-ngapain 2. Kalau boleh tau nenek

namanya siapa?

Masnun 3. Nenek sudah berapa lama

tinggal disini ?

Nenek mah udah 4 tahun di sini

3. Usia nenek saat ini berapa tahun ?

89 tahun

4. Kalau boleh tau, siapa yang membawa nenek ke sini?

Nenek disaranin sama Pak RT, Pak RT yang gurusin surat-suratnya.

5. Apa nenek nyaman tinggal di sini?

Ya nyaman-nyaman ajalah. Mau pulang, ya pulang kemana gak punya rumah. Anak udah gak ada. Suami meninggal.

6. Apakah nenek mengikuti setiap kegiatan yang ada disini?

Ya nenek ikut kaya senam, ngaji. Waktu itu pernah ikut main angklung tapi sekarang mata nenek udah gak bisa liat angkanya. Tapi dulu mah rajin. Waktu belum sakit. Kan mata nenek abis di oprasi. Kena katarak. Jadi udah ngga terlalu jelas kalo


(3)

ngeliat. 7. Apakah nenek pernah

mengikuti kegiatan dinamika kelompok?

Dinamika kelompok apaan tuh?

8. Suatu kegiatan yang di damping oleh Ibu Rika, Ibu Messi atau Ibu Siti. Apa nenek pernah mengikuti kegiatan tersebut?

Nenek gak pernah ikut.

9. Apa nenek tidak merasa jenuh atau bosan karena tidak mengikuti kegiatan yang berada disini?

Engga, pan ngejait. Terus kalo ada lomba-lomba juga kadang nenek ikut. Jadi ngga bosen-bosen banget. Nenek mah udah males ikut kegiatan, udah tua. Waktu itu pernah ikut kegiatan itu. Cuma sekarang nenek udah rada males. Badannya udah gampang capek. Paling nenek ngejait aja. Itu juga kalo lagi gak males. Kalo lagi males seminggu baru nenek jait. Mau main angklung matanya udah ga ngeliat. Ya paling kegiatannya ya gitu-gitu aja. Iyah soalnya matanya udah ngga enak gini.. entar deh kalo udah tua ngerasain deh

10. Apa harapan yang nenek inginkan selama nenek tinggal di PSTW ini?


(4)

(5)

(6)