A. Judul Analisis Nilai Impor Kendaraan

A. Judul

: Analisis Nilai Impor Kendaraan Bermotor Indonesia dari Jepang

Periode 1990-2012 dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi.
B. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan jaman, banyak perubahan yang terjadi diantaranya adanya
perubahan pendapatan, kemajuan teknologi, kemajuan informasi, komunikasi dan
transportasi yang menyebabkan keinginan akan suatu barang yang berkualitas semakin
meningkat. Salah satu perubahan perilaku konsumen adalah kesadaran konsumen akan gaya
hidup berkelas atau sosial di dunia masyarakat. Hal ini menimbulkan munculnya berbagai
produk impor yang merajalela di Indonesia salah satunya adalah produk kendaraan bermotor
impor dengan berbagai merk. Dengan semakin terbukanya pasar global maka para pengusaha
dituntut untuk melakukan pembenahan terhadap kinerjanya dalam rangka memenuhi kualitas
produk yang dikehendaki pasar. Di dalam hidupnya, manusia tidak terlepas dari berbagai
macam kebutuhan. Kebutuhan merupakan tuntutan dasar manusia dan manusia membutuhkan
makanan, udara, air, pakaian dan tempat berlindung untuk dapat bertahan hidup (Kotler
2005:13).
Pemenuhan kebutuhan dengan sumber daya yang ada biasanya memerlukan tenaga ahli
dan biaya yang cukup besar. Apabila hanya mengandalkan sumber-sumber daya yang tersedia

dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan, dirasa belum mencukupi akibat keterbatasan
sumber daya manusia dan teknologi. Indonesia belum dapat sepenuhnya memiliki
kemampuan untuk menciptakan atau memproduksi sebagian besar kebutuhannya. Dengan
pertimbangan inilah, Indonesia masuk dalam perdagangan internasional yang dapat
memberikan peluang bagi suatu negara untuk dapat melakukan ekspor maupun impor.
Sejalan dengan era globalisasi, perdagangan internasional merupakan salah satu aspek
penting bagi perekonomian di setiap negara di dunia. Perdagangan internasional merupakan

kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran masyrakat suatu negara.
Perdagangan internasional adalah suatu cara yang paling tepat untuk meningkatkan
kemakmuran masyarakat suatu negara karena tidak semua negara memiliki peralatan
produksi dan kondisi yang sama, baik kualitas maupun kuantitasnya. Kenyataan ini lebih
meyakinkan pentingnya peran dari perdagangan internasional dewasa ini. Para ahli ekonomi
sejak beberapa abad yang lalu menyadari manfaat dari adanya perdagangan antar bangsa
terhadap perekonomian suatu negara. Salah satu keuntungan perdagangan antar negara adalah
memungkinkan suatu negara untuk berspesialisasi dalam menghasilkan barang dan jasa
dengan biaya yang lebih murah dari segi bahan maupun berproduksi dengan kualitas produk
yang baik.
Perdagangan internasional memberikan harapan bagi negara untuk bisa menutupi
kekurangan tabungan yang diperlukan bagi pembentukan modal dalam rangka untuk

meningkatkan produktivitas ekonomi (Tambunan,2000:63). Dalam hal ini dapat diketahui
salah satunya melalui tingkat Produk Domestik Bruto (PDB). Indonesia dikatakan berhasil
dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju pertumbuhan pendapatan rata-rata
pertahunnya tinggi dengan komposisi yang tidak lagi di dominasi oleh komoditas pertanian
dan pertambangan.
Indonesia sebagai negara berkembang juga turut aktif melaksanakan kegiatan
perdagangan internasional. Keaktifan pemerintah Indonesia di bidang perdagangan
intenasional dapat dilihat dari hubungan kerjasama Indonesia dengan negara lain baik di
forum multilateral, regional dan bilateral. Perjanjian tersebut bertujuan untuk meningkatkan
tumbuh kembang perekonomian suatu negara. Bagi Indonesia, Jepang merupakan negara
mitra dagang terbesar dalam hal ekspor-impor Indonesia. Ekspor Indonesia ke Jepang bernilai
US$ 23.6 milyar (statistic Pemerintah RI), sedangkan impor Indonesia dari Jepang adalah
US$ 6.5 milyar sehingga bagi Jepangmengalami surplus besar impor dari Indonesia.

Komoditi penting yang diimpor Jepang dari Indonesia adalah minyak, gas alam cair,
batubara, hasil tambang, udang, tekstil dan produk tekstil , mesin perlengkapan listrik, dll. Di
lain pihak, barang-barang yang diekspor Jepang ke Indonesia meliputi mesin-mesin dan suku
cadang, produk plastic dan kimia, baja, transportasi dan suku cadang mobil.
Pada umumnya pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan Produk
Domestik Bruto (PDB). PDB sangat mempengaruhi pola konsumsi penduduk di suatu negara.

Umumnya pola konsumsi penduduk yang meningkat di negara sedang berkembang akan
diikuti oleh kecendrungan meningkatkan impor, hal ini disebabkan produktivitas di negara
tersebut belum mampu untuk memenuhi seluruh kebutuhannya. Dalam dunia nyata , sangat
sulit untuk mencatat jumlah juta US$ barang dan jasa yang dihasilkan selama periode
tertentu, sehingga untuk menafsir perubahan output angka yang digunakan adalah nilai
moneternya (uang) yang tercermin dalam Produk Domestik Bruto (PDB). Pada umumnya
pertumbuhan aktivitas ekonomi yang terjadi atau berlangsung didalam perekonomian suatu
negara dapat dihitung dengan Produk Domestik Bruto (PDB) (Muana,2005:9).
Jumlah impor ditentukan oleh kesanggupan atau kemampuan suatu negara dalam
menghasilkan barang-barang yang mampu bersaing dengan buatan luar negeri, selain itu yang
paling menentukan jumlah impor adalah kemampuan negara dalam membeli barang-barang
hasil buatan luar negeri yang berarti nilai impor tergantung dari tingkat pendapatan nasional
negara itu sendiri. Makin tinggi pendapatan serta makin rendah kemampuan negara dalam
menghasilkan barang-barang tersebut maka impor makin tinggi dan makin banyak terdapat
kebocoran dalam pendapatan nasional (Deliarnov, 1995:204).
Keynes mengemukakan bahwa besar kecilnya impor lebih dipengaruhi oleh pendapatan
negara tersebut. Analisis makro ekonomi menganggap bahwa makin besar pendapatan
nasional suatu negara maka semakin besar pula impornya (Herlambang,2001:267). PDB

diyakini terbaik dalam menilai kerja pertumbuhan ekonomi suatu negara dan merupakan

landasan

dalam

melakukan

pengukuran

kinerja

perekonomian

suatu

negara

(Sukirno,2001:33).
Tabel 1.1

Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas Dasar


Harga Konstan Periode 1990-2012

Tahun
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005

2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012

Produk Domestik Bruto (Miliar Rupiah)
115.217,30
12.318,10
131,101.60
140,116.70
354,640.80
383,792.30
413,797.90
433,245.90
376,374.90
379,352.50
138,976,990

144,040,570
150,521,640
157,717,130
165,651,680
175,081,520
184,712,670
196,432,730
208,245,610
217,885,040
231,445,880
246,456,610
261,893,840
Rata-rata perkembangan

Perkembangan
(%)
-89
964
7
153

8
8
5
-13
1
36535
4
4
5
5
6
6
6
6
5
6
6
6
1568


Sumber : Badan Pusat Statistik 1990-2012 (data digabung) (www.bps.go.id)
Data pada Tabel 1.1 menunjukan perubahan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
atas dasar harga konstan pada periode 1990-2012, yang menunjukan perkembangan secara
rata-rata sebesar 1568 persen. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tertinggi terjadi pada

tahun 2012 yaitu sebesar 261,893,840 miliar rupiah dengan perkembangan 6 persen.
Sedangkan Produk Domestik Bruto (PDB) terendah terjadi pada tahun 1991 yaitu sebesar
12,318.10 miliar rupiah dengan perkembangan minus 89 persen. Hal ini dikarenakan pada
tahun 1991 terjadi krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi
tersebut menyebabkan terpuruknya perekonomian Indonesia.
Teori permintaan menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara permintaan dan harga.
Bahkan semakin tinggi suatu harga komoditas maka semakin rendah kuantitas permintaan
terhadap komoditas tersebut. Demikian sebaliknya semakin rendah harga komoditas tersebut
maka meningkat asumsi ceteris paribus (factor yang lain tidak mengalami perubahan). Harga
yang dimaksud adalah kurs valuta asing sedangkan permintaannya adalah impor dari negara
bersangkutan. Jika kurs valuta asing meningkat maka impor cenderung menurun, sebaliknya
jika kurs valuta asing menurun maka impor akan meningkat (Sukirno,2006:76).
Transaksi perdagangan antar negara baik ekspor maupun impor akan memerlukan
valuta asing dalam proses pertukarannya. Kestabilan nilai suatu mata uang merupakan salah
satu factor yang akan mempengaruhi jalannya proses perdagangan antar negara tersebut. Agar

kegiatan perdagangan berjalan dengan baik maka diperlukan adanya kestabilan nilai tukar
mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar asing (kurs valuta asing). Pengertian Kurs
(Exchange Rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan
perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah
sering disebut dengan kurs (exchange rate). Nilai tukar biasanya berubah-ubah, perubahan
kurs dapat berupa depresiasi dan apresiasi. Depresiasi mata uang rupiah terhadap dolar AS
artinya suatu penurunan harga dollarAS terhadap rupiah. Depresiasi mata uang negara
membuat harga barang-barang domestik menjadi lebih murah bagi pihak luar negeri. Sedang
apresiasi rupiah terhadap dollar AS adalah kenaikan rupiah terhadap dollar AS. Apresiasi
mata uang suatu negara membuat harga barangbarang domestik menjadi lebih mahal bagi

pihak luar negeri (Sukirno, 1981:297). Kurs rupiah terhadap dollar AS memainkan peranan
sentrel dalam perdagangan internasional, karena kurs rupiah terhadap dollar AS
memungkinkan kita untuk membandingkan harga semua barang dan jasa yang dihasilkan
berbagai negara. Kurs valuta asing dapat diklasifikasikan kedalam kurs jual dan kurs beli.
Selisih dari penjualan dan pembelian merupakan pendapatan bagi pedagang valuta asing.
Sedang bila ditinjau dari waktu yang dibutuhkan dalam menyerahkan valuta asing setelah
transaksi kurs dapat diklasifikasikan dalam kurs spot dan kurs berjalan (forward exchange).
Semua transaksi valuta asing yang berlangsung seketika atau langsung di mana kedua belah
pihak sepakat untuk saling membayar secepatnya saat itu atau paling lambat dua hari setelah

transaksi, disebut kurs spot (spot exchange rate). Sedangkan kesepakatannya disebut
transaksi spot. Beberapa kesepakatan sering seringkali secara khusus menetapkan tanggal
lebih dari dua hari, misalnya 30 hari, 90 hari,atau 180 hari atau bahkan beberapa tahun. Kurs
yang menjadi dasar bagi transaksi semacam ini disebut kurs berjangka (forward exchange
rate). (Triyono, 2008)
Kurs valuta asing dalam hal ini adalah kurs dollar Amerika Serika, berpengaruh pada
perkembangan perdagangan. Perkembangan kurs mata uang dalam negeri terhadap mata uang
asing, khususnya dollar Amerika Serikat. Dollar Amerika Serikat merupakan mata uang
internasional atau mata uang cadangan yang sejalan dengan menanjaknya posisi Amerika
Serikat di bidang perekonomian dunia, terutama setelah perang dunia I. Dollar Amerika
Serikat diterima oleh siapapun sebagai pembayaran bagi transaksinya (Boediono,2005:97).
Apabila kurs valuta asing mengalami penurunan dibandingkan dengan mata uang dalam
negeri, maka akan meningkatkan impor dan apabila kurs valuta asing mengalami peningkatan
akan menurunkan impor (Pratama Andika, 2007:9).
Gambar 1.2. Perkembangan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Rupiah Periode
1990-2012 (US$)

Sumber

: Badan Pusat Statistik 1990-2012 (data digabung) (www.bps.go.id)

Gambar 1.2 memperlihatkan kurs dollar Amerika Serikat (US$) terhadap rupiah peningkatan
tertinggi terjadi pada tahun 1997 yang pningkatannya mencapai 4.650,00 dengan
perkembangan 95,13 persen. Kurs dollar Amerika Serikat pada periode 1990-2012
menunjukan perkembangan rata-rata sebesar 9,81 persen.
Nilai tukar dibedakan menjadi dua yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai
tukar nominal menunjukkan harga relatif mata uang dan dua negara, sedangkan nilai tukar riil
menunjukkan tingkat ukuran (rate) suatu barang dapat diperdagangkan antar negara. Jika nilai
tukar riil tinggi berarti harga produk luar negeri relatif murah dan harga produk domestic
relatif mahal. Persentase perubahan nilai tukar nominal sama dengan persentase perubahan
nilai tukar riil ditambah perbedaan inflasi antara inflasi luar negeri dengan inflasi domestik
(persentase perubahan harga inflasi). Jika suatu negara luar negeri lebih tinggi inflasinya
dibandingkan domestik (Indonesia) maka Rupiah akan ditukarkan dengan lebih banyak valas.
Jika inflasi meningkat untuk membeli valuta asing yang sama jumlahnya harus ditukar
dengan Rupiah yang makin banyak atau depresiasi Rupiah (Herlambang, dkk, 2001 : 282).
Untuk melakukan perdagangan internasional antar suatu negara dengan negara lainnya
tentu diperlukan satuan mata uang yang sama dan dapat diterima secara universal sehingga
tidak terjadi kebingungan untuk melakukan perdagangan internasional , maka dari itu kurs
sangat berfungsi untuk pembanding antara nilai suatu mata uang dengan nilai mata uang

lainnya. Mata uang yang dapat diterima secara universal adalah nilai mata uang Amerika
Serikat yaitu US$. Oleh karena itu untuk melakukan perdagangan internasional harus
memperhatikan nilai tukar rupiah terhadap mata uang Amerika Serikat agar menjauhkan
terjadinya defisit anggaran yang terlalu tinggi.
Gambar 1.3 Perkembangan Inflasi di Indonesia Pada Tahun 1990-2012

Sumber : Badan Pusat Statistik (data diolah) (www.bps.go.id)
Gambar 1.3 menunjukkan bahwa tingkat inflasi terlihat cukup fluktuatif. Dapat dilihat
tingkat inflasi tertinggi terdapat pada tahun 1998 dimana inflasi mencapai 77,63 persen. Pada
tahun berikutnya, yaitu 1999 dimana inflasi dapat ditekan menjadi 2,01 persen yag dimana
dapat dikategorikan tingkat paling rendah. Pada tahun 2001 dan 2002 inflasi sempat
meninggi di angka 12,55 persen di tahun 2001 dan 10,03 persen di tahun 2002. Inflasi
mengalami penurunan pada tahun 2003 dan 2004, kemudian meningkat kembali di tahun
2005 dengan 17,11 persen. Dan pada tahun 2011 dan 2012 mengalami penurunan kembali
sebesar 3,79 persen di tahun 2011 dan 4,30 di tahun 2012.
Penanaman modal asing (PMA) tercermin dengan adanya peningkatan jumlah mata
uang asing atau jumlah cadangan devisa, dimana dalam hal penanaman modal asing di
Indonesia melalui portofolio asing memiliki pangsa yang cukup besar dalam struktur modal
dan finansial. Hal tersebut terjadi karena Indonesia merupakan bagian dalam negara
emerging market economy sehingga dapat memberikan imbal balik investasi yang menarik
(Masdjojo, 2010). Penanaman modal asing (PMA) tercermin dengan adanya peningkatan

jumlah mata uang asing atau jumlah cadangan devisa, dimana dalam hal penanaman modal
asing di Indonesia melalui portofolio asing memiliki pangsa yang cukup besar dalam struktur
modal dan finansial. Hal tersebut terjadi karena Indonesia merupakan bagian dalam negara
emerging market economy sehingga dapat memberikan imbal balik investasi yang menarik
(Masdjojo, 2010).
Selain inflasi, yang secara tidak langsung mempengaruhi impor adalah cadangan
devisa. Menurut Tambunan (2001: 158) menyebutkan cadangan devisa merupakan salah satu
indicator moneter yang sangat penting yang menunjukan kuat atau lemahnya fundamental
ekonomi suatu negara. Cadangan devisa dalam jumlah yang cukup merupakan salah satu
jaminan bagi tercapainnya stabilitas moneter dan ekonomi makro suatu negara. Adapun
perkembangan cadangan devisa Indonesia selama dua puluh tiga tahun terakhir periode 19902012 diperlihatkan oleh gambar 1.4.
Jika dilihat pada gambar 1.4, cadangan devisa Indonesia pada periode 1990-2010
cenderung meningkat walaupun terjadi penurunan sesekali. Penurunan tersebut dapat terlihat
seperti pada tahun 2001 sebesar 4,73 persen, lalu tahun 2005 yang mengalami penurunan
sebesar 4,40 persen dan pada tahun 2008 sebesar 8,26 persen yang dimana merupakan
penurunan terbesar dalam periode tersebut. Hal itu tidak terlepas dari efek krisis global yang
dialami Indonesia oleh Amerika Serikat. Sedangkan peningkatan terbesar pada periode ini
adalah pada tahun 2010, dimana peningkatan cadangan devisa Indonesia meningkat sebesar
45,54persen.

Gambar 1.4 Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia Tahun 1990-2012

Sumber : Bank Indonesia, 2013 (bi.go.id)
Salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang perdagangan adalah melalui kebijakan
impor. Kebijakan impor dilakukan karena Indonesia belum sepenuhnya mampu dalam
memproduksi kebutuhan sendiri dan juga jumlah barang dan jasa yang dibutuhkan ternyata
lebih besar dari produksinya. Adanya kebutuhan untuk memenuhi kebutuhannya ini , maka
Indonesia harus melakukan kerjasama dengan pihak luar negeri melalui perdagangan
Internasional.
Nilai impor Indonesia tidak terlepas dari pengaruh permintaan dalam negeri atas
barang-barang konsumsi, serta modal yang pasokannya belum dapat dipenuhi seluruhnya
oleh industry-industri dalam negeri. Salah satu barang yang diimpor oleh Indonesia adalah
kendaraan bermotor. Bila dilihat dari negara pengekspor kendaraan bermotor dari tahun
1990-2012, didominasi oleh negara Jepang dan Thailand. Tetapi karena Thailand baru
memulai ekspor kendaraan bermotor ke Indonesia tahun 2000-2012. (Tabel 1.5) dalam hal ini
nilai impor kendaraan bermotor Indonesia yang paling tinggi kedua dirain oleh negara
Jepang, maka permasalahn yang diangkat adalah kendaraan bermotor Indonesia yang diimpor
dari negara Jepang.

Impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang tidak terlepas dari kondisi dalam
negeri yang sangat dibutuhkan sebagai sarana transportasi dalam kegiatan sehari-hari.
Kendaraan bermotor pada jaman ini bukan lagi sebagai kebutuhan sekunder melainkan sudah
menjadi kebutuhan primer. Dan juga lonjakan impor kendaraan bermotor dipicu oleh
peningkatan permintaan terhadap perekonomian di Indonesia. Kegairahan pasar otomotif di
Indonesia di topang oleh industry pembiayaan yang semakin kreatif menciptakan berbagai
produk yang memudahkan bagi masyarakat konsumen untuk memiliki kendaraan bermotor
(http://bataviase.co.id/node/128294).
Tablel 1.5 memperlihatkan kenaikan impor di berbagai negara tersebut bervariasi,
tetapi menunjukan tred yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Tabel 1.5. Perkembangan Nilai Impor Kendaraan Bermotor Indonesia Menurut
Negara Asal
Tahun

Periode 1990-2012 (juta US$)
Negara

Jepang

Korea Selatan

Australia

Amerika Serikat

Inggris

Prancis

Jerman

Thailand

1990

274,9

0

0,5

1,3

1,6

13,5

102,5

0

1991

181,7

0

1,1

1,6

2,8

9,1

66,3

0

1992

139,2

0

3,9

10,4

5,0

7,8

41,7

0

1993

107,4

0

0,2

6,0

0,5

3,5

17,5

0

1994

147,8

0

12,2

48,9

12,3

8,3

55,7

0

1995

176,3

0

19,8

65,2

24,7

24,7

87,5

0

1996

178,4

0

21,5

97,3

10,6

10,6

84,4

0

1997

165,3

0

9,1

78,1

33,6

33,6

79,1

0

1998

81,6

0

6,4

153,4

29,0

29,0

21,6

0

1999

16,5

0

20,3

64,2

4,1

4,1

8,9

0

2000

88,8

0

9,2

86,6

10,3

12,3

52,2

3.40

2001

129,2

40,4

13,0

100,4

10,2

29,0

35,2

5.40

2002

86,6

23,5

10,2

66,7

5,7

9,3

23,6

36.30

2003

141,4

23,6

11,2

97,6

10,1

13,2

24,2

174.10

2004

273,1

25,4

7,3

62,0

15,7

12,4

46,1

448.20

2005

324,8

19,4

9,0

188,3

29,1

10,2

45,0

519.70

2006

271,9

8,2

15,0

127,4

17,6

11,6

33,2

415.60

2007

242,1

7,4

19,1

16,5

31,5

9,3

38,3

2008

463,6

17,3

27,3

196,2

91,6

10,8

60,9

584.60
1

2009

344,2

38,0

25,9

68,8

26,8

3,7

58,5

000.50
556.30

2010

828.90

48.90

0

70.00

76.20

0.00

122.40

2011

1 208.00

61.50

0

293.30

122.70

0.00

171.00

2012

1 574.50

63.30

0

258.70

228.80

0.00

171.50

Sumber

: Badan Pusat Statistik 1990-2012 (data digabung) (www.bps.go.id)

1
195.50
1
412.80
2
033.10

Jepang merupakan salah satu negara pengekspor terbesar kendaraan bermotor ke
Indonesia dibandingkan dengan pengekspor negara lainnya dengan nilai ekspor 1574.50 juta
US$ pada tahun 2012. Adapun berbagai merk kendaraan yang berasal dari Jepang antara lain
seperti Honda, Toyota , Suzuki dan lain-lain. Berbagai produk impor dari Jepang telah masuk
ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Perkembangan volume impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang dalam waktu
dua puluh tiga tahun yaitu tahun 1990-2012 mengalami fluktuasi seperti ditunjukan pada
Tabel 1.5 Perkembangan Nilai Impor Kendaraan Bermotor Indonesia dari Jepang tahun 19902012
Tahun

Nilai Impor Kendaraan Bermotor Indonesia dari
Jepang Periode 1990-2012 (jutaUS$)

Perkembangan
(%)

1990

274,9

-

1991

181,7

-33,90

1992

139,2

-23,39

1993

107,4

-22,84

1994

147,8

37,61

1995

176,3

19,28

1996

178,4

1,19

1997

165,3

7,34

1998

81,6

-50,63

1999

16,5

-79,77

2000

88,8

438,18

2001

129,2

45,49

2002

86,6

-32,97

2003

141,4

63,27

2004

273,1

93,14

2005

324,8

18,93

2006

271,9

-16,28

2007

242,1

-10,95

2008

463,6

91,49

2009

344,2

25,75

2010

828.90

140,81

2011

1 208.00

45,73

2012

1 574.50

30,33

Sumber : Badan Pusat Statistik 1990-2012 (data digabung) (www.bps.go.id)

Tingkat perkembangan nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang rata-rata…
persen per tahun. Nilai impor kendaraan bermotor yang tertinggi terjadi pada tahun 2012
yaitu sebesar 1574,50 juta US$ dengan perkembangan

persen dan yang terendah terjadi

pada tahun 1999 yaitu sebesar 16,5 juta US$ dengan perkembangan minus persen. Semua hal
tersebut ditunjukan pada Tabel 1.5.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan , maka yang menjadi pokok
permasalahan adalah :
1) Apakah Produk Domestik Bruto (PDB), Kurs Dollar Amerika Serikat, Inflasi dan
Cadangan Devisa secara serempak berpengaruh terhadap Nilai Impor Kendaraan
Bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2012?
2) Bagaimakah pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Kurs Dollar Amerika
Serikat, Inflasi dan Cadangan Devisa secara parsial berpengaruh terhadap Nilai
Impor Kendaraan Bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2012?
3) Variabel manakah yang berpengaruh dominan terhadap Nilai Impor Kendaraan
Bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2012?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan ,maka tujuan dari penelitian
yang hendak dicapai asalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai :
1) Untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) , Kurs Dollar
Amerika Serikat, Inflasi dan Cadangan Devisa secara serempak terhadap Nilai
Impor Kendaraan Bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2012.

2) Untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) , Kurs Dollar
Amerika Serikat, Inflasi dan Cadangan Devisa secara parsial terhadap Nilai Impor
Kendaraan Bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2012.
3) Untuk mengetahui variable yang mana paling berpengaruh dominan terhadap nilai
impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2012.
E. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian maka penelitian ini diharapkan dapat membeikan
kegunaan sebagai berikut :
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi , wawasan
dan refrensi yang lebih luas tentang konsep atau teori-teori yang berkaitan
dengan bidang perdangan internasional , khususnya mengenai impor.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi
pemerintah khusunya dalam merumuskan dan menentukan kebijakan dalam
perdagangan baik dalam kebijakan ekspor maupun impor.
F. Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
F.1 Landasan Teori dan Konsep
F.1.1 Perdagangan Internasional
Perdagangan luar negeri menurut Tambunan (2001:1) memiliki arti sebagai
perdagangan lintas negara yang terdiri dari kegiatan ekspor dan impor. Pertukaran atau

perdagangan pada dasarnya terjadi karena salah satu atau kedua belah pihak melihat adanya
manfaat dan keuntungan tambahan yang dapat diperoleh dari kegiatan pertukaran tersebut.
Perbedaan di dalam permintaan maupun penawaran menjadi prinsip timbulnya perdagangan
antar Negara. Perbedaan tersebut berbeda, misalnya dikarenakan selera dan pendapatan
masing-masing konsumen yang berbeda satu sama lain. Sedangkan , perbedaan penawaran
misalnya dikarenakan perbedaan di dalam kualitas factor-faktor produksi dan jumlah produk
yang dihasilkan , eksternalitas , dan tingkat teknologi (Nopirin,2007:26)
Teori-teori perdagangan internasional adalah teori-teori yang mencoba memahami
mengapa sebuah Negara melakukan kerja sama perdagangan dengan memahami negaranegara lain. Teori tersebut makin disempurnakan oleh Adam Smith, David Ricardo, Dan
Hecher Ohlin.
1) Teori Praklasik (Merkantilisme)
Merkantilisme adalah ajrn atau paradigm yang berkeyakinan bahwa perekonomian
suatu Negara makin makmur bila mampu surplus perdagangan. Konsekuensinya
adalah memaksimalkan ekspor sekaligus meminimumkan impor. Dengan campur
tanggan pemerintah maka surplus neraca perdagangan selalu dipertahankan
sehingga logam mulia akan mengalir kedalam negeri.
2) Teori Klasik


Teori Keunggulan Absolut (Absolute Advarage : Adam Smith)

Teori keunggulan absolut (Absolute Advarage) dibangun oleh Adam Smith
sebagai perbaikan atas merkantilisme. Menurut Smith, perdagangan akan
meningkatkan kemakmuran bila dilakukan melalui merkanisme perdagangan
bebas, para pelaku ekonomi diarahkan untuk melakukan spesialisasi dalam

upaya peningkatan efisiensi. Sebaliknya spesialisasi dilakukan berdasarkan
pertimbangan absolute, yaitu keunggulan yang dilihat dari kemampuan
produksi dengan biaya lebih murah.


Teori Keunggulan Komperatif (omratie Adantage : David Ricardo)
Menurut David Ricardo, suatu negara akan mengekspor produk dimana
negara itu mempunyai comperative disadvantage yaitu suatu barang yang
dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang kalau
dihasilkan sendiri akan memakan ongkos yang besar atau mahal. Dalam
hal ini nilai suatu barang juga ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja
yang digunakan untuk menghasilkan barang tersebut. Teori ini didasarkan
pada nilai tenaga kerja atau Theory Value yang mnyatakan bahwa, nilai
atau harga suatu produk ditentukan oleh jumlah waktu atau jam yang
dipelukan untuk memproduksinya (hady,2001).

3) Teori Modern
Teori perdagangan selanjutnya dikembangkan oleh ahli ekonomi dari Swedia
yaitu Bertil Hackscher dan Bertil Ohlin dengan teori heckscher-ohlin. Teori ini
lebih modern menyatakan, bahwa terjadinya perdagangan internasional di
sebabkan karena adanya perbedaan relative factor-faktor pembrian alam dan
intensitas penggunaan factor produksi. H-O menyatakan bahwa setiap negara
akan mengekspor barang yang diproduksinya menggunakan factor yang
diproduksinya menggunakan factor produksi yang persediannya melimpah dan
murah secara intensif serta mengimpor barang yang memproduksinya
menggunakan factor produksi yang persediannya langka dan mahal secara
intensif (Hady, 2001:39)

Teori perilaku menurut Mowen dan Minor (2002:6) menyatakan bahwa perilaku
konsumen adalah suatu studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran
yang melibatkan perolehan , konsumsi , dan pembuatan barang , jasa , pengalampengalaman , serta ide-ide. Na dan Ping (2002:2) bahwa orang yang memiliki lifestyle lebih
modern dan yang memiliki waktu terbatas cnderung membeli online , yaitu mereka yang
menggunakan internet sebagai alat rutin dan atau mereka yang lebih banyak waktu kelaparan
lebih suka berbelanja di Internet. Menurut Swastha dan Handoko (2000:10) , perilaku
konsumen adalah kegiatan personal yag secara tidak langsung terlibat dalam mendapatkan
dan menggunakan barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pegambilan keputusan pada
persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan yang sesuai kriteria tersebut.
Schiffman dan Kanuk (2008:5) memiliki definisi perilaku konsumen yang
menitikberatkan pada proses, yaitu perilaku yang ditunjukan oleh konsumen dalam
mencari ,membeli , menggunakan , mengevaluasi , dan membuang produk dan jasa yang
diharapkan akan memenuhi berbagai kebutuhannya. Menurut Kotler (2005:201) perilaku
konsumen mempelajari cara individu , kelompok dan organisasi memilih , membeli ,
memakai serta memanjfaatkan barang dan jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka
memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka.
F.1.2 Teori Impor
Impor merupakan kegiatan pengiriman barang ke dalam daerah pabean di Indonesia.
Menurut Amir (2001), suatu kegiatan impor akan dimulai dari adanya pelaku-pelaku yang
terlibat, yaitu importir dan eksportir atas barang dan jasa tertentu dimana keduanya berada di
wilayah negara yang berbeda. Impor di tiap negara berbeda-beda, tergantung kebutuhan dan
kemampuan dalam memenuhinya.
Menurut Atmadji (2004), suatu negara melakukan impor karena mengalami defisiensi
(kekurangan/kegagalan) dalam menyelenggarakan produksi barang dan jasa bagi kebutuhan

konsumsi penduduknya. Herlambang (2001: 267) menyebutkan bahwa ada dua macam
defisiensi yang dapat terjadi, yaitu defisiensi kuantitas dan defisiensi kualitas. Besarnya
impor yang dilakukan suatu negara dipengaruhi oleh kesanggupan barang yang di produksi di
negara lain dan mampu untuk bersaing dengan barang-barang dan jasa produksi domestik.
F.1.3 Teori Produk Domestik Bruto (PDB)
F.1.3.1 Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB)
Menurut Ace Prataditeja dalam Hastuti (2008) PDB adalah hasil dari produksi barangbarang dengan jasa-jasa dan perusahaan serta barang dan jasa asing yang ada di suatu negara
bersangkutan. PDB mengukur nilai barang dan jasa yang diproduksi diwilayah negara tanpa
membedakan kewarganegaraan pada suatu periode tertentu (Herlambang, 2001:22). Lebih
lanjut Abbas et al (2011). Menjelaskan PDB merupakan nilai barang-barang dan jasa-jasa
yang diproduksi dalam suatu negara selama satu tahun, PDB bisa dikatakan sebagai nilai
barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik
warga negara negara tersebut dan negara asing. Hal ini sering dianggap sebagai indikator
pertumbuhan dan standar hidup untuk negara.
Dari beberapa pengertian PDB di atas, setidaknya terdapat tiga hal penting yang perlu
untuk dijelaskan lebih lanjut yaitu (Nanga, 2005:13-14) :
1) PDB hanya mencangkup barang akhir (final goods) dan nilai tambah (value
added) saja. Sedangkan barang antara dan barang setengah jadi (intermediate or
semifinished goods) tidak dimasukkan sebagai komponen dari PDB.
2) PDB hanya menghitung atau memasukan nilai dari barang yang merupakan hasil
produksi pada tahun berjalan (current year) yaitu tahun pada saat dilakukan
perhitungan (curret output).

3) PDB yang dihasilkan itu dinilai berdasarkan harga pasar yang berlaku (at current
market prices).
F.1.3.2 Hubungan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan Impor
Pada umumnya pertumbuhan perekonomian suatu negara dapat di ukur dengan PDB,
karena merupakan nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu
negara selama satu periode atau satu tahun (Van den Bergh, 2009). PDB sangatlah
mempengaruhi pola konsumsi masyarakat di negara berkembang, biasanya seiring
meningkatnya pola konsumsi masyarakat maka impor akan cenderung meningkat. Hal
semacam ini di sebabkan karena produktifitas suatu negara belum mampu memenuhi seluruh
kebutuhannya (Nanga, 2005:9).
Jumlah impor juga ditentukan oleh kemampuan suatu negara dalam menghasilkan
barang-barang yang nantinya bersaing dengan barang negara lain. Kemampuan suatu negara
untuk membeli barang-barang impor juga sangat di pengaruhi oleh tingkat pendapatan
nasional negara itu sendiri. Semakin tinggi pendapatan suatu negara dan makin rendah
kemampuan negara menghasilkan barang tersebut maka impor akan meningkat. Menurut
Nopirin (2009:148) yang menyebutkan bahwa, semakin tinggi tingkat pertumbuhan
pendapatan (PDB), maka semakin besar kemungkinan untuk impor. Dapat disimpulkan antara
impor dengan tingkat pendapatan atau produk domestik bruto memiliki hubungan yang
positif.
F.1.4 Teori Kurs Valuta Asing
Merupakan suatu mata uang yang menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu
negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain atau jumlah uang domestik yang
dibutuhkan, yang dimana banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit
mata uang asing tersebut (Sukirno, 2006:397).

Selain itu menurut Nopirin (2000:138), dalam pasar valuta asing tidak hanya
menyangkut masalah kurs atau harga suatu valuta asing saja, tetapi juga pihak-pihak yang
melakukan transaksi seperti eksportir dan importir, bank, pedagang perantara dan bank
sentral. Pasar valuta asing mempunyai beberapa fungsi pokok dalam membantu kelancaran
lalu lintas pembayaran internasional, diantaranya :
1. Mempermudah dalam penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara
ke negara lain. Proses penukaran atau pemindahan dana ini dapat dilakukan dengan
sistem “clearing” seperti halnya yang dilakukan oleh bank-bank serta para pedagang.
2. Seringnya terdapat transaksi internasional yang tidak perlu segera diselesaikan
pembayaran dan atau penyerahan barangnya, maka pasar valuta asing memberikan
kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian atau kontrak jual beli dengan kredit.
F.1.4.1 Hubungan Kurs Dollar Amerika Serikat Dengan Impor
Kurs adalah suatu variabel ekonomi yang digunakan untuk mengkonversi suatu harga
mata uang asing ke dalam mata uang domestik, ataupun sebaliknya. Apabila kurs mengalami
kenaikan atau terapresiasi, maka barang-barang di luar negeri akan lebih mahal dan impor
akan menurun. Mampu mengkonversi satu mata uang ke dalam mata uang yang lain dengan
kurs yang berlaku sangat penting untuk bisnis internasional dan pengambilan keputusan.
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darwanto (2007) menyatakan bahwa,
depresiasi rupiah akan menyebabkan harga barang domestik itu sendiri lebih kompetitif
dibandingkan produk luar negeri.
F.1.5 Teori Inflasi
Menurut Nanga (2005), gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan
secara terus-menerus dinamakan inflasi. Terdapat tiga jenis tingkatan inflasi, yaitu inflasi
sedang, inflasi ganas, dan hiper inflasi. Menurut Muritala (2011), inflasi adalah sebuahsituasi
di mananilaiuang terusmengalami depresiasidari segi nilai, adanya kecenderungankenaikan

hargabarang dan jasayang tersedia pada umumnya. Perlu digaris bawahi bahwa definisi
inflasi mencakup aspek-aspek sebagai berikut (Santoso, 2008) :
1. Tendency, yaitu berupa kecenderungan harga-harga untuk meningkat, artinya dalam suatu
waktu tertentu dimungkinkan terjadinya penurunan harga tetapi secara keseluruhan
mempunyai kecenderungan (trend) meningkat.
2. Sustained, kenaikan harga yang terjadi tidak hanya berlangsung dalam waktu tertentu
saja, melainkan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama.
3. General level of price, harga dalam konteks inflasi dimaksudkan sebagai harga barangbarang secara umum, bukan dalam artian satu atau dua jenis barang saja.
Dilihat dari tingkat keparahannya (severity), inflasi juga dapat dipilah ke dalam 3
jenis,yaitu (Nanga, 2005:247) :
1. Inflasi Sedang (moderate inflation), yaitu inflasi yang ditandai dengan harga harga yang
meningkat secara lambat, dan tak terlalu menimbulkan distorsi pada pendapatan dan
harga relatif.
2. Inflasi Ganas (galloping inflation), yaitu inflasi yang mencapai antara dua atau tiga digit
seperti 20%, 100% atau 200% per tahun, dan dapat menimbulkan gangguan-gangguan
serius dalam perekonomian.
3. Hiperinflasi (hyperinflation), yaitu tingkat inflasi yang sangat parah, bisa mencapai ribuan
bahkan milyar persen per tahun dan merupakan jenis inflasi yang mematikan.
F.1.5.1 Hubungan Inflasi Dengan Impor
Inflasi adalah suatu keadaan di mana terjadi kenaikan harga-harga yang berlangsung
terus-menerus dalam jangka waktu cukup lama. Dengan kenaikan harga-harga tersebut, nilai
uang turun sebanding dengan kenaikan harga-harga tersebut. Sadono Sukirno (2002:16)
menyatakan, inflasi yang bertambah serius akan mengurangi investasi yang produktif dan

mengurangi ekspor dan mengurangi impor. Kecenderungan ini akan memperlambat
pertumbuhan perekonomian.
Inflasi juga menyebabkan harga barang impor menjadi lebih murah daripada barang
yang dihasilkan dalam negeri. Pada umumnya inflasi akan menyebabkan impor berkembang
lebih cepat dibandingkan dengan ekspor (Sadono Sukirno, 2002). Dalam penelitian Ulke
(2011) dalam Econometric Analysis of Import and Inflation Relationship in Turkey between
1995 and 2010 dinyatakan bahwa inflasi mempunyai hubungan yang searah terhadap volume
impor.
F.1.6 Teori Cadangan Devisa
Cadangan Devisa atau Foreign Reserve Currencies adalah mata uang asing, misalnya
dolar Amerika yang dipegang oleh pemerintah atau bank sentral setiap negara yang pada
umumnya digunakan sebagai cadangan internasional (Lipsey, 1990:499). Dalam hal ini,
penyimpanan mata uang asing sebagai aset dapat berdampak terhadap stabilitas nilai mata
uang dan mengurangi dampak guncangan ekonomi nantinya (Kumarasamy, 2012).
Begitu juga dikatakan oleh Nilawati (2000:162), cadangan devisa yaitu stok emas dan
mata uang asing yang dimiliki dan sewaktu-waku digunakan untuk transaksi atau
pembayaran internasional.Posisi cadangan devisa suatu negara biasanya dinyatakan aman
apabila mencukupi kebutuhan impor untuk jangka waktu setidak-tidaknya tiga bulan. Jika
cadangan devisa yang dimiliki tidak mencukupi kebutuhan untuk tiga bulan impor, maka hal
itu dianggap rawan. Tipisnya persediaan valuta asing suatu negara dapat menimbulkan
kesulitan ekonomi bagi negara yang bersangkutan.
Di dalam perkembangannya, ekonomi nasional Indonesia dikenal duaterminologi
cadangan devisa, yaitu official foreign exchange reserve dan countryforeign exchange
reserve, yang masing-masing mempunyai cakupan yang berbeda. Pertama,merupakan
cadangan devisa milik negara yang dikelola, diurus, dan ditatausahakan oleh bank sentral,

sesuai dengan tugas yang diberikan oleh UU No. 13Tahun 1968.Kedua, mencakup seluruh
devisa yang dimiliki badan, perorangan, lembaga,terutama lembaga keuangan nasional yang
secara moneter merupakan bagian darikekayaan nasional (Halwani Hendra:2005).
F.1.6.1 Hubungan Cadangan Devisa Dengan Impor
Impor ditentukan olehkesanggupan atau kemampuan dalam meghasilkan barangbarang yang bersaingdengan barang luar negeri. Hal ini berarti nilai impor bergantung pada
tingkat nilaipendapatan nasional suatu negara tersebut.
Semakin tinggi tingkat pendapatan nasional, dan semakin rendah kemampuannegara tersebut
dalam menghasilkan barang- barang tertentu, maka kegiatan imporpun akan semakin tinggi.
Hal ini menyebabkan banyaknya kebocoran dalampendapatan nasional.
F.2 Hipotesis Penelitian
Dari landasan teori, pembahasan hasil penelitian sebelumnya dan model perilaku
pembelian konsumen dan keputusan pembelian produk, terdapat beberapa hipotesis yaitu
jawaban sementaradari hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan , yaitu
sebagai berikut :
1). Diduga bahwa produk domestik bruto (PDB) , kurs dollar Amerika Serikat ,
Inflasi dan cadangan devisa berpengaruh signifikan terhadap nilai impor
kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang Periode 1990 -2012.
2). Diduga bahwa produk domestik bruto (PDB) , kurs dollar Amerika Serikat,
Inflasi dan cadangan devisa berpengaruh negatif terhadap nilai impor kendaraan
bermotor Indonesia dari Jepang Periode 1990 -2012.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adala langkah dan prosedur yang digunakan dalam pengumpulan
data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis
penelitian. Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan.
Penulisan menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
G.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Indonesia dengan menggunakan data runtut waktu
yang dikeluarkan dan dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik yang ada kaitannya
dengan obyek penelitian. Alasannya adalah karena dilihat dari data yang ada bahwa
Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor kendaraan bermotor terbesar dari
Jepang.
G.2 Objek Penelitian
Objek penelitiannya adalah Produk Domestik Bruto (PDB) , kurs dollar
Amerika Serikat, Inflasi dan cadangan devisa terhadap nilai impor kendaraan bermotor
Indonesia dari Jepang periode 1990-2012.
G.3 Indetifikasi Variabel
Sebelum melakukan analisis data dan menguji hipotesis, terlebih dahulu perlu
didefinisikan variable-variabel yang akan dipergunakan dalam model penelitian ini. Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
1) Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variable terikat meupakan variable yang dipengaruhi dan menjadi akibat dari
adanya variable bebas (Sugiyono, 2007:33). Pada penelitian ini yang menjadi
variable terikat adalah nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang(Y).

2) Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variable bebas merupakan variable yang mempengaruhi atau penyebab timbulnya
variable terikat (Sugiyono , 2007 :33). Pada penelitian ini yang menjadi variable
bebas adalah Produk Domestik Bruto (PDB) (X1), kurs dollar Amerika Serikat
(X2), Inflasi (X3) dan cadangan devisa (X4).
G.5 Definisi Operasional Variabel
Berdasarkan identifikasi variabel penelitian, adapun definisi operasional dari masingmasing variabel adalah sebagai berikut :
1.Nilai Impor Kendaraan Bermotor Indonesia dari Jepang adalah jumlah keseluruhan nilai
impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2012.
2. Produk Domestik Bruto merupakan alat untuk mengukur nilai barang dan jasa yang
diproduksi diwilayah negara tanpa membedakan kewarganegaraan pada suatu periode
tertentu dalam penelitian ini menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas
dasar harga konstan periode 1990-2012 dalam satuan Milyar Rupiah.
3. Kurs dollar Amerika Serikat adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang
merupakan kurs tengah yang digunakan oleh Bank Indonesia pada periode 1990-2012 dan
dinyatakan dalam satuan Rp/1US$.
4. Inflasi dalam hal ini dimana suatu gejala yang membuat tingkat harga umum mengalami
kenaikan secara terus-menerus dan terjadi di Indonesia dalam kurun waktu 1990-2010 dan
dinyatakan dalam satuan persentase (%).
5. Cadangan devisa merupakan penerimaan negara yang digunakan dalam transaksi
pembayaran untuk menjaga stabilitas moneter dalam negeri dan dinyatakan dalam satuan
triliun.
G.4 Jenis dan Sumber Data
Di dalam penelitian ini jenis dan sumber data yang digunakan untuk mendukung
analisis ini menurut sifatnya yaitu data kuantitatif yang dimana merupakan data yang berupa
angka-angka dan dapat dihitung (Sugiyono, 2002:13). Data kuantitatif dalam penelitian ini
adalah Produk Domestik Bruto (PDB), Kurs Dollar Amerika Serikat, Inflasi, Cadangan

Devisa, dan Nilai Impor Kendaraan Bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2012.
Selanjutnya data kualitatif yang dimana merupakan data yang tidak berbentuk angka-angka
dan tidak dapat diukur dengan satuan hitung yang berupa yaitu berupa penjelasan keteranganketerangan yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar mengenai variable yang diteliti
(Sugiyono, 2002:13). Selain itu terdapat jenis dan data menurut sumbernya yaitu data
sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan dan dipublikasikan oleh pihak lain
(Sugiyono, 2007:59). Data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
Badan Pusat Statistik Bali , Bank Indonesia serta literature-literatur yang terkait dan
mendukung penelitian ini.
G.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non
paticipan , yang artinya dalam melakukan pengumpulan data dengan pengamatan atau
observasi dimana peneliti tidak langsung dan hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono,
2007:204). Adapun berbagai dokumentasi atau publikasi dari berbagai pihak yang berwenang
dan instansi terkait seperti data dari Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia.
G.6 Teknik Analisis Data
Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui prospek perkembangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
impor kendaraan bermotor di Indonesia tahun 1990-2012 maka digunakan analisis
regresi linier berganda, dengan rumus : (Ghozali, 2002 : 62)
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + µi……………………………………………….(1)
Keterangan :
Y
α

= Nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang
= Konstanta
= Koefisien regresi
Produk Domestik Bruto

= Kurs Dollar Amerika Serikat
= Inflasi
= Cadangan Devisa
= error
Agar hasil regresi yang diperoleh benar-benar memenuhi sifat BLUE (Best Linear Unbiased
Estimator) atau apakah sudah memiliki kriteria ekonometrika dalam arti tidak terjadi
penyimpangan yang cukup serius dari asumsi-asumsi yang diperlukan maka perlu dilakukn
uji asumsi klasik.
1.Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik merupakan ekonometrika untuk mengetehaui hasil estimasi regresi
yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala multikolinearitas, autokolerasi dan
heteroskedastisitas.
Uji asumsi Klasik meliputi :
a. Uji Normalitas
Sebelum model regresi digunakan untuk memprediksi maka terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas terhadap residual. Model regresi yang baik adalah
model regresi yang residual berdistribusi normal. Suyana Utama (2009:11)
mengatakan bahwa untuk menguji normalitas suatu residual dilakukan dengan
melihat Sig ( 2-tailed). Jika Sig (2-tailed) lebih besar dari level of significant
yang dipakai, maka Ho diterima, selanjutnya disimpulkan bahwa residual
yang dianalisis berdistribusi normal. Sebaliknya jika Sig (2-tailed) lebih kecil
berarti bahwa data yang dianalisis tidak berdistribusi normal.
Formulasi Hipotesis
H0 : Residual yang diuji berdistribusi normal
H1 : Residual yang diiuji tidak berdistribusi normal
b. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi ada
korelasi satu antara kesalahan pada periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi
atau ada problem autokorelasi. Autikorelasi muncul karena observasi yang
beruntung sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.

Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari
satu observasi lainnya (Imam Ghozali, 2002 : 61). Adapun cara yang
digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan
menggunakan Uji Durbin-Watson (DW test).
Tidak ada autokorelasi apabila dl

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63