MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG PEMASARA

MAKALAH
MANAJEMEN TERNAK POTONG
PEMASARAN PRODUK SAPI POTONG
TANTANGAN DAN STRATEGI AGRIBISNIS SAPI POTONG

Oleh :
Mohamad Zaki Nufus

D0A013069

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2015

DAFTAR ISI
I.

PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1


Latar Belakang..........................................................................1

1.2

Rumusan Masalah......................................................................2

1.3

Tujuan........................................................................................ 2

II .HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................2
2.1.

TINGKAT PERMINTAAN DAGING SAPI..........................................2

2.2.

Mengetahui penawaran daging sapi di Indonesia......................4

2.3.


Mengetahai sistem pemasaran sapi potong di Indonesia..........6

III.

KESIMPULAN................................................................................. 9

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Peningkatan

pendapatan

masyarakat

akan


membuka

peluang bisnis yang lebih besar khususnya bagi bisnis komoditi
yang bersifat elastis terhadap perubahan pendapatan Kebutuhan
daging sapi sebagai salah satu sumber protein hewani semakin
meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat
terhadap

pentingnya

gizi

yang

seimbang,

pertambahan

penduduk dan meningkatnya daya beli masyarakat.
Sebagai gambaran pentingnya peternakan sapi di Indonesia

adalah masih tergantungnya dari suplai Luar Negeri. Untuk
memenuhi kebutuhan daging serta sapi bakalan yang akan
digemukkan oleh feedloter sampai saat ini masih tergantung
pada impor. Data Asosiasi Produsen Daging dan Feedloter
Indonesia (APFINDO) menunjukkan bahwa tidak kurang dari
200.000 ekor sapi bakalan per tahun diimpor dari luar negeri,
bahkan sumber lain menyebutkan sampai mencapai 400.000
ekor per tahun.
Ternak sapi memiliki peran penting dan peluang pasar yang
menggembirakan karena merupakan ternak unggulan penghasil
daging

nasional.

Di

beberapa

daerah,


pemeliharaan

sapi

dilakukan secara terpadu dengan tanaman yang dikenal dengan
sistem integrasi ternak-tanaman.
Indonesia

sebagai

daerah

tropis

dengan

potensi

sumberdaya alam yang melimpah sangat mendukung
pengembangan


peternakan

sapi

potong,

untuk

hanya

saja

pemeliharaan sapi umumnya diusahakan secara tradisional atau
sambilan sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu,
upaya untuk memberdayakan petani-peternak sapi
dilakukan karena memelihara sapi didominasi

penting


oleh petani-

peternak . Pengembangan usaha ternak perlu ditunjang dengan
kebijakan

pemerintah

yang

relevan

sehingga

memberikan

dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan petanipeternak.
Kebijakan pemerintah melalui
sapi

potong


pada

masyarakat

pengembangan agribisnis

diarahkan

untuk

mencapai

swasembada daging dan mengurangi ketergantungan terhadap
import sapi potong.

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah yang
diangkat dalam makalah ini meliputi:
a) Bagaimana


tingkat

permintaan

daging

sapi

di

Indonesia
b) Analisis penawaran daging sapi di Indonesia
c) Sistem pemasaran sapi potong di Indonesia
d) Aspek pemasaran dan tata niaga sapi potong dan
daging di Indonesia
1.3 Tujuan
Tujuan dari prnulisan makalah ini adalah untuk
a) Mengetahui tingkat permintaan daging sapi di
Indonesia

b) Mengetahui penawaran daging sapi di Indonesia
c) Mengetahui sistem pemasaran sapi potong di
Indonesia
II.
2.1.

II .HASIL DAN PEMBAHASAN
TINGKAT PERMINTAAN DAGING SAPI

Usaha peternakan sapi potong pada saat ini masih tetap
menguntungkan. Pasalnya permintaan pasar akan daging sapi
masih terus mengalami peningkatan. Selain di pasar domestik,
permintaan daging sapi di pasar luar negeri juga cukup tinggi.
Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor daging sapi
ke Malaysia.Konsumsi daging sapi di sana cenderung mengalami
peningkatan karena bergesernya tradisi mengkonsumsi daging
kambing ke daging sapi atu kerbau pada saat perhelatan
keluarga dan perayaan hari besar lainnya.
Indonesia


dengan

jumlah

penduduk

diatas

220

jiwa,

membutuhkan pasokan daging sapi dalam jumlah cukup besar.
Sejauh ini peternakan domestik belum mampu memenuhi

permintaan daging dalam negeri.Timpangnya antara pasokan
dan permintaan ternyata masih tinggi.Pemerintah (Kementrian
Pertanian) mengakui masalah utama usaha sapi potong di
Indonesia

terletak

pada

suplai

yang

selalu

mengalami

kekurangan setiap tahunnya. Sementara laju pertumbuhan
konsumsi dan pertambahan penduduk tidak mampu diimbangi
oleh laju pertumbuhan konsumsi dan pertambahan penduduk
tidak mampu diimbangi oleh laju penngkatan populasi sapi
potong. Pada gilirannya, pada kondisi seperti ini memaksa
indonesia untuk selalu melakukan impor, baik dalam bentuk sapi
hidup maupun daging.
Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan Kementan 2010,
konsumsi daging sapi nasional sebesar 1,27 kg per kapita per
tahun, Ditjen Peternakan Kementan sebesar 1,7 kg per kapita per
tahun, Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) 2,1
kg per kapita per tahun dan

Asosiasi Feedloter Indonesia

(Apfindo) 2,09 kg per kapita per tahun.Selanjutnya Menurut data
Susenas (2002) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS), konsumsi daging sapi dan jeroan masyarakat Indonesia
sebesar 2,14 kg/kapita/tahun.Tingginya tingkat konsumsi sapi di
indonesia disebabkan oleh 1) jumlah penduduk penduduk selalu
meningkat dari tahun ke tahun dengan tingkat pertumbuhan
sebesar 1,49 % per tahun; 2) konsumsi daging per kapita
mengalami peningkatan dari waktu ke waktu sebesar 0,1
kg/kapita/tahun.
Untuk melihat kebutuhan dan proyeksi kebutuhan daging sapi
secara Nasional dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Proyeksi Kebutuhan Daging sapi Tahun 2000,2010 dan
Tahun 2020.
N

Tahu

Jumlah

Konsumsi

Produksi

Pemotonga

Prosenta

O

n

Pendud

Daging

Daging

n

se

uk

kg/kapita/tah

(000

(ekor/Tahun

kenaikan

1.

2000

(Jiwa)
206 Juta
242,4

un
1,72 kg

2. 2010
juta
2,72 kg
3. 2020 281 juta
3,72 kg
Sumber data Susenas (2002)

ton)/tahun
350,7

).
1,75 juta

(%)


654,4
1,04 juta

3,3 juta
5,2 juta

88,6
197

Dari data tersebut diatas diperkirakan populasi sapi potong
pad tahun 2009 hanya mampu memasok 60 % dari total
kebutuhan

daging

dalam

negeri.Kondisi

seperti

ini

sangat

mengkhawatirkan karena suatu saat akan terjadi kondisi dimana
kebutuhan daging sapi dalam negeri sangat tergantung kepada
import.Dengan demikian, ketergantungan tersebut tentu akan
mempengaruhi harga sapi lokal.Namun disisi lain dengan adanya
kebutuhan akan daging yang semakin meningkat, membuka
peluang usaha dalam Agribisnis sapi potong

2.2.

Mengetahui penawaran daging sapi di Indonesia

Penawaran industry
Peternakan Harga daging sapi memberikan pengaruh positif dan
sangat nyata terhadap penawaran industry peternakan rakyat.
Perubahan harga daging sapi baik jangka pendek maupun jangka
panjang sangat direspon oleh usaha ini dengan nilai elastisitas
masing-masing 5,14 dan 10,99. Tingginya respon tersebut
mengindikasikan usaha ini telah dikelola dengan komersial
layaknya suatu usaha industri.
Selain dipengaruhi dan respon terhadap perubahan harga
output, usaha ini juga dipengaruhi harga input berupa harga sapi
bakalan impor (cif) dan tingkat suku bunga bank. Kedua faktor
input tersebut memberikan pengaruh negatif dan nyata secara
statistik terhadap penawaran daging sapi industri peternakan.
Penawaran industri peternakan dalam jangka pendek tidak
responsif terhadap perubahan harga sapi bakalan impor dengan
nilai elastisitas –0,52, akan tetapi dalam jangka panjang menjadi

responsif, dengan nilai elastisitas –1,12. Sementara itu terhadap
perubahan tingkat suku bunga baik jangka pendek maupun
jangka panjang responsif dengan nilai elastisitas masing-masing
–1,18 dan –2,52.
Berbeda dengan usaha peternakan rakyat, pada usaha
industri peternakan, dumi musim berpengaruh positif, namun
secara statistik tidak nyata. Artinya pada saat musim hujan
penawaran cenderung meningkat. Seperti diketahui bahwa usaha
ini penawarannya tidak dipengaruhi oleh ketersediaan hijauan
pakan, karena sebagian besar pakannya dipenuhi dari pakan
konsentrat. Sementara itu penggunaan pakan hijauan selain
dalam bentuk segar juga banyak menggunakan silase yang
selalu dipersiapkan untuk kebutuhan sepanjang tahun. Dengan
demikian musim tidak terlalu berpengaruh.
Penawaran peternakan rakyat
Selisih

harga

berpengaruh

daging

negatif

dan

sapi

dengan

nyata

secara

harga

ternak

statistik

sapi

terhadap

penawaran peternakan rakyat. Semakin besar perbedaan harga
kedua barang tersebut, yang dapat disebabkan oleh naiknya
harga daging sapi sedangkan harga ternak tetap atau harga
daging sapi tetap sedangkan harga sapi turun, peternak akan
mengurangi

penawarannya.

Peternak, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang
respon terhadap perubahan selisih harga tersebut, dengan nilai
elastisitas jangka pendek –1,11 dan jangka panjang –1,36.
Perilaku ini menunjukkan bahwa peternak tidak bersedia jika
sebagian
pedagang.

besar
Pada

marjin

keuntungan

daerah

dimana

hanya

peternak

diterima
akses

oleh

terhadap

informasi harga, peternak akan selalu mengikuti dan mengetahui
perkembangan harga tersebut, sebaliknya pada daerah dimana

peternak
tidak akses pada informasi harga.
Penawaran
memberikan
terhadap
penawaran

industri
pengaruh

penawaran

peternakan
negatif

dan

peternakan

peternakan

rakyat

rakyat
nyata

rakyat.
tidak

(feedlotter)

secara

statistik

Namun

demikian

responsif

terhadap

perubahan penawaran industri peternakan rakyat. Hal ini antara
lain disebabkan oleh pangsa produksi daging sapi dari industri
peternakan rakyat masih relatif kecil dan dikonsumsi oleh
konsumen

tertentu

pada

daerah

tertentu

pula,

terutama

konsumen menengah ke atas di daerah perkotaan, khususnya
Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Tingkat suku bunga bank memberikan pengaruh negatif,
namun pada usaha peternakan rakyat pengaruhnya tidak nyata.
Sebagian besar peternakan rakyat belum menggunakan fasilitas
bank sebagai sumber modal usaha. Bank digunakan hanya untuk
menabung hasil usaha. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peternak
memperoleh hasil usaha dari hasil usahatani secara menyeluruh,
dan adanya prosedur tertentu untuk memperoleh kredit di bank
membuat mereka enggan menggunakan fasilitas kredit tersebut.
[ CITATION MSY93 \l 1033 ].
Konsumsi daging sapi
Harga daging sapi berpengaruh negatif dan nyata secara
statistik terhadap konsumsi daging sapi. Tingkat konsumsi daging
sapi responsif terhadap perubahan harga, walaupun dalam
jangka pendek nilai elastisitasnya sudah mendekati satu (-1,05),
sedangkan dalam jangka panjang nilai elastisitasnya –1,39.
Dengan demikian daging sapi masih merupakan barang mewah
bagi sebagian masyarakat Indonesia yang dikonsumsi hanya
pada waktu-waktu tertentu saja. Kenyataan ini didukung oleh

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh RUSASTRA (1987),
NASUTION (1983), dan SUDARYANTO, SYAHYUTI, dan SOEDJANA
(1995)

2.3.

Mengetahai sistem pemasaran sapi potong di Indonesia

Secara umum kegiatan pemasaran sapi potong di Indonesia
adalah

dengan

pemasaran

lokal

dan

pemasaran

industri.

Pemasaran local merupakan pemotongan sapi untuk memenuhi
konsumsi masyarakat secara langsung, sedangkan pemasaran
industri

merupakan

pemotongan

sapi

untuk

memenuhi

kebutuhan industri seperti industri pengalengan daging, sosis,
dendeng, bakso, daging beku, restoran / hotel, swalayan dan lain
sebagainya.

Hasil

olahan

industri

tersebut

bukan

hanya

memenuhi permintaan lokal, namun juga untuk memenuhi
permintaan pasar luar pulau (Sukanata,2010)
Hasil penelitian Sukanata, et. al. (2010) menunjukkan bahwa
hanya sebagian kecil dari peternak yang menjual sapinya secara
langsung kepada pedagang antar pulau (22.58%) seperti yang
dapat dilihat pada Tabel 2. Peternak yang menjual langsung
kepada

pedagang

antar

pulau

tersebut

sebagian

besar

merupakan peternak yang berada di desa-desa sekitar tempat
tinggal pedagang antar pulau tanpa melalui pasar hewan.
Table 1.Beberapa Pembeli sapi langsung dari Peternak

No

Pembeli langsung

1
2

Belantik
Penganyar
Pedagang antar

3

pulau
Jumlah

Jumlah peternak

%

(Orang)
46
2

74.19
3.23

14

22.58
62

100.00
Sebagian besar peternak (74.19) memilih menujual sapinya
secara langung kepada belantik. Hal ini sesuai dengan apa yang

dinyatakan oleh Suparta (2007) yang meyatakan bahwa peternak
umumnya lebih senang konsentrasi di proses produksi yang
senantiasa dekat dengan ternaknya, sehingga mereka lebih
senang menyerahka pemasaran hasilnya kepada orang atau
lembaga lain.
Pasar hewan merupakan salah satu sarana pendukung untuk
membantu

kelancaran

dalam

pemasaran.Pada

umumnya

kegiatan pasar hewan biasanya dibuka dua kali seminggu,para
peternak diharapkan menjual sapinya secara langsung ke pasar
hewan sehingga rantai pasar lebih pendek sehingga akan
mendapakan harga yang lebih baik .Namun demikian, hanya
sebagian kecil dari peternak melakukan penjualan dengan
membawa sapinya langsung ke pasar hewan.(Sukanata, et. al. ,
2010).
Ada beberapa alas an mengapa peternak enggan menjual
sapinya

langsung

ke

pasar

hewan

antara

lain

:

adanya

permainan pasar (Mafia pasar) seperti permainan timbangn,
resiko jika tidak laku harus membawa pulang kembali,biaya
transportasi dan informasi pasar yang kurang. Di samping itu
keengganan peternak menjual langung ke pasar hewan juga
dipengaruhi oleh kurangnya jiwa entrepreneurship atau jiwa
dagang pada sebagian besar peternak.
Secara umum harga sapi di pasar hewan dipengaruhi oleh
penawaran dan permintaan. Meningkatnya penawaran sapi
dipasar

dapat

sebaliknya.

berpengaruh

Sedangkan

negative

permitaan

terhadap
sapi

harga

potong

dan
dapat

berpengaruh positif terhadap harga dan sebaliknya.Penawaran
dipengaruhi

oleh

beberapa

faktor

utama

antara

lain

produksi,tahun ajaran baru dan hari raya. Saat-saat menjelang
tahun ajaran baru penawaran sapi di pasar umumnya meningkat
dibandingkan pada hari-hari biasa, karena pada waktu ini banyak
peternak menjual sapinya untuk membiayai keperluan anak

sekolah. Hari raya juga berpengaruh terhadap penawaran sapi.
Pada saat-saat menjelang hari raya banyak peternak menjual
sapi dengan harapan untuk memperoleh harga yang lebih tinggi.
Sedangkan permintaan sapi potong di Bali dipengaruhi oleh
beberapa faktor utama seperti permintaan pedagang antar
pulau, dan impor. Peningkatan permintaan pedagang antar pulau
dapat meningkatkan harga di pasar, dan sebaliknya.

III.

KESIMPULAN

1) Laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat akan
mempengaruhi akan meningkatnya permintaan daging sapi
secara nasional.

2) Penawaran

peternakan rakyat dipengaruhi oleh selisih harga

daging sapi dengan harga sapi domestik dan penawaran
industri peternakan rakyat. Penawaran peternakan rakyat
responsive terhadap perubahan selisih harga daging sapi
dengan harga sapi domestik. Keberadaan industry peternakan
berpengaruh negatif terhadap penawaran usaha peternakan
rakyat.
3) Sistem pemasaran sapi potong di Bali belum efisien dan
kurang berkeadilan, sehingga perlu ada kebijakan yang lebih
tepat dalam sistem pemasaran, agar dapat memberikan
insentif yang lebih baik bagi peternak.

DAFTAR PUSTAKA
SYUKUR, M., SUMARYANTO, dan C. MUSLIM. 1993. Pola Pelayanan
Kredit

untuk

Masyarakat

Berpendapatan

Rendah

di

Pedesaan Jawa Barat. Forum Agro Ekonomi. Vol. 11 (2): 1–
13. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan
Litbang Pertanian. Bogor.
RUSASTRA, I.W. 1987. Prakiraan Produksi dan Kebutuhan Produk
Pangan Ternak di Indonesia. Forum Agro Ekonomi, Vol. 5,
No. 1 & 2: 15–21. Pusat Penelitian Agro Ekonomi. Badan
Litbang Pertanian. Bogor.
NASUTION, A. 1983. Sistim Komoditi Protein Hewani. Forum Agro
Ekonomi. Vol. 2, No. 2: 29–42. Pusat Penelitian Agro
Ekonomi. Badan Litbang Pertanian. Bogor.
SUDARYANTO,

T.,

Pendugaan
Beberapa

R.

SAYUTI,

Parameter
Propinsi

dan

T.D.

Permintaan

Sumatera

dan

SOEDJANA.
Hasil

1995.

Ternak

Kalimantan.

di

Jurnal

Penelitian Peternakan Indonesia. No. 2: 22–35. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang
Pertanian. Bogor.
Sukanata, I W., Suciani, I G.N. Kayana., I W. Budiartha. 2010.
Kajian

Kritisterhadap

Penerapan

Kebijakan

Kuota

Perdagangan dan Efisiensi PemasaranSapi Potong Antar
Pulau.

Laporan

Akhir

Penelitian.

PeternakanUniversitas Udayana. Denpasar.

Fakultas