Firdausil Hawa (32114113007 TMT) bab 2

15

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Matematika
1. Pengertian Matematika
Istilah matematika berasal dari kata Yunani “mathein” atau “manthenein”,
yang artinya “mempelajari”. Mungkin juga, kata tersebut erat hubungannya
dengan kata Sansekerta “medha” atau “widya” yang artinya “kepandaian”,
“ketahuan”, atau “inteligensi”.1
Sujono

mengemukakan

beberapa

pengertian

matematika


yaitu:

matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan
terorganisir secara sistematik, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang
penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan.2Albert
Einstein mengemukakan matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan
terorganisir secara sistematis serta pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.3
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan
sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.4
Beberapa karateristik matematika menurut Soedjadi yaitu :
a. Memiliki objek kajian abstrak
1

Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), hal. 21
2
Ibid…, hal. 19
3
Zainal Arifin, Membangun Kompetensi Pedagogis Guru Matematika, (Surabaya: Lentera

Cendikia, 2009), hal. 9
4
Ibid…, hal. 22

16

b. Bertumpu pada kesepakatan
c. Berpola pikir deduktif
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti
e. Memperhatikan semesta pembicaraan
f. Konsisten dalam sistemnya5
Menurut Zainal Arifin matematika adalah ilmu tentang bagaimana
menentukan ukuran-ukuran, bentuk-bentuk, struktur-stuktur pola maupun
hubungan objek-objek dan fenomena di alam semesta, serta penalaran logis yang
pengembangannya berdasarkan pola pikir deduktif.6
Dari pengertian matematika tersebut, dapat dikembangkan suatu
klasifikasi obyek-obyek kajian matematika. Secara umum seluruh pengetahuan
(obyek kajian) yang dibahas dalam matematika dapat dikelompokkan menjadi
empat kelompok. Empat kelompok tersebut masing-masing dikenal dengan istilah
konsep, fakta, prinsip, dan procedure atau skill (operasi).7

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu
pengetahuan tentang penalaran yang dinyatakan dengan simbol-simbol, ukuranukuran, objek-objek guna menyelesaikan suatu operasi atau masalah dalam
kehidupan nyata maupun tidak nyata.

5

Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, ( Departemen Pendidikan Nasional:
2000), hal. 13.
6
Zainal Arifin, Membangun Kompetensi Pedagogis Guru Matematika, (Surabaya: Lentera
Cendikia, 2009), hal. 10
7
Ibid …, hal.20

17

2. Tujuan Pendidikan Matematika
Dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dikemukakan
bahwa, tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan
pendidikan umum adalah:8

a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam
kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas
dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.
b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
matematika di sekolah ditekankan pada pemikiran nalar, pembentukan sikap siswa
dan keterampilan serta kreativitas siswa dalam menerapkan ilmu matematika

B. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Emosi
Akar kata emosi adalah movere, kata kerja bahasa latin yang berarti
“menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e’’ untuk memberi arti “bergerak”,
menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam
emosi.9
Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi, pendapat yang
nativistik mengatakan bahwa emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir.
8
9


Ibid…, hal.34
Yasin Musthofa, EQ untuk Anak Usia Dini dalam…, hal. 22-23

18

Sedangkan pendapat yang empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh
pengalaman dan proses belajar. Salah satu penganut paham nativistik adalah Rena
Descartes. Ia mengatakan bahwa sejak lahir manusia telah mempunyai enam
emosi dasar, yaitu Cinta, kegembiraan, keinginan, benci, sedih dan kagum.10
Macam-macam emosi: amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta,
terkejut, jengkel, dan malu.11
Pengertian emosi menurut beberapa ahli:
a. Menurut L. Crow dan A.Crow, emosi adalah pengalaman yang efektif yang
disertai oleh penyesuaian batin secara menyeluruh, dimana keadaan mental dan
fisiologi sedang dalam kondisi yang meluap-luap, juga dapat diperlihatkan
dengan tingkah laku yang jelas dan nyata.
b. Menurut Kaplan dan Saddock, emosi adalah keadaan perasaan yang komplek
yang mengandung komponen kejiwaan, badan dan perilaku yang berkaitan
dengan affect dan mood. Affect merupakan ekspresi sebagai tampak oleh orang

lain dan affect dapat bervariasi sebagai respons terhadap perubahan emosi,
sedangkan mood adalah suatu perasaan yang meluas dan terus-menerus yang
secara subjektif dialami dan dikatakan oleh individu dan juga dilihat oleh orang
lain.
c. Menurut Goleman, emosi adalah perasan dan pikiran khasnya; suatu keadaan
biologis dan psikologis; suatu rentangan dari kecenderungan untuk bertindak.
Menurut kamus The American College Dictionary, emosi adalah keadaan
efektif yang didasari di mana dialami perasaan seperti kegembiraan (joy),
10

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu …, hal. 168
Yasin Musthofa, EQ untuk Anak Usia Dini…, hal. 25

11

19

kesedihan, takut, benci dan cinta (dibedakan dari keadaan kognitif dan
keinginan yang disadari); dan juga perasaan seperti kegembiraan(joy),
kesedihan, takut, benci dan cinta.12

2. Pengertian Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman kecerdasan emosianal adalah kemampuan seseorang
dalam mengendalikan setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu,
setiap kedaan mental yang hebat atau meluap-luap yang didasarkan pada pikiran
yang sehat.13
Kecerdasan emosional dalam pandangan islam menurut Jalalludin Rahmat
adalah: kecerdasan emosional diukur dari kemampuan mengendalikan emosi dan
menahan diri.14
3. Komponan Kecerdasan Emosional
Goleman membagi kecerdasan emosional menjadi lima bagian yaitu tiga
komponen berupa kompetensi emosional (pengenalan diri, pengendalian diri dan
motivasi) dan dua komponen berupa kompetensi sosial (empati dan keterampilan
sosial). Lima komponen kecerdasan emosional tersebut adalah sebagai berikut:15
a. Pengenalan Diri (Self Awareness)
Pengenalan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan
dalam dirinya dan digunakan untuk membuat keputusan bagi diri sendiri,
memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan memiliki kepercayaan
diri yang kuat. Unsur-unsur kesadaran diri, yaitu:
12


Djali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal. 17
Yasin Musthofa, EQ untuk Anak Usia Dini…,hal. 22-23
14
Ibid…,hal. 15
15
Bahrudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran , (Jakarta: AR-RUZZ
MEDIA, 2010), hal. 158-161
13

20

1.) Kesadaran emosi (emosional awareness), yaitu mengenali emosinya sendiri
dan efeknya.
2.) Penilaian diri secara teliti (accurate self awareness), yaitu mengetahui
kekuatan dan batas-batas diri sendiri.
3.) Percaya diri (self confidence), yaitu keyakinan tentang harga diri dan
kemampuan sendiri
b. Pengendalian Diri (Self Regulation)
Pengendalian diri adalah kemampuan menangani emosi diri sehingga
berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup

menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu segera pulih
dari tekanan emosi. Unsur-unsur pengendalian diri, yaitu:
1.) Kendali diri (self-control), yaitu mengelola emosi dan desakan hati yang
merusak.
2.) Sifat dapat dipercaya (trustworthiness), yaitu memelihara norma kejujuran dan
integritas.
3.) Kehati-hatian (conscientiousness), yaitu bertanggung jawab atas kinerja
pribadi.
4.) Adaptabilitas (adaptability), yaitu keluwesan dalam menghadapi perubahan.
5.) Inovasi (innovation), yaitu mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan,
pendekatan, dan informasi-informasi baru.
c. Motivasi (Motivation)
Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat
membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik,

21

serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif. Unsur unsur
motivasi, yaitu:
1.) Dorongan prestasi (achievement drive), yaitu dorongan untuk menjadi lebih

baik atau memenuhi standar keberhasilan.
2.) Komitmen (commitmen), yaitu menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok
atau lembaga.
3.) Inisiatif (initiative), yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.
4.) Optimisme (optimisme), yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran
kendati ada halangan dan kegagalan.
d. Empati (Emphaty)
Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan saling
percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. Unsurunsur empati, yaitu:
1.) Memahami orang lain (understanding others), yaitu mengindra perasaan dan
perspektif orang lain dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan
mereka.
2.) Mengembangkan orang lain (developing other), yaitu merasakan kebutuhan
perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan orang lain.
3.) Orientasi pelayanan (service orientation), yaitu mengantisipasi, mengenali,
dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan.
4.) Memanfaatkan keragaman (leveraging diversity), yaitu menumbuhkan
peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang.


22

5.) Kesadaran politis (political awareness), yaitu mampu membaca arus arus
emisi sebuah kelompok dan hubungannya dengan perasaan.
e. Ketrampilan Sosial (Social Skills)
Ketrampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik
ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin,
bermusyawarah, menyelasaikan perselisihan, dan bekerjasama dalam tim. Unsurunsur ketrampilan sosial, yaitu:
1.) Pengaruh (influence), yaitu memiliki taktik untuk melakukan persuasi.
2.) Komunikasi (communication), yaitu mengirim pesan yang jelas dan
meyakinkan.
3.) Manajemen konflik (conflict management), yaitu negoisasi dan pemecahan
silang pendapat.
4.) Kepemimpinan (leadership), yaitu membangkitkan inspirasi dan memandu
kelompok dan orang lain.
5.) Katalisator perubahan (change catalyst), yaitu memulai dan mengelola
perusahaan.
6.) Membangun hubungan (building bond), yaitu menumbuhkan hubungan yang
bermanfaat.
7.) Kolaborasi dan kooperasi (collaboration and cooperation), yaitu kerjasama
dengan orang lain demi tujuan bersama.
8.) Kemampuan tim (tim capabilities), yaitu menciptakan sinergi kelompok
dalam memperjuangkan tujuan bersama

23

Berdasarkan penemuan yang diperoleh, para ahli mengidentifikasikan
sejumlah kelompok emosi, yaitu sebagai berikut:16
a. Amarah, di dalamnya meliputi bruntal, rasa pahit, mengamuk, benci, jengkel,
kesal hati, terganggu, rasa pahit, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan
dan kebencian patologis.
b. Kesedihan, meliputi pedih, sedih, muram, suram, mengasihi diri sendiri,
kesepian, putus asa dan depresi.
c. Rasa takut, di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was,
tidak tenang, ngeri, pengecut dan panik.
d. Kenikmatan,meliputi bahagia, gembira, riang, senang, terhibur, bangga,takjub,
rasa terpesona, puas, rasa terpenuhi dan mania.
e. Cinta, meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa
dekat, bakti, hormat, kasmaran dan kasih sayang.
f. Terkejut, di dalamnya meliputi terkesiap, takjub, terpana.
g. Jengkel, meliputi hina, jijik, muak, mual, tidak suka dan mau muntah.
h. Malu, meliputi rasa salah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib dan hati
hancur lebur.
Dari beberapa bentuk emosi di atas, bahwa emosi seseorang dapat dilihat
dari ekspresi wajah tertentu. Emosi yang dapat dikenali berupa emosi takut,
marah, sedih dan senang. Dengan demikian, ekspresi wajah dapat sebagai
representasi dari emosi yang memiliki universalitas tentang perasaan emosi
tersebut
16

Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, (Jakaarta:PT
Gramedia Pustaka Utama, 2005),hal. 411-412

24

4. Mekanisme Kerja Otak Kecerdasan Emosional
Berpikir asosiatif otak kecerdasan emosional, jenis pemikiran ini
membantu kita menciptakan asosiasi antara berbagai hal. 17 Misalnya asosiasi
antara lapar dan nasi, haus dengan air, ketenangan hati dengan Tuhan dan lainlain. Struktur di dalam otak yang digunakan untuk berpikir assosiatif dikenal
dengan jaringan syaraf (neural network). Setiap jaringan ini mengandung
serangkaian syaraf hingga mencapai seratus ribu. Setiap sel saraf (neuron) dalam
satu gugus bisa dihubungkan dengan dengan ribuan gugus saraf yang lain. Tidak
seperti jalur syaraf (neural tract) yang begitu pasti, setiap neuron dalam jaringan
syaraf (neural network) bertindak terhadap atau menerima tindakan dari neuronneuron yang lain secara simultan.18
Masukan (input) belajar bekerja melalui beberapa elemen dari suatu
jaringan syaraf, keluaran (output) perilakunya melalui elemen yang lain beberapa
elemen memperantarai keduanya. Satu elemen tunggal dalam suatu jaringan akan
diaktifkan jika sejumlah tertentu inputnya bekerja sama sekaligus. Kekuatan
interkoneksi antarelemen dapat diubah oleh pengalaman, dengan demikian ini
memungkinkan sistem untuk belajar.19
Rangsangan yang berasal dari luar tubuh manusia (salah satunya kondisi
emosional) akan ditangkap oleh alat indra kita. Selanjutnya indra kita meneruskan
rangsangan dari luar tersebut dalam otak. Masukan (input) tersebut melalui
elemen-elemen yang berada didalam syaraf otak. Selanjutnya, masukan-masukan
17

Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam
Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. (Bandung: PT Mizan Pustaka,
2003), hal.44
18
Ibid…, hal. 45
19
Ibid…, hal. 46

25

(input) akan melaui beberapa jaringan syaraf. Kekuatan interkoneksi antara
elemen (jaringan syaraf) tersebut dapat diubah oleh pengalaman. Semakin sering
terjadi koneksi antar jaringan syaraf, maka pola koneksi tersebut akan semakin
kuat dan bekerja secara otomatis. Dengan demikian memungkinkan sel syaraf
untuk belajar. Dengan jenis berpikir asosiatif ini pembelajaran sangat bergantung
pada pengalaman. Semakin sering seseorang mempraktekkan suatu keterampilan
dan berhasil, semakin mudah kita melakukannya pada kesempatan yang lain.
7. Ciri-ciri Pikiran Emosional
Meskipun Ekman dan Epstein masing-masing memiliki bukti ilmiah
dengan bobot berbeda, mereka berdua memberikan daftar pokok ciri-ciri yang
membedakan emosi dengan bagian lain kehidupan mental:20
a. Respon yang cepat tetapi ceroboh
Pikiran emosional jauh lebih cepat dari pada pikiran rasional, langsung
melompat bertindak tanpa mempertimbangkan bahkan sekejap pun apa yang
dilakukannya. Kecepatan ini mengesampingkan pemikiran hati-hati dan analitis
yang merupakan ciri khas akal berpikir.21 Paul Ekman serta rekan-rekannya
menemukan bahwa ekspresi emosi mulai muncul dalam perubahan-perubahan
otot wajah dalam waktu sepersekian ribu detik setelah peristiwa yang memicu
reaksi tersebut, dan bahwa perubahan-perubahan fisiologis yang khas pada emosi
tertentu seperti berhentinya aliran darah dan meningkatnya detak jantung juga
membutuhkan waktu sepersekian detik untuk mulai.22

20

Daniel Goleman, Emotional Intelegence. (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,
2005), hal. 414
21
Ibid…, hal. 414
22
Ibid…, hal. 416

26

b. Realitas yang ditentukan oleh keadaan
Bekerjanya akal emosional itu sebagain besar ditentukan oleh keadaan,
didektekan oleh perasaan tertentu yang sedang menonjol pada saat tersebut.23
Contohnya bagaimana kita berpikir dan bertindak sewaktu kita merasa gembira
tentu saja akan berbeda saat kita merasa sedih.
c. Masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang
Pikiran dan reaksi pada masa sekarang akan diwarnai pikiran dan reaksi
dimasa lalu, meskipun barangkali agaknya reaksi tersebut melulu disebabkan oleh
keadaan lingkungan saat itu. Akal emosional akan memanfaatkan akal rasional
agar tujuannya tercapai, oleh karena itu kita tampil dengan berbagai penjelasan itu
atas perasaan dan reaksi kita alias rasionalisasi semasa sekarang, tanpa menyadari
pengaruh ingatan emosional tadi. Dalam artian tersebut, kita tidak dapat
mempunyai bayangan apakah yang sebetulnya terjadi, meskipun bisa jadi kita
yakin betul bahwa kita tahu pasti apa yang sedang berlangsung.24
Jadi kecerdasan emosionalyang dimaksud dalam penelitian ini adalah
berbagai kemampuan yang dimiliki manusia yaitu kemampuan untuk mengenali
emosi diri, mengelola emosi, memotifasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain
serta kemampuan untuk membina hubungan

dengan siapapun

dimana

kemampuan–kemampuan tersebut dapat digunakan untuk memecahkan segala
bentuk masalah yang dihadapi dalam setiap aspek kehidupan.

Ibid…, hal. 420
Ibid…, hal. 420

23
24

27

C. Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Danar Zohar dan Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah
untuk menghadapi makna dan value, yatu kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup kita dalam konteks makan yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibandingkan dengan yang lain.25
Menurut Robert Coles mengemukakan kecerdasan moral juga memegang
peranan amat penting bagi kesuksesan seseorang selain kecerdasan kognitif dan
kecerdasan Emosional. Lebih lanjut kecerdasan moral sering disebut sebagai
kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual ditandai dengan kemampuan seseorang
anak untuk bias menghargai dirinya sendiri maupun diri orang lain, memahami
perasaan terdalam orang-orang disekelilingnya, mengikuti aturan-aturan yang
berlaku, semua itu merupakan kunci keberhasilan bagi seorang anak di masa
depan.26
Suharsono mengemukakan sebutan untuk IS adalah kecerdasan spiritual
dan bukan yang lainnya karena kecerdasan ini berasal dari fitrah manusia itu
sendiri. Kecerdasan modal ini tidak dibentuk melalui diskursus-diskursus atau
penumpukan memori faktual dan fenomenal, tetapi merupakan aktualisasi dari
fitrah manusia. Ia memancar dari kedalaman diri manusia, jika dorongandorongan keingintahuan dilandasi kesucian, ketulusan, hati, dan tanpa prestasi
egoisme. Dalam bahasa yang sangat tepat, kecerdasan spiritual ini akan
Ibid…, hal. 161
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2013), hal. 168
25

26

28

mengalami aktualisasinya yang optimal jika hidup manusia berdasarkan visi dasar
dan misi utamanya, yaitu hamba (‘abid) dan sekaligus wakil Allah (kholifah) di
bumi.27
Zohar dan Marshall, mengemukakan beberapa indikator dari kecerdasan
spiritual yang tinggi, yaitu :28
a. Kemampuan untuk menjadi fleksibel
b. Derajat kesadaran yang tinggi
c. Kecakapan untuk menghadapi dan menggunakan serangan
d. Kecakapan untuk menghadapi dan menyalurkan /memindahkan rasa sakit
e. Kualitas untuk terilhami oleh visi dan nilai
f. Enggan melakukan hal yang merugikan
g. Kecenderungan melihat hubungan antar hal yang berbeda
h. Ditandai oleh kecenderungan untuk bertanya mengapa, mencari jawaban
mendasar
i. Mandiri, menentang tradisi
2. Landasan Ilmiah Kecerdasan Spiritual
Zohar dan Marshall mengemukakan empat pembuktian ilmiah tentang
spiritual intelligence dalam the ultimate intelegence sebagai berikut:
a. SQ merupakan dasar neurologis yang beroperasi dalam pusat otak yakni dari
fungsi-fungsi penyatu otak. Penelitian oleh neuropsikolog Michael Persiger
awal tahun 1990-an, dan lebih mutakhir lagi tahun 1997 oleh ahli syaraf V.S
Ramachandran bersama timnya di Universitas California menujukkan adanya
27
28

Ibid …, hal. 168
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi …, hal. 98

29

god spot pada otak manusia Ini merupakan builtin pusat spiritual (spiritual
center) yang terletak diantara jaringan syaraf temporal lobes dalam otak.
b. Riset ahli syaraf Austria, Wolf Singer pada tahun 1990-an atas the binding
problem menunjukkan bahwa ada proses syaraf dalam otak manusia yang
terkonsentrasi pada usaha mempersatukan dan memberi makna dalam
pengalaman hidup kita. Suatu jaringan syaraf yang secara literal “mengikat”
pengalaman kita secara bersama untuk hidup lebih bermakna
c. Hasil studi studi Rudolfo Llinas pada pertengahan tahun 1990 an tentang
kesadaran saat terjaga dan saat tidur serta ikatan peristiwa-peristiwa kognitif
dalam otak. Dengan bantuan teknologi MEG (magneto encelographic) yang
memungkinkan diadakannya penelitian menyeluruh atas keberadaan elektrik
pada syaraf-syaraf otak dengan lokasinya masing-masing. Ditemukan bahwa
pada waktu manusia berpikir hal-hal mengenai makna atau hal-hal yang
berhubungan dengan nilai, pada bagian pusat saraf tertentu, elektrik otak aktif.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh ketiga ahli tersebut kita
dapat menyimpulkan jika keberadaan kecerdasan spiritual memang benar ada
dalam diri manusia, konsep kecerdasan spiritualmemiliki landasan ilmiah yang
kuat.

D. Prestasi Belajar Matematika
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut beberapa ahli: Kamus Umum Bahasa
Indonesia adalah berusaha memperoleh kependaian atau ilmu. Perwujudan dari

30

berusaha

adalah

berupa

kegiatan

sehingga

belajar

merupakan

suatu

kegiatan.Dalam Kamus Bahasa Inggris, belajar merupakan suatu kegiatan. Dalam
Kamus Bahasa Inggris, belajar atau to learn (verb) mempunyai arti: (1) to gain
knowledge, comprehensien, or mastery of through experience or study;(2)to fix in
the mindor memory; memorize; (3) to acquire through experience ; (4) to become
in forme of to find out. Jadi, ada empat macam arti belajar menurut kamus bahasa
Inggris, yaitu memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan atau
menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai melalui
pengalaman, dan mendapat informasi atau menemukan.29
Morgan, dalam buku Introduction to Psychology mengemukakan : belajar
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.30
Wittig, dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar
ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam
keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.31
Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau
pemahaman, maka siswa perlu diberi waktu yang memadai untuk melakukan
proses itu. Artinya memberikan waktu yang cukup untuk berpikir ketika siswa

29

Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Persepektif Baru,( Jogjakarta: ArRuzz Media, 2013), hal. 224
30
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005),
hal. 84
31
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hal. 90

31

menghadapi masalah sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk membangun
sendiri gagasanya.32
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap
dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.Misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya.
Masalah pokok yang dihadapi mengenai belajar adalah bahwa proses
belajar tidak dapat diamati secara langsung dan kesulitan untuk menentukan
kepada terjadinya perubahan tingka laku belajarnya. Kita hanya dapat mengamati
terjadinya perubahan tingkah laku tersebut setelah dilakukan penilaian.33
2. Prestasi Belajar
Kata “prestasi “berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian
dalam bahasa indonesiamenjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah
“prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar” (learning
outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan,
sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.34
Prestasi merupakan hasil capaian yang diperoleh melalui kompetisi.
Prestasi juga merupakan akumulasi dari usaha, kegigihan, kerja keras, semangat
menjadi yang terbaik. Pencapaian prestasi membutuhkan proses yang tidak ringan.

32

Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pelajaran IPS, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2005), hal. 10
33
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2005), hal. 155
34
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal.
12

32

Satu kata kunci yang selalu ada dalam prestasi adalah adanya “usaha lebih”. Siswa
yang berprestasi dapat dipastikan belajar lebih lama dibandingkan siswa
dibangdingkan siswa yang kurang berprestasi. Mereka juga lebih gigih. 35
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan
motivasi siswa agar berprestasi:36
a. Jangan segan-segan memberikan pujian kepada siswa yang melakukan sesuatu
yang baik meskipun hal itu tidak begitu berarti.
b. Kurangilah kecaman atau kritik yang dapat mematikan motivasi siswa
c. Ciptakan persaingan yang sehat diantara siswa
d. Ciptakan kerjasama antara siswa
e. Berikan umpan balik kepada siswa atas hasil pekerjaanya
Fungsi utama prestasi belajar:37
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai peserta didik
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ektern dari suatu institusi
pendidikan.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terbagi menjadi dua
yaitu faktor internal dan faktor ekternal.
 Yang tergolong faktor internal adalah
Ngainun Naim, Character Building…, hal. 178
Ibid…, hal. 178-180
37
Zainal Arifin, Evaluasi…, hal. 12

35

36

33

a. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
Misalnya: penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainnya.
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri
dari:
1) Faktor intelektif: faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat, faktor
kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki
2) Faktor non intelektif: unsur kepribadian tertentu sieperti sikap, kebiasaan,
minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis
 Yang tergolong faktor eksternal
a. Faktor sosial terdiri dari: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat, lingkungan kelompok.
b. Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.38
3. Ragam Alat Evaluasi Prestasi Belajar
Secara garis besar, ragam alat evaluasi terdiri atas dua macam bentuk,
yaitu:
a. Bentuk objektif
Bentuk ini lazim juga disebut tes objektif, yakni tes yang jawabannya
dapat diberi skor nilai secara lugas (seadanya) menurut pedoman yang ditentukan
sebelumnya.

38

hal. 138

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2008),

34

Ada lima macam tes yang termasuk dalam evaluasi ragam objektif ini:
1.) Tes Benar-Salah
2.) Tes Pilihan Ganda
3.) Tes Pencocokan (Menjodohkan)
4.) Tes Isian
5.) Bentuk Subjektif
Alat evaluasi yang berbentuk tes subjektif adalah alat pengukur prestasi
belajar yang jawabannya tidak ternilai dengan skor atau angka pasti, seperti yang
digunakan untuk evaluasi objektif. Hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya
jawaban yang diberikan oleh para siswa. Intrumen evaluasi mengambil bentuk
essay examination yakni soal ujian yang mengharuskan siswa menjawab setiap
pertanyaan dengan cara menguraikan atau dalam bentuk karangan bebas.39
Berdasarkan pemaparan diatas, yang dimaksud prestasi belajar matematika
dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan dalam penguasaan pelajaran
matematika (pada aspek kognitif, psikomotor, dan afektif) setelah melalui proses
belajar selama periode waktu tertentu yang dinilai dan dilambangkan dalam
bentuk angka.

E. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengaruh tingkat kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar matematika sudah pernah dilakukan
dan mendapat hasil relevan. Penelitian tersebut dilakukan oleh:

39

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan…, hal. 144-147

35

1. Lubis Marzuki dengan

judul

”Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional

dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Keliling dan Luas
Bangun Segi Empat Pada Siswa Kelas VII MTsN Tunggangri Kalidawir
Tulungagung tahun ajaran 2013/2014”. Hasil analisis diperoleh �ℎ�
,

dan �

��

= ,

responden (N) sebanyak

yaitu pada taraf signifikansi

. Karena �ℎ�

��

>�

��

atau ,

� ditolak. Sebagai konsekuensi ditolaknya � maka �
diterima. Dengan diterimanya �

��

=

% untuk jumlah
> ,

maka

yang diajukan

yang diajukan pada penelitian ini

menunjukkan bahwa “Ada pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas VII MTsN Tunggangri tahun ajaran
2013/2014”

2. Indah Riani dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Intelegensi dan Kecerdasan
Spiritual terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTsN Kandat
Balong Ringinrejo Kediri Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil analisis dapat
dilihat pada taraf nilai Sig. kreativitas siswa

,

< ,

0, artinya “Ada

pengaruh tingkat kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar matematika
siswa kelas VII MTsN Kandat Balong Ringinrejo Kediri tahun ajaran
2012/2013”
3. Muhammad Saifullah Mahyudin dengan judul “Pengaruh Kecerdasan
Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhap Prestasi Belajar Matematika pada
Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Tulungagung Tahun
2010/2011. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan bahwa besarnya
pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi

36

, % sedangkan sisanya

belajar matematika sebesar

, % dipengaruhi oleh

variabel lain, selain kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual tersebut.

Dari sini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar
matematika siswa siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2
Tulungagung Tahun 2010/2011
4. Wayan Kardi, Nyoman Arcana dan Dewa Putu Raka Rasana yang berjudul “
Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar Terhadap
Hasil Belajar IPA Siswa Kintamani Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil
analisis yaitu �ℎ�

��

=

,

dan �

��

= ,

yang berarti memilii

hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan hasil belajar IPA
Siswa Kintamani Tahun Pelajaran 2012/2013.

5. Siti Humaeroh dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap
Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SMP Muhammadiyah
17 Ciputat”. Hal ini berdasarkan pada perhitungan “�” terkait Pengaruh
Tingkat Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama
Islam Siswa , maka nilai “r ” yang diperoleh dalam perhitungan �

adalah lebih besar dari pad rt

el

pada taraf signifikan % sebesar ,

= ,

, maka

Hipotesis Alternatif (� ) diterima dan Hipotesis Nihil (� ) ditolak.Dengan
edmikian terdapat pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SMP Muhammadiyah 17 Ciputat

37

Tabel 2.1
Perbandingan Penelitian Terdahulu
No

Nama

Tahun

Judul
Penelitian

Hasil Penelitian

Posisi
Persamaan
penelitian pada
pemilihan variabel
terikat pertama
yaitu kecerdasan
emosional.
Pengambilan data
adalah sama yaitu
dengan
menggunakan
angket. Perbedaan
kedua penelitian
ini adalah pada
jumlah populasi,
jumlah sampel.
Lokasi penelitian
kedua penelitian
ini tidak sama.
Perbedaan yang
lain adalah
variabel terikat
kedua, Lubis
Marzuki
menggunakan
motivasi belajar
sedangkan
penelitian ini
menggunakan SQ
Persamaan
penelitian pada
pemilihan variabel
terikat kedua yaitu
kecerdasan
spiritual.
Pengambilan data
adalah sama yaitu
dengan
menggunakan
angket. Perbedaan
kedua penelitian
ini adalah pada
jumlah populasi,
jumlah sampel.
Lokasi penelitian
kedua penelitian
ini tidak sama.
Perbedaan yang
lain adalah

1.

Lubis
Marzuki

2013/
2014

Pengaruh
Tingkat
Kecerdasan
Emosional
dan Motivasi
Terhadap Hasil
Belajar
Matematika
Materi Keliling
dan Luas
Bangun Segi
Empat Pada
Siswa Kelas
VII MTsN
Tunggangri
Kalidawir
Tulungagung
tahun ajaran
2013/2014”.

Hasil analisis diperoleh
�ℎ� �� = ,
dan
� �� = , yaitu pada
taraf signifikansi %
untuk jumlah responden
(N) sebanyak . Karena
�ℎ� �� > � �� atau
,
> , maka �
ditolak. Sebagai
konsekuensi ditolaknya
� maka � yang
diajukan diterima.
Dengan diterimanya �
yang diajukan pada
penelitian ini
menunjukkan bahwa
“Ada pengaruh tingkat
kecerdasan emosional
terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas
VII MTsN Tunggangri
tahun ajaran 2013/2014”

2.

Indah
Riani

2012/
2013

Pengaruh
Kecerdasan
Intelegensi dan
Kecerdasan
Spiritual
terhadap
Prestasi
Belajar
Matematika
Siswa Kelas
VII MTsN
Kandat Balong
Ringinrejo
Kediri Tahun
Pelajaran
2012/2013

Hasil analisis dapat dilihat
pada taraf nilai Sig.
kreativitas siswa ,
<
, 0, artinya “Ada
pengaruh tingkat
kecerdasan spiritual
terhadap prestasi belajar
matematika siswa kelas
VII MTsN Kandat Balong
Ringinrejo Kediri tahun
ajaran 2012/2013”

38

No

Nama

Tahun

Judul
Penelitian

Hasil Penelitian

3.

Muhamm
ad
Saifullah
Mahyudin

2010/
2011

Pengaruh
Kecerdasan
Emosional dan
Kecerdasan
Spiritual
Terhap Prestasi
Belajar
Matematika
pada Siswa
Kelas XI
Madrasah
Aliyah Negeri
(MAN) 2
Tulungagung
Tahun
2010/2011

Berdasarkan analisis data
yang telah dilakukan
bahwa besarnya pengaruh
kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual
terhadap prestasi belajar
matematika sebesar
, % sedangkan sisanya
, % dipengaruhi oleh
variabel lain, selain
kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual
tersebut. Dari sini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan
antara kecerdasan
emosional dan kecerdasan
spiritual terhadap prestasi
belajar matematika siswa
siswa kelas XI Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) 2
Tulungagung Tahun
2010/2011

4.

Wayan
Kardi,
Nyoman
Arcana
dan Dewa
Putu Raka
Rasana

2012
/2013

Hubungan
Antara
Kecerdasan
Emosional Dan
Motivasi
Belajar
Terhadap Hasil
Belajar IPA
Siswa Kelas V
SDN
Kelurahan
Kintamani
Tahun
Pelajaran
2012/2013

Hasil analisis yaitu
�ℎ� �� = , dan
� �� = , yang berarti
memilii hubungan yang
signifikan antara
kecerdasan emosional dan
hasil belajar IPA Siswa
Kintamani Tahun
Pelajaran 2012/2013.

Posisi
variabel terikat
pertama Indah
Riani
menggunakan
kecerdasan
Intelegensi
sedangkan
penelitian ini
menggunakan
kecerdasan
spiritual
Persamaan
penelitian pada
pemilihan kedua
variabel terikat
yaitu kecerdasan
emosional dan
kecerdasan
spiritual
Pengambilan data
adalah sama yaitu
dengan
menggunakan
angket. Perbedaan
kedua penelitian
ini adalah pada
jumlah populasi,
jumlah sampel.
Lokasi penelitian
kedua penelitian
ini tidak sama.

Persamaan
penelitian pada
pemilihan variabel
terikat pertama
yaitu kecerdasan
emosional.
Pengambilan data
adalah sama yaitu
dengan
menggunakan
angket. Perbedaan
kedua penelitian
ini adalah pada
jumlah populasi,
jumlah sampel.
Lokasi penelitian
kedua penelitian

39

No

5

Nama

Siti
Humaeroh

Tahun

2013

Judul
Penelitian

Pengaruh
Kecerdasan
Emosional
Terhadap
Prestasi
Belajar
Pendidikan
Agama Islam
Pada Siswa
SMP
Muhammadiya
h 17 Ciputat

Hasil Penelitian

Hal ini berdasarkan pada
perhitungan “�” terkait
Pengaruh Tingkat
Kecerdasan Emosional
terhadap Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam
Siswa , maka nilai “r ”
yang diperoleh dalam
perhitungan � = ,
adalah lebih besar dari
pad rt el pada taraf
signifikan % sebesar
, , maka Hipotesis
Alternatif (� ) diterima
dan Hipotesis Nihil (� )
ditolak.Dengan edmikian
terdapat pengaruh
Kecerdasan Emosional
Terhadap Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam
Pada Siswa SMP
Muhammadiyah 17
Ciputat

Posisi
ini tidak sama.
Perbedaan yang
lain adalah
variabel terikat
kedua, penelitian
Wayan Kardi,
Nyoman Arcana
dan Dewa Putu
Raka Rasana
menggunakan
motivasi belajar
sedangkan
penelitian ini
menggunakan SQ
Persamaan
penelitian pada
pemilihan variabel
terikat yaitu
kecerdasan
emosional.
Pengambilan data
adalah sama yaitu
dengan
menggunakan
angket. Perbedaan
kedua penelitian
ini adalah pada
jumlah populasi,
jumlah sampel.
Lokasi penelitian
kedua penelitian
ini tidak sama dan
mata pelajaran
yang di teliti juga
tidak sama.

F. Kerangka Berpikir Penelitian
Agar mudah dalam memahami arah dan maksud dari penelitian ini, penulis
jelaskan dari penelitian dengan bagan berikut:

40

Bagan 2.1
Kecerdasan

Kecerdasan

Emosional

Spiritual

Prestasi

Ket:
X1: Kecerdasan Emosional
X2: Kecerdasan Spiritual
Y : Prestasi Matematika
Setiap siswa atau individu pastilah punya keinginan untuk memperoleh
prestasi yang lebih baik dalam hal ini adalah prestasi matematika. Untuk itu dalam
mencapai tujuan atau keinginan tersebut setelah peneliti amati ternyata ada sebuah
permasalahan

yang

perlu

diperhatikan.

Banyak

faktor

yang

dianggap

mempengaruhi prestasi, dalam hal ini adalah kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual siswa itu sendiri.
Seperti bagan yang telah peneliti gambarkan diatas, kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual berhubungan dengan prestasi. Kecerdasan emosional
akan memegang peranan yang penting dalam terjadinya proses belajar siswa.
Kecerdasan emosional anak yang baik dan stabil hal ini dapat dilihat dari cara
berpakaian siswa, sikap siswa pada guru, periang dan mudah bergaul.
Kecerdasan emosional siswa yang baik tersebut tentunya akan
menciptakan atau melahirkan suasana lingkungan belajar yang baik pula, dan

41

hubungan siswa dengan guru lebih dekat serta dapat mendorong siswa aktif dalam
kegiatan belajar mengajar karena siswa merasa percaya diri dalam melakukan
kegiatan dalam berbagai hal.

G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara, yang masih perlu diuji
kebenarannya melalui fakta-fakta.40
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi
matematika siswa kelas VIII MTs Aswaja Tunggangri tahun pelajaran
2014/2015
2. Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan spiritual terhadap prestasi
matematika siswa kelas VIII MTs Aswaja Tunggangri tahun pelajaran
2014/2015
3. Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan spiritual dan emosional secara
bersama terhadap prestasi matematika siswa kelas VIII MTs Aswaja
Tunggangri tahun pelajaran 2014/2015

40

Agus Irianto, Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: Prenada Media Grup,
2007), hal. 97