pembahasan laporan akhir

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jambu mete (Anacardium oc-cidentale. L) merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang mempunyai arti ekonomi dan cukup potensial karena produksinya
dapat dipakai sebagai bahan baku industri makanan. Tanaman jambu mete banyak
tumbuh di Jawa Tengah khususnya daerah kabupaten Jepara tepatnya di kecamatan
Jepara, banyak tanaman buah semu jambu metenya yang belum termanfaatkan dengan
baik. Pemanfaatan buah semu masih sangat terbatas, sehingga banyak yang terbuang
sebagai limbah. Pemanfaatan buah semu secara optimal menjadi berbagai produk
makanan akan dapat meningkatkan ekonomi petani jambu mete. Salah satu produk yang
dapat diolah dari buah jambu mete adalah nata de cashew.
Namun dalam pelaksanaan kegiatan penelitian yang kami lakukan mengalami
permasalahan yang cukup berarti, sebab ketersediaan jambu mete (monyet) pada Bulan
Februari – Mei tidak ada dikarenakan belum musimnya. Selain itu, musim jambu
metenya sendiri sekitar Bulan Juli – Agustus sehingga kami terpaksa alihkan bahan
jambu mete pada buah jambu air.
Pertimbangan memilih jambu air sebagai bahan alternative karena memiliki
persamaan karakteristik dengan jambu mete. Kandungan yang dimiliki jambu air mirip
dengan kandungan pada jambu mete. Selain itu, harga pasaran dari jambu air juga
terjangkau semua kalangan masyarakat.
1.2. Perumusan Masalah

Beberapa masalah yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mengolah nata de jambu air menjadi produk edible film ?
2. Apakah produk nata de jambu air bisa sebagai edible film menggantikan karagenan
rumput laut ?
1.3. Tujuan Program
Tujuan yang hendak dicapai dari program kreativitas ini adalah:
1. Mendiskripsikan cara mengolah tepung kering nata de jambu air untuk produk
edible film
2. Membuktikan apakah nata de jambu air mampu menjadi produk edible film sebagai
edible packaging?
1.4. Luaran Yang Diharapkan
Berdasarkan uraian diatas, target luaran yang diharapkan antara lain :
1. Meningkatkan nilai jual dari nata de jambu air yakni lebih lanjut menjadi produk
edible film yang lebih modern, eksklusif dengan sentuhan teknologi
pangan yang tepat.
2. Membuka peluang bisnis baru bagi masyarakat dalam rangka menekan penggunaan
kemasan makanan yang bersifat nondegradable.
3. Keterampilan bagi masyarakat dalam bidang teknologi industri yaitu menciptakan
tepung kering nata de jambu air sebagai edible film.
1.5. Kegunaan Program

Program ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan alternative dalam
pemanfaatan tepung kering nata de jambu air sebagai pembuatan edible film untuk
edible packaging.
2. Diharapkan dapat mengurangi penggunaan kemasan makanan yang bersifat
nondegradable, sehingga mengurangi pencemaran lingkungan.
3. Edible film yang dihasilkan diharapkan mampu memperpanjang umur simpan
produk yang dikemasnya.
II.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nata

Nata adalah produk yang dihasilkan dari proses fermentasi pada substrat yang mengandung
gula dan nitrogen pada pH yang sesuai dengan perkembangan A. xylinum yaitu berkisar antara 4 4,5 (Pambayun, 2002). Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai media pembuatan nata adalah
ampas nenas, adalah bahan yang paling ekonomis karena ampas nenas merupakan limbah pangan.
Ampas nenas didapat dari sisa hasil pembuatan sirup nenas, selai, jelly, sari buah dan nenas goreng.
Pengolahan buah nenas tersebut dapat diperoleh ampas nenas dalam jumlah yang cukup besar dan
dapat dimanfaatkan sebagai medium pertumbuhan dari bakteri A. xylinum. Rendemen nata yang
diperoleh dari media ekstrak ampas nenas lebih besar dari pada media yang diperoleh dari sari buah

nenas yaitu 54,13% dengan konsentrasi gula 7,50% dan masa inkubasi 14 hari (Arsatmojo, 1996).
2.2. Edible Film
Menurut Robertson (1993), bahan pengemas yang dapat digunakan antara lain plastik,
kertas, logam, dan kaca. Bahan pengemas dari plastik banyak digunakan dengan pertimbangan
ekonomis dan memberikan perlindungan yang baik dalam pengawetan. Akan tetapi penggunaan
material sintetis tersebut berdampak pada pencemaran lingkungan (Alvin dan Gil, 1994 dikutip
Henrique, Teofilo, Sabino, Ferreira, Cereda, 2007). Oleh karena itu pada saat ini dibutuhkan
penelitian mengenai bahan pengemas yang dapat diuraikan (biodegradable) (Henrique et. al.,
2007). Salah satu pengemas biodegradable adalah Edible Packaging .
Merurut Arpah (1997) dikutip Christsania (2008), Edible Packaging pada bahan pangan
pada dasarnya dibagi menjadi tiga jenis bentuk, yaitu: edible film, edible coating, dan enkapsulasi.
Pengembangan edible film pada makanan selain dapat memberikan kualitas produk yang
lebih baik dan memperpanjang daya tahan, juga memberikan alternatif bahan pengemas yang tidak
berdampak pada pencemaran lingkungan karena menggunakan bahan yang dapat diperbaharui dan
harganya murah (Tharamathan, 2003 dikutip Bourtoom, 2007).
III.

METODE PENDEKATAN

3.1. Pra – Pelaksanaan

Dalam tahap ini, hal – hal yang dilakukan antara lain adaalah mempersiapkan materi dan
pematangan konsep kegiatan yang dilaksanan yang meliputi pencarian referensi buku, rapat
koordinasi kelompok, penyusunan jadwal kegiatan, bimbingan penyusunan proposal kegiatan,
penyusunan proposal kegiatan, penggandaan dan arsip.

3.2. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan merupakan pokok kegiatan yang akan dilakukan. Meliputi
pengambilan data, pembuatan nata dan pembuatan edible film.

3.3. Evaluasi program
Evaluasi program meliputi kegiatan uji coba produk, tahap penyempurnaan produk,
pengaplikasian produk, serta penggandaan alat.
IV.

PELAKSANAAN PROGRAM

4.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Progam ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Juni 2012. Dilaksanakan di
Laboratorium Kimia SMK Negeri 1 Jepara dan Laboratorium Teknologi Jasa dan Produksi
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.


4.2. Tahapan Pelaksanaan/Jadwal Faktual Pelaksanaan
No

Kegiatan

Bulan
1

2

3

4

1
2
3
4
5


Persiapan dan pematangan konsep
Pelaksanaan program
Analisis hasil
Evaluasi program
Penyusunan laporan

XXX
XXXX
XXX
XXXX
XXX

4.3. Instrumen Pelaksanaan
Instrumentasi kegiatan berupa hal – hal yang perlu dipersiapakan sebelum proses
kegiatan berlangsung, meliputi :
 Persediaan alat dan bahan
 Skema komposisi bahan penelitian
 Persediaan perlengkapan penelitian
 Skema penelitian pembuatan nata dan

 Persediaan media sample penelitian
edible film
 Lembar hasil penelitian

4.4. Rancangan dan Realisasi Biaya
Terlampir
V.

HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Pembuatan Nata Jambu Air
Tanggal
Percobaan ke
Bahan
Takaran
Keterangan
Sari Jambu Air
1100 ml
Gula
44 gram
31/03/2012

1
Urea
33 gram
Gagal
Asam Acetat
8,25 ml
Stater
220 ml
Sari Jambu Air
1000 ml
Gula
10 gram
7/04/2012
2
Urea
8 gram
Gagal
Asam Acetat
5 ml
Stater

200 ml
Sari Jambu Air
1000 ml
Gula
10 gram
14/04/2012
3
Urea
8 gram
Berhasil
Asam Acetat
10 ml
Stater
200 ml
Penelitian ini dilakukan dalam 2 jenis, yakni penelitian pembuatan nata dan penelitian
pembuatan edible film. Pada tahap pembuatan nata dilakukan penelitian sebanyak 3 kali untuk
menemukan formula yang sesuai. Dalam penentuan formula nata jambu air, dilakukan
pembandingan terhadap formula nata de coco. Dari tabel di atas, telah dijabarkan bahwa pada
formula 1 dan 2 mengalami kegagalan. Sedangkan pada formula yang ke 3 tersebut sudah berhasil.
Hasil perbandingan formula nata de coco dengan nata jambu air ini adalah komposisi Asam

Acetatnya. Yakni pada nata de coco takarannya 6 ml /1 liter air kelapa. Sedangkan pada nata jambu
air, takaran Asam Acetat adalah 10 ml/1 liter sari jambu air.
5.2. Pembuatan Edible Film
Tanggal
Percobaan ke
28/04/2021
1
2

Bahan
Nata jambu air

Takaran
0,5cm,
231
gram

Keterangan
Lembaran (1 gram)


Tepung Kering
10 gram
Nata jambu air
Tepung Tapioka
5 gram
7/05/2012
2
Coating (45%)
Tepung Maezena
5 gram
Agar-agar
2 gram
Air
25 ml
Pada proses pembuatan edible film dilakukan dalam 2 jenis, yaitu teknik lembaran dan
coating (pemcelupan). Untuk teknik lembaran, dilakukan dengan cara pengeringan lembaran nata
jambu air dengan oven pada suhu stabil 40oC selama kurang lebih 5 jam. Sehingga dihasilkan
lembaran edible film dalam bentuk kertas.
Sedangkan untuk teknik coating (pencelupan) dilakukan penelitian sebanyak 5 kali dengan
komposisi formula yang berbeda agar didapatkan hasil produk edible film yang baik. Berdasarkan
uji proximate di Laboratorium Teknik Kimia Unnes (terlampir), kandungan yang terdapat pada pada
edible lembaran ini diantaranya protein (6,91%), karbohidrat (72,77%), lemak (1,09%), air (5,16%),
abu (14,07%).
VI.

VII.

KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, telah dihasilkan sebuah produk baru yang belum
ada yakni nata jambu air. Nata jambu air ini selanjutnya diproses menjadi produk edible film.
Produk edible film sendiri ada 3 macam, yaitu edible dalam bentuk lembaran, coating, dan brashing.
Namun dalam penelitian ini hanya dilakukan dalam jenis lembaran dan coating (pencelupan). Jenis
edible film yang dapat dibuat dengan nata jambu air dengan baik adalah jenis lembara. Untuk edible
jenis lembaran yang dihasilkan sudah bisa digunakan sebagai edible packing (pembungkus), tapi
masih diharapkan penelitian lebih lanjut agar mendapatkan hasil yang lebih sempurna. Sedangkan
untuk edible coating hasilnya justru dapat mempercepat oksidasi, sehingga makanan lebih cepat
mengalami pembusukan. Hal ini dikarenakan masih belum didapatkannya komposisi takaran bahan
yang pas untuk pembuatannya sehingga penelitian lebih lanjut masih sangat diharapkan.
Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini, nata dari jambu air ternyata
dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan edible film yang berguna untuk packing (pembungkus)
makanan yang lebih menggantikan pembungkus nondegradable seperti plastik yang tidak dapat
didaur ulang.
6.2. Saran
Pengembangan dan penelitian lebih lanjut terhadap hasil penelitian ini masih sangat
diharapkan. Kontribusi dan partisipasi dari berbagai pihak dan dinas terkait sangat dibutuhkan
untuk mencapai tujuan dan mendapatkan hasil yang terbaik dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Bourtoom T. 2007. Effect of Some Process Parameters on The Properties of Edible Film
Prepared From Starch. Departement of Material Product Technology,
Songkhala(online), Available at : http://vishnu.sut.ac.th/iat/food_innovation/up/rice%20starch
%20film.doc (Diakses tanggal 7 Oktober 2011)
Deavin, L., T. R. Jarman, C. J. Lawson, R. C. Righelato and S. Slocombe, 1977. The
Production of Algenic Acid by Azobacter vinelandii in Batch and Continueous Culture.
dalam Extracelluler Microbial Polysaccharides. American Chemical Society, Washinton.
205 pp.

Krochta, J.M., Baldwin, E.A and Nisperos-Carriedo M.O., 1994. Edible Coatings and
Films to Improve Food Quality. Technomis Publishing.Co.Inc. Lancester. Bosel.