Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2016

Prosiding
SEMINAR NASIONAL

BIOLOGI
Medan, 9 April 2016
Tema :

Implementasi Riset Hayati
dan Pengembangannya
di Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

Editor :
Dr. Erni Jumilawaty, M.Si. (Biologi USU)
Dr. Fitmawati, M.Si. (Biologi UNRI)
Dr. It Jamilah, M.Sc. (Biologi USU)
Prof. Dr. Manihar Situmorang, M.Sc. (Kimia UNIMED)
Dr. Salomo Hutahaean, M.Si. (Biologi USU)

2016

USU Press

Art Design, Publishing & Printing
Gedung F, Pusat Sistem Informasi (PSI) Kampus USU
Jl. Universitas No. 9
Medan 20155, Indonesia
Telp. 061-8213737; Fax 061-8213737
usupress.usu.ac.id
© USU Press 2016

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang; dilarang memperbanyak menyalin, merekam sebagian atau
seluruh bagian buku ini dalam bahasa atau bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.
ISBN 979 458 904 7
Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Prosiding Seminar Nasional Biologi: Implementasi Riset Hayati dan Pengembangannya di Era
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) / Editor: Erni Jumilawaty [et.al.] – Medan: USU Press, 2016.
x, 402 p.: ilus.; 29 cm
ISBN: 979-458-904-7
1. Riset Hayati

Dicetak di Medan, Indonesia


ii

I. Judul

LAPORAN KETUA PANITIA SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2016
Assalamu‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Seminar Nasional Biologi USUtanggal 9 April 2016 di Medan, merupakan seminar rutin
tahunan yang diadakan oleh Departemen Biologi FMIPA USU, yang pada tahun ini
mengusung Tema : "Implementasi riset hayati dan pengembangannya di era masyarakat
ekonomi Asean (MEA)".Tema ini kami pilih sehubungan dengan diterapkannya MEA oleh
pemerintah tahun 2015 ini. Oleh karena itu perlu adanya stategi dalam mengimplmentasikan
dan mengembangkan hasil riset hayati supaya dapat bersaing dengan produk lainnya di era
MEA ini.
Seminar berlangsung selama satu hari dan dibagi atas dua sesi yaitu sesi plenari dan
parallel. Sesi plenari disampaikan oleh 4 orang pembicara utama sementara sesi parallel
disampaikan oleh beberapa orang pemakalah yang dikelompokkan atasdalam 5 topik dari
bidang Biologi yaitu
Kenekaragaman hayati,
Lingkungan,
Mikrobiologi dan Biologi Molekuler,

Struktur Dan Fungsi Tumbuhan,
Struktur Dan Fungsi Hewan, Biofarmaka Dan Biomedis
Kegiatan Seminar Nasional Biologi dihadiri oleh kurang lebih 250 orang peserta, dan
66 orang diantaranya adalah peserta pemakalah. Peserta Seminar datang dari berbagai daerah
di wilayah tanah air terutama Sumatera dan Pulau Jawa yaitu antara lain Aceh, Sumatera
Barat, Riau, Palembang, Bandung, Bogor dan Sumatera Utara sendiri yaitu (Medan dan P.
Sidempuan).
Tujuan dari seminar ini adalah memfasilitasi sharing pengalaman dan informasi
ilmiah dalam berbagai bidang penelitian hayati di era MEA serta membangun jejaring dan
kerjasama penelitian antar lembaga pendidikan tinggi, peneliti, pemerhati dan stakeholders di
era MEA.
Panitia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung
terselenggaranya kegiatan seminar Nasional Biologi hingga selesainya Prosiding khususnya
kepada Rektor USU, Dekan FMIPA USU, pemakalah oral dan peserta, sponsor, dan seluruh
panitia. Setulusnya kami mohon maaf jika ada kekurangan di sana sini, dimana semua itu
bukanlah suatu kesengajaan tetapi karena kelemahan dan keterbatasan kami.
Semoga prosiding ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, 09 April 2016

Dr. Yurnaliza, M.Si

iii

SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PADA PEMBUKAAN SEMINAR NASIONAL BIOLOGI TAHUN 2016
(SABTU, 09 APRIL 2016)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua.
Hadirin yang saya hormati. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena
atas Berkah dan Karunia-Nya, kita dapat hadir pada Seminar Nasional Biologi tahun 2016.
Rektor Universitas Sumatera Utara mengucapkan selamat kepada Dekan FMIPAUSU, Ketua Departemen Biologi FMIPA-USU dan Panitia Seminar Nasional Biologi, atas
terselenggaranya seminar yang merupakan hasil kerjasama yang solid.
Universitas Sumatera Utara memperoleh kehormatan menjadi tuan rumah seminar ini,
kususnya Biologi FMIPA. Seminar dengan tema “Implementasi Riset Hayati dan
Pengembangannya di Era Masyarakat Ekonomi Asean” menjadi satu momen penting
bagi para Peneliti, Akademisi, Praktisi, Mahasiswa Strata dan Pasca Sarjana, juga pemerhati
ilmu pengetahuan pada umumnya, baik bidang Biologi Biofarmasi, dan Biomedik
khususnya. Kita bertemu disini untuk menyampaikan dan berbagi informasi tentang hasilhasil Penelitian Biologi, dan Perkembangan ilmu biologi. Seminar ini pasti banyak
memberikan kontribusi hasil-hasil Riset Biologi. Optimalisasi Terapannya untuk membangun
Bangsa ini menjadi Mandiri di Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Riset Biologi

selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan keilmuan di bidang Biologi sesuai dengan
perkembangannya secara nasional maupun internasional.
Kekayaan hayati Indonsia sangat banyak dan beragam sudah dikenal dunia
diharapkan tidak hanya menjadi semboyan dan senandung para ilmuwan. Kekayaan hayati
tersebut merupakan anugerah bagi bangsa Indonesia yang diamanahkan Sang Pencipta untuk
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan kejayaan bangsa. Riset dan
implementasinya di bidang Biologi harus lebih didorong untuk maju, ditingkatkan baik
kualitas maupun kuantitasnya dan dilakukan berkesinambungan. terutama dalam menghadapi
persaiangan terbuka di era MEA yang sudah dimulai sejak Desember 2015. Hasil dari Riset
tersebut selanjutnya dapat diAplikasikan dalam kehidupan untuk membangun kemandirian
masyarakat untuk siap menjadi tenaga ahli, sehingga Sumber Daya Manusia Indonesia
menjadi komoditi unggulan.
Semoga seminar seperti ini dapat berkesinambungan baik di Biologi FMIPA-USU
maupun di Perguruan Tinggi daerah-daerah lain di Indonesia.
Kami mengucapkan “Selamat Datang Sumatra Utara Medan” kepada Tamu
Undangan, Pembicara Kunci, Penyampai Makalah dan Peserta Seminar yang hadir,
khususnya yang berasal dari luar Medan semoga mendapatkan Ilmu dan Pengalaman yang
berguna selama berada di sini dan Saya ucapkan selamat mengikuti Seminar Nasional
Biologi.
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa semoga Seminar Nasional Biologi Tahun 2016

memberikan manfaat bagi kita semua.
Selamat pagi, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Medan, 09 April 2016
Rektor Universitas Sumatera Utara

iv

DAFTAR ISI
LAPORAN KETUA PANITIA SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2016 ............................ iii
SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA .......................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. v

PEMBICARA UTAMA
BIOLOGI BARU DAN PENGEMBANGANNYA DI ERA MASYARAKAT
EKONOMI ASEAN (MEA)
Adi Pancoro ............................................................................................................................... 3
MIKROBIOTA MANUSIA DAN PERANNYA YANG BERAGAM BAGI
INANGNYA
Diana E. Waturangi ................................................................................................................... 7
KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU SUMATERA DAN PEMANFAATANNYA

UNTUK TUJUAN EKOWISATA
Dahelmi ..................................................................................................................................... 8
MIKROBA SEBAGAI AGEN REMEDIASI DAN PENGELOLAAN HAYATI
RAMAH LINGKUNGAN
Erman Munir............................................................................................................................ 19

LINGKUNGAN
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT DAN DAGING BUAH P
ALA (Myristica fragrans Houtt.) TERHADAP MORTALITAS LARVA Aedes
aegypti INSTAR III
Abdullah, Lisda Arwadeni dan Safrida ................................................................................... 23
AKTIVITAS EKSTRAK DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata )
TERHADAP PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH
Arief Rachmawan, Andi Wijaya dan Cici Indriani Dalimunthe ............................................. 35
KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRI, DAN STATUS KONSERVASI PARI
DI SUMATERA BAGIAN UTARA)
Fretty Juniarti dan Mufti Sudibyo ........................................................................................... 41
AKTIVITAS MAKAN PADA GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus)
TERHADAP KERENTANAN BUDIDAYA PERTANIAN DI PROVINSI ACEH
Kaniwa Berliani, Hadi S.Alikodra, Burhanuddin Masy‘ud, Mirza Dikari Kusrini ................. 48

PERKEMBANGAN ANAKAN KUNTUL BESAR (Egretta alba ) DAN CANGAK
ABU (Ardea cinerea ) DI AREAL BREEDING SITE DESA TANJUNG REJO
Karina Adelia, Erni Jumilawaty, Nursal .................................................................................. 62

v

JENIS –JENIS IKAN DI SUNGAI ASAHAN DESA MARJANJI ACEH DAN DESA
LUBU ROPA KABUPATEN ASAHAN
Mayang Sari Yeanny ................................................................................................................ 70
POLA DISTRIBUSI SPASIAL DAN HABITAT PREFERENSIAL Rusa timorensis
DI PULAU PEUCANG TAMAN NASIONAL UJUNG KULON
Mufti Sudibyo, Yanto Santosa, Burhanuddin Masy‘ud, Toto Toharmat ................................. 75
KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRI, DAN STATUS KONSERVASI HIU
DI SUMATERA BAGIAN UTARA
Puput Rahayu dan Mufti Sudibyo ............................................................................................ 84
PERILAKU PEMBENTUKAN PASANGAN BURUNG KUNTUL KERBAU
(Bubulcus ibis L.) DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA TANJUNG REJO,
KECAMATAN PERCUT SEI TUAN, KABUPATEN DELI SERDANG,
SUMATERA UTARA
Ristia Diani, Erni Jumilawaty .................................................................................................. 91

HUBUNGAN ANTARA KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DENGAN
PARAMETER FISIKA KIMIAWI AIR SUNGAI EMPAYANG KASAPSUKAJADI-KABUPATEN LAHAT
Saleh Hidayat, Susi Dewiyeti, Desven Hecca .......................................................................... 96

KEHATI
STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT SUKU NIAS
KECAMATAN GUNUNG SITOLI ALO‘OAKOTA GUNUNG SITOLI
Asaaro Telaumbanua, Alief Aththorick, Nursahara Pasaribu ................................................ 107
KAJIAN LIKEN SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN UDARA
DI KAWASAN TERMINAL PINANG BARIS KOTA MEDAN
Ashar Hasairin ........................................................................................................................ 113
KEANEKARAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTHOS DI STASIUN RISET
YAYASAN GAJAH SUMATERA (YAGASU) ACEH DESA TANJUNG REJO
KEC. PERCUT SEI TUAN KAB. DELI SERDANG SUMATERA UTARA
Hanifah Mutia ZNA, Ferdinand Susilo, Ida Fauziah ............................................................. 121
METAPOPULASI MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas Cuvier 1809)
DI PULAU JAWA BAGIAN BARAT
Hendra Gunawan, Vivin S. Sihombing dan Robby Wienanto ............................................... 130
KERAGAMAN
DAN

HUBUNGAN
KEKERABATAN
FAMILI
DICROGLOSSIDAE
(AMFIBI
:
ORDO
ANURA)
BERDASARKAN
MORFOMETRIK DI KAWASAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG,
SUMATERA UTARA
Junaydy Michael Angelo Ginting, Arlen Hanel John, Saleha Hannum ................................. 141

vi

KEANEKARAGAMAN NEPENTHES DI SUMATERA UTARA
Nurmaini Ginting ................................................................................................................... 150
EKOLOGI DAN DISTRIBUSI KEPUNDUNG (Baccaurea racemosa Muell. Arg)
DI SUMATERA UTARA BAGIAN SELATAN
Rumini Sukarwati, Nursahara Pasaribu dan Saleha Hannum................................................ 160

PERAN KEBUN RAYA SAMOSIR SEBAGAI PUSAT KONSERVASI FLORA
PEGUNUNGAN SUMATERA BAGIAN UTARA DAN PENDUKUNG WISATA
DANAU TOBA
Sugiarti................................................................................................................................... 170
KOMPOSISI DAN KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA:
RHOPALOCERA) PADA BEBERAPA HABITAT DI LEUPUNG ACEH BESAR
Suwarno, Muhammad Toha Putra, Irvianty .......................................................................... 181
POPULASI LOBSTER AIR TAWAR (Cherax sp.) DI PERAIRAN DANAU TOBA,
DESA MARLUMBA, KECAMATAN SIMANINDO, KABUPATEN SAMOSIR,
SUMATERA UTARA
Villa Tamora T. purba, Ternala Alexander Barus, Hesti Wahyuningsih .............................. 189

MIKROBIOLOGI DAN MOLEKULER
MARKA POLIMORFIK UNTUK IDENTIFIKASI KERAGAMAN GENETIK
KELAPA SAWIT (Elaies guineensis Jacq.)DENGAN MENGGUNAKAN RANDOM
AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA (RAPD)
Arnen Pasaribu dan Lollie Agustina P.Putri .......................................................................... 201
KEMAMPUAN ISOLAT BAKTERI LAUT DALAM MENGHAMBAT
PERTUMBUHAN BAKTERI E.coli DAN S. aureus PENYEBAB INFEKSI
SECARA IN VITRO
Diva Utami Anggraini, Fuji Astuti Febria dan Nasril Nasir.................................................. 207
SCREENING BAKTERI DARI PERAIRAN LAUT PARIAMAN PENGHASIL
ENZIM PROTEASE
Fitri Hepnita, Fuji Astuti Febria dan Anthoni Agustien ........................................................ 210
KARAKTERISTIK MIKROKAPSUL SINBIOTIK BAKTERI ASAM LAKTAT
ISOLAT PG7 YANG DIENKAPSULASI DENGAN ALGINAT, SUSU SKIM DAN
INULIN
Harnisya Nasution, It Jamilah, Nunuk Priyani ...................................................................... 214
POTENSI ISOLAT KAPANG ANTIBIOTIK DARI ―KABUTO‖ SEBAGAI INOKULUM YANG
MENINGKATKAN KADAR PROTEIN PANGAN LOKAL

Jendri Mamangkey, Nurhayani, Nur Arfa Yanti ................................................................... 222
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN Colubrina asiatica (L.)
TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus
Munira, Nora Suraiya, Muhammad Nasir ............................................................................. 235
vii

PENAPISAN BAKTERI HALOFILIK DARI PERAIRAN LAUT KOTA
PARIAMAN
Rahmadani Marniyelita, Fuji Astuti Febria dan Anthoni Agustien ....................................... 241
KARAKTERISASI MIKROKAPSUL SINBIOTIK BAKTERI ASAM LAKTAT
ISOLAT UM1 YANG DIENKAPSULASI DENGAN ALGINAT, TEPUNG
KACANG ARAB DAN INULIN
Ria Yelvi Ningsih, It Jamilah, Dwi Suryanto ........................................................................ 244
TEST QUALITY FRESH VEGETABLES LETTUCE (Lactuca sativa ) AND
CABBAGE (Brassica oleracea ) IN SOME TRADITIONAL MARKET IN MEDAN
CITY SEEN FROM CONTENT THE BACTERIA Escherichia coli
Sri Natalia Silaen, Herkules Abdullah ................................................................................... 252
PENGARUH SUPLEMENTASI BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT UM 1 DAN
INULIN TERHADAP KULTUR BENIH IKAN NILA (Oreochromisniloticus)
Virza Ratika Inneke Putri, It Jamilah, Nunuk Priyani ........................................................... 259
APLIKASI ISOLAT Bacillus cereus dan Pseudomonas aeruginosa TERHADAP
Pyriculariagrisea PENYEBAB PENYAKIT BLAST PADA PADI CIHERANG
Zuraidah, Marjulia Ukhra....................................................................................................... 268

STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN DAN BIOMEDIS
DETEKSI DAN IDENTIFIKASI RESISTENSI INSEKTISIDA SINTETIK PADA
Aedes aegypti VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA
PADANG
Hasmiwati, Djong Hon Tjong and Eka Novita ...................................................................... 277
EFEK PETIDIN TERHADAP PSIKOMOTORIK DAN FUNGSI KOGNITIF PADA
MENCIT (Mus musculusL.) CEMAS DENGAN MENGGUNAKAN ALAT SISTEM
OTOMATIS INTELLICAGE
Putri Febriani Hasibuan, Syafruddin Ilyas, Salomo Hutahaean ............................................. 285
EFEK
ALPRAZOLAM
TERHADAP
PERILAKU
KOGNITIF
DAN
PSIKOMOTORIK
PADA
MENCIT
(Mus
musculus
L.)
DENGAN
MENGGUNAKAN ALAT SISTEM OTOMATIS INTELLICAGE
Rinda Febriananda, Syafruddin Ilyas, Salomo Hutahaean..................................................... 292
PENGARUH EKSTRAK METANOL DAUN SUREN (Toona sureni BL Merr )
TERHADAP SGPT DAN JUMLAH ERITROSIT TIKUS (Rattus norvegicus)
WISTAR JANTAN YANG DIPAPARI KARBON TETRAKLORIDA (CCl4)
Sera Wida Simatupang, Salomo Hutahaean, Masitta Tanjung .............................................. 302
PENGARUH MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP PERILAKU MENCIT (Mus
musculus L.) YANG DIINDUKSI OLEH OBAT KLORPROMAZIN DENGAN
MENGGUNAKAN ALAT OTOMATIS INTELLICAGE
Siska Renata Sembiring, Syafruddin Ilyas, Emita Sabri ........................................................ 307

viii

UJI PATOGENITAS Beauveria bassiana PADA BEBERAPA MEDIA CAIR
BUATAN TERHADAP MORTALITAS LARVA Aedes aegypti
Yulia Sari Ismail, Yekki Yasmin, Nina Anggraini ................................................................ 317

STRUKTUR DAN FUNGSI TUMBUHAN
KARAKTERISTIK LATEKS BEBERAPA KLON KARET (Hevea brasiliensis)
PADA PERIODE BULAN KERING
Andi Wijaya, Arief Rachmawan dan Sayurandi ................................................................... 325
HUBUNGAN KONSENTRASI STIMULAN ETEPON DAN PARAMETER
PRODUKSI PADA BEBERAPA KLON TANAMAN KARET
Atminingsih dan Tumpal H.S. Siregar .................................................................................. 331
PENGARUH 2,4 D, NAA dan KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN
EKSPLAN BIJI BALAKA (Phyllanthus emblica L.)
Boby Pranoto, Firda Novita, Aditiya Bungsu, Dwi Febrina, Isnaini Nurwahyuni................ 339
DAYA HAMBATASAM SALISILAT TERHADAP BEBERAPA PENYAKIT
PENTING TANAMAN KARET
Cici Indriani Dalimunthe dan Radite Tistama ....................................................................... 344
EMBRIOGENESIS SOMATIK DARI SALAK PADANGSIDEMPUAN (Salacca
sumatrana ) DENGAN PENAMBAHAN LISIN
Khairiyah Khairuddin, Elimasni, Isnaini Nurwahyuni .......................................................... 351
UJI POTENSI HASIL PADI SALIBU DENGAN PEMBERIAN BOOSTER
ORGANIK DAN BIOCHAR PUPUK KANDANG
Martos Havena ....................................................................................................................... 358
POTENSI KAYU, BIOMASSA DAN MASSA KARBON POHON KARET (Hevea
brasiliensis Muell Arg) KOLEKSI PLASMA NUTFAH IRRDB 1981
Muhamad Rizqi Darojat dan Syarifah Aini Pasaribu ............................................................ 364
KADAR KLOROFIL DAN KERAPATAN STOMATA MAHONI (Swietenia
macrophylla , King) PADA BEBERAPA LOKASI DI KOTA MEDAN
Rani Apriyani Raharja, Isnaini Nurwahyuni, Riyanto Sinaga............................................... 372
HUBUNGAN ANTAR KARAKTER KUANTITATIF DAN ANALISIS
KEMIRIPAN GENETIK HASIL PERSILANGAN TETUA KARET BERKERABAT
JAUH
Sayurandi dan M. Rizqi Darojat ............................................................................................ 379
ANATOMI DAUN DAN PENYAKIT COLLETOTRICHUM PADA TANAMAN
KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) IRR SERI 400
Syarifah Aini Pasaribu dan Cici Indriani Dalimunthe ........................................................... 386

ix

ANALISIS KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER PADA BEBERAPA
KOLEKSI GANDARIA (Bouea sp.) YANG BERASAL DARI SUMATRA, JAWA,
KALIMANTAN, DAN AMBON
Tri Harsono, Yusran E Ritonga, Desy Arwita ....................................................................... 397

x

Pembicara Utama

1

2

BIOLOGI BARU DAN PENGEMBANGANNYA DI ERA
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
Adi Pancoro
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati – Institut Teknologi Bandung
Disampaikan pada kegiatan Seminar Nasional Biologi FMIPA USU 2016
Dalam seminar ini disampaikan hal-hal yang berkaitan apa yang dimaksud dengan
MEA, masih banyak dari masyarakat kita yang belum atau sudah sadar bahwa tahun akhir
2015 negara ASEAN sudah memasuki era MEA. Hal-hal apa yang perlu kita ketahui dan
diantispasi dalam MEA khususnya yang berkaitan dengan daya saing produk dan jasa
teknologi & hayati yang dikembangkan dari R&D dan inovasi serta kepemilikan intelektual
(HKI) yang berbasis hayati. Kita harus mengetahui produk dan jasa hayati yang akan
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan 600 juta penduduk ASEAN dan upaya apa untuk
kesiapan sumber daya manusia (SDM), khususnya lulusan perguruan tinggi atau tenaga
profesi yang siap berdaya saing dengan lulusan diantara ASEAN yang bekerja di industri,
lembaga penelitian, tenaga pengajar di PT/ Universitas dll. Pada kesempatan ini secara umum
dan khusus disampaikan bagaimana peran ilmu hayati (Life Science) dalam menciptakan
perannya mulai dari penelitian dasar, penelitian terapan sampai menjadi produk teknologi
yang berdaya saing.
Pada tahun 2007, para pemimpin ASEAN memutuskan untuk mempercepat
pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015. Dalam cetak biru MEA
disebutkan, ada empat elemen kunci dari AEC yang dituangkan : (1) Sebuah pasar tunggal
dan basis produksi, (2) Sebuah kawasan ekonomi kompetitif, (3) pembangunan ekonomi
yang adil dan (4) Integrasi ke dalam ekonomi global. Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi
ASEAN yang dimulai tahun 2015 secara substansial meliputi antara lain, (1)menghilangkan
tarif dan memfasilitasi perdagangan; (2)memajukan agenda liberalisasi jasa perdagangan;
(3)liberalisasi dan memfasilitasi investasi; (4)merampingkan dan harmonisasi modal pasar
kerangka regulasi dan platform; (5)memfasilitasi mobilitas tenaga kerja terampil;
(6)mempromosikan pengembangan kerangka regional di kebijakan persaingan, hak
perlindungan konsumen dan kekayaan intelektual; (7)mempromosikan konektivitas;
(8)mempersempit kesenjangan pembangunan; (9)dan memperkuat hubungan ASEAN dengan
pihak eksternal. Mengapa ASEAN sangat penting sebagai pasar tunggal dan pusat produksi ?
ada sekitar 600 juta penduduk, ratusan juta konsumen kelas menengah dengan potensi
ekonomi sekitar $2.3 trilliun dan $5.3 trilliun dalam perdagangan global. Oleh sebab itu
banyak negara negara maju seperti USA dan Eropa tertarik ke ASEAN. Produk barang dan
jasa yang dibutuhkan di ASEAN sangat besar merupakan daya tarik yang luar biasa bagi
negara produsen barang dan jasa teknologi/ hayati.
Dalam dokumen cetak biru MEA 2025 salah satunya disebutkan membidani
pertumbuhan produktivitas yang kuat melalui inovasi, teknologi dan pengembangan sumber
daya manusia, dan riset regional intensif dan pembangunan yang dirancang untuk aplikasi
komersial untuk meningkatkan keunggulan kompetitif ASEAN dalam bergerak wilayah
tersebut sampai rantai nilai global ke teknologi yang lebih tinggi dan pengetahuan-intensif
manufaktur dan jasa industri. Dalam penjelasan disebutkan bahwa Daya saing jangka panjang
ASEAN bertumpu pada signifikan meningkatkan produktivitas tenaga kerja negara anggota
ASEAN dan produktivitas faktor total kinerja jika ASEAN akan bergerak ke rantai nilai
global, produktivitas tenaga kerja dan produktivitas faktor total, pada gilirannya, ditentukan
oleh efisiensi dalam penggunaan input, dan kemajuan pengetahuan, inovasi dan teknologi
kemajuan. Mengingat peran penting adaptasi teknologi dan difusi, serta inovasi dalam
3

pertumbuhan produktivitas dan jangka panjang daya saing ASEAN, negara-negara Anggota
ASEAN perlu mengambil upaya bersama untuk meningkatkan mereka inovasi dan
kemampuan teknologi. Tantangan ke arah yang lebih inovatif ASEAN adalah dalam hal
investasi dalam penelitian dan pengembangan (R & D) dan pengembangan modal manusia,
dan penguatan kebijakan dan lingkungan kelembagaan (misalnya rezim HKI) untuk kualitas
jaminan, difusi teknologi dan inovasi. Upaya langkah-langkah strategis perlu dilakukan untuk
meningkat daya saing diantara anggota negara ASEAN antara lain :
1. Mempromosikan kemitraan strategis antara akademisi, penelitian lembaga dan sektor
swasta terhadap kemampuan berkembang dan menciptakan saluran yang efektif untuk
transfer teknologi dan komersialisasi;
2. Memperkuat daya saing sektor UKM di ASEAN melalui penerapan ilmu pengetahuan
dan teknologi (S & T) alat dan metodologi; dan
3. Meningkatkan sistem dukungan dan lingkungan yang kondusif untuk memelihara
yang sangat mobile, cerdas dan kreatif sumber daya manusia yang tumbuh subur pada
penciptaan pengetahuan dan aplikasi.
Dituliskan dalam dokumen MEA bahwa untuk mempromosikan inovasi, perhatian
lebih perlu diberikan kepada pengembangan mekanisme nasional dan lintas batas yang
mempromosikan berikut langkah-langkah strategis:
I.
Berbagi informasi dan jaringan untuk merangsang ide-ide dan kreativitas di
universitas dan bisnis;
II. Fokus lebih besar pada kewirausahaan, dan pengembangan program inkubator bisnis
untuk komersialisasi;
III. Kebijakan untuk teknologi transfer, adaptasi dan inovasi, termasuk peningkatan
tingkat sebagai kebijakan fiskal dan non-fiskal serta mendukung untuk R & D.
IV.
Memfokuskan dukungan pada pengembangan riset dan teknologi-park, bersama
perusahaan, pemerintah dan / atau penelitian universitas laboratorium, R & D pusat,
dan ilmu pengetahuan dan teknologi;
V.
Mengembangkan dan memperkuat hubungan ASEAN ke global dan regional jaringan
R & D;
VI.
Mempromosikan perlindungan HKI yang kuat di wilayah tersebut; dan
VII.
Mempromosikan program-program yang meningkatkan partisipasi ASEAN dalam
dunia dan nilai rantai dan jaringan produksi, termasuk program dan promosi bersama
yang menarik teknologi terkemuka perusahaan untuk mendirikan toko di kawasan,
mengembangkan klaster industri dan dukungan industri, dan konektivitas fisik dan
kelembagaan ditingkatkan di kawasan ini dan dengan seluruh dunia.
Dari point-point diatas dapat dilaksanakan jika kesiapan sumber daya manusia dari
setiap anggoata ASEAN yang berdaya saing. Pemerintah secara nasional difokuskan pada
peningkatan jumlah lulusan di STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika) lulusan dari
perguruan tinggi dan universitas kita. Setiap upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa
siswa/lulusan dipersiapkan untuk kerja ilmiah. Lulusan di bidang teknik dan ilmu komputer
misal harus memiliki keterampilan dan kompetensi yang diakreditasi oleh lembaga akreditasi
eksternal. Setidaknya untuk lulusan life sciences - hayati harus memiliki kompetensi dibidang
life science.
Lulusan life science/Hayati setidaknya memiliki spesifik Kompetensi yang
diperlukan:
1. Biology Knowledge : pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh untuk
mendapatkan posisi profesional atau pelatihan profesional dalam biologi.
2. Research skills : Memahami dan menggunakan prinsip-prinsip metode ilmiah dan
penerapan teknik eksperimental untuk memecahkan masalah tertentu.

4

3. Field Skills : Menggunakan teknik praktis dan aman untuk melakukan penelitian di
lingkungan.
4. Laboratory Skills : Menggunakan teknik praktis dan aman dalam pengaturan
laboratorium.
Tantangan yang dihadapi manusia di bumi dimana jumlah penduduk dunia yang
bertambah sangat terkait dengan (1)pangan, (2)lingkungan,(3) energi dan (4)kesehatan.
Dalam kaca mata ahli biologi perlu berpikir merubah mindset menjadi BIOLOGI BARU
maka terjemahan ke empat kebutuhan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Menghasilkan tanaman pangan untuk beradaptasi dan tumbuh secara
berkelanjutan di lingkungan yang berubah.
Biologi baru bisa memberikan pendekatan secara dramatis lebih efisien untuk
mengembangkan varietas tanaman yang dapat tumbuh secara berkelanjutan dalam
kondisi lokal. Hasil usaha yang terfokus dan terintegrasi ini akan menjadi tubuh
pengetahuan, alat-alat baru, teknologi, dan pendekatan yang akan memungkinkan untuk
beradaptasi segala macam tanaman tanaman untuk produksi yang efisien dalam kondisi
yang berbeda, kontribusi penting terhadap sehingga memungkinkan untuk memberi
makan orang di seluruh dunia dengan berlimpah, makanan sehat, disesuaikan dengan
tumbuh efisien di banyak lingkungan lokal yang berbeda dan selalu berubah.
2. Memahami dan mempertahankan fungsi ekosistem dan keanekaragaman hayati
dalam menghadapi perubahan yang cepat.
Kemajuan mendasar dalam pengetahuan dan generasi baru alat dan teknologi yang
diperlukan untuk memahami bagaimana ekosistem fungsi, mengukur jasa ekosistem,
memungkinkan pemulihan ekosistem yang rusak, dan meminimalkan dampak berbahaya
dari aktivitas manusia dan perubahan iklim. Apa yang dibutuhkan adalah biologi baru,
menggabungkan basis pengetahuan ekologi dengan orang-orang dari biologi organisme,
evolusi dan perbandingan biologi, klimatologi, hidrologi, ilmu tanah, dan lingkungan,
sipil, dan sistem rekayasa, melalui bahasa pemersatu matematika, pemodelan, dan ilmu
komputer. Integrasi ini memiliki potensi untuk menghasilkan terobosan dalam
kemampuan kita untuk memantau fungsi ekosistem, mengidentifikasi ekosistem yang
berisiko, dan mengembangkan intervensi yang efektif untuk melindungi dan
mengembalikan fungsi ekosistem.
3.

Memperluas alternatif berkelanjutan untuk bahan bakar fosil.
Pendayagunaan bahan tanaman biomassa untuk membuat biofuel merupakan tantangan
sistem, dan ini adalah contoh lain dari daerah di mana biologi baru dapat memberikan
kontribusi penting. Pada sederhana, sistem terdiri dari tanaman yang berfungsi sebagai
sumber selulosa dan proses industri yang mengubah selulosa menjadi produk yang
berguna. Ada banyak poin dalam sistem yang dapat dioptimalkan. Biologi New
menawarkan kemungkinan memajukan pengetahuan dasar, peralatan, dan teknologi yang
dibutuhkan untuk mengoptimalkan sistem dengan mengatasi tantangan secara
komprehensif.

4.

Memahami kesehatan individual.
Tujuan dari pendekatan Biologi New kesehatan adalah untuk memungkinkan untuk
memantau kesehatan masing-masing individu dan mengobati kerusakan apapun dengan
cara yang disesuaikan dengan individu tersebut. Dengan kata lain, tujuannya adalah
untuk memberikan pengawasan prediksi secara individual dan perawatan. Antara titik
awal urutan genom individu dan titik akhir dari kesehatan yang individu adalah web
5

berinteraksi jaringan kompleksitas mengejutkan. Biologi baru dapat mempercepat
pemahaman mendasar dari sistem yang mendasari kesehatan dan pengembangan alat-alat
dan teknologi yang pada gilirannya akan menyebabkan pendekatan yang lebih efisien
untuk mengembangkan terapi dan memungkinkan individual, obat prediktif.
Pendekatan atau Tools seperti biologi molekuler, bioteknologi, komputasi,
bioinformatika dll memberikan cara pandang yang sedikit berbeda atau baru untuk masuk
dalam pola pikir sebagai BIOLOGI BARU. Kita harus bisa mengaktualisasi diri dengan
kemajuan zaman untuk menghadapi tuntutan industri yang dapat menjalankan roda ekonomi
dinegara kita. Konsep keberlanjutan, produk unggul dan kompetitif sudah harus menjadi
pemikiran kita dalam BIOLOGI BARU.
Tantangan yang dihadapi dalam MEA tidak kecil tetapi kita optimis untuk bersaing
diantara negara ASEAN. Selain itu kita tidak hanya berhenti dalam memahami MEA tetapi
badan dunia (United Nations) telah merumuskan apa yang kita sebut Sustainable
Development Goals (SDGs). Ada 17 goals yang dituliskan dalam dokumen SDGs. Banyak
goals yang dicantumkan berkaitan dengan life science dan ilmu-ilmu lainnya yang harus
disinergikan.
REFERENSI
ICSU, ISSC (2015): Review of the Sustainable Development Goals: The Science Perspective.
Paris: International Council for Science (ICSU).
A New Biology for the 21st Century. www.nap.edu
ASEAN Economic Community Blueprint 2025. Jakarta: ASEAN Secretariat, November
2015

6

MIKROBIOTA MANUSIA DAN PERANNYA
YANG BERAGAM BAGI INANGNYA
Diana E. Waturangi
Fakultas Teknobiologi, Unika Atma Jaya Jakarta
Mikrobiota manusia merupakan bakteri yang hidup secara alami pada beberapa area
di tubuh manusia, sebagian besar tidak bersifat patogen atau tidak berbahaya malahan
kehadirannya sangat menguntungkan kita. Area pada tubuh manusia yang paling banyak
menjadi tempat tinggal bakteri ialah saluran pencernaan. Keberadaan dari mikrobiota usus ini
bukan hanya sebagai penumpang pasif pada usus kita, namun mikrobiota usus ini bahkan
berperan penting dalam pengembangan dan fungsi dari sistem imunitas/ pertahanan diri kita.
Hasil riset terakhir menunjukkan bahwa mikrobiota pada usus berperan penting dalam
berbagai aspek fisiologi termasuk diantaranya perannya dalam melakukan komunikasi antara
usus dan otak manusia; bahkan perannya dalam mempengaruhi perilaku
seseorang. Komunikasi dua arah antara otak dan usus manusia terjadi karena keberadaan
mikrobiota usus. komunikasi dari otak terjadi saat kortisol yang dikeluarkan otak dapat
mempengaruhi populasi mikrobiota pada usus kita,
selain itu stres ataupun semua aktivitas yang mempengaruhi fungsi hipotalamus pada otak
juga dapat mempengaruhi populasi mikrobiota pada usus kita.
Selain bakteri usus, mikrobiota pada area lain di tubuh kita juga berperan penting.
Salah satunya adalah bakteri metilotrof, yaitu bakteri yang mampu memanfaatkan komponen
berkarbon tunggal sebagai sumber karbonnya. Kemampuan ini dimungkinkan karena bakteri
ini memiliki enzim methanol dehidrogenase yang membuat bakteri ini mampu melakukan
metabolism karbon tunggal. Karbon tunggal yang biasa digunakan oleh bakteri ini ialah
senyawa volatile atau senyawa yang mengandung sulfide yang umumnya mengeluarkan bau
tidak sedap. Beberapa riset menunjukkan bahwa bakteri ini dapat juga ditemukan di beberapa
area pada tubuh manusia, seperti mulut, telapak kaki serta ketiak. Dalam penelitian ini kami
melakukan studi bakteri metilotrof yang ada pada habitat mulut, kaki, serta ketiak manusia.
Sebanyak 55 isolat bakteri metilotrof yang berasal dari ketiak manusia telah berhasil
didapatkan, dan dari kaki sebanyak 21 isolat serta 37 isolat dari mulut manusia. Seluruhnya
telah dilakukan uji biokimia serta deteksi secara molekuler keberadaan gen mxa F yang
menyandikan methanol dehidrogenase. Isolat dari kaki dan mulut telah dilanjutkan untuk
melihat aktivitas enzim methanol dehidrogenase,beberapa isolat menunujukkan aktivitas
tertinggi yaitu isolat K25-3 (74.444 U/ml), K33-6 (79.815 U/ml), and K43-5 (69.259 U/ml)
dari kaki manusia dan isolat M41L3 (135.926 U/ml), M27G2 (85.556 U/ml), M51G1
(103.333 U/ml) dari mulut.Pada riset bakteri yang ada di ketiak manusia kami baru sampai
pada isolasi bakteri dan menemukan 55 isolat dari 40 responden laki-laki serta 65 isolat dari
40 responden perempuan. Beberapa isolate diidentifikasi lebih lanjut dan diketahui sebagai
Micrococus luteus, Rosemonas gilardii, Afipia felis, Klebsiella serta Enterobacter.
Keberadaan bakteri ini sangat penting karena adanya enzim methanol dehidrogenase
yang dihasilkan yang bermanfaat mengurai senyawa metantiol yang berbau, sehingga bakteri
ini berperan penting mengurangi senyawa berbau pada area-area tersebut. Riset yang lebih
mendalam sangat diperlukan terhadap berbagai mikrobiota manusia mengingat perannya
yang sangat penting bagi bagi inangnya.

7

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU SUMATERA DAN
PEMANFAATANNYA UNTUK TUJUAN EKOWISATA
Dahelmi
Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas, Padang
E-mail: [email protected]

Abstrak
Kupu-kupu hanya menjadi bagian kecil yaitu 17.500 spesies dari 155.000 spesies Lepidoptera
yang ada di dunia. Bagian yang terbesar adalah ngengat atau dikenal juga dengan kupu-kupu
malam. Walau jumlah spesiesnya jauh lebih sedikit dari pada ngengat, kupu-kupu lebih lebih
dikenal umum karena sifatnya yang aktif pada siang hari (diurnal) dan warnanya yang cerah
dan menarik. Di Sumatera diperkirakan terdapat sekitar 890 spesies kupu, namun dari
penelitian dan koleksi yang telah dilakukan selama 20 tahun terakhir, telah tercatat sekitar
516 spesies. Khusus kupu-kupu ekor wallet (Swallowtail butterflies, famili Papilionidae)
merupakan salah satu famili yang menarik, dari 121 spesies yang ada di Indonesia, 47
diantaranya tersebar di Sumatera. Kupu-kupu dapat dijumpai hampir di semua habitat
asalkan ada tumbuhan pakan yang cocok bagi spesies kupu-kupu tersebut. Hutan primer,
hutan sekunder, hutan produksi dan kebun manjadi habitat bagi banyak spesies kupu-kupu.
Selain di hutan, kita dapat juga dapat melihat kupu-kupu di sekitar rumah kita. Jika kita
menanam berbagai tumbuhan berbunga dan tumbuhan yang menjadi pakan larva, maka
halaman rumah dapat dikunjungi berbagai spesies kupu-kupu. Kupu-kupu memiliki peran
penting dalam beberapa aspek seperti membantu penyerbukan, menyediakan nilai estetika,
sebagai mangsa di rantai makanan dan jaring makanan. Kupu-kupu dapat bertindak sebagai
sumber pendapatan melalui konsep yang muncul disebut ekowisata (ecotourism). Karena
memberikan nilai yang lebih tinggi di ekowitasa, kebun kupu-kupu (butterfly garden) dan
taman kupu-kupu (butterfly park) dibangun di berbagai negara untuk menarik banyak pecinta
alam yang pada akhirnya akan menghasilkan devisa bagi negara.
Kata kunci: kupu-kupu, keanekaragaman, bunga, butterfly gardens, ekotwisata.

PENDAHULUAN
Kupu-kupu hanya menjadi bagian kecil yaitu 17.500 spesies atau < 12 % dari 155.000
spesies Lepidoptera yang ada di dunia. Bagian yang terbesar adalah ngengat atau dikenal juga
dengan kupu-kupu malam. Walau jumlah spesiesnya jauh lebih sedikit dari pada ngengat,
kupu-kupu lebih lebih dikenal umum karena sifatnya yang aktif pada siang hari (diurnal) dan
warnanya yang cerah dan menarik (Peggie, 2014).
Diantara beberapa negara dengan biodiversitas tinggi, Indonesia dikenal sebagai
negara dengan kekayaan kupu-kupu terutama Papilionidae (121 spesies) dan tingkat
endemisitas yang tinggi yaitu 53 spesies (Collins & Smith, 1995). Mereka sangat sensitif
dengan kerusakan habitat dan telah digunakan secara umum sebagai takson indikator untuk
riset ekologi (Kremen, 1994; Koh & Sodhi, 2004). Beberapa kupu-kupu Asia Tenggara
adalah endemik untuk berbagai daerah dan mereka terancam punah bila kehilangan hutan
(deforestation) masih berlanjut (Koh, 2007). Sumatera yang memiliki biodiversitas yang
tinggi, akhir-akhir ini biodiversitasnya terancam akibat kehilangan hutan yang cepat.
Penebangan hutan (logging) merupakan penyebab utama dari kerusakan habitat tersebut.
Penelitian tentang kupu-kupu di Sumatera pernah dilakukan sejak 20 tahun terakhir.
Sebanyak 10 famili telah tercatat dari berbagai daerah, spesies yang paling banyak tercatat
8

umumnya berasal dari famili Nymphalidae. Khusus untuk famili Papilionidae telah tercatat
43 spesies yang merupakan kompilasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Salmah dkk.,
(1997, 1999; 2006), Dahelmi (2010), Dahelmi & Salmah (2011), Dahelmi & Suwarno
(2014) dan Rusman (2015). Di pulau Sumatera sendiri terdistribusi 47 spesies kupu-kupu
dari famili Papilionidae ini (Holloway, Kibby and Peggie, 2001).
Kupu-kupu berperan penting dalam ekosistem hutan. Kupu-kupu merupakan bagian
dari rantai makanan (Kassarov, 2001) dan penyerbuk tumbuhan (Sharma & Sharma, 2013).
Pada tulisan ini akan diuraikan tentang keanekaragaman kupu-kupu Sumatera,
interakasi kupu-kupu dengan tumbuhan penghasil nektar, kreasi kebun kupu-kupu
(butterfly garden) dan taman kupu-kupu (butterfly park) untuk tujuan ekowisata. Dari
sekian banyak kupu-kupu yang ada di Indonesia, sebagian telah dipelihara dalam areal
tertutup yang dapat digunakan untuk tujuan pendidikan dan ekowisata.
Keanekaragaman Kupu-kupu di Sumatera
Kupu-kupu digolongkan kedalam superfamili Hesperoidea dan Papilionoidea.
Hesperoidea hanya memiliki satu famili yaitu Hesperiidae. Papilionoidea terdiri dari
beberapa famili yaitu Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, Lycaenidae, Satyride, Danaidae,
Amathusiidae, Libytheidae dan Riodinidae (lihat D‘Abera, 1λλ0, Corbert & Pendlebury,
1990). Kupu-kupu superfamili Papilionoidea memiliki tubuh relatif ramping dengan antena
kiri dan kanan berdekatan serta membesar di ujung. Superfamili Hesperioidea memiliki tubuh
relatif lebih gemuk dengan antena kiri dan kanan berjauhan serta bersiku di ujung (Peggie dan
Amir 2006).
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak memiliki kupu-kupu yang
endemik di pulau-pulau tertentu saja. Dari 17.500 spesies kupu-kupu sedunia, sekitar 2.000
spesies terdapat di Indonesia. Di Sumatera diperkirakan terdapat 890 spesies, di Jawa sekitar
640 spesies, di Kalimantan sekitar 800 spesies, di Sulawesi hampir 560 spesies, di Maluku
sekitar 400 spesies dan di Papua tercatat lebih dari 500 spesies. Angka-angka tersebut belum
mencerminkan keadaan sesungguhnya karena masih banyak area yang belum tersenntuh
penelitian di kawasan Timur Indonesia (Peggie, 2014).
Kupu-kupu dapat dijumpai hampir di semua habitat asalkan ada tumbuhan pakan
yang cocok bagi spesies kupu-kupu tersebut. Hutan primer, hutan sekunder, hutan produksi
dan kebun manjadi habitat bagi banyak spesies kupu-kupu. Selain di hutan, kita dapat juga
dapat melihat kupu-kupu di sekitar rumah kita. Jika kita menanam berbagai tumbuhan
berbunga dan tumbuhan yang menjadi pakan ulat, maka halaman rumah dapat dikunjungi
berbagai spesies kupu-kupu.
Dari hasil penelitian 20 tahun terakhir dan hasil koleksi kupu-kupu dari penulis yang
semuanya tersimpan di laboratorium Taksonomi Hewan FMIPA Universitas Andalas, telah
tercatat sebanyak 477 spesies kupu-kupu. Luk et al., (2011) dalam penelitiannya di pulau
Siberut mendapatkan 20 spesies kupu-kupu pemakan buah, empat spesies diantaranya belum
ditemukan pada penelitian sebelumnya di Sumatera. Baru-baru ini Rusman (2015) meneliti
kupu-kupu di kawasan Gunung Sago, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat, yang mana telah
didapatkan sebanyak 184 spesies. Famili Nymphalidae memiliki jumlah spesies yang paling
banyak yaitu 93 spesies. Sebanyak 35 spesies kupu-kupu belum didapatkan pada penelitian
sebelumnya sehingga di Sumatera telah tercatat sebanyak 516 spesies kupu-kupu. Jumlah
spesies masing-masing famili dapat dilihat pada Table 1.
Kupu-kupu dapat terdistribusi di berbagai habitat dan ketinggian tempat. Hasil
penelitian Vu & Decheng (2003) di Vietnam menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan keanekaragaman kupu-kupu diantara perbedaan tipe habitat dan antara area
ketinggian rendah dan tinggi. Keanekaragaman, kekayaan spesies dan kepadatan spesies
di habitat elevasi rendah lebih tinggi dibanding di habitat elevasi tinggi. Hasil penelitian
9

Rusman (2015) mendapatkan distribusi spesies kupu-kupu pada masing-masing habitat
juga bervariasi. Kupu-kupu yang dapat ditemukan di empat tipe habitat yaitu sebanyak 184
spesies. Hutan karet, hutan sekunder dan lahan pertanian memiliki jumlah spesies yang tinggi
masing-masing 112 spesies, 95 spesies dan 94 spesies. Famili
Tabel 1. Jumlah spesies kupu masing-masing famili yang didapatkan di Sumatera.
No.
Famili
Total spesies
1
Amathusiidae
14
2
Danaidae
39
3
Hesperiidae
56
4
Libytheidae
1
5
Lycaenidae
116
6
Nymphalidae
146
7
Papilionidae
43
8
Pieridae
46
9
Riodinidae
9
10
Satyridae
46
TOTAL
516
Nymphalidae memiliki jumlah spesies yang paling banyak yaitu 93 spesies. Berdasarkan
waktu pengamatan, jumlah spesies dan individu kupu-kupu lebih banyak ditemukan pada
waktu pagi hari (08.00 sampai 11.59) dibanding siang hari (12.00 sampai 16.00). Jumlah
spesies yang ditemukan di empat lokasi penelitian pada pagi hari yaitu sebanyak 172 spesies
sedangkan pada siang hari sebanyak 142 spesies.
Interaksi Kupu-kupu Dengan Tumbuhan
Kupu-kupu umumnya memanfaatkan nektar sebagai sumber pakan utama. Nektar
adalah senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar tumbuhan dalam bentuk larutan
gula. Komposisi utama nektar adalah glukosa, fruktosa dan sukrosa. Nektar juga
mengandung asam amino (Galetto & Bernardello, 2004) dan lipid. Selain mengisap nektar,
beberapa jenis kupu-kupu juga memakan serbuk sari (Gilbert 1972; Hikl & Krenn 2011).
Kupu-kupu aktif mengunjungi bunga terutama untuk memperoleh nektar. Nektar
merupakan sumber pakan penting bagi serangga polinator, termasuk kupu-kupu. Pada saat
mengisap nektar, serbuk sari akan menempel pada probosis atau tungkai kupu-kupu dan akan
akan menempel pada kepala putik bunga berikut yang dikunjunginya (Peggie, 2014).
Satu jenis tumbuhan dapat dikunjungi oleh satu jenis kupu-kupu atau beberapa
jenis dalam famili yang sama atau jenis-jenis dari famili yang berbeda. Kupu-kupu yang
teramati mengunjungi bunga di empat lokasi penelitian di Gunung Sago, Sumatera
Barat yaitu sebanyak 51 spesies, dimana 12 diantaranya merupakan kupu-kupu famili
Papilionidae (Rusman, 2015). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi preferensi pakan
kupu-kupu, yaitu habitus, bentuk bunga, panjang tabung mahkota dan warna bunga (Tiple et
al., 2009), nektar, serbuk sari dan rewardslainnya (Faheem et al., 2004).
Nimbalkar et al., (2011) melaporkan bahwa bunga yang sering dikunjungi kupu-kupu
adalah bunga yang memiliki corolla seperti tabung (tubular) dibanding berbentuk non tubular.
Kupu-kupu juga lebih sering mengunjungi bunga berwarna merah, kuning, biru dan ungu
dibanding bunga berwarna putih dan pink. Tumbuhan semak seperti Lantana camara lebih
sering digunakan kupu-kupu sebagai sumber makanan (sumber nektar), tanaman ini
berbunga sepanjang tahun. Dari penelitian Mukherjee et al., (2015) didapatkan setidaknya 25
spesies kupu-kupu berkunjung ke bunga Lantana camara. Kelimpahan kupu-kupu didalam
area yang ada Lantana camara lebih tinggi dibanding area tanpa tanaman tersebut,
10

memberikan indikasirelatif nilai sumber daya yang kuat dari tanaman dalam hal pengelolaan
kupu-kupu. Hasil yang mirip juga didapatkan dari penelitian Mathew & Anto (2017) dimana
kebanyakan kupu-kupu berkunjung dan mencari nektar pada bunga Lantana camara, Cuphea
sp. dan Ixora sp. Sedangkan Sharma & Sharma (2013) melaporkan sekitar 19 spesies kupukupu telah tercatat berasosiasi dengan bunga Lantana camara dibanding bunga lainnya
Ascepias syriaca, Tamarindus indica Diospyros melanoxylon dan Ixora arborea. Pieris (2016)
mendapatkan sekitar 15 spesies kupu berkunjung ke bunga Stachytarpheta jamaecensis,
umumnya dari famili Nymphalidae (6 spesies). Umumnya kupu-kupu datang berkunjung
antara jam 0.800 – 9.30. Duara & Kalita (2014) menyatakan bahwa kupu-kupu berperan
sebagai pollinator utama pada bunga Ixora coccinea . Kupu-kupu yang berkunjung ke bunga
ini adalah dari faimili Papilionidae (6 species), Pieridae (3 species) and Nymphalidae (2
species). Frekuensi kunjungan kupu-kupu tinggi antara pukul 09:00-13.00 pada bulan April
sampai Agustus. Warna bunga berhubungan positif terhadap jumlah kunjungan.
Sebanyak 50 spesies kupu-kupu telah tercatat mengunjungi berbagai bunga di kebun,
spesies dari famili Nymphalidae merupakan kupu-kupu yang dominan dibanding dengan
famili lainnya. Peningkatan yang stabil dalam jumlah populasi kupu-kupu di antara semua
famili kupu-kupu menunjukkan pentingnya kebun tersebut dalam menarik
danmempertahankan populasi kupu-kupu. Kebun kupu-kupu membantu dalam populasi
kupu-kupu liar peduli dan menjaga keanekaragaman hayati dalam ekosistem alami, yang
pada gilirannya, dapat meningkatkan eksistensi manusia (Revathy & Mathews, 2014). Hasil
penelitian Kumar (2014) mendapatkan 38 spesies kupu-kupu pada habitat urban. Spesies dari
famili Nymphalidae lebih dominan didapatkan (11 spesies), diikuti Pieridae (10 spesies),
Lycaenidae (6 spesies), Danaidae (4 spesies), Hesperiidae (4 spesies) dan Papilionidae (3
spesies).
Sebanyak 25 spesies kupu-kupu yang tergolong kedalam famili Papilionidae,
Pieridae, Nymphalidae, Lycaenidae dan Hesperiidae telah tertarik berkunjung ke bunga
Chromolaena odorata (Asteraceae). Spesies yang paling banyak berkunjung adalah dari
famili Nymphalidae (14 spesies), hal ini menunjukkan bahwa kupu-kupu famili Nymphalidae
berperan penting dalam polinasi tumbuhan Chromolaena odorata (Lakshmi & Raju, 2011).
Kupu-kupu dan larva mereka tergantung pada tanaman inang spesifik untuk dedaunan, nektar
dan serbuk sari sebagai makanan mereka. Jadi keragaman kupu-kupu mencerminkan
keanekaragaman tanaman secara keseluruhan, khususnya, bahwa dari tumbuh-tumbuhan dan
semak-semak di daerah tertentu (Nimbalkar et al., 2011).
Kupu-kupu Pemakan Buah (Fruit Feeding Butterflies)
Selain mengisap nektar, kupu-kupu juga terlihat memakan buah busuk. Kupu-kupu
dewasa dari famili Nymphalidae yang tertarik memakan buah-buahan membusuk
digolongkan sebagai kupu-kupu Nymphalidae pemakan buah (De Vries, Debra & Russell,
1997). Kupu-kupu Nymphalidae pemakan buah di dalam hutan ada yang terbang di
permukaan tanah (understory) dan kanopi (De Vries, Debra & Ressell, 1997; Fermon,
Waltert & Muhenberg, 2003; Luk et al., 2011).
Selain itu, beberapa kupu-kupu juga teramati berkumpul mengisap pasir, lumpur dan
tanah yang lembab, di sekitar sungai di hutan sekunder dan hutan karet. Sebagian lagi terlihat
mengisap kotoran hewan dan keringat manusia. Perilaku kupu-kupu tersebut umumnya
dilakukan oleh kupu-kupu jantan, meskipun kupu-kupu betina, Charaxes bernardus (Beck et
al., 1999) Hypolimnas bolina dan Hypolimnas missipus juga melakukannya (Nimbalkar et
al., 2011). Perilaku kupu-kupu tersebut dikenal dengan istilah “puddling” (Nimbalkar et al.,
2011, Beck et al., 1999, Molleman et al., 2005).
Salmah & Abbas (2006) telah melakukan penelitian di Hutan Pendidikan dan
Penelitian Biologi (HPPB) Universitas Andalas yang mana telah ditemukan 36 spesies
11

Nymphalidae pemakan buah. Dari penelitian Sitompul (2008) di hutan Rimbo Panti,
Pasaman, Sumatera Barat ditemukan kupu-kupu Nymphalidae pemakan buah sebanyak 47
spesies. Kupu-kupu Nymphalidae tertinggi didapatkan pada lokasi hutan kanopi tertutup
dibandingkan dengan lokasi yang ada gap. Luk et al., (2011) melakukan penelitian
Nymphalidae di Pulau Siberut Mentawai menemukan 20 spesies kupu-kupu pemakan buah
yang termasuk kedalam 14 genera. Spesies Dichorragia nesimaschus, Mycalesis maianeas,
Mycalesis oresis dan Neorina lowii memiliki tingkat tangkapan yang berbeda signifikan
diantara jenis hutan dan stratifikasi vertikal
Dari penelitian Gulo (2015) di pulau Nias didapatkan 16 spesies kupu-kupu pemakan
buah pada strata understory dan 13 spesies pada kanopi. Sedangkan di pulau Enggano,
Pasaribu (2015) menemukan 9 spesies kupu-kupu Nymphalidae pemakan buah, mereka
terdistribusi di dua strata yaitu di strata permukaan tanah (understory) sebanyak 9 spesies dan
pada strata kanopi sebanyak 6 spesies. Dari 9 spesies kupu-kupu Nymphalidae pemakan
buah yang ditemukan di Pulau Enggano tersebut, Amathuxidia amythaon memiliki jumlah
individu yang berbeda signifikan pada strata understory dan kanopi. Dari kompilasi hasil
penelitian kupu-kupu Nymphalidae pemakan buah di Sumatera, telah tercatat sebanyak 75
spesies. Umumnya mereka ditemukan pada strata permukaan tanah (understory).
Penelitian di Sabah, Malaysia telah tercatat 17 spesies kupu-kupu pemakan buah
hanya pada pada level bawah (understory), sementara 3 spesies hanya ditemukan pada level
menengah dan 4 spesies pada level atas (canopy). Sebanyak 31 spesies lebih umum pada
level bawah sementara 23 spesies lebih umum pda level medium dan level atas