Analisis Kausalitas Antara Risiko Kredit dan Risiko Likuiditas pada Bank BUMN Periode 2002-2010

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengertian Risiko
Kata ’risiko’ banyak dipergunakan dalam berbagai pengertian dan sudah
biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Memahami
konsep risiko secara luas, merupakan dasar yang esensial untuk memahami
konsep dan teknik manajemen risiko. Vaughan yang diterjemahkan oleh Herman
Darmawi (1997:18) mengemukakan bahwa risiko adalah suatu keadaan yang
menunjukkan dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu
kemungkinan kerugian. Jadi dapat disimpulkan bahwa risiko adalah sesuatu
yangmengandung kemungkinan terjadinya kerugian dan juga ketidakpastian.

2.2 Risiko Perbankan
Risiko dan bank adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Tanpa adanya keberanian untuk mengambil risiko maka tidak akan pernah ada
aktivitas perbankan yang menghasilkan nilai tambah, dalam artian bahwa bank
muncul karena adanya keberanian untuk mengambil risiko dan bahkan bank
mampu bertahan karena berani mengambil risiko. Namun, jika risiko tersebut
tidak dikelola dengan baik, bank dapat mengalami kegagalan yang pada akhirnya
mengalami kebangkrutan (Avartara, 2009). JP Morgan (dalam Avartara,
2009:134) menyatakan bahwa risiko khususnya di dalam konteks bisnis (bank dan

lembaga keuangan) tidaklah selalu mewakili sesuatu hal yang buruk.
Kenyataannya risiko bisa mengandung suatu peluang yang sangat besar bagi
mereka yang mampu mengelolanya dengan baik. Secara sederhana J.P Morgan
mengartikan risiko sebagai suatu ketidakpastian dari imbal hasil yang terjadi, atau

26
Universitas Sumatera Utara

secara komprehensif risiko merupakan suatu peristiwa yang dapat memberikan
pengaruh negatif terhadap nilai suatu aset yang dapat diukur dengan probabilitas
tertentu dalam rentang waktu yang diketahui.
Bank sebagai institusi yang memiliki izin untuk melakukan banyak
aktivitas, memiliki peluang yang sangat luas dalam memperoleh pendapatan.
Dalam menjalankan aktivitas, untuk memperoleh pendapatan perbankan selalu
dihadapkan pada risiko. Pada dasarnya risiko selalu merekat pada seluruh
aktivitas bank. Risiko yang dikelola secara tepat dapat memberikan manfaat
kepada bank dalam menghasilkan laba yang atraktif. Agar manfaat tersebut dapat
terwujud, para pengambil keputusan harus mengerti tentang risiko dan
pengelolannya.
2.3 Keterbukaan Bank Terhadap Risiko

Bank harus menghadapi beragam risiko dalam program usahanya, seperti
digambarkan dalam Tabel 2.1. Secara umum, risiko perbankan terbagi dalam tiga
kategori yakni risiko keuangan, operasional, dan lingkungan. Risiko perbankan
tradisional, termasuk neraca, dan struktur laporan pendapatan, kredit, dan
solvabilitas dapat mengakibatkan kerugian bagi bank jika mereka tidak dikelola
dengan baik. Risiko kas, berdasarkan arbitrase keuangan, dapat menghasilkan
keuntungan jika pengelolaan sudah benar dan kerugian jika salah. Kategorikategori utama risiko kas adalah risiko likuiditas, risiko tingkat bunga, risiko mata
uang, dan risiko pasar. Risiko keuangan juga tunduk pada ketergantungan yang
dapat meningkatkan risiko bank keseluruhan secara signifikan. Misalnya, bank
bank yang bergerak dalam bisnis mata uang asing biasanya menghadapi risiko

27
Universitas Sumatera Utara

mata uang, selain itu juga akan terkena tambahan likuiditas dan risiko suku bunga
bank.
Risiko operasional terkait dengan keseluruhan proses bisnis bank dan
dampak potensialnya sesuai dengan kebijakan dan prosedur bank, sistem internal
dan teknologi, keamanan informasi, tindakan terhadap salah urus dan penipuan,
dan kontinuitas usaha. Aspek lain dari risiko operasional mencakup perencanaan

strategis bank, tata kelola dan rstruktur organisasi, manajemen karier staf dan
sumber daya internal, serta pendekatan akuisisi pelanggan.
Risiko lingkungan terkait dengan lingkungan bisnis bank, termasuk faktor
ekonomi makro dan masalah kebijakan, faktor hukum dan regulasi, serta
infrastruktur sektor keuangan secara keseluruhan dan sistem pembayaran secara
yurudiksi tempatnya beroperasi. Risiko lingkungan mencakup semua jenis risiko
eksogen yang jika terwujud bisa membahayakan operasi sebuah bank atau
merusak kelangsungan bisnisnya.
Tabel 2.1
Ruang Lingkup/spektrum Risiko Perbankan
Risiko Keuangan

Risiko Operasional

Risiko Lingkungan

Struktur neraca

Penipuan internal


Risiko negara dan politik

Struktur laporan

Penipuan eksternal

Kebijakan ekonomi makro

Praktek dan keselamatan

Infrastruktur keuangan

pendapatan
Kecukupan modal

lingkungan kerja
Kredit

Klien, produk, dan


Infrastruktur hukum

layanan bisnis
Likuiditas

Kerusakan aset fisik

Krisis perbankan dan
persebarannya

28
Universitas Sumatera Utara

Pasar

Gangguan bisnis dan

-

kerusakan sistem

teknologi
Tingkat suku bunga

Manajemen eksekusi,

-

pengantaran, dan proses
Mata uang

-

Sumber: Analisis Risiko Perbankan, Edisi 3
2.4 Risiko Kredit
2.4.1 Pengertian Risiko Kredit
Menurut Latumaerissa (2011), risiko kredit (credit risk) adalah risiko yang
timbul karena debitur tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dan bunga
yang harus dibayar kepada bank. Risiko ini harus diantispasi oleh bank melalui
suatu proses penilaian serta analisis kredit yang benar dan tepat yang disesuaikan
dengan prudential banking legal lending limit. Sedangkan menurut Juli Irmayanto

dkk, risiko kredit adalah risiko yang timbul akibat tidak terpenuhinya kewajiban
nasabah kredit untuk membayar angsuran pinjaman maupun bunga kredit. Dua
bentuk kerugin akibat kredit macet adalah hilangnya aset dan turunnya laba.Pada
awalnya, komposisi atau struktur sumber dana bank yang cenderung
menghasilkan biaya dana rata-rata yang tinggi akan cenderung pula mendorong
bank menetapkan suku bunga penempatan dana (portofolio kredit) dengan tingkat
yang tinggi untuk mempertahankan marjin.
Kebijakan yang menyebabkan terbentuknya biaya dana yang tinggi itu
sendiri dapat berakar dari berbagai sebab. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat
dan para kreditur bank lebih bersikap selektif dalam menempatkan dananya pada

29
Universitas Sumatera Utara

bank tersebut. Menghadapi hal itu, bank bereaksi dengan menaikkan tingkat suku
bunga

pendanaannya,

memberikan


berbagai

bentuk

hadiahpada

produk

pendanaanya yang menyebabkan secara keseluruhan biaya pendanaanya menjadi
tinggi. Biaya pendanaan yang tinggi ini telah menjadi penghalang bagi bank
menawarkan tingkat suku bunga yang sepadan dengan tingkat suku bunga yang
sepadan yang mampu dipikul oleh kapasitas pendapatan (earning) unit kegiatan
usaha yang normal yang dapat dihasilkan oleh bisnis yang normal pula.
Sebaliknya, demi mempertahankan marjin untuk membiayai overhead cost-nya,
bank terpaksa menawarkan tingkat suku bunga yang mampu dipikul oleh jenis
kegiatan usaha dan debitur yang cenderung bersikap spekulatif. Apabila hal itu
terjadi, maka struktur portofolio kredit bank akan cenderung terdiri dari debiturdebitur yang umumnya lebih bersikap spekulatif tersebut. Jenis portofolio kredit
yang demikian memiliki risiko kredit yang tinggi. Risiko kemacetan kredit itulah
yang dapat menimpa sisi aktiva bank.

Demikian pula dari sisi pasiva bank terselip pula risiko jika terdapat
kecenderungan yang kuat bahwa bank telah menetapkan tingkat suku bunga
pendanaan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bank-bank lain. Pemberian
tingkat suku bunga pendanaan yang tinggi memberikan sinyal bagi nasabah bank
bahwa bank sedang memerlukan likuiditas yang banyak.
2.4.2 PenilaianRisiko Kredit
Profil risiko kredit bank ditentukan dengan menetapkan asset dan komitmen
berbagai bobot risiko di luar neraca. Basel I Accord memperkenalkan sebuah
metodologi standar yang sederhana dengan bobot risiko berdasarkan probabilitas

30
Universitas Sumatera Utara

kerugian bagi kelas asset yang berbeda pada neraca sebuah bank. Bobot risiko
aset dan posisi di luar neraca memberikan langkah besar terhadap peningkatan
objektivitas dalam menilai risiko kredit. Kesederhanaan metodologi ini juga
memungkinkan untuk diperkenalkan dalam sistem perbankan yang masih dalam
tahap awal perbankan.
Namun, pengukuran sederhana aset seperti ini hanya bisa dilakukan
terhadap tindakan sederhana dari risiko ekonomi, terutama karena metodologinya

tidak secara efektif diperhitungkan untuk menghitung risiko kegagalan yang
berbeda. Akibatnya, Basel II Accordmembuat penilaian yang lebih luas dan lebih
lebih baik untuk penilaian risiko kredit untuk memungkinkan bank dan pengawas
memilih pendekatan yang paling tepat untuk struktur keuangan perbankan.
Kerangka yang telah direvisi meliputi versi yang lebih kompleks dari pendekatan
terstandarisasi dan versi peringkat internal berbasis model.
2.4.3 Pengelolaan Risiko Kredit (Credit Risk Management)
Untuk menghindari terjadinya risiko kredit, bank harus efektif dalam
mengelola kredit yang akan disalurkan. Sebuah kebijakan kredit harus berisi garis
besar dari ruang lingkupdan alokasi platform kredit bank serta bagaimana
portofolio kredit dikelola. Ada beberapa unsur yang membentuk kebijakan kredit
yang sehat, antara lain:
1.Otoritas pemberi pinjaman
Kewenangan pemberian pinjaman sering kali ditentukan oleh ukuran dari
bank yang bersangkutan. Bank yang lebih kecil biasanya lebih tersentralisasi.
Untuk menghindari kelambanan dalam proses kredit, bank-bank besar cenderung

31
Universitas Sumatera Utara


melakukan kebijakan desentralisasi menurut wilayah geografis, produk pinjaman,
dan jenis nasabah. Sebuah kebijakan pemberian pinjaman harus menetapkan
batasan bagi semua fasilitas kredit.
2. Jenis kredit dan distribusi berdasarkan kategori
Sebuah kebijakan kredit harus menentukan jenis pinjaman dan instrumen
kredit yang hendak ditawarkan bank kepada nasabah dan harus menyediakan
pedoman untuk pinjaman tertentu. Keputusan tentang jenis instrumen kredit harus
didasarkan pada keahlian manajemen yang membidangi kredit, struktur deposito
bank, dan permintaan kredit yang diharapkan. Jenis kredit yang mengakibatkan
kerugian secara tidak normal harus dikontrol dan dihindari sepenuhnya.
3. Proses penilaian
Sebuah kebijakan kredit harus menguraikan tanggung jawab atas penilaian
dan harus mendefinisikan prosedur penaksiran standar yang formal, termasuk
referensi untuk penilaian kembali terhadap proses perpanjangan kredit. Jenis dan
batasan yang diterima mengenai jumlah penilaian harus diuraikan untuk setiap
jenis fasilitas kredit. Keadaan yang membutuhkan penilaian oleh penilai
independen yang berkualifikasi juga harus dijelaskan. Rasio jumlah pinjaman
terhadap nilai taksiran untuk proyek dan jaminan serta metode penilaian dan
perbedaan antara berbagai jenis instrumen pinjaman juga harus dirinci.
4. Harga kredit
Tingkat bunga pada berbagai jenis pinjaman harus cukup untuk menutupi
biaya dana, pengawasan kredit, administrasi termasuk biaya lain-lain dan
kemungkinan potensi akan terjadinya kerugian kredit. Pada saat yang sama, bunga

32
Universitas Sumatera Utara

harus memberikan marjin keuntungan yang wajar. Secara berkala juga harus
ditinjau dan disesuaikan untuk mencerminkan perubahan dalam biaya atau faktor
kompetitif.
5. Maturitas/jatuh tempo
Sebuah kebijakan kredit harus menetapkan jangka waktu maksimum untuk
setiap jenis kredit, dan kredit harus diberikan dengan jadwal pembayaran yang
realistis. Penjadwalan jatuh tempo harus ditentukan dalam kaitannya dengan
antispasi sumber pembayaran, tujuan pinjaman, dan umur manfaan jaminan
kredit.
6. Ketersediaan informasi keuangan yang mutakhir
Sebuah kebijakan kredit harus mendefinisikan persyaratan laporan keuangan
untuk bisnis dan individu pada berbagai tingkat pinjaman dan harus mencakup
pedoman yang tepat untuk diaudit. Jika jatuh tempo pinjaman lebih dari satu
tahun, maka kebijakan tersebut hendaknya mengharuskan manajemen bank
menyiapkan proyeksi keuangan yang setara dengan jangka waktu kredit untuk
memastikan bahwa pinjaman tersebut dapat dibayar dari arus kas.
7. Pengawasan pengumpulan data
Sebuah kebijakan kredit harus mendefinisikan kewajiban semua jenis
tunggakan dan menentukan laporan yang tepat untuk disampaikan kepada
manajemen bank. Laporan ini harus mencakup detail yang cukup untuk
memungkinkan penentuan faktor risiko, potensi kerugian, dan alternatif tindakan
yang bias diambil. Kebijakan pemberian kredit harus disertai prosedur
pengumpulan data yang sistematis dan menjadi makin kuat.

33
Universitas Sumatera Utara

8. Identifikasi penurunan
Bank harus memiliki kebijakan untuk mengidentifikasi dan mengenali
penurunan nilai pinjaman secara sistematis atau menilai kelompok pinjaman
secara kolektif. Hal ini harus dilakukan setiap kali banktidak mampu
mengumpulkan jumlah kredit karena sesuai dengan pinjaman kredit. Penurunan
dapat dikenali dengan mengurangi nilai pinjaman yang tercatat hingga ke estimasi
nilaiyang dapat direalisasikan melalui penyisihan yang sudah ada atau dengan
dibebankan pada laporan laba rugi selama periode terjadinya penurunan.
9. Penjadwalan ulang utang
Pengadaan ulang utang yang mengacu pada pinjaman telah disusun ulang
untuk memberikan pengurangan baik terhadap bunga atau cicilan pokok karena
memburuknnya keuangan debitur. Suatu pinjaman yang diperpanjang atau
diperbarui dengan ketentuan yang sama tidak harus dianggap sebagai renegoisasi
utang. Sebuah bank harus melakukan penyusunan ulang pinjaman dengan
mengurangi investasi yang dicatat sebagai biaya dalam laporan laba rugi untuk
periode saat pinjaman disusun ulang.
10. Pedoman internal tertulis
Kebijakan pemberian pinjaman harus dilengkapi dengan pedoman tertulis
lainnya. Kebijakan dan prosedur tertulis yang disetujui dan diperlakukan di
berbagai manajemen/divisi bank harus dirujuk dalam kebijakan kredit umum
sebuah bank. Tidak adanya kebijakan, pedoman, dan prosedur tertulis merupakan
suatu kesalahan dalam manajemen bank.

34
Universitas Sumatera Utara

2.4.4 IndikatorRisiko Kredit
1. Loan charge offs (kredit yang dihapusbukukan)
Loan charge offs adalah kredit yang diberikan bank namun tidak dapat
ditagih oleh pihak bank dan kemudian dihapuskan. Hal ini terjadi disebabkan
bank tidak mampu menagih piutang kredit (account receivable) yang telah
diberikan. Namun, pihak bank secara hukum masih bisa menagihnya di kemudian
hari dengan menyerahkannya kepada lembaga penagihan. Apabila tidak berhasil
juga maka akan dijadikan sebagai beban pada laporan keuangan. Transaksi ini
akan diklasifikasikan sebagai beban penghapusan aktiva produktif pada laporan
laba rugi dan dihapus dari neraca keuangan.
2. Loan recoveries (kredit yang diselamatkan/ditagih kembali)
Loan recoveries adalah kredit/piutang yang diperoleh bank kembali dari
pihak debitur yang sebelumnya telah dihapusbukukan (written off). Piutang kredit
yang sebelumnya telah dihapus dan ditagih kembali menjadi pendapatan bank
yang tertera dalam laporan keuangan bank. Transaksi ini akan mendebit piutang
tak tertagih (account receivable) dan mengkredit PPAP kredit. Loan recoveries
dapat diperoleh dengan kesadaran pihak debitur membayar kewajibannya,
penyitaan aset debitur sesuai dengan asas kolateral, dan pemotongan aset
pendapatan debitur.
3. Loan loss alowance ( cadangan kerugian kredit)
Loan loss allowance adalah penyisihan untuk menutupi kerugian kredit
yang diidentifikasi dalam portofolio pinjaman uang jangka pendek yang tercatat di
neraca keuangan. Manajemen memperkirakan saldo penyisihan yang diperlukan

35
Universitas Sumatera Utara

menggunakan data masa lalu kerugian kreditpada periode yang sama, penilaian
terhadap kondisi keuangan debitur, penentuan nilai dan kecukupan agunan yang
didasari kondisi ekonomi lokal, analisis tingkat dan kecenderungan portofolio
kredit, dan peninjauan kembali dari pinjaman yang bermasalah dan rahasia.
2.4.5 Pengukuran Resiko Kredit
Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur variabel
risiko kredit adalah dengan suatu proses penghitungan operasi persamaan
matematis untuk memperoleh nilai-nilai variabel yang akan diteliti lebih lanjut
yaitu dengan membagi variabelaverage net loan losses (rata-rata kerugian kredit)
pada periode tertentu (t)dengan loan loss allowance pada periodesebelumnya (t1). Nilai yang diperoleh dari hasil penghitungan tersebut dapat diketahui sifat
risiko kredit itu sendiri. Jika nilainya lebih dari satu (nrk>1), berarti angka
tersebut mengindikasikan bahwa pada bank tersebut mengalami kerugian kredit
yang tidak diharapkan (unexpected losses). Jika rasio

semakin

besar

mengindikasikan potensi akan terjadinya risiko kredit pada bank tersebut semakin
besar pula.
Risiko Kredit =

���� �ℎ���� ���� −���� ���������� �

2.5 Risiko Likuiditas

������������������ −1

2.5.1 Pengertian Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko dimana bank tidak memiliki dana yang cukup
dalam memenuhi kewajiban yang segera(Masyhud Ali, 2004). Risiko likuiditas
yang berkaitan dengan sumber dana bank antara lain disebabkan oleh terdapatnya

36
Universitas Sumatera Utara

perbedaan dalam persyaratan yang ditetapkan bank dan perbedaan dalam cara
masing-masing pemilik dana menarik dananya kembali dari bank.
2.5.2 Manajemen Likuiditas Bank
Bagi bank relatif lebih mudah memprediksi penarikan dana-dana berupa
deposito atau tabungan oleh pemiliknya dibandingkan memprediksi penarikan
dana giro oleh pemegang giro. Penarikan dana deposito dapat diproyeksikan atas
dasar tanggal jangka waktu deposito yang bersangkutan.Penarikan tabungan dapat
dengan mudah dipelajari oleh bank karena hal itu dapat dilakukan dengan
sepengetahuan bank dimana pemilik tabungan datang ke bank dengan membawa
buku tabungannya.
Risiko likuiditas ini dapat juga terjadi ketika terjadi ketimpangandimana
sumber-sumber pendanaan bank didominasi oleh yang berjangka pendek,
sedangkan penggunaan dana bank yang lebih diarahkan pada penyediaan dana
yang berjangka lebih panjang. Ketimpangan dan kemacetan kredit ini juga dapat
menyebabkan bank tidak memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi
kewajiban likuiditasnya pada pihak ketiga.
Akibat yang ditimbulkan oleh risiko likuiditas ini dapat berkembang
menjadi lebih parah, yaitu jika bank tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban
yang segera harus dipenuhi, kecuali dengan menarik pinjaman-pinjaman jangka
pendek dengan tingkat suku bunga yang tinggi atau dengan penjualan aset
denngan harga yang lebih rendah, yang dapat menekan tingkat rentabilitasnya.
Dengan demikian, kesulitan likuiditas yang dialami bank dapat bersifat
temporer dan struktural. Kesulitan likuiditas temporer umumnya dapat diatasi

37
Universitas Sumatera Utara

dengan jangka waktu yang singkat. Namun, tern jika ternyata defisit aliran dana
cash inflow dan cashoutflow tidakberhasil diatasi segera, maka kesulitan likuiditas
tersebut dapat berubah menjadi kesulitan yang struktural.
Suatu bank dinilai telah memiliki tingkat likuiditas yang cukup apabila bank
tersebut setiap saat dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera
terhadap pihak ketiga atau pihak-pihak lain di luar bank, yang antara lain meliput :
1. Pemenuhan

kewajibannya

berupa

penempatan

dana

giro

pada

BankSentral sebesar ketentuan mengenai GWM (Giro Wajib Minimum).
2. Pemenuhan kewajiban pembayaran atas penarikan dana-dana pihak
ketiga, yaitu berupa penarikan giro, tabungan dan deposito yang telah
jatuh tempo dan kewajiban bank lainnya.
3. Pemenuhan kewajiban terhadap penarikan pinjaman yang telah disetujui
bank atas penarikan kredit dan sissa kelonggaran tarik pinjaman
(disponible credit) oleh nasabah.
Dengan demikian, untuk menjadi bank yang dinilai likuid, bank harus
memiliki dan/atau menguasai sejumlah alat likuid berupa cash assets, surat-surat
berharga berkualitas tinggi atau sekuritas yang sangat likuid, call moneyserta
penjualan surat-surat berharga yang dimilikinya dengan re-purchase agreement
(repo), dan lain-lain. Pengendalian likuiditas ini terutama ditujukan agar bank
terhindar dari risiko pendanaan (funding risk) dimana bank tidak memiliki dan
menguasai dana yang cukup untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya tersebut
dan terhindar dari risiko tingkat suku bunga (interest rate risk).

38
Universitas Sumatera Utara

Akibatlain yang ditimbulkan dalam kesalahan memprediksi kebutuhan
kecukupan dana yang akan digunakan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek
adalah risiko terjadinyafunding risk(risiko pendanaan),dimana risiko pendanaan
ini adalah risiko yang ditimbulkan oleh kegagalan bank dalam memprediksi
dengan tepat kebutuhan dana bank yang diperlukan oleh para nasabahnya dan
bank tidak berhasil memonitor jangka waktu pencairan atas akun sisi aktiva dan
pasiva neraca bank, yang mencerminkan potensi pasokan dan kebutuhan dana
bank dalam memenuhi kewajiban dan komitmennya sendiri, baik kepada pihak
internal maupun eksternal.
2.5.3 Pengelolaan Risiko Likuiditas
Likuiditas diperlukan bank untuk memberikan kompensasi fluktuasi neraca
yang terduga dan tak terduga serta menyediakan dana untuk pertumbuhan.
Likuiditas menggambarkan kemempuan bank untuk mengakomodasi penarikan
deposit dan kewajiban lain secara efisien dan untuk menutup peningkatan dana
dalam pinjaman serta portofolio investasi . Sebuah bank yang memiliki potensi
likuiditas yang memadai ketika ia dapat memperoleh dana yang diperlukan
dengan meningkatkan kewajiban atau menjual aset dengan biaya yang masuk akal
(Henni van Greuning, 2009:163)
Dalam pembukaan naskah perundingan pada Juni 2008, Basel Commiteee
on Bank Supervision menyatakan hal-hal berikut ini :
1. Likuiditas adalah kemampuan bank untuk mendanai peningkatan aset dan
memenuhi kewajiban yang muncul, tanpa mengakibatkan kerugian besar.

39
Universitas Sumatera Utara

2. Peranan dasar bank dalam perubahan waktu jatuh tempo dari deposito
jangka pendek ke jangka panjang membuat bank rentan terhadap risiko
likuiditas,

baik

yang

bersifat

institusi

spesifik

maupun

yang

mempengaruhi pasar secara keseluruhan.
3. Setiap transaksi atau komitmen keuangan secara virtual memiliki
implikasi terhadap likuiditas bank
4. Pengelolaan risiko likuiditas yang efektif dapat memastikan kemampuan
bank untuk memenuhi kewajiban arus kas yang tidak pasti karena
kewajiban tersebut dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa eksternal dan
perilaku lainnya.
5. Pengelolaan risiko likuiditas merupakan hal yang paling penting karena
keraguan atas likuiditas di satu institusi dapat memberikan dampak
terhadap seluruh sistem.
6. Perkembangan

pasar

keuangan

pada

decade

sebelumnya

telah

meningkatkan kompleksitas risiko likuiditas dan pengelolaannya.
Kerangka pengelolaan risiko likuiditas memiliki tiga aspek yaitu ; (1)
pengukuran dan pengelolaan persyaratan dana bersih (2) akses pasar, dan (3)
rencana tak terduga. Meramalkan peristiwa yang mungkin akan terjadi di masa
mendatang merupakan bagian yang penting dari pengelolaan likuiditas dan
manajemen risikonya. Analisis persyaratan dana bersih melibatkan konstruksi
jenjang dan perhitungan dana yang lebih kumulatif atau defisit dana pada waktu
tertentu. Bank harus mengestimasi arus kas yang diharapkan secara berkala bukan
hanya terfokus pada periode kontraktual selama kas masuk atau keluar. Misalnya,

40
Universitas Sumatera Utara

kas keluar dapat diurutkan berdasarkan jatuh tempo kewajiban, berdasarkan
tanggal paling awal ketika pemilik kewajiban dapat melakukan pembayaran lebih
awal, atau berdasarkan tanggal paling awal ketik kemungkinan dapat ditarik.
Suatu kondisi apakah suatu bank cukup lancar atau tidak tergantung pada
perilaku aru kas dalam kondisi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pengelolaan
risiko likuiditas melibatkan beragam skenario. Skenario manajemen yang
berkesinambungan ditetapkan sebagai tolak ukur untuk neraca yang berkaitan arus
kas selama aliran kegiatan bisnis bank tersebut masih normal. Skenario kedua
berkaitan dengan likuiditas bank dalam situasi krisis ketika bagian signifikan dari
kewajibannya tidak dapat diperbarui kembali atau diganti. Skenario ini berkaitan
dengan banyaknya peraturan likuiditas yang ada.
Skenario ketiga merujuk pada krisis pasar umum, dimana likuiditas
terpengaruh pada seluruh sistem perbankan. Pengelolaan likuiditas dalam scenario
ini diprediksi pada kualitas kredit, dengan perbedaan signifikan dalam akses dana
antarbank. Dari sudut pandang pengelolaan likuiditas, asumsi implisit yang
muncul adalah bank sentral akan memastikan akses terhadap dana tersebut dalam
beberapa bentuk.
Kewajiban

dan

sumber

dana

yang

terdiversifikasi

biasanya

mengidentifikasikan bahwa suatu bank memiliki pengelolaan likuiditas yang
berkembang dengan baik. Kemampuan untuk mengkonversikan aset ke dalam
bentuk tunai dan akses terhadap sumber-sumber dana lainnya dalam situasi
kekurangan likuiditas juga sangat penting. Tingkat diversifikasi dapat dinilai
berdasarkan jenis instrumen, jenis penyedia dana, dan letak geografis.

41
Universitas Sumatera Utara

Namun dalam praktiknya, mendapatkan dana ketika benar-benar dibutuhkan
sangatlah sulit. Situasi yang tidak biasa juga dapat memberikan dampak terhadap
risiko likuiditas, termasuk pergolakan politik internal dan eksternal yang dapat
menyebabkan penarikan secara besar-besaran, efek musiman, aktivitas pasar, dan
siklus ekonomi. Manajemen harus mengevaluasi kemungkinan efek tren dan
peristiwa pada persyaratan pendanaan. Semua bank dipengaruhi oleh perubahan
ekonomi, namun pengelolaan likuiditas yang baik dapat meredam perubahan
negatif dan menekan perubahan-perubahan yang positif.
Suatu bank biasanya mengharapkan untuk memperoleh likuiditas dari sisi
neraca dan mempertahankan keberadaan yang aktif dalam pasar antarbank. Bank
memandang pasar ini sebagai sumber akuisisi dana jangka pendek berdasarkaan
persaingan suku bunga, dan dapat membantu bank memenui kebutuhn
likuiditasnya. Secara konseptual, ketersediaan aset dan pilihan kewajiban harus
menghasilkan biaya yang lebih rendah untuk memelihara likuiditas.
Perbedaan utama antara likuiditas dalam bank besar dan bank kecil adalah:
selain menentukan aset-aset neraca dengan sengaja, bank yang lebih besar lebih
mampu mengontrol tingkat dan komposisi kewajibannya. Oleh karena itu bank
besar lebih memiliki banyak pilihan dalam menghasilkan dana yang diperlukan.
Akses terhadap pasar uang juga memengaruhi jaminan harta lancar yang akan
diperlukan jika bank hanya tergantung manajemen aset dalam memperoleh dana.
Dengan demikian, pengendalian likuiditas bank diarahkan agar bank dapat
menghindari atau setidaknya memperkecil kemungkinan terjadinya risiko
likuiditas dimana bank tidak memiliki dana yang cukup. Akibatnya, terjadilah

42
Universitas Sumatera Utara

efek negatif apabila bank sering kali mengalami kesulitan likuiditas seperti itu.
Apabila bank dalam periode yang pendek sering kali tercatat sebagai netborrower diPasar Uang Antarbank (PUAB) atau sering kali mengalami kalah
kliring dan bahkan Bank Sentral bisa menghentikan keikutsertaannya dalam
kliring, maka bank-bank lain yang menjadi net leader akan selalu menawarkan
tingkat suku bunga pinjaman yang relatif lebih tinggi dari rata-rata tingkat suku
bunga PUAB. Selanjutnya, jika hal itu diketahui oleh pihak lain di luar perbankan,
maka hal itu dapat memicu terjadinya rush berupa penarikan dana dalam jumlah
yang besar yang dapat menyebabkan bank semakin mengalami kesulitan likuiditas
dan rentabilitas yang parah.Risiko likuiditas sebagaimana digambarkan di atas
dapat terjadi pula jika bank mengalami ketimpangan (mismatch) dimana sumbersumber pendanaan bank yang berjangka pendek telah ditempatkan pada investasi
dana yang jangka panjang.
2.5.4 Sumber Dana untuk Memenuhi Kebutuhan Likuiditas
Ada berbagai sumber pendanaan yang dapat dipergunakan oleh bank guna
memenuhi kebutuhan likuiditasnya, yaitu :
1. Dana-dana dari masyarakat berupa penempatan neto dari giro, deposito,
tabungan, dan lain-lain.
2. Bagian aset bank yang dapat dicairkan dan yang telah jatuh tempo pembayaran.
3. Penjualan aset tagihan bank.
4. Melakukan pinjaman dana baru. Untuk bank dapat melakukan pinjaman
berupa interbank call money, deposit on call atau dalam bentuk penyediaan
money market line sebagai potensi pasokan dana siaga.

43
Universitas Sumatera Utara

5. Memanfaatkan fasilitas pinjaman yang disediakan Bank Sentral sebagai bagian
dari peranannya sebagai lender of the last resort berupa pemberian fasilitas
diskonto, kredit likuiditas, dan lain-lain.
2.5.5 Indikator-indikatorRisiko Likuiditas
Björn Imbierowicz dan Christian Rauch (2013) dalam penelitiannya yang
berjudul The Relatinship Between Liquidity Risk and Credit Risk in
Banksmengemukakan bahwa ada setidaknya 14 variabel yang dihitung melalui
operasi persamaan matematis untuk menghitung risiko likuiditas suatu perbankan
yakni sebagai berikut:
1. Demand deposit (giro)
Demand deposit(giro)adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang
penarikannya dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah
pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan. Sedangkan menurut UndangUndang Perbankan No. 10 Tahun 1998, giro adalah simpanan yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, saran perintah
pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
2. Cadangan kas
Cadangan kas/transaksi deposito harus disediakan di cadangan oleh bank
setiap saat.Deposito transaksi adalahdeposito/simpanan di bank yang dapat segera
ditarik, ditransfer, atau digunakan oleh deposan tanpa pembatasan/limit. Bank
wajib memelihara cadangan di kas untuk mengakomodasi transaksi deposito.
(Kamus Bisnis dan Keuangan Instovedia.com).

44
Universitas Sumatera Utara

3. Brokered deposit (surat berharga yang dimiliki dan diperdagangkan)
Brokered deposit adalah sebuah deposito/surat-surat berharga pada bank
yang memiliki denominasi besar yang dijual oleh bank kepada broker, yang
kemudian menginvestasikannya ke dalam bentuk–bentuk produk perbankan untuk
dijual kepada pelanggan. Sedangkan pengertian lain tentang brokered deposit
adalah deposito yang dibuat di bank melalui pihak ketiga, dan bukan oleh pemilik
dana sendiri .
4. Negotiable order of withdrawal (sertifikat deposito)
Sertifikat deposito juga dikenal sebagaiNegotiable Certificate Deposit
(NCD), merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 2,3,6,12, dan
24 bulan. Sertifikat ini diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat dan dapat
diperjualbelikan atau dipindahtangankan (negotiable) kepada pihk lain. Artinya di
dalam sertifikat deposito tidak tertulis nama seseorang atau badan hukum tertentu.
5. Unsused loan commitment (komitmen/fasilitas pinjaman yang sudah diterima
dan belum digunakan)
Pengertian komitmen menurut Sofyan S. Harahap (2009:105) adalah suatu
perikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak dan
harus dilaksanakan apabila persyaratan disepakati bersama dipenuhi. Ada dua
jenis komitmen yaitu; (a) Komitmen tagihan, yaitu komitmen yang akan diterima
oleh suatu bank dari pihak lainnya dan (b) Komitmen kewajiban, yaitu komitmen
yang diberikan oleh suatu bank kepada nasabah atau pihak lainnya.
6. Cash (Kas)
Kas merupakan suatu aktiva lancar yang meliputi uang logam, uang kertas,
dan pos-pos lain yang dapat digunakan sebagai alat tukar dan mempunyai dasar45
Universitas Sumatera Utara

dasar pengukuran akuntansi. Kas merupakan harta yang paling lancar bagi bank.
Disamping yang paling likuid, kas juga merupakan harta yang paling riskan
sehingga pengamanan terhadap kas perlu dilakukan seketdat mungkin.
7. Trading asset (surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali /reverse
repo)
Trading asset/reverse repo adalah kebalikan dari repo yakni transaksi
penjualan instrument efek antara dua belah pihak yang diikuti dengan perjanjian
dimana pada tanggal yang telah ditentukan akan dilaksanakan pembelian kembali
atas efek yang sama dengan harga tertentu yang telah disepakati. Jika repo adalah
menjual dengan janji membeli kembali maka reverse repo adalah kebalikannya
yaitu koleksi surat berharga yang dimiliki oleh bank yang dimiliki untuk tujuan
dijual kembali untuk mendapatkan keuntungan.
8. Fund purchased (giro pada Bank Sentral)
Fund purchased atau giro pada bank sentral adalah jumlah dana minimum
yang wajib dipelihara oleh bank yang ditetapkan oleh Bank Sentral dalam hal ini
Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari jumlah dana pihak ketiga.
9. Commercial paper (surat berharga komersial yang diterbitkan)
Commercial paper(surat berharga komersial ) adalah surat sanggup/ promis
tanpajaminan

(unsecured

debt)

yang

diterbitkan

oleh

perusahaan

dan

diperdagangkan melalui bank atau perusahaan efek, berjangka waktu pendek
(short term) dan diperdagangkan dengan sistem diskonto. Jangka waktu
commercial paper paling lama adalah 270 hari.

46
Universitas Sumatera Utara

10. Securities avalaible for sale (efek yang tersediauntuk dijual)
Securities

available

ekuitasinvestasiyangdiadakanuntukwaktu

for
yang

saleadalahutangatau
tidak

terbatasyang

tidak

untukdijual kembalidengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.Surat berharga
ini adalah bagian

dari investasi jangka pendek ; dengan demikian, efek ini

dilaporkan di neraca keuangan dan diklasifikasikan sebagai aktiva lancar .
10. Net interbank lending position (penempatan antarbank bersih)
Net interbank lending positionadalah selisih antara jumlah nominal dana
yang ditempatkan pada bank lain dengan jumlah nominal dari simpanan dari bank
lain yang ditempatkan pada suatu bank tertentu. Penempatan pada bank lain
adalah penempatan dana dalam bentuk interbank call money, tabungan, deposito
berjangka atau bentuk lain yang sejenis yang dimaksud untuk memperoleh
penghasilan dan untuk menunjang kelancaran transaksi antarbank maupun sebagai
dana cadangan dengan maksud untuk memperoleh penghasilan (Bastian
Suhardjono, 2006).
11. Net Interbank acceptance ( akseptasi bersih antarbank)
Bankers’ acceptance merupakan wesel berjangka (time draft) yang dapat
ditarik di suatu bank yang telah setuju membayarnya pada saat jatuh tempo (Alan
C. Shapiro, 1994). Sementara pengertian akseptasi menurut kamus online
Investopedia adalah sebuah instrumen utang jangka pendek yang diterbitkan oleh
perusahaan yang dijamin oleh bank. Selain itu, menurut Kasmir (2008) tagihan
akseptasi merupakan tagihan wesel ekspor berjangka yang sudah diaksep oleh
bank lain dan akan dilakukan pembayaran pada saat jatuh tempo. Di sisi lain

47
Universitas Sumatera Utara

kewajiban akseptasi merupakan tagihan wesel impor berjangka yang diaksep oleh
bank dan akan dilakukan pembayaran pada saat jatuh tempo kepada bank lain.
Akseptasi bersih diperoleh dengan mengurangkan tagihan akseptasi dengan
kewajiban akseptasi suatu bank pada periode tertentu.
12. Net derivative positition (instrumen derivatif bersih)
Instrumen derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau perjanjian
penukaran pembayaran yang nilainya diturunkan atau berasal dari produk yang
menjadi acuan pokok atau juga disebut produk turunan (underlying product).
Instrumen derivatif terdiri dari tagihan derivatif dan kewajiban derivatif.
Sementara menurut Kasmir (2008) tagihan derivatif merupakan sebuah perjanjian
antara dua pihak yang dikenal sebagai counterparties (pihak-pihak yang saling
berhubungan). Tagihan derivatif diterima bank dalam bentuk transaksi derivatif.
Sementara pengertian kewajiban derivatif adalah sebuah perjanjian antara dua
pihak yang dikenal sebagai counterparties(pihak-pihak yang saling berhubungan).
Kewajiban derivatif adalah biaya yang harus dibayarkan oleh bank dalam
transaksi derivatif. Instrumen derivatif bersih diperoleh dengan mengurangkan
tagihan instrumen derivatif dengan kewajiban derivatif suatu bank pada periode
tertentu.
13. Total asset (aset total)
Total Aset adalah nilai total dari keseluruhan aset yang dimiiki suatu bank
yang tercermin dalam neraca keuangan. Isi neraca secara garis besar adalah
sebagai berikut:

48
Universitas Sumatera Utara

i). Aset lancar : uang tunai dan saldo rekening giro di bank serta kekayaankekayaan lain yang dapat diharapkan bisa dicairkan menjadi uang tunai
atau rekening giro bank, atau dijual maupun dipakai habis dalam operasi
perusahaan, dalam jangka pendek (satu tahun atau satu siklus operasi
normal perusahaan

ii). Investasi jangka panjang (long term investment) : Terdiri dari aset
berjangka panjang (tidak untuk dicairkan dalam waktu satu tahun atau
kurang) yang diinvestasikan bukan untuk menunjang kegiatan operasi
pokok perusahaan.

iii). Aset tetap (fixed asset) : Aset berwujud yang digunakan untuk operasi
normal perushaan, mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun
atau satu siklus operasi normal dan tidak dimaksudkan untuk dijual
sebagai barang dagangan.

iv).Aset Tak Berwujud (intangible asset) : Terdiri hak-hak istimewa atau
posisi

yang

menguntungkan

perusahaan

dalam

memperoleh

pendapatan, Misalnya: hak paten, hak cipta, franchise, dan merek
dagang.

v). Aset lain-lain (other asset) : Untuk menampung aset yang tidak bisa
digolongkan sebagai aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan
aset tetap tak berwujud.

49
Universitas Sumatera Utara

2.5.6 Pengukuran Resiko Likuiditas

Björn Imbierowicz dan Christian Rauch (2013) dalam penelitiannya yang
berjudul TheRelatinship Between Liquidity Risk and Credit Risk in Banks
mengatakan bahwa untuk mengukur risiko likuditas bank harus diproksi dengan
indikator-indikator yang telah disebutkan di atas. Variabel-variabel tersebut
dioperasikan dengan persamaan matematis untuk mendapatkan nilainya. Setelah
nilai penghitungan diperoleh, maka dapat diketahui sifat dari risiko likuiditas itu
sendiri. Hasil penghitungan dengan nilai lebih besar dari nol (nrl>0)
mengindikasikan bahwa bank tersebut tidak mampu memikul/mengatasi
kepanikan bank (bank run) yang terjadi secara tiba-tiba, cet.par.

Hasil/nilai dari perhitungan risiko likuiditas dapat bernilai positif dan
negatif. Nilai yang negatif mengindikasikan bahwa bank tersebut memiliki aset
jangka pendek lebih banyak daripada kewajibannya. Semakin kecil rasionya,
maka semakin kecil juga potensi akan terjadinya risiko likuiditas. Sebaliknya,
nilai yang positif mengindikasikan bahwa bank tersebut memiliki aset jangka
pendek yang lebih sedikit dibanding kewajibannya. Implikasi dari perhitungan ini
adalah risiko likuiditas yang tinggi menyebabkan kepanikan (bank run) pada
pihak bank yang menimbulkan risiko likuiditas. Dimana definisi bank run ini
sendiri adalah serangkaian penarikan tunai tak terduga disebabkan oleh penurunan
kepercayaan deposan secara mendadak atau ketakutan bahwa bank akan kolaps,
yaitu banyak deposan melakukan penarikan tunai hampir bersamaan. Karena
cadangan kas bank di kas hanya sebagian kecil dari depositonya, sejumlah besar

50
Universitas Sumatera Utara

penarikan dalam waktu singkat dapat menguras kas yang tersedia dan memaksa
bank untuk menutup dan mungkin keluar dari kegiatan bisnis.Adapun nilai risiko
likuiditas dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

[(Giro + Cadangank Kas + Surat Berharga yang Dimiliki dan
Diperdagangkan + Sertifikat Deposito+Pinjaman Komitmen yang Belum
Digunakan) – (Kas+ Reverse Repo+ Giro pada BI+ Surat Berharga yang
Diterbitkan+Surat Berharga yang Tersedia untuk Dijual) ± Penempatan Antarbank ± Akseptasi Antar-bank ± Posisi Derivatif] / Aset Total

Tabel 2.2
Proksi Variabel Risiko Kredit dan Risiko Likuiditas
No
1

Kategori Variabel
Risiko
Risiko
Kredit

Kredit
(RK)

Penghitungan
Kredit Bermasalah –
Kredityang Diselamatkan
PPAP Kredit

Keterangan
Nilai lebih besar
dari satu (>1)
mengindikasikan
bahwa bahwa
bank mengalami
kerugian yang
tidak diharapkan
(unexpected loss)

51
Universitas Sumatera Utara

2

Risiko

Risiko

[(Giro + Cadangan Kas +

Nilai lebih besar

Likuidita

Likuiditas

Surat Berharga yang Dimiliki

dari nol(> 0)

s

(RL)

dan Diperdagangkan +

mengindikasikan

Sertifikat Deposito+Pinjaman

bahwa bank tidak
mampu untuk

Komitmen yang Belum

memikul

Digunakan) – (Kas+ Reverse
/mengatasi gejala

Repo+ Giro pada BI+ Surat
kepanikan bank

Berharga yang

(bank run)

Diterbitkan+Surat Berharga
yang Tersedia untuk Dijual) ±
Penempatan Antar-bank ±
Akseptasi Antar-bank ±
Posisi Derivatif] / Aset Total

Sumber: Björn Imbierowicz dan Christian Rauch (2013)

2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang membahas tentang hubungan antara risiko kredit
dan risiko likuiditas telah banyak mengalami perkembangan. Akan tetapi
penelitian yang membahas tentang hubungan timbal balik (kausalitas) antara
risiko kredit dan risiko likuiditas masih terbatas. Penelitian sebelumnya masih
terfokus menganalisa hubungan kausalitas antara risiko kredit dan risiko likuiditas
pada sektor perusahaan manufaktur sebagai objek kajian penelitian.

52
Universitas Sumatera Utara

Bercermin dari hal ini penulis tertarik untuk menganalisis hubungan
kausalitas antara risiko kredit dan risiko likuiditas pada sektor perbankan yang
difokuskan pada Bank BUMN di Indonesia. Dengan hasil ini, penulis dan
pembaca juga tidak hanya mengetahui hanya sebatas hubungan tetapi lebih ke
arah hubungan timbal balik. Berikut ini merupakan penelitian-penelitian terdahulu
mengenai interelasi antara risiko kredit dan risiko likuiditas.
Loriana Pelizzon et.al dalam jurnal penelitian mereka yang berjudul
“Sovereign Credit Risk, Liquidity, and ECB Intervention”. Mereka menduga
bahwa ada hubungan dinamis antara risiko kredit dan risiko likuiditas dalam
pasar. Hasilnya mengatakan bahwa perubahan dalam risiko kredit mempunyai
dampak yang signifikan terhadap perubahan likuiditas dan dalam jangka panjang
perubahan dalam risiko kredit akan menimbulkan dampak jangka panjang pula
dalam risiko likuiditas dan begitu juga sebaliknya. Metode yang digunakan adalah
analisis regresi deskriptif proxi variabel likuiditas dan risiko kredit dengan jenis
data runtun waktu.
Seandy Nandadipa dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Pengaruh CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK, dan Exchange Rate terhadap
LDR (Studi Kasus pada Bank Umum di Indonesia

Periode 2004-2008)”

mengungkapkan bahwa risiko kredit (NPL) berpengaruh negatif signifikan
terhadap risiko likuiditas (LDR). Metode yang digunakan adalah analisis regresi
linier berganda dengan variabel Dummy.
Björn Imbierowicz dan Christian Rauch (2013) meneliti hubungan antara
risiko kredit dan risiko likuiditas dengan studi kasus bank-bank komersial di

53
Universitas Sumatera Utara

Amerika Serikat pada tahun 1998-2010. Hasilnya adalah ada interdepedensi
antara risiko kredit dan risiko likuiditas. Metode yang digunakan adalah statistik
deskriptif dan mengolah data berdasarkan proxy variables.
2.7 Kerangka Teoritis
Pada

bagian

ini

dijelaskan

dan

digambarkankerangka

pemikiran

penelitian.Kerangka pemikiran dalam penelitian inimenunjukkan hubungan saling
mempengaruhi (kausalitas) antara risiko kredit dan risiko likuiditas.

Kausalitas

RISIKOK

RISIKO

REDIT

LIKUIDITA
Gambar 2.1
Model Kerangka Penelitian

2.8 Hipotesis Penelitian
Hipotesis

merupakan

jawaban sementara terhadap

masalah dalam

penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis adalah sebuah
taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang
dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondis-kondisi yang
diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah penelitian
selanjutnya.
Berdasarkan perumusan masalah dari beberapa hasil kajian yang telah
dilakukan dalam penelitian-penelitian terdahulu, maka hipotesis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan jangka panjang antara risiko kredit dan risiko likuiditas
pada Bank BUMN.

54
Universitas Sumatera Utara

2. Antara risiko kredit dan risiko likuiditaspada bank-bank BUMN terdapat
hubungan timbal balik (kausalitas).

55
Universitas Sumatera Utara