Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB 7 a

BAB VII
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
7.1.  Pengertian Arah Kebijakan Umum
Kebijakan   Umum   merupakan   kebijakan   pemerintah   daerah   secara
umum.   Penyusunan   Kebijakan   Umum   diperlukan   untuk   menyelaraskan
perencanaan daerah dengan potensi sumber daya yang ada, sehingga akan
terwujud pembangunan yang efisien, efektif dan berhasil guna. Kebijakan
umum   disusun   sebagai   bagian   dari   strategi   untuk   mencapai   tujuan   dan
sasaran   dalam   mewujudkan   Visi   dan   Misi   daerah   guna   meningkatan
kesejahteraan   masyarakat   melalui   peningkatan   kualitas   sumberdaya
manusia   yang   berdaya   saing,   peningkatan   pertumbuhan   ekonomi,
peningkatan   infrastruktur   yang   memadai   dan   mempercepat   reformasi
birokrasi dan supremasi hukum serta melakukan pengelolaan sumberdaya
alam   secara   optimal   dan   berkelanjutan   sebagaimana   amanat   otonomi
daerah.   Sebelum   menentukan   Kebijakan   Umum   Pembangunan   Daerah
Provinsi   Sulawesi   Tengah   Tahun   2011   ­   2016,   perlu   memperhatikan
amanat   RPJM   Nasional   Tahun   2010   ­   2014,   RPJPD   Provinsi   Sulawesi
Tengah   Tahun   2005   ­   2025   dan   Draf   Raperda   RTRW   Provinsi   Sulawesi
Tengah Tahun 2010­2030.
7.2.  Kebijakan RPJM Nasional Tahun 2010­2014
RPJM   Nasional   telah   dituangkan   dalam   Peraturan   Presiden   No.   5

Tahun   2010   tentang   Rencana   Pembangunan   Jangka   Menengah   Nasional
Tahun   2010­2014.   Rencana   Pembangunan   Jangka   Menengah   Nasional
(RPJMN)   Tahun   2010­2014   merupakan   tahap   kedua   dari   pelaksanaan
Rencana   Pembangunan   Jangka   Panjang   Nasional   (RPJPN)   Tahun   2005­
2025   yang   ditetapkan   melalui   Undang­Undang   Nomor   17   Tahun   2007.
RPJMN   Tahun   2010­2014   ini   selanjutnya   menjadi   pedoman   bagi
kementerian/lembaga   dalam   menyusun   Rencana   Strategis
kementerian/lembaga (Renstra­KL) dan menjadi bahan pertimbangan bagi
pemerintah daerah dalam menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan
daerahnya masing­masing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan
nasional.   Untuk   pelaksanaan   lebih   lanjut,   RPJMN   akan   dijabarkan   ke
dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang akan menjadi pedoman bagi
penyusunan   Rancangan   Anggaran   Pendapatan   dan   Belanja   Negara
(RAPBN).   Agar   dapat   memenuhi   amanat   ini,   RPJMN   Tahun   2010­2014
disusun dalam tiga buku yang merupakan satu kesatuan yang utuh dengan
masing­masing memuat hal­hal sebagai berikut:
1. Buku I memuat strategi, kebijakan umum, dan kerangka ekonomi makro
yang   merupakan   penjabaran   dari   Visi,   Misi,   dan   Program   Aksi   serta
sebelas   prioritas   pembangunan   nasional   dari   Presiden­Wakil   Presiden,
Susilo   Bambang   Yudhoyono­Boediono   dengan   visi:  “Terwujudnya

Indonesia Yang Sejahtera, Demokratis, Dan Berkeadilan.”
148

2.  Buku II  memuat rencana pembangunan yang mencakup bidang­bidang
kehidupan masyarakat sebagaimana yang tertuang dalam RPJPN Tahun
2005   ­   2025   dengan   tema:  “Memperkuat   Sinergi   Antar   Bidang
Pembangunan” dalam rangka mewujudkan visi pembangunan nasional
yang tercantum dalam Buku I.
3.  Buku   III  memuat   rencana   pembangunan   kewilayahan   yang   disusun
dengan tema:  “Memperkuat Sinergi Antara Pusat Dan Daerah Dan
Antar Daerah”  dalam rangka mewujudkan visi pembangunan nasional
yang tercantum dalam Buku I. Dengan demikian, RPJMN Tahun 2010 ­
2014 adalah pedoman bagi Pemerintah Pusat /Daerah, masyarakat, dan
dunia   usaha   dalam   melaksanakan   pembangunan   dalam   rangka
mencapai tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
7.3.  Kebijkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2005 – 2025
Dalam   Peraturan   Daerah   Nomor   06   Tahun   2009   Tentang   Rencana
Pembangunan Jangka  Panjang   Daerah  (RPJPD)  Provinsi  Sulawesi  Tengah

Tahun 2005 – 2025 disebutkan bahwa visi Provinsi Sulawesi Tengah adalah
sebagai berikut : “Sulawesi Tengah Yang Maju, Mandiri, Sejahtera, Dan
Berkeadilan”
Rangkaian kata – kata kunci dalam visi ini dapat dibentuk menjadi
satu  akronim  “Juri  Teradil”.  Juri Teradil  memberi makna  bahwa  dalam
mewujudkan   tujuan   pembangunan   yang   memberi   maslahat   bagi
masyarakat Sulawesi Tengah dibutuhkan tidak hanya sekedar kecerdasan
tetapi kearifan  dan  sifat  bijaksana, dengan  demikian menunjukan bahwa
pembangunan di Sulawesi Tengah   harus dituntun oleh kemampuan dan
kejernihan hati nurani atau moralitas yang prima dari setiap individu dan
masyarakat Sulawesi Tengah.
Visi pembangunan Sulawesi Tengah ini mengandung pengertian yang
luas dan menggambarkan cita – cita seluruh masyarakat Sulawesi Tengah
dalam   kurun   waktu   20   tahun   mendatang.   Dengan   menghayati   dan
mengamalkan   makna   Juri   Teradil   diharapkan   Sulawesi   Tengah   menjadi
perintis   dalam   mewujudkan   tuntutan   reformasi   yang   sudah   terangkum
dalam visi Sulawesi Tengah ini.
Gambaran yang akan dicapai dalam masa jangka panjang dalam Juri
Teradil tersebut adalah :



Maju ; adalah terbuka dengan hal yang baru dan nilai – nilai baru.
Selalu   menginginkan   peningkatan,   pertumbuhan   dan   pengembangan,
berorientasi   kemasa   depan,   tidak   mudah   terpuaskan   dengan   kondisi
yang   ada,   selalu   terdorong   mencari   hal   –   hal   yang   baru   dan
berpandangan luas.

149



Mandiri  ; adalah tidak tergantung pada sesuatu, ketergantungan
terhadap   sesuatu   tidak   sampai   menjadi   kendala   dan   selalu   berusaha
mencari jalan keluar, mempunyai kemampuan, prakarsa dan motivasi,
inovatif,   mempunyai   rasa   percaya   diri,   mampu   mengelola   dan
mengembangkan potensi yang dimiliki.



Sejahtera  ;   adalah   kondisi   kehidupan   yang   memadai   dari   segi

ekonomi,   aman   sentosa   dan   makmur,   terlepas   dari   segala   macam
hambatan, gangguan dan kesulitan hidup, masyarakat hidup rukun dan
penuh   kebersamaan   dan   kekeluargaan,   saling   mengamankan,
mewujudkan kesenangan hidup bersama.



Berkeadilan  ;   adalah   sifat,   perbuatan,   perlakuan   yang   adil,
pengakuan dan  mempertahankan hak  – hak  masyarakat,  memberikan
perlakuan yang sama dihadapan hukum dan mampu menentukan mana
yang benar dan mana yang salah, tidak sewenang – wenang, menghargai
dan menghormati supremasi hukum dan HAM diatas segala – galanya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.

Untuk   mewujudkan   visi   tersebut   ditetapkan   serangkaian   misi
pembangunan  jangka panjang Provinsi Sulawesi Tengah sebagai berikut:
1.

Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia 

Melalui : penyediaan kebutuhan dan mutu pelayanan dasar social yang
memadai   untuk   meningkatkan   pengetahuan   dan   keterampilan
masyarakat, yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mampu   menerapkan   dan   mengembangkan   ilmu   pengetahuan   dan
teknologi,   baik   teknologi   maju   maupun   teknologi   tepat   guna   yang
bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas masyarakat.

2.

Meningkatkan  kualitas   lingkungan   kehidupan   bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
Dalam   wujud   menciptakan   dan   memelihara   suasana   kehidupan   yang
rukun,   aman   dan   tenteram   antar   sesama   manusia   dalam   kehidupan
bermasyarakat,   berbangsa   dan   bernegara,   manusia   dan   lingkungan
hidupnya dan manusia  dengan Tuhan Yang  Maha  Esa, memiliki etika
dan moralitas sesuai dengan nilai – nilai keagamaan, pancasila dan nilai
– nilai budaya lokal dan bangsa guna meneguhkan komitmen menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3.


Meningkatkan ketahanan ekonomi daerah
Melalui  pemanfaatan     sumberdaya   alam   secara   arif   dan   bijaksana
sebagai  potensi  yang   memberi  kekuatan  pada   dinamika   perekonomian
daerah   yang   pada   gilirannya   meningkatkan   kemampuan   keuangan
daerah guna membelanjai kegiatan pembangunan daerah serta memberi
maslahat   yang   merata   dan   adil   bagi   masyarakat,   serta   didukung   oleh
kondisi   prasarana   fisik   wilayah   yang   memadai   tanpa   menafikan
150

keselarasan pembangunan yang ramah terhadap kelestarian lingkungan,
mengatasi   dan   terus   mencegah   kesenjangan   tingkat   kehidupan
masyarakat   yang   dapat   berakibat     pada   ketertinggalan,   pengangguran
dan kemiskinan di pedesaan dan perkotaan.
4.

Meningkatkan  kualitas   kelembagaan   pemerintah,   kelembagaan
politik, sosial budaya, keagamaan dan kemasyarakatan lainnya
Meningkatkan  kualitas nilai – nilai hakiki berdemokrasi dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwujud suasana kehidupan

politik   yang   beretika   dan   bermoral   sesuai   dengan   nilai   agama,   nilai
budaya   bangsa   dan   hakekat   demokrasi,   menjunjung   tinggi   supremasi
hukum   dan   HAM,   bebas   dari   praktek   penyimpangan   KKN   dalam
kehidupan   bermasyarakat,   berbangsa   dan   bernegara,   pembinaan
kehidupan   beragama   untuk   meningkatkan   kualitas   keamanan   dan
ketaqwaan individu dan masyarakat, menjunjung dan memberi apresiasi
pengembangan   tata   nilai   budaya   dan   kearifan   lokal   serta   budaya
bangsa, serta terus menguatkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi
daerah   dengan   memantapkan   pemberdayaan   dan   peningkatan
peranserta   masyarakat   dalam   pembangunan   daerah,   meningkatkan
kualitas   sumberdaya   aparatur   pemerintah   Propinsi   Sulawesi   Tengah
dalam   mengemban   tugas   dan   fungsi   serta   tanggungjawabnya   dalam
penyelenggaraan   fungsi   –   fungsi   pemerintahan,   pelaksanaan
pembangunan dan pelayanan masyarakat.

5.

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang berkelanjutan
Menata  kembali   kondisi   lingkungan   hidup   yang   menunjukan
kecenderungan   penurunan   kualitas,   meliputi   lahan   kritis,   kerusakan

hutan   lindung,   menipisnya   luas   hutan   mengrove,   kerusakan   kawasan
pantai   dan   terumbu   karang,   meningkatkan   kesadaran   lingkungan
masyarakat, mencegah dampak negative pengelolaan sumberdaya alam
berupa pencemaran dan degradasi lingkungan hidup, mengintegrasikan
pengelolaan   sumberdaya   alam   dengan   kelestarian   lingkungan   untuk
mendukung   pertumbuhan   ekonomi   daerah     yang   berkelanjutan,
menserasikan pemanfaatan fungsi tata ruang meliputi tanah, air, udara
dan   sumberdaya   daya   alam   dengan   sektor   –   sektor   perekonomian
termasuk   system   pemukiman,   prasarana   dan   sarana   wilayah   secara
terpadu   sehingga   memenuhi   asas   konservasi,   efesiensi   dan   harmoni
yang menjadi asas dalam perencanaan tata ruang. 

Berlandaskan   pelaksanaan,   pencapaian,   dan   sebagai   keberlanjutan
RPJMD   Tahap   Pertama,   RPJMD   Tahap   Kedua   (2011   ­2016)   ditujukan
untuk lebih memantapkan penataan di segala bidang dengan menekankan
upaya   pemberdayaan   ekonomi   masyarakat,   peningkatan   kualitas
sumberdaya manusia serta penguatan daya saing perekonomian daerah.
Meningkatnya   rasa   aman   dan   damai   diikuti   kemampuan   daerah
dalam   mengelola   keragaman   (orientasi   kelompok,   etnik   dan   agama)   yang
berpotensi   menimbulkan     konflik   sosial,   diikuti   meningkatnya   kesadaran

151

dan   penegakkan   hukum   serta   penegakkan   hak   asasi   manusia.     yang
didukung   oleh   suasana     berusaha   yang   kondusif.   Di   lima   tahun   kedua
RPJPD   ini   diharapkan   dapat   menurunkan   angka   kemiskinan   hingga   10
persen.
Penguatan pembangunan pertanian dan peningkatan pembangunan
kelautan   dan   sumberdaya   alam   lainnya   secara   terpadu   terus   dilakukan
dengan   penyediaan   berbagai   infrastruktur   yang   semakin   mantap   dan
lengkap   serta   peningkatan   dan   pengembangan   teknologi   tepat   guna
sehingga produktifitas dapat ditingkatkan.
Peningkatan   kesehatan   masyarakat   terus   diupayakan   terutama
status   gizi   masyarakat   dengan   mengupayakan   peran   gender   dalam
lingkungan keluarga di samping tu meningkatnya jumlah angka partisipasi
sekolah menengah atas dengan lulusan siap terjun di dunia usaha.
Pengelolaan   sumberdaya   alam   dan   pelestarian   fungsi   lingkungan
hidup makin berkembang melalui penguatan kelembagaan dan peningkatan
kesadaran  masyarakat   yang   ditandai  dengan  partisipasi  aktif  masyarakat
dalam   proses   rehabilitasi   dan   konservasi   sumberdaya   alam   dan
pemeliharaan   keanekaragaman   hayati.   Kondisi   ini   didukung   oleh

peningkatan   kualitas   perencanan   tata   ruang,   pemanfaatan   serta
pengendalian pemanafaatan ruang.
Sulawesi   Tengah   yang   kaya   akan   budaya   yang   merupakan   modal
dasar   bagi   pengembangan   pembangunan   terus   di   lestarikan   dan
dikembangkan sehingga dapat menjadi asset bagi daerah.
7.4.   Kebijakan   Umum   Rencana   Tata   Ruang   Wilayah   Provinsi,
berdasarkan draf Raperda RTRW Provinsi Sulawesi Tengah Tahun
2010–2030
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi
Tujuan   penataan   ruang   Provinsi   Sulawesi   Tengah   adalah   untuk
mewujudkan pembangunan wilayah yang bertumpu pada sektor pertanian,
kelautan dan pariwisata yang berwawasan lingkungan berkelanjutan.
Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Provinsi
Kebijakan   penataan   ruang   wilayah   untuk   mewujudkan   tujuan
penataan ruang wilayah, terdiri atas:
a.

peningkatan sumber daya lahan pertanian; 

b.

peningkatan sumber daya perikanan dan kelautan; 

c.

pengembangan potensi pariwisata;

d.

peningkatan   kualitas   sumber   daya   manusia   di   bidang
pertanian, kelautan, dan pariwisata;

e.

peningkatan   aksesibilitas   pemasaran   produksi   pertanian,
kelautan;
152

f.

peningkatan dan pengembangan prasarana wilayah; dan

g.

peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara.

Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi
a. Peningkatan sumber daya lahan pertanian,  terdiri atas:  


mempertahankan areal sentra produksi pertanian lahan basah; 



meningkatkan kualitas lahan pertanian;



mengembangkan jenis hasil pertanian; dan



mengembangkan   areal   lahan   perkebunan   komoditas   tertentu   secara
selektif.

b. Peningkatan sumber daya perikanan dan kelautan, terdiri atas; 



mengembangkan jenis usaha budidaya perikanan air tawar;
meningkatkan  kemampuan  dan  teknologi perikanan  budidaya
dan tangkap;



mengembangkan industri pariwisata kelautan; 



mempertahankan dan meningkatkan kawasan  mangrove ;



mengembangkan  budidaya perikanan dan kelautan yang dapat
mempertahankan keberadaan pulau­pulau kecil; dan



mempertahankan   kawasan   lindung  di   luar   kawasan
peruntukan pertambangan  untuk mendukung pertanian, kelautan,  dan
pariwisata.

c. Pengembangan potensi pariwisata, terdiri atas: 


mengembangkan promosi pariwisata; 



mengembangkan objek wisata sebagai pendukung daerah tujuan wisata
yang ada;



meningkatkan jalur perjalanan wisata;



mengembangkan jenis wisata alam yang ramah lingkungan; dan



mempertahankan kawasan situs budaya sebagai potensi wisata.

d. Peningkatan   kualitas   sumber   daya   manusia   di   bidang   pertanian,
kelautan, dan pariwisata terdiri atas:  


mengembangkan lembaga  pendidikan sebagai pusat ilmu
pengetahuan guna mendukung pertanian, kelautan dan pariwisata;



menjamin ketersediaan informasi pertanian, kelautan dan
pariwisata; dan

153



mengembangkan   sistem   pendidikan   non   formal   yang
berkelanjutan guna peningkatan kualitas  produksi dan hasil  pertanian,
kelautan dan pariwisata.

e. Peningkatan   aksesibilitas   pemasaran   produksi   pertanian,  kelautan
terdiri atas:  


meningkatkan produksi pertanian untuk mendukung industri pertanian;



mengembangkan kawasan industri pertanian;



mengembangkan pasar hasil industri pertanian; 



meningkatkan akses koperasi dan UMKM terhadap modal,  sarana dan
prasarana produksi, informasi, teknologi dan pasar; dan



mempertahankan stabilitas pasar lokal terhadap komoditas pertanian.

f. Peningkatan dan pengembangan prasarana wilayah terdiri atas:  


mengembangkan sistem jaringan penghubung antar wilayah laut, darat,
dan udara pada PKN, PKW, dan PKL;



mengembangkan dan memantapkan sistem jaringan penghubung antar
pusat­pusat   produksi   pertanian,   kelautan  dan   pariwisata,dengan   PKN,
PKW, dan PKL;



mengembangkan prasarana pertanian, kelautan dan pariwisata ;



mengembangkan  sistem  jaringan  dan   moda  transportasi   guna
mendukung sektor pertanian;



meningkatkan   jaringan   energi   dengan   lebih   menumbuh­kembangkan
pemanfaatan   sumberdaya   terbarukan   yang   ramah   lingkungan   dalam
sistem kemandirian energi listrik; 



meningkatkan   kualitas   dan   jangkauan   pelayanan   jaringan   prasarana
transportasi, informasi, telekomunikasi, energi dan sumberdaya air yang
terpadu dan merata di seluruh wilayah provinsi; dan



meningkatkan   dan   mengembangkan   kualitas   dan   jangkauan   jaringan
prasarana wilayah lainnya.

g. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara,
terdiri atas:  


menetapkan   kawasan   strategis   nasional   dengan   fungsi   khusus
pertahanan dan keamanan;



mengembangkan   kawasan   lindung   dan   kawasan   budidaya   tidak
terbangun di sekitar kawasan khusus pertahanan dan keamanan;



mengembangkan   kegiatan   budidaya   secara   selektif   di   dalam   dan   di
sekitar kawasan khusus pertahanan untuk menjaga fungsi pertahanan
dan keamanan;

154



melibatkan   peran   serta   Pemerintah   Daerah   dalam   menjaga   dan
memelihara aset­aset pertahanan TNI.  

Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah
Rencana   pola   ruang   provinsi   yang   termuat   dalam   Draft  Raperda
RTRW Provinsi Sulawesi Tengah Tahun     2010–2030 telah  memperhatikan
pola   ruang   yang   telah   ditetapkan   dalam   Rencana   Tata   Ruang   Wilayah
Nasional. Rencana Pola Ruang tersebut terdiri atas :
A. Kawasan Hutan Lindung :
(1) Kawasan lindung provinsi terdiri atas: 
a. kawasan     hutan   lindung   seluas   kurang   lebih  1.345.706,19    Ha   yang
tersebar di seluruh kabupaten dan Kota di Propinsi Sulawesi Tengah.
b. kawasan perlindungan setempat terdiri atas: 
1. sempadan pantai sepanjang kurang lebih 4.265 km meliputi :
a) pantai di Kabupaten Banggai sepanjang kurang lebih 613km, 
b) Pantai di Kabupaten Buol sepanjang kurang lebih 197 km, 
c) Pantai di Kabupaten Donggala sepanjang 400 Km, 
d) Pantai di Kabupaten Parigi Moutong sepanjang kurang lebih 431 km, 
e) Pantai di Kabupaten Tojo Una­Una sepanjang kurang lebih 454 km, 
f) Pantai di Kabupaten Toli­Toli sepanjang kurang lebih 454 km, 
g) Pantai di Kabupaten Banggai Kepuluan sepanjang kurang lebih 700 km, 
h) Pantai di Kabupaten Poso sepanjang kurang lebih 174 km, 
i) Pantai di Kabupaten Morowali sepanjang kurang lebih 800 km, dan 
j) Pantai di Kota Palu sepanjang kurang lebih 42 km.
2. sempadan sungai dengan lebar  sempadan 50 meter  yang  menyebar  di
seluruh kabupaten dan kota di Propinsi Sulawesi Tengah
3. kawasan   sekitar   danau   atau   waduk   yang   terletak   di   sekitar   Danau
Lindu, Danau Talaga, Danau Rano dan Danau Poso
a. kawasan cagar budaya terdiri atas : 
1. Istana   peninggalan   Kerajaan   Banggai   di   seluruh   Kabupaten   Banggai
Kepulauan;
2. Istana peninggalan Kerajaan Palu di Kota Palu; dan
3. Patung Megalitik di Lembah Bada
b. kawasan suaka alam dan  pelestarian alam terdiri atas:
1. suaka margasatwa meliputi:
a) kawasan Bangkiriang di Kabupaten Banggai seluas kurang lebih 12.500
Ha, 
155

b) Lombuyan I & II  di Kabupaten Banggai seluas kurang lebih 3.069 Ha, 
c) Pati­pati di Kabupaten  Banggai seluas kurang lebih 3.103 Ha, 
d) Dolangon di Kabupaten Toli­toli seluas kurang lebih 462 Ha, 
e) Pinjan/Tanjung Matop di Kabupaten Toli­toli seluas  kurang lebih  1.692
Ha, 
f) Pulau Pasoso di Kabupaten Donggala seluas kurang lebih 5.000 Ha, 
g) Tanjung Santigi di Kabupaten Parigi Moutong seluas kurang lebih 1.502
Ha, 
h) Laut Pulau Tiga di Kabupaten Morowali seluas kurang lebih 42.000 Ha, 
2. cagar alam meliputi:
a) kawasan   Gunung   Dako   di   Kabupaten  Toli­toli   seluas   kurang   lebih
19.590 Ha, 
b) Gunung Sojol di Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong  seluas kurang
lebih 64.448 Ha, 
c) Gunung   Tinombala   di   Kabupaten  Toli­toli   dan   Parigi   Moutong   seluas
kurang lebih 37.106 Ha, 
d) Morowali di Kabupaten Morowali dan Tojo Una­una seluas kurang lebih
209.400 Ha, 
e) Pamona di Kabupaten Poso seluas kurang lebih 25.967 Ha, 
f) Pangi Binangga di Kabupaten Parigi Moutong seluas kurang lebih 6000
Ha, 
g) Tanjung Api di Kabupaten Tojo Una­una seluas kurang lebih 4.246 Ha;
3. taman   nasional yaitu  Taman   Nasional Lore Lindu  di Kabupaten Sigi
dan Poso seluas kurang lebih 217.991 Ha;
4. taman laut dan Taman Wisata Laut meliputi :
a) Taman Nasional Laut Kepulauan Banggai kurang lebih 171.312 Ha
b) Taman Laut Pulau Tokobae Morowali kurang lebih 1.000 Ha
c) Taman Laut Teluk Tomori Morowali kurang lebih 7.200 Ha
5. taman wisata alam meliputi:
a) Taman   Wisata   Alam   (TWA)   Air   Terjun   Wera   di   Kabupaten   Sigi   seluas
kurang lebih 250 Ha, 
b) TWA Bancea di Kabupaten Poso seluas kurang lebih 5.000 Ha, 
c) TWA Tanjung Karang di Kabupaten Donggala seluas kurang lebih 1.000
Ha, 
d) laut Tasale di Kabupaten Donggala seluas 5.000 Ha, 
e) Laut Pulau Peleng di Banggai Kepulauan seluas 17.462 Ha, dan 
156

f) Laut Kepulauan Sago di Banggai Kepulauan seluas 153.850 Ha;
6. taman wisata alam laut meliputi:
a) Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Kepulauan Togean di Kabupaten Tojo
Una­una seluas kurang lebih 100.000 Ha, 
b) Pulau Batudaka di Kabupaten Parigi Moutong 
7. taman hutan raya yaitu Taman Hutan Raya (Tahura) Poboya Paneki di
Kabupaten Donggala, Parigi Moutong dan Kota Palu seluas kurang lebih
7.128 Ha.
a) kawasan rawan bencana alam geologi terdiri atas:
1) kawasan rawan gempa bumi terdapat diseluruh wilayah provinsi;
2) kawasan   rawan   tsunami   terdapat   diseluruh   pantai   yang   mempunyai
morfologi landai, yaitu terdapat di Kabupaten Donggala, Kabupaten Toli­
Toli, Kabupaten Buol dan Kabupaten Banggai Kepulauan;
3) kawasan   rawan   abrasi   yang   menyebar   pada   seluruh   kabupaten/kota
kecuali kabupaten Sigi;
4) kawasan rawan tanah longsor yang menyebar pada seluruh kabupaten
di Propinsi Sulawesi Tengah ; 
5) kawasan rawan gelombang pasang yang berada di kabupaten Morowali,
Kabupaten   Banggai,   Kabupaten   Banggai   Kepulauan,   Kabupaten   Tojo
Una­una,   Kabupaten   Poso,   Kabupaten   Parigi   Moutong,   Kabupaten
Donggala, Kabupaten Buol, Kabupaten Toli­toli dan Kota Palu; 
6) kawasan   rawan   banjir   yang   tersebar   di   Kabupaten   Parigi   Moutong,
Kabupaten   Morowali,   Kabupaten   Poso,   Kabupaten   Tojo   Una­una,
Kabupaten Banggai, Kota Palu dan Kabupaten Buol; dan
7) kawasan rawan bencana gunung api di Kabupaten Tojo Una­una.
b) Kawasan lindung lainnya terdiri atas:
a. kawasan konservasi Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) yaitu Cagar 
Biosfer Lore Lindu di Kabupaten Sigi dan Poso seluas kurang lebih 
217.991,18 Ha; 
b. terumbu karang  yang menyebar pada seluruh pesisir pantai Propinsi 
Sulawesi Tengah
B. Kawasan Budidaya :
(1) Kawasan budi daya provinsi yangterdiri atas: 
a. kawasan peruntukan hutan produksi terdiri atas:
1. hutan   produksi   terbatas   seluas   kurang   lebih   1.493.697,71   Ha   yang
tersebar di Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Parigi Moutong,
Kabupaten   Morowali,   Kabupaten   Tojo   Una­una,   Kabupaten   Tolitoli,
Kabupaten   Buol,   Kabupaten   Banggai,   Kabupaten   Banggai   Kepulauan,
dan Kabupaten Sigi;
157

2. hutan produksi tetap seluas kurang lebih 500.491,98  Ha yang tersebar
di Kota  Palu,  Kabupaten  Donggala, Kabupaten Poso,  Kabupaten Parigi
Moutong,   Kabupaten   Morowali,   Kabupaten   Tojo   Una­una,   Kabupaten
Tolitoli,   Kabupaten   Buol,   Kabupaten   Banggai,   Kabupaten   Banggai
Kepulauan, dan Kabupaten Sigi; dan
3. hutan produksi yang dapat dikonversi seluas kurang lebih 297.859,78
Ha yang tersebar di Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Poso,
Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Morowali, Kabupaten Tojo Una­
una,   Kabupaten   Tolitoli,   Kabupaten   Buol,   Kabupaten   Banggai,
Kabupaten Banggai Kepulauan, dan Kabupaten Sigi.
b. kawasan peruntukan pertanian terdiri atas:
1. kawasan   tanaman   pangan   tersebar   di   seluruh   kabupaten   di   Propinsi
Sulawesi Tengah;
2. kawasan perkebunan tersebar di seluruh kabupaten di Propinsi Sulawesi
Tengah;
c. kawasan   peruntukan   perikanan   terdapat   di   di   Kabupaten   Parigi
Moutong,   Kabupaten   Donggala,   Kota   Palu,   Kabupaten   Tojo   Una­una,
Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Toli­toli;
d. kawasan   peruntukan   pertambangan   terdapat     menyebar   di   seluruh
kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Tengah;
e. kawasan peruntukkan dan pengembangan Minapolitan, yang berada di
Kabupaten   Donggala,   Kabupaten   Parigi   Moutong,   Kabupaten   Morowali
dan Kabupaten Tojo Una­una;
f. kawasan peruntukan pertambangan (KPP) terdiri atas: 
1. KPP   mineral   meliputi   :  Nikel  terdapat   di   Kabupaten   Morowali   :
kecamatan   Bungku   Utara,Kecamatan   Petasia,   Kecamatan   Bungku
Tengah, Kecamatan Bungku Selatan; di Kabupaten Banggai : Kecamatan
Toili, Kecamatan Bunta, Kecamatan Pagimana, Kecamatan Bualemo dan
Kecamatan Balantak; di Kabupaten Tojo Unauna : Kecamatan Ampana
Tete   dan   Kecamatam   Ulubongka;   Galena   di   Kabupaten   Donggala
Kecamatan   Marawola   (Sungai   Lewara   Hulu),  Emas  terdapat   di
Kabupaten Parigi Moutong   Kecamatan Moutong, Kecamatan Tolai dan
Kecamatan Ampibabo; di Kabupaten Poso Kecamatan Lore Selatan Desa
Gintu, di Kabupaten Tolitoli Kecamatan Dondo, di Kabupaten Donggala
Kecamatan Sirenja, di Kabupaten   Buol Kecamatan Bunobogu, di Kota
Palu   Kelurahan   Poboya;  Molibdenium  terdapat   di   Kabupaten   Tolitoli
Kecamatan  Dondo,  di Kabupaten  Parigi Moutong  Kecamatan Motuong;
Chromit  terdapat  di Kabupaten Morowali  Kecamatan Bungku  Tengah,
Kecamatan Bungku Barat dan Kecamatan Petasia; di Kabupaten Banggai
Kecamatan   Bunta   dan   Kecamatan   Toili;   di   Kabupaten   Tojo   Unauna
Kecamatan Ulubongka dan Kecamatan  Ampana Tete; Biji Besi terdapat
di Kabupaten Morowali Kecamatan Bungku Utara, Kecamatan Petasia, 
158

2. Kecamatan   Bungku   Tengah   dan   Kecamatan   Bungku   Selatan,   di
Kabupaten   Banggai   Kecamatan   Toili,   Kecamatan   Bunta,   Kecamatan
Pagimana, Kecamatan Bualemo dan Kecamatan Balantak, di Kabupaten
Tojo   Unauna   Kecamatan   Ampana   Tete,   Kecamatan   Ulubongka   dan
Kecamatan Tojo Barat;  Tembaga  tedapat di Kabupaten Parigi Moutong
Kecamatan Moutong dan Kabupaten Tolitoli Kecamatan Dondo; Belerang
terdapat di Kabupaten Tojo Unauna Pulau Unauna;  Wolfram­Tungsten
terdapat   di   Kabupaten   Poso   Kecamatan   Lore   Utara,   Lore   Tengah   dan
Lore   Selatan;  Granit  terdapat   di   Kabupaten   Tolitoli,   Kabupaten
Donggala,   Kabupaten   Parigi   Moutong   dan   Kabupaten   Banggai
Kepulauan;  Marmer  terdapat   di   kabupaten   Poso   Kecamatan   Pamonan
Utara   dan   Kecamatan   Pesisir;   Kabupaten   Morowali   Kecamatan   Lembo
dan Kecamatan Petasia, Kabupaten Tojo Una­Una, Kabupaten Banggai
Kecamatan   Luwuk   Timur   dan   Kabupaten   Parigi   Moutong   Kecamatan
Tomini; Asbes terdapat di Kabupaten Tojo Una­Una; 
3. KPP Batubara terdapat di Kabupaten Morowali Kecamatan Mori Atas dan
Kecamatan Donggala Kecamatan Sindue, Kabupaten Banggai Kepulauan
dan Kabupaten Buol Kecamatan Momunu.
4. KPP Minyak Bumi terdapat di Kabupaten Morowali Kecamatan Bungku
Utara, Kabupaten Banggai   Kecamatan Toili Barat, Kabupaten Donggala
Kecamatan   Balaesang,   Kecamatan   Dampal   Selatan   dan   Kecamatan
Surumana;   Gas   Bumi   terdapat   di   Kabupaten     Morowali   Kecamatan
Bungku   Utara;   Kabupaten   Donggala   Balaesang,   Dampal     Selatan   dan
Surumana;
5. KPP  Panas Bumi  terdapat di Kabupaten Tolitoli Kecamatan Tinabogan
(Ongka,   Dondo   ),   Kabupaten   Donggala   Kecamatan   Sabang,   Kabupaten
Buol   Kecamatan   Palele,   Kabupaten   Banggai   Kecamatan   Pagimana,
Kabupaten   Banggai   Kepulauan,   Kabupaten   Sigi   Kecamatan   Dolo   dan
Kecamatan Biromaru serta Kabupaten Donggala Kecamatan  Kecamatan
Sindeu.
g. kawasan peruntukan perindustrian terdiri atas:
1. kawasan   industri   kecil   menyebar   di   seluruh   kabupaten   dan   kota
Propinsi Sulawesi Tengah;
2. kawasan agro industri berada di Kabupaten Donggala, Kabupaten Buol,
Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Tojo Una­una dan Kota Palu;
3. kawasan industri lainnya.
h. kawasan peruntukan pariwisata terdiri atas: 
1. kawasan wisata alam berada di : 
a) Suaka Margasatwa. P. Dolangan dan Tj. Mantop di Kab. Toli – toli,  
b) Cagar Alam Gunung Dako di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi
Moutong, 
159

c) TN. Lore Lindu di Kabupaten Sigi dan kabupaten Poso, 
d) Danau Lindu di Kabupaten Sigi, 
e) Cagar Alam  Tanjung Api di Kabupaten Tojo Una – Una, 
f) Air   Terjun   Hanga   –   Hanga   dan   Hutan   Bakau   Luwuk   di   Kabupaten
Banggai;
2. kawasan wisata alam   laut berada di Pulau Peleng, Kepulauan Sago di
Kabupaten   Banggai   Kepulauan,   Wakai   dan   Tg.   Api   di   Kabupaten   Tojo
Una­ Una, Pulau Tikus di Kabupaten Banggai, Pulau Makakata, Pulau
kelelawar, dan Pulau Rosalina di Kabupaten Parigi Moutong, Danau Laut
Tolongano, Pulau Pasoso dan Pulau Tuguan di Kabupaten Donggala;
3. kawasan   wisata   budaya   berada   di   Taman   Purbakala   Watunonju   di
Kabupaten Sigi;. 
4. kawasan   wisata   buatan   tersebar   di   seluruh   kabupaten   di   Propinsi
Sulawesi Tengah 
5. kawasan   wisata   lainnya   Pulau   Maputi,   Pulau   Pagalaseang   Kabupaten
Donggala dan Tanjung Manimbaya di Kabupaten Donggala.
i. kawasan peruntukan permukiman terdiri atas:
1. kawasan permukiman perkotaan tersebar di seluruh ibukota kabupaten
dan kota di Propinsi Sulawesi Tengah;
2. kawasan   permukiman   perdesaan   yang   tersebar   di   seluruh   wilayah
kabupaten di Propinsi Sulawesi Tengah
j. kawasan peruntukan budi daya lainnya.
(2) Kawasan   peruntukan   budi   daya   lainnya   sebagaimana   dimaksud   pada
ayat 1 huruf h yaitu:  
a. kawasan  udara   sekitar   bandar   udara   berupa   ruang   udara   bagi
keselamatan   pergerakan   pesawat   mengikuti   standar   ruang   Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP);
b. kawasan   yang   diperuntukan   bagi   kegiatan   pemerintah   dalam   bidang
pertahanan dan keamanan di wilayah darat, laut, dan udara.
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi terdiri atas:
A.

Sistem Perkotaan;

Sistem Perkotaan Wilayah Provinsi meliputi:
1)

PKN di Palu;

2)

PKNp di Luwuk Kabupaten Banggai;

3)

PKW   meliputi   Banawa   di   Kabupaten   Donggala,   Buol   di
Kabupaten   Buol,   Kolonodale   di   Kabupaten   Morowali,   Toli­toli   di
Kabupaten Toli­toli, Poso di Kabupaten Poso;
160

4)
5)

B.

PKWp di Parigi Kabupaten Parigi Moutong;
PKL yang sudah ditetapkan meliputi: Bora di Kabupaten Sigi;
Salakan   dan   Banggai   di   Kabupaten   Banggai   Kepulauan;   Tinombo   di
Kabupaten   Parigi   Moutong;   Toili   di   Kabupaten   Banggai;   Tentena   dan
Wuasa di Kabupaten Poso; Tambu dan Watatu di Kabupaten Donggala;
Bungku   dan   Beteleme   di   Kabupaten   Morowali;   Bangkir   di   Kabupaten
Toli­Toli;  Ampana dan Wakai di Kabupaten Tojo Una­una; dan Paleleh di
Kabupaten Buol.
Sistem Jaringan Prasarana utama;
Sistem Jaringan Prasarana Utama meliputi:

1) sistem transportasi darat;
a. jaringan lalu lintas angkutan jalan;
1. jaringan jalan; 
a) jaringan arteri   primer meliputi:  ruas  jalan Abd. Rahman Saleh (Palu);
jalan   Basuki   Rahmat   (palu);   jalan   Emmy   Saelan   (Palu);   jalan   Wolter
Monginsidi   (Palu);   jalan   Sudirman   (Palu);   Jalan   Sam   Ratulangi   (Palu);
jalan Yos Sudarso (Palu); ruas jalan Tanah Runtuh   ­ Kebunsari; ruas
Kebunsari   –   Tawaeli;   ruas   Tawaeli   –   Pantoloan;   ruas   Tawaeli   –
Nupabomba; ruas Nupabomba ­ Kebon Kopi; ruas Kebun Kopi – Toboli;
ruas Toboli – Parigi; ruas Parigi –Tolai; ruas Tolai – Sausu; ruas Sausu –
Tumora (batas Kab. Poso); ruas Tumora (batas Kab. Parigi Moutong) –
Tambarana; ruas Tambarana  – batas kota  Poso; jalan Tabatoki (Poso);
jalan Tanjungbulu (Poso); jalan Diponegoro (Poso); jalan P. Kalimantan
(Poso);   jalan   P.   Sumatra   (Poso);   jalan   P.   Sabang   (Poso);   ruas   Poso   –
Tagolu;   ruas   Tagolu   –   Tentena;   ruas   Tentena   –   Taripa;   ruas   Taripa   –
Pape; ruas Pape – Tindantana (batas Prov. Sulawesi Selatan); ruas jalan
Toboli   –   Ampibabo;   ruas   Ampibabo   –   Kasimbar;   ruas   Kasimbar   –
Tinombo;   ruas   Tinombo   –   Mepanga;   ruas   Mepanga   –   Lambunu;   ruas
Lambunu – Molosipat (batas Prov. Gorontalo);
b) jaringan jalan kolektor primer K1 meliputi: jalan Hasanudin (Palu); jalan
Gajah   Mada(Palu);   jalan   Imam   Bonjol   (Palu);   jalan   Diponegoro   (Palu);
jalan   Malonda   (Palu);   ruas   Watusampu   (Taman   Ria)   –   Ampera   (batas
Kab. Donggala); ruas Ampera (batas Kota Donggala) – Surumana (batas
Prov.   Sulbar);     ruas   Pantoloan   –   Tompe;   ruas   Tompe   –   Tambu;   ruas
Tambu ­  Sabang; ruas Sabang – Siboang; ruas Siboang – Ogoamas; ruas
Ogoamas – Ogotua; ruas Ogotua – Malala; ruas Malala – Silondou; ruas
Silondou – batas Kota Toli­toli; jalan Tadulako (Toli­toli); jalan Sona (Toli­
toli); jalan W. Monginsidi (Toli­toli); jalan Abd. Muis (Toli­toli); jalan Moh.
Hatta   (Toli­toli);   jalan   A.  Yani   (Toli­toli);   jalan   Syarif   Mansur   (Toli­toli);
jalan Yos Sudarso (Toli­toli); jalan Moh. Saleh (Toli­toli); ruas batas Kota
Tolitoli – Lingadan; ruas Lingadan – Laulalang; ruas Laulalang – Lakuan;
ruas Lakuan – Buol; ruas Buol – Bodi; ruas Bodi – Paleleh; ruas Paleleh–
Umu (batas Prov. Gorontalo); ruas Taripa – Tiwa’a (batas Kab. Morowali) ;
161

ruas Tiwa’a (batas Kab. Poso)   ­ Tomata; ruas Tomata – Beteleme; ruas
Beteleme – Tompira; ruas Tompira–Kolonodale; ruas Tompira–Wosu; ruas
Wosu–Bungku;   ruas   Bungku–Bahodopi;   ruas   Bahodopi–batas   Prov.
Sultra;   jalan   Lawanga   –   Tondoyondo   (Poso);   Jl.   Patimura   (Poso)   ;Jl.
Letjend Suprapto (Poso); Jl. U. Manasoli(Poso); ruas Tagolu–Malei; ruas
Malei–Uekuli;   ruas   Uekuli   –   Marowo;   ruas   Marowo–Ampana;   ruas
Ampana–Balingara; ruas Balingara –Bunta; ruas Bunta Pagimana; ruas
Pagiman   –Biak;   ruas   Biak   –   Batas   Kota   Luwuk;   jalan   Imam   Bonjol
(Luwuk);   jalan   Sam   Ratulangi   1   (luwuk);   jalan   S.   Musi   (luwuk);   jalan
Hasanudin (luwuk). 
c) jaringan jalan kolektor 2 meliputi ruas:
(1)

Wilayah Kota Palu yaitu Jalan Towua, Jalan Karanjalemba, Jalan Moh.
Hatta, Jalan Juanda, Jalan Moh Yamin dan Jalan Dewi Sartika; 

(2)

Wilayah   Kab.   Donggala   yaitu:   ruas   Kalukubula   ­   Kalawara,   ruas
Kalawara   ­   Kulawi,   ruas   Biromaru/Birobuli   ­   Palolo,   ruas   Kulawi
­Gimpu dan ruas Palolo ­Napu; 

(3)

Wilayah Kab. Parigi Moutong yaitu: ruas Tambu ­ Kasimbar dan ruas
Mepanga ­ Pasir Putih;

(4)

Wilayah  Kab.   Tolitoli   yaitu:   ruas   Pasir   Putih   ­   Basi   dan   ruas
SP.Lampasio ­ Air Terang;

(5)

Wilayah  Kab.   Buol   yaitu   :   ruas   Air   Terang   ­   Momunu   dan     ruas
Momunu ­ Buol

(6)

Wilayah Kab. Poso yaitu : ruas Kasiguncu ­ Sanginora, ruas Tentena­
Tonusu   (KM.   340),   ruas   Tonusu   (KM.   340),   ­   Gintu,   ruas   Napu
­Sanginora, ruas Gimpu ­ Gintu dan ruas Napu ­  Puna;

(7)

Wilayah Kab. Tojo Una­una yaitu : ruas Tayawa ­ Malino

(8)

Wilayah   Kab.   Morowali   yaitu:   ruas   Pape   ­Tomata,   ruas   Malino­
Tondoyondo,   ruas   Kolonodale   –   Tondoyondo,   ruas   Tondoyondo   –
Salubiru,   ruas   Salubiru   –   SP.   Baturube,   ruas   Rata   (KM.753)   –
Baturube dan ruas Beteleme – Batas Sulsel

(9)

Wilayah   Kab.   Banggai   yaitu:   ruas  Biak   ­   Bonebobakal  ,  ruas
Bonebobakal – Balantak,   ruas Luwuk ­ Batui, Jalan Samratulangi II
(Luwuk), Jalan Ahmad Yani (Luwuk), Jalan Urip Sumoharjo (Luwuk),
Jalan   Jenderal   Sudirman   (Luwuk),   Jalan   Moh.   Hatta   (Luwuk),   Jalan
Yos Sudarso (Luwuk), Jalan Pattimura (Luwuk), Jalan RE.Martadinata
(Luwuk), ruas Batui – Toili, ruas Toili – Rata, ruas Balingara ­ Longge
Atas,     ruas   Longge   Atas   –   Toili,   ruas   Salodik   –   Bantayan,   ruas
Bantayan   ­   Bualemo,   ruas   Bualemo   –   Pangkalasean,     ruas
Pangkalasean – Balantak;

(10) Wilayah Kab. Banggai Kepulauan yaitu : ruas Salakan­Sambiut.
d) jaringan jalan strategis nasional ruas Mepanga ­ Pasir Putih; ruas Pasir
Putih ­ Basi; ruas Luwuk ­ Batui; ruas Batui ­Toili; ruas Toili­Moiling;
162

ruas   Moilong   –   Rata;   ruas   Rata   –   Sp.   Baturube;   ruas   Sp.   Baturube   –
Baturube. 
e) rencana   jaringan   jalan   strategis   nasional   rencana   yang   belum
tersambung pada ruas Baturube – Kolonodale
2. jaringan prasarana
a) terminal   Tipe   A  yaitu  Terminal   Mamboro   di   Kota   Palu  dan   terminal
Kasintuwu Kab. Poso;
b) peningkatan   tipe   Terminal  Luwuk  di   Kabupaten   Banggai  dan  terminal
Toboli   di   Kab.   Parigi   Moutong   dari   Terminal   Tipe   B   menjadi   Terminal
Tipe A;
c) pengembangan terminal tipe B meliputi:  terminal Bumi Harapan di Kab.
Tolitoli, Terminal Ampana di Kabupaten Tojo Una­una, Terminal Bora di
Kabupaten Sigi;
d) peningkatan tipe Terminal Tipo dan Terminal Petobo di Kota Palu dari
terminal tipe C menjadi terminal tipe B terminal; 
a. jembatan timbang Toboli Kabupaten Parigi Moutong, Jembatan Timbang
Tawaeli   di   Kota   Palu,   dan   Jembatan  Timbang   Biromaru   di   Kabupaten
Sigi
b. jaringan lalu lintas penyeberangan
1. Penyeberangan   Toli­Toli   di   Kabupaten   Toli­Toli   dengan   lintas
penyeberangan Toli­Toli – Tarakan (Prov. Kalimantan Timur);
2. Penyeberangan   Pagimana   di   Kabupaten   Banggai   dengan   lintas
penyeberangan  Pagimana    –  Gorontalo   (   Kota   Gorontalo   Provinsi
Gorontalo);
3. Penyeberangan Taipa di Kota Palu dengan lintas penyeberangan Taipa –
Balikpapan (Provinsi Kalimantan Timur); 
4. Penyeberangan  Boniton   –   Banggai   (   Kabupaten   Banggai   Kepulauan)   –
Taliabu (Provinsi Maluku Utara);
5. Penyeberangan Uebone – Wakai (Kabupaten Tojo Una­una) – Gorontalo
(Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo). 
6. Penyeberangan   Luwuk   di   Kabupaten   Banggai  dengan   lintas
penyeberangan Luwuk – Salakan (Kabupaten Banggai Kepulauan); dan
lintas Salakan – Banggai (Kabupaten Banggai Kepulauan);
7. Rencana   Jaringan   lalulintas   penyeberangan   Uebone   –   Wakai   –   Marisa
(Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo).
2) sistem transportasi laut; 
a. Pelabuhan utama : Pantoloan di Kota Palu;
b. Pelabuhan pengumpul terdiri atas: 
163

1. Pelabuhan   Bunta,   Pelabuhan   Luwuk   dan   Pelabuhan   Pagimana   di
Kabupaten Banggai 
2. Pelabuhan Banggai di Kabupaten Banggai Kepulauan; 
3. Pelabuhan     Bungku,   Pelabuhan   Kolonodale   dan   Pelabuhan   Wosu   di
Kabupaten Morowali; 
4. Pelabuhan Lokodidi dan Pelabuhan Leok di Kabupaten Buol; 
5. Pelabuhan Dede  di Kabupaten Toli­Toli; 
6. Pelabuhan   Donggala,   Pelabuhan   Wani   dan   Pelabuhan   Ogoamas   di
Kabupaten Donggala; 
7. Pelabuhan Moutong di Kabupaten Parigi Moutong; 
8. Pelabuhan Poso di Kabupaten Poso; dan
9. Pelabuhan Ampana di kabupaten Tojo Una­una;
c. Pelabuhan pengumpan: 
1. Pelabuhan Sabang di Kabupaten Donggala;
2. Pelabuhan Ogotua  di Kabupaten Tolitoli; 
3. Pelabuhan Kumaligon dan Pelabuhan Paleleh di Kabupaten Buol; 
4. Pelabuhan Parigi di Kabupaten Parigi Moutong;
5. Pelabuhan Wakai di Kabupaten Tojo Unauna; 
6. Pelabuhan Salakan di Kabupaten Banggai Kepulauan; 
7. Pelabuhan Menui dan Sambalagi di Kabupaten Morowali
3) sistem transportasi udara
a. bandar udara pengumpul; 
1. bandar   udara   pengumpul   skala   pelayanan   sekunder   yaitu   Bandara
Mutiara di Kota Palu; dan
2. bandar   udara   pengumpul   skala   pelayanan   tersier   yaitu   Bandara
Syukuran Aminuddin Amir Bubung Luwuk di Kabupaten Banggai
b. bandar udara pengumpan;
1. Bandara Pogogul Buol di Kabupaten Buol;
2. Bandara Lalos Toli­toli di Kabupaten Toli­toli;
3. Bandara Tojo Una­una di Kabupaten Tojo Una­una;
4. Bandara Morowali di Kabupaten Morowali;
5. Bandara Gintu di Kabupaten Poso (dalam perencanaan);
6. Bandara Tentena di Kabupaten Poso (dalam perencanaan).
C.

Sistem Jaringan Prasarana lainnya.
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya terdiri atas:
164

1) Sistem Jaringan Energi;
a. Jaringan Listrik;
terdiri dari sistim interkoneksi 70 kV Palu­Parigi dan pembangkit kecil
tersebar (per sistim): Poso 7,1 kV; Tentena 1,7 kV; Kolonedale 3,1 kV;
Bungku 1,6 kV; Tolitoli 10,8 kV; Leok 3,9 kV; Moutong­Kotaraya­Palasa
6,3 kV; Bangkir 1,8 kV; Luwuk­Moilong 18,1 kV; Ampana 3,2 kV; Bunta
1,4 kV; Banggai 2,3 kV; dan Sulteng tersebar 10,1 kV;
b. Pembangkit Listrik;
1. Pembangkit   Listrik   Tenaga   Diesel   (PLTD)   yang   meliputi   PLTD   Silae   di
Kota   Palu;   PLTD   Leok   dan   Paleleh   di   Kabupaten   Buol;   PLTD   Bangkir,
Ogotua, Tinabogan, Toli­Toli, dan Laulalang di Kabupaten Toli­Toli; PLTD
Siboang, Sabang, dan Donggala di Kabupaten Donggala; PLTD Kulawi di
Kabupaten   Sigi;   PLTD   Moutong,   Palasa,   kasimbar,   dan   Paru   di
Kabupaten Parigi Moutong; PLTD Poso, Wuasa, Tentena, Taripa, Pendolo
dan Gintu di Kabupaten Poso; PLTD Dolong, Wakai, Ampana, Marowo
dan   Malino   di   Kabupaten   Tojo   Una­Una;   PLTD   Baturube,   Kolonodale,
Tomata,   Tompira,   Bungku,   Kaleorang   dan   Ulunambo   di   Kabupaten
Morowali; PLTD Balantak, Bualemo, Sobol, Luwuk, Bunta dan Baturube
di   Kabupaten   Banggai;   PLTD   Tataba,   Lumbi­Lumbia,   Bulagi,   Liang,
Salakan,   Sambiut,   Banggai   dan   Mansalean   di   Kabupaten   Banggai
Kepulauan;
2. Pembangkit Listrik Tenaga uap (PLTU) yang meliputi PLTU Panau di Kota
Palu; 
3. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang meliputi: PLTA Poso I, Poso II,
Poso   III   dan   Sawidago   di   Kabupaten   Poso;   PLTA   Malewa   diKabupaten
Tojo Una­Una.
4. Pembangkit   Listrik   Panas   Bumi   (PLPB)   tersebar   di   14   lokasi   dengan
potensi sebesar kurang lebih 366 MW;
5. Pembangkit   Listrik   Tenaga   Gas   (PLTG)   terdiri   dari   :   Kintom/Batui   di
Batui potensi 30 MW dan Donggi­Senoro di Luwuk potensi 240 MW di
Kabupaten Banggai.
c. Gardu Induk (GI);
terdiri atas : GI Palu Baru (30 MVA); GI Silae (30 MVA); GI Talise (30
MVA); dan GI Poso (30 MVA).
d. Jaringan pipa minyak dan gas bumi; 
1. Depo BBM Bokat di Kabupaten Buol;
2. Depo BBM Toli­Toli dan Baolan di Kabupaten Toli­Toli;
3. Depo BBM Parigi, Moutong, Tinombo di Kabupaten Parigi Moutong; 
4. Depo BBM Banawa dan Tawaeli di Kabupaten Donggala;
5. Depo BBM Kolonodale di Kabupaten Morowali; dan
165

6. Depo BBM Bulagi di Kabupaten Banggai Kepulauan
e. Jaringan Transmisi;
terdiri dari : PLTA Poso (Tentena)­Poso panjang 80 kms; Poso­Palu Baru
panjang   190   kms;   Palu   Baru   Silae   panjang   90   kms;   Moutong­Tolitoli
panjang 270 kms; PLTG Kintom­Luwuk panjang 90 kms; PLTG Kintom­
Moilong panjang 120 kms; Tolitoli­Leok panjang 216 kms; Poso­Ampana
panjang 248 kms; Palu Baru­Talise panjang 30 kms; Kolonedale­Inc.Poso
Ampana panjang 146 kms; Tentena (PLTA Poso)­Wotu panjang 272 kms;
dan PLTGU Senoro (FTP 2)­Tentena (PLTA Poso) panjang 360 kms
2) Sistem Jaringan Telekomunikasi; 
Sistem Jaringan Telekomunikasi terdiri atas: 
a. Jaringan Mikro Digital dengan panjang jaringan meliputi Batas Provinsi
Gorontalo   (Kabupaten   Buol)   –   Kota   Palu,   Kota   Palu   –   Batas   Provinsi
Sulawesi   Barat   (Kabupaten   Sigi),   Kota   Palu   –   Luwuk   (Kabupaten
Banggai),   Luwuk   (Kabupaten   Banggai)   –   Banggai   (Kabupaten   Banggai
Kepulauan), dan Banggai (Kabupaten Banggai Kepulauan) – Batas Laut
Provinsi Sulawesi Tengah;
b. Jaringan   Stasiun   Telepon   Otomat   (STO),   meliputi   STO   Banggai   di
Kabupaten Banggai Kepulauan; STO Luwuk di Kabupaten Banggai; STO
Toli­Toli di Kabupaten Toli­Toli; STO Poso di Kabupaten Poso; STO Parigi
di Kabupaten Parigi Moutong; STO Tawaeli dan Banawa di Kabupaten
Donggala;   STO   Tomata,   Beteleme,   Bungku   dan   Wosu   di   Kabupaten
Morowali.
3) Sistem Jaringan Pengelolaan Sumberdaya Air; 
Sistem Jaringan Pengelolaan Sumberdaya Air terdiri atas:
a. Wilayah Sungai (WS);
1. Wilayah Sungai Lintas Provinsi meliputi Wilayah Sungai Palu – Lariang,
Wilayah Sungai Pompengan ­ Lorena, Wilayah Sungai Lasolo – Sampara,
Wilayah Sungai Randangan, dan Wilayah Sungai Kaluku ­ Karama;
2. Wilayah Sungai Strategis Nasional meliputi Wilayah Sungai Parigi – Poso
dan Wilayah Sungai Laa