KEKAYAAN CAPRES DAN KONTRAK

KEKAYAAN CAPRES DAN KONTRAK
MORAL
Rakyat memang sudah terbuka matanya dalam melihat mutu pada Calon Presiden dan
Calon Wakil Presiden yang dipilih 5 Juli 2004 ini. Dalam penampilan sehari-hari,
dalam kesempatan debat publik terbuka yang diadakan di banyak tempat, juga dalam
menjawab wawancara dengan wartawan, tampak sekali kalau mutu Capres dan
Cawapres itu berbeda-beda.
Ada Capres dan Cawapres yang betul-betul ikhlas ingin mengabdi dan ingin
ikut menyelamatkan bangsa ini, misalnya pasangan Amien Rais-Siswono Yudo
Husodo yang dalam kartu suara menempati nomor 3. Tepat berada di tengah-tengah
pasangan calon lain.
Pasangan ini dikenal hidup sederhana, dekat dengan rakyat kecil, selain ramah
juga sangat menguasai persoalan. Amien Rais sangat menguasai persoalan politik dan
kehidupan bangsa secara makro. Ia sudah teruji ketika menjadi Ketua MPR selama
ini. Sebagai pendidik dan pemimpin ia sudah terbiasa keluar masuk desa dan kota,
bergarul dengan pedagang di pasar dan di pantai.
Demikian juga pasangannya, Siswono Yudo Husodo, dalam perjalanan
kampanye tampak sekali kalau dia sangat menguasai masalah ekonomi dan kehidupan
bangsa secara mikro. Kehidupan petani dan rakyat kecil lainnya sangat ia kenal
karena ia sekarang ini menjadi Ketua HKTI. Ia hafal luar biasa baik secara struktural
maupun kultural masalah-masalah yang selama ini membelis petani dan rakyat kecil.

Resep-resep untuk mengurasi dan mengatasi masalah ini pun telah ia siapkan.
Dalam setiap dialog dengan rakyat kedua tokoh ini selalu ramah dan terbuka.
Dalam setiap debat publik kedua selalu tangkas dalam mengutarakan konsep maupun
dalam menjawab pertanyaan. Keduanya sangat menghormati orang lain dan sangat
mengargai pendapat orang lain.
Selain itu dalam masalah kekayaan sebagai Capres dan Cawapres keduana
terbuka terhadap pemerikaan dan apa adanya. Amien Rais tercatat memiliki kekayaan
sebesar Rp 867,955 juta dan 13.700 dolar AS. Sedang Siswono Yudo Husodo sebagai
seorang pengusaha sukses memiliki kekayaan sebesar Rp 74,776 miliar dan 81.700
dolar AS. Dalam kaitan ini Amien Rais memiliki kekayaan paling sedikit disbanding
kekayaan Capres-Cawapres lain.
Coba simak hasil pendataan kekayaan mereka yang telah tersiar di media
massa. Wiranto memiliki kekayaan sebesar Rp 46,215 miliar. Pasangannya,
Shalahudin Wahid memiliki kekayaan sebesar Rp 2,701 miliar. Kekayaan Megawati
Soekarnoputri tercatat Rp 59,809 miliar dan pasangannya KH Hasyim Muzadi
kekayaannya sebanyak Rp 7,234 miliar. Pasangan Capres cawapres lain seperti
Soesilo Bambang Yudhoyono (Rp 4,652 miliar), Jusuf Kalla (Rp 122,654 miliar dan
14.929 dolar AS), Hamzah Haz (Rp 17,337 miliar dan 199.000 dolar AS) dan Agum
Gumelar memiliki kekayaan sebanyak Rp 8,854 miliar dan 336.864 dolar AS.
Alangkah kayanya para Capres dan Cawapres itu. Rakyat kecil paling banter

baru melihat uang puluhan ribu tentu akan terbengong-bengong melihat uang dan
kekayaan sebanyak miliaran rupiah itu. Mungkin hanya dalam mimpi rakyat kecil
dapat memegang kekayaan sebanyak miliaran rupiah.
Rakyat pemilih pun berhak bertanya dari mana kekayaan para Capres dan
Cawapres? Apakah didapat dari cara yang halal, remang-remang atau dari cara yang
haram? Ini perlu diklarifikasi dan diaudit dengan cermat. Sebab rakyat pemilih tentu
berharap para Capres dan Cawapres itu semuanya memperoleh kekayaan dengan cara

halal, tidak ada bekas darah, keringat, atau air mata orang lain yang menempel pada
harta mereka.
Sebab jika ada orang telah terbiasa mendapatkan harta dengan cara yang tidak
halal maka dia akan memiliki kecenderungan untuk mengulangi. Dan tidak boleh ada
satu dari Capres atau Cawapres ternoda oleh perilaku buruk ini. Semua mengharap
mereka semua bersih-bersih. Sehingga ketika nanti menjadi Presiden dan Wakil
Presiden mampu melakukan gerakan dan gebrakan pembersihan koruipsi, kolusi dan
nepotisme nasional Indonesia sehingga masa depan Indonesia betul-betul akan lebih
baik dan lebih menyejahterakan pernghuninya.
Sebenarnya ada cara paling mudah untuk menguji para Capres dan Cawapres
itu. Mereka disuruh menandatangai Kontrak Moral Isinya menyebutkan bahwa
kekayaan mereka selama ini benar-benar diperoleh dengan cara halal. Kalau mereka

berani menandatangani Kontrak Moral seperti itu baru mereka layak dipilih. Kalau
mereka tidak berani menandatangai Kontrak Moral maka rakyat memang tidak perlu
memilihnya. (Bahan dan tulisan: sim)
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 07-2002