092959 AKJ 2010 10 20 Museum Anak Yogyakarta

YANG LANGKA DI MUSEUM ANAK YOGYAKARTA
Mbah Karto Utomo, nenek yang menurut pengakuannya berusia 90 tahun sampai saat ini
masih setia membuat angkrek bermotif menyeramkan, wayang dari kertas bekas, sangkar
burung ukuran mini, serta payung kertas.
Di era serba plastik seperti sekarang ini, bisa ditebak, anak-anak kurang tertarik mainan
tradisional yang penampilannya kurang menarik dan mudah rusak itu. Cepat atau lambat,
mainan anak jadul atau jaman dulu, akan benar-benar punah.
Untung saja, Yayasan Dunia Damai, sejak Fabruari 2008 lalu, memasukkan mainan
tradisional jawa itu di bawah kolong tangga Taman Budaya. Museum anak pertama di
Indonesia ini memang lokasinya di bawah kolong tangga, karena itu diberi nama
Museum Anak Kolong Tangga.
Di museum ini, karya pengrajin mainan tradisional jawa di tempatkan cukup strategis, di
bagian tengah dan dipajang secara terbuka, bukan di dalam kaca seperti mainan anak dari
berbagai belahan dunia.
Di dalam museum antara lain terdapat koleksi kecrekan, yang tempo dulu digunakan
untuk upacara ritual. Ada boneka dari Pakistan, Cepot tokoh local Jawa Barat, dan ada
juga benda-benda yang berasal dari jaman Majapahit.
Di antara koleksi yang ada, mainan dari Irian Jaya, sekarang Papua namanya, cukup
menarik. Meskipun dianggap sebagai bagian dari dunia mainan, miniatur obyek asal
Papua ini merupakan tiruan dari alat yang digunakan orangtua mereka.
Tiruan kecil ini digunakan untuk bermain, tetapi di saat yang sama mainan ini juga

berfungsi untuk menginstruksikan anak laki-laki dalam berlatih ketrampilan.
Koleksi dari Timor Leste, dulu Timor Timur, termasuk benda yang sudah langka, seperti
tempat untuk menggantang baju. Sedangkan bonekanya tampak lebih kuno ketimbang
boneka asal negara lain.
Anak-anak masa kini pasti menyenangi buku-buku seperti Pinokio, Winnie the Pooh,
Alice in the Wonderland, Sleeping beauty atau Mowgli si anak hutan.
Anak-anak sekarang mengenal tokoh-tokoh pahlawan dalam dongeng ini biasanya
melalui film-film Disney.