J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 4 TAHUN 1 9 9 2
TENTANG
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa t ransport asi mempunyai peranan pent ing dan st rat egis unt uk
memant apkan perwuj udan wawasan nusant ara, memperkukuh
ket ahanan nasional, dan mempererat hubungan ant ar bangsa dalam
usaha mencapai t uj uan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang
Undang Dasar 1945;
b. bahwa t ransport asi di j alan sebagai salah sat u moda t ransport asi
t idak dapat dipisahkan dari moda-moda t ransport asi lain yang dit at a
dalam sist em t ransport asi nasional yang dinamis dan mampu
mengadapt asi kemaj uan di masa depan, mempunyai karakt erist ik

yang mampu menj angkau seluruh pelosok wilayah darat an dan
memadukan moda t ransport asi lainnya, perlu lebih dikembangkan
pot ensinya dan dit ingkat kan peranannya sebagai penghubung
wilayah baik nasional maupun int ernasional, sebagai penunj ang,
pendorong, dan penggerak pembangunan nasional demi peningkat an
kesej aht eraan rakyat ;
c. bahwa perat uran perundang-undangan yang mengat ur lalu lint as
dan angkut an j alan yang ada pada saat ini t idak sesuai lagi dengan
kebut uhan dan perkembangan zaman, ilmu penget ahuan dan
t eknologi;
d. bahwa unt uk meningkat kan pembinaan dan penyelenggaraan lalu
lint as dan angkut an-j alan sesuai dengan perkembangan kehidupan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

2


-

rakyat dan bangsa Indonesia sert a agar lebih berhasilguna dan
berdayaguna dipandang perlu menet apkan ket ent uan mengenai lalu
lint as dan angkut an j alan dalam Undang-undang;

Mengingat

: 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 33 Undang-undang
Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 13 t ahun 1980 t ent ang Jalan (Lembaran
Negara Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3186);
Dengan perset uj uan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :

Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Lalu lint as adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di j alan;
2. Angkut an adalah pemindahan orang dan/ at au barang dari sat u
t empat ke t empat lain dengan menggunakan kendaraan;
3. Jaringan t ransport asi j alan adalah serangkaian simpul dan/ at au
ruang kegiat an yang dihubungkan oleh ruang lalu lint as sehingga
membent uk sat u kesat uan sist em j aringan unt uk keperluan
penyelenggaraan lalu lint as dan angkut an j alan;
4. Jalan adalah j alan yang diperunt ukkan bagi lalu lint as umum;

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

3

-


5. Terminal adalah prasarana t ransport asi j alan unt uk keperluan
memuat dan menurunkan orang dan/ at au barang sert a mengat ur
kedat angan dan pemberangkat an kendaraan umum,
yang
merupakan salah sat u wuj ud simpul j aringan t ransport asi;
6. Kendaraan adalah sat u alat yang dapat bergerak di j alan, t erdiri
dari kendaraan bermot or at au kendaraan t idak bermot or;
7. Kendaraan bermot or adalah kendaraan yang digerakkan oleh
peralat an t eknik yang berada pada kendaraan it u;
8. Perusahaan angkut an umum adal ah perusahaan yang menyediakan
j asa angkut an orang dan/ at au barang dengan kendaraan umum di
j alan;
9. Kendaraan
disediakan
bayaran;

umum adalah set iap kendaraan bermot or yang
unt uk dipergunakan oleh umum dengan dipungut

10. Pengguna j asa adalah set iap orang dan/ at au badan hukum yang

menggunakan j asa angkut an, baik unt uk angkut an orang maupun
barang.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Transport asi j alan sebagai salah sat u moda t ransport asi nasional
diselenggarakan berdasarkan asas manf aat , usaha bersama dan
kekeluargaan, adil dan merat a, keseimbangan, kepent ingan umum,
ket erpaduan, kesadaran hukum, dan percaya pada diri sendiri.
Pasal 3
Transport asi j alan diselenggarakan dengan t uj uan unt uk mewuj udkan
lalu lint as dan angkut an j alan dengan selamat , aman, cepat , lancar,

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

4


-

t ert ib dan t erat ur, nyaman dan ef isien, mampu memadukan moda
t ransport asi lainnya, menj angkau scluruh pelosok wilayah darat an,
unt uk menunj ang pemerat aan, pert umbuhan dan st abilit as sebagai
pendorong, penggerak dan penunj ang pembangunan nasional dengan
biaya yang t erj angkau oleh daya beli masyarakat .
BAB III
PEMBINAAN
Pasal 4
(1)

Lalu lint as dan angkut an j alan dikuasai
pembinaannya dilakukan oleh pemerint ah.

oleh negara dan

(2)

Penyelenggaraan lalu lint as dan angkut an j alan dilaksanakan

bcrdasarkan ket ent uan dalam Undang-undang ini.
Pasal 5

(1)

(2)

Pembinaan lalu lint as dan angkut an j alan diarahkan unt uk meningkat kan
penyelenggaraan lalu lint as dan angkut an j alan dalam keseluruhan moda
t ransport asi secara t erpadu dengan memperhat ikan seluruh aspek kehidupan
masyarakat unt uk mewuj udkan t uj uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.
Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur lebih lanj ut dengan
Perat uran Pemerint ah.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

5


-

BAB IV
PRASARANA
Bagian Pert ama
Jaringan Transport asi Jalan
Pasal 6
(1)

Unt uk mewuj udkan lalu lint as dan angkut an j alan yang t erpadu
dengan moda t ransport asi lain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
5
dit et apkan
j aringan
t ransport asi
j alan
yang
menghubungkan seluruh wilayah t anah air.


(2)

Penet apan j aringan t ransport asi j alan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) didasarkan pada kebut uhan t ransport asi, f ungsi,
peranan, kapasit as lalu lint as, dan kelas j alan.
Bagian Kedua
Kelas Jalan dan Penggunaan Jalan
Pasal 7

(1)

Unt uk pengat uran penggunaan j alan dan pemenuhan kebut uhan
angkut an, j alan dibagi dalam beberapa kelas.

(2)

Pengat uran kelas j alan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 8


(1)

Unt uk keselamat an, keamanan, ket ert iban dan kelancaran lalu
lint as sert a kemudahan bagi pemakai j alan, j alan waj ib
dilengkapi dengan :
a. rambu-rambu;

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

6

-

b. marka j alan;
c. alat pemberi isyarat lalu lint as;
d. alat pengendali dan alat pengaman pemakai j alan;

e. alat pengawasan dan pengamanan j alan;
f . f asilit as pendukung kegiat an lalu lint as dan angkut an j alan
yang berada di j alan dan di luar j alan.
(2)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur lebih
lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Bagian Ket iga
Terminal
Pasal 9

(1)

Unt uk menunj ang kelancaran mobilit as orang maupun arus
barang dan unt uk t erlaksananya ket erpaduan int ra dan ant ar
moda secara lancar dan t ert ib, di t empat -t empat t ert ent u dapat
dibangun dan diselenggarakan t erminal.

(2)

Pembangunan t erminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan oleh pemerint ah dan dapat mengikut sert akan badan
hukum Indonesia.

(3)

Penyelenggaraan t erminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan oleh pemerint ah.

(4)

Ket ent uan mengenai pembangunan dan penyelenggaraan
t erminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

7

-

Pasal 10
(1)

Pada t erminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
dapat dilakukan kegiat an usaha penunj ang.

(2)

Kegiat an usaha penunj ang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat dilakukan oleh badan hukum Indonesia at au warga negara
Indonesia.

(3)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Bagian Keempat
Fasilit as Parkir Unt uk Umum
Pasal 11

(1)

Unt uk menunj ang keselamat an, keamanan, ket ert iban, dan
kelancaran lalu lint as dan angkut an j alan dapat diadakan f asilit as
parkir unt uk umum.

(2)

Fasilit as parkir unt uk umum sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dapat diselenggarakan oleh Pemerint ah, badan hukum
Indonesia, at au warga negara Indonesia.

(3)

Ket ent uan mengenai f asilit as parkir sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran
Pemerint ah.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

8

-

BAB V
KENDARAAN
Bagian Pert ama
Persyarat an Teknis dan Laik Jalan
Kendaraan Bermot or
Pasal 12
(1)

Set iap kendaraan bermot or yang dioperasikan di j alan harus
sesuai dengan perunt ukannya, memenuhi persyarat an t eknis dan
laik j alan sert a sesuai dengan kelas j alan yang dilalui.

(2)

Set iap kendaraan bermot or, keret a gandengan, keret a t empelan
dan kendaraan khusus yang dibuat dan/ at au dirakit di dalam
negeri sert a diimpor, harus sesuai dengan perunt ukan dan kelas
j alan yang akan dilaluinya sert a waj ib memenuhi pcrsyarat an
t eknis dan laik j alan.

(3)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Bagian Kedua
Penguj ian Kendaraan Bermot or
Pasal 13

(1)

Set iap kendaraan bermot or, keret a gandengan, keret a t empelan,
dan kendaraan khusus yang dioperasikan di j alan waj ib diuj i.

(2)

Penguj ian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliput i uj i t ipe
dan/ at au uj i berkala.

(3)

Kendaraan yang dinyat akan lulus uj i sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) diberikan t anda bukt i.

(4)

Persyarat an, t at a cara penguj ian, masa berlaku, dan pemberian

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

9

-

t anda bukt i sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3)
diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Bagian Ket iga
Pendaf t aran Kendaraan Bermot or
Pasal 14
(1)

Set iap kendaraan bermot or yang dioperasikan di j alan waj ib
didaf t arkan.

(2)

Sebagai t anda bukt i pendaf t aran diberikan bukt i pendaf t aran
kendaraan bermot or.

(3)

Syarat -syarat dan t at a cara pendaf t aran, bent uk dan j enis t anda
bukt i pendaf t aran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2) diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Bagian Keempat
Bengkel Umum Kendaraan Bermot or
Pasal 15

(1)

Agar kendaraan bermot or t et ap memenuhi persyarat an t eknis
dan laik j alan, dapat diselenggarakan bengkel umum kendaraan
bermot or.

(2)

Ket ent uan mengenai persyarat an dan t at a cara penyelenggaraan
bengkel umum kendaraan bermot or sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

10

-

Bagian Kelima
Pemeriksaan Kendaraan Bermot or di Jalan
Pasal 16
(1)

Unt uk keselamat an, keamanan, dan ket ert iban lalu lint as dan
angkut an j alan, dapat dilakukan pemeriksaan kendaraan
bermot or di j alan.

(2)

Pemeriksaan kendaraan bermot or sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliput i :
a. pemeriksaan persyarat an t eknis dan laik j alan;
b. pemeriksaan t anda bukt i lulus uj i, surat t anda bukt i
pendaf t aran at au surat t anda coba kendaraan bermot or, dan
surat izin mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,
Pasal 14, Pasal 18, dan lain-lain yang diperlukan.

(3)

Ket ent uan mengenai syarat -syarat dan t at a cara pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), diat ur lebih
lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Bagian Keenam
Persyarat an Kendaraan Tidak Bermot or
Pasal 17

(1)

Set iap kendaraan t idak bermot or yang dioperasikan di j alan
waj ib memenuhi persyarat an keselamat an.

(2)

Persyarat an keselamat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

11

-

BAB VI
PENGEMUDI
Bagian Pert ama
Persyarat an Pengemudi
Pasal 18
(1)

Set iap pengemudi kendaraan bermot or, waj ib memiliki surat izin
mengemudi.

(2)

Penggolongan, persyarat an, masa berlaku, dan t at a cara
memperoleh surat izin mengemudi, diat ur lebih lanj ut dengan
Perat uran Pemerint ah.
Pasal 19

(1)

Unt uk mendapat kan surat izin mengemudi yang pert ama kali
pada set iap golongan, calon pengemudi waj ib mengikut i uj ian
mengemudi, set elah memperoleh pendidikan dan lat ihan
mengemudi.

(2)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur lebih
lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Bagian Kedua
Pergant ian Pengemudi
Pasal 20

(1)

Unt uk menj amin keselamat an lalu lint as dan angkut an di j alan,
perusahaan angkut an umum waj ib memat uhi ket ent uan
mengenai wakt u kerj a dan wakt u ist irahat bagi pengemudi.

(2)

Ket ent uan mengenai wakt u kerj a dan wakt u ist irahat

bagi

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

12

-

pengemudi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diat ur lebih
lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

BAB VII
LALU LINTAS
Bagian Pert ama
Tat a Cara Berlalu Lint as
Pasal 21
(1)

Tat a cara berlalu lint as di j alan adalah dengan mengambil j alur
j alan sebelah kiri.

(2)

Dalam keadaan t ert ent u dapat dit et apkan pengecualian t erhadap
ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

(3)

Persyarat an dan t at a cara unt uk melakukan pengecualian
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), diat ur lebih lanj ut dengan
Perat uran Pemerint ah.
Pasal 22

(1)

Unt uk keselamat an, keamanan, kelancaran, dan ket ert iban lalu
lint as dan angkut an j alan dit et apkan ket ent uan-ket ent uan
mengenai :
a. rekayasa dan manaj emen lalu lint as;
b. gerakan lalu lint as kendaraan bermot or;
c. berhent i dan parkir;
d. penggunaan peralat an dan perlengkapan kendaraan bermot or
yang diharuskan, peringat an dengan bunyi dan sinar;
c. t at a cara menggiring hewan dan penggunaan kendaraan t idak

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

13

-

bermot or di j alan;
f . t at a cara penet apan kecepat an maksimum dan/ at au minimum
kendaraan bermot or;
g. perilaku pengemudi t erhadap pej alan kaki;
h. penet apan muat an sumbu kurang dari muat an sumbu t erberat
yang diizinkan;
i. t at a cara mengangkut orang dan/ at au barang sert a
penggandengan dan penempelan dengan kendaraan lain;
j . penet apan larangan penggunaan j alan;
k. penunj ukan lokasi, pembuat an dan pemeliharaan t empat
pemberhent ian unt uk kendaraan umum.
(2)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur lebih
lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 23

(1)

Pengemudi kendaraan bermot or pada wakt u mengemudikan
kendaraan bermot or di j alan, waj ib :
a. mampu mengemudikan kendaraannya dengan waj ar;
b. mengut amakan keselamat an pej alan kaki;
c. menunj ukkan surat t anda bukt i pendaf t aran kendaraan
bermot or, at au surat t anda coba kendaraan bermot or, surat
izin mengemudi, dan t anda bukt i lulus uj i, at au t anda bukt i
lain yang sah, dalam hal dilakukan pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16;
d. memat uhi ket ent uan t ent ang kelas j alan, rambu-rambu dan
marka j alan, alat pemberi isyarat lalu lint as, wakt u kerj a dan
wakt u ist irahat pengemudi, gerakan lalu lint as, berhent i dan
parkir, persyarat an t eknis dan laik j alan kendaraan bermot or,

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

14

-

penggunaan kendaraan bermot or, peringat an dengan bunyi
dan sinar, kecepat an maksimum dan/ at au minimum, t at a cara
mengangkut orang dan barang, t at a cara penggandengan dan
penempelan dengan kendaraan lain;
e. memakai sabuk keselamat an bagi pengemudi kendaraan
bermot or roda empat at au lebih, dan mempergunakan helm
bagi pengemudi kendaraan bermot or roda dua at au bagi
pengemudi kendaraan bermot or roda empat at au lebih yang
t idak dilengkapi dengan rumah-rumah.
(2)

Penumpang kendaraan bermot or roda empat at au lebih yang
duduk di samping pengemudi waj ib memakai sabuk keselamat an,
dan bagi penumpang kendaraan bermot or roda dua at au
kendaraan bermot or roda empat at au lebih yang t idak dilengkapi
dengan rumah-rumah waj ib memakai helm.
Pasal 24

(1)

Unt uk keselamat an, keamanan, ket ert iban, dan kelancaran lalu
lint as dan angkut an di j alan, set iap orang yang menggunakan
j alan, waj ib :
a. berperilaku t ert ib dengan mencegah hal-hal yang dapat
merint angi, membahayakan kebebasan at au keselamat an lalu
lint as, at au yang dapat menimbulkan kerusakan j alan dan
bangunan di j alan,
b. menempat kan kendaraan at au benda-benda lainnya di j alan
sesuai dengan perunt ukannya.

(2)

Pengemudi dan pemilik kendaraan bert anggung j awab t erhadap
kendaraan berikut muat annya yang dit inggalkan di j alan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

15

-

Bagian Kedua
Penggunaan Jalan Selain
Unt uk Kegiat an Lalu Lint as
Pasal 25
(1)

Penggunaan j alan unt uk keperluan t ert ent u di luar f ungsi sebagai
j alan, dan penyelenggaraan kegiat an dengan menggunakan j alan
yang pat ut diduga dapat mengganggu keselamat an, keamanan,
dan kelancaran lalu lint as hanya dapat dilakukan set elah
memperoleh izin.

(2)

Persyarat an dan t at a cara unt uk memperoleh izin sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran
Pemerint ah.
Bagian Ket iga
Pej alan Kaki
Pasal 26

(1)

Pej alan kaki waj ib berj alan pada bagian j alan dan menyeberang
pada t empat penyeberangan yang t elah disediakan bagi pej alan
kaki.

(2)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur lebih
lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

16

-

Bagian Keempat
Kecelakaan Lalu Lint as
Pasal 27
(1)

Pengemudi kendaraan bermot or
kecelakaan lalu lint as, waj ib :

yang

t erlibat

perist iwa

a. menghent ikan kendaraannya;
b. menolong orang yang menj adi korban kecelakaan;
c. melaporkan kecelakaan t ersebut kepada pej abat polisi negara
Republik Indonesia t erdekat .
(2)

Apabila pengemudi kendaraan bermot or sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) oleh karena keadaan memaksa t idak dapat
melaksanakan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a dan b, kepadanya t et ap diwaj ibkan segera melaporkan
diri kepada pej abat polisi negara Republik Indonesia t erdekat .
Pasal 28

Pengemudi kendaraan bermot or bert anggung j awab at as kerugian yang
diderit a oleh penumpang dan/ at au pemilik barang dan/ at au pihak
ket iga, yang t imbul karena kelalaian at au kesalahan pengemudi dalam
mengemudikan kendaraan bermot or.
Pasal 29
Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 t idak berlaku dalam
hal :
a. adanya keadaan memaksa yang t idak dapat dielakkan at au di luar
kemampuan;
b. disebabkan perilaku korban sendiri at au pihak ket iga;

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

17

-

c. disebabkan gerakan orang dan/ at au hewan walaupun t elah diambil
t indakan pencegahan.
Pasal 30
(1)

Set iap pengemudi, pemilik, dan/ at au pengusaha angkut an umum
bert anggung j awab t erhadap kerusakan j alan dan j embat an at au
f asilit as lalu lint as yang merupakan bagian dari j alan it u yang
diakibat kan oleh kendaraan bermot or yang dioperasikannya.

(2)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) t idak berlaku
dalam hal adanya keadaan memaksa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 huruf a.
Pasal 31

(1)

Apabila korban meninggal, pengemudi dan/ at au pemilik
dan/ at au pengusaha angkut an umum waj ib memberi bant uan
kepada ahli waris dari korban berupa biaya pengobat an dan/ at au
biaya pemakaman.

(2)

Apabila t erj adi cedera t erhadap badan at au kesehat an korban,
bant uan yang diberikan kepada korban berupa biaya pengobat an.
Bagian Kelima
Asuransi
Pasal 32

(1)

Set iap kendaraan umum waj ib diasuransikan t erhadap kendaraan
it u sendiri maupun t erhadap kerugian yang diderit a pihak ket iga
sebagai akibat pengoperasian kendaraan.

(2)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur lebih

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

18

-

lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 33
(1)

Pengusaha angkut an umum waj ib mengasuransikan orang yang
dipekerj akannya sebagai awak kendaraan t erhadap resiko
t erj adinya kecelakaan.

(2)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur lebih
lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
BAB VIII
ANGKUTAN
Bagian Pert ama
Angkut an Orang dan Barang
Pasal 34

(1)

Pengangkut an orang dengan kendaraan bermot or
menggunakan kendaraan bermot or unt uk penumpang.

waj ib

(2)

Pengangkut an barang dengan kendaraan bermot or
menggunakan kcndaraan bermot or unt uk barang.

waj ib

(3)

Dalam keadaan t ert ent u dapat diberikan pengecualian t erhadap
ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
yang persyarat annya diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran
Pemerint ah.
Pasal 35

Kegiat an pengangkut an orang dan/ at au barang dengan memungut
pembayaran hanya dilakukan dengan kendaraan umum.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

19

-

Bagian Kedua
Angkut an Orang dengan Kendaraan Umum
Pasal

36

Pelayanan angkut an orang dengan kendaraan umum t erdiri dari :
a. angkut an ant ar kot a yang merupakan pemindahan orang dari suat u
kot a ke kot a lain;
b. angkut an kot a yang merupakan pemindahan orang dalam wilayah
kot a;
c. angkut an pedesaan yang merupakan pemindahan orang dalam dan/
at au ant ar wilayah pedesaan;
d. angkut an lint as bat as negara yang merupakan angkut an orang yang
melalui lint as bat as negara lain.
Pasal 37
(1)

Pelayanan angkut an orang dengan kendaraan umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36, dapat dilaksanakan dengan t rayek
t et ap dan t erat ur at au t idak dalam t rayek.

(2)

Pelayanan angkut an orang dengan kendaraan umum dalam t rayek
t et ap dan t erat ur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dilaksanakan dalam j aringan t rayek.

(3)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 38

(1)

Pengangkut an orang dengan kendaraan umum unt uk keperluan
pariwisat a,
dilakukan
dengan
memperhat ikan
ket ent uan
Undang-undang ini.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(2)

20

-

Persyarat an dan t at a cara memperoleh izin sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran
Pemerint ah.
Bagian Ket iga
Angkut an Barang dengan Kendaraan Umum
Pasal 39

(1)

Unt uk keselamat an, keamanan, ket ert iban, dan kelancaran lalu
lint as dan angkut an j alan, dapat dit et apkan j aringan lint as
angkut an barang yang dapat dilayani dengan kendaraan bermot or
barang t ert ent u.

(2)

Persyarat an dan t at a cara penet apan j aringan lint as sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran
Pemerint ah.

Pasal 40
Pengangkut ah bahan berbahaya, barang khusus, pet i kemas, dan alat
berat diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

Bagian Keempat
Pengusahaan
Pasal 41
(1)

Usaha angkut an orang dan/ at au barang dengan kendaraan umum,
dapat dilakukan oleh badan hukum Indonesia at au Warga Negara
Indonesia.

(2)

Usaha angkut an orang dan/ at au barang dengan kendaraan umum

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

21

-

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan berdasarkan
izin,
(3)

Jenis, persyarat an, dan t at a cara unt uk memperoleh izin
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), diat ur lebih lanj ut dengan
Perat uran Pemerint ah.
Bagian Kelima
Tarif
Pasal 42

St rukt ur dan golongan t arif angkut an dengan kendaraan umum,
dit et apkan oleh Pemerint ah.
Bagian Keenam
Tanggung Jawab Pengangkut
Pasal 43
(1)

Pengusaha angkut an umum waj ib mengangkut orang dan/ at au
barang, set elah disepakat inya perj anj ian pengangkut an dan/ at au
dilakukan pembayaran biaya angkut an oleh penumpang dan/ at au
pengirim barang.

(2)

Karcis penumpang at au surat angkut an barang merupakan t anda
bukt i t elah t erj adinya perj anj ian angkut an dan pembayaran biaya
angkut an.
Pasal 44

Pengusaha angkut an umum waj ib mengembalikan biaya angkut an yang
t elah dibayar oleh penumpang dan/ at au pengirim barang, j ika t erj adi
pembat alan pemberangkat an kendaraan umum.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

22

-

Pasal 45
(1)

Pengusaha angkut an umum bert anggungj awab at as kerugian yang
diderit a oleh penumpang, pengirim barang at au pihak ket iga,
karena kelalaiannya dalam melaksanakan pelayanan angkut an.

(2)

Besarnya gant i rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
adalah sebesar kerugian yang secara nyat a diderit a oleh
penumpang, pengirim barang at au pihak ket iga.

(3)

Tanggung j awab pengusaha angkut an umum t erhadap penumpang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dimulai sej ak diangkut nya
penumpang sampai di t empat t uj uan pengangkut an yang t elah
disepakat i.

(4)

Tanggung j awab pengusaha angkut an umum t erhadap pemilik
barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dimulai sej ak
dit erimanya barang yang akan diangkut sampai diserahkannya
barang kepada pengirim dan/ at au penerima barang.
Pasal 46

(1)

Pengusaha
angkut an
umum
waj ib
mengasuransikan
t anggungj awabnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(1).

(2)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diat ur lebih
lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 47

Pengemudi kendaraan umum dapat menurunkan penumpang dan/ at au
barang yang diangkut pada t empat pemberhent ian t erdekat , apabila
t emyat a penumpang dan/ at au barang yang diangkut dapat
membahayakan keamanan dan keselamat an angkut an.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

23

-

Pasal 48
(1)

Pengusaha angkut an umum dapat mengenakan t ambahan biaya
penyimpanan barang kepada pengirim dan/ at au penerima barang
yang t idak mengambil barangnya, di t empat t uj uan dan dalam
wakt u yang t elah disepakat i.

(2)

Pengirim dan/ at au penerima barang hanya dapat mengambil
barang set elah biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilunasi.

(3)

Barang yang t idak diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
lebih dari wakt u t ert ent u, dinyat akan sebagai barang t ak bert uan
dan dapat dij ual secara lelang sesuai ket ent uan perat uran
perundang-undangan yang berlaku.

BAB IX
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN
BAGI PENDERITA CACAT
Pasal 49
(1)

Penderit a cacat berhak memperoleh pelayanan berupa perlakuan
khusus dalam bidang lalu lint as dan angkut an j alan.

(2)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diat ur lebih
lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

24

-

BAB X
DAMPAK LINGKUNGAN
Pasal 50
(1)

Unt uk mencegah pencemaran udara dan kebisingan suara
kendaraan bermot or yang dapat mengganggu kelest arian
lingkungan hidup, set iap kendaraan bermot or waj ib memenuhi
persyarat an ambang bat as emisi gas buang dan t ingkat
kebisingan.

(2)

Set iap pemilik, pengusaha angkut an umum dan/ at au pengemudi
kendaraan bermot or, waj ib mencegah t erj adinya pencemaran
udara dan kebisingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
yang diakibat kan oleh pengoperasian kendaraannya.

(3)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2),
diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
BAB XI
PENYERAHAN URUSAN
Pasal 51

(1)

Pemerint ah dapat menyerahkan sebagian urusan pemerint ahan
dalam bidang lalu lint as dan angkut an j alan kepada Pemerint ah
Daerah.

(2)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diat ur lebih
lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

25

-

BAB XII
PENYIDIKAN
Pasal 52
Pemeriksaan t erhadap kendaraan bermot or sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16, at au penyidikan t erhadap pelanggaran di bidang lalu
lint as dan angkut an j alan, t idak disert ai dengan penyit aan kendaraan
bermot or dan/ at au surat t anda nomor kendaraan bermot or, kecuali
dalam hal:
a. kendaraan bermot or diduga berasal dari hasil t indak pidana at au
digunakan unt uk melakukan t indak pidana;
b. pelanggaran lalu lint as t ersebut
orang;

mengakibat kan meninggalnya

c. pengemudi t idak dapat menunj ukkan t anda bukt i lulus uj i
kendaraan bermot or sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(3);
d. pengemudi t idak dapat menunj ukkan surat t anda nomor kendaraan
bermot or sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2);
e. pengemudi t idak dapat menunj ukkan surat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1).

izin

mengemudi

Pasal 53
(1)

Selain pej abat polisi Negara Republik Indonesia, pej abat pegawai
negeri sipil t ert ent u di lingkungan depart emen yang lingkup t ugas
dan t anggung j awabnya meliput i pembinaan dibidang lalu lint as
dan angkut an j alan, diberi wewenang khusus sebagai penyidik
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun
1981 t ent ang Hukum Acara Pidana, unt uk melakukan penyidikan
t indak pidana dibidang lalu lint as dan angkut an j alan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(2)

26

-

Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berwenang
unt uk:
a. melakukan pemeriksaan at as kebenaran ket erangan berkenaan
dengan pemenuhan persyarat an t eknis dan laik j alan
kendaraan bermot or;
b. melarang at au menunda pcngoperasian kendaran bermot or
yang t idak memenuhi persyaralan t eknis dan laik j alan;
c. memint a ket erangan dan barang bukt i dari pengemudi, pemilik
kendaraan, at au pengusaha angkut an umum sehubungan
dengan t indak pidana yang menyangkut persyarat an t eknis dan
laik j alan kendaraan bermot or.
d. melakukan penyit aan t anda uj i kendaraan yang t idak sah;
e. melakukan pemeriksaan t erhadap perizinan angkut an umum di
t erminal;
f . melakukan pemeriksaan t erhadap berat kendaraan besert a
muat annya;
g. membuat dan menandat angani berit a acara pemeriksaan;
h. menghent ikan penyidikan apabila t idak t erdapat cukup bukt i
t ent ang adanya t indak pidana yang menyangkut persyarat an
t eknis dan laik j alan kendaraan bermot or sert a perizinan
angkut an umum.

(3)

Pelaksanaan penyidikan sebagaimana dalam ayat (1) dan ayat
(2), dilakukan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang
berlaku.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

27

-

BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 54
Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermot or di j alan yang t idak
sesuai dengan perunt ukannya, at au t idak memenuhi persyarat an
t eknis dan laik j alan, at au t idak sesuai dengan kelas j alan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda
set inggi-t ingginya Rp. 3. 000. 0000, - (t iga j ut a rupiah).
Pasal 55
Barangsiapa memasukkan ke dalam wilayah Indonesia at au membuat
at au merakit kendaraan bermot or, keret a gandengan, keret a
t empelan, dan kendaraan khusus yang akan dioperasikan di dalam
negeri yang t idak sesuai dengan perunt ukan, at au t idak memenuhi
persyarat an t eknis dan laik j alan, at au t idak sesuai dengan kelas j alan
yang akan dilaluinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (sat u) t ahun dan
denda set inggi- t ingginya Rp. 12. 000. 000, - (dua belas j ut a rupiah).

Pasal 56
(1)

Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermot or,
keret a
gandengan, keret a t empelan dan kendaraan khusus di j alan
t anpa dilengkapi dengan t anda bukt i lulus uj i sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 2 (dua) bulan at au denda set inggi-t ingginya
Rp. 2. 000. 000, - (dua j ut a rupiah).

(2)

Apabila

kendaraan

sebagaimana

dimaksud

dalam

ayat

(1)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

28

-

t ernyat a t idak memiliki t anda bukt i lulus uj i, dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan at au denda
set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, - (enam j ut a rupiah).
Pasal 57
(1)

Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermot or di j alan yang
t idak didaf t arkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan
at au denda set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, - (enam j ut a
rupiah).

(2)

Barangsiapa
mengemudikan
kendaraan
bermot or
t anpa
dilengkapi dengan surat t anda nomor kendaraan bermot or, at au
t anda nomor kendaraan bermot or sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2
(dua) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 2. 000. 000, - (dua
j ut a rupiah).
Pasal 58

Barangsiapa mengemudikan kendaraan t idak bermot or di j alan yang
t idak memenuhi persyarat an keselamat an sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama
7 (t uj uh) hari at au denda set inggi-t ingginya Rp. 250. 000, - (dua rat us
lima puluh ribu rupiah).
Pasal 59
(1)

Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermot or dan t idak dapat
menunj ukkan surat izin mengemudi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 18 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama
2 (dua) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp 2. 000. 000, - (dua
j ut a rupiah).

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(2)

(1)

(2)

29

-

Apabila pengemudi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
t ernyat a t idak memiliki surat izin mengemudi, dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan at au denda
set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, - (enam j ut a rupiah).
Pasal 60
Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermot or di j alan dalam
keadaan t idak mampu mengemudikan kendaraan dengan waj ar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda
set inggi-t ingginya Rp. 3. 000. 000, - (t iga j ut a rupiah).
Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermot or di j alan dan
t idak mengut amakan keselamat an pej alan kaki sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf b dipidana dengan pidana
kurungan
paling
lama
1
(sat u)
bulan
at au
denda
set inggi-t ingginya Rp. 1. 000. 000, - (sat u j ut a rupiah).
Pasal 61

(1)

Barangsiapa melanggar ket ent uan mengenai rambu-rambu dan
marka j alan, alat pemberi isyarat lalu lint as, gerakan lalu lint as,
berhent i dan parkir, peringat an dengan bunyi dan sinar,
kecepat an
maksimum
at au
minimum
dan
t at a
cara
penggandengan dan penempelan dengan kendaraan lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf d, dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (sat u) bulan at au denda
set inggi-t ingginya Rp. 1. 000. 000, - (sat u j ut a rupiah).

(2)

Barangsiapa t idak menggunakan sabuk keselamat an pada wakt u
mengemudikan kendaraan bermot or roda empat at au lebih, at au
t idak menggunakan helm pada wakt u mengemudikan kendaraan
bermot or roda dua at au pada wakt u mengemudikan kendaraan
bermot or roda empat at au lebih yang t idak dilengkapi dengan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

30

-

rumah-rumah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1)
huruf e, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (sat u)
bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp 1. 000. 000, -(sat u j ut a
rupiah).
(3)

Barangsiapa t idak memakai sabuk keselamat an pada wakt u duduk
di samping pengemudi kendaraan bermot or roda empat at au
lebih, at au t idak memakai helm pada wakt u menumpang
kendaraan bermot or roda dua, at au menumpang kendaraan
bermot or roda empat at au lebih yang t idak dilengkapi dengan
rumah-rumah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (sat u) bulan at au
denda set inggi-t ingginya Rp. 1. 000. 000, - (sat u j ut a rupiah).
Pasal 62

Barangsiapa menggunakan j alan di luar f ungsi sebagai j alan, at au
menyelenggarakan kegiat an dengan menggunakan j alan t anpa izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (sat u) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp.
1. 000. 000, - (sat u j ut a rupiah).
Pasal 63
Barangsiapa t erlibat perist iwa kecelakaan lalu lint as pada wakt u
mengemudikan kendaraan bermot or di j alan dan t idak menghent ikan
kendaraannya, t idak menolong orang yang menj adi korban
kecelakaan, dan t idak melaporkan kecelakaan t ersebut kepada
pej abat polisi negara Republik Indonesia t erdekat , sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 6 (enam) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp.
6. 000. 000, - (enam j ut a rupiah).

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

31

-

Pasal 64
Barangsiapa t idak mengasuransikan kendaraan bermot or yang
digunakan sebagai kendaraan umum, baik t erhadap kendaraan it u
sendiri maupun t erhadap kemungkinan kerugian yang akan diderit a
oleh pihak ket iga sebagai akibat pengoperasian kendaraannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda
set inggi-t ingginya Rp. 3. 000. 000, - (t iga j ut a rupiah).
Pasal 65
Barangsiapa t idak mengasuransikan orang yang dipekerj akannya
sebagai awak kendaraan t erhadap resiko t erj adinya kecelakaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp.
3. 000. 000, - (t iga j ut a rupiah).
Pasal 66
Barangsiapa melakukan usaha angkut an wisat a sebagaimana dimaksud
Pasal 38, at au melakukan usaha angkut an orang dan/ at au barang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) t anpa izin, dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda
set inggi-t ingginya Rp. 3. 000. 000, - (t iga j ut a rupiah).
Pasal 67
Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermot or yang t idak memenuhi
persyarat an ambang bat as emisi gas buang, at au t ingkat kebisingan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2), dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan at au denda
set inggi-t ingginya Rp. 2. 000. 000, - (dua j ut a rupiah).

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

32

-

Pasal 68
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55, Pasal
56, Pasal 57, Pasal 58, Pasal 59, Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, Pasal 63,
Pasal 64, Pasal 65, Pasal 66, dan Pasal 67 adalah pelanggaran.
Pasal 69
Jika seseorang melakukan lagi pelanggaran yang sama dengan
pelanggaran pert ama sebelum lewat j angka wakt u sat u t ahun sej ak
t anggal put usan pengadilan at as pelanggaran pert ama yang t elah
mempunyai kekuat an hukum t et ap, maka pidana yang dij at uhkan
t erhadap pelanggaran yang kedua dit ambah dengan sepert iga dari
pidana kurungan pokoknya at au bila dikenakan denda dapat dit ambah
dengan set engah dari pidana denda yang diancamkan unt uk
pelanggaran yang bersangkut an.
Pasal 70
(1)

Surat izin mengemudi dapat dicabut unt uk paling lama 1 (sat u)
t ahun, apabila dilakukan:
a. pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1)
huruf a dan huruf b, Pasal 24 ayat (1) huruf a, pasal 27 ayat
(1);
b. t indak pidana kej ahat an sebagaimana dimaksud dalam Pasal
359, Pasal 360, Pasal 406, Pasal 408, Pasal 409, Pasal 410, dan
pasal 492 Kit ab Undang-Undang Hukum Pidana, dengan
menggunakan kendaraan bermot or.

(2)

Surat izin mengemudi dapat dicabut unt uk paling lama 2 (dua)
t ahun dalam hal seseorang melakukan lagi pelanggaran
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dalam j angka wakt u 1
(sat u) t ahun sej ak t anggal put usan Pengadilan at as pelanggaran

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

33

-

t erdahulu yang t elah mempunyai kekuat an hukum t et ap.
BAB XIV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 71
Dengan Perat uran Pemerint ah diat ur lebih lanj ut ket ent uan-ket ent uan
mengenai :
1. kendaraan bermot or Angkat an Bersenj at a Republik Indonesia;
2. Penggunaan j alan unt uk kelancaran:
a. pengant aran j enazah;
b. kendaran pemadam kebakaran yang melaksanakan t ugas ke
t empat kebakaran;
c. kendaraan Kepala Negara at au Pemerint ah Asing yang menj adi
t amu negara;
d. ambulans mengangkut orang sakit ;
e. konvoi, pawai, kendaraan orang cacat ,
f . kendaraan yang penggunaannya unt uk keperluan khusus at au
mengangkut barang-barang khusus.
BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 72
Pada t anggal mulai berlakunya Undang-undang ini, semua perat uran
pelaksanaan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1965 t ent ang Lalu Lint as
dan Angkut an Jalan Raya (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 25,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2742) dinyat akan t et ap berlaku

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

34

-

sepanj ang t idak bert ent angan at au belum digant i dengan yang baru
berdasarkan Undang-undang ini.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 73
Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, maka Undang-undang
Nomor 3 Tahun 1965 t ent ang Lalu Lint as dan Angkut an Jalan Raya
(Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2742) dinyat akan t idak berlaku.
Pasal 74
Undang-undang ini mulai berlaku pada t anggal 17 Sept ember 1992.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Undang-undang ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Disahkan di Jakart a
pada t anggal 12 Mei 1992
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

35

Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 12 Mei 1992
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO

-

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

36

-

PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 14 TAHUN 1992
TENTANG
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
UMUM
Bahwa berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa Negara Republik Indonesia
t elah dianugerahi sebagai negara kepulauan yang t erdiri dari beribu
pulau, t erlet ak memanj ang di garis khat ulist iwa, di ant ara dua benua
dan dua samudera, oleh karena it u mempunyai posisi dan peranan
yang sangat pent ing dan st rat egis dalam hubungan ant ar bangsa.
Unt uk mencapai t uj uan pembangunan nasional sebagai pengamalan
Pancasila, t ransport asi memiliki posisi yang pent ing dan st rat egis
dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan dan hal ini
harus t ercermin pada kebut uhan mobilit as seluruh sekt or dan wilayah.
Transport asi merupakan sarana yang sangat pent ing dan st rat egis
dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persat uan
dan kesat uan sert a mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan
negara.
Pent ingnya
t ransport asi
t ersebut
t ercermin
pada
semakin
meningkat nya kebut uhan akan j asa angkut an bagi mobilit as orang
sert a barang dari dan ke seluruh pelosok t anah air, bahkan dari dan ke
luar negeri.
Di samping it u, t ransport asi j uga berperan sebagai penunj ang,
pendorong, dan penggerak bagi pert umbuhan daerah yang berpot ensi
namun belum berkembang, dalam upaya peningkat an dan pemerat aan
pembangunan sert a hasil-hasilnya.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

37

-

Menyadari peranan t ransport asi, maka lalu lint as dan angkut an j alan
harus dit at a dalam sat u sist em t ransport asi nasional secara t erpadu
dan mampu mewuj udkan t ersedianya j asa t ransport asi yang serasi
dengan t ingkat kebut uhan lalu lint as dan pelayanan angkut an yang
t ert ib, selamat , aman, nyaman, cepat , t epat , t erat ur, lancar, dan
dengan biaya yang t erj angkau oleh daya beli masyarakat .
Lalu lint as dan angkut an j alan yang mempunyai karakt erist ik dan
keunggulan t ersendiri perlu dikembangkan dan dimanf aat kan sehingga
mampu menj angkau seluruh wilayah pelosok darat an dengan mobilit as
t inggi dan mampu memadukan moda t ransport asi lain.
Pengembangan lalu lint as dan angkut an j alan yang dit at a dalam sat u
kesat uan
sist em,
dilakukan
dengan
mengint egrasikan
dan
mendinamisasikan unsur-unsurnya yang t erdiri
dari
j aringan
t ransport asi
j alan,
kendaraan besert a pengemudinya,
sert a
perat uran-perat uran, prosedur dan met oda sedemikian rupa sehingga
t erwuj ud suat u t ot alit as yang ut uh, berdayaguna dan berhasilguna.
Unt uk mencapai dayaguna dan hasilguna nasional yang opt imal, di
samping harus dit at a dengan moda t ransport asi laut dan udara, lalu
lint as dan angkut an j alan yang mempunyai kesamaan wilayah
pelayanan di darat an dengan perkeret aapian, angkut an sungai, danau
dan penyeberangan, maka perencanaan dan pengembangannya perlu
dit at a dalam sat u kesat uan sist em secara t epat , serasi, seimbang,
t erpadu dan sinerget ik ant ara sat u dengan lainnya.
Mengingat pent ing dan st rat egisnya peranan lalu lint as dan angkut an
j alan yang menguasai haj at hidup orang banyak, maka lalu lint as dan
angkut an j alan dikuasai oleh negara yang pembinaannya dilakukan
oleh Pemerint ah.
Penyelenggaraan lalu lint as dan angkut an j alan perlu diselenggarakan
secara berkesinambungan dan t erus dit ingkat kan agar lebih luas daya
j angkau dan pelayanannya kepada masyarakat dengan memperhat ikan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

38

-

sebesar-besar kepent ingan umum dan kemampuan masyarakat ,
kelest arian lingkungan, koordinasi ant ar wewenang pusat dan daerah
sert a ant ar inst ansi, sekt or, dan ant ar unsur t erkait sert a t ercipt anya
keamanan dan ket ert iban masyarakat dalam penyelenggaraan lalu
lint as dan angkut an j alan, sekaligus dalam rangka mewuj udkan sist em
t ransport asi nasional yang handal dan t erpadu.
Keseluruhan
hal
t ersebut
perlu
dicerminkan
dalam
sat u
Undang-undang yang ut uh.
Dalam Undang-undang ini j uga diat ur mengenai hak, kewaj iban sert a
t anggung j awab para penyedia j asa dan para pengguna j asa, dan
t anggung j awab penyedia j asa t erhadap kerugian pihak ket iga sebagai
akibat dari penyelenggaraan angkut an j alan.
Di samping it u dalam rangka pembangunan hukum nasional sert a unt uk
lebih
memant apkan
perwuj udan
kepast ian
hukum,
dengan
Undang-undang ini dimaksudkan unt uk menggant i Undang-undang
Nomor 3 Tahun 1965 t ent ang Lalu Lint as dan Angkut an Jalan Raya,
karena t idak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, kemaj uan ilmu
penget ahuan dan t eknologi, dan belum t ert at a dalam sat u kesat uan
sist em yang merupakan bagian dari t ransport asi secara keseluruhan.
Pengat uran mengenai prasarana perhubungan darat sebagaimana
diat ur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 t ent ang Jalan,
merupakan bagian yang t idak t erpisahkan dari pengat uran mengenai
lalu lint as dan angkut an j alan, t et ap berlaku mengingat masih dapat
menampung perkembangan zaman, kemaj uan ilmu penget ahuan dan
t eknologi.
Dalam Undang-undang ini j uga diat ur hal-hal yang bersif at pokok,
sedangkan yang bersif at t eknis dan operasional akan diat ur dalam
Perat uran Pemerint ah dan perat uran pelaksanaan lainnya.
PASAL DEMI PASAL

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

39

-

Pasal 1
Angka 1
Cukup j elas
Angka 2
Dalam pengert ian barang meliput i barang yang bersif at gas, cair,
padat t ermasuk t umbuh-t umbuhan dan hewan.
Angka 3
Simpul meliput i t erminal t ransport asi j alan, t erminal angkut an
sungai dan danau, st asiun keret a api, pelabuhan penyeberangan,
pelabuhan laut , dan bandar udara.
Ruang kegiat an ant ara lain berupa kawasan permukiman,
indust ri, pert ambangan, pert anian, kehut anan, perkant oran,
perdagangan, pariwisat a dan sebagainya. Ruang lalu lint as j alan
adalah prasarana dan sarana yang diperunt ukkan bagi gerak
kendaraan, orang, dan hewan.
Wuj ud dari ruang lalu lint as j alan dapat berupa j alan, j embat an
at au lint as penyeberangan yang berf ungsi sebagai j embat an, dan
lain lain.
Angka 4
Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 t ent ang Jalan,
dit et apkan pengert ian j alan adalah suat u prasarana perhubungan
darat dalam bent uk apapun meliput i segala bagian j alan
t ermasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperunt ukkan bagi lalu lint as, yang selanj ut nya dit et apkan pula
pengert ian j alan umum dan j alan khusus.
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan j alan adalah
dalam pengert ian j alan umum sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980, yait u j alan yang

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

40

-

diperunt ukkan bagi lalu lint as umum.
Berdasarkan hal t ersebut maka dalam Undang-undang ini
pengert ian j alan t idak t ermasuk j alan khusus, yait u j alan yang
t idak diperunt ukkan bagi lalu lint as umum, ant ara lain j alan
inspeksi pengairan, j alan inspeksi minyak at au gas, j alan
perkebunan, j alan pert ambangan,
j alan kehut anan, j alan
komplek bukan unt uk umum, j alan unt uk keperluan pert ahanan
dan keamanan Negara.
Dalam hal suat u ruas j alan khusus berdasarkan perat uran
perundang-undangan yang berlaku at au oleh pemilik dinyat akan
t erbuka bagi lalu lint as umum, maka t erhadap ruas j alan
t ersebut berlaku perat uran perundang-undangan mengenai j alan
dan undang-undang ini.
Angka 5
Cukup j elas
Angka 6
Yang dimaksud kendaran t idak bermot or dalam ket ent uan ini
adalah kendaraan yang digerakkan oleh t enaga manusia at au
hewan.
Angka 7
Peralat an t eknik dalam ket ent uan ini dapat berupa mot or at au
peralat an lainnya yang berf ungsi unt uk merubah suat u sumber
daya energi t ert ent u menj adi t enaga gerak kendaraan bermot or
yang bersangkut an.
Pengert ian kat a berada dalam ket ent uan ini adalah t erpasang
pada t empat sesuai dengan f ungsinya.
Termasuk dalam pengert ian kendaraan bermot or adalah keret a
gandengan at au keret a t empelan yang dirangkaikan dengan
kendaraan bermot or sebagai penariknya.
Angka 8

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

41

-

Cukup j elas
Angka 9
Termasuk dalam pengert ian kendaraan umum adalah kendaraan
bermot or yang disewakan kepada orang lain baik dengan maupun
t anpa pengemudi, selama j angka wakt u t ert ent u.
Kendaraan bermot or roda dua t idak t ermasuk dalam pengert ian
kendaraan umum.
Mobil belaj ar unt uk sekolah mengemudi t ermasuk j uga dalam
pengert ian kendaraan umum, karena dalam biaya belaj ar t elah
t ermasuk sewa unt uk memakai kendaraan t ersebut pada wakt u
dipergunakan unt uk belaj ar.
Angka 10
Cukup j elas

Pasal 2
Dalam ket ent uan pasal ini yang dimaksud dengan:
a. asas manf aat yait u, bahwa lalu lint as dan angkut an j alan harus
dapat memberikan manf aat yang sebesar-besarnya bagi
kemanusiaan,
peningkat an
kesej aht eraan
rakyat
dan
pengembangan perikehidupan yang berkeseimbangan bagi warga
negara;
b. asas usaha bersama dan
kekeluargaan
yait u,
bahwa
penyelenggaraan usaha angkut an dilaksanakan unt uk mencapai
cit a-cit a dan aspirasi bangsa yang dalam kegiat annya dapat
dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dan dij iwai oleh
semangat kekeluargaan;
c. asas adil dan merat a yait u, bahwa penyelenggaraan lalu lint as
dan angkut an j alan harus dapat memberikan pelayanan yang adil
dan merat a kepada segenap lapisan masyarakat dengan biaya

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

42

-

yang t erj angkau oleh masyarakat ;
d. asas keseimbangan yait u, bahwa lalu lint as dan angkut an j alan
harus diselenggarakan sedemikian rupa sehingga t erdapat
keseimbangan yang serasi ant ara sarana dan prasarana, ant ara
kepent ingan pengguna dan penyedia j asa, ant ara kepent ingan
individu dan masyarakat , sert a ant ara kepent ingan nasional dan
int ernasional;
e. asas kepent ingan umum yait u, bahwa penyelenggaraan lalu lint as
dan angkut an j alan harus lebih mengut amakan kepent ingan
pelayanan umum bagi masyarakat luas;
f . asas ket erpaduan yait u, bahwa lalu lint as dan angkut an j alan
harus merupakan kesat uan yang bulat dan ut uh, t erpadu, saling
menunj ang d