Z2. Siti Juariyah Ref

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEKS DISKUSI BERBASIS
MULTIMEDIA UNTUK KELAS VIII

Siti Juariyah
Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Pembelajaran teks diskusi mempunyai peran penting
dalam membentuk karakter siswa dalam menyikapi berbagai
wacana, fenomena, maupun kondisi objektif yang ditemui dalam
kehidupan sosial bermasyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan bahan ajar teks diskusi berbasis multimedia untuk
siswa kelas VIII.Model pengembangan mengadaptasi model produk
Rowntree (2002) dengan tiga tahap (1) perencanaan, (2) persiapan
penulisan, dan (3) penulisan dan penyuntingan.Model rancangan dari
pengadaptasian ini menghasilkan tiga tahap pengembangan: (1)
tahap perencanaan dan persiapan penulisan, (2) tahap penulisan, dan
(3) tahap penyuntingan.
Hasil pengembangan berbentuk bahan ajar teks diskusi
berbasis multimedia dengan mengombinasikan media microsoft
powerpoint dan aplikasi flipbook yang memiliki kriteria validitas,
efektivitas, dan praktibilitas. Validitas produk diukur dari aspek
kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan media yang diberikan tiga

orang ahli yakni ahli materi, ahli media, dan praktisi.Setelah
divalidasi, produk diujicobakan. Efektivitas produk diukur dari hasil
postes kelas uji coba. Sedangkan praktibilitas diukur dari respons
siswa terhadap produk. Produk akhir berbentuk produk yang telah
direvisi berdasar hasil uji coba di lapangan.
Kata Kunci: Pengembangan, bahan ajar, teks diskusi, multimedia.
PENDAHULUAN
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Kurikulum
2013
dikembangkan
berbasis
pada
kompetensi
sangat
diperlukan
sebagai
instrumen
untuk

mengarahkan perkembangan peserta
didik sesuai amanat undang-undang
serta
membentuk
manusia

berkualitas yang mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah. Namun, banyak
pakar
mengritik
implementasi
Kurikulum
2013
ini
dengan
mengemukakan berbagai kelemahan.
Salah satu kelemahan tersebut adalah
tidak semua materi pembelajaran
akan efektif dilaksanakan melalui
penalaran induktif. Misalnya, dalam
pembelajaran mengidentifikasi ciri
kebahasaan sebuah teks, cara yang
lebih efektif adalah guru perlu
memberikan teori-teori kebahasaan
bersama

contoh-contoh

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 408

penerapannya.
Setelah
siswa
memahaminya, siswa dapat belajar
menemukan bentuk penerapannya di
dalam teks.
Dengan kata lain,
terdapat materi-materi tertentu yang
jauh
lebih
efektif
apabila
mengedepankan penalaran deduktif
daripada
penalaran
induktif.

Kalaupun harus memaksakan diri
menggunakan penalaran induktif,
akan membutuhkan
waktu yang
sangat lama untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Untuk mengatasi kelemahan
Kurikulum 2013, perlu kreativitas
guru sebagai ujung tombak pelaksana
pendidikan. Karena pada hakikatnya,
kunci keberhasilan pembelajaran
adalah
guru
sebagai
agen
pembelajaran.Guru
yang
berkompetensi diharapkan mempu
menjawab permasalahan yang ditemuinya di lapangan.Fakta di
lapangan menunjukkan beberapa

permasalahan,
salah
satu
di
antaranya belum terse-dianya buku
teks Kurikulum 2013 mata pelajaran
bahasa Indonesia untuk kelas VIII
dan IX. Fakta ini melatarbelakangi
penulis
untuk
memfokuskan
peneitian pada pengembangan bahan
ajar bahan ajar teks diskusi.
Adapun tujuan pengembangan
yaitu memaparkan hal-hal berkait
dengan pengembangan bahan ajar
teks diskusi berbasis multimedia di
SMP Negeri 2 Sumbergempol,
Kabupaten
Tulungagungyang

meliputi:(1)
perencanaanpengembangan;
(2)
pengembangkan bahan ajar; (3) uji
kelayakan produk; (4) efektivitas
bahan ajar; dan (5) respons siswa
terhadap produk.
Pengembangan produk diharapkan memiliki manfaat teoritis bagi
pembelajaran teks diskusi
dan
manfaat praktis bagi berbagai pihak

seperti siswa, guru, lembaga,
maupun peneliti. Dengan melakukan
penelitian
pengem-bangan
ini,
peneliti telah melaksanakan upaya
meningkatkan profesionalitas sebagai
guru mata pelajaran bahasa Indonesia

pada kompetensi profesional dan
kompetensi pedagogik.
Produk
berbentuk
multimedia diharapkan
memiliki
kriteria validitas, efektivitas, dan
praktibilitas . Bahan ajar dinyatakan
valid apabila nilai rata-rata yang
diberikan oleh validator dalam uji
kelayakan produk >=76. Efektivitas
produk
dilihat dari ketuntasan
belajar siswa. Siswa dikatakan tuntas
apabila mendapatkan nilai tes
formatif ≥2,66. Ketuntasan klasikal
tercapai jika lebih dari 60% siswa
telah memenuhi KKM. Praktibilitas
pengembangan produk ini dikaitkan
dengan respons siswa terhadap bahan

ajar. Produk diharapkan men-dapat
respons positif atau sangat positif
oleh lebih dari 60% siswa.
Pengembangan ini merupakan
hal yang sangat urgen dilakukan
karena selain buku teks siswa kelas
VIII belum tersedia di sekolah,
penggunaan buku teks
selalu
membutuhkan sarana mul-timedia
untuk
membangun konteks.Di
samping itu, materi Kurikulum 2013
wajib dimiliki oleh sekolah yang
menggunakan K13 maupun KTSP
karena muatan ujian nasional kelas
IX merupakan integrasi dari kedua
kuri-kulum
ini.Bahan
ajar

multimedia juga diperlukan agar
pembelajaran
berl-angsung
menyenangkan.
Berdasarkan paparan di atas ,
ruang lingkup dari penelitian ini
adalah pengembangan bahan ajar
materi Kurikulum 2013 dengan
pembatasan materi pada
teks
diskusi untuk kelas VIII. Jenis bahan

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 409

ajar
multimedia dibatasi pada
kombinasi
media
microsoft
powerpoint dan media flipbook .

Seting penelitian di batasi di SMP
Negeri 2 Sumbergempol, Kabupaten
Tulungagung.
Bahan ajar dapat didefinisikan
sebagai seperangkat informasi yang
disusun secara sistematis yang harus
dipelajari dan diserap peserta didik
untuk mencapai standar kompetensi
yang telah ditentukan.Ruang lingkup
bahan ajar mencakup pengetahuan
(fakta, konsep, prinsip, prosedur),
dan sikap atau nilai. Fakta yaitu
segala hal yang berwujud kenyataan
dan kebenaran, meliputi nama-nama
objek, peristiwa sejarah, lambang,
nama tempat, nama orang, nama
bagian atau komponen suatu benda,
dan sebagainya. Konsep yaitu segala
hal yang berwujud pengertianpengetian baru yang bisa timbul
sebaga hasil pemikiran, meliputi
definisi, pengertian, ciri khusus,
hakikat, inti atau isi, dan sebagainya.
Prinsip yaitu berisi hal-hal utama,
pokok,
dan
memiliki
posisi
terpenting, meliputi dalil, rumus,
adagium,
postulat,
paradigma,
teorema, serta hubungan antarkonsep
yang menggambarkan implikasi
sebab akibat. Prosedur merupakan
langkah-langkah sistematis atau
berurutan dalam mengerjakan suatu
aktivitas dan kronologi suatu
sistem.Sikap atau nilai merupakan
hasil belajar aspek sikap, misalnya
nilai kejujuran, kasih sayang, tolongmenolong, se-mangat dan minat
belajar dan bekerja, dan sebagainya.
Bahan yang berupa sikap dan nilai
itu lebih banyak merupakan bahan
yang
berbentuk
kurikulum
terselubung (hidden curriculum).
Menurut Undang-Undang RI
Nomor
18
Tahun
2002,
pengembangan adalah kegiatan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang
bertujuan memanfaatkan kaidah dan
teori ilmu pengetahuan yang telah
terbukti
kebenarannya
untuk
meningkatkan fungsi, manfaat, dan
aplikasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang telah ada
atau
menghasilkan
teknologi
baru.
Dengan demikian, pengembangan
bahan ajar dapat diartikan sebagai
kegiatan
keilmuan
untuk
menghasilkan seperangkat infor-masi
sekurang-kurangnya berisi fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur yang
disusun secara sistematis yang harus
dipelajari dan diserap peserta didik
untuk encapai standar kompetensi
yang
telah
ditentukan,
baik
berbentuk produk yang baru atau
memperbaiki produk yang telah ada.
Berdasarkan teknologi yang
digunakan, Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Atas (2008)
menge-lompokkan
bahan
ajar
menjadi lima: (1) bahan cetak
(printed) : handout, buku modul,
lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart,
foto/gambar,
model/maket; (2) bahan ajar dengar
(audio); kaset, radio, piringan hitam,
dan compact disk audio; (3) bahan
ajar pandang dengar (audio visual):
video compact disk, film; (4) bahan
ajar
multimedia
interaktif
(interactive instruction material):
Computer Assisted Instruction (CAI),
Compact Disk (CD), multimedia
pembelajaran interaktif; dan (5)
bahan ajar berbasis web (web based
learning materials) (dalam Rusyanti,
2014).
Prinsip pengembangan bahan
ajar terdiri dari prinsip umum dan
prinsip khusus. Prinsip umum
meliputi:
(1)
relevansi,
(2)
konsistensi,
dan
(3)
mencukupi.Prinsipkhusus pengembangan bahan ajar antara lain sebagai

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 410

berikut: (1) mulai dari yang mudah
untuk memahami yang sulit, dari
yang kongkret untuk memahami
yang abstrak; (2) pengulangan akan
memperkuat pemahaman; (3) umpan
balik positif akan memberikan
penguatan terhadap pemahaman
siswa; (4) motivasi belajar yang
tinggi merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan pembelajaran;
(5) mencapai tujuan ibarat naik
tangga, setahap demi setahap
akhirnya
mencapai
ketinggian
tertentu; dan (6) mengetahui hasil
yang dicapai akan mendorong siswa
untuk mencapai tujuan (Depdiknas,
2006).
Brian Paltridge 2004 (dalam
Kemdikbud,
2014:70-71)
membedakan genre teks kedalam
tujuh jenis. Dia mengklasifikasikan
teks diskusi dan teks eksposisi ke
dalam jenis teks argumentasi.
Perbedaan teks eksposisi dengan
teks diskusi terletak pada jumlah
sudut pandang. Teks eksposisi hanya
menyuguhkan argumen dari suatu
sudut pandang, tetapi teks diskusi
memberikan argumen lebih dari satu
sudut pandang (Kemdikbud, 2014).
Teks diskusi merupakan tulisan
yang
menampilkan
isu
yang
kemudian memunculkan berbagai
tanggapan baik pendapat yang
mendukung (supporting points)
maupun pendapat yang me-nentang
(contrasting points) dan diakhiri
dengan simpulan yang berisi
pendapat akhir penulis mengenai isu
yang dibahas (Kemdikbud, 2014).
Teks diskusi memiliki fungsi sosial
untuk untuk melihat suatu masalah
dari berbagai perspektif, sebelum
membuat
keputusan
atau
rekomendasi (Kemdikbud, 2014:70).
Secara garis besar, struktur teks
diskusi terdiri dari : (1) isu/masalah,
(2) argumen/pendapat, dan (3)

simpulan/saran
(Kemdikbud,
2014:121). Argumentasi terdiri dari
dua hal yang berseberangan, yaitu
pendapat yang mendukung dan
pendapat yang menentang.
Teks diskusi memiliki ciriciri
kebahasaan
yang
khas.
Berdasarkan silabus pembelajaran
teks diskusi, ciri-ciri kebahasaan
teks diskusi meliputi empat hal: (1)
kalimat kompleks, (2) modalitas, (3)
kata rujukan, dan (4) kata kerja.Kata
rujukan adalah suatu kata yang
merujuk pada kata, frasa, atau
kalimat lain yang telah disebutkan
sebelumnya. Contoh kata rujukan di
antaranya adalah ini, itu, di sini, di
situ, dan sebagainya.Menurut Pusat
Bahasa
Depdiknas
(2007:751),
modalitas
adalah
makna
kemungkinan, keharusan, kenyataan,
dan sebagainya yang dinyatakan
dalam kalimat (dalam bahasa
Indonesia dinyatakan dengan kata
barangkali, harus, dan sebagainya).
Dalam bahasa Indonesia, modalitas
dinyatakan dengan kata-kata seperti
harus, akan, ingin, mungkin. Kata
kerja atau verba adalah kelas kata
yang menyatakan suatu perbuatan,
tindakan, proses, atau pekerjaan yang
dilakukan oleh subjek terhadap
objeknya. Kalimat kompleks adalah
kalimat yang terdiri atas dua struktur
atau lebih dengan dua verba atau
lebih. Keberadaan konjungsi atau
kata hubung yang menghubungkan
dua
buah
kalimat
simpleks
menyebabkan
kalimat
tersebut
menjadi kompleks. Konjungsi yang
menjadi ciri khas kebahasaan teks
diskusi adalah konjungsi perlawanan
atau kata hubung yang menyatakan
pertentangan dengan sesuatu yang
telah disebutkan sebelumnya, seperti
kata tetapi, meskipun, sebaliknya,
namun, lain halnya, dan lain
sebagainya.

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 411

Teks diskusi merupakan salah
satu materi pembelajaran kelas VIII
pada semester genap. Berdasarkan
Permendikbud Nomor 68 Tahun
2013 tentang Kurikulum SMP/MTs,
kompetensi dasar yang ingin dicapai
pada pembelajaran teks diskusi
meliputi: (1) memahami teks diskusi,
(2) membedakan teks diskusi, (3)
mengi-dentifikasi kekurangan teks
diskusi, (4) menangkap makna teks
diskusi, (5) menyusun teks diskusi,
(6) menelaah dan merevisi teks
diskusi , dan (7) meringkas teks
diskusi.
Media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan sehingga
dapat merangsang perhatian, minat,
pikiran, dan perasaan peserta didik
dalam kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Multimedia
diartikan sebagai lebih dari satu
media (Azhar, 2013:162). Rachmat
dan Roswanto (dalam Forijati dan
Widodo, 2012:59) mengemukakan
bahwa
multimedia
adalah
penggunaan beberapa media yang
berbeda untuk menggabungkan dan
menyampaikan informasi dalam
bentuk teks, audio, grafik, animasi,
dan video. Sejalan dengan pendapat
ini, Moerad Baso (dalam Forijati dan
Widodo, 2012:59),
mengatakan
bahwa
multimedia
adalah
pemanfaatan teknologi lebih dari satu
medium dalam berkomunikasi dalam
proses pembelajaran dan merupakan
kombinasi media elektronik yang
tersedia
secara
cepat
yang
dihubungkan atau dilengkapi dengan
grafik, teks, unsur fotografi, video,
animasi,
dan
suara
musik.
Berdasarkan beberapa definisi di
atas, dapat disimpulkan bahwa bahan
ajar multimedia adalah seperangkat
informasi yang sekurang-kurangnya
berisi fakta, konsep, prinsip, dan

prosedur
yang disusun secara
sistematis yang disajikan dengan
mengombinasikan dua atau lebih
media untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Forijati dan Widodo (2012)
mengklasifikasikan media menjadi
sepuluh jenis: (1) media audio, (2)
media visual, (3) media audio-visual,
(4) media grafis, (5) media proyeksi,
(6) komputer, (7) internet, (8)
multimedia, (9) media tiga dimensi,
dan (10) human media.Informasi
yang disajikan melalui multimedia
berbentuk dokumen yang hidup,
dapat dilihat di layar monitor atau
ketika diproyeksikan ke layar lebar
melalui overhead projector , dan
dapat didengar suaranya, dilihat
gerakannya (video dan animasi).
Multimedia
bertujuan
untuk
menyajikan informasi dalam bentuk
yang
menyenangkan,
menarik,
mudah dimengerti, dan jelas (Azhar,
2013:162). Penggunaan multimedia
dalam pembelajaran dianggap paling
serasi dengan tuntutan dan tujuan
kurikulum.
Forijati dan Widodo (2012:60)
menjelaskan
beberapa
alasan
diperlukannya
pemanfaatan
multimedia dalam pembelajaran
antara lain sebagai berikut: (1)
dengan multimedia, pembelajaran
akan bertambah menarik dan lebih
jelas; (2) kelemahan-kelemahan yang
terdapat pada tiap-tiap media dapat
dilengkapi
oleh
keunggulankeunggulan yang terdapat pada
media lainnya, sehingga diharapkan
sistem instruksional lebih efisien dan
efektif; (3) materi pelajaran dalam
bidang studi sangat luas dan
mengandung banyak variabel yang
harus dipelajari oleh siswa; (4)
penggunaan multimedia mengundang
aktivitas kerja guru lebih terarah dan
membangkitkan kegiatan belajar

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 412

siswa
lebih
seimbang;
(5)
penggunaan multimedia khususnya
dalam pembelajaran dapat diartikan
adanya upaya kombinasi antara
penggunaan media yang lebih
canggih dengan media sederhana
atau yang mudah didapat dalam
masyarakat dengan harga yang
murah; (6) penggunaan multimedia
akan me-nunjang secara maksimal
pelaksanaan strategi belajar mengajar
secara terpadu dan lebih interaktif.
Micrososft
PowerPoint
meru-pakan salah satu aplikasi yang
paling banyak digunakan orang
untuk mempresentasikan bahan ajar
atau laporan, karya, atau status
mereka (Azhar, 2013:193). E-book
atau buku elektronik adalah buku
teks yang dikonversi menjadi format
digital.
E-book juga memiliki
pengertian
sebagai
lingkungan
belajar yang memiliki aplikasi yang
mengandung database multimedia
sumber daya instruksional yang
menyimpan presentasi multimedia
tentang topik dalam sebuah buku.
Kvisoft Flipbook Maker adalah jenis
perangkat lunak profesi halaman flip
untuk mengkonversi file pdf ke
halaman
publikasi
digital
(Ramdhayana, 2014).
METODE PENELITIAN
Desain produk yang digunakan
adalah model produk Rowntree
(2002) yang memiliki tiga tahap
proses
pengembangan
:
(1)
perencanaan,
(2)
persiapan
penulisan, dan (3) penulisan dan
penyuntingan.
Peneliti
perlu
melakukan adaptasi dengan menyesuaikan unsur-unsur yang terdapat
dalam kurikulum serta melengkapi
prosedur penting yang belum
terdapat dalam model Rowntree
tersebut.
Hasil pengadaptasian

model Rowntreedapat dijabarkan
sebagai berikut.
(1) Tahap
perencanaan
dan
persiapan penulisan, meliputi
kegiatan: (a) membuat analisis
materi
pembe-lajaran;
(b)
membuat peta konsep; (c)
mengumpulkan sumber, bahan,
dan peralatan yang dibutuhkan;
dan (d) menentukan bentuk fisik
bahan ajar.
(2) Tahap
penulisan,
meliputi
kegiatan: (a) menyusun draf; (b)
merevisi draf berdasar masukan
para ahli; (c)melengkapi draf
dan me-nyunting; dan (d)
menulis asesmen belajar.
(3) Tahap penyuntingan, meliputi
kegiatan: (a) validasi produk
oleh para ahli; (b) revisi berdasar
masukan para ahli; (c) uji coba
lapangan terbatas; dan (d) revisi
berdasar uji coba lapangan.
Pada tahap validasi produk,
produk diuji para ahli dalam aspek
kelayakan isi, penyajian, kelayakan
bahasa, dan kelayakan media.
Kelayakan media meliputi unsur
rekayasa perangkat lunak, desain
pembelajaran, komunikasi visual,
dan kelayakan audio. Setelah bahan
ajar mendapat validasi dari para ahli,
produk
diujicobakan
kepada
pengguna. Uji coba produk bertujuan
untuk
melihat
keberterimaan
perangkat pembelajaran. Ukuran dari
keberterimaan ini
adalah (1)
efektivitas, yaitu produk yang
dikembangkan memiliki kemampuan
untuk mencapai tujuan pembelajaran
yakni mampu mencapai ketuntasan
belajar; dan (2) produk yang dikembangkan mendapat respons positif
atau sangat positif dari siswa.
Desain
ujicoba
produk
menggu-nakan desain percobaan
praekspe-rimental (preeksperimental
design). Jenis desain yang digunakan

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 413

adalah One Shot Case Study. Dalam
desain ini, perlakuan dikenakan pada
suatu kelompok unit percobaan
tertentu,
kemudian
diadakan
pengukuran
terhadap
variabel
dependen (Nazir, 2009:231).
Subjek
penelitian
pengembangan ini adalah (1) pakar
materi pembe-lajaran,
(2) pakar
media
pembelajaran, dan
(3)
praktisi lapangan. Pakar materi
pembelajaran
sebagai
validator
materi oleh
Dr.
Dyah
Werdiningsih, M.Pd. sedangkan
pakar media pembelajaran sebagai
validator media oleh Dr. Sri
Wahyuni, M.Pd. Kedua ahli ini
adalah dosen Program Pascasarjana
Universitas Islam Malang. Praktisi
dilakukan oleh Siti Maluludiyah
S.Pd., salah seorang guru pengampu
mata pelajaran bahasa Indonesia
pada UPTD SMP Negeri 2
Sumbergempol yang telah memiliki
masa kerja selama 17 tahun. Dalam
uji coba lapangan, untuk menguji
efektivitas dan praktibilitas produk,
subjek penelitian adalah siswa.
Jenis data yang dibutuhkan
berupa data verbal dan nonverbal.
Pada uji kelayakan produk, data
verbal berupa saran dan catatan dari
para ahli, sedangkan data nonverbal
berupa skor yang diberikan para ahli.
Sementara itu, pada uji coba
lapangan, data verbal berupa respons
siswa dalam angket, sedangkan data
nonverbal berupa skor postes siswa.
Instrumen yang digunakan
dalam uji kelayakan produk adalah
kuesioner. Dalam proses validasi
produk, kuesioner terdiri dari tiga
macam yaitu kuisioner untuk validasi
ahli materi, kuisioner untuk validasi
ahli media, dan kuesioner untuk
praktisi lapangan. Kuisioner untuk
validasi ahli materi berisi 30 butir
pernyataan tertutup dengan lima

interval jawaban yaitu 5, 4, 3, 2, dan
1 untuk kategori sangat baik, baik,
cukup, kurang baik, dan sangat
kurang. Kuesioner untuk validasi ahli
media berisi 25 butir pernyataan,
sedangkan kuesioner untuk praktisi
berisi 22 butir pernyataan.
Instrumen dalam uji coba
lapangan adalah kuesioner dan tes.
Tes berbentuk tes pilihan ganda dan
uraian yang mencakup aspek
penilaian
pengetahuan
dan
keterampilan pada kompetensi dasar
tertentu. Kuesioner respons siswa
berisi 13 butir pernyataan dengan
lima pilihan jawaban yaitu sangat
setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu
(RR), tidak setuju (TS), dan sangat
tidak setuju (STS).
Secara umum, teknik analisis
data
pada
penelitian
ini
menggunakan
teknik
analisis
deskriptif kualitatif. Data nonverbal
berbentuk angka dianalisis secara
kuantitatif
untuk
selanjutnya
dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Teknik analisis meliputi empat tahap
sebagai berikut: (1) mengumpulkan
data verbal tertulis; (2) mentranskrip
data verbal lisan; (3) menghimpun,
menye-leksi, dan mengklasifikasi
data verbal tulis dan hasil transkrip
verbal lisan berdasarkan kriteria; dan
(4)
mengana-lisis
data
dan
merumuskan simpulan analisis.
Teknik analisis data angket
validasi dilakukan dengan: (1) menghitung rerata skor yang diberikan
validator; (2) menghitung nilai yang
diberikan
validator
untuk
menentukan
tingkat
kevalidan
produk dengan membandingkan
jumlah skor yang diperoleh dengan
skor maksimal. Analisis data tes
kelas dilakukan dengan mencari
tingkat ketuntasan siswa. Data hasil
pengukuran postes dianalisis dengan
menggunakan tabel analisis hasil

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 414

ulangan harian. Dalam menganalisis
data angket respons siswa, langkah
pertama yang dilakukan adalah
dengan memberi skor terhadap
pernyataan sikap siswa. Setelah itu,
untuk mengetahui tingkat respons
siswa terhadap adalah dengan cara
membandingkan jumlah skor yang
diberikan siswa di tiap-tiap butir
pernyataan dengan skor maksimal.
HASIL PENGEMBANGAN
Analisis materi pembelajaran
merupakan langkah awal yang perlu
dilakukan sebelum melakukan proses
pengembangan bahan ajar. Tujuan
memyusun
analisis
materi
pembelajaran
adalah
untuk
memperoleh
informasi
akurat
mengenai komponen-komponen: (1)
kompetensi inti (KI) dan kompetensi
dasar (KD) yang ingin dicapai, (2)
indikator, (3) materi pokok, dan (4)
langkah-langkah
kegiatan
pembelajaran.
Analisis
materi
pembelajaran perlu dilakukan agar
materi yang disajikan relevan dengan
kompetensi dasar dan mencukupi
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran. Analisis materi juga
digunakan sebagai masukan dalam
menyusun langkah-langkah kegiatan
pembelajaran.
Produk yang dihasilkan dalam
pengembangan ini adalah perangkat
pembelajaran berupa bahan ajar teks
diskusi. Bahan ajar ini merupakan
salah satu materi Kurikulum 2013
untuk kelas VIII SMP semester
genap. Produk bahan ajar berbasis
multimedia berbentuk Compact Disk
(CD). Multimedia dalam produk ini
merupakan gabungan: (1)media
microsoft powerpoint 2010, dan (2)
buku teks elektronik yang dikemas
dalam aplikasi kvisoftflipbookmaker
pro3.6.5.

Media microsoft powerpoint
yang digunakan adalah versi tahun
2010,
diperlukan
untuk
mengendalikan perintah. Slide-slide
dalam media microsoft powerpoint
pada
dasarnya
dikelompokkan
menjadi tiga bagian sesuai dengan
jumlah subtema dalam buku teks
elektronik. Selanjutnya masingmasing subtema ini dikelom-pokkan
lagi menjadi beberapa subbagian
sesuai dengan jumlah pertemuan.
Setiap pertemuan selalu diawali
dengan slide berisi video untuk
membangun konteks. Setelah itu,
berturu-turut diikuti oleh slide
pemandu kegiatan
apersepsi,
informasi tujuan pembelajaran, dan
cakupan materi. Setelah slide yang
berisi cakupan materi ini selesai
ditayangkan,
pengguna
dapat
langsung
menutup
aplikasi
powerpoint
dan
selanjutnya
membuka buku tes elektronik dalam
file flipbook sesuai petunjuk dalam
slide. Di akhir pertemuan, setelah
kegiatan pembe-lajaran dalam file
flipbook selesai, pengguna dapat
menutup aplikasi flipbook dan
kembali ke media powerpoint dengan
membuka slide terakhir yang berisi
panduan kegiatan penyimpulan.
Produk tersimpan dalam folder
bernama powerpoint. Folder ini
berisi tujuh file, masing-masing file
berisi slide-slide yang ditayangkan
dalam setiap pertemuan.
Dalam
setiap perte-muan, selalu diawali
dengan pemutaran video singkat
untuk membangun konteks dan
diakhiri dengan kegiatan penarikan
simpulan.
Buku teks elektronik dikemas
dalam aplikasi Kvisoft Flipbook
Maker Pro 3. Secara garis besar,
materi teks diskusi pada buku teks
elektronik dibagi menjadi tiga
subbab. Pembagian subbab ini

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 415

didasarkan pada cakupan materi.
Cakupan materi masing-masing
subbab sudah mencakup aspek
pengetahuan
dan
keterampilan.
Sehingga
setiap
akhir
subbab/subtema dapat dilakukan uji
kompetensi yang sudah meliputi
kedua aspek tersebut.
Materi pembelajaran yang
disajikan
pada
masing-masing
subtema berisi teks model tugastugas
yang
dilakukan
secara
berkelompok yang berbentuk diskusi
maupun tugas mandiri.
Dalam
diskusi untuk menye-lesaikan tugastugas ini, disisipkan contoh-contoh,
teori-teori, ilustrasi, dan aktivitas
(petunjuk langkah-langkah). Sesuai
amanat pendekatan saintifik, penulis
berusaha mengedepankan penalaran
induktif. Namun demikian, untuk
mengurangi efek ketidakefektifan
pendekatan saintifik pada materimateri
terntentu,
penulis
menggabungkan penalaran induktif
dengan penalaran deduktif dengan
cara memberikan stimulus-stimulus
berupa teori-teori yang diperlukan
siswa sebagai pengetahuan awal
untuk bekal mengolah data dan
selanjutnya membuat simpulan.
Secara garis besar, materi yang
tercantum
dalam
buku
teks
elektronik dibagi menjadi tiga
subtema yaitu (1) wacana tes
keperawanan
di
sekolah;
(2)
kebijakan kantong plastik berbayar;
dan (3) Bolehkah Siswa SMP
Mengendarai Motor ke Sekolah?
Validasi produk mencakup
kela-yakan materi dan kelayakan
media .Validasi materi berkaitan
dengan
kegiatan penilaian dari
seorang ahli terhadap kelayakan
produk pengem-bangan dalam hal
kelayakan (1) isi, (2) penyajian, dan
(3) bahasa.
Sedangkan validasi
media meliputi aspek kelayakan (1)

rekayasa perangkat lunak; (2) desain
pembelajaran; (3) komunikasi visual;
dan (4) kelayakan audio.
Berdasarkan angket yang diberikan kepada ahli materi dalam uji
kelayakan isi, kriteria sangat baik
diperoleh oleh aspek kemutakhiran
materi dan keakuratan materi yang
mendapat rerata skor 5 dan 4,6.
Sedangkan aspek kesesuaian materi
dengan KI dan KD serta aspek
kemampuan
materi
dalam
mendorong keingintahuan siswa
kedua-duanya mendapat kriteria baik
dengan rerata skor 4,33 dan 4,5.
Rerata skor secara keseluruhan pada
aspek kelayakan isi ini adalah 4,58
dengan kriteria sangat baik.Nilai
yang diperoleh dari jumlah skor pada
aspek kelayakan isi 91,67. Besar
persentase dari proses validasi isi
adalah sebesar
91,67 %.
Jika
dikonversi ke dalam kriteria tingkat
kelayakan, secara kuantitatif hasil
validasi isi pembelajaran dari produk
ini berada pada level valid dan tidak
perlu revisi.
Berdasarkan
skor
yang
diberikan ahi materi dalam uji
kelayakan penyajian,
konsistensi
sistematika
penyajian
dan
kelengkapan pendukung penyajian
kedua-duanya mendapat skor 5
dengan kriteria sangat baik. Rerata
skor pada aspek ketepatan penyajian
dan keruntutan konsep adalah 4,33
dan 4 dengan predikat baik. Secara
kesel-uruhan, rerata skor yang
diperoleh pada aspek kelayakan
penyajian adalah 4,44 dengan
predikat baik. Besar persentase dari
proses validasi penyajian 88,89%.
Jika dikonversi ke dalam kriteria
tingkat kelayakan, hasil validasi isi
dari produk ini berada pada level
valid dan tidak perlu revisi.
Berdasar skor yang diberikan
ahli materi dalam uji kelayakan

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 416

bahasa, semua indikator aspek
kelayakan bahasa yang meliputi (1)
kekomunikatifan, (2) kesesuaian
dengan
tingkat
perkem-bangan
peserta didik, (3) koherensi dan
keruntutan alur pikir,
dan (4)
kesesuaian dengan kaidah bahasa
mendapat rerata
skor 4 dengan
kriteria baik. Dengan demikian rerata
skor yang diperoleh aspek kelayakan
bahasa memiliki angka dan predikat
yang sama dengan rerata skor pada
tiap-tiap indikator penilaian yaitu 4
dengan
kriteria
baik.
Besar
persentase dari proses validasi
bahasa adalah sebesar 80%. Jika
dikonversi ke dalam kriteria tingkat
kelayakan, hasil validasi bahasa dari
produk ini berada pada level valid
dan tidak perlu revisi.
Berdasarkan data di atas,
jumlah skor yang diberikan validator
materi dalam 30 butir pernyataan
adalah 131. Berdasarkan angkaangka ini diperoleh rerata dari skor
validasi materi sebesar 4,37 dengan
kriteria baik. Persentase dari proses
validasi materi
adalah sebesar
87,33%. Jika dikonversi ke dalam
kriteria tingkat kelayakan, hasil
validasi materi berada pada level
valid dan tidak perlu revisi.
Validasi media
merupakan
kegi-atan penilaian dari seorang ahli
terhadap
kelayakan
produk
pengembangan terkait dengan (1)
rekayasa perangkat lunak, (2) desain
pembelajaran, (3) komunikasi visual,
dan (4) audio. Berdasarkan skor yang
diberikan ahli media pada aspek
kelayakan rekayasa perangkat lunak,
indikator keakuratan media dan
kemutakhiran media sama-sama
men-dapat skor 4 dengan kategori
baik.
Kemudahan
penggunaan
mendapatkan skor yang lebih tinggi
yaitu dengan rerata 4,33 dengan
kategori baik. Sedangkan skor

terendah terletak pada kelengkapan
dokumentasi memperoleh
rerata
skor 3,5 dengan kriteria cukup.
Kelengkapan dokumentasi pada
bagian petunjuk instalasi produk
perlu mendapatkan perhatian serius
karena hanya mendapat skor 3
dengan kriteria cukup. Rerata skor
yang diperoleh pada aspek rekayasa
perangkat lunak adalah 4 dengan
predikat baik.Persentase dari proses
validasi rekayasa perangkat lunak
adalah sebesar
80%.
Jika
dikonversi ke dalam kriteria tingkat
kelayakan, hasil validasi pada aspek
ini berada pada level valid dan tidak
perlu revisi.
Berdasarkan skor yang diberikan ahli media pada aspek desain
pembelajaran, indikator ketepatan
rumusan
tujuan
pembelajaran
mendapat skor 5 dengan kategori
sangat baik. Sedangkan kulaitas
proses pembelajaran dan ketepatan
evaluai sama-sama memiliki rerata
skor 4 dengan kategori baik. Rerata
skor secara keseluruhan pada
kelayakan
desain
pembelajaran
adalah 4,29 dengan kategori baik.
Persentase validasi 85,71%. Jika
dikonversi ke dalam kriteria tingkat
kelayakan, hasil validasi desain
pembelajaran dari produk ini berada
pada level valid dan tidak perlu
revisi.
Berdasarkan
skor
yang
diberikan ahli media pada aspek
kelayakan
komunikasi
visual,
kekomunikatifan mendapat skor 5
dengan kriteria sangat baik. Indikator
yang
lain seperti kreativitas,
kemenarikan, dan tampilan visual
mendapat rerata skor 4 dengan
kriteria baik. Media bergerak
mendapat rerata skor yang lebih
tinggi yaitu 4,5 dengan predikat baik.
Secara keseluruhan, rerata skor yang
diperoleh
dalam
kelayakan

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 417

komunikasi visual adalah 4,25
dengan kriteria baik. Persentase dari
proses validasi komunikasi visual
adalah sebesar
85%.
Jika
dikonversi ke dalam kriteria tingkat
kelayakan, hasil berada pada level
valid dan tidak perlu revisi.
Berdasarkan
skor
yang
diberikan ahli media pada aspek
kelayakan audio, dari tiga indikator
penilaian audio yang meliputi
volume, kecepatan, dan tekanan,
ketiga-tiganya
mendapat skor 4
dengan kriteria baik. Rerata skor
secara keseluruhan indikator dalam
kelayakan audio juga sebesar 4
dengan predikat baik. Persentase dari
proses validasi audio adalah sebesar
80%. Jika dikonversikan ke dalam
kriteria tingkat kelayakan, aspek
audio dari produk ini berada pada
level valid dan tidak perlu revisi.
Berdasarkan data di atas,
jumlah skor yang diberikan ahli
media dalam keseluruhan aspek
kelayakan adalah 125. Jika skor
maksimal dari 25 butir pernyataan
adalah 125, maka besar persentase
dari proses validasi media adalah
sebesar 83,2%. Jika dikonversi ke
dalam kriteria tingkat kelayakan,
secara kuantitatif
hasil validasi
media berada pada level valid dan
tidak perlu revisi.
Instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data penilaian
praktisi lapangan ini berisi angket
tertutup dengan berisi 22 butir
penilaian. Butir-butir penilaian dalam
angket ini menggabungkan beberapa
indikator dari aspek isi, penyajian,
bahasa, dan media. Butir-butir
penilaian yang dipilih
bersifat
praktis dan bisa diamati secara
langsung, terutama pada aspek kelayakan media. Aspek-aspek yang
dinilai meliputi aspek kelayakan (1)

isi, (2) penyajian, (3) bahasa, dan (4)
media.
Berdasarkan angket validasi,
jumlah skor yang diberikan praktisi
pada 5 butir penilaian aspek isi
berjumlah
23. Rerata skor dari
angka ini adalah 4,6 dengan predikat
sangat baik. Persentase nilai dari
aspek isi oleh praktisi adalah 92%
berada pada level valid dan tidak
perlu revisi. Pada aspek kelayakan
penyajian, rerata skor 4,5 dengan
kriteria baik. Persentase adalah 90%
berada pada level valid dan tidak
perlu revisi.Pada aspek kelayakan
bahasa, Rerata skor dari angka ini
adalah 4 dengan kriteria
baik.
Tingkat kevalidan bahasa adalah
80% berada pada level valid dan
tidak perlu revisi.Secara keseluruhan,
rerata dari skor pada aspek materi
4,43 dengan kriteria baik dengan
persentase kevalidan 88,57% berada
dalam level valid dan tidak perlu
revisi. Sedangkan rerata skor pada
aspek kelayakan media dari 4,25
dengan kriteria baik. Persentase
kevalidan produk 85% berada pada
level valid dan tidak perlu revisi.
Meskipun secara kuantitatif,
hasil validasi produk menunukkan
valid, peneliti perlu melakukan
perbaikan produk berdasar simpulan
maupun catatan dari para
ahli.
Perbaikan produk yang dilakukan
antara lain sebagai berikut: (1)
menambahkan beberapa soal uraian
pada
akhir
subtema2;
(2)
menyisipkan kebijakan kantong
plastik berbayar di Tulungagung
pada teks model subtema 2; (3)
menambahkan tugas projek pada
setiap
akhir
kegiatan;
(4)
memperbaiki
tampilan
sampul
depan; (5) buku teks dikonversi ke
aplikasi flipbook yang original; (6)
memperbaiki
petunjuk instalasi
aplikasi flipbook; (7) mengganti

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 418

video mem-bangun konteks yang
terdapat pada file “pertemuan1”
media
powerpoint;
dan
(8)
mengganti
video
membangun
konteks pada pertemuan ketiga
dengan
video berjudul “Plastik
Asik...Yuk Kita Jaga Bumi Kita.”
Berdasarkan hasil postes dari
20 siswa, 17 siswa tuntas belajar
karena mendapatkan nilai >= 2,66.
Hanya 3 siswa yang mendapatkan
nilai kurang dari ketuntasan minimal,
sehingga siswa yang tuntas belajar
sebesar 85%. Nilai rerata kelas uji
coba adalah 75. Nilai konversi dari
angka ini adalah 3 dengan predikat
B. Ketuntasan klasikal kelas juga
terpenuhi karena lebih dari 60%
siswa telah memenuhi KKM.
Meskipun secara kuantitatif
hasil uji coba produk di lapangan
telah
menunjukkan
efektivitas
produk,
peneliti
memperbaiki
produk berdasar nilai kurang pada
beberapa butir soal. Terutama
dengan mencermati jawaban siswa
pada soal nomor 23, penulis harus
melakukan perbaikan produk dengan
menambah materi pengayaan tentang
sinonim. Materi ini akan bermanfaat
bagi siswa untuk memperkaya kosa
kata sehingga akan mempermudah
menu-angkan gagasan ke dalam kata
atau kalimat yang bervariasi.
Berdasarkan angket kepada
20 responden, 15 siswa memberikan
respons positif terhadap produk, 2
siswa memberikan respons sangat
positif, dan 3 siswa lainnya netral.
Jika dikonversi ke bentuk persen,
sebanyak 75% siswa memberikan
respons positif, 10% sangat positif,
dan 10 % siswa yang membe-rikan
respons netral.
Berdasarkan respons siswa,
produk pengembangan ini memiliki
kelebihan pada unsur nilai-nilai
karakter. Sebanyak 14 siswa

menyatakan sikap sangat setuju dan
6 siswa setuju
kalau materi
memotivasi mereka untuk bersikap
dan bertingkah laku yang lebih baik.
Persentase skor pada pernyataan ini
95%. Sementara itu, sebanyak 13
siswa menyatakan sikap sangat
setuju, 4 siswa setuju, dan 1 orang
siswa ragu-ragu kalau
materi
momotivasi
mereka
untuk
berprestasi. Persentase skor pada
pernyataan ini 92%. Rerata skor pada
kedua butir pernyataan yang
merupakan
indikator
nilai-nilai
karakter ini 93,5 %.
Keurangan produk ini terletak
pada unsur kekontekstualan materi.
Hal ini ditunjukkan oleh skor yang
diperoleh pada butir pernyataan
nomor 3 yang hanya memperoleh
skor 66 dengan tingkat respons raguragu. Dari 20 responden, 4 siswa
menyatakan sangat setuju, 6 siswa
setuju, 6 siswa ragu-ragu, dan 4
siswa menyatakan
sangat tidak
setuju jika materi memiliki kaitan
dengan kehidupan mereka. Namun,
butir pernyataan lain pada indikator
kekontekstualan
materi,
menunjukkan hasil yang berbeda.
Sebanyak 87% siswa setuju jika
mereka memiliki keingintahuan
terhadap isi. Dengan kata lain siswa
merasa ingin tahu tentang isi teks
meskipun tidak semua isi teks
berkaitan dengan kehidupannya.
Rerata persentase persetujuan dari
kedua butir pernyataan ini adalah
76,5%.
Pada aspek
interaktivitas
siswa,
sebanyak
66%
siswa
menyatakan
ragu-ragu
untuk
mengeluarkan pendapat. Meskipun
demikian, 80% lebih bersemangat
dalam mengikuti pembe-lajaran.
Artinya siswa setuju jika mereka
lebih bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran meskipun masih ragu-

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 419

ragu untuk mengeluarkan pendapat.
Rerata persentase persetujuan dari
indikator ini adalah 78%.
Sementara itu, indikator kemudahan pemahaman mendapat persetujuan 79,5% . Siswa setuju
menyatakan merasa lebih mudah
memahami materi, 76% siswa setuju
bahwa materi tidak membingungkan,
81% siswa setuju jika langkahlangkah pembelajaran memu-dahkan
siswa untuk menguasai materi, dan
74% siswa setuju bahwa mereka
tidak
mengalami
kesulitan
memahami isi kalimat, paragraf,
maupun teks secara kese-luruhan.
Pada aspek
kemenarikan
materi, 87% siswa menyatakan
video yang diputar memotivasi
mereka untuk belajari, 83% siswa
menyatakan pembe-lajaran teks
diskusi menarik dan menyenangkan,
dan 90% siswa menya-takan bahan
ajar teks diskusi tidak sama dengan
buku-buku biasa yang selama ini
digunakan.
Artinya,
siswa
menyatakan
termotivasi
untuk
belajar karena bahan ajar menarik,
menyenangkan, dan berbeda dengan
buku-buku biasa yang selama ini
mereka gunakan.
Revisi produk didasarkan pada
respons ragu-ragu siswa terhadap
salah satu butir pernyataan pada
indikator kekontekstualan materi.
Peneliti mengganti topik tugas
menyusun teks diskusi pada subtema
2 dengan topik yang lebih
kontekstual. Topik peduli sampah
pada hari lingkungan hidup pada
tugas menyusun teks diskusi secara
berkelompok diganti dengan topik
bela negara di sekolah. Dengan
demikian, siswa lebih mudah
menuangkan
gagasan
karena
berkaitan dengan peristiwa yang
benar-benar mereka alami di sekolah.

SIMPULAN
Prosedur
pengembangan
dimulai dengan membuat analisis
materi
pembelajaran.
Hasil
pengembangan berbentuk bahan ajar
teks diskusi berbasis multimedia
mengombinasikan media microsoft
powerpoint dan aplikasi flipbook.
Hasil validasi para ahli yang terdiri
dari ahli materi, ahli media, dan
praktisi menunjukkan
tingkat
validitas produk
85,93% berada
pada level valid. Angka ini berasal
dari rerata empat aspek penilaian
yang meliputi kelayakan isi 91,84%,
kelayakan
penyajian
89,45%,
kelayakan
bahasa
80%,
dan
kelayakan media 84%.
Setelah
produk
direvisi
berdasar kritik dan saran perbaikan
dari para ahli, produk diujicobakan.
Hasil uji coba menunjukkan bahwa
produk telah memenuhi kriteria
efektivitas
dan
praktibilitas.
Efektivitas produk ditun-jukkan oleh
terpenuhinya ketuntasan klasikal
kelas uji coba karena 85% siswa
yang mengikuti postes mendapat
nilai >= 2,66. Nilai rerata kelas 75,
dikonversi menjadi 3 dengan
predikat B. Berdasarkan angket
respons siswa, produk bahan ajar
memenuhi syarat praktibilitas karena
85% siswa memberi respons positif
dan sangat positif terhadap produk.
Tingkat persetujuan tertinggi pada
nilai-nilai karakter. Sebanyak 93,5%
siswa menya-takan sangat setuju
kalau materi memotivasi siswa untuk
bersikap dan bertingkah laku yang
lebih baik serta memotivasi siswa
untuk berprestasi. Pada indikator
kemenarikan,
86,67%
siswa
menyatakan setuju kalau bahan ajar
menarik,
menyenangkan,
dan
berbeda dengan buku-buku biasa
yang selama ini mereka gunakan
sehingga termotivasi untuk belajar.

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 420

Pada aspek kemudahan pemahaman,
79,5% siswa menyatakan setuju
kalau materi tidak membingungkan
dan mudah dipahami dengan
langkah-langkah
pembelajaran
mempermudah siswa menguasai
materi. Pada indikator interaktivitas,
78% siswa menyatakan lebih
bersemangat
dalam
mengikuti
pembelajaran meskipun masih raguragu untuk mengeluarkan pendapat.
Pada aspek kekontekstualan materi,
76,5% siswa menyatakan merasa
ingin mengetahui isi teks meskipun
tidak semua isi teks berkaitan dengan
kehidupan siswa. Produk akhir
berupa
produk yang direvisi
berdasar hasil uji coba lapangan.
SARAN
Produk dapat dimanfaatkan
oleh beberapa pihak seperti siswa,
guru, manajemen sekolah, maupun
peneliti lain. Disarankan untuk
mengujicobakan produk di beberapa
sekolah
sebelum
produk
disebarluaskan dalam kawasan yang
lebih luas. Pengembangan lebih
lanjut dapat dilakukan pada jenis teks
yang lain untuk melengkapi materi
kelas VIII SMP.
DAFTAR RUJUKAN
Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Busri, Hasan dan Badrih, Moh. 2015.
Linguistik Indonesia: Pengantar
Memahami Hakikat Bahasa.
Malang: Worldwide Readers.
Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih
dan Menyusun Bahan Ajar.
Jakarta.
Forijati, Rr. dan Widodo, Agus.
2012. Modul Materi Paedagogik.
Dalam Panitia Sertifikasi Guru
Rayon
143.
Media
pembelajaran. Kediri: UNP.

Iskandarwassid
dan
Sunendar,
Dadang.
2013.
Strategi
Pembelajaran
Bahasa.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kemdikbud. 2014. Bahasa Indonesia
Wahana
Pengetahuan
SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kemdikbud. 2014. Modul Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013.
Modul disajikan dalam Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013
Tahun Ajaran 2014/2015, Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan,
Tulungagung, 9-14 Juni 2014.
Latief, Mohammad Adnan. 2009.
Penelitian
Pengembangan,
(Online
),
(http://
sastra.um.ac.id/, diunduh 31
Desember 2015, pukul 15.00).
Martutik dan Rani, Abdul. 2013.
Menulis Dasar Berbasis Tugas.
Malang: Surya Pena Gemilang.
Nazir,
Moh.
2009.
Metode
Penelitian.
Bogor:
Ghalia
Indonesia.
Permendikbud RI Nomor 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah.
Permendikbud RI Nomor 81 A
Tahun
2013
tentang
Implementasi Kurikulum.
Poerwadarminta,
W.J.S.
2011.
Kamus
Umum
Bahasa
Indonesia.
Jakarta:
Balai
Pustaka.
Pusat Bahasa Depdiknas. 2007.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta:Balai Pustaka.
Ramdhayana. 2014. Media Pembelajaran dengan Menggunakan
Media
Flipbook,
(Online),
(http://ramdhayana24.blogspot.c
o.id/, diunduh 19 April 2016,
pukul 18.30).

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 421

Rusyanti, Hetty. 2014. Pengertian
Bahan Ajar Menurut Ahli.
(online),
(http://www.kajianteorti.com/,
diunduh 20 April 2016, pukul
17.30).
Sorraya,
Artifa.
2014.
Pengembangan Bahan Ajar Teks
Prosedur
Kompleks
dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia
untuk Kelas X SMK. Tesis tidak
diterbitkan. Malang: Program
Pasca Sarjana Unisma.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Jakarta: Alfabheta.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2002 tentang
Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan
Ilmu
Pengetahuan
dan
Teknologi.
Wahono, Romi Satria. 2006. Aspek
dan Kriteria Penilaian Media
Pembelajaran.(Online),
(http://romisatriawahono.net/,
diunduh 21 April 2016, pukul
11.45).

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 422