Bulletin Warta NTT 26

26TRIWULAN III/TAHUN 2014

25

TRIWULAN III/TAHUN 2014

PUPUKLAH TERUS SEMANGAT NASIONALISME
Oleh: Lucius Widodo Luly
“Setiap generasi memiliki tantangan dan permasalahannya sendiri. Para pejuang masa lalu
berjuang untuk merebut kemerdekaan, generasi kini berkewajiban mengisi kemerdekaan dengan
potensi dan kemampuan yang dimilikinya.”
gerbong-gerbong yang luar biasa.
Padahal yang luar biasa adalah
jadwal perjalanannya, yang
diselenggarakan di luar jadwal yang
ada. Hal itu terjadi karena kereta
dengan perjalanan luar biasa ini,
mengangkut Presiden beserta Wakil
Presiden, dengan keluarga dan staf,
gerbong-gerbongnya dipilihkan
yang istimewa, yang disediakan oleh

Djawatan Kereta Api (DKA) untuk
VVIP.

D

emikian sari pesan Drs.
Benny Litelnoni,SH,MM
selaku Inspektur Upacara
saat membuka Kegiatan
Pelatihan Pasukan Pengibar Bendera
Merah Putih (Paskibraka) Tahun 2014
tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan yang digelar Hari Jum’at
tanggal 25 Juli 2014 itu mengambil
tempat di Aula UPT Pengembangan
Pendidikan Non Formal dan Informal
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi NTT.
Hadir dalam acara itu Unsur
Forkompinda Provinsi NTT antara lain

Kapolda NTT, Komandan Lantamal
VII, Komandan Lanud El Tari dan
Komandan Korem 161 Wirasakti.
Nampak hadir juga Kepala Dinas
Pemuda dan Olahraga serta Kepala
Dinas Koperasi Provinsi NTT.
Dalam kegiatan yang lengkap
dihadiri oleh panitia, para pelatih,
pembina dan tim medis itu, Wakil
Gubernur NTT menitipkan setidaknya
tiga hal untuk direleksikan bersama
yaitu :
Pertama, Pindahnya Ibukota
Republik Indonesia ke Yogyakarta;

Alasan dipindahkannya Ibukota
Negara kita waktu itu adalah
karena semakin memburuknya situasi
keamanan ibukota Jakarta, atau
yang dikenal dengan nama Batavia

saat itu.
Pada tanggal 4 Januari 1946,
Soekarno dan Hatta menggunakan
kereta api, pindah ke Yogyakarta
sekaligus juga memindahkan ibukota.
Kepala Negara dan wakilnya ketika
itu, terpaksa harus meninggalkan
Sutan Syahrir dan kelompok yang
pro-negosiasi dengan Belanda di
Jakarta.

Menurut Wakil Gubernur NTT, hari
ini juga merupakan hari yang luar
biasa bagi kita semua, teristimewa
bagi anak-anakku calon Anggota
Paskibraka Provinsi Nusa Teggara
Timur Tahun 2014. “Mungkin saja, ada
yang masih menganggap jika menjadi
PASKIBRAKA adalah sia-sia. Tetapi
saya melihat ini adalah hal yang luar

biasa. Saya tegaskan kepada kalian
anak-anakku, jika kalian akan segera
memasuki fase yang luar biasa
selama hampir sebulan kalian dilatih
di tempat ini,” demikian ujar Beny.

Mari kita coba kembali
membayangkan jika saat itu kita
berada dalam suasana yang
mencekam karena dentumen meriam,
desingan peluru atau teriakan lapar
anak negeri karena kemiskinan,
kelaparan, penyakit dan kematian.

Wagub memotivasi peserta
sebagai duta Kabupaten dan Kota
yang telah diutus untuk setidaknya
merasakan mulianya tumbuh menjadi
bunga teratai dengan tiga helai daun
ke atas untuk terus belajar, bekerja

dan berbakti kepada bangsa ini.
Untuk itu juga kalian akan dilengkapi
dengan tiga helai daun yang tumbuh
mendatar atau ke samping sebagai
seorang PASKIBRA yang harus aktif,
disiplin dan bergembira.

Sejarah mecatat jika Pemindahan
Soekarno dan Hatta ke Yogyakarta
dilakukan dengan menggunakan
kereta api, yang disebut dengan
singkatan KLB (Kereta Luar Biasa).
Orang lantas berasumsi bahwa
rangkaian kereta api yang digunakan
adalah rangkaian yang terdiri dari

Analogi “Bunga Teratai” yang
tumbuh di lumpur dan berkembang
di atas air memiliki makna bahwa
anggota PASKIBRAKA adalah

pemuda dan pemudi yang tumbuh
dari (Orang Biasa) tanah air yang
sedang bermekar/berkembang dan
membangun.