t bk 0808228 chapter1

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat pada masa globalisasi ini mengalami perubahan yang sangat cepat. Keadaan tersebut mengakibatkan ada manusia yang mampu menyesuaikan diri dan mengimbanginya bahkan ada pula yang gagal dalam melakukan penyesuaian diri. Proses globalisasi terus berlangsung, berbagai informasi mengalir tanpa batas ruang maupun waktu. Bagi individu yang tidak mampu menyesuaikan dengan tuntutan perubahan tersebut akan mengalami hambatan. Dalam hal ini sekolah harus mengantisipasinya supaya tidak berpengaruh terhadap siswa. Perubahan yang terjadi di luar lingkungan sekolah tetap akan berpengaruh terhadap perilaku siswa. Perilaku yang muncul sebagai akibat tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan adalah perilaku menyimpang (maladjustment).

Pada saat manusia memasuki lingkungan baru, individu dituntut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut, sehingga ia mampu hidup, tumbuh, dan berkembang serta dapat melangsungkan hidupnya. Demikian pula dengan siswa yang memasuki lingkungan sekolah yang baru, ia akan dihadapkan pada berbagai keadaan yang berbeda dengan sekolah sebelumnya.


(2)

Siswa dihadapkan pada berbagai tuntutan dan harapan yang sangat kompleks. Siswa dituntut supaya mampu melakukan penyesuaian dengan baik. Siswa berhadapan dengan mata pelajaran baru, guru-guru yang baru, teman baru, lingkungan sekolah yang baru dan sebagainya. Kondisi tersebut menuntut siswa berhasil dalam hal penyesuaian dirinya.

Dalam melakukan penyesuaian dengan lingkungan, siswa terkadang dihadapkan pada kondisi sulit, pola perilaku yang dikembangkan di rumah, menimbulkan kesulitan hubungan sosial di luar di luar rumah; rumah kurang memberikan teladan yang baik pada perilaku anak; kurangnya motivasi untuk belajar menyesuaikan diri. Hal ini banyak terjadi karena pengalaman sosial awal yang tidak menyenangkan; anak tidak mendapat bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajarnya. Elizabeth B. Hurlock (1992: 213) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuiakan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.

Dikatakan tersulit dalam penyesuaian diri, menurut Elizabeth B. Hurlock kerena meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokkan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam memilih pemimpin. Di samping itu, untuk mencapai


(3)

tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru.

Siswa menempuh berbagai macam cara di dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Cara yang dilakukan, yaitu memilih teman (interaksi dengan siswa lain), interaksi dengan guru, dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Siswa melakukan interaksi sosial yang baik dengan lingkungan sekitarnya, karena ia telah memiliki teman. Melalui interaksi sosial, diharapkan dapat memperlancar proses belajar siswa, karena interaksi sosial yang baik akan memberikan informasi tentang banyak hal dari lingkungannya. Melalui interaksi sosial, siswa belajar mengenai bagaimana sikap yang dapat diterima dengan baik oleh teman-temannya, diterima hanya sekedarnya saja atau ditolak oleh teman-temannya. Siswa juga dapat belajar tentang penilaian orang lain terhadap dirinya.

Bimbingan sebagai upaya membantu siswa untuk meningkatkan penyesuaian dirinya dapat dilakukan dengan strategi bimbingan dan konseling, yaitu: kegiatan konseling individual, konsultasi, bimbingan kelompok, konseling kelompok, atau pengajaran remedial, Juntika, (2007: 9). Bimbingan kelompok merupakan salah satu cara yang dilakukan dalam kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengembangkan penyesuaian diri siswa di lingkungan sekolah. Dengan layanan bimbingan kelompok beberapa siswa dan beberapa fungsi bimbingan dicapai dalam layanan tersebut. Fungsi bimbingan dan konseling, yaitu: fungsi pemahaman, fungsi fasilitasi, fungsi penyesuaian, fungsi penyaluran, fungsi adaptasi, fungsi pencegahan,fungsi perbaikan, fungsi


(4)

penyembuhan, fungsi pemeliharaan, dan fungsi pengembangan. Direktorat Jenderal Manajemen Pendididkan Dasar Dan Menengah, (2007:16).

Bimbingan kelompok sangat bermanfaat bagi siswa karena melalui interaksi dengan anggota-anggota kelompok mereka dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis seperti kebutuhan menyesuaikan diri dengan teman sebaya dan diterima oleh mereka, kebutuhan untuk saling berbagi pengalaman, kebutuhan untuk menemukan nilai-nilai yang ada di sekitar sebagai pedoman, serta kebutuhan lebih demokratis dan mandiri.

Dari pengamatan yang dilakukan di SMPN 1 Majasari Kabupaten Pandeglang banyak sekali ditemukan siswa bermasalah. Adapun masalah tersebut, yaitu pelanggaran tata tertib, kecenderungan masuk ke kelas terlambat, membolos, perkelahian, rendahnya prestasi yang dicapai siswa, menurunnya semangat belajar yang disebabkan dari masalah-masalah pribadi, bahkan ada beberapa siswa yang acuh tak acuh dalam menerima pelajaran. Perilaku tersebut dapat dijadikan indikator bahwa mereka tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Apabila hal ini dibiarkan, akan menghambat proses perkembangan diri dan perwujudan diri yang bermakna sesuai dengan tujuan pendidikan

Keadaan seperti tersebut merupakan tugas pokok layanan bimbingan yaitu membantu siswa mengatasi hambatan-hambatan yang mengganggu dalam melaksanakan tugas-tugas belajarnya. Sebab tujuan pelayanan bimbingan ialah agar siswa dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh


(5)

potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

Beberapa indikasi masalah yang dialami siswa, yaitu tidak mampu melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah. Hal ini dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak mematuhi peraturan yang dibuat bagi para siswa, seperti membolos, tidak masuk sekolah tanpa alasannya, mengikuti upacara tidak tertib, memalak, berkelahi, kurang konsentrasi dalam belajar,enggan melaksanakan piket kelas, malas mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tidak memahami kemampuan dirinya, tidak berpakaian seragam secara lengkap sesuai aturan yang telah ditetapkan, malas mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, malas berkunjung ke perpustakaan, dan sebagainya.

Dengan mempertimbangkan keadaan diatas, peneliti mencoba melakukan penelitian yang berhubungan dengan mengembangkan penyesuaian diri siswa melalui bimbingan kelompok di SMPN 1 Majasari Kabupaten Pandeglang. B. Identifikasi Dan Rumusan Masalah

Tujuan layanan bimbingan dan konseling di SMP ialah membantu siswa yang memiliki karakteristik, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhinya. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut:

1. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beiman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.


(6)

2. Mengembangkan hubungan sosial yang mantap dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita, yaitu mampu bekerja sama dalam kelompok, menerima teman dari lawan jenis yang berbeda, dan tidak memaksakan kehendak pada kelompoknya.

3. Mengembangkan peran sosial sebagai pria atau peran perempuan untuk siswa perempuan sesuai dengan norma masyarakat yaitu mengetahui, mendalami, menerima, mau dan mampu mengerjakan peran sosial pria atau wanita sesuai norma masyarakat.

4. Menerima keadaan diri dan menerapkannya secara efektif, yaitu

menerima keadaan fisik, bakat, memelihara fisik, mengembangkan bakat, serta menghargai keadaan dirinya (self- esteem).

5. Memiliki sikap dan perilaku emosional yang mantap, yaitu tidak cepat putus asa, tidak manja, berani mengambil resiko, menyayangi orang tua setulus hati, dan menghargai guru secara ikhlas.

6. Mempersiapkan kearah kemandirian ekonomi, yaitu penuh pertimbangan dalam membeli sesuatu, berusaha untuk menabung, membantu pekerjaan orang tua, berusaha agar studi tepat pada waktunya, memilih kegiatan ekstrakurikuler yang nantinya dapat menghasilkan nafkah.

7. Memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, yaitu mampu memilih jurusan yang sesuai dengan cita-cita pekerjaannya, mampu memilih kegiatan ektrakurikuler yang akan mendukung terhadap cita-cita pekerjaannya, memahami program studi yang ada di perguruan tinggi yang


(7)

sesuai dengan cita-cita pekerjaannya, serta memahami syarat-syarat yang diperlukan untuk pekerjaan yang dicita-citakan.

8. Memiliki sikap positif terhadap perkawinan dan hidup berkeluarga, yaitu menghargai perkawinan dan memahami hak dan kewajiban sebagai anggota keluarga.

9. Memiliki ketrampilan intelektual dan memahami konsep-konsep yang diperlukan untuk menjadi warga negara yang baik, yaitu mampu membuat pilihan yang sehat, membuat keputusan secara efektif, dapat menyelesaikan koflik atau masalah, memahami konsep hukum, ekonomi,politik, yang berlaku di negaranya.

10. Memilki sikap dan perilaku sosial yang bertanggung jawab, yaitu

berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial di sekolah dan masyarakat, menolong teman yang memerlukan bantuan, menyantuni fakir miskin dan menengok teman yang sakit, serta.

11. Memahami nilai-nilai dan etika hidup bermasyarakat,yaitu sopan santun dalam bergaul, jujur dalam bertindak, dan menghargai perasaan orang lain. Juntika (2006: 43-44).

Remaja memiliki ciri suka berkelompok terutama dengan teman sebaya. Di dalam kelompok, mereka dapat mengembangkan dirinya. Apabila kelompok teman sebaya tersebut dikelola dengan baik kemungkinan besar akan berkontribusi positif terhadap pengembangan diri remaja. Layanan bimbingan dan koseling di SMP dapat memaanfaatkan situasi kelompok sebagai media untuk memberikan bantuan kepada remaja.


(8)

Masalah pokok dalam penelitian ini adalah: “ Seperti apa program bimbingan dan konseling kelompok yang dapat digunakan untuk mengembangkan penyesuaian diri siswa di Sekolah?”

Untuk menjawab pertanyaan penelitian di atas, maka dirumuskan pertanyaan-pertanyaan operasional sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan penyesuaian diri siswa di lingkungan sekolah ?

2. Seperti apa program bimbingan dan konseling kelompok untuk mengembangkan penyesuaian diri siswa di SMPN 1 Majasari Pandeglang ?

3. Bagaimana efektifitas program bimbingan dan konseling kelompok untuk mengembangkan penyesuaian diri siswa ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini dilakukan adalah menghasilkan strategi bimbingan dan konseling kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa.

Untuk mencapai tujuan tersebut ada beberapa tujuan khusus yang akan dicapai terlebih dahulu, yaitu sebagai berikut:

1. Dapat diketahui gambaran penyesuaian diri siswa di lingkungan sekolah. 2. Dapat dibuat program bimbingan dan konseling kelompok untuk

mengembangkan penyesuaian diri siswa di SMPN 1 Majasari Pandeglang. 3. Dapat diketahui efektifitas program bimbingan dan konseling kelompok untuk

mengembangkan penyesuaian diri siswa.

Adapun manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini secara teoritik diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai strategi bimbingan kelompok untuk mengembangkan


(9)

penyesuaian diri siswa yang terstruktur dan sistematis. Secara praktis hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Dapat digunakan oleh guru pembimbing dalam membantu siswa untuk mengembangkan penyesuaian diri di lingkungan pendidikan.

2. Adanya program bimbingan dan konseling melalui strategi bimbingan kelompok dapat meningkatkan kesadaran guru pembimbing untuk menerapkan dan mengembangkan strategi bimbingan kelompok sebagai komponen dalam program pendidikan secara keseluruhan.

3. Dapat bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan penyesuaian diri di lingkungan sekolah.

D. Definisi Operasional

1. Program Bimbingan dan Konseling Melalui Bimbingan Kelompok Program dapat diartikan sebagai suatu deretan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan. Program bimbingan dan konseling melalui bimbingan kelompok yaitu sederetan kegiatan bimbingan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan. Program tersebut dituangkan dalam kerangka kerja yang sistematis, terarah, dan terpadu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Suherman (2009:51) mengemukakan Program bimbingan dan konseling sekolah merupakan serangkaian rencana aktivitas layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang selanjutnya akan menjadi pedoman bagi setiap personel dalam pelaksanaan dan pertanggungjawabannya …, secara mendasar program bimbingan dan konseling sekolah direkomendasikan sebagai upaya


(10)

pemberian layanan langsung bagi seluruh siswa, jadi setiap siswa menerima manfaat program tersebut.

Penyusunan program bimbingan dan konseling melalui bimbingan kelompok diungkap melalui beberapa aspek, yaitu: (1) perencanaan program; (2) pengorganisasian dan administrasi; (3) sarana; (4) anggaran; (5) koordinasi dan kerjasama; (6) pelaksanaan; (7) penilaian.

Berdasarkan uraian di atas, pengembangan program bimbingan dan konseling melalui bimbingan kelompok adalah upaya peneliti bersama-sama dengan personel sekolah di SMPN 1 Majasari Kabupaten Pandeglang merumuskan program bimbingan dan konseling melalui bimbingan kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa berdasarkan aspek kegiatan penting yang perlu dilakukan, yaitu (1) perencanaan program; (2) pengorganisasian dan administrasi; (3) penentuan sarana yang akan digunakan; (4) penentuan anggaran yang diperlukan; (5) koordinasi dan kerjasama; (6) pelaksanaan; (7) penilaian. 2.Penyesuaian Diri Siswa

Menurut Schneiders (Yusuf, 2009:28-29) Penyesuaian (adjustment) adalah suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustrasi dan konflik secara sukses, serta mengehasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup. Adapun ciri-ciri orang yang well adjusted, yaitu mampu merespon kebutuhan dan masalah secara matang, efisien, puas, dan sehat (wholesome). Efisien artinya hasil yang diperolehnya tidak banyak membuang energi, waktu, atau kekeliruan.


(11)

Wholesome artinya respon individu itu sesuai dengan hakikat kemanusiaanya, hubungan dengan yang lain, dan hubungannya dengan Tuhan.

Kemampuan menyesuaikan yang baik ditandai oleh adanya kemampuan seseorang untuk mereaksi secara efektif dan bermanfaat di lingkungan siswa berada. Dalam lingkungan sekolah, perilaku siswa merupakan cerminan dari kemampuan penyesuaian dirinya. Cerminan tersebut dapat kita lihat dari contoh perilaku sebagai berikut: homat dan menerima kebijakan dari kepala sekolah dan dewan guru, berminat dan berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, bergaul secara sehat, baik dan bermanfaat, bersahabat dengan teman-temannya maupun dengan gurunya, keinginan untuk menerima aturan-aturan sekolah, menerima tanggung jawab, membantu sekolah dalam mencapai tujuannya.

Kemampuan penyesuaian diri siswa di lingkungan sekolah dalam penelitian ini adalah perilaku siswa yang diukur dengan menggunakan skala pengukuran kemampuan penyesuaian diri siswa mengenai keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar di sekolah yang akan tercermin dalam: (1) kemampuan siswa dalam hubungan dengan teman sebaya maupun guru; (2) penyesuaian terhadap tata tertib sekolah; (3) partisipasi dalam kegiatan belajar di sekolah; (4) keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu instrumen angket. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 1 Majasari Kabupaten Pandeglang. Karena populasi terlalu besar maka supaya penelitian


(12)

efektif dan efisien, peneliti hanya mengambil sampel yaitu sebagian atau yang mewakili populasi yang akan menjadi subyek atau objek penelitian. Dalam hal ini penulis mengambil sampel dengan teknik random sampling atau sampel yang diambil secara acak.

Teknik analisis data untuk penyesuaian diri siswa SMPN 1 Majasari Kabupaten Pandeglang dengan menggunakan analisis statistik uji t.


(1)

sesuai dengan cita-cita pekerjaannya, serta memahami syarat-syarat yang diperlukan untuk pekerjaan yang dicita-citakan.

8. Memiliki sikap positif terhadap perkawinan dan hidup berkeluarga, yaitu menghargai perkawinan dan memahami hak dan kewajiban sebagai anggota keluarga.

9. Memiliki ketrampilan intelektual dan memahami konsep-konsep yang diperlukan untuk menjadi warga negara yang baik, yaitu mampu membuat pilihan yang sehat, membuat keputusan secara efektif, dapat menyelesaikan koflik atau masalah, memahami konsep hukum, ekonomi,politik, yang berlaku di negaranya.

10. Memilki sikap dan perilaku sosial yang bertanggung jawab, yaitu

berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial di sekolah dan masyarakat, menolong teman yang memerlukan bantuan, menyantuni fakir miskin dan menengok teman yang sakit, serta.

11. Memahami nilai-nilai dan etika hidup bermasyarakat,yaitu sopan santun dalam bergaul, jujur dalam bertindak, dan menghargai perasaan orang lain. Juntika (2006: 43-44).

Remaja memiliki ciri suka berkelompok terutama dengan teman sebaya. Di dalam kelompok, mereka dapat mengembangkan dirinya. Apabila kelompok teman sebaya tersebut dikelola dengan baik kemungkinan besar akan berkontribusi positif terhadap pengembangan diri remaja. Layanan bimbingan dan koseling di SMP dapat memaanfaatkan situasi kelompok sebagai media untuk memberikan bantuan kepada remaja.


(2)

Masalah pokok dalam penelitian ini adalah: “ Seperti apa program bimbingan dan konseling kelompok yang dapat digunakan untuk mengembangkan penyesuaian diri siswa di Sekolah?”

Untuk menjawab pertanyaan penelitian di atas, maka dirumuskan pertanyaan-pertanyaan operasional sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan penyesuaian diri siswa di lingkungan sekolah ?

2. Seperti apa program bimbingan dan konseling kelompok untuk mengembangkan penyesuaian diri siswa di SMPN 1 Majasari Pandeglang ?

3. Bagaimana efektifitas program bimbingan dan konseling kelompok untuk mengembangkan penyesuaian diri siswa ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini dilakukan adalah menghasilkan strategi bimbingan dan konseling kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa.

Untuk mencapai tujuan tersebut ada beberapa tujuan khusus yang akan dicapai terlebih dahulu, yaitu sebagai berikut:

1. Dapat diketahui gambaran penyesuaian diri siswa di lingkungan sekolah. 2. Dapat dibuat program bimbingan dan konseling kelompok untuk

mengembangkan penyesuaian diri siswa di SMPN 1 Majasari Pandeglang. 3. Dapat diketahui efektifitas program bimbingan dan konseling kelompok untuk

mengembangkan penyesuaian diri siswa.

Adapun manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini secara teoritik diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai strategi bimbingan kelompok untuk mengembangkan


(3)

penyesuaian diri siswa yang terstruktur dan sistematis. Secara praktis hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Dapat digunakan oleh guru pembimbing dalam membantu siswa untuk mengembangkan penyesuaian diri di lingkungan pendidikan.

2. Adanya program bimbingan dan konseling melalui strategi bimbingan kelompok dapat meningkatkan kesadaran guru pembimbing untuk menerapkan dan mengembangkan strategi bimbingan kelompok sebagai komponen dalam program pendidikan secara keseluruhan.

3. Dapat bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan penyesuaian diri di lingkungan sekolah.

D. Definisi Operasional

1. Program Bimbingan dan Konseling Melalui Bimbingan Kelompok Program dapat diartikan sebagai suatu deretan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan. Program bimbingan dan konseling melalui bimbingan kelompok yaitu sederetan kegiatan bimbingan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan. Program tersebut dituangkan dalam kerangka kerja yang sistematis, terarah, dan terpadu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Suherman (2009:51) mengemukakan Program bimbingan dan konseling sekolah merupakan serangkaian rencana aktivitas layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang selanjutnya akan menjadi pedoman bagi setiap personel dalam pelaksanaan dan pertanggungjawabannya …, secara mendasar program bimbingan dan konseling sekolah direkomendasikan sebagai upaya


(4)

pemberian layanan langsung bagi seluruh siswa, jadi setiap siswa menerima manfaat program tersebut.

Penyusunan program bimbingan dan konseling melalui bimbingan kelompok diungkap melalui beberapa aspek, yaitu: (1) perencanaan program; (2) pengorganisasian dan administrasi; (3) sarana; (4) anggaran; (5) koordinasi dan kerjasama; (6) pelaksanaan; (7) penilaian.

Berdasarkan uraian di atas, pengembangan program bimbingan dan konseling melalui bimbingan kelompok adalah upaya peneliti bersama-sama dengan personel sekolah di SMPN 1 Majasari Kabupaten Pandeglang merumuskan program bimbingan dan konseling melalui bimbingan kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa berdasarkan aspek kegiatan penting yang perlu dilakukan, yaitu (1) perencanaan program; (2) pengorganisasian dan administrasi; (3) penentuan sarana yang akan digunakan; (4) penentuan anggaran yang diperlukan; (5) koordinasi dan kerjasama; (6) pelaksanaan; (7) penilaian. 2.Penyesuaian Diri Siswa

Menurut Schneiders (Yusuf, 2009:28-29) Penyesuaian (adjustment) adalah suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustrasi dan konflik secara sukses, serta mengehasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup. Adapun ciri-ciri orang yang well adjusted, yaitu mampu merespon kebutuhan dan masalah secara matang, efisien, puas, dan sehat (wholesome). Efisien artinya hasil yang diperolehnya tidak banyak membuang energi, waktu, atau kekeliruan.


(5)

Wholesome artinya respon individu itu sesuai dengan hakikat kemanusiaanya, hubungan dengan yang lain, dan hubungannya dengan Tuhan.

Kemampuan menyesuaikan yang baik ditandai oleh adanya kemampuan seseorang untuk mereaksi secara efektif dan bermanfaat di lingkungan siswa berada. Dalam lingkungan sekolah, perilaku siswa merupakan cerminan dari kemampuan penyesuaian dirinya. Cerminan tersebut dapat kita lihat dari contoh perilaku sebagai berikut: homat dan menerima kebijakan dari kepala sekolah dan dewan guru, berminat dan berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, bergaul secara sehat, baik dan bermanfaat, bersahabat dengan teman-temannya maupun dengan gurunya, keinginan untuk menerima aturan-aturan sekolah, menerima tanggung jawab, membantu sekolah dalam mencapai tujuannya.

Kemampuan penyesuaian diri siswa di lingkungan sekolah dalam penelitian ini adalah perilaku siswa yang diukur dengan menggunakan skala pengukuran kemampuan penyesuaian diri siswa mengenai keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar di sekolah yang akan tercermin dalam: (1) kemampuan siswa dalam hubungan dengan teman sebaya maupun guru; (2) penyesuaian terhadap tata tertib sekolah; (3) partisipasi dalam kegiatan belajar di sekolah; (4) keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu instrumen angket. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 1 Majasari Kabupaten Pandeglang. Karena populasi terlalu besar maka supaya penelitian


(6)

efektif dan efisien, peneliti hanya mengambil sampel yaitu sebagian atau yang mewakili populasi yang akan menjadi subyek atau objek penelitian. Dalam hal ini penulis mengambil sampel dengan teknik random sampling atau sampel yang diambil secara acak.

Teknik analisis data untuk penyesuaian diri siswa SMPN 1 Majasari Kabupaten Pandeglang dengan menggunakan analisis statistik uji t.