S PKR 1104357 Chapter1

(1)

1.1 Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting, karena unsur manusia dalam suatu organisasi adalah sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan suatu organisasi. Penyelenggaraan pendidikan berkualitas merupakan prasyarat bagi terciptanya peningkatan sumber daya manusia tersebut.

Pendidikan bisa didapatkan secara formal atau informal. Salah satu lembaga atau wadah penyelenggara pendidikan adalah sekolah. Sekolah sebagai organisasi pendidikan formal tersusun dari unsur-unsur yang melakukan hubungan kerja sama untuk mencapai tujuan organisasi. Unsur-unsur tersebut adalah sumber daya manusia yang terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, staf, peserta didik atau siswa, serta orang tua siswa. Tanpa mengesampingkan peran dan unsur-unsur lain dari organisasi sekolah, kepala sekolah dan guru merupakan unsur intern yang berperan sangat penting dalam keberhasilan pendidikan di sekolah.

Organisasi yang baik adalah organisasi yang mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas serta mempunyai integritas dan sikap loyal terhadap organisasinya. Senada dengan pendapat Justine T. Sirait (2007, hlm.9) bahwa :

“Sasaran yang diharapkan dapat dicapai manajemen sumber daya manusia melalui kegiatan-kegiatan atau program-program bagian kepegawaian dari suatu organisasi adalah terciptanya suatu kondisi dimana pegawai dapat mencapai produktivitas yang tinggi, pegawai mampu bertahan (tetap bekerja) dalam organisasi dalam waktu yang relatif lama, rendahnya tingkat ketidakhadiran dan akhirnya pegawai merasa puas dalam menjalankan tugasnya di organisasi. Apabila hal ini tercipta, maka dapat dikatakan bahwa lingkup pekerjaan bagian kepegawaian adalah efektif (berhasil). “

Keberhasilan dalam mencapai tujuan sebuah organisasi sekolah banyak ditentukan oleh tingkat kompetensi, profesionalisme, dan juga komitmen pegawainya. Agar tujuan sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan perlu memiliki sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi di bidang tugasnya.


(2)

Dalam meningkatkan mutu pendidikan, maka diperlukan adanya pendidik yang berkualitas. Suatu lembaga pendidikan, baik negeri maupun swasta, pasti akan bergantung kepada guru. Guru merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan suatu lembaga pendidikan dengan harapan untuk menghasilkan kualitas peserta didik yang baik. Menurut Mulyasa (2012, hlm.5) mengemukakan bahwa, “Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama”.

Guru merupakan salah satu komponen utama yang mendukung peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Tahun Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat (1):

“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Guru sebagai bagian penting dari penyelenggaran pendidikan harus mempunyai komitmen yang tinggi. Setiap guru diberi tugas dan tanggung jawab serta kepercayaan untuk bekerja dan diharapkan mampu menunjukkan dedikasi serta memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan lembaga pendidikan tersebut. Dalam hal ini, guru menjadi pelaku yang mempunyai pikiran, perasaan, dan keinginan yang dapat mempengaruhi sikapnya terhadap pekerjaan. Menurut Malayu S. P Hasibuan (2005, hlm.202), “sikap ini akan menentukan prestasi kerja, dedikasi dan kecintaan terhadap pekerjaan yang dibebankan kepadanya”.

Guru yang efektif adalah guru yang dapat menunaikan tugas dan fungsinya secara profesional. Menurut Kunandar (2007, hlm.46), “Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan

kemampuan maksimal”. Untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional,

diperlukan kematangan pribadi, sikap penuh dedikasi, serta harus mempunyai komitmen yang tinggi. Dengan tingkat komitmen yang tinggi dari guru, diharapkan pendidikan akan lebih siap dan mampu untuk menghadapi segala macam tantangan dan hambatan.


(3)

Purba Elfina (2010,hlm.72) mengemukakan bahwa: “Komitmen merupakan suatu sikap kerja (job atitude) atau keyakinan yang mencerminkan kekuatan relatif dan keberpihakan serta keterlibatan individu pada suatu organisasi.” Komitmen menjadi sangat penting karena komitmen merupakan hal yang paling mendasar dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Guru akan kesulitan melakukan peran dan tanggung jawabnya sebagai pendidik apabila tidak memiliki komitmen. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Guru dan Dosen Tahun Nomor 14 Tahun

2005 pasal 7 (ayat 1b), yang menyatakan bahwa: “Guru harus memiliki komitmen

untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia”. Apabila komitmen guru rendah, maka proses pembentukan SDM yang bermutu dan pencapaian tujuan pendidikan nasional akan terganggu.

Menurut Angela (dalam Sopiah, 2004, hlm.166), menyatakan bahwa:

“Pegawai yang berkomitmen rendah akan berdampak pada turn over, tingginya

absensi, meningkatnya kelambanan kerja dan kurangnya intensitas untuk bertahan sebagai pegawai di organisasi tersebut”.

Berdasarkan observasi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di lapangan, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai permasalahan komitmen organisasi. Peneliti menduga adanya permasalahan komitmen organisasi pada guru di salah satu lembaga pendidikan SMK Pasundan 3 Bandung. Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan pada bulan Januari 2015 dengan Pak Yayan selaku pegawai/staf bagian Kurikulum Sekolah salah satu kelemahan dalam mencapai target produktivitas sekolah adalah tingkat disiplin para guru yang belum optimal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan, terutama dalam segi ketepatan waktu masuk jam kerja (mengajar), kemangkiran yang tinggi, serta kurangnya semangat kerja dalam mengerjakan administrasi guru sehingga masih saja ditemukan beberapa guru yang mengumpulkan administrasi guru melewati deadline-nya (waktu yang ditentukan). Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa kecintaan, loyalitas dan rasa memiliki para guru terhadap organisasi tersebut masih rendah.

Pernyataan tersebut didukung pula dengan adanya beberapa data yang diperoleh dari SMK Pasundan 3 Bandung mengenai data guru (turn over),


(4)

penilaian kinerja guru, absensi guru yang dapat menunjukkan bahwa komitmen organisasi pada guru masih rendah.

SMK Pasundan 3 Bandung memiliki beberapa guru PNS atau DPK (Guru yang Dipekerjakan), GTY (Guru Tetap Yayasan) serta GTT (Guru Tidak Tetap). Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah data guru di SMK Pasundan 3 Bandung dari tahun ajaran 2010/2011 hingga tahun 2013/2014.

Tabel 1.1 Data Jumlah Guru

Tahun Ajaran 2010/2011-2013/2014

No Tahun Ajaran Jumlah guru Jumlah Keseluruhan

Keterangan (orang)

PNS GTY GTT

1 2010/2011 5 9 31 45 -

2 2011/2012 4 8 30 42 Keluar 3

3 2012/2013 4 8 30 42 Tetap

4 2013/2014 4 8 33 45 Masuk 3

Sumber: Tata Usaha SMK Pasundan 3 Bandung

Berdasarkan data jumlah guru SMK Pasundan 3 Bandung dapat dilihat bahwa pada tahun ajaran 2010/2011 jumlah guru PNS sebanyak 5 orang sedangkan Guru Tetap Yayasan (GTY) sebanyak 9 orang serta jumlah Guru Tidak Tetap (GTT) sebanyak 31 orang. Tahun ajaran 2011/2012 jumlah guru PNS mengalami penurunan sebanyak 1 orang menjadi 4 orang guru PNS begitu pula untuk jumlah Guru Tetap Yayasan (GTY) mengalami penurunan sebanyak 1 orang menjadi 8 orang, serta jumlah Guru Tidak Tetap (GTT) mengalami penurunan sebanyak 1 orang menjadi 30 orang. Penurunan jumlah guru ini terjadi disebabkan guru yang bersangkutan sudah tidak lagi produktif untuk bekerja. Di tahun ajaran 2012/2013, jumlah guru baik PNS, GTY dan GTT tidak mengalami perubahan yang berarti. Serta tahun ajaran 2013/2014 hanya mengalami Kenaikan pada jumlah guru GTT saja sebanyak 3 orang yakni jumlah keseluruhan guru GTT menjadi 33 orang. Kenaikan jumlah Guru Tidak Tetap di tahun ajaran 2013/2014 terjadi karena SMK Pasundan 3 Bandung membutuhkan tenaga kerja tambahan setelah sebelumnya beberapa guru sudah dipensiunkan dan juga telah diangkat menjadi guru tetap di sekolah induknya.


(5)

Selain itu, untuk mengukur tinggi rendahnya komitmen organisasi yang dimiliki guru dapat dilihat dari hasil penilaian kinerja guru. Hal ini diperkuat dengan suatu hasil penelitian yang menunjukkan komitmen organisasi guru yang masih rendah yaitu dengan hasil penilaian kinerja sebagai berikut:

Tabel 1.2

Rekapitulasi Penilaian Kinerja Guru di SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010 – 2013/2014

Sumber: Tata Usaha SMK Pasundan 3 Bandung (Data sudah diolah)

Dari data penilaian kinerja diatas, dapat dilihat bahwa pencapaian kinerja guru dalam realisasinya belum sesuai dengan target yang direncanakan, dimana setiap aspek kegiatan target pencapaiannya adalah 100%.

Belum optimalnya kinerja guru tersebut, menunjukkan komitmen organisasi pada guru yang rendah. Maka, sebaiknya pihak sekolah memperhatikan keinginan dan mengerti apa yang dibutuhkan oleh guru agar membuat guru memiliki komitmen organisasi yang tinggi dalam meningkatkan kinerjanya demi tercapainya tujuan sekolah.

Selanjutnya, ketidakhadiran atau kemangkiran dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur komitmen kerja pegawai terhadap organisasi. Seperti yang dikemukakan Malthis dan Jackson (2006, hlm.138), bahwa :

“Komitmen organisasi memiliki makna tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap No. Uraian

Perencanaan Target

(%)

Realisasi (%)

2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013 2013/2014 1. PERENCANAAN

TUGAS

a. Pembuatan RPP b. Penyelesaian RPP c. Evaluasi RPP

100 100 100 93 85 85 90 87 82 87 87 80 90 90 75 100 85 65 2. DISIPLIN KERJA

a. Kehadiran b. Presensi Piket c. Ikut Serta Rapat

100 100 100 92 85 85 89 80 80 91 80 80 85 75 70 90 75 65

3. TANGGUNG JAWAB 100 75 80 70 70 75

4. PRAKARSA 100 80 75 70 70 80


(6)

ada di dalam organisasi tersebut yang pada akhirnya tergambar dalam statistik ketidakhadiran dan masuk keluar tenaga kerja”.

Hal ini diperkuat oleh data yang telah penulis peroleh di SMK Pasundan 3 Bandung yang dapat dilihat dari persentase data absen guru selama kurun waktu satu tahun dari jumlah guru sebanyak 45 orang yaitu sebagai berikut:

Gambar 1.1

Data Kehadiran Guru SMK Pasundan 3 Bandung

Sumber: Tata Usaha SMK Pasundan 3 Bandung (Data sudah diolah)

Dari data yang ditunjukkan Gambar 1.1, dapat dilihat bahwa kehadiran guru pada tahun ajaran 2009/2010 sebesar 92% sehingga jumlah ketidakhadiran guru pada tahun ajaran 2009/2010 sebesar 8%. Sedangkan pada tahun ajaran 2010/2011 persentase kehadiran guru menurun sebesar 3% menjadi 89% dan jumlah ketidakhadiran meningkat menjadi 11%. Pada tahun ajaran 2011/2012 jumlah kehadiran mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 2% sehingga persentase kehadiran guru pada tahun ajaran 2011/2012 ini sebesar 91% dan jumlah ketidakhadiran guru menjadi 9%. Tahun 2012/2013 jumlah kehadiran mengalami penurunan kembali dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 6% sehingga persentase kehadiran menjadi 85% dan ketidakhadiran sebesar 15%. Serta pada tahun ajaran 2013/2014 jumlah kehadiran guru meningkat sebesar 5% dari tahun sebelumnya menjadi 90%.

Sehingga berdasarkan analisis data kehadiran guru di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah kehadiran yang paling tinggi terdapat pada tahun ajaran 2009/2010

80% 82% 84% 86% 88% 90% 92% 94%


(7)

yaitu sebanyak 92% sedangkan data kehadiran guru paling rendah berada pada tahun ajaran 2012/2013 yaitu hanya 85%. Dari pemaparan tersebut, target presentase kehadiran guru yang seharusnya 100% tidak pernah tercapai dari setiap tahunnya. Hal ini menandakan bahwa masih terdapat guru yang merasa tidak puas terhadap organisasinya sehingga terjadi penurunan tingkat disiplin guru. Apabila guru sering tidak hadir maka diidentifikasi waktu mengajar akan berkurang.

Data kehadiran di atas terkadang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan sehingga data di atas dapat dikatakan tidaklah mutlak. Hal ini dikarenakan terkadang beberapa guru yang sudah melakukan absen tetapi pada saat guru yang bersangkutan tersebut seharusnya sudah mengajar, namun pada kenyataannya tidak berada di kelas. Kurangnya rasa tanggung jawab guru tersebut terhadap pekerjaannya menunjukkan bahwa komitmen organisasi di SMK Pasundan 3 Bandung belum optimal.

Faktor ketidakhadiran guru merupakan salah satu faktor ketidakdisiplinan guru. Ketidakdisiplinan guru datang ke sekolah menunjukkan bahwa guru tersebut tidak bertanggung jawab atas pekerjaan yang telah diberikan kepadanya. Selain itu, fenomena yang terjadi adalah guru yang kurang disiplin dalam mengerjakan pekerjaannya seperti pembuatan program tahunan ataupun program semester sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sehingga pada saat tugas tersebut sudah mencapai waktu deadline, maka hasil pekerjaan guru tersebut masih belum dapat diserahkan. Oleh karena itu, maka dapat diindikasikan bahwa di SMK Pasundan 3 Bandung memiliki permasalahan komitmen organisasi, karena absensi kehadiran guru yang masih relatif rendah.

Banyak faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi, diantaranya: (1) faktor personal, (2) faktor organisasi, dan (3) faktor yang bukan berasal dari dalam organisasi. Faktor organisasi yang meliputi kondisi kerja, yang meliputi gaji, hubungan kerja dengan pimpinan, karakteristik pekerjaan, tujuan organisasi, dll. Hellriegel dan Slocum (dalam Sopiah, 2004, hlm.33), mengatakan bahwa:

”Sumber komitmen organisasi dapat bervariasi dari orang perorang. Komitmen pegawai pada sebuah organisasi ditentukan dari karakteristik individu mereka (contohnya: kepribadian dan sikap), dan bagaimana kesesuaian antara pengalaman awal kerja mereka dengan harapan mereka. Selanjutnya, komitmen organisasi berlanjut dengan dipengaruhi oleh pengalaman kerja, dengan banyak faktor yang sama, dan dengan faktor yang


(8)

mengarahkan pada kepuasan kerja. Faktor- faktor ini juga memberikan konstribusi pada meningkat atau berkurangnya komitmen organisasi. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah: Penggajian, hubungan dengan atasan atau rekan kerja, kondisi kerja, kesempatan untuk maju, dan lain-lain”.

Komitmen guru dapat dipengaruhi faktor internal dan eksternal guru. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri guru yang dapat berupa kepercayaan diri, motivasi, dan pengendalian diri dari guru sedangkan faktor eksternal adalah faktor lingkungan di sekitar guru yang dapat berupa lingkungan fisik dan sosial.

Diduga salah satu faktor dominan yang mempengaruhi komitmen organisasi pada guru di SMK Pasundan 3 Bandung ini adalah kondusif tidaknya suatu kondisi kerja. Hal ini dibuktikan dengan melakukan wawancara dengan salah satu staf pengajar di SMK Pasundan 3 Bandung yang dilaksanakan pada bulan Januari 2015 bahwa masih adanya beberapa guru yang mengeluhkan mengenai kondisi kerja yang kurang kondusif. Baik kondisi kerja secara fisik maupun psikologis, seperti misalnya sarana prasarana yang belum cukup memadai, kelelahan akibat jam mengajar yang banyak, serta rumitnya administrasi guru yang harus dipenuhi sehingga guru banyak menunda pekerjaan. Selain itu, ada beberapa guru yang merasa bosan dengan suasana lingkungan sekolahnya bahkan ada yang berniat pindah tugas (sekolah) karena sudah tidak merasa nyaman untuk terus berada disekolah tersebut.

Manajemen sumber daya manusia yang efektif harus dapat memaksimalkan kondisi kerja dan dinamika pegawai dalam organisasi. Dengan program-program kepegawaian yang tertuju kepada solusi permasalahan, diharapkan suatu organisasi mampu meningkatkan komitmen kerja para pegawainya melalui tindak lanjut seputar permasalahan yang dihadapi oleh pegawai. Kondisi kerja yang baik dapat memberikan pengaruh bagi kedua belah pihak, karena dapat memberikan kepuasan bagi guru untuk merangsang semangat kerja berprestasi dan bagi sekolah tercapainya visi dan misi yang telah dirancang oleh sekolah.

Komitmen organisasi dapat terbentuk dengan baik apabila didukung oleh faktor kepuasan seperti yang diungkapkan oleh Armansyah (2007, hlm.20) :

“Komitmen organisasi ditentukan oleh faktor kepuasan akan pembayaran yang diberikan, kondisi kerja apakah secara mental pekerjaan yang dihadapi


(9)

menantang atau tidak, sikap atasan dan pengawasan, hubungan dengan

sesama rekan kerja”.

Dapat disimpulkan bahwa permasalahan komitmen pada guru yang rendah di SMK Pasundan 3 Bandung dapat terlihat dari fenomena yang penulis temukan dilapangan yaitu menurunnya jumlah guru (turn over), meningkatnya jumlah ketidakhadiran, dan kurang menunjukkan semangat kerja, serta tanggung jawab dalam bekerja yang terlihat pada penilaian kinerja yang rendah. Apabila kondisi tersebut dibiarkan terus-menerus terjadi, maka akan menimbulkan dampak yang sangat kompleks, diantaranya akan mempengaruhi kinerja dan produktivitas secara keseluruhan. SMK Pasundan 3 Bandung belum sepenuhnya dapat mewujudkan tujuan sekolah yang dikehendaki. Diperlukan cara yang dapat menciptakan komitmen organisasi yang tinggi, diantaranya dengan menciptakan kondisi kerja yang kondusif. Oleh karena itu, dalam upaya untuk memahami dan memecahkan masalah fenomena rendahnya komitmen organisasi guru yang terjadi di SMK Pasundan 3 Bandung, maka diperlukan pendekatan perilaku organisasi tertentu dari pihak sekolah untuk meningkatkan komitmen organisasi pegawai khususnya guru.

Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut permasalahan ini dengan mengadakan penelitian yang berjudul: Pengaruh

Kondisi Kerja Tehadap Komitmen Organisasi pada Guru di SMK Pasundan 3 Bandung.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, inti kajian dalam penelitian ini adalah masalah komitmen organisasi di SMK Pasundan 3 Bandung, khususnya komitmen organisasi pada guru. Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dari latar belakang masalah diatas antara lain; kurang baiknya guru dalam segi ketepatan waktu masuk kerja (jam mengajar), tingkat kemangkiran yang tinggi, rendahnya tingkat kepuasan kerja, serta kurangnya semangat kerja pada guru. Aspek tersebut diduga sebagai kekuatan sekolah yang harus dibina agar dapat terciptanya organisasi yang baik. Dengan demikian harus adanya pendekatan tertentu dalam meningkatkan komitmen organisasi pada guru.


(10)

Kondusifitas kondisi kerja yang memberikan kenyamanan dan keamanan akan membantu pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas dan beban kerja yang diberikan kepadanya. Sehingga sebagai seorang tenaga pendidik, guru akan mampu melaksanakan pekerjaan yang menjadi kewajibannya dengan baik dan sepenuh hati. Seperti yang dikemukakan oleh Sedarmayanti (2009, hlm.22) bahwa:

“Manusia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila ditunjang suatu kondisi kerja yang sesuai. Kondisi kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman dan nyaman”.

Melihat masalah-masalah tersebut, maka pada penelitian ini pembahasan difokuskan pada pengaruh kondisi kerja terhadap komitmen organisasi pada guru di SMK Pasundan 3 Bandung mengenai masalah motivasi kerja, kedisiplinan, hubungan sosial, serta tanggung jawab terhadap organisasi.

Berdasarkan pernyataan masalah (problem statement) di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah secara spesifik sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran mengenai kondusif tidaknya kondisi kerja di SMK Pasundan 3 Bandung?

2. Bagaimana gambaran mengenai tingkat komitmen organisasi guru di SMK Pasundan 3 Bandung?

3. Adakah pengaruh kondisi kerja terhadap komitmen organisasi di SMK Pasundan 3 Bandung?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh pengetahuan dan melakukan kajian secara ilmiah tentang kondisi kerja terhadap komitmen organisasi pegawai di SMK Pasundan 3 Bandung.

Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh gambaran mengenai kondusif tidaknya kondisi kerja di SMK Pasundan 3 Bandung

2. Memperoleh gambaran mengenai tingkat komitmen organisasi guru di SMK Pasundan 3 Bandung


(11)

3. Memperoleh gambaran mengenai pengaruh kondisi kerja terhadap komitmen organisasi di SMK Pasundan 3 Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Terdapat beberapa kegunaan apabila tujuan yang telah dijelaskan di atas dapat tercapai, yaitu :

1. Sebagai bahan informasi tentang cara menciptakan kondisi kerja yang dilakukan di SMK Pasundan 3 Bandung.

2. Sebagai bahan kajian bagi organisasi lain dalam upaya meningkatkan komitmen organisasi pegawai.

3. Memberikan sumbangan pemikiran kepada bagian SDM di SMK Pasundan 3 Bandung tentang bagaimana cara meningkatkan komitmen organisasi pegawai itu dilakukan.

4. Menambah pengetahuan dan informasi khususnya bagi penulis dan bagi pihak – pihak lainnya.


(1)

ada di dalam organisasi tersebut yang pada akhirnya tergambar dalam statistik ketidakhadiran dan masuk keluar tenaga kerja”.

Hal ini diperkuat oleh data yang telah penulis peroleh di SMK Pasundan 3 Bandung yang dapat dilihat dari persentase data absen guru selama kurun waktu satu tahun dari jumlah guru sebanyak 45 orang yaitu sebagai berikut:

Gambar 1.1

Data Kehadiran Guru SMK Pasundan 3 Bandung

Sumber: Tata Usaha SMK Pasundan 3 Bandung (Data sudah diolah)

Dari data yang ditunjukkan Gambar 1.1, dapat dilihat bahwa kehadiran guru pada tahun ajaran 2009/2010 sebesar 92% sehingga jumlah ketidakhadiran guru pada tahun ajaran 2009/2010 sebesar 8%. Sedangkan pada tahun ajaran 2010/2011 persentase kehadiran guru menurun sebesar 3% menjadi 89% dan jumlah ketidakhadiran meningkat menjadi 11%. Pada tahun ajaran 2011/2012 jumlah kehadiran mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 2% sehingga persentase kehadiran guru pada tahun ajaran 2011/2012 ini sebesar 91% dan jumlah ketidakhadiran guru menjadi 9%. Tahun 2012/2013 jumlah kehadiran mengalami penurunan kembali dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 6% sehingga persentase kehadiran menjadi 85% dan ketidakhadiran sebesar 15%. Serta pada tahun ajaran 2013/2014 jumlah kehadiran guru meningkat sebesar 5% dari tahun sebelumnya menjadi 90%.

Sehingga berdasarkan analisis data kehadiran guru di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah kehadiran yang paling tinggi terdapat pada tahun ajaran 2009/2010

80% 82% 84% 86% 88% 90% 92% 94%


(2)

yaitu sebanyak 92% sedangkan data kehadiran guru paling rendah berada pada tahun ajaran 2012/2013 yaitu hanya 85%. Dari pemaparan tersebut, target presentase kehadiran guru yang seharusnya 100% tidak pernah tercapai dari setiap tahunnya. Hal ini menandakan bahwa masih terdapat guru yang merasa tidak puas terhadap organisasinya sehingga terjadi penurunan tingkat disiplin guru. Apabila guru sering tidak hadir maka diidentifikasi waktu mengajar akan berkurang.

Data kehadiran di atas terkadang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan sehingga data di atas dapat dikatakan tidaklah mutlak. Hal ini dikarenakan terkadang beberapa guru yang sudah melakukan absen tetapi pada saat guru yang bersangkutan tersebut seharusnya sudah mengajar, namun pada kenyataannya tidak berada di kelas. Kurangnya rasa tanggung jawab guru tersebut terhadap pekerjaannya menunjukkan bahwa komitmen organisasi di SMK Pasundan 3 Bandung belum optimal.

Faktor ketidakhadiran guru merupakan salah satu faktor ketidakdisiplinan guru. Ketidakdisiplinan guru datang ke sekolah menunjukkan bahwa guru tersebut tidak bertanggung jawab atas pekerjaan yang telah diberikan kepadanya. Selain itu, fenomena yang terjadi adalah guru yang kurang disiplin dalam mengerjakan pekerjaannya seperti pembuatan program tahunan ataupun program semester sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sehingga pada saat tugas tersebut sudah mencapai waktu deadline, maka hasil pekerjaan guru tersebut masih belum dapat diserahkan. Oleh karena itu, maka dapat diindikasikan bahwa di SMK Pasundan 3 Bandung memiliki permasalahan komitmen organisasi, karena absensi kehadiran guru yang masih relatif rendah.

Banyak faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi, diantaranya: (1) faktor personal, (2) faktor organisasi, dan (3) faktor yang bukan berasal dari dalam organisasi. Faktor organisasi yang meliputi kondisi kerja, yang meliputi gaji, hubungan kerja dengan pimpinan, karakteristik pekerjaan, tujuan organisasi, dll. Hellriegel dan Slocum (dalam Sopiah, 2004, hlm.33), mengatakan bahwa:

”Sumber komitmen organisasi dapat bervariasi dari orang perorang.

Komitmen pegawai pada sebuah organisasi ditentukan dari karakteristik individu mereka (contohnya: kepribadian dan sikap), dan bagaimana kesesuaian antara pengalaman awal kerja mereka dengan harapan mereka. Selanjutnya, komitmen organisasi berlanjut dengan dipengaruhi oleh pengalaman kerja, dengan banyak faktor yang sama, dan dengan faktor yang


(3)

mengarahkan pada kepuasan kerja. Faktor- faktor ini juga memberikan konstribusi pada meningkat atau berkurangnya komitmen organisasi. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah: Penggajian, hubungan dengan atasan atau rekan kerja, kondisi kerja, kesempatan untuk maju, dan lain-lain”.

Komitmen guru dapat dipengaruhi faktor internal dan eksternal guru. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri guru yang dapat berupa kepercayaan diri, motivasi, dan pengendalian diri dari guru sedangkan faktor eksternal adalah faktor lingkungan di sekitar guru yang dapat berupa lingkungan fisik dan sosial.

Diduga salah satu faktor dominan yang mempengaruhi komitmen organisasi pada guru di SMK Pasundan 3 Bandung ini adalah kondusif tidaknya suatu kondisi kerja. Hal ini dibuktikan dengan melakukan wawancara dengan salah satu staf pengajar di SMK Pasundan 3 Bandung yang dilaksanakan pada bulan Januari 2015 bahwa masih adanya beberapa guru yang mengeluhkan mengenai kondisi kerja yang kurang kondusif. Baik kondisi kerja secara fisik maupun psikologis, seperti misalnya sarana prasarana yang belum cukup memadai, kelelahan akibat jam mengajar yang banyak, serta rumitnya administrasi guru yang harus dipenuhi sehingga guru banyak menunda pekerjaan. Selain itu, ada beberapa guru yang merasa bosan dengan suasana lingkungan sekolahnya bahkan ada yang berniat pindah tugas (sekolah) karena sudah tidak merasa nyaman untuk terus berada disekolah tersebut.

Manajemen sumber daya manusia yang efektif harus dapat memaksimalkan kondisi kerja dan dinamika pegawai dalam organisasi. Dengan program-program kepegawaian yang tertuju kepada solusi permasalahan, diharapkan suatu organisasi mampu meningkatkan komitmen kerja para pegawainya melalui tindak lanjut seputar permasalahan yang dihadapi oleh pegawai. Kondisi kerja yang baik dapat memberikan pengaruh bagi kedua belah pihak, karena dapat memberikan kepuasan bagi guru untuk merangsang semangat kerja berprestasi dan bagi sekolah tercapainya visi dan misi yang telah dirancang oleh sekolah.

Komitmen organisasi dapat terbentuk dengan baik apabila didukung oleh faktor kepuasan seperti yang diungkapkan oleh Armansyah (2007, hlm.20) :

“Komitmen organisasi ditentukan oleh faktor kepuasan akan pembayaran


(4)

menantang atau tidak, sikap atasan dan pengawasan, hubungan dengan sesama rekan kerja”.

Dapat disimpulkan bahwa permasalahan komitmen pada guru yang rendah di SMK Pasundan 3 Bandung dapat terlihat dari fenomena yang penulis temukan dilapangan yaitu menurunnya jumlah guru (turn over), meningkatnya jumlah ketidakhadiran, dan kurang menunjukkan semangat kerja, serta tanggung jawab dalam bekerja yang terlihat pada penilaian kinerja yang rendah. Apabila kondisi tersebut dibiarkan terus-menerus terjadi, maka akan menimbulkan dampak yang sangat kompleks, diantaranya akan mempengaruhi kinerja dan produktivitas secara keseluruhan. SMK Pasundan 3 Bandung belum sepenuhnya dapat mewujudkan tujuan sekolah yang dikehendaki. Diperlukan cara yang dapat menciptakan komitmen organisasi yang tinggi, diantaranya dengan menciptakan kondisi kerja yang kondusif. Oleh karena itu, dalam upaya untuk memahami dan memecahkan masalah fenomena rendahnya komitmen organisasi guru yang terjadi di SMK Pasundan 3 Bandung, maka diperlukan pendekatan perilaku organisasi tertentu dari pihak sekolah untuk meningkatkan komitmen organisasi pegawai khususnya guru.

Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut permasalahan ini dengan mengadakan penelitian yang berjudul: Pengaruh Kondisi Kerja Tehadap Komitmen Organisasi pada Guru di SMK Pasundan 3 Bandung.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, inti kajian dalam penelitian ini adalah masalah komitmen organisasi di SMK Pasundan 3 Bandung, khususnya komitmen organisasi pada guru. Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dari latar belakang masalah diatas antara lain; kurang baiknya guru dalam segi ketepatan waktu masuk kerja (jam mengajar), tingkat kemangkiran yang tinggi, rendahnya tingkat kepuasan kerja, serta kurangnya semangat kerja pada guru. Aspek tersebut diduga sebagai kekuatan sekolah yang harus dibina agar dapat terciptanya organisasi yang baik. Dengan demikian harus adanya pendekatan tertentu dalam meningkatkan komitmen organisasi pada guru.


(5)

Kondusifitas kondisi kerja yang memberikan kenyamanan dan keamanan akan membantu pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas dan beban kerja yang diberikan kepadanya. Sehingga sebagai seorang tenaga pendidik, guru akan mampu melaksanakan pekerjaan yang menjadi kewajibannya dengan baik dan sepenuh hati. Seperti yang dikemukakan oleh Sedarmayanti (2009, hlm.22) bahwa:

“Manusia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga

dicapai suatu hasil yang optimal, apabila ditunjang suatu kondisi kerja yang sesuai. Kondisi kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat

melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman dan nyaman”.

Melihat masalah-masalah tersebut, maka pada penelitian ini pembahasan difokuskan pada pengaruh kondisi kerja terhadap komitmen organisasi pada guru di SMK Pasundan 3 Bandung mengenai masalah motivasi kerja, kedisiplinan, hubungan sosial, serta tanggung jawab terhadap organisasi.

Berdasarkan pernyataan masalah (problem statement) di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah secara spesifik sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran mengenai kondusif tidaknya kondisi kerja di SMK Pasundan 3 Bandung?

2. Bagaimana gambaran mengenai tingkat komitmen organisasi guru di SMK Pasundan 3 Bandung?

3. Adakah pengaruh kondisi kerja terhadap komitmen organisasi di SMK Pasundan 3 Bandung?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh pengetahuan dan melakukan kajian secara ilmiah tentang kondisi kerja terhadap komitmen organisasi pegawai di SMK Pasundan 3 Bandung.

Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh gambaran mengenai kondusif tidaknya kondisi kerja di SMK Pasundan 3 Bandung

2. Memperoleh gambaran mengenai tingkat komitmen organisasi guru di SMK Pasundan 3 Bandung


(6)

3. Memperoleh gambaran mengenai pengaruh kondisi kerja terhadap komitmen organisasi di SMK Pasundan 3 Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Terdapat beberapa kegunaan apabila tujuan yang telah dijelaskan di atas dapat tercapai, yaitu :

1. Sebagai bahan informasi tentang cara menciptakan kondisi kerja yang dilakukan di SMK Pasundan 3 Bandung.

2. Sebagai bahan kajian bagi organisasi lain dalam upaya meningkatkan komitmen organisasi pegawai.

3. Memberikan sumbangan pemikiran kepada bagian SDM di SMK Pasundan 3 Bandung tentang bagaimana cara meningkatkan komitmen organisasi pegawai itu dilakukan.

4. Menambah pengetahuan dan informasi khususnya bagi penulis dan bagi pihak – pihak lainnya.