PERDA KOTA BIMA NO 14 TAHUN 2005

J A L A B O
M A

DA H U

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA
NOMOR 14 TAHUN 2005
TENTANG

RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN ATAU PERTOKOAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BIMA
Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang – undang Nomor 13 Tahun 2002
tentang pembentukan kota bima, pemerintah kota adminitrasi bima
meningkat statusnya menjadi daerah otonom dengan segala
kewenangan dan kemampuan yang dimilikinya yang dalam
penyelenggaraannya perlu dilakukan prinsip-prinsip demokrasi, peran
serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, akuntabilitas serta kondisi
obyektif daerah;
b. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pembangunan, pemerintah dan
peninkatan pelayanan terhadap masyarakat perlu digali sumbersumber pendapatan yang berasal dari retribusi derah yang menjadi

kewenangan daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a dan b diatas,
maka perlu diatur Retribusi sewa Kios dan Toko yang ditetapkan
dengan Pertauran Daerah.
Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
( Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3209 ):
2. Undang – undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksaan ( Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 42
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3686 );
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
4. Undang – undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubarang atas
Undang – undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2000 );
5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota

Bima di Propinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4188);
6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
7. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 3 Tahun 2005 menjadi Undang-Undang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 119 Tahun 2001,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);
10. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 6 Tahun 2003 tentang
Kewenangan Daerah Kota Bima (Lembaran Daerah Kota Bima Tahun
2003 Nomor 6);
11. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 11 Tahun 2003 tentang Pokokpokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Bima
Tahun 2003 Nomor 11).
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
Dan
[[
[[[

WALIKOTA BIMA
M E M U T U S K A N

MENETAPKAN : PERATURAN DAERAH KOTA BIMA TENTANG RETRIBUSI PASAR
GROSIR DAN ATAU PERTOKOAN
BAB I
KETENTUAN

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Daerah Kota Bima;
b. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintah Daerah;
c. Walikota adalah Walikota Bima;
d. Wakil Walikota adalah Wakil Walikot Bima;
e. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Bima ;
f. Badan adalah Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Bima;
g. Pasar Grosir dan atau pertokoan adalah Pasar Grosir dan atau Pertokoan yang
meliputi Pasar Grosir berbagai jenis Barang , termasuk Tempat Pelelangan Ikan
(TPI ),Ternak, Hasil Bumi, dan fasilitas Pasar/ Pertokoan yang di kontrakkan, di
sediakan / di selenggaraan oleh Pemerintah Daerah;
h. Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan milik Pemerintah Daerah dan Pemberian
Izin tertentu yang selanjutnya disebut Retribusi adalah Pungutan Daerah sebagai
Pembayaran atas jasa atau Pemberian Izin tertentu yang disedikan dan atau
diberikan olh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan;
i. Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menurut Peraturan Daerah ini wajib
membayar retribusi termasuk pemungut atau pemotong retribusi;

j. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi
Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa perIzinan dari Pemerintah Daerah;
k. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang retribusi daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

l. Surat Ketetapan Retribusi Dearah yang selanjutnya di singkat SKRD adalah surat
ketetapan yang menentukan besarnya Jumlah Retribusi Terutang;
m. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya di singkat STRD adalah Surat untuk
melakukan Tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bungan atau
denda ;
n. Badab adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara dan Daerah dengan nama
dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan firma, kongsi, koperasi, yayasan atau
organisasi yang sejenis.lembaga danah pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk
badan usaha lainnya.
o. Kas daerah adalah Kas Daerah Kota Bima.
BAB I I
NAMA, SUBYEK, DAN OBYEK RETRIBUSI
Pasal 2
(1) Dengan Nama Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan dipungut Retribusi atas

setiap penggunaan Pasar grosir dan atau Pertokoan;
(2) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan atau
memanfaatkan pasar grosir dan atau pertokoan ;
(3) Obyek Retribusi adalah Bentuk penggunaan Pasar grosir dan atau Pertokoan milik
Pemerintah Daerah:
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI DAN
WILAYAH PUNGUTAN
Pasal 3
Retribusi Pasar grosir dan atau Pertokoan tergolong retribusi jasa usaha.
Pasal 4
Retribusi dipungut diwilayah daerah Kota Bima
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 5
(1) Untuk menempati pasar grosir dan atau pertokoan harus mendapatkan izin dari
Walikota atau pejabat yang berwenang ;
(2) Khusus untuk tempat pelelangan ikan ( TPI ) dan pasar ternak tidak diperlukan izin ;
(3) Untuk mendapatkan izin dimaksud ayat 1 ( satu ) Pasal ini harus mengajukan surat
permohonan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Walikota ;

(4) Tata Cara memperoleh izin sebagaimana dimaksud ayat 1 (satu) pasal ini diatur
dengan keputusan Walikota.
BAB V
PRINSIP, SASARAN DAN PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 6

Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi didasarkan
atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan pantas
yang diterima oleh pengusaha swasta yang sejenis yang beroperasi secara efisien dan
berorentasi pada harga pasar.
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA RETRIBUSI
Pasal 7
(1) Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan dipungut atas dasar izin penggunaan
pasar grosir dan atau pertokoan milik Pemerintah Daerah ;
(2) Besarnya Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan ditetapkan dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Besarnya Retribusi / sewa atas penggunaan pasar grosir dan atau pertokoan
ditetapkan sebagai berikut :

1. Kelompok Pasar Bima
- Blok A = 20 Kios x 7.500,- /hari = Rp. 150. 000,- Blok B = 16 Kios x 7.500,- /hari = Rp. 120. 000,- Blok C = 32 Kios x 7.500,- /hari = Rp. 240. 000,- Blok D = 20 Kios x 7.500,- /hari = Rp.150. 000,- Blok E = 30 Kios x 7.500,- /hari = Rp. 225. 000,2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Kelompok Pasar Raya Bima = 6 Kios x 7. 500,- /hari = Rp. 45.000,Pasar Baru Penaraga = 8 Kios x 2. 500,- /hari = Rp. 20.000,Pasar Lama Penaraga = 20 Kios x 2. 500,- /hari = Rp. 50.000,Pasar Rabangodu = 4 Kios x 4. 500,- /hari = Rp. 18.000,Pasar Jati Baru = 4 Kios x 2.000,- /hari = Rp. 8. 000,Pasar Kumbe Baru = 4 Kios x 3. 000,- /hari = Rp. 12. 000,Pasar Kumbe Lama = 20 Kios x 3. 000,- /hari = Rp. 60.000,Obyek-obyek lainya diluar obyek poin 1 s/d 7 ketetapanya ditentuakan dalam
surat Walikota
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 8

(1) Penetapan Retribusi berdasarkan SPTRD dengan menerbitkan SKRD atau dokumen
lain yang dipersamakan ;
(2) Dalam hal SPTRD tidak dipenuhi oleh Wajib Retribusi sebagaimana mestinya, maka
STRD diterbitkan oleh pejabat yang berwenang;

(3) Bentuk dan isi STRD sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini ditetapkan oleh
Walikota.
BAB VIII
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 9
(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan ;
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD
dipersamakan

atau

dokumen

lain

yang

BAB IX
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 10

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % ( dua porsen ) setiap bulan dari
retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
BAB X
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 11
(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan di kas Daerah atau di tempat lain yang di tunjuk
sesuai waktu yang di tentukan dengan menggunakan SKRD:
(2) Dalam hal pembayaran yang dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka hasil
penerimaan retribusi harus di setor ke kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam.
Pasal 12
(1) Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai / lunas;
(2) Walikota dapat memberi izin kepada wajib retribusi untuk mengangsur retribusi
terutang dalam jangka waktu tertentu dengan alasan yang dapat dipertanggung
jawabkan;
(3) Tata cara Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat ( 2 ) Pasal ini di tetapkan
oleh Walikota;
(4) Walikota dapat mengizinkan wajib Retribusi untuk menunda pembayaran Retribusi
sampai batas waktu yang ditentukan dengan alasan yang dapat dipertanggung
jawabkan.

Pasal 13
(1) Pembayaran Retibusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 Peraturan Daerah ini
diberikan tanda bukti pembayaran;
(2) Setiap Pembayaran dicatat dalam buku penerimaan;
(3) Bentuk, isi, Kualitas ukuran buku dan tanda bukti pembayaran retribusi ditetapkan
oleh Walikota.
BAB XI
TATA CARA PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
Pasal 14
(1) Walikota berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban retribusi dalam rangka melaksanakan peraturan perundang – undangan
retribusi.
(2) Wajib Retribusi, yang diperiksa wajib:
a. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan obyek retribusi
yang terutang.

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap
perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
c. Memberikan keterangan yang diperlukan.
Pasal 15
(1) Besarnya penetapan dan penyetoran retribusi dihimpun dalam buku jenis retribusi;
(2) Atas dasar buku jenis retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal dibuat
daftar penerimaan dan tunggakan persejenis retribusi;
(3) Berdasarkan daftar penerimaan dan tunggakan sebagaimana dimaksud pada ayat
( 2 ) pasal ini dibuat laporan realisasi penerimaan dan tunggakan per jenis retribusi
sesuai masa retribusi;
(4) Tatacara pemeriksaan retribusi diatur lebih lanjut dengan Keputusan Walikota
BAB XII
TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI
Pasal 16
(1) Pengeluaran surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis sebagai awal
tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 ( tujuh ) hari
sejak jatuh tempo pembayaran ;
(2) Dalam jangka waktu 7 ( tujuh ) hari setelah diterimanya surat teguran / peringatan /
surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang;
(3) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) pasal ini dikeluarkan oleh
Walikota atau pejabat yang berwenang ;
Pasal 17
Bentuk formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan Penagihan Retribusi Daerah
sebagaimana dimaksud Pasal 12 ayat (1) Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Walikota.
Atau pejabat yang berwenag.
BAB XIII
TATA CARA PENGURANGAN, KERINGANAN
DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 18
(1) Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi;
(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh Walikota;
BAB XIV
TATA CARA PEMBETULAN , PENGURANAGAN
KETETAPAN, PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN
Pasal 19
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pembetulan SKRD dan STRD yang
dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan
dalam penerapan peraturan perundang – undangan Retribusi Daerah;

(2) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan
sanksi administrasi berupa bunga dan kenaikan retribusi yang terutang dalam hal
sanksi tersebut dikenakan karena kehilafan wajib retribusi atau bukan karena
kesalahannya;
(3) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan
ketetapan retribusi yang tidak benar;
(4) Permohonan Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi
sebagaimana dimaksud ayat ( 2 ) pasal ini dan pembatalan sebagaimana dimaksud
ayat ( 3 ) pasal ini harus disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh
wajib retribusi kepada Walikota paling lama 30 hari sejak tanggal diterima SKRD dan
STRD dengan memberikan bahasa yang jelas dan meyakinkan untuk mendukung
permohonannya.
(5) Keputusan atas permohonan sebagaimana dimaksud ayat ( 2 ) pasal ini dikeluarkan
oleh Walikota paling lama 3 ( tiga) bulan sejak permohonan diterima.
(6) Apabila setelah lewat 3 ( tiga ) bulan sebagaiman dimaksud pada ayat ( 5 ) pasal ini
Walikota tidak memberikan keputusan, maka permohonan pembetulan, pengurangan
ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dan pembatalan
dianggap dikabulkan.
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 20
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibanya sehingga Merugikan Keuangan
Daerah diacam pidana kurungan paling lama 6 (enam bulan atau denda paling
banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang.
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat ( 1 ) pasal ini adalah pelanggaran.
BAB XVI
PENYIDIKAN
Pasal 21
(1) Pejabat Pengawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana
dibidang retribusi daerah.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud ayat ( 1 ) adalah :
a. Menerima, Mencari, Mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau
laporan menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. Meneliti, Mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana dibidang retribusi daerah;
c. Meminta Keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
d. Memeriksa buku – buku, catatan – catatan dan dokumen – dokumen lain
bekenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen – dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap
barang bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana dibidang retribusi daerah;
g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah;

h. Memanggil orang untuk didengar keteranganya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
i. Menghentikan penyidikan;
j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
dibidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan .
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikanya kepada penuntut umum. Sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Undang – undang Nomor 8 tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Hal – hal yang belum diatur dalam peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
pelaksanaanya akan diatur lebih lanjut dengan keputusan Walikota.
Pasal 23
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar upaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bima
Ditetapkan di Raba – Bima,
Pada Tanggal 1 September 2005
WALIKOTA BIMA

Diundangkan di Raba
Pada tanggal 1 September 2005

M. NUR A LATIF

Plt. SEKRETARIS DAERAH

Ir. M. QURAISY
Pembina utama muda IV/c
Nip. 010 006 158
LEMBARAN DAERAH KOTA BIMA TAHUN 2005 NOMOR 14

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BIMA
NOMOR 14 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN ATAU PERTOKOAN
A. PENJELASAN UMUM
Pasar merupakan salah satu pusat kegiatan masyarakat dan merupakn sektor penggerak
roda perekonomian sehinggga keberadaan mutlak sangat diperlukan oleh karena itu
pada tempat-tempat terntu pemerintah daerah menyelenggrakan/mendirikan pasar dan
berkewejiban untuk mengupayakan agar aktivitas yang berjalan dipasar selalu dapat
terselenggara dan berlangsung dengan baik.
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan retribusi
daerah sebagaiamana dirubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.
Sejalan dengan penyesuaian nomenklatur tersebut, dalam rangka meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD), di dalam peraturan daerah ini juga diatur mengenai
penyesuaian/kenaikan tarif.
B. PENJELASA PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan mengandung
prinsip komersial meliput:
a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekeyaan daerah yang
belum dimanfaatkan secara optimal
b.
Pelayanan oleh pemerintah daerah serpanjang belum memadai
disediakan oleh pihak swasta
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas

Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas