2012. Makalah SEMNAS PSL USU. Pengembangn Pertanian Berbasis Komodi Unggulan Dalam Rangka

Prosiding Seminar Nasional
Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia

Kerjasama BLH Sumatera Utara dengan Program Studi PSL SPS USU Medan, 2 Juni 2012

Prosiding Seminar Nasional
Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia

Kerjasama BLH Sumatera Utara dengan Program Studi PSL SPS USU Medan, 2 Juni 2012

Prosiding Seminar Nasional
Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia

Kerjasama BLH Sumatera Utara dengan Program Studi PSL SPS USU Medan, 2 Juni 2012

Prosiding Seminar Nasional
Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia

PENGEMBANGAN PERTANIAN BERBASIS KOMODITI UNGGULAN
DALAM RANGKA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Studi Kasus Kabupaten Humbang Hasundutan

Hotden Leonardo Nainggolan 1) Johndikson Aritonang 2)
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan 1,2)
Jl. Sutomo No. 4A Medan 20234, Telp. 061-4522922. HP. 082166387190.
Email : hotden_ngl@yahoo.com 1,2)
Abstrak
Pembangunan pertanian yang memanfatkan potensi sumber daya alam yang sesuai dengan
agroekosistem wilayah dalam memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan petani merupakan
bagian dari proses pembangunan berkelanjutan. Pembangunan pertanian akan semakin optimal jika
dipadukan dengan pengelolaan komoditi unggulan. Pengelolaan komoditi unggulan disektor pertanian,
baik komoditi perkebunan, hortikultura dan pangan merupakan sebuah strategi regional dalam memacu
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Penelitian ini mengkaji pengembangan pertanian berbasis
komoditi unggulan dalam rangka pembangunan berkelanjutan (studi kasus Kabupaten Humbang
Hasundutan), sehingga kebijakan pertanian dalam mendukung pembangunan berkelanjutan lebih
terfokus. Metode penelitian dengan Location Quotient (LQ) menggunakan data sekunder produktifitas
komoditi pangan 2005-2009. Sesuai hasil analisis disimpulkan; a) Komoditi unggulan pangan di
Kabupaten Humbang Hasundutan; padi sawah, jagung dan kacang tanah, b) pengembangan pertanian
yang fokus pada komoditi unggulan akan menciptakan pertanian yang tepat guna, bernilai ekonomis,
secara sosial diterima masyarakat dan ramah lingkungan, c) Pertanian berkelanjutan akan
meningkatkan kelestarian lingkungan melalui konservasi tanah, air dan tanaman. Melalui penelitian ini
disarankan; a) agar pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan melakukan peningkatan produktifitas

pangan unggulan yang ramah lingkungan yang didukung oleh perbaikan teknologi usahatani dan pasca
panen, pengembangan infrastruktur serta penyediaan sarana produksi, b) agar pemerintah Kabupaten
Humbang Hasundutan melakukan berbagai pelatihan bagi penyuluh pertanian dan petani.
Kata Kunci : komoditi unggulan, pembangunan berkelanjutan, pertanian berkelanjutan, tanaman
pangan.
PENDAHULUAN
Secara umum bahwa pembangunan ekonomi yang berbasis sumber daya alam yang tidak
memperhatikan aspek kelestarian lingkungan pada akhirnya akan berdampak negatif pada lingkungan itu
sendiri, karena sumber daya alam dan lingkungan memiliki kapasitas daya dukung yang terbatas. Dengan
kata lain, pembangunan ekonomi yang tidak memperhatikan kapasitas sumber daya alam dan lingkungan
akan menyebabkan permasalahan bagi pembangunan berkelanjutan (Fauzi, A. 2006)
Meadow at all. (1972), mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan sangat dibatasi oleh
ketersediaan sumber daya alam sehingga penyediaan barang dan jasa yang berasal dari sumber daya alam
tidak akan dapat dilakukan secara terus-menerus (Fauzi, A. 2006). Pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture) merupakan implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development)
disektor pertanian. Konsep pembangunan berkelanjutan dimulai akhir tahun 1980 an sebagai respon
terhadap strategi pembangunan sebelumnya yang terfokus pada tujuan pertumbuhan ekonomi tinggi yang
terbukti telah menimbulkan degradasi kualitas lingkungan hidup.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki keunggulan komperatif (comperatif adventage)
untuk sektor pertanian, keunggulan ini merupakan modal fundamental bagi pertumbuhan ekonomi yang

perlu didorong dan di kelola dengan baik. Kuncoro, M (2005), menyampaikan kegiatan ekonomi yang
memanfaatkan keungulan komperatif akan memberikan perkembangan bukan hanya pada sektor itu saja
melainkan sektor lain yang saling terkait. Sektor pertanian kita tentu memiliki komoditi-komoditi penting
atau unggulan untuk dikembangkan sebagai pendorong utama (prime mover) bagi pertumbuhan ekonomi
secara nasional maupun regional. Pengembangan komoditi unggulan disektor pertanian pada suatu daerah

Kerjasama BLH Sumatera Utara dengan Program Studi PSL SPS USU Medan, 2 Juni 2012

Prosiding Seminar Nasional
Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia

merupakan suatu strategi regional untuk memacu pertumbuhan ekonomi, sehingga memberikan efek
pengganda (multiflier effect) pada sub sektor lainnya.
Bukti empiris menunjukkan ketika krisis ekonomi 1997 lalu, sektor pertanian mampu bertahan
dan memberikan kontribusi bagi perekonomian secara keseluruhan. Data BPS 1998, secara nasional
menunjukkan sektor pertanian tumbuh 0,22%, saat kondisi perekonomian Indonesia mengalami
penurunan hingga 13,68%. Bukti empiris itu menunjukkan ketika sektor konstruksi, industri dan
manufaktur mengalami kontraksi hebat namun sektor pertanian dengan komoditi unggulannya mampu
tumbuh positif dan taatkala sektor-sektor lain melakukan pemutusan hubungan kerja, justru penyerapan
tenaga kerja di sektor pertanian meningkat, demikian juga dengan ekspor produk pertanian mengalami

peningkatan (Friyatno, S. 2001).
Sektor pertanian memiliki peran penting bagi perekonomian dan pembangunan Sumatera Utara,
karena mampu berkontribusi sebesar 23,0% bagi pembentukan PDRB Sumatera Utara dan hanya terpaut
1,0% dari sektor industri. Tahun 2009 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Sumatera Utara sama
dengan sektor industri, yaitu sebesar 23,0% (BPS Sumut, 2010). Untuk Kabupaten Humbang Hasundutan
sektor pertanian juga memegang peranan penting bagi perekonomian wilayahnya, sektor ini mampu
berkontribusi bagi pembentukan PDRB sebesar 59,8% (BPS Humbang Hasundutan, 2010). Berdasarkan
uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk melihat “Peranan Pengembangan Pertanian Berbasis
Komoditi Unggulan Dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan (Studi Kasus Kabupaten Humbang
Hasundutan)”
METODOLOGI PENELITIAN
Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan nonprobability sampling dengan
teknik pengambilan sampling convenience sampling dengan memilih sampel secara sengaja sesuai
dengan keinginan peneliti dengan pertimbangan-pertimbangan khusus (Kuncoro. M, 2009). Penelitian ini
menggunakan sampel Kabupaten Humbang Hasundutan dengan alasan daerah ini mengandalkan sektor
pertanian dalam proses pembangunan wilyahnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder dengan runtun waktu 5 (lima) tahun (2009-2005) yang bersumber dari publikasi Badan Pusat
Statistik (BPS) Sumatera Utara dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Humbang Hasundutan dan
publikasi resmi lainnya.
Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Location Quotient (LQ) yang

didasarkan pada kontribusi (Tarigan, R. 2005). Location quotient (LQ) atau kuosien lokasi adalah
perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor
tersebut secara nasional. Banyak variable yang bisa diperbandingkan namun dalam penelitian ini
digunakan nilai produktifitas yaitu nilai produksi dibagi dengan luas lahan (Nainggolan, H, L. 2011)
dengan formulasi sebagai berikut;

LQ =

/
/

dimana :
PrKiKab
: Produktifitas komoditi i di kabupaten yang dianalisis.
TPrkKab
: Total produktifitas komoditi di kabupaten yang dianalisis.
PrKiProp
: Produktifitas komoditi i di wilayah propinsi.
TPrKProp
: Total produktifitas komoditi di wilayah propinsi.

Untuk mengetahui komoditi unggulan pada suatu kabupaten dalam konteks wilayah propinsi
adalah melalui analisis LQ, bila dilakukan dengan data time series akan diketahui perkembangan LQ
masing-masing komoditi dari tahun ke tahun (Tarigan R, 2005), artinya berdasarkan nilai LQ tersebut
dapat dikenali komoditi yang konsisten sebagai komoditi unggulan dan komoditi non-unggulan. Komoditi
yang dianalisis dikategorikan menjadi 3 (tiga) kelompok berdasarkan nilai LQ nya (Kuncoro, M. 2009)
yaitu ; a) apabila nilai LQ > 1, maka tingkat spesialisasi komoditi lebih besar di kabupaten dibanding
dengan di propinsi, b) bila nilai LQ < 1 maka tingkat spesialisasi komoditi tersebut lebih kecil di
kabupaten dibanding dengan propinsi, c) kemudian apabila nilai LQ = 1, maka tingkat spesialisasi
komoditi tertentu di kabupaten sama dengan di propinsi.

Kerjasama BLH Sumatera Utara dengan Program Studi PSL SPS USU Medan, 2 Juni 2012

Prosiding Seminar Nasional
Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN
Komoditi Tanaman Pangan Sumatera Utara.
Sumatera Utara merupakan propinsi ke empat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah
Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Data statistik 2009, menunjukkan penduduk Sumatera Utara
tahun 2008 adalah 13.042.317 juta jiwa. Dari total penduduk tersebut terdapat angkatan kerja 6,09 juta

jiwa yang terdiri dari 5,54 juta jiwa kategori bekerja dan 554,5 ribu jiwa mencari pekerjaan dan tidak
bekerja (pengangguran terbuka). Dari jumlah penduduk Sumatera Utara yang bekerja tersebut sebanyak
47,12% bekerja pada sektor pertanian, disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,20%.
(BPS Sumatera Utara, 2010). Secara umum bahwa perkembangan luas panen dan produksi tanaman
pangan di Sumatera Utara tahun 1999-2009 mengalami pertumbuhan plus minus hingga 0,11% per tahun.
Demikian juga dengan produktifitasnya, berdasarkan data yang diperoleh bahwa produktifitas komoditi
pangan tersebut juga mengalami trend pertumbuhan plus minus yang bervariasi. Untuk lebih jelasnya
mengenai produktifitas komoditi pangan di Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Produktifitas Komoditi Tanaman Pangan Sumatera Utara Tahun 2005-2009.
No
1
2
3
4
5
6

Jenis Komoditi
Padi Sawah
Padi Ladang

Jagung
Kacang Tanah
Ubi Kayu
Ubi Jalar

2005
4.36
2.65
0.30
1.10
12.52
9.63

Produktiftas (ton/ ha)
2006
2007
2008
4.40
4.50
4.58

2.51
2.66
2.91
3.41
3.50
4.57
1.12
1.15
1.16
12.57
12.60
19.42
9.66
9.70
11.07

2009
4.71
2.93
4.80

1.17
26.09
11.34

+/- Produktifitas
05/06
06/07 07/08
08/09
1.00% 2.27% 1.75% 2.80%
-5.25% 5.87% 9.75% 0.42%
1046.65% 2.74% 30.56% 5.11%
2.01% 2.74% 1.12% 0.99%
0.39% 0.23% 54.14% 34.34%
0.31% 0.38% 14.12% 2.44%

Sumber : Data sekunder diolah. 2012.
Pada tabel 1 di atas dapat dilihat produktifitas padi sawah di Sumatera Utara adalah 4,36 ton/ ha
tahun 2005, kemudian 2006 hanya naik 1% dengan produksi 4,40 ton/ ha. Tahun 2009 produktifitas
komoditi ini adalah 4,71 ton/ ha, dengan kenaikan 2,80% dari tahun sebelumnya. Sementara itu
produktifitas komoditi jagung mengalami peningkatan sejak tahun 2005-2009 dengan nilai persentase

peningkatan yang kecil. Produktifitas komoditi jagung tahun 2005 adalah 0,30 ton/ ha dan mengalami
peningkatan yang sangat baik tahun 2006 menjadi 3,41 ton/ ha.
Komoditi Tanaman Pangan Humbang Hasundutan.
Sektor pertanian bagi penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan tulang punggung
dan penggerak perekonomian daerah dalam rangka proses pembangunan disamping sebagai penghasil
nilai tambah dan sumber penghasilan masyarakat. Kabupaten ini merupakan kabupaten yang sangat
potensial bagi pengembangan sektor pertanian yang terlihat dari kontribusi sektor pertanian bagi PDRB
Kabupaten Humbang Hasundutan yang mencapai 59,08%. (BPS Humbang Hasundutan, 2010).
Tanaman padi sebagai salah satu komoditi pangan merupakan tanaman pertanian paling dominan
yang dibudidayakan di Kabupaten Humbang Hasundutan. Tahun 2005 luas lahan padi sawah yang
dikelola masyarakat adalah 17.527 ha dengan produksi 92.086 ton. Luas lahan komoditi ini mengalami
pertumbuhan hingga tahun 2008 yang mencapai 20.834 ha dengan produksi 110.213 ton, namun tahun
2009, luas lahan komoditi ini mengalami penurunan dikuti dengan penurunan produksi. Disamping itu
terdapat komoditi jagung, dimana tahun 2005 luas lahan komoditi ini mencapai 1.352 ha dengan produksi
5.195 ton, kemudian 2009 luas lahan ini mengalami penurunan menjadi 578 ha yang diikuti dengan
penurunan produksi menjadi 2.485 ton. (BPS Humbang Hasundutan, 2010).
Data BPS menunjukkan bahwa tahun 2005 produktifitas padi sawah di wilayah ini adalah 5,25
ton/ha, dan turun menjadi 5,13 ton/ ha tahun 2006. Kemudian tahun 2009 meningkat menjadi 5,32 ton /
ha, naik 0,54 % dari tahun sebelumnya. Untuk produktifitas komoditi jagung tercatat 3,84ton/ ha tahun
2005 dan produktifitas komoditi ini terus mengalami kenaikan menjadi 4,30 ton/ ha tahun 2009, naik
2,47% dari tahun sebelumnya. Untuk lebih jelasnya mengenai produktifitas komoditi pangan di
Kabupaten Humbang Hasundutan dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :

Kerjasama BLH Sumatera Utara dengan Program Studi PSL SPS USU Medan, 2 Juni 2012

Prosiding Seminar Nasional
Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia

Tabel 2. Perkembangan Produktifitas Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Humbang Hasundutan
Tahun 2005-2009.
No
1
2
3
4
5
6

Jenis Komoditi
Padi Sawah
Padi Ladang
Jagung
Kacang Tanah
Ubi Kayu
Ubi Jalar

Produktiftas (ton/ ha)

% +/- Produktifitas

2005

2006

2007

2008

2009

5.25
1.50
3.84
1.75
6.51
7.07

5.13
2.96
3.88
1.77
7.90
7.14

5.13
3.00
4.12
1.86
7.97
7.07

5.29
3.00
4.20
1.88
8.05
7.05

5.32
3.08
4.30
1.82
8.09
7.16

05/06

06/07

07/08

08/09

-2.34% -0.05% 3.15% 0.54%
97.57% 1.23% 0.13% 2.42%
0.88% 6.38% 1.75% 2.47%
1.00% 5.33% 0.80% -2.91%
21.42% 0.83% 1.04% 0.42%
0.99% -1.00% -0.29% 1.59%

Sumber : Data sekunder diolah. 2012.
Identifikasi Komoditi Unggulan Kabupaten Humbang Hasundutan.
Identifikasi komoditi unggulan di Kabupaten Humbang Hasundutan dilakukan dengan
menggunakan analisis LQ, berdasarkan analisis data yang dilakukan diketahui bahwa di kabupaten
Humbang Hasundutan terdapat beberapa jenis komoditi pangan unggulan sebagaimana pada tabel 3 di
bawah ini :
Tabel 3. Nilai LQ Komoditi Pangan Kabupaten Humbang Hasundutan.
No
1
2
3
4
5
6

Jenis Komoditi
Padi Sawah
Padi Ladang
Jagung
Kacang Tanah
Ubi Kayu
Ubi Jalar

LQ Komoditi Pangan Humbang Hasundutan
2005
2006
2007
2008
2009
1.42
1.36
1.33
1.71
1.94
0.67
1.38
1.32
1.53
1.80
15.23
1.33
1.38
1.36
1.53
1.88
1.85
1.90
2.40
2.66
0.61
0.74
0.74
0.62
0.53
0.86
0.86
0.85
0.94
1.08

Sumber : Data Sekunder diolah. 2012.
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti pada tabel 3 di atas, komoditi padi sawah memiliki
nilai LQ > 1 tahun 2005-2009 secara konsisten, hal ini menunjukkan bahwa komoditi ini memiliki tingkat
spesialisasi yang lebih besar di Kabupaten Humbang Hasundutan dibanding dengan Propinsi Sumatera
Utara. Artinya komoditi ini merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Komoditi padi ladang pada tahun 2005 memiliki nilai LQ 1 artinya tahun 2006-2009 komoditi ini memiliki spesialisasi di Kabupaten jika
dibandingkan dengan di Propinsi, maka komoditi ini tidak dikategori sebagai komoditi unggulan, karena
berdasarkan analisis LQ dengan data time series menunjukkan bahwa nilai LQ tidak konsisten (Tarigan,
R. 2005).
Berdasarkan hasil analisis sebagaimana pada tabel 3 diatas bahwa komoditi jagung dan kacang
tanah, secara konsisten memiliki nilai LQ>1 tahun 2005-2009, artinya selain komoditi tanaman padi
sawah, maka komoditi jagung dan kacang tanah juga merupakan komoditi unggulan Kabupaten Humbang
Hasundutan, karena kedua komoditi tersebut juga memiliki tingkat spesialisasi di Kabupaten jika
dibandingkan dengan Propinsi, sesuai dengan hasil analisis LQ dengan data time series (2005-2009),
dimana kedua komoditi ini memiliki nilai LQ> 1, secara konsisten (Tarigan, R. 2005). Dengan demikian
komoditi padi sawah, jagung dan kacang tanah merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Humbang
Hasundutan. Komoditi tersebut merupakan komoditas strategis yaitu komoditi padi dan jagung yang
termasuk dalam program pemerintah dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan yang ditempuh
pemerintah melalui berbagai cara untuk meningkatkan produksi dan produktifitas pangan secara
berkelanjutan (Tindaon, F dan Nainggolan, H. L. 2011).
Dengan teridentikasinya komoditi unggulan di Kabupaten Humbang Hasundutan maka dapat
dilakukan upaya peningkatan produktifitas secara spesifik melalui berbagai program peningkatan
produksi yang tepat. Beberapa upaya yang harus dilakukan pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan
adalah menyediakan sarana produksi yang terjangkau, perbaikan teknologi budidaya dan pasca panen
serta melakukan berbagai pelatihan kepada petani dan penyuluh, sehingga dengan demikian proses
pembangunan berkelanjutan melalui pengembangan sektor pertanian akan lebih bermanfaat sesuai dengan
konsep yang disampaikan Friyatno, S. (2001) bahwa kunci keberhasilan dalam peningkatan produktifitas
komoditi tanaman pangan unggulan tersebut agar lebih baik harus didukung oleh beberapa faktor yaitu; a)
Kerjasama BLH Sumatera Utara dengan Program Studi PSL SPS USU Medan, 2 Juni 2012

Prosiding Seminar Nasional
Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia

usaha peningkatan produktifitas komoditi unggulan melalui perbaikan teknologi usahatani, b) perlunya
pengembangan infrastruktur seperti; irigasi, lembaga penyuluhan dan sebagainya.
Pengembangan pertanian dengan pengelolaan komoditi unggulan secara spesifik melalui program
peningkatan produksi yang tepat akan mampu mengkonservasi tanah, air dan tanaman sehingga tidak
merusak lingkungan, tepat guna, layak secara ekonomi dan secara sosial diterima oleh masyarakat.
Sehingga berimplikasi pada proses pembangunan yang berwawasan lingkungan, untuk a) menjamin
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk generasi masa kini dan mendatang, b) menyediakan
lapangan pekerjaan, c) memelihara kapasitas produksi pertanian, d) menghasilkan berbagai produk
pertanian yang berkualitas dan berdaya saing tinggi (unggul). Dengan demikian pegembangan pertanian
melalui pengelolaan komoditi unggulan dalam rangka pembangunan berkelanjutan sejalan dengan konsep
yang disampaikan oleh The Agricultural Research Service (USDA), yang mendefinisikan pertanian
berkelanjutan sebagai pertanian yang pada waktu mendatang dapat bersaing, produktif, menguntungkan,
mengkonservasi sumber daya alam, melindungi lingkungan, serta meningkatkan kesehatan dan kualitas
pangan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisi data dan pembahasan yang dilakukan atas hasil penelitian ini, maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah; 1) Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki 3 (tiga) jenis
komoditi unggulan yang dapat diidentifikasi yaitu komoditi padi sawah, komoditi jagung dan komoditi
kacang tanah. 2) Pengembangan pertanian yang fokus pada komoditi unggulan akan menciptakan
pertanian yang tepat guna, bernilai ekonomis, secara sosial diterima masyarakat dan ramah lingkungan, 3)
Pertanian berkelanjutan akan meningkatkan kelestarian lingkungan melalui konservasi tanah, air dan
tanaman.
Melalui kajian yang berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka saran yang diberikan adalah
sebagai berikut; 1) Agar pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan melakukan peningkatan
produktifitas pangan unggulan yang ramah lingkungan yang didukung oleh perbaikan teknologi usahatani
dan pasca panen, pengembangan infrastruktur serta penyediaan sarana produksi. 2) Agar pemerintah
Kabupaten Humbang Hasundutan melakukan berbagai pelatihan bagi penyuluh pertanian dan petani, 3)
Perlu dilakukan kajian mendalam mengenai potensi bidang usaha yang sesuai dengan agroekologis dan
ekogeografis untuk dikembangkan dalam rangka pembangunan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Antara, M. 2000. Sistem Pengembangan Agribisnis Hortikultura Berkelanjutan Dan Berdaya Saing
Tinggi di Kawasan Timur Indonesia. Makalah Seminar Pada “Pertemuan Sosialisasi Program dan
Organisasi Hortikultura dan Aneka Tanaman Wilayah Timur Indonesia, 12 Desember 2000”.
Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman. Departemen Pertanian RI.
Denpasar. Bali.
BPS, Sumatera Utara Dalam Angka 2010. Medan
BPS, Humbang Hasundutan Dalam Angka 2010. Doloksanggul.
Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Teori dan aplikasi. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Friyatno, S. 2001. Analisis Penerapan Intensifikasi Usahatani Padi Sawah Pasca Krisis Ekonomi (Kasus
di Kabupaten Subang, Jawa Barat). Makalah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian RI.
Kuncoro, M. 2005. Strategi, Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif ?. Erlangga. Jakarta.
Kuncoro, M. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3. Erlangga. Jakarta.
Nainggolan, H, L. 2011. Peranan Analisis Komoditi Unggulan Bagi Pengembangan Tanaman Pangan
Dalam rangka Menciptakan Kemandirian Pangan di Kabupaten Toba Samosir. Buletin
Ketahanan Pangan, Vol. 4 No. 1 : 26-35. Bulan Oktober 2011. Badan Ketahanan Pangan Propinsi
Sumatera Utara. Medan.
Sutamihardja, 2004. Perubahan Lingkungan Global. Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor.
Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.

Kerjasama BLH Sumatera Utara dengan Program Studi PSL SPS USU Medan, 2 Juni 2012

Prosiding Seminar Nasional
Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia

Tindaon, F dan Nainggolan, H. L. 2011. Studi Kelayakan Penerapan Bioteknologi Pertanian Dalam
Pengembangan Tanaman Pangan Jagung di Lahan Perkebunan di Sumatera Utara. Makalah
Seminar Nasional Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), di Medan.
Turner, P,K, D. Pearce, and I, Bateman. 1993. Environmental Economic: An elementary introduction.
John Hopkins University Press, Baltimore.
Widayanto, B. 2000. Kajian Sektor Unggulan dan Transformasi Struktur Perekonomian di Kabupaten
Sleman. DIY Dalam Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi Pertanian. Volume 1. No. 2000.

Kerjasama BLH Sumatera Utara dengan Program Studi PSL SPS USU Medan, 2 Juni 2012

Prosiding Seminar Nasional
Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia

Kerjasama BLH Sumatera Utara dengan Program Studi PSL SPS USU Medan, 2 Juni 2012