2011. Nov. Makalah Semnas Pertanian Presisi. Identifikasi Komoditi Unggulan

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

IDENTIFIKASI KOMODITI UNGGULAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN
KOMODITI TANAMAN PANGAN UNTUK MENCIPTAKAN
KETAHANAN PANGAN WILAYAH
(Studi Kasus Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir)
Hotden Leonardo Nainggolan
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas HKBP Nommensen Medan. Jl. Sutomo No. 4A Medan 20234
Telp. 061-4522922. HP. 082168449964, Email : hotden_ngl@yahoo.com

ABSTRAK
Pengembangan komoditi unggulan untuk sektor pertanian baik komoditi perkebunan, hortikultura
ataupun komoditi tanaman pangan dalam sebuah wilayah merupakan sebuah strategi regional
untuk memacu pertumbuhan ekonomi, serta untuk menopang ketersediaan pangan secara wilayah

(regional). Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi komoditi unggulan komoditi tanaman
pangan pada suatu wilayah (studi kasus Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir), sehingga
kebijakan pertanian dalam bidang pengembangan tanaman pangan yang diambil dalam rangka
membangun ketahan pangan wilayah akan lebih terfokus. Metode penelitian yang digunakan
adalah Location Quotient (LQ) menggunakan data produktifitas komoditi tanaman pangan berupa
data sekunder time series 2005-2009. Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan; a) Komoditi
unggulan di Kabupaten Tapanuli Utara terdiri atas 4 (empat) jenis komoditi tanaman pangan yang
teridentifikasi yaitu komoditi padi sawah, padi ladang, jagung dan kacang tanah, b) sementara
Komoditi unggulan di Toba Samosir yang teridentifikasi terdiri atas 3 (tiga) jenis yaitu komoditi
padi sawah, jagung dan kacang tanah, c) ketahanan pangan di setiap wilayah sangat dipengaruhi
oleh produktifitas yang meningkat secara konsisten sehingga tersedia dengan cukup dan harga
yang terjangkau. Dan berdasarkan hasil penelitian ini juga disarankan; a) agar pemerintah
Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir melakukan upaya peningkatan produktifitas yang
lebih fokus pada komoditi tanaman pangan unggulan diwilayah masing-masing baik melalui
program intensifikasi maupun ekstensifikasi yang didukung oleh perbaikan teknologi usahatani,
pengembangan infrastruktur (irigasi, lembaga penyuluhan, dll) serta penyediaan sarana produksi,
perbaikan teknologi budidaya dan pascapanen dan, b) agar pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara
dan Toba Samosir melakukan berbagai pelatihan kepada penyuluh pertanian bahkan petani di
wilayah masing-masing
Kata Kunci : komoditi unggulan, pertanian, tanaman pangan.

PENDAHULUAN
Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang memiliki keunggulan komperatif
untuk sektor pertanian, hal ini merupakan modal fundamental bagi pertumbuhan ekonomi yang
perlu didorong dan dikelola dengan baik. Munandar (2001), menyampaikan bahwa kegiatan
ekonomi yang memanfaatkan keungulan komperatif akan memberikan manfaat bukan hanya pada
sektor itu saja namun juga sektor lain yang berkaitan.
Pengembangan komoditi unggulan dalam sektor pertanian yang meliputi; perkebunan,
hortikultura, tanaman pangan pada suatu daerah merupakan suatu strategi regional untuk memacu
pertumbuhan ekonomi, sehingga akan memberikan efek pengganda (multiflier effect) pada sektor
lain yang terkait. Propinsi Sumatera Utara dan wilayah dibawahnya (kabupaten/ kota) tentu
memiliki komoditi unggulan (komoditi penting) untuk dikembangkan sebagai pendorong utama
(prime mover) bagi pertumbuhan ekonomi serta untuk menopang ketersediaan kebutuhan pangan
secara wilayah (regional).

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

Selain mengejar pertumbuhan ekonomi wilayah, bahwa salah satu masalah yang dihadapi
dewasa ini adalah masalah ketahanan pangan. Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia
oleh karena itu pemenuhan kebutuhan akan pangan untuk seluruh penduduk dalam suatu wilayah
menjadi sasaran utama kebijakan pemerintah. Salah satu langkah operasional dalam rangka

mewujudkan kemandirian pangan yang dilakukan pemerintah adalah peningkatan produksi dan
produktifitas pangan berkelanjutan (Tindaon, F dan Nainggolan, H. L. 2011).
Kabupaten Tapanuli Utara pernah mendapat sebutan sebagai peta kemiskinan dengan
mayoritas penduduk bekerja pada sektor pertanian yaitu usaha tani tanaman pangan (padi sawah,
padi ladang, jagung, dll) dan perkebunan rakyat (usaha tani kemenyan, karet, dll) hal ini dapat
dilihat berdasarkan kontribusi sektor pertanian yang mencapai 53,6% terhadap PDRB Tapanuli
Utara, disusul oleh sektor jasa-jasa (community social) 16,4% dan sektor-sektor lainnya hanya
berkontribusi < 10% (BPS, Tapanuli Utara Dalam Angka, 2010), dengan demikian wilayah ini
memiliki tantangan tersendiri dalam hal pemenuhan akan kebutuhan pangan.
Kabupaten Toba Samosir yang merupakan daerah pemekaran dari Tapanuli Utara memiliki
topografi wilayah yang berbeda, maka kegiatan ekonomi masyarakatnya juga berbeda. Sebagian
besar penduduk kabupaten Toba Samosir masih tergantung terhadap sektor pertanian, hal ini
digambarkan oleh kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Toba Samosir sebesar
36,29%, kemudian sektor industry pengolahan 34,90%, sektor perdagangan, hotel dan restoran
9,30% (BPS, Toba Samosir Dalam Angka. 2010), maka wilayah ini juga memiliki tantangan yang
lebih berat untuk menciptakan ketahan pangannya. Berdasarkan urain tersebut diatas maka
penelitian ini dilakukan untuk “Mengidentifikasi Komoditi Unggulan Dalam Rangka
Pengembangan Komoditi Tanaman Pangan Untuk Menciptakan Ketahanan Pangan Wilayah
(Studi Kasus Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir)”
URAIAN TEORITIS

Komoditi Unggulan
Komoditi unggulan adalah komoditi yang mampu memberikan sumbangan pendapatan
bagi wilayah yang bersangkutan maka tiap wilayah akan memiliki komoditi unggulan yang
berbeda-beda. Dinas Pertanian Sumatera Utara (2009), memberikan beberapa kriteria mengenai
unggulan yaitu :
a. Dikenal luas oleh masyarakat. Kriteria ini mencerminkan bahwa secara sosial bidang usaha ini
dapat diterima oleh masyarakat setempat, apabila bidang usaha ini dikembangkan maka akan
diterima oleh masyarakat.
b. Memiliki sumbangan yang signifikan bagi perekonomian masyarakat. Bidang usaha unggulan
yang ditetapkan harus dapat bersaing dengan bidang usaha yang sama pada wilayah lain. Daya
saing ini akan dapat diketahui melalui indikator pendapatan yang diperoleh masyarakat dari
bidang usaha tersebut di suatu wilayah.
c. Memiliki kesesuaian dengan aspek agroekologis lokasi pengembangan. Kesesuaian bidang
usaha dengan kondisi agroekologis diketahui dengan menggunakan indikator produktifitas,
karena dapat menggambarkan efisiensi produksi dan keberlanjutan usaha.
d. Memiliki potensi pasar dan peluang ekspor. Bidang usaha unggulan harus memiliki prospek
pasar yang cerah, harus berorientasi pasar baik pasar lokal, domestik terutama ekspor.
e. Mendapat dukungan kebijakan pemerintah. Dukungan yang diperlukan adalah dukungan
pasar, baik pasar input maupun pasar output serta ketersediaaan faktor-faktor pendukung lain
seperti dukungan kelembagaan, teknologi, modal, sarana dan prasarana angkutan serta sumber

daya manusia yang tersedia turut menentukan keunggulan usaha.
f. Memiliki kelayakan investasi dan finansial yang baik. Kriteria ini sangat penting karena setiap
bidang usaha unggulan yang ditetapkan harus layak secara finansial dan ekonomi agar
pengusaha (investor) serta masyarakat tertarik untuk menggeluti bidang usaha tersebut.

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

Ketahanan Pangan
Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Beberapa negara
yang kemampuan ekonominya baik tetapi bisa mengalami kehancuran karena tidak mampu
memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Sejarah juga menunjukkan bahwa strategi pangan
banyak digunakan untuk melumpuhkan musuh artinya dengan adanya ketergantungan akan
pangan maka suatu bangsa akan sulit lepas dari pengaruh bangsa lain. Dengan demikian upaya
untuk mencapai kemandirian pangan nasional secara khusus kebutuhan pangan wilayah (regional)
bukan hanya dipandang dari sisi ekonomi saja, namun merupakan suatu keharusan yang paling
mendasar untuk dipenuhi.
Bank Dunia (1986) dan Maxwell dan Frankenberger (1992) mendefenisikan ketahanan
pangan adalah “akses semua orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat “
(secure access at all times to sufficient food for a healthy life). Undang-undang No. 7 Tahun 1996,
menyebutkan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga, yang

tercermin dari: (1) tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2)
aman; (3) merata; dan (4) terjangkau. Dengan pengertian tersebut bahwa mewujudkan ketahanan
pangan dapat lebih dipahami sebagai berikut:
1. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan ketersediaan pangan
dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan untuk memenuhi
kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya untuk
pertumbuhan dan kesehatan manusia.
2. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari pencemaran biologis,
kimia dan benda lain yang mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia
dan aman menurut kaidah Agama.
3. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah diperoleh setiap
rumah tangga dengan harga terjangkau.
Irawan, dkk (2000) mencatat bahwa keberhasilan swasembada beras yang pernah dicapai
Indonesia pada era 80-an merupakan kerja keras pemerintah yang mengerahkan segala sumber
daya, kapital dan kelembagaan. Friyatno, S (2001) juga menyampaikan bahwa keberhasilan
tersebut dipengaruhi beberapa faktor; (a) peningkatan produktifitas usahatani melalui perbaikan
teknologi, (b) tersedianya anggaran pemerintah untuk membiayai proyek dan program
pengembangan teknologi usahatani hingga pada proses sosialisasi di tingkat petani, (c)
pengembangan infrastruktur seperti irigasi, lembaga penyuluhan dan sebagainya. Maka sejalan
dengan itu, upaya yang dilakukan oleh Pemerintah daerah untuk meningkatkan produktivitas

pangan adalah penyediaan sarana produksi, perbaikan teknologi budidaya dan pascapanen dan
harus melakukan berbagai pelatihan bagi penyuluh pertanian dan petani itu sendiri.
METODOLOGI PENELITIAN.
Lokasi, Sampel Penelitian dan Pengumpulan Data.
Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan non-probability sampling
dengan teknik pengambilan sampling convenience sampling yaitu memilih sampel secara sengaja
sesuai dengan keinginan peneliti dengan pertimbangan-pertimbangan khusus (Kuncoro, M.
2009). Penelitian ini menggunakan sampel Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir dengan
alasan bahwa daerah ini merupakan daerah yang bukan hanya fokus pada sektor pertanian namun
juga sektor lain seperti industri. Data yang digunakan adalah sekunder dengan runtun waktu 5
(lima) tahun (2009-2005) bersumber dari BPS Sumatera Utara, BPS Kabupaten Tapanuli Utara,
BPS Toba Samosir dan publikasi resmi lainnya.

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

Metode Analisis Data.
Alat analisis yang akan digunakan adalah Location Quotient (LQ) yang didasarkan pada
kontribusi (Tarigan, R, 2005). Location Quotient (LQ) atau kuosien lokasi adalah perbandingan
tentang besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut
secara nasional. Banyak variabel yang bisa diperbandingkan namun secara umum adalah nilai

tambah (tingkat pendapatan) dan jumlah lapangan kerja (Tarigan R, 2005). Dalam penelitian ini
yang digunakan adalah nilai produktifitas (produksi per satuan luas lahan) tiap komoditi dengan
mengacu pada formulasi sebagai berikut;
PKiWa/ TPkWa
LQ = --------------------PKiSn/ TPkSn
dimana :
PKiWa
TPkWa
PKiSn
TPkSn

: Produktifitas komoditi i disuatu wilayah analisis
: Total produktifitas komoditi di wilayah analisis
: Produktifitas komoditi i secara nasional
: Total produktifitas komoditi secara Nasional

Wilayah nasional dalam penelitian ini adalah Sumatera Utara dan wilayah analisis adalah
Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Toba Samosir.
Menentukan Komoditi Unggulan.
Untuk mengetahui komoditi yang unggul pada suatu wilayah kabupaten dalam konteks

wilayah propinsi adalah dengan hasil analisis LQ, analisis MRP dan overlay. Analisis LQ dapat
memberikan gambaran komoditi unggulan yang valid jika menggunakan data “time series”
(Tarigan R, 2005), karena hasil analisis LQ dengan data time series akan diketahui perkembangan
LQ masing-masing komoditi dari tahun ke tahun dan berdasarkan nilai LQ tersebut dapat dikenali
komoditi yang konsisten sebagai unggulan (basis) dan non-unggulan (non-basis). Secara umum
komoditi yang dianalisis dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) kelompok berdasarkan nilai LQ nya
(Kuncoro, M. 2009) yaitu :
a. Apabila LQ > 1, maka tingkat spesialisasi komoditi lebih besar dikabupaten dibanding dengan
komoditi yang sama di Propinsi.
b. Selanjutnya bila LQ < 1 maka tingkat spesialisasi komoditi tersebut di kabupaten lebih kecil
dari komoditi yang sama di Propinsi.
c. Kemudian bila LQ = 1, maka tingkat spesialisasi komoditi tertentu di kabupaten sama dengan
di tingkat Propinsi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komoditi Tanaman Pangan.
Perkembangan Komoditi Tanaman Pangan Sumatera Utara.
Komoditi tanaman pangan yang dibudidayakan di Sumatera Utara secara umum adalah
padi sawah, padi ladang, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai dan kacang
hijau. Masyarakat Sumatera Utara, sebenarnya masih lebih fokus pada pengelolaan komoditi
tanaman padi, hal ini terlihat dari persentase pengelolaan lahan padi tahun 2009 yang mencapai

65.8 % jika dibandingkan dengan luas lahan yang dikelola untuk komoditi pangan lainnya (BPS.
Sumut Dalam Angka. 2010). Tahun 2005 luas lahan padi sawah adalah 743.813 ha dengan
produksi 3.240.209 ton. Kemudian tahun 2006 turun menjadi 652.531 ha dengan produksi

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

2.870.944 ton. Kemudian tahun 2009 luas lahan tersebut meningkat menjadi 718.586 ha dengan
produksi sebesar 3.382.066. (BPS. Sumut Dalam Angka. 2010).
Disamping padi sawah dan padi ladang bahwa komoditi jangung juga memiliki peran
penting dalam mendukung ketahanan pangan di Sumatera Utara. Tahun 2005 luas lahan tanaman
jagung mencapai 735.456 ha dengan produksi 218.569 ton, namun 2009 luas lahan komoditi
jagung ini mengalami penurunan hingga 242.782 ha dan produksi hanya sebesar 1.166.548 ton
(BPS. Sumut Dalam Angka. 2010).
Selain perkembangan luas lahan dan produksi berdasarkan data yang diperoleh diketahui
bahwa produktivitas komoditi tanaman pangan di Sumatera Utara secara umum mengalami trend
pertumbuhan yang kecil dan terdapat beberapa komoditi pangan yang pertumbuhannya minus,
sebagaimana disajikan pada tabel 1 dibawah ini . Tahun 2005 produktifitas padi sawah adalah 4,36
ton/ ha, kemudian tahun 2006 hanya naik 1% dengan produksi 4,40 ton/ ha. Kemudian 2009
produktifitas komoditi padi sawah ini hanya 4,71 ton/ ha, dengan kenaikan 2,80% dari tahun
sebelumnya. Demikian juga dengan produktifitas komoditi tanaman jagung mengalami

peningkatan sejak tahun 2005-2009 walau dengan persentase yang kecil. Produktifitas komoditi
jagung tahun 2005 adalah 0,30 ton/ ha, mengalami peningkatan yang sangat baik tahun 2006
menjadi 3,41 ton/ ha atau naik 1.046, 65 %, untuk lebih jelasnya mengenai peningkatan
produktifitas komoditi pangan di Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini :
Tabel 1. Produktifitas Komoditi Tanaman Pangan Sumatera Utara.
Jenis Komoditi
Padi Sawah
Padi Ladang
Jagung
Kacang Tanah
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Kacang Kedelai
Kacang Hijau

2005
4.36
2.65
0.30
1.10
12.52
9.63
1.15
1.06

Produktiftas (ton/ ha)
2006
2007
2008
4.40
4.50
4.58
2.51
2.66
2.91
3.41
3.50
4.57
1.12
1.15
1.16
12.57
12.60
19.42
9.66
9.70
11.07
1.12
1.16
1.21
1.06
1.06
1.06

2009
4.71
2.93
4.80
1.17
26.09
11.34
1.24
1.08

+/- Produktifitas
05/06
06/07
07/08
08/09
1.00% 2.27%
1.75%
2.80%
-5.25% 5.87%
9.75%
0.42%
1046.65% 2.74% 30.56%
5.11%
2.01% 2.74%
1.12%
0.99%
0.39% 0.23% 54.14% 34.34%
0.31% 0.38% 14.12%
2.44%
-2.58% 3.91%
4.66%
1.84%
0.21% 0.34%
0.18%
1.04%

Sumber : Data sekunder diolah. 2011.

Perkembangan Komoditi Tanaman Pangan Tapanuli Utara.
Secara umum komoditi pangan yang dibudidayakan oleh masyarakat di Kabupaten
Tapanuli Utara adalah padi sawah, padi ladang, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, kacang
kedelai dan kacang hijau. Masyarakat diwilayah ini mengelola komoditi tanaman padi sawah
dengan luas mencapai 60 % dari total luas lahan yang dikelola untuk komoditi pangan (BPS.
Tapanuli Utara Dalam Angka. 2010). Tahun 2005 luas lahan padi sawah mencapai 22.772 ha
dengan produksi 131.046 ton. Kemudian tahun 2008 menjadi 24.470 ha dengan produksi 141.291
ton. Dan tahun 2009 luas lahan tersebut mengalami penurunan menjadi 24.046 ha dengan
produksi sebesar 138.131,5 ton (BPS. Tapanuli Utara Dalam Angka. 2010)
Selain padi sawah dan padi ladang bahwa komoditi jangung, kacang tanah serta komoditi
lainnya juga memiliki peran penting mendukung ketahanan pangan di Tapanuli Utara. Tahun 2005
luas lahan tanaman jagung mencapai 2.779, 7 ha dengan produksi 7.604, 20 ton dan tahun 2009
luas lahan komoditi ini mengalami peningkatan mencapai 4.589 ha dengan produksi 15.601 ton
(BPS. Tapanuli Utra Dalam Angka. 2010).
Selain perkembangan luas lahan dan produksi, berdasarkan data yang diperoleh diketahui
pertumbuhan produktifitas komoditi pangan di Tapanuli Utara mengalami trend pertumbuhan
yang variatif sebagaimana pada tabel 2 dibawah ini. Tahun 2005 produktifitas padi sawah adalah
5,79 ton/ ha, kemudian tahun 2006 hanya naik 0,01% dengan produksi 5.79 ton/ ha. Kemudian

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

tahun 2009 produktifitas komoditi padi sawah di Tapanuli Utara turun sebesar 0,51 % menjadi
5,74 / ha. Untuk lebih jelasnya pertumbuhan produktifitas komoditi tanaman pangan di Tapanuli
Utara dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini:
Tabel 2. Produktifitas Komoditi Tanaman Pangan Tapanuli Utara.
Jenis Komoditi
Padi Sawah
Padi Ladang
Jagung
Kacang Tanah
Ubi Kayu
Ubi Jalar

2005
5.79
2.53
2.74
1.79
7.09
6.20

Produktiftas (ton/ ha)
2006
2007
2008
5.79
5.76
5.77
2.53
2.53
2.48
2.93
3.21
3.37
1.99
1.84
1.77
7.68
8.69
7.69
6.92
5.75
6.63

2009
5.74
2.53
3.40
1.53
7.69
6.77

+/- Produktifitas
05/06
06/07
07/08
08/09
0.01% -0.49%
0.25% -0.51%
0.05%
0.08% -1.98%
1.99%
7.23%
9.29%
5.21%
0.80%
11.40% -7.66% -3.56% -13.66%
8.33% 13.15% -11.47% -0.09%
11.56% -16.91% 15.34%
2.15%

Sumber : Data sekunder diolah. 2011.

Perkembangan Komoditi Tanaman Pangan Toba Samosir.
Kabupaten Toba Samosir merupakan kabupaten yang sangat potensial bagi pengembangan
sektor pertanian hal ini terlihat dari sumbangan sektor pertanian bagi PDRB Toba Samosir yang
mencapai 36,29%. Pada tahun 2005 luas lahan padi sawah yang dikelola masyarakat adalah
20.575 ha dengan produksi 119.113 ton. Luas lahan komoditi ini mengalami pertumbuhan hingga
tahun 2007 dan mencapai 24.328 ha dengan produksi 133.633 ton, namun tahun 2008 dan 2009,
luas lahan komoditi ini mengalami penurunan dikuti dengan penurunan produksi. Tahun 2005 luas
lahan komoditi tanaman jagung diwilayah ini 2.869 ha dengan produksi 12.968 ton dan
mengalami peningkatan hingga tahun 2008, dengan luas lahan menjadi 7.856 ha dengan produksi
25.116 ton (BPS, Toba Samosir Dalam Angka. 2010).
Disamping perkembangan luas lahan dan produksi, berdasarkan data yang diperoleh
terlihat bahwa produktifitas komoditi pangan Toba Samosir berfluktuasi. Tahun 2005 produktifitas
padi sawah 5.79 ton/ha, turun menjadi 4.64 ton/ ha pada tahun 2008 atau turun 15.58 % dari tahun
sebelumnya. Dan produktifitas komoditi ini tahun 2005 tercatat 4.52 ton/ ha dan mengalami
penurunan pada tahun 2008 menjadi 3.20 ton/ ha atau turun 22.15 % dari tahun sebelumnya.
Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan produktifitas komoditi pangan di Toba Samosir
dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3. Perkembangan Produktifitas Komoditi Tanaman Pangan Toba Samosir .
Jenis Komoditi
Padi Sawah
Padi Ladang
Jagung
Kacang Tanah
Ubi Kayu
Ubi Jalar

2005
5.79
2.48
4.52
1.87
14.08
9.55

Produktiftas (ton/ ha)
2006
2007
2008
5.52
5.49
4.64
2.55
3.06
1.38
4.87
4.11
3.20
1.91
1.92
1.16
15.68 15.72 12.55
9.61
9.60
9.05

% +/- Produktifitas
2009
05/06
06/07
07/08
08/09
5.27 -4.63% -0.51% -15.58% 13.75%
3.71
2.97% 20.17% -54.92% 168.99%
3.77
7.63% -15.59% -22.15% 18.00%
1.15
2.29%
0.78% -39.44% -1.29%
12.67 11.36%
0.23% -20.14%
0.98%
9.80
0.66% -0.06% -5.72%
8.27%

Sumber : Data sekunder diolah. 2011.

Identifikasi Komoditi Unggulan
Komoditi Unggulan Kabupaten Tapanuli Utara.
Dalam mengidentifikasi komoditi unggulan di kabupaten Tapanuli Utara, digunakan
analisis LQ. Berdasarkan pengolahan data yang dilakuakn diketahui bahwa di daerah ini terdapat
beberapa jenis komoditi pangan unggulan sebagaimana pada tabel dibawah ini :

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

Tabel 4. Nilai LQ Komoditi Pangan Kabupaten Tapanuli Utara.
Jenis Komoditi
Padi Sawah
Padi Ladang
Jagung
Kacang Tanah
Ubi Kayu
Ubi Jalar

LQ Komoditi Pangan Tapanuli Utara
2005
2006
2007
2008
2009
1.55
1.59
1.57
1.99
2.25
1.12
1.22
1.17
1.34
1.60
10.76
1.04
1.12
1.16
1.31
1.91
2.15
1.97
2.41
2.41
0.66
0.74
0.85
0.62
0.54
0.75
0.87
0.73
0.94
1.10

Sumber : Data Sekunder diolah. 2011.

Berdasarkan hasil pengolahan data sebagaimana pada tabel 4 diatas bahwa komoditi padi
sawah dan padi ladang memiliki LQ>1 dari tahun 2005-2009 secara konsisten, hal ini
menunjukkan bahwa komoditi padi sawah dan padi ladang memiliki tingkat spesialisasi komoditi
yang lebih besar dikabupaten Tapanuli Utara dibanding dengan di Propinsi karena berdasarkan
analisis LQ dengan data time series (2005-2009) menunjukkan bahwa komoditi padi sawah dan
padi ladang ini memiliki nilai LQ> 1 secara konsisten (Tarigan, R. 2005), artinya komoditi ini
merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Tapanuli Utara.
Pada tabel 4 diatas juga terlihat bahwa komoditi tanaman jagung dan kacang tanah secara
konsisten memiliki nilai LQ>1 sejak tahun 2005, dimana kedua komoditi ini disamping komoditi
tanaman padi sawah dan padi ladang juga merupakan komoditi unggulan Kabuapaten Tapanuli
Utara, dimana dengan nilai LQ> 1 menunjukkan bahwa kedua komoditi ini memiliki tingkat
spesialisasi di Kabupaten dibandingkan dengan Propinsi. Dan berdasarkan analisis LQ dengan
data time series (2005-2009) menunjukkan bahwa komoditi jagung dan kacang tanah ini
mempunyai nilai LQ> 1, secara konsisten (Tarigan, R. 2005).
Komoditi Unggulan Kabupaten Toba Samosir.
Identifikasi komoditi unggulan di kabupaten Toba Samosir dilakukan dengan
menggunakan analisis LQ, berdasarkan pengolahan data yang dilakukan diketahui bahwa di
kabupaten Toba Samosir terdapat beberapa jenis komoditi pangan unggulan sebagaimana pada
tabel 5 dibawah ini :
Tabel 5. Nilai LQ Komoditi Pangan Kabupaten Toba Samosir.
Jenis Komoditi
Padi Sawah
Padi Ladang
Jagung
Kacang Tanah
Ubi Kayu
Ubi Jalar

LQ Komoditi Pangan Toba Samosir
2005
2006
2007
2008
2009
1.06
1.05
1.04
1.38
1.57
0.75
0.85
0.99
0.65
1.78
12.14
1.20
1.00
0.96
1.10
1.36
1.43
1.43
1.37
1.37
0.90
1.05
1.07
0.88
0.68
0.79
0.83
0.85
1.12
1.21

Sumber : Data Sekunder diolah. 2011.

Berdasarkan hasil pengolahan data sebagaimana pada tabel 5 diatas bahwa komoditi padi
sawah memiliki LQ > 1 dari tahun 2005-2009 secara konsisten, hal ini menunjukkan bahwa
komoditi ini memiliki tingkat spesialisasi yang lebih besar dikabupaten Toba Samosir dibanding
dengan Propinsi. Artinya komoditi padi sawah ini merupakan komoditi unggulan di Kabupaten
Samosir. Namun untuk komoditi padi ladang mulai tahun 2005 – 2009 memiliki nilai LQ yang
selalu berubah sehingga komoditi ini tidak dikategori sebagai komoditi unggulan Toba Samosir,
karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series menunjukkan bahwa nilai LQ tidak
konsisten (Tarigan, R. 2005), tahun 2005-2006 memiliki nilai LQ1).
Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana pada tabel 7 diatas bahwa komoditi tanaman
jagung dan kacang tanah, secara konsisten memiliki nilai LQ>1 sejak tahun 2005, dimana kedua
komoditi ini disamping komoditi tanaman padi sawah adalah merupakan komoditi unggulan
Kabuapaten Toba Samosir, artinya kedua komoditi ini memiliki tingkat spesialisasi di Kabupaten
jika dibandingkan dengan Propinsi, karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series (20052009) menunjukkan bahwa komoditi jagung dan kacang tanah ini memiliki nilai LQ> 1, secara
konsisten (Tarigan, R. 2005).
Komoditi Unggulan Dan Ketahan Pangan Wilayah.
Berdasarkan hasil pengolahan data bahwa di kabupaten Tapanuli Utara terdapat 4 (empat)
jenis komoditi tanaman pangan yang memiliki nilai LQ>1, yaitu komoditi padi sawah, padi
ladang, jagung dan kacang tanah, sementara di kabupaten Toba Samosir hanya terdapat 3 (tiga)
jenis komoditi tanaman pangan yang memiliki nilai LQ>1 yaitu komoditi padi sawah, komoditi
jagung dan kacang tanah. Tarigan, R (2005) menyampaikan bahwa apabila nilai LQ>1, maka
tingkat spesialisasi komoditi lebih besar dikabupaten dibanding di Propinsi.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh bahwa komoditi padi sawah, komoditi pada
ladang, komoditi jagung dan kacang tanah memiliki nilai LQ> 1 sejak tahun 2005 – 2009 sehingga
ke empat jenis komoditi ini dikategorikan dalam komoditi unggulan Tapanuli Utara, karena
berdasarkan analisis LQ dengan data time series menunjukkan bahwa nilai LQ >1 secara konsisten
(Tarigan, R. 2005). Maka berdasarkan hasil analisis LQ yang dilakukan dapat di identifikasi
bahwa komoditi padi sawah, komoditi padi ladang, komoditi jagung dan kacang tanah merupakan
komoditi unggulan Kabupaten Tapanuli Utara.
Selanjutnya di Kabupaten Toba Samosir bahwa komoditi padi sawah, jagung dan komoditi
kacang tanah memiliki nilai LQ> 1 sejak tahun 2005 – 2009, sehingga ketiga komoditi ini
memiliki tingkat spesialisasi yang lebih dikabupaten Toba Samosir dibanding dengan di Propinsi
artinya komoditi padi sawah, komoditi jagung dan kacang tanah ini dikategorikan ke dalam
komoditi unggulan Toba Samosir, karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series
menunjukkan bahwa nilai LQ konsisten (Tarigan, R. 2005).
Kemudian di Kabupaten Tapanuli Utara terdapat 4 (empat) jenis komoditi unggulan yaitu
padi sawah dengan produktifitas yang berfluktuasi, dimana tahun 2005 produktifitasnya 5.79
ton/ha dan turun pada tahun 2009 menjadi 5,74 ton/ha, maka pemerintah harus melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan produktifitas komoditi ini untuk mendukung kemandirian
pangan di Tapanuli Uatara demikian juga dengan komoditi padi ladang, jagung dan kacang tanah
juga mengalami pertumbuhan produktifitas yang berfluktuasi sehingga upaya pemerintah untuk
menjadikan komoditi ini sebagai komoditas strategis harus maksimal.
Demikian juga dengan di Toba Samosir terdapat komoditi padi sawah, jagung dan kacang
tanah sebagai komoditi unggulannya yang merupakan 2 (dua) dari 5 (lima) komoditas strategis
yang termasuk dalam program pemerintah dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan yang
ditempuh pemerintah melalui peningkatan produksi dan produktifitas pangan berkelanjutan
(Tindaon, F dan Nainggolan, H. L. 2011), oleh karena itu Pemerintah Toba Samosir perlu
melakukan upaya peningkatan produktifitas komoditi unggulan ini melalui berbagai program.
Pada tahun 2005 produktifitas padi sawah adalah 5.79 ton ha dan turun pada tahun 2008 menjadi
4,64 ton/ ha, demikian juga dengan komoditi jagung dan kacang tanah sebagi komoditi unggulan
wilayah, perlu mendapat perhatian khusus dalam rangka peningkatan produktifitas secara
konsisten untuk mendukung kemandirian pangan wilayah.

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

Selanjutnya Friyatno, S. (2001) menyampaikan bahwa kunci keberhasilan dalam
peningkatan produktifitas komoditi tanaman pangan unggulan tersebut akan lebih baik jika
didukung oleh beberapa faktor yaitu (a) usaha peningkatan produktifitas komoditi unggulan
melalui perbaikan teknologi usahatani, (b) perlunya pengembangan infrastruktur seperti irigasi,
lembaga penyuluhan dan sebagainya. Sejalan dengan itu, upaya yang harus dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir untuk meningkatkan produktivitas
pangan adalah penyediaan sarana produksi, perbaikan teknologi budidaya dan pasca panen serta
melakukan berbagai pelatihan kepada petani dan penyuluh sehingga dengan demikian upaya
menciptakan kemandirian pangan wilayah masing-masing akan dapat tercapai.
PENUTUP
Kesimpulan.
Berdasarkan hasil analisi data dan pembahasan yang dilakukan atas hasil penelitian ini, maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah :
1. Komoditi unggulan tanaman pangan di Kabupaten Tapanuli Utara terdiri atas 4 (empat) jenis
komoditi pangan unggulan yang teridentifikasi yaitu padi sawah, padi ladang, jagung dan
komoditi kacang tanah.
2. Sementara di Kabupaten Toba Samosir terdapat 3 (tiga) jenis komoditi tanaman pangan
unggulan yang dapat diidentifikasi yaitu komoditi padi sawah, komoditi jagung dan komoditi
kacang tanah.
4. Ketahanan pangan di setiap wilayah sangat dipengaruhi oleh produktifitas sebuah komoditi,
jika produktifitasnya mengalami peningkatan secara konsisten maka ketersediaan pangan
wilayah akan terjamin dan dengan harga yang terjangkau.
Saran.
Melalui kajian yang berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka saran yang diberikan
adalah sebagai berikut :
1. Agar pemerintah Kabupaten Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir melakukan upaya
peningkatan produktifitas dan lebih fokus pada komoditi tanaman pangan unggulan yang
terdapat diwilayah masing-masing baik melalui program intensifikasi maupun ekstensifikasi
yang didukung oleh perbaikan teknologi usahatani, pengembangan infrastruktur (irigasi,
lembaga penyuluhan, dll) serta penyediaan sarana produksi, perbaikan teknologi budidaya dan
pascapanen.
2. Agar pemerintah Kabupaten Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir melakukan berbagai
pelatihan kepada penyuluh pertanian bahkan petani di wilayah masing-masing
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2010. Sumatera Utara Dalam Angka. Medan
BPS. 2010. Indikator Ekonomi Sumatera Utara. Medan
BPS. 2010. Toba Samosir Dalam Angka. Balige.
BPS. 2010. Tapanuli Utara Dalam Angka. Tarutung.
Dinas Pertanian Sumatera Utara. 2009. Bidang Usaha Unggulan. Medan
Friyatno, S. 2001. Analisis Penerapan Intensifikasi Usahatani Padi Sawah Pasca Krisis Ekonomi
(Kasus di Kabupaten Subang, Jawa Barat). Makalah. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian RI.
Kuncoro, M. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah; Reformasi, Perencanaan, Strategi dan
Peluang. Erlangga. Jakarta

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

Kuncoro, M. 2005. Strategi, Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif ?. Erlangga. Jakarta
Kuncoro, M. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3. Erlangga. Jakarta.
Purba, E. F. 2009. Sektor Unggulan dan Potensial Enam Kabupaten Pantai Timur Sumatera
Utara. Visi, Majalah Ilmiah.Universitas HKBP Nommensen. Medan
Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.
Tindaon, F dan Nainggolan, H. L. 2011. Studi Kelayakan Penerapan Bioteknologi Pertanian
Dalam Pengembangan Tanaman Pangan Jagung di Lahan Perkebunan di Sumatera
Utara. Makalah Seminar Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), di
Medan.

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi