Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hakim Debora (Studi Pustaka Mengenai Peran Hakim Debora dalam Kehidupan Patriarkhi Bangsa Israel) T1 712008007 BAB V

BAB V
PENUTUP
Pada bagian penutup ini, akan dikemukakan kesimpulan dan saran sebagai berikut.
5.1 Kesimpulan
1. Dari penelitian kepustakaan yang penulis lakukan untuk mendukung tulisan mengenai
Debora, penulis menemukan bahwa budaya patriarkhi lebih menekankan kepentingan dan
peran yang lebih dari laki-laki terhadap makhluk hidup yang lain, termasuk perempuan.
Perempuan di dalam setiap masyarakat yang menganut budaya patriarkhi selalu
dinomorduakan dan tidak diperhitungkan dalam kehidupan sosial masyarakat. Perempuan
bahkan dianggap sebagai hak milik dari laki-laki. Seorang perempuan sebelum menikah
merupakan milik ayahnya. Setelah menikah, ia merupakan milik suaminya.1 Dengan kata
lain, perempuan berada di bawah kuasa laki-laki. Budaya patriarkhi memang membuat
perempuan tidak bebas menentukan pilihannya. Ia harus tunduk pada siapapun laki-laki
terdekatnya entah itu ayahnya maupun suaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mies
yang menyatakan bahwa meskipun secara harafiah patriarkhi berarti kekuasaan bapak,
sebenarnya melampaui kekuasaan bapak karena termasuk aturan suami, bos laki-laki,
laki-laki yang berkuasa dalam lembaga-lembaga masyarakat, dalam politik dan

1

Dien Sumiyatiningsih, “Kedudukan dan Peranan Wanita dalam Pemerintah Gereja di Lingkungan Gereja Kristen

Jawa”, Gema, Desember 1986, 38
1

ekonomi.2 Budaya ini menjadi mendunia karena dianut hampir semua bangsa di dunia
sehingga makin membuat peran perempuan semakin kecil.
2. Sosok Debora, seorang perempuan yang diakui bangsa Israel hadir dengan peran-peran
yang dipegang dan dijalaninya. Peran-peran yang tidak mungkin bagi seorang perempuan
untuk dijalani dalam kehidupan publik. Debora menjadi nabiah, hakim, pemimpin militer
dan ibu bangsa. Debora mengubah konstruksi masyarakat mengenai tugas perempuan
yang semestinya di dunia domestik dengan keterlibatannya dalam dunia publik dengan
peran dan tanggung jawab yang diembankan kepadanya. Debora menunjukkan bahwa
perempuan bisa memimpin dalam sektor publik seperti yang dilakukan laki-laki karena
perempuan dan laki-laki sama-sama diberikan karunia untuk melakukan tugas pelayanan
di dunia. Sama seperti yang tercatat dalam Kejadian 1:26-27 mengenai rencana Tuhan
ketika menciptakan manusia yakni laki-laki dan perempuan untuk menguasai alam
semesta.
3. Debora menjalani perannya sebagai nabiah, hakim, pemimpin militer dan ibu bangsa
dengan menunjukkan integritas pribadinya yang kuat. Karakter-karakternya yang terlihat
dalam kepemimpinannya seperti rendah hati, bertanggungjawab, berani mencoba,
percaya diri dan menghormati orang lain membuatnya sukses menjalani peran-perannya.

Pada saat yang sama, Debora juga tidak melupakan karakternya sebagai perempuan yang
melakukan segala sesuatunya dengan hati dan empati sebagai seorang ibu sehingga ia
dapat mengerti orang lain yang menjadi bawahannya. Hal ini merupakan salah satu
kekhasan dari peran hakim Debora.
2

Maria Mies, Patriarchy and Accumaltion on a World Scale : Women in the International Division of Labour,
London: Zed Books Ltd, 1986, 37
2

4. Debora menjadi teladan sekaligus memberdayakan

perempuan bisa berperan dalam

kehidupan publik. Debora mampu mengubah konstruksi masyarakat mengenai peran lakilaki yang dominan dan menunjukkan bahwa perempuan juga bisa berperan dan
melakukan kepemimpinan dalam masyarakat, di bidang sosial maupun keagamaan.
Debora

mampu


membangkitkan

semangat

perempuan

untuk

membuktikan

kemandiriannya tanpa harus memakai kekuasaan laki-laki terdekat. Debora membuktikan
bahwa perempuan sanggup melakukan peran ganda tanpa melupakan tugas yang lain.
Perempuan bukan lagi makhluk lemah yang selalu mengandalkan laki-laki dalam setiap
aspek kehidupannya. Debora bisa melakukan semua itu bukan karena kemampuannya
sendiri tetapi karena ia mengandalkan Tuhan dalam menjalani tugas kepemimpinannya.
Namun hal ini tidak berarti perempuan tidak memerlukan laki-laki dalam kehidupannya.
Perempuan tetap membutuhkan laki-laki dalam kehidupannya sebagai partner yang setara
dalam relasi kemanusiaan untuk pelayanan kepemimpinan publik.
5.2 Saran
1. Kepada laki-laki dan perempuan secara umum, kisah Debora dapat memberikan

semangat kepada perempuan untuk mengembangkan diri dan memiliki karakter-karakter
Debora agar bisa menjadi pemimpin atau setidaknya memangku jabatan yang setara
dengan rekan sejawatnya. Penulis melihat kenyataan dalam kehidupan masyarakat baik
secara sosial maupun keagamaan, perempuan yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang
dilakukan jauh lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal ini seharusnya memberikan
peluang yang lebih banyak kepada perempuan untuk lebih berperan dalam kehidupan
publik dan kepemimpinan namun pada realitanya, perempuan tidak mendapatkan
kesempatan itu. Perempuan lebih banyak menjadi anggota dari organisasi yang dipimpin
3

seorang laki-laki. Organisasi yang sebenarnya keanggotaan perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki. Perempuan tetap berada di bawah kekuasaan laki-laki meskipun
sudah bisa keluar ke dunia publik. Melalui tulisan ini, perempuan bisa diberikan peluang
yang setara dengan laki-laki.
2. Kepada Gereja, untuk lebih mendukung peran perempuan dalam masyarakat perlu
partisipasi dari organisasi keagamaan dalam hal ini gereja, tempat perempuan sering
terlibat dalam pelayanan. Gereja perlu mendukung pengembangan diri perempuan dan
memberikan kesempatan kepada perempuan untuk mengemban tanggung jawab yang
lebih besar daripada yang selama ini dipercayakan kepada perempuan dengan
mempertimbangkan karakter dan keterampilan perempuan menjadi pemimpin. Apabila

perempuan

belum

memiliki

keterampilan,

gereja

dapat

membantu

dengan

memberdayakan melalui berbagai cara dan media, misalnya mengadakan pelatihan untuk
perempuan-perempuan

yang


berpotensi

melakukan

tugas

publik

dan

mulai

mempercayakan peran-peran yang lebih besar kepada perempuan.
3. Kepada organisasi perempuan, kiranya tulisan ini dapat menjadi bukti pengakuan
terhadap perempuan yang terlibat dalam dunia publik. Hal ini dapat mendorong semangat
organisasi perempuan dalam gerakannya mendukung perempuan untuk terjun dalam
dunia publik dengan memberikan keterampilan yang berguna bagi perempuan lain yang
ingin terjun ke dunia publik.


4

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hakim Debora (Studi Pustaka Mengenai Peran Hakim Debora dalam Kehidupan Patriarkhi Bangsa Israel) T1 712008007 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hakim Debora (Studi Pustaka Mengenai Peran Hakim Debora dalam Kehidupan Patriarkhi Bangsa Israel) T1 712008007 BAB II

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hakim Debora (Studi Pustaka Mengenai Peran Hakim Debora dalam Kehidupan Patriarkhi Bangsa Israel) T1 712008007 BAB IV

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hakim Debora (Studi Pustaka Mengenai Peran Hakim Debora dalam Kehidupan Patriarkhi Bangsa Israel)

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Public Relations dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu T1 362006801 BAB V

0 1 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Identitas Dalam Ulangan 12:1-26:15 Bagi Kehidupan Bangsa Israel

0 1 8

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kerajaan Gowa dalam Perniagaan Abad XVII T1 BAB V

0 0 2

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Mas dan Mbak Duta Wisata dalam Mempromosikan Kota Salatiga T1 BAB V

0 0 2

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran AseanKorea Youth Forum dalam Membangun Identitas ASEAN Melalui Bidang Kepemudaan T1 BAB V

0 3 24

Studi Tokoh Debora dalam Kitab Hakim-Hakim 4-5: Menjawab Isu Kontemporer Kepemimpinan Wanita dalam Organisasi Kristen

0 0 15