PENGARUH MNEMONIC KEYWORD METHOD TERHADAP RECOGNITION MEMORY VOCABULARY LEARNING PADA ANAK KELAS IV SEKOLAH DASAR.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program

Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

Oleh: Sofiana Maulida

B77212122

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

INTISARI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

Mnemonik Keyword Method Terhadap Recognition Memory Vocabulary Learning pada anak kelas IV Sekolah Dasar. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan Random Experimental design. Instrumen penelitian berupa tes rekognisi memori vocabulary learning. Subjek penelitian berjumlah 32 anak, dengan 16 anak sebagai kelompok eksperimen dan 16 anak sebagai kelompok kontrol.

Hasil penelitian menggunakan teknik analisis Independent-samples t test dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, karena lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Perbedaan nilai rata-rata perolehan kelompok kontrol sebesar 11.4375, lebih kecil dari nilai rata-rata perolehan kelompok eksperimen sebesar 17.5625, artinya terdapat perbedaan Recognition Memory Vocabulary Learning

antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil menunjukan bahwa ada pengaruh antara Mnemonik Keyword Method dengan Recognition Memory Vocabulary Learning pada anak kelas IV Sekolah Dasar.

Kata kunci: Recognition Memory, Mnemonik Keyword Method, Vocabulary Learning.


(7)

ABSTRACT

The aim of this study was to determine the effect of Mnemonik Keyword Method to Recognition Memory Vocabulary learning 4th graders at elementary school. This research is a quantitative research using Random Experimental design. Instrument the form of recognition memori vocabulary learning test. Research subjects included 30 students with 16 students as group experimentation and 16 students as the control group.

The results using analysis techniques Independent-samples t test with significance level of 0.000 < 0.05,because it is smaller than 0.05, then Ho is rejected and Ha accepted. Differences in the average value of the acquisition of the control group at 11.4375, the smaller than the average value of the acquisition of the experimental group at 17.5625, meaning that there are differences Recognition Memory Vocabulary Learning between control and experimental groups.Results showed that there is influence between Mnemonik Keyword Method to Recognition Memory Vocabulary learning 4th graders at elementary school. Keywords: Recognition Memory, Mnemonik Keyword Method, Vocabulary Learning.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

INTISARI ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Keaslian Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Recognition Memory Vocabulary Learning pada anak Sekolah Dasar 1. Recognition Memory Vocabulary Learning ... 21

1) Pengertian Memory... 21

2) Proses dan Fungsi Memory... 24

3) Pengertian Recognition Memory..... 29

4) Pengertian Vocabulary Learning... 32

5) Faktor-faktor yang meningkatkan Kinerja Memori... 37

6) Pengukuran Recognition Memory... 41

B.Metode Mnemonic Keyword Method 1. Pengertian Mnemonic... 43

2. Prinsip-prinsip Mnemonic Method... 45

3. Strategi Mnemonic Method... 47

4. Pengertian Mnemonic Keyword Method ... 49

C.Pengaruh Recognition Memory Vocabulary Learning pada anak Sekolah Dasar dengan Mnemonic Keyword Method... 53

D.Landasan Teori ... 55

E. Hipotesis ... 59

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional... 60

1. Variabel Penelitian ... 60

2. Definisi Operasional ... 60

B. Subjek Penelitia ... 62

C. Desain Eksperimen... 64

D. Prosedur Eksperimen... 65

E. Validitas Eksperimen... 68

F. Instrumen Penelitian... 69

G. Analisis Data ... 73


(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subjek... 74

B. Deskripsi dan Reliabilitas Data... 75

C. Hasil Penelitian... 78

D. Pembahasan... 80

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 85

B. Saran... 85

DAFTAR PUSTAKA... 87 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tahapan Perkembangan Kognitif Anak Menurut Piaget... 12

Tabel 2 Strategi Mnemonik... 48

Tabel 3 Distribusi Soal Tes Rekognisi Bahasa Inggris... 70

Tabel 4 Distribusi Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen Berdasarkan Usia... 74

Tabel 5 Distribusi Subjek Penelitian Kelompok Kontrol Berdasarkan Usia... 74

Tabel 6 Distribusi Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen Berdasarkan JenisKelamin... 75

Tabel 7 Distribusi Subjek Penelitian Kelompok Kontrol Berdasarkan Jenis Kelamin... 75

Tabel 8 Deskripsi Statistik kelompok eksperimen... 76

Tabel 9 Deskripsi Statistik kelompok kontrol... 76

Tabel 10 Hasil Uji Reliabilitas... 77

Tabel 11 Relibialitas Hasil Penelitian Tes Rekognisi ... 78

Tabel 12 Hasil Output SPSSRecognition Memory Vocabulary Learning Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen... 78


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Proses dan fungsi Memori... 22

Gambar 2: Model pemrosesan informasi dari memori... 23

Gambar 3: Memindahan Pengetahuan yang ada... 50

Gambar 4: Kerangka Teoritik... 59

Gambar 5: Desain Eksperimen... 64


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak sekolah dasar (SD) yang berusia 7-12 tahun secara psikologis berada pada masa kanak-kanak tengah, middle childhood. Usia ini menjadi masa emas untuk belajar bahasa selain bahasa ibu (bahasa pertama). Menurut Erikson (dalam Hurlock, 1993), kemampuan berbahasa anak pada usia ini lebih berkembang dengan cara berpikir konsep operasional konkret. Kondisi otaknya masih plastis dan lentur sehingga penyerapan bahasa lebih mudah.

Ketika anak berusia 6-13 tahun atau berada di bangku sekolah dasar, area pada otak yang mengatur kemampuan berbahasa terlihat mengalami perkembangan paling pesat. Pada usia SD seperti itu biasa disebut juga sebagai critical periods.

Kemampuan anak pada usia SD dalam proses kognitif, kreativitas, dan divergent thinking berada pada kondisi optimal. Berdasarkan hasil riset teknologi brain imaging di University of California, Los Angeles, secara biologis anak usia SD menjadi waktu yang tepat untuk mempelajari bahasa asing. Anak-anak yang belajar mempelajari bahasa asing lain mempunyai kemampuan lebih dalam tugas memori episodic, mempelajari kalimat dan kata, dan memori semantic, kelancaran menyampaikan pesan dan mengategorikannya.


(13)

Hal ini menunjukkan bahwa mempelajari bahasa asing tidak akan mengganggu performa linguistik anak dalam bahasa apa pun. Belum ada bukti bahwa bahasa pertama akan bermasalah jika mempelajari bahasa kedua, ketiga, dan seterusnya sebab fase anak-anak tengah memiliki fleksibilitas kognitif dan meningkatnya pembentukan konsep.

Anak-anak SD mampu memahami bahasa asing dengan baik seperti halnya pemahaman terhadap bahasa ibunya dalam empat keterampilan berbahasa: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Oleh karena itu, anak-anak usia SD secara biologis berada dalam masa emas untuk mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa kedua setelah bahasa Indonesia (Hurlock, 1993).

Memori merupakan salah satu rahasia otak yang masih diteliti hingga saat ini. Dalam kerjanya terdapat informasi yang tersimpan dalam jangka waktu yang pendek di dalam memori dan juga informasi yang tersimpan dalam waktu tertentu (short-term dan long-term memory). Atkinson & Shiffrin menjelaskan bagaimana informasi dari luar masuk ke ingatan manusia yaitu informasi dari luar pertama kali masuk ke ingatan sensori, ingatan sensori ini sangat mudah hilang karena kapasitasnya yang sedikit. Indera-indera yang bekerja untuk menangkap informasi yang banyak akan mengakibatkan terjadinya kelupaan. Informasi yang dianggap relevan dan penting bagi individu akan diteruskan dan masuk ke ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek juga memiliki kapasitasnya sendiri, yaitu sekitar 30 detik dan apabila informasi yang dianggap relevan dan penting bagi individu ini tidak diulang


(14)

maka informasi tersebut dapat hilang, atau informasi tersebut dilupakan. Informasi yang berhasil masuk ke ingatan jangka pendek akan diteruskan ke ingatan jangka panjang. Ingatan jangka panjang merupakan tempat penyimpanan informasi yang relatif permanen (Santrock, 2007).

Penyimpanan informasi tersebut melalui proses yang diawali dari tahap awal yaitu encoding (tahap memasukkan ingatan) Metode encoding ini banyak diteliti karena dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan memori. Paivio menjelaskan dalam tulisannya bahwa dual coding theory ini banyak digunakan untuk meningkatkan pemerolehan informasi. Encoding juga berpengaruh dalam proses recognition memory yaitu proses dimana individu mengenali informasi yang telah masuk atau telah diproses (Feldman, 2003).

Dilanjutkan dengan tahap ke dua yaitu storage/retention (tahap menyimpan ingatan) Apa yang telah dipelajari biasanya akan tersimpan dalam bentuk jejak-jejak (traces) dan bisa ditimbulkan kembali. Jejak-jejak tersebut biasa juga disebut dengan memory traces. Walaupun disimpan namun jika tidak sering digunakan maka memory traces tersebut bisa sulit untuk ditimbulkan kembali bahkan juga hilang, dan ini yang disebut dengan kelupaan (Muhid, Fauziyah, Balgies, dan Mukhoyyaroh. 2013). Penyimpanan informasi merupakan mekanisme penting dalam ingatan. Sistem penyimpanan ini sangat mempengaruhi jenis ingatan yang akan diperagakan oleh organisme.

Dalam retention/storage ini terdapat berbagai penyimpanan-penyimpan mulai dari penyimpanan-penyimpanan jangka pendek hingga penyimpanan-penyimpanan jangka panjang. Pada penyimpanan dalam ingatan jangka panjang terdapat


(15)

Kapasitas ingatan jangka panjang sangat besar. Hal ini memungkinkan penyimpanan informasi yang luar biasa banyaknya yang diperoleh sepanjang hidup organisme. Meskipun demikian, ingatan masih bekerja sangat efisien yaitu dengan jalan mengorganisasikan informasi yang diterima dari ingatan jangka pendek.

Reorganisai ini erat hubungannya dengan proses retrieval dalam ingatan jangka panjang yaitu (1) Metode mengingat kembali (Recall Method) Pengukuran ingatan berdasarkan pada kemampuan untuk mengingat kembali informasi dengan beberapa petunjuk. (2) Metode rekognisi (Recognition Method) Pengukuran ingatan berdasarkan pada kemampuan untuk memilih informasi yang benar dari pilihan yang disediakan. (3) Metode pembelajaran kembali (Relearning Method) Pengukuran kembali ingatan berdasarkan pada waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari kembali (relearn) materi yang dilupakan.

Setelah itu dilanjutkan pada tahap akhir yaitu retrieval (tahap menimbulkan kembali). Dalam tahap retrieval/ menimbulkan kembali berkaitan dengan menimbulkan kembali hal-hal yang disimpan dalam ingatan. Dalam menimbulkan kembali apa yang disimpan dalam ingatan dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut (Walgito, 2002). (1). Mengingat kembali (to recall). Pada mengingat kembali orang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat tanpa dibantu adanya objek sebagai stimulus untuk dapat kembali. Jadi dalam hal mengingat kembali orang tidak dibantu dengan


(16)

adanya objek. Misalnya orang dapat mengingat kembali tentang ciri-ciri penjambret yang menjambret tasnya, sekalipun penjambretnya itu tidak ada.

(2). Mengenal kembali (to recognize). Pada mengenal kembali orang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat atau yang pernah dipelajari dengan bantuan adanya objek yang harus diingat. Jadi dalam mengenal kembali orang dibantu dengan adanya objek yang perlu ditimbulkan kembali. Misalnya ada sepeda hilang kemudian ditemukan oleh pihak kepolisian, dan barang siapa yang kehilangan sepeda dapat melihat sepeda tersebut apakah sepeda itu miliknya atau bukan. Setelah seseorang melihat sepeda tersebut, orang dapat mengenal kembali bahwa sepeda itu adalah sepedanya yang hilang sebulan yang lalu.

Karena pada mengenal kembali orang dibantu oleh adanya objek, maka besar kemungkinannya apa yang tidak dapat diingat kembali dapat dikenal kembali oleh seseorang. Karena itu sering dikemukakan bahwa mengenal kembali itu akan lebih mudah apabila dibandingkan dengan mengingat kembali. Hal tersebut diperkuat dengan hasil eksperimen-eksperimen. Suatu eksperimen berkaitan dengan mengenal dan mengingat kembali diadakan oleh Bburt dan Dobbel (Woodworth, 1951 dalam Walgito, 2002) yang hasilnya menunjukkan bahwa mengenal kembali menunjukkan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan mengingat kembali.

Disamping itu, dikemukakan pula oleh Schonfield dan Roberston (Morgan, King, dan Robinson. 1984) bahwa mengenal kembali (recognition memory) lebih baik dari pada mengingat kembali pada tingkatan semua umur.


(17)

Seperti dalam Penelitian yang dilakukan oleh Adni dan Hidayati (2014) dengan judul “Perbedaan Recognition Memory Kata dan Gambar Pada Media Narasi Bergambar” dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada recognition memory kata dan gambar dalam media narasi bergambar. Pada uji recognition tersebut gambar lebih mudah dikenali dibandingkan dengan kata. Sehingga disimpulkan bahwa diantara stimulus kata dan gambar yang diberikan pada anak dengan rentang usia 9-10 tahun, stimulus gambar akan lebih mudah bagi mereka untuk dikenali.

Pembentukan dan pemakaian memori dalam pembelajaran bahasa, yaitu memori dibentuk dan dipakai melalui tiga tahap: input, penyimpanan, dan output (Clark dan Clark 1977: 134-136; Engel 1999: 5). Pada tahap input, orang umumnya menerima masukan, baik lisan maupun tulisan, kemudian memberikan interpretasi tentang masukan itu untuk memahaminya. Biasanya orang memperhatikan maknanya, bukan kata-katanya. Karena itu, yang disimpan dalam memori bukan kata-kata yang didengar atau dibaca tetapi isi dari keseluruhan kata-kata itu. Itulah sebabnya kalau orang harus menyatakan kembali apa yang baru didengar atau dibaca, dia tidak akan memakai kata-kata yang persis sama seperti pada inputnya.

Pernyataan ulang secara verbatim, yakni kata demi kata secara tepat, hanya terjadi pada hal-hal yang khusus. Seorang aktor atau aktris perlu menghafalkan kata demi kata bagian-bagian yang akan diperankannya. Begitu pula seorang penyanyi tidak mempunyai pilihan lain kecuali menghafalkan


(18)

lagunya secara tepat. Dalam hal-hal yang lain ada kalanya aktor hanya menyerap isinya, dan melakukan improvisasi pada saat pementasan. Aktor pada kelompok srimulat, misalnya hanya diberi garis besar skenarionya saja tanpa ada teks yang harus dihafalkan (Sari, 1990 dalam Dardjowidjojo, 2008). Tahap penyimpanan dimulai dengan proses menyimpan informasi pada memori pendek. Ihwal yang dirasakan tidak perlu, atau hanya diperlukan secara sementara disimpan hanya di memori pendek ini. bila dirasakan perlu untuk disimpan dalam jangka waktu lama, maka informasi itu “dikirim” ke memori panjang. Memori panjang tidak hanya menyimpan makna saja. kadang-kadang hafalan verbatim juga disimpan disana. Tidak sedikit orang yang dapat mengucapkan surat Al Fatihah dengan fasih, tetapi mereka tidak dapat berbicara bahasa arab. Banyak pula penyanyi yang dapat menyanyikan lagu inggris tanpa dia mengerti bahasa inggris atau bahkan memahami apa yang dia nyanyikan.

Pada tahap output, ada dua cara yang dipakai: rekognisi (recognition) dan rekol (recall). Rekognisi adalah proses pemanggilan memori dengan meminta seseorang untuk dapat merekognisi sesuatu yang telah diberikan kepadanya sebelumnya. Jadi, si subjek, misalnya diminta menjawab apakah benda yang ditunjukkan kepadanya itu telah dia lihat sebelumnya.pada rekol orang diminta untuk menyatakan sesuatu yang telah dia lihat atau dia dengar sebelumnya. Dia diminta untuk menyebutkan nama benda yang telah diperlihatkannya sebelumya. Pada umumnya, rekognisi lebih mudah daripada rekol (Dardjowidjojo,2008).


(19)

Dua unsur penting dalam pembentukan ingatan, yaitu pengodean dan penyimpanan sangat erat kaitannya dengan pemanggilan kembali. Apabila proses-proses pengodean dan penyimpanan ingatan rusak, pemanggilan kembali ingatan tersebut akan mengalami kesulitan. Karena ingatan disimpan dalam bentuk jaring-jaring di seluruh bagian otak sesuai dengan pengodeannya. Mudah dimengerti bahwa anda bisa meningkatkan ingatan apabila secara sadar memberi kode pada informasi yang ingin anda ingat. Ingat ini adalah pemicu ingatan (mnemonik) yaitu sejumlah strategi yang diyakini bisa meningkatkan daya ingat (Jensen & Markowitz, 2003).

Dalam meningkatkan kemampuan recognition memory terdapat banyak faktor kinerja memori yang dilakukan, salah satunya dengan menggunakan teknik mnemonik yang telah dirancang untuk meningkatkan penyandian dan memudahkan pengambilan (retrieval). Karena pengertian dari mnemonik sendiri adalah suatu teknik yang meningkatkan penyimpanan dan pengambilan informasi dalam memori (Solso, 2007).

Dari pernyataan diatas maka dipakailah metode mnemonik sebagai metode stimulusnya. Mnemonik adalah suatu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya ingat seseorang melalui pengasosiasian pikiran dalam memaknai suatu kata-kata, gagasan atau ide, dan gambaran sehingga berbagai informasi tersebut lebih mudah disimpan dalam memori jangka panjang. Ketika menggunakan mnemonik dalam mengingat sesuatu, akan disadari bahwa proses ingatan akan terasa lebih mudah. Imajinasi, perasaan, informasi dan pengalaman yang telah dialami sebelumnya memiliki peranan


(20)

yang sangat penting dalam penerapan mnemonik ini. Melalui imajinasi dan pemberian makna tertentu baik berupa emosi, visualisasi yang semakin tidak wajar pada informasi baru yang ingin diingat akan semakin mempermudah seseorang dalam mengingat informasi baru tersebut (Mahadiani, Wiyasa, dan Kristiantari. 2013).

Suharnan (2005) menyebutkan bahwa Mnemonik merupakan suatu strategi atau teknik yang dipelajari untuk membantu kinerja ingatan yang dapat dioptimalkan dengan latihan. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan teknik Mnemonik dapat diajarkan pada seseorang untuk mengoptimalkan kinerja memori. Teknik tersebut dapat digunakan oleh siapapun tanpa harus memiliki kemampuan otak yang spesial. Kemampuan seseorang dalam menggunakan teknik Mnemonik semakin optimal ketika teknik tersebut semakin sering digunakan.

Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan Atkinson dan Raugh (1975), para patisipan mempelajari 120 kata bahasa rusia (40 kata per hari selama 3 hari). Kata-kata bahasa rusia, yang direkam sebelumnya, disajikan kepada partisipan melalui headphone. Kelompok kontrol mendapatkan tampilan visual berisi terjemahan bahasa inggris dan kata-kata kunci, sedangkan kelompok kontrol hanya mendapatkan terjemahan bahasa inggris. Tiga sesi training diberikan setiap harinya. Kelompok partisipan yang mendapatkan kata-kata kunci menunjukkan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan kelompok kontrol. Faktanya, para partisipan dalam kelompok kata kunci mempelajari lebih banyak kata dalam dua sesi dibandingkan kata


(21)

yang dipelajari kelompok kontrol dalam tiga sesi. Tidak hanya para partisipan dalam kelompok kata kunci menghasilkan kinerja dalam eksperimen yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol, namun dalam sebuah sesi kejutan 6 minggu kemudian (yang didalamnya pasrtisipan meminta mengingat kata-kata yang mereka pelajari), probabilitas jawaban benar adalah 43 persen bagi para partisipan dari kelompok kata kunci dan hanya 28% bagi para partisipan dari kelompok kontrol. Para peneliti juga menemukan bahwa secara umum kegiatan menyediakan kata kunci atau memberikan hasil yang lebih baik daripada membiarkan partisipan membentuk kata-kata kunci sendiri (Solso, 2007).

Melalui Mnemonik Keyword Method (Metode Mnemonik Kata kunci) dengan memakai bahasa asing yaitu bahasa inggris dalam penelitian ini karena mempunyai fungsi yang berguna dalam upaya mempelajari kosa kata bahasa asing (Atkinson, 1975 dalam Solso, 2007). Oleh karena itu dengan penggunaan bahasa inggris sebagai kata yang dipelajari dalam merekognisi ingatan pada anak Sekolah Dasar khususnya kelas IV dengan pengasosiasiannya menggunakan bahasa ibu, yaitu bahasa indonesia.

Alasan pemilihan subjek anak kelas IV SD dalam penelitian ini, karena dimana pada usia tersebut, anak sudah mulai memahami dan mengerti pelajaran yang telah diterimanya. Karena pada masa ini adalah masa Intelektual bagi anak. Anak telah matang untuk masuk Sekolah Dasar, dengan ciri umum mereka lebih mudah dididik daripada masa sebelumnya. Secara garis besar bisa dibagi menjadi 2 tahap: Pertama, masa awal Sekolah Dasar


(22)

yang berlangsung antara usia 6/7 tahun - 9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2 dan 3 sedangkan Masa kelas tinggi Sekolah Dasar, yang berlangsung antara usia 9/10 tahun - 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6 (Purwati dalam mustaqim, 2001).

Selama periode ini, tepatnya pada usia 9/10 tahun yang biasanya duduk di kelas 4. Memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan-keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori yaitu merupakan prilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. Oleh karena itu, dalam penelitian ini mengambil Metode Mnemonik Kata kunci sebagai strategi untuk meningkatkan rekognisi memori pada anak usia tersebut.

Menurut Havighurs (dalam Nitasari, 2011), Kanak-kanak yang berada pada tahap operasi konkrit yaitu mulai menguasai 3M yaitu Membaca, Menulis dan Mengeja. Pada peringkat ini, kemahiran permainan dan kognitif terbentuk kerana perkembangan fisikal dan dengan adanya dorongan dari lingkungan, yaitu dari ibu bapaknya. Anak-anak turut mengalami perkembangan diri sendiri yang positif seperti menjaga kesehatan. Dari segi aktifitas atau kegiatan sosial, mereka dapat bersosial apabila melibatkan diri dengan aktivitas yang ada. Disamping itu, masa yang ada dapat diisi dengan aktivitas yang bermanfaat sebagai contoh, Anak bermain sepak bola dengan


(23)

teman-temannya. Ini dapat mengembangkan kemahiran motor kasar mereka melalui tendangan bola yang dilakukan.

Tabel 1: Tahapan perkembangan kognitif anak menurut Piaget

No Tahap Perkembangan Kognitif Usia Perkembangan Kognitif

1 Sensory-motor (Sensori-motor) 0 sampai 2 tahun 2 Preoperational (praoperasional) 2 sampai 7 tahun 3 Concrete-operationaloperasional) (konkrit- 7 sampai 11 tahun 4 Formal-operationaloperasional) (formal- 11 sampai 15 tahun

Sesuai dari hasil wawancara peneliti dengan guru bahasa inggris yang ada di sekolah tersebut menyatakan bahwa anak-anak kelas IV SD masih membutuhkan banyak arahan dalam penguasaan kosa kata bahasa inggris, karena dilihat dari hasil ujian baik itu UTS maupun nilai UAS, masih banyak yang jauh dari nilai KKM. Padahal pelajaran bahasa inggris sudah menjadi pelajaran wajib bagi anak SD yang dijadikan sebagai uji kelayakan untuk kelulusan tingkat nasional.

Vocabulary (kosakata) sangat berpengaruh pada ketrampilan berbahasa yang lain. Banyaknya kosakata yang dihasilkan oleh seseorang dapat mencerminkan tingkat intelektualitas dari orang tersebut. Oleh karena itu, diperlukan strategi dan metode yang tepat untuk diterapkan di kelas nantinya. Pandangan ini didukung oleh Rivers (1983, dalam Nunan 1991) yang berargumen bahwa pemerolehan kosakata yang memadai sangat penting dalam penggunaan bahasa kedua, karena tanpa kosakata yang memadai seseorang tidak akan bisa menggunakan struktur dan fungsi yang telah dipelajari untuk


(24)

berkomunikasi dengan baik. Peserta didik perlu strategi khusus dalam pengajaran dan pembelajaran kosakata untuk menyimpulkan kata-kata dari konteks dan menemukan makna dari kata-kata yang ditemui (Nitasari, 2011).

Pentingnya vocabulary (kosakata) dalam pembelajaran bahasa juga diilustrasikan oleh Wilkins (Thornbury, 2002), yang menyatakan bahwa “without grammar, little can be conveyed; without vocabulary, nothing can be conveyed”. Lebih lanjut dia mengemukakan bahwa dengan mempelajari kosakata seseorang akan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dengan cepat. Harmer (1992) juga menyatakan hal yang serupa bahwa “if language structures make up the skeleton of language, then it is vocabulary that provides the vital organs and the flesh”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk kepentingan komunikasi vocabulary (kosakata) lebih penting daripada tata bahasa.

Sebagaimana penelitian yang diteliti oleh Siriganjanavong (2013) dalam penelitian eksperimen yang berjudul The Mnemonic Keyword Method: Effects on the Vocabulary Acquisition and Retention. Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan teknik yang disebut "Metode Mnemonik Kata kunci" untuk siswa Thailand EFL asli, dan mengeksplorasi efektivitas metode dalam pengenalan jangka pendek dan pengenalan jangka panjang. Studi ini menunjukkan bahwa siswa EFL bisa mempertahankan lebih banyak kata-kata baik dalam ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang dengan Metode Mnemonik Kata kunci dibandingkan dengan metode campuran lainnya, meskipun efektivitasnya berkurang dari waktu ke waktu. Namun superioritas


(25)

Metode Mnemonik Kata kunci ini ketika dikaitkan dengan fakta bahwa dengan menggunakan metode gabungan antara visual dan lisan dengan bersamaan, juga akan terkait dengan informasi yang baru dipelajari dengan pengetahuan yang ada dalam pikiran kita.

Dalam penelitian Siriganjanavong (2013) menunjukkan bahwa metode ini dapat meningkatkan kinerja siswa dalam mempertahankan kata-kata dalam memori. Untuk mencegah informasi baru memudar, guru diharapkan menggunakan Metode Mnemonik Kata kunci bersama dengan metode lain seperti mengajari siswa untuk berlatih kata-kata baru, melakukan latihan kosakata, atau membuat kalimat dengan kosa kata baru sehingga memungkinkan siswa untuk mentransfer informasi ke ingatan jangka panjang. Hal ini sejalan dengan Atkinson dan Shiffrin Model Multi-store (1968), yang mengemukakan bahwa selain perhatian, latihan dan ingat lingkaran yang sangat diperlukan untuk menjaga informasi untuk waktu yang lama.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti apakah Mnemonic Keyword Method dapat meningkatkan kemampuan Recognition Memory Vocabulary Learning pada anak kelas IV SD dan penelitian yang akan dilakukan ini berjudul “Pengaruh Mnemonic Keyword Method terhadap Recognition Memory Vocabulary Learning pada Anak kelas IV SD di SD Negeri Kebalandono Babat Lamongan”.


(26)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh Mnemonic Keyword Method terhadap Recognition Memory Vocabulary Learning Pada Anakkelas IV SD?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Mnemonic Keyword Method terhadap Recognition Memory Vocabulary Learning Pada Anak kelas IV SD.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan diadakanannya penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka manfaat penelitian ini, yaitu :

a. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan teori psikologi, khususnya terkait dengan masalah memori dan kognisi.

b. Manfaat secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan agar para guru/instansi dapat meningkatkan kemampuan memori anak khususnya pada anak Sekolah Dasar melalui metode dan model pembalajaran yang efektif.

E. Keaslian Penelitian

Mengkaji beberapa permasalahan yang telah dikemukakan dalam latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk membantu meningkatkan kemampuan recognition memory vocabulary learning pada pelajaran bahasa inggris anak kelas IV SDN Kebalandono


(27)

Babat-Lamongan melalui metode mnemonic. Hal ini didukung dari beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan landasan penelitian yang dilakukan. Berikut beberapa penelitian pendukung tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Adni dan Hidayati (2014) dengan judul “Perbedaan Recognition Memory Kata dan Gambar Pada Media Narasi Bergambar” dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada recognition memory kata dan gambar dalam media narasi bergambar. Juga penelitian Mahadiani, Wiyasa dan Kristiantari (2013) dengan judul “Pengaruh Pendekatan Kontekstual Berbantuan Mnemonik terhadap Hasil Belajar Ips Siswa Kelas IV SD Gugus III Sukawati” dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran kontekstual berbantuan mnemonik terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Gugus III Sukawati tahun ajaran 2012/2013.

Penelitian lain juga diteliti oleh Halim, Wiyata, dan Agustin (2012) dengan judul “Keefektifan Teknik Mnemonic untuk Meningkatkan Memori Jangka Panjang dalam Pembelajaran Biologi Pada Siswa Kelas VII SMP Al-Islam 1 Surakarta” penelitian ini menunjukkan bahwa teknik mnemonic efektif untuk meningkatkan memori jangka panjang dalam pembelajaran biologi pada sisa Kelas VII SMP Al-Islam 1 Surakarta.

Penelitian tentang Anak Sekolah Dasar mengenai memori juga diteliti oleh Raharjo (2012) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Daya Ingat Anak Slow Learner Melalui Terapi Kognitif Pada Anak Sekolah Dasar” dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan


(28)

antara pre tes dan post tes terhadap kemampuan daya ingat anak slow learner pada siswa SD sebelum dan sesudah diberikan perlakukan dengan terapi kognitif.

Dalam penelitian internasional banyak yang meneliti tentang metode mnemonik dan beberapa tentang rekognisi memori, diantaranya yang diteliti oleh taVakoLi, mansoor dan gerami, eLham (2013) dengan judul “The Effect of Keyword and Pictorial Methods on EFL Learners’ Vocabulary Learning and Retention” penelitian ini menunjukkan bahwa peserta yang menggunakan Mnemonic Keyword Method bisa menyimpan dan mempertahankan item kosakata dalam memori jangka panjang mereka lebih baik daripada mereka yang menggunakan metode bergambar.

Penelitian selanjutnya tentang Mnemonic Keyword Method adalah penelitiean yang diteliti Oleh Amiryousefi, Mohammad dan Ketabi, Saeed (2011) dengan judul “Mnemonic Instruction: A Way to Boost Vocabulary Learning and Recall” penelitian ini menunjukkan bahwa perangkat mnemonik dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan mampu meningkatkan pembelajaran kosakata, meningkatkan memori dan meningkatkan kreativitas. Sedangkan penelitian yang diteliti Oleh Taguchi, Kazuyo (2006) dengan judul “Should the Keyword Method be introduced in Tertiary oreign Language Classrooms?” penelitian ini menunjukkan bahwa Penerapan teknik untuk konteks kelas mahasiswa ditemukan menjadi prediktor untuk modus produktif kata-kata Jepang dengan tingkat 0,1


(29)

signifikansi. Tingkat ini dinilai bermanfaat bagi metode yang akan diperkenalkan di kelas.

Penelitian Mnemonic Keyword Method dikembangkan lagi oleh Siriganjanavong, Vanlee (2013) dengan judul “The Mnemonic Keyword Method: Effects on the Vocabulary Acquisition and Retention” penelitian ini menunjukkan bahwa dibandingkan dengan metode-metode campuran, kata yang diajarkan oleh Mnemonik Keyword Method bisa lebih baik mengingat baik dalam jangka pendek dan memori jangka panjang.

Kemudian penelitian yang diteliti oleh Köksal, Onur dan Çekiç, Ahmet (2014) dengan judul “The Effects of The Mnemonic Keyword Method on 8th Graders’ L2 Vocabulary Learning” penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan antara nilai dua kelompok secara statistik signifikan dalam mendukung kelompok eksperimen, yang mempekerjakan metode kata kunci mnemonik dikombinasikan dengan metode konteks.

Sedangkan untuk penelitian internasional pada Recognition Memory antara lain adalah penelitian yang diteliti oleh Malmberg, Kenneth J (2008) dengan judul “Recognition memory: A review of the critical findings and an integrated theory for relating them” yang menunjukkan bahwa dinamika pengambilan Recognition Memory dan efek dari operasi penguatan menunjukkan bahwa proses recall-hingga penolakan memainkan peran penting dalam diskriminasi pluralitas dan rekognisi asosiatif, tetapi tidak harus dalam rekognisi single-item. Sebuah kerangka teori baru mengusulkan bahwa kontribusi Recognition Memory tergantung pada apakah pengambilan


(30)

rincian episodik meningkatkan akurasi, dan mengatur model sekitar konstruk efisiensi. Dengan demikian, mata pelajaran mengadopsi strategi yang mereka percaya akan menghasilkan tingkat akurasi yang diinginkan dalam jumlah waktu terpendek. Beberapa model yang berasal dari kerangka kerja ini akan ditampilkan untuk memperhitungkan akurasi, latency, dan kepercayaan dengan mana berbagai tugas Recognition dilakukan.

Kemudian penelitian yang diteliti oleh Haist, Shimamura dan Squire (2007) yang berjudul “On the Relationship Between Recall and Recognition Memory” menunjukkan bahwa Hasilnya bertentangan dengan pandangan yang baik rekognisi memori atau penilaian keyakinan terkait yang biasanya didukung secara signifikan oleh memori bawah sadar. Hasil mendukung pandangan bahwa mengingat (recall) dan pengenalan (rekognisi) fungsi memori deklaratif terkait dan ekuivalen tergantung pada sistem otak yang rusak di dalam amnesia.

Dari beberapa penelitian terdahulu diatas, peneliti lebih tertarik dengan pengaruh recognition memory vocabulary learning melalui Mnemonik kata kunci karena dapat digunakan untuk meningkatkan daya ingat seseorang melalui pengasosiasian pikiran dalam memaknai suatu kata-kata, gagasan atau ide, dan gambaran sehingga berbagai informasi tersebut lebih mudah disimpan dalam memori jangka panjang khususnya pada anak sekolah dasar, yang dimana pelajaran bahasa inggris baru bagi mereka.

Jadi sangat penting recognition (pengenalan kembali) mengenai pelajaran yang telah ada dalam memorinya yang dulu. Ketika menggunakan


(31)

mnemonic dalam mengingat sesuatu, akan disadari bahwa proses ingatan akan terasa lebih mudah. (Levin, 1979). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabelnya, yang mana disini penulis lebih spesifik tentang recognition memory vocabulary learning dengan Mnemonic Keyword Method. Dalam penelitian terdahulu masih bersifat umum.


(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Recognition Memory Vocabulary Learning pada anak Sekolah Dasar

1. Recognition Memory Vocabulary Learning

1. Pengertian Memory

Ingatan merupakan alih bahasa dari memori. Maka dari itu disamping ada yang menggunakan istilah memori sesuai dengan ucapan dari memori. Pada umumnya para ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lalu. Proses manusia memunculkan kembali tiap kejadian pengalaman pada masa lalunya, membutuhkan kemampuan mengingat kembali yang baik. Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia, maka ini menunjukan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang dialaminya (Walgito, 2002).

Ingatan bukan merupakan suatu objek seperti mata, tangan, dan organ tubuh lainnya. De Porter & Hernacki (dalam Muhid, Fauziyah, Balgies, dan Mukhoyyaroh. 2013) menjelaskan bahwa memori atau ingatan adalah suatu kemampuan untuk mengingat apa yang telah diketahui. Seseorang dapat mengingat suatu pengalaman yang telah terjadi atau pengetahuan yang telah dipelajari pada masa lalu. Kegiatan seseorang untuk memunculkan kembali atau mengingat kembali pengetahuan yang dipelajarinya pada masa lalu dalam ilmu psikologi disebut recall memory.


(33)

Dengan demikian maka secara skematis dapat dikemukakan bahwa ingatan itu mencakup kemampuan-kemampuan sebagai berikut,

Memasukan Mengeluarkan Kembali

(learning) (remembering)

Menyimpan (retention)

Gambar 1: Proses dan fungsi Memori

Dari hal diatas dapat dikemukakan bahwa ingatan merupakan kemampuan psikis untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang lampau. Istilah lain yang sering digunakan untuk memasukkan (enconding), menyimpan (strorage) dan untuk menimbulkan kembali (retrieval). Apabila seseorang mengadakan persepsi atau pengalaman, maka apa yang dipersepsi atau yang dialami itu tidak akan hilang sama sekali, tetapi dapat disimpan dalam ingatan dan apabila diperlukan pada suatu waktu dapat ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran (Walgito, 2002).

Sesuai dengan apa yang telah dijelaskan apabila seseorang memasukkan sesuatu dalam ingatannya, adanya tahapan atau stage tertentu dalam seseorang mengingat hal tersebut. Hal itu dapat dijelaskan dengan salah satu model seperti dalam bagan berikut:


(34)

Memory output

Sensory attention retreival

input storage

Short-term store

Long-term store

(hold only (hold a tremendous

a few items) amount of

information in organized categories) An information-processing model of memory

(Based on Atkinson and Shiffrin, 1968)

Morgan, C. T., King, R.A. and Robinson, N.M. 1984. Gambar 2: Model pemrosesan informasi dari memori

Stimulus yang merupakan sensory input dipersepsi melalui alat indera (sensory register). Untuk mengadakan persepsi perlu adanya perhatian. Apa yang dipersepsi itu masuk dalam ingatan, dan dalam waktu yang singkat apa yang dipersepsi itu dapat ditimbulkan kembali sebagai memory output. Ini yang disebut sebagai short-term memory atau juga disebut sebagai short-term store (Morgan, King, dan Robinson. 1984).

Namun disamping itu apa yang dipersepsi dapat pula tidak segera ditimbulkan dalam alam kesadaran sebagai memory output, tetapi disimpan dalam ingatan melalui enconding. Pada suatu waktu apabila diperlukan melalui retrieval apa yang ada dalam gudang atau ingatan itu ditimbulkan kembali sebagai memory output. Retrieval merupakan kebalikan dari enconding, yaitu mencari informasi yang ada dalam gudang ingatan.

Rehearsel

buffer A, A’,A’’ etc B,B’,B’’ etc Etc. Etc. Etc. Sensory


(35)

Dengan kata lain apa yang dipersepsi atau dipelajari itu disimpan dalam ingatan waktu yang lama, dan apabila dibutuhkan dapat ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran. Ini yang disebut sebagai long-term memory atau juga disebut sebagai long term store (Morgan, King, dan Robinson. 1984).

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa ingatan dapat dibedakan antara dua bagian, yaitu (1). Short-term memory dan (2). Long term memory. Perbedaan antara kedua macam ingatan itu terletak pada waktu antara masuknya stimulus untuk dipersepsi dan ditimbulkan kembali sebagai memory output.Apabila jarak waktu antara pemasukan stimulus dan penimbulan kembali sebagai memory output berkisar antara 20-30 detik, ini merupakan short-term memory, sedangkan selebihnya merupakan long-term

memory (Morgan, King, dan Robinson. 1984).

2. Proses dan Fungsi Memory

Sebelum seseorang mengingat suatu informasi atau sebuah kejadian di masa lalu, ternyata ada beberapa tahapan yang harus dilalui ingatan tersebut untuk bisa muncul kembali. Atkinson (1983) berpendapat bahwa, para ahli psikologi membagi tiga tahapan ingatan, diantaranya adalah:

1) Fungsi memasukkan (learning/Encoding)


(36)

a. Secara sengaja : bahwa seorang dengan sengaja memasukan informasi, pengetahuan, pengalaman-pengalamannya kedalam ingatannya.

b. Secara tidak sengaja : bahwa seseorang secara tidak sengaja memasukkan pengetahuan, pengalaman dan informasi ke dalam ingatannya. Misalnya jika gelas kaca terjatuh maka akan pecah. Informasi ini disimpan sebagai pengertian-pengertian.

Hal ini terlihat dengan jelas pada anak-anak, bagaimana mereka memperoleh pengalaman tidak dengan sengaja, dan hal ini kemudian disimpan dalam ingatannya. Bagaimana mereka memperoleh pengalaman misalnya bahwa gelas kalau jatuh dapat pecah, bahwa kayu itu keras dan dapat menimbulkan rasa sakit apabila teratuk olehnya. Pengalaman-pengalaman ini disimpannya dalam ingatan sebagai pengertian-pengertian.

2) Fungsi menyimpan (retention/strorage)

Fungsi kedua dari ingatan adalah penyimpanan (retention) apa yang telah dipelajari. Apa yang telah dipelajari biasanya akan tersimpan dalam bentuk jejak-jejak (traces) dan bisa ditimbulkan kembali. Jejak-jejak tersebut biasa juga disebut dengan memory traces. Walaupun disimpan namun jika tidak sering digunakan maka memory traces tersebut bisa sulit untuk ditimbulkan kembali bahkan juga hilang, dan ini yang disebut dengan kelupaan (Muhid, Fauziyah, Balgies, dan Mukhoyyaroh. 2013).


(37)

Penyimpanan informasi merupakan mekanisme penting dalam ingatan. Sistem penyimpanan ini sangat mempengaruhi jenis ingatan yang akan diperagakan oleh organisme.

a. Penyimpanan dalam ingatan sensori

Ingatan sensori mempunyai kapasitas penyimpanan informasi yang sangat besar, tetapi informasi yang disimpan tersebut cepat sekali hilang. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa informasi yang disimpan dalam ingatan sensori akan mulai menghilang setelah sepersepuluh detik dan hilang sama sekali dalam satu detik (Irwanto, 1991). Mekanisme seperti ini penting sekali artinya dalam hidup manusia karena hanya dengan ingatan seperti inilah kita bisa menaruh perhatian pada sejumlah kecil informasi yang relevan terhadap hidup kita.

b. Penyimpanan dalam ingatan jangka pendek

Kapasitas dalam ingatan jangka pendek sangat terbatas untuk menyimpan sejumlah informasi dalam jangka waktu tertentu. Rathus menyatakan jika informasi yang diterima setelah 10-12 detik tidak diulangi, maka informasi tersebut akan hilang.

c. Penyimpanan dalam ingatan jangka panjang

Kapasitas ingatan jangka panjang sangat besar. Hal ini memungkinkan penyimpanan informasi yang luar biasa banyaknya yang diperoleh sepanjang hidup organisme. Meskipun demikian, ingatan masih bekerja sangat efisien yaitu dengan jalan


(38)

mengorganisasikan informasi yang diterima dari ingatan jangka pendek. Reorganisai ini erat hubungannya dengan proses retrieval dalam ingatan jangka panjang. Yaitu:

a. Metode mengingat kembali (Recall Method)

Pengukuran ingatan berdasarkan pada kemampuan untuk mengingat kembali informasi dengan beberapa petunjuk.

b. Metode rekognisi (Recognition Method)

Pengukuran ingatan berdasarkan pada kemampuan untuk memilih informasi yang benar dari pilihan yang disediakan. c. Metode pembelajaran kembali (Relearning Method)

Pengukuran kembali ingatan berdasarkan pada waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari kembali (relearn) materi yang dilupakan.

3) Fungsi menimbulkan kembali (remembering/retrieval)

Fungsi ketiga dari ingatan adalah berkaitan dengan menimbulkan kembali hal-hal yang disimpan dalam ingatan. Dalam menimbulkan kembali apa yang disimpan dalam ingatan dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut (Walgito, 2002) :

1. Mengingat kembali (to recall)

Pada mengingat kembali orang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat tanpa dibantu adanya objek sebagai stimulus untuk dapat kembali. Jadi dalam hal mengingat kembali orang tidak dibantu dengan adanya objek. Misalnya orang dapat mengingat


(39)

kembali tentang ciri-ciri penjambret yang menjambret tasnya, sekalipun penjambretnya itu tidak ada.

2. Mengenal kembali (to recognize)

Pada mengenal kembali orang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat atau yang pernah dipelajari dengan bantuan adanya objek yang harus diingat. Jadi dalam mengenal kembali orang dibantu dengan adanya objek yang perlu ditimbulkan kembali. Misalnya ada sepeda hilang kemudian ditemukan oleh pihak kepolisian, dan barang siapa yang kehilangan sepeda dapat melihat sepeda tersebut apakah sepeda itu miliknya atau bukan. Setelah seseorang melihat sepeda tersebut, orang dapat mengenal kembali bahwa sepeda itu adalah sepedanya yang hilang sebulan yang lalu.

Karena pada mengenal kembali orang dibantu oleh adanya objek, maka besar kemungkinannya apa yang tidak dapat diingat kembali dapat dikenal kembali oleh seseorang. Karena itu sering dikemukakan bahwa mengenal kembali (recognition) itu akan lebih mudah apabila dibandingkan dengan mengingat kembali (recall). Hal tersebut diperkuat dengan hasil eksperimen-eksperimen. Suatu eksperimen berkaitan dengan mengenal dan mengingat kembali diadakan oleh Bburt dan Dobbel yang hasilnya menunjukkan bahwa mengenal kembali menunjukkan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan mengingat kembali.


(40)

Disamping itu, dikemukakan pula oleh Schonfield dan Roberston (Morgan, King, dan Robinson. 1984) bahwa mengenal kembali lebih baik dari pada mengingat kembali pada tingkatan semua umur. Ini berarti bahwa baik pada umur 6 tahun hingga 50 tahun mengenal kembali hasilnya lebih baik daripada mengingat kembali. Demikian juga penelitian Bahrick menunjukkan hasil yang tidak berbeda.

3. Pengertian Recognition Memory (Pengenalan Kembali Ingatan) Sebelum menjelaskan tentang Recognition Memory (pengenalan kembali ingatan), kembali lagi mengulas tentang fungsi memori. Dimana dalam proses memori terdapat 3 tahap, diantaranya adalah Encoding (memasukkan ingatan), dilanjut ke Storage (menyimpan ingatan), kemudian pada tahap terakhir yaitu retrieval (menimbulkan kembali).

Fungsi Retrieval (menimbulkan kembali) ini berkaitan dengan menimbulkan kembali hal-hal yang disimpan dalam ingatan. Dalam menimbulkan kembali apa yang disimpan dalam ingatan dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut (Walgito, 2002) : (1.) Recall (Mengingat kembali) yaitu menimbulkan kembali apa yang diingat tanpa dibantu adanya objek sebagai stimulus untuk dapat kembali. Jadi dalam hal mengingat kembali orang tidak dibantu dengan adanya objek. Misalnya orang dapat mengingat kembali tentang ciri-ciri penjambret yang menjambret tasnya, sekalipun penjambretnya itu tidak ada. (2.) Recognition (Mengenal


(41)

kembali). yaitu orang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat atau yang pernah dipelajari dengan bantuan adanya objek yang harus diingat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), recognition (rekognisi) adalah hal atau keadaan yang diakui, pengakuan, pengenalan, dan penghargaan. Sedangkan dalam Kamus Inggris Indonesia recognition adalah pengakuan, pengenalan dan penghargaan (Echols & Shadile, 2007) .

Recognition Memory yaitu proses dimana individu mengenali

informasi yang telah masuk atau telah diproses. Kemampuan memori selalu melibatkan kemampuan diterimanya stimulus oleh sensori register atau sensori memori, kemudian dilanjutkan pada memori jangka pendek. Memori jangka pendek dengan kondisi tertentu akan dilanjutkan ke memori jangka panjang (Woody & Lavoie, 1992).

Recognition Memory adalah Kemampuan untuk membedakan

stimuli yang disajikan sebelumnya dari yang sebelumnya tidak disajikan (Squire, Wixted & Clark, 2007). Recognition yaitu proses mengenal kembali informasi yang sudah dipelajari melalui suatu petunjuk yang dihadapkan pada organisme. Contohnya mengingat nama seseorang saat ia berjumpa dengan orang yang bersangkutan (Hilgard. 1975).

Recognition Memory adalah aspek penting dari kemampuan

mengingat, untuk memunculkan kembali apa yang telah terjadi sebelumnya dari apa yang telah dilakukan/diingatnya (Brown & Aggleton, 2001).

Recognition Memory (pengenalan kembali ingatan) yaitu mengenal kembali


(42)

Seperti melihat seorang anak teringat kembali kepada bapaknya, karena anak tersebut serupa benar dengan bapaknya. Penggunaan metode memilih (multiple choice dan benar/salah) adalah penggunaan rekognisi (Ahmadi, 2003).

Perbedaan antara recall dan recognition terletak pada kata petunjuk. Dimana dalam proses recall hanya sebatas mengingat tanpa adanya petunjuk, seperti perantara/objek. Sedangkan pada recognition menunjukan adanya fungsi petunjuk yang membantu organisme mengenali informasi yang akan diingat.

Suatu eksperimen berkaitan dengan recognition dan recall diadakan oleh Bburt dan Dobbel (Woodworth, 1951 dalam Walgito, 2002) yang hasilnya menunjukkan bahwa mengenal kembali (recognition) menunjukkan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan mengingat

kembali. Disamping itu, dikemukakan pula oleh Schonfield dan Roberston

(Morgan, King, dan Robinson. 1984) bahwa mengenal kembali (recognition memory) lebih baik dari pada recall pada tingkatan semua umur. Oleh karena itu, dalam penelitian ini mengambil recognition memory sebagai variabel.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa recognition memory adalah proses menimbulkan kembali suatu informasi yang telah dipelajari, yang mana terdapat objek/perantara yang dijadikan stimulus sebagai umpan untuk mengenalkan kembali ingatan yang diperoleh sebelumnya.


(43)

Jadi dalam Recognition (mengenal kembali) orang dibantu dengan adanya objek yang perlu ditimbulkan kembali. Misalnya ada sepeda hilang kemudian ditemukan oleh pihak kepolisian, dan barang siapa yang kehilangan sepeda dapat melihat sepeda tersebut apakah sepeda itu miliknya atau bukan. Setelah seseorang melihat sepeda tersebut, orang dapat mengenal kembali bahwa sepeda itu adalah sepedanya yang hilang sebulan yang lalu. Maka besar kemungkinannya apa yang tidak dapat diingat kembali dapat dikenal kembali oleh seseorang (Walgito, 2002).

4. Pengertian Vocabulary Learning

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), Vocabulary (kosa kata) adalah perbendaharaan kata. Sedangkan dalam kamus Besar Bahasa Inggris (Echols & Shadily, 2007), Vocabulary adalah perbendaharaan kata, daftar kata-kata dan kosa kata. Sulaiman, Gani & Syafri (1986) menyatakan bahwa kata kosakata berasal dari bahasa Sansekerta koca dan katha. Kedua kata tersebut diserap ke dalam bahasa Indonesia sebagai kata majemuk.

Learning dalam kamus Besar Bahasa Inggris (2016) adalah belajar.

Sedangkan Besar Bahasa Indonesia (2016), belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Keraf (2009) Vocabulary (kosa kata) adalah unsur bahasa yang memiliki peran penting dalam pengembangan keterampilan bahasa yang meliputi berbicara, mendengar, membaca dan menulis yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan fikiran yang dapat digunakan dalam


(44)

penggunaanya. Menurut Martinus (2011) Vocabulary (kosakata) merupakan salah satu aspek bahasa yang sangat penting keberadaannya. Kosakata diartikan sebagai, perbendaharaan kata.

Menurut Rahmawati (2008) bahwa vocabulary (kosa kata) yaitu himpunan kata yang merupakan bagian dari sebuah bahasa dan memiliki makna tertentu. Himpunan kata yang bermakna ini digunakan sebagai media untuk mengekspresikan maksud hati dan gambaran terhadap suatu hal. Seseorang akan mampu dan lancar berkomunikasi apabila perbendaharaan kata yang dimilikinya dapat memenuhi kebutuhan untuk melakukan kegiatan komunikasi tersebut. Kosakata merupakan syarat utama bagi seseorang untuk bisa berkomunikasi.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Vocabulary (kosa kata) adalah keseluruhan kata atau perbendaharaan kata atau istilah yang mengacu pada konsep-konsep tertentu yang dimiliki oleh seseorang anak dalam suatu lingkungan.

Namun, tanpa strategi yang tepat, kegiatan menghafal membuat para pelajar frustasi dan menyerah kalah di langkah awal sebelum mereka menguasai beberapa puluhan kata, yang tentu belum sebanding dengan tuntutan sejumlah kosakata yang seharusnya dikuasai oleh pelajar sesuai dengan tingkat pendidikan mereka. Vocabulary learning (mempelajari kosa kata) adalah aspek penting dari perkembangan bahasa pengetahuan kosa kata yang sangat berkaitan dengan kecakapan membaca, dan juga


(45)

pengetahuan kosa kata bisa membantu mencapai kesuksesan belajar di sekolah.

Vocabulary learning (pembelajaran kosakata) merupakan sesuatu yang sangat penting. Dalam pembelajaran kosakata diperlukan adanya prosedur dan pendekatan. Pembelajaran kosakata dalam hal ini menyangkut mengajar dan belajar kosakata (Pikulski & Templeton, 2004).

Sokmen (Decarrico, 2001) mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran Vocabulary (kosakata) secara eksplisit. Prinsip-prinsip tersebut antara lain memperkaya kosakata, menyatukan kosakata baru dengan kosakata yang sudah dikuasai, menyediakan kosakata baru, meningkatkan pemahaman, membantu memahami makna, menggunakan beragam teknik, dan mendorong penggunaan strategi belajar mandiri.

Vocabulary Learning (pembelajaran kosakata) secara implisit

adalah pembelajaran yang tidak dirancang untuk kosakata. Misalnya, ketika siswa membaca teks atau menggunakan bahasa untuk komunikasi, secara otomatis mereka juga mempelajari kosakata. Prinsip yang melandasi

Vocabulary Learning (pembelajaran kosakata) secara implisit adalah bahwa

sebagian besar kosakata yang dikuasai seseorang tidak pernah diajarkan secara eksplisit, tetapi dipelajari secara implisit.

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Vocabulary Learning adalah proses belajar dan mengajar dalam pembendaharaan kata untuk memahami makna agar bisa mencapai tujuan dalam proses pembelajaran.


(46)

Lepas dari perbedaan tersebut, banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa siswa perlu diajar dan dilatih secara eksplisit kosakata dasar. Vocabulary Learning (pembelajaran kosakata) secara eksplisit diperlukan pada tahap awal karena tanpa menguasai kosakata dasar seseorang akan kesulitan menebak makna kata baru melalui konteks. Setelah menguasai kosakata dasar, seseorang baru dapat mempelajari kosakata secara implisit melalui kegiatan seperti membaca dan menyimak (Brown, 2001).

Membangun perbendaharaan kosakata menurut Cameron (2001) merupakan hal utama dalam mempelajari bahasa asing pada jenjang siswa SD. Sejalan dengan pendapat Cameron, kosakata bahasa Inggris menurut Laflame (Tim Esa, 2006) merupakan faktor terpenting dalam penguasaan keterampilan membaca. Vocabulary (Kosakata) memperoleh posisi yang baik setelah berkembangnya pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa. Bagi para pendukung pendekatan ini, pada tahap awal pembelajaran bahasa seseorang hanya perlu berbicara dalam bahasa target dan itu akan lebih terfasilitasi oleh kosakata daripada gramatika (Nitasari, 2011).

Vocabulary (kosakata) sangat berpengaruh pada ketrampilan

berbahasa yang lain. Banyaknya kosakata yang dihasilkan oleh seseorang dapat mencerminkan tingkat intelektualitas dari orang tersebut. Oleh karena itu, diperlukan strategi dan metode yang tepat untuk diterapkan di kelas nantinya. Pandangan ini didukung oleh Rivers (1983, dalam Nunan 1991) yang berargumen bahwa pemerolehan kosakata yang memadai sangat


(47)

penting dalam penggunaan bahasa kedua, karena tanpa kosakata yang memadai seseorang tidak akan bisa menggunakan struktur dan fungsi yang telah dipelajari untuk berkomunikasi dengan baik. Peserta didik perlu strategi khusus dalam pengajaran dan pembelajaran kosakata untuk menyimpulkan kata-kata dari konteks dan menemukan makna dari kata-kata yang ditemui (Nitasari, 2011).

Pentingnya vocabulary (kosakata) dalam pembelajaran bahasa juga diilustrasikan oleh Wilkins (Thornbury, 2002), yang menyatakan bahwa “without grammar, little can be conveyed; without vocabulary, nothing can

be conveyed”. Lebih lanjut dia mengemukakan bahwa dengan mempelajari

kosakata seseorang akan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dengan cepat. Harmer (1992) juga menyatakan hal yang serupa bahwa “if language structures make up the skeleton of language, then it is vocabulary that provides the vital organs and the flesh”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk kepentingan komunikasi vocabulary (kosakata) lebih penting daripada tata bahasa.

Mengajari vocabulary (kosakata) untuk siswa berbeda dengan mengajarkan orang dewasa. Piaget (Cameron, 2001) menempatkan kognitif siswa SD dalam tahap pra operasional konkret di mana siswa harus belajar dengan contoh yang nyata, bukan abstrak, dan itu harus berhubungan dengan dunia siswa, selain itu siswa usia SD masih memiliki tenaga yang berlebihan, jadi diharapkan pembelajaran yang terjadi mengaktifkan siswa. Senada dengan Piaget, Brewster (2003) juga meyarankan dalam


(48)

mengajarkan kosakata bahasa asing harus digambarkan dengan sesuatu yang nyata atau yang sering ditemui dengan dunia siswa.

Jadi berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Recognition Memory Vocabulary Learning adalah proses dimana ingatan individu dalam mempelajari pembendaharaan kata yang ditimbulkan melalui stimulus sebagai umpan untuk mengenalkan kembali ingatan yang diperoleh sebelumnya.

5. Faktor-faktor yang meningkatkan Kinerja Memori

Sebagaimana telah didiskusikan sebelumnya, pemusatan perhatian kepada stimuli dalam lingkungan akan meningkatkan kecenderungan memori memasuki sistem sensorik dan memasuki Short Tearm Memory (Memori Jangka Pendek). Maintenance rehearsal (pengulangan pemeliharaan) mendorong informasi Memori jangka pendek ke Long Term Memory (Memori Jangka Panjang). Kita juga telah mengetahui bahwa prinsip kekhasan penyandian (encoding specificity princple) dapat menyebabkan meningkatkan potensi pengambilan memori dari memori jangka panjang dengan menyediakan isyarat (cue) yang dapat menyediakan akses ke jejak-jejak memori (Solso, 2007).

Penelitian dalam bidang konsolidasi memori telah menunjukkan bahwa orang-orang yang mempelajari tugas yang memerlukan memori deklaratif (seperti tugas asosiasi berpasangan/paired associated) atau tugas-tugas yang memerlukan memori prosedural (seperti tugas-tugas menggambar objek melalui pantulan di kaca (mirror tracing task) menunjukkan


(49)

peningkatan kinerja memori dalam tugas-tugas tersebut apabila partisipan yang bersangkutan diizinkan tidur selama interval retensi (hasil yang berlawanan didapati jika partisipan diminta terjaga selama interval retensi). Secara khusus, fase tidur non-REM (Rapid Eye Movement: gerak horizontal atau vertikal yang cepar dari kedua mata selama seseorang tidur, yang menandakan fase tidur lelap dan seringkali menunjukkan berlangsungnya mimpi) membantu kinerja memori deklaratif., dan fase tidur REM membantu kinerja memori prosedural (Plihal & Born, 1997).

Sebuah cara lain untuk meningkatkan memori adalah menggunakan teknik-teknik yang dirancang untuk meningkatkan penyandian dan memudahkan pengambilan (retrieval) yang disebut teknik mnemonik. Sedangkan Recognition Memory masuk dari bagian retrieval, yang dimana dalam tahap tersebut, seseorang mampu menimbulkan kembali ingatan dengan menggunakan objek/perantara untuk mengenalkan kembali ingatan tersebut. Dalam penelitian ini, recognition memory dihubungkan dengan metode mnemonik karena teknik ini mampu untuk meningkatkan retrieval dalam memori.

Pada dasarnya, pemacu ingatan atau mnemonik adalah alat untuk mengingat. Secara peristilahan, mnemonik adalah kata yang sudah ada sejak seribu tahun yang lalu atau lebih. Orang yunani kuno dahulu sangat memuja kemampuan ingatan sehingga mereka mempunyai dewa ingatan yang bernama Mnemosyne yang berarti “berpikir masak-masak” yang berkedudukan sebanding dengan dwa cinta dan kecantikan. Sejumlah


(50)

strategi ingatan dirancang oleh negarawan Yunani dan Romawi pada masa itu untuk membantu mereka mengingat sejumlah besar informasi, untuk membuat pendengar terkesan saat mereka berpidato atau berdebat di senat. Dewasa ini, kata mnemonik mengacu pada teknik-teknik pemacu ingatan secara umum. Sekarang, setelah memahami ingatan sebagai sebuah proses yang melibatkan tiga unsur yaitu pengodean, pemeliharaan, dan pengingatan kembali. Sehingga disempurnakan dengan menambah teknik-teknik pemacu ingatan yang dahulu pernah digunakan oleh orator-orator Yunani dan Romawi Kuno (Jensen & Markowitz, 2003).

Ada berbagai macam teknik Mnemonik diantaranya adalah Metode Loci (Metode of Loci), Sistem Kata Bergantung (peg word system), Metode Katakunci (Keyword Method), dan Teknik-teknik Verbal yaitu Akronim & Akrostik (Solso: 2007).

Sebagian besar kata-kata dalam bahasa inggris berasal dari Perancis, Latin, atau Yunani dan mayoritas kata ini memiliki bagian kata, khususnya awalan dan akhiran, yang muncul di banyak kata. Pengetahuan mengenai bagian kata ini dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran banyak kata yang dihubungkan melalui bentuk kata tak dikenal dan makna untuk mengetahui bagian kata. Hal ini serupa dengan efek pada alat mnemonic dalam pembelajaran kosakata, yang hasil terbaik penelitiannya adalah dengan teknik kata kunci.

Efek pembelajaran seperti itu mungkin untuk ditambahkan ke pengetahuan eksplisit. Hal ini akan berkontribusi terhadap pengetahuan


(51)

implisit secara reseptif karena merupakan bentuk peningkatan kesadaran yang sangat kuat, dan produktif melalui produksi bebas output yang berfokus pada makna. Kompenen pembelajaran kosakata yang diajarkan dengan baik tidak akan dapat dibedakan secara luas dari bagian program bahasa: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Perbedaan utamanya adalah pada pembalajaran yang berfokus pada bahasa dan pada perencanaan dan manipulasi bebas input terhadap mendengarkan, berbicara, membaca dan aktifitas menulis untuk memberikan kondisi optimal untuk pertumbuhan kosakata (Suyudi, 2012).

Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan Atkinson dan Raugh (1975), para patisipan mempelajari 120 kata bahasa rusia (40 kata per hari selama 3 hari). Kata-kata bahasa rusia, yang direkam sebelumnya, disajikan kepada partisipan melalui headphone. Kelompok kontrol mendapatkan tampilan visual berisi terjemahan bahasa inggris dan kata-kata kunci, sedangkan kelompok kontrol hanya mendapatkan terjemahan bahasa inggris. Tiga sesi training diberikan setiap harinya. Kelompok partisipan yang mendapatkan kata-kata kunci menunjukkan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan kelompok kontrol. Faktanya, para partisipan dalam kelompok kata kunci mempelajari lebih banyak kata dalam dua sesi dibandingkan kata yang dipelajari kelompok kontrol dalam tiga sesi. Tidak hanya para partisipan dalam kelompok kata kunci menghasilkan kinerja dalam eksperimen yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol, namun dalam sebuah sesi kejutan 6 minggu kemudian (yang didalamnya pasrtisipan


(52)

meminta mengingat kata-kata yang mereka pelajari), probabilitas jawaban benar adalah 43 persen bagi para partisipan dari kelompok kata kunci dan hanya 28% bagi para partisipan dari kelompok kontrol. Para peneliti juga menemukan bahwa secara umum kegiatan menyediakan kata kunci atau memberikan hasil yang lebih baik daripada membiarkan partisipan membentuk kata-kata kunci sendiri (Solso, 2007).

Berdasarkan penjelasan diatas, oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan metode kata kunci (Keyword Method) untuk dipasangkan dengan Recognition Memory Vocabulary Learning. Karena dari Metode Katakunci (Keyword Method) mempunyai fungsi untuk mempelajari kosakata bahasa asing (Atkinson, 1975 dalam Solso: 2007). Yang dimana dalam penelitian ini membahas tentang Recognition Memory Vocabulary

Learning dalam pelajaran bahasa Inggris yang dihubungkan dengan

Mnemonic Keyword Method (Metode Mnemonik Kata kunci).

6. Pengukuran Recognition Memory

Sebagaimana dari penelitian terdahulu, diantaranya Penelitian Adni dan Hidayati (2014) dengan judul “Perbedaan Recognition Memory Kata Dan Gambar Pada Media Narasi Bergambar” Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur recognition memory dimana terdapat pasangan kata atau pasangan gambar dari cerita tersebut. Hasil pengukuran kemudian dianalisa menggunakan Wilcoxon dimana hasil dari pengukuran kata dibandingkan dengan hasil pengukuran gambar.


(53)

Dalam penelitian tersebut, metode ini dipilih berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan metode yes/no lebih sulit dibandingkan forced-choice karena peningkatan study-delay test dan peningkatan gangguan (Bayley, et al., 2008). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode forced-choice lebih mudah digunakan selain itu juga dapat meminimalisir gangguan.

Penelitian Mahadiani, Wiyasa, dan Kristiantari (2013) dengan judul “Pengaruh Pendekatan Kontekstual Berbantuan Mnemonik terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Gugus III Sukawati”. Data penelitian dikumpulkan dengan metode tes. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan metode analisis kuantitatif dengan uji-t.

Penelitian Halim, Wiyata, dan Agustin (2012) dengan judul “Keefektifan Teknik Mnemonik untuk Meningkatkan Memori Jangka Panjang dalam Pembelajaran Biologi Pada Siswa Kelas VII SMP Al-Islam 1 Surakarta” alat ukur dalam penelitian ini menggunakan tes rekognisi yang dikenakan pada subjek setelah perlakuan. Analisis datanya menggunakan statistik parametrik uji Independent Sample T-Test.

Metode rekognisi ini digunakan dengan mengambil bentuk dengan cara pengenalan kembali. Subyek disuruh mempelajari suatu materi, kemudian diberikan materi untuk mengetahui sampai sejauh mana yang dapat diingat dengan bentuk pilihan benar-salah atau dengan pilihan ganda. Dalam bentuk pilihan ganda dari beberapa kemungkinan jawaban, maka


(54)

jawaban yang betul telah disajikan di antara beberapa kemungkina jawaban tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti akan menggunakan alat ukur tes recognition memory dengan menggunakan buku panduan bahasa inggris kelas IV SD dalam mengukur recognition memory

vocabulary learningnya. Teknik pengumpulan data menggunakan metode

tes dengan alat penilaian berupa soal pilihan ganda. B. Metode Mnemonic Keyword Method

1. Pengertian Mnemonic

Pada dasarnya, pemacu ingatan atau mnemonic adalah alat untuk mengingat. Secara peristilahan, mnemonic adalah kata yang sudah ada sejak seribu tahun yang lalu atau lebih. Orang yunani kuno dahulu sangat memuja kemampuan ingatan sehingga mereka mempunyai dewa ingatan yang bernama

Mnemosyne yang berarti “berpikir masak-masak” yang berkedudukan

sebanding dengan dewa cinta dan kecantikan. Sejumlah strategi ingatan dirancang oleh negarawan Yunani dan Romawi pada masa itu untuk membantu mereka mengingat sejumlah besar informasi, untuk membuat pendengar terkesan saat mereka berpidato atau berdebat di senat. Dewasa ini, kata

mnemonic mengacu pada teknik-teknik pemacu ingatan secara umum. Setelah

memahami ingatan sebagai sebuah proses yang melibatkan tiga unsur yaitu pengodean, pemeliharaan, dan pengingatan kembali. Sehingga disempurnakan dengan menambah teknik-teknik pemacu ingatan yang dahulu pernah


(55)

digunakan oleh orator-orator Yunani dan Romawi Kuno (Jensen & Markowitz, 2003).

Dalam Kamus Bahasa Inggris Indonesia Mnemonic adalah yang membantu ingatan menghafal (Echols & Shadily, 2007). Mnemonik

(mnemonic) adalah suatu teknik yang meningkatkan penyimpanan dan

pengambilan informasi dalam memori (Solso: 2007). Dalam mitologi Yunani, mnemosyne (yang merupakan asal kata mnemonic) adalah ibu dari sembilan muse (semacam tokoh pujangga) dalam bidang kesenian dan ilmu pengetahuan.

Memory dianggap sebagai keterampilan mental tertua dan yang paling

dikagumi, memory dianggap sebagai induk dari segala keterampilan lain. Diyakini bahwa jika kita tidak memiliki memori, kita tidak akan pernah memiliki ilmu pengetahuan, kesenian maupun logika.

Mnemonic adalah suatu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan

daya ingat seseorang melalui pengasosiasian pikiran dalam memaknai suatu kata-kata, gagasan atau ide, dan gambaran sehingga berbagai informasi tersebut lebih mudah disimpan dalam memormi jangka panjang (Mahadiani, Wiyasa, dan Kristiantari. 2013).

Wade dan Tavris (2007) menyebutkan bahwa Mnemonik merupakan suatu strategi untuk melakukan penyandian (coding), penyimpanan (storage), dan pengambilan kembali suatu informasi (retrieval). Hal tersebut dapat diartikan bahwa Mnemonik merupakan strategi dalam penyandian informasi agar dapat disimpan (dalam memori jangka panjang) dengan baik dan mempermudah proses pengambilan kembali informasi.


(56)

Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa mnemonic adalah teknik untuk memudahkan memori dalam mengingat sesuatu secara lebih khusus, mnemonic berarti melakukan dengan membuat rumusan atau ungkapan, atau menghubungkan kata, ide, dan khayalan.

2. Prinsip-prinsip Mnemonic Method

Wade dan Tavris (2007) menyebutkan bahwa mnemonic merupakan suatu strategi dalam penyandian informasi agar informasi tersebut dapat disimpan dengan baik dan mudah untuk diingat kembali. Teknik mnemonik bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip penyandian memori jangka panjang diantaranya adalah:

1. Pemaknaan

Makna merupakan kesan yang dimiliki seseorang terhadap informasi (Atkinson, 1998). Hal tersebut menunjukkan bahwa pemaknaan informasi yaitu kesan yang dibentuk pada informasi ketika informasi tersebut disandikan.

2. Asosiasi

Asosiasi merupakan hubungan antara suatu informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (Buzan, 2003). Hal tersebut berarti suatu hal baru akan lebih mudah diingat bila memiliki kaitan dengan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki seseorang sebelumnya. Asosiasi tersebut berfungsi sebagai pengait atau isyarat dalam pemanggilan informasi. Dengan demikian apabila seseorang


(57)

mengingat asosiasi dari infromasi, secara otomatis informasi tersebut akan ikut hilang.

3. Imajinasi

Imajinasi merupakan gambaran mengenai sesuatu di dalam fikiran (Suharnan, 2007). Penggunaan imajinasi dalam penyandian memori dilakukan dengan membayangkan informasi tersebut mengenai detailnya, mulai dari ukuran, bentuk, warna, suara dari informasi tersebut.

4. Organisasi

Organisasi merupakan pengelompokan pembagian item informasi ke dalam unit-unit yang lebih sederhana atau chunking. Chunking berfungsi untuk meningkatkan kapasitas memori jangka pendek dengan cara penyederhanaan yang kemudian ditransfer ke dalam memori jangka panjang. Buzan (2003) mengemukakan tentang pengorganisasian ke dalam lokasi-lokasi yang familiar. Tujuan dari organisasi tersebut yaitu untuk mempermudah pencarian terhadap item yang diingat.

5. Pengulangan

Stenberg (2008) mengungkapkan bahwa pengulangan adalah sebuah teknik yang digunakan kebanyakan orang untuk menjaga informasi di dalam memori tetap aktif. Pendapat ini sesuai dengan teori pemrosesan informasi (Atkinson & Shiffrin dalam King, 2010) yang menyatakan bahwa pengulangan dapat mempertahankan informasi lebih lama dan merupakan transisi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Hal tersebut menunjukkan bahwa informasi yang


(58)

diulang-ulang membuat informasi tersebut lebih kuat dalam memori jangka pendek dan informasi yang cukup kuat memudahkan dalam mentransfer ke dalam memori jangka panjang.

3. Strategi Mnemonic Method

Dalam meningkatkan kemampuan memori, terdapat beberapa strategi yang bisa digunakan untuk membantu mengingat yang dikenal dengan istilah mnemonik. Beberapa strategi tersebut diantaranya dapat dilihat pada tabel berikut ini (Hapsari, 2016):

Strategi Definisi Perkembangan Contoh

Bantuan memori eksternal

Diingatkan oleh sesuatu yang berada diluar diri

Usia 6 tahun bisa melakukannya, usia 8 tahun terbiasa melakukan

Mencatat nomor telepon teman di buku, mencatat jadwal pelajaran Rehearsal Pengulangan yang

disengaja Usia 6 tahun dapat diajarkan, usia 7 tahun melakukan spontan

Mengulang-ulang angka agar ingat sebelum menelpon teman Organisasi (semantic organization) Mengelompokkan berdasarkan kategori

Usia 10 tahun baru

bisa melakukannya Mencoba mengelompokkan hewan berdasar jenisnya seperti hewan menyusui, hewan reptil, amfibi, dll.

Elaborasi Membuat asosiasi mental aitem dengan sesuatu yang lain yang mudah diingat dengan singkatan atau dengan membuat cerita

Anak-anak

biasanya masih dibantu, anak yang lebih besar bisa melakukan sendiri

Mengingat warna pelangi merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, dengan “mijikuhibiniu”


(59)

Imagery Metode kata kunci dengan mengkaitkan kata yang ingin dipelajari dengan kata yang mirip yang sudah dikenal

Digunakan di usia pertengahan dan akhir masa kanak-kanak, terutama dalam mempelajari bahasa asing

Mengingat nama ibukota Maryland dengan kata kunci Marry,

Method of

Loci Mengingat dengan cara mengasosiasikan hal-hal yang akan diingat pada suatu rangkaian loci atau tempat-tempat tertentu.

Berkembang di usia pertengahan dan akhir masa kanak-kanak

Mengingat hal-hal yang akan diingat berdasarkan tempat-tempat tertentu yang mudah dikenal.

Sistem Abjad Mengingat kata dengan

mengorganisasikan kata berdasar abjad tertentu diurutkan dari A hingga Z seperti kamus

Di usia

pertengahan dan akhir anak-anak

Mempelajari

beberapa kosa kata asing berdasar urutan abjad

Tabel 2: Strategi Mnemonik

Anak usia sekolah memiliki kemampuan untuk memfokuskan perhatian lebih lama dibandingkan usia sebelumnya. Mereka sudah mulai bisa memilah antara informasi yang penting dan tidak penting, sudah mulai bisa memfokuskan perhatian yang menjadi perhatiannya dan membuat lebih sedikit kesalahan dalam mengingat karena sudah mulai bisa duduk tenang di kelas dan memperhatikan keterangan guru dan membaca buku lebih lama dibandingkan pada masa prasekolah.


(60)

4. Pengertian Mnemonic Keyword Method

Mnemonic Keyword Method yang diciptakan oleh Atkinson pada tahun

1975 ini telah dibuat penelitian untuk efektivitas dalam membantu siswa sebagai pencadangan kata yang baru dipelajari dalam memori mereka. Dengan cara ini, mereka seharusnya lebih baik dapat menghafal kata dan maknanya karena berhubungan dengan informasi baru untuk pengetahuan yang ada. Akibatnya, kata baru dapat disimpan dalam memori untuk waktu yang lama. Strategi ini tampaknya sejalan dengan Depth-of-Processing Theory oleh Craik dan Lockhart (1972).

Menurut teori, siswa membutuhkan tingkat yang mendalam pengolahan untuk mempertahankan informasi baru dalam memori mereka. Dengan kata lain, seberapa dalam informasi tersebut kognitif dipicu dan diproses mempengaruhi penggabungan pengetahuan sebelumnya dan baru informasi belajar yang ditransfer ke memori jangka panjang. teori mereka juga menunjukkan bahwa elaborasi di semua tingkatan akan meningkatkan memori di atas pada satu tingkat saja (Siriganjanavong, 2013).

Shapiro dan Waters (2005) menegaskan bahwa keunggulan Mnemonic

Keyword Method terletak pada kenyataan bahwa citra visual dianggap

rangsangan kuat untuk otak manusia. Demikian juga, Amiryousefi dan Ketabi (2011) percaya bahwa kata-kata baru akan belajar jika mereka dikombinasikan dengan gambar. Tidak hanya dapat gambar memfasilitasi ingat, tetapi mereka juga dapat meningkatkan motivasi dan minat peserta didik. Gambar dalam aspek ini dapat menjadi gambar nyata atau gambar yang divisualisasikan.


(61)

Gambar dibawah ini menggambarkan bagaimana perangkat, yang digunakan untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang ada pada mnemonik, dapat digunakan untuk melakukan pengetahuan baru ke memori jangka panjang.

Gambar 3: Pemindahan Pengetahuan yang ada

Mnemonic Method, yang mengandalkan prinsip menciptakan hubungan

antara apa yang peserta didik sudah tahu dan item baru, meningkatkan pembelajaran untuk sejumlah alasan. Kedalaman pengolahan, dan jumlah link yang dapat didirikan dengan pengetahuan yang ada dan item baru dapat memastikan bahwa Informasi baru berkomitmen untuk memori jangka panjang (Köksal&Çekiç, 2014).

Shapiro dan Waters (2005) berpendapat bahwa penciptaan gambar visual adalah salah satu bagian yang paling penting dari keberhasilan penerapan metode kata kunci. Selain itu, dibuktikan bahwa dengan Mnemonic Keyword Method kata-kata dengan nilai citra tinggi dipelajari dan dipertahankan untuk periode yang lebih lama (Shapiro & Waters, 2005). Sejalan dengan teori dual coding, temuan ini menunjukkan bahwa Mnemonic Keyword Method efektif karena modalitas input dan dengan kata-kata-citra yang tinggi.


(1)

84

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac. digilib.uinsby.ac.id id digilib.uinsby.ac.id Anak berlatih lebih sabar ketika kegiatan berlangsung. Anak-anak

semakin peraya diri untuk mencari asosiasi yang tepat pada kosa kata yang telah ditentukan. Kemudian dengan cara menghafal mampu meningkatkan daya ingat anak yang berusaha semaksimal mungkin. Sehingga peneliti dapat berasumsi bahwa dengan adanya kreativitas dan konsentrasi yang penuh pada subjek bisa meningkatkan rekognisi memori pembendaharaan kata pada siswa.


(2)

85

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac. digilib.uinsby.ac.id id digilib.uinsby.ac.id BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan

Ada pengaruh Mnemonik Keyword Method (Metode Mnemonik Kata kunci) dengan Recognition Memory Vocabulary Learning pada anak kelas IV SD.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan beberapa saran yang perlu dipertimbangkan oleh berbagai pihak berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran melalui Mnemonik Keyword Method (Metode Mnemonik Kata kunci) sebagai upaya meningkatkan kemampuan Recognition Memory Vocabulary Learning anak usia sekolah khususnya kelas 4 SD.

1. Penelitian ini menjadi masukan kepada lembaga sekolah, terutama guru kelas agar para guru dapat meningkatkan Recognition Memory Vocabulary Learning anak kelas 4 SD melalui Mnemonik Keyword Method (Metode Mnemonik Kata kunci). Dengan tema-tema lain dan penggunaan kata-kata untuk asosiasi yang lebih unik dan menarik bagi siswa.

2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan pertama, agar dalam pelaksanaan Metode Mnemonik Kata kunci lebih dari 2X treatmen. Kedua, peneliti harus menunjukkan variabel-bariabel yang


(3)

86

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac. digilib.uinsby.ac.id id digilib.uinsby.ac.id mengganggu dan variabel moderator. Yang ketiga, variabel

Mnemonik bisa dihubungkan dengan variabel yang lain, misalnya: a. Prestasi Belajar

b. Recall Memory c. Pembelajaran Kreatif


(4)

87

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac. digilib.uinsby.ac.id id digilib.uinsby.ac.id DAFTAR PUSTAKA

Adni, Azizatul dan Hidayati, Diana S. 2014. Perbedaan Recognition Memory Kata dan Gambar pada Media Narasi Bergambar. Jurnal Psikologi, Vol 10, No. 1. Juni 2014.

Ahmadi, A. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Amiryousefi, Ketabi, dan Saeed. 2011. Mnemonic Instruction: A Way to Boost Vocabulary Learning and Recall. Journal of Language Teaching and Research, Vol. 2, No. 1, pp. 178-182, January 2011

Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., Smith, E. E., & Bern, D. J. 1983. Pengantar

Psikologi. Batam: Interaksara.

Azwar, S. 2013. Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Azwar, S. 2013. Reliabilitas dan Validitas Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Brown, Malcolm W. & Aggleton, John P. 2001. Recognition Memory: What Are

The Roles Of The Perirhinal Cortex And Hippocampus?. Macmillan Magazines

Ltd.

Cameron, L. (2001). Teaching Language to Young Learner. Cambridge: Cambridge University Press.

Creswell, W. J. 2013. Research Design. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Decarrico, J. S. 2001. Vocabulary Learning and Teaching. In Celce-Murcia, M. (Ed). Teaching English as a Second and Foreign Language. Boston: Heinle & Heinle

Echols, John M & Shadily, Hassan. 2007. Kamus Inggris. Jakarta: PT Gramedia. Feldman, Robert. S, 2003. Essentials of Understanding Psychology. Boston: McGrawHill.

Halim, Wiyata, dan Agustin. 2012. Keefektifan Teknik Mnemonic untuk Meningkatkan Memori Jangka Panjang dalam Pembelajaran Biologi Pada Siswa Kelas VII SMP Al-Islam 1 Surakarta. Jurnal Jurusan Psikologi Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Hapsari, Iriani I. 2016. Psikologi perkembangan anak. Jakarta: Indeks.

Harmer, J. 1992. The Practice of English Language Teaching. Essex: Longman. Higbee, Kenneth L. 2003. Mengasah Daya Ingat. Semarang: Dahara Prize.


(5)

88

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac. digilib.uinsby.ac.id id digilib.uinsby.ac.id Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Jensen, Eric & Markowit, Karen. 2002. Otak Sejuta Gygabyte: Buku Pintar

Membangun Ingatan Super. Bandung: Kaifa.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2015). Retrieved Juli 10, 2016, from http://www.kbbi.web.id

King, A. L. 2010. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.

Köksal, Onur & Çekiç, Ahmet. 2014. The Effects Of The Mnemonic Keyword Method On 8th Graders’ L2 Vocabulary Learning. Journal of International Scientific Publications ISSN 1313-2571, Volume 12, 2014.

Mahadiani, Wiyasa., dan Kristianti. 2013. Pengaruh Pendekatan Kontekstual Berbantuan Mnemonic Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Gugus III Sukawati. Jurnal Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.

Mastropieri MA, Scruggs TE, & Fulk B.J. (1990)‘Teaching abstract vocabulary with the keyword method: Effects on recall and comprehension’. Journal of

Learning Disabilities 23: 92–107.

Morgan, C. T., King, R.A., dan Robinson, N.M. 1984. Introduction to psychology. Tokyo: McGraw-Pili, International Book Company.

Muhid, A., Fauziah, N., Balgies, S., dan Mukhayyaroh, T. 2013. Psikologi Umum. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.

Mustaqim. 2001. Psikologi pendidikan.

Nitasari, Nurul. 2011. Pengajaran dan Pembelajaran Kosa kata. Semarang. Nunan, D. (1991). Language teaching methodology: A textbook for teachers. Sydney: Prentice Hall International (UK) Ltd.

Pikulski, J. J. & Templeton, S. (2004). Teaching and developing vocabulary: key

to long-term reading success. Diambil tanggal 24 Juli 2016, dari

http://www.eduplace.com/marketing/nc/pdf/authorpages.pdf Santrock, John W. 2007. Remaja. Edisi Kedelapan. Erlangga.

Siriganjanavong, Vanlee. 2013. The Mnemonic Keyword Method: Effects on the Vocabulary Acquisition and Retention. Journal English Language Teaching; Vol. 6, No. 10; 2013

Solso, R. L., Maclin, O. H., & Maclin, M. K. 2007. Psikologi Kognitif. Edisi


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac. digilib.uinsby.ac.id id digilib.uinsby.ac.id Squire, Larry R., Wixted, John T., & Clark, Robert E. 2007. Recognition Memory

and The Medial Temporal Lobe: A New Perspective. Nature Publishing Group. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.

Thornbury, S. (2002). How words are learned. In J. Harmer (Ed.), How to Teach Vocabulary(pp. 13-31). Harlow: Longman.

Wade, C. & Tavris, C. 2007. Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.

Woody, R. H., Lovoie, C. J., & Epps, S. 1992. School Psychology A