PROS Widodo Pengembangan Knowledge Strategy fulltext

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014

ISBN: 978-979-3775-55-5

PENGEMBANGAN KNOWLEDGE STRATEGY BERBASIS
KAPASITAS WIRAUSAHA MENUJU KEUNGGULAN BERSAING
BERKELANJUTAN BPR DI PRIVINSIJAWA TENGAH
Widodo
Fakultas Ekonomi Unissula Semarang
widodo @ unissula. acid

ABSTRACT
This article aims to develop a model of knowledge development strategy towards sustainable
competitive advantage based entrepreneurial capacity of rural banks in Central Java province. The
sampling method is "purposive sampling" means sampling by considering the characteristics of the
population, namely: operational experience and at least 5 years of working area representase rural
banks. Then the sample size of 150 of 251 (59.7%) top manager rural banks. To analyze the data in
this study used the Structural Equation Modeling (SEM) of the AMOS software package. The findings
of this study the first step in an effort to improve sustainable competitive advantage through
knowledge sharing by prioritizing the quality of interaction, willingness and ability.

Keywords: Innovativeness, Proactive, Risk-taking, Knowledge Strategy, Sustainable Competitive
Advantage

PENDAHULUAN
Keunggulan bersaing berkelanjutan memiliki peran penting untuk penciptaan pengetahuan
baru yang berguna secara terus-menerus, oleh karena itu knowledge managementmerupakan
manajemen dari semua proses yang melibatkan pengetahuan.
Perspektif dalam knowledge
management, yakni : bagaimana pengetahuan diciptakan, dikembangkandan digunakan kembali
dalam bisnis lingkungan, atau perumusan dan pelaksanaan strategi pengetahuan (knowledge strategy
). Namun studi knowledge strategy dilakukan secara terpisah-pisah. Selain itu berfokus pada
kebijakan pengetahuan perusahaan, seperti yang dilakukan oleh Alberto F (2011)hanya bersifat
teoritis serta hubungan antara konteks organisasi dan oleh karena itu knowledge strategy pengetahuan
dapat dikembangkan lebih lanjut dalam meningkatkan wirausaha.
Selain implementasi knowledge strategy,Prasyarat organisasi yang sukses dalam berbisnis
memerlukan
kapasitas
wirausaha(
Saowaluk Jitnom,
2009).

Fenomena kapasitas
wirausahamerupakan daya dorong organisasi dalam kegiatan kewirausahaan telah menjadi fokus
sentral penelitian entrepreneur (Jeffrey G. Covin William J. Wales, 2012).
Kapasitas
wirausahamencerminkan kecenderungan perusahaan untuk bersikap inovatif, pro-aktif, berani
mengambil risiko ( Gregory & Lumpkin. D : 2005). Konsep kapasitas wirausaha terletak dalam
kemampuannya pemahaman tentang kegiatan kewirausahaan oleh organisasi. Namun kapasitas
wirausahadinilai belum mendapat perhatian penelitian sepadan dengan pengakuan betapa pentingnya
konsep kapasitas wirausaha (Jeffrey G. Covin dan William J. Wales, 2012).
Hasil studi Widodo ( 2009, 2011) menunjukkan bahwa rata-rata enam dari 10 BPR yang ada
di Provinsi Jawa Tengah adalah milik pemerintah daerah. Masuknya birokrasi membawa culture
instansi-nya, sebagai pengelola BPR kapasitas wirausaha yang terbatas, tidak mampu membawa BPR
ke arah yang profesional. Hal ini menjadi salah satu penyebab mengapa masih dalam risk level yang
tinggi yaitu di atas batas maksimal sebesar 5 % (Bank Indonesia 2013). Selanjutnya menjelaskan
bahwa sebagian besar BPR tidak optimal dalam mengembangkan produk-produk baru yang inovatif
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

69


ISBN: 978-979-3775-55-5

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014

yang mampu meningkatkan daya saing dengan lembaga keuangan berskala besar dan dengan
Lembaga Keuangan Mikro (LKM ) lainnya serta terbatasnya dinamika knowledge yang dimiliki.
Bcrdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mengelola organisasi scbcnarnya adalah
mengelola knowledge. Knowledge yang baik adalah diimplementasikan bukan sebatas informasi, oleh
karcna itu studi ini bertujuan menyusun model pengembangan knowledge strategy menuju
keunggulan bersaing berkelanjutan yang berbasis kapasitas wirausaha.

TELAAH PUSTAKA
Kapasitas Wirausaha
Kewirausahaan mengacu pada perilaku yang mencakup inisiatif dan berpikir kreatif,
organisasi sosial dan ekonomi untuk mengubah sumber daya dan menerima resiko kegagalan (Verena
C. Hahn et al : 2012). Sedangkan menurut Cardon, Wincent, Singh, & Drnovsek, (2009)
Kewirausahaan ditandai dengan motif kerja yang tinggi, jam kerja yang panjang, dan ditandai
dengan kerja yang penuh bergairah serta proaktif. Kualitas utama entrepeneurship adalah new entry,
yaitu memasuki segmen pasar baru dengan meluncurkan produk baru maupun produk lama.

Kemudian daya inovasi yang mengacu pada lingkup perusahaan yang menunjang ide-ide segar ,
eksperimentasi , dan proses-proses kreatif untuk menghasilkan produk-produk baru , tehnik-tehnik
baru.
Prasyarat
organisasi
yang
sukses
dalam
berbisnis
memerlukan
kapasitas wirausaha (Saowaluk Jitnom, 2009). Fenomena kapasitas wirausaha merupakan daya
dorong organisasi dalam kegiatan kewirausahaan telah menjadi fokus sentral penelitian entrepreneur
( Jeffrey G. Covin William J. Wales.2012). Kapasitas wirausaha mencerminkan kecenderungan
perusahaan untuk bersikap inovatif, proaktif dan berani mengambil risiko ( Lumpkin. D & Covin
1997). Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Proaktif
Studi Lumkin & Dess (1996) menjelaskan bahwa sikap proaktif entrepreneur merupakan
kesediaan untuk bereaksi secara positif, kemudian mengindentifikasi peluang, mendominasi pesaing
melalui kombinasi langkah proaktif dan agresif, berorientasi ke masa depan, memperkenalkan produk
atau jasa terbaru, antisipasi permintaan atau tuntutan untuk menciptakan suatu perubahan dan

mempengaruhi lingkungan.
Sikap proaktif entrepreneur ditandai dengan antisipatif, orientasi masa depan atau
berorientasi pada perubahan, gigih dan sikap kerja aktif (Frank D. Belschak and Deanne N. Den
Hartog, 2010). Sedangkan menurut Astha Sharma and Suniita Dave (2011) mengambil inisiatif
dengan mengantisipasi dan mencari peluang pasar baru. Sikap proaktif dalam pendekatan
kewirausahaan yang mendorong organisasi untuk mendapatkan peluncuran produk secepat mungkin
sebagai cara untuk menghasilkan dana yang cepat atau memperoleh umpan balik pasar yang cepat
(G.T. Lumpkin, Keith H. Brighamb and Todd W. Moss : 2010). Oleh karena itu untuk merespon
dinamika eksternal, perusahaan perlu secara konsisten mentransfer orientasi kewirausahaan yang
dimilikinya menjadi sebuah aktivitas strategis yang sifatnya praktis guna memenuhi tujuan
perusahaan dan sekaligus mencapai kinerja yang sifatnya superior dengan cara memfokuskan
perhatian pada proses terciptanya sebuah pengetahuan dalam perusahaan.
b. Berani Menanggung Resiko

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

70

ISBN: 978-979-3775-55-5


3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014

Resiko berkaitan dengan kemungkinan adanya kerugian atau konsekuensi-konsuekensi yang
merugikan yang berpotensi mengganggu kemampuan suatu organisasi dalam mencapai tujuantujuannya dan memenuhi misinya. Resiko untuk mencapai tujuan dapat muncul baik dan aktivitas
internal dan eksternal. Manajemen resiko yang baik barns mampu memberikan solusi bagi suatu
organisasi, sebagai suatu alat untuk memperbaiki manajemen strateginya, operasionalnya bahkan
keuangannya. Selain itu juga dapat meminimalisir kerugian-kerugian yang bersifat financial,
gangguan pelayanan, menurunnya publisitas, dan ancaman-ancaman kesehatan masyarakat ataupun
klaim-klaim kompensasi (Mario J. Donate and J. Ignacio Canales: 2010).Sedangkan studi Gregory G.
Dess (2005 ) menjelaskan bahwa berani mengambil keputusan (risk taking) berkaitan dengan
mengambil risiko yang mengacu pada kesediaan organisasi untuk memanfaatkan peluang usaha
meskipun tidak tabu apakah usaha ini akan berhasil dan bertindak berani tanpa mengetahui
konsekuensinya. Oleh karena itu untuk sukses melalui kewirausahaan, perusahaan biasanya barns
mengambil alternatif berisiko, Untuk mendapatkan kembali finansial yang tinggi, perusahaan
mengambil risiko seperti asumsi tingkat utang yang tinggi, melakukan penambahan sumber daya
yang besar dan memperkenalkan produk barn ke pasar.
Pengambilan risiko dianggap sebagai ciri perilaku kewirausahaan, meskipun penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa banyak pengusaha juga tidak melihat tindakan mereka sebagai

berisiko ( Lumpkin, 2010). Selanjutnya menjelaskan bahwa menemukan bahwa perusahaan keluarga
mengambil risiko lebih sedikit dibandingkan perusahaan non keluarga. Organisasi yang berani
mengambil risiko lebih tegas dan mampu membuat keputusan strategis yang lebih cepat,
nkosekuensinya dapat meningkatkan tingkat kinerja secara keseluruhan (Covin dan Slevin, 1989;
Eisenhardt, 2000).
c. Inovasi
Perspektif berbasis pengetahuan menjelaskan bahwa inovasi pada dasarnya dipandang sebagai
proses menghasilkan ide yang baru,
kemudian mengimplementasikannya dengan cara yang
menghasilkan nilai (Tatiana Andreeva and Aino Kianto, 2011). Inovasi mencerminkan kecenderungan
perusahaan untuk terlibat dalam ide-ide baru dan proses kreatif yang dapat menyebabkan produk baru,
jasa atau proses teknologi. Oleh karena itu inovasi merupakan solusi kreatif untuk tantangan
danpeluang yang dihadapi perusahaan. Inovasi sangat penting untuk usaha kecil dan menengah
(UKM) karena fakta menunjukkan dalam bersaing terdapat keterbatasan keuangan dan sumber daya
manusia, skala ekonomi dan reputasi yang masih dipertanyakan. Dengan demikian, UKM yang
menunjukkan kinerja yang unggul melalui inovasi.
Peran inovasi dalam kewirausahaan merupakan faktor penting dalam memfasilitasi
pertumbuhan, menawarkan produk-produk baru dengan potensi keuntungan yang tinggi, dan
meningkatkan nilai pasar secara keseluruhan. Penemuan pendekatan yang unik untuk teknologi,
produk, atau proses pada gilirannya akan mengembangkan kemampuan khusus (Patrick M. Krciscr,

2013).Studi Jahangir Yadollahi (2013) menjelaskan bahwainovasi merupakan salah satu faktor utama
untuk keunggulan kompetitif dan mencapai sukses jangka panjang dalam pasar yang kompetitif.
Alasannya adalah bahwa dengan kemampuan inovatif dapat merespon tantangan lingkungan lebih
cepat dari noninnovative. Hal ini, pada gilirannya, dapat meningkatkan efisiensi organisasi. Inovasi
mencakup semua ide-ide baru, metode, atau tujuan dari suatu organisasi yang berhasil dilaksanakan di
pasar. Inovatif menunjukkan keterbukaan, memperoleh dan menghasilkan ide-ide baru dan
kecenderungan perubahan melalui teknologi baru, sumber daya, keterampilan, dan sistem administrasi
Berdasarkan kajian pustaka dimensi inovasi terdapat tiga aspek, yakni
produktif ,
administrasi , dan proses inovasi ( Jimenez dan Valle , 2011). 1) inovasi produktif adalah alat untuk
produksi dan mengacu pada pengembangan dan produk dan layanan baru. Bahkan, inovasi produktif
m feb

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

71

ISBN: 978-979-3775-55-5


3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014

adalah sejauh mana suatu organisasi adalah proaktif dalam memberikan layanan baru,
mengalokasikan sumber daya keuangan untuk penelitian dan pengembangan. 2) proses inovasi adalah
alat untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya. Hal ini termasuk
produksi baru atau terintegrasi, metode distribusi, atau pengiriman. Proses inovasi adalah sejauh mana
suatu organisasi menggunakan teknologi baru dan menguji metode baru untuk melakukantugas-tugas
organisasi. 3) inovasi administrasi mengacu pada prosedur, kebijakan, dan bentuk-bentuk organisasi
baru. Hal ini termasuk perubahan yang mempengaruhi kebijakan, alokasi sumber daya, dan faktorfaktor lain yang berhubungan denganstruktur sosial organisasi. Atau sejauh mana manajer organisasi
menggunakan manajemen modern sistem untuk mengelola organisasi.
Knowledge Strategy
Relevansi aset pengetahuan sebagai dasar faktor-faktor strategis dalam keberhasilan bisnis
telah banyak diakui dalam skenario yang kompetitif saat ini (Barney, 1991). Bahkan, semakin banyak
organisasi bersaingdalam kepemilikan aset pengetahuan dan mempertimbangkan pengetahuan untuk
menjadi pembeda yang kompetitif dalam ekonomi pengetahuan (Nonaka & Takeuchi, 1995). Kondisi
lingkungan seperti itu, cocok pengembangan, pengelolaan aset pengetahuan telah menjadi aspek
strategis untuk keberhasilan dan prioritas dalam persaingan. Kemudian strategi pada dasarnya dapat
didefinisikan sebagai rencana yang dirancang untuk mencapai tujuan jangka panjang
Berdasarkan studi Alberto F. De Toni : 2011. Knowledge strategy mencakup : 1).

Knowledgesharingmerupakan perilaku untuk menyebarluaskan pengetahuan dengan anggota lain
dalam suatu organisasi sehingga dapat menciptakan value aded bagi perusahaan 2). Knowledge
exploitation yakni proses memperoleh kompetensi dengan mengadopsi, sintesis dan menerapkan
pengetahuan yang sudah ada atau sebagai penggunaan dan lebih lanjut pengembangan kompetensi
yang ada. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sharing Knowledge
Studi Reed, Srinivasan dan Doty (2009 ) menjelaskan bahwa sharing knowledge merupakan
interaksi dan komunikasi antara individu dan unit bisnis.
Keberhasilan sharing knowledge
tergantung dari kuantitas dan kualitas interaksi diantara karyawan dan kemauan serta kemampuan
menggunakan pengetahuan. Organisasi seharusnya mendorong tujuan karyawan dan tujuan
organisasi, kemudian menterjemahkan tujuan tersebut ke dalam teknis dan mempromosikan
karyawan. Pengetahuan yang ada dalam diri individu sulit memverbalisasi, oleh karena itu perlu
diartikulasikan dan dinyatakan dalam cetak pengetahuan secara emplisit.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sharing knowledge merupakan perilaku
yang dimiliki seseorang untuk menyebarluaskan pengetahuan dengan anggota lain dalam suatu
organisasi sehingga dapat menciptakan value aded bagi perusahaan. Penekanan pada pengetahuan
memicu perkembangan konsep Knowledge Management (KM), asumsinya pengetahuan input penting
dalam proses produksi.KM menekanan pada kemampuan perusahaan untuk menggunakan dan
mengkombinasikan berbagai sumber daya pengetahuan yang dapat mengubah sumber daya intangible

menjadi inovasi produk atau proses (Grant, 1996).
Sharing knowledgeterjadi pada tingkat individu dan organisasi. Pada tataran individu,
sharing knowledgedilakukan melalui diskusi dengan sesama karyawan untuk membantu mereka
dalam melakuka pekerjaan dengan lebih baik, lebih cepat dan lebih efisien. Sedangkan pada tingkatan
organisasi, sharing knowledge adalah upaya untuk menangkap, mengelola, menggunakan kembali,
dan mentransfer pengetahuan berbasis pengalaman yang berada dalam organisasi dan membuat
pengetahuan yang tersedia untuk orang lain dalam bisnis. Sejumlah penelitian telah menunjukkan
bahwa berbagi pengetahuan sangat penting karena memungkinkan organisasi untuk meningkatkan
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

72

ISBN: 978-979-3775-55-5

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014

kinerja inovasi dan mengurangi biaya be 1 ajar yang berlebihan (Lin, Hsiu Fen 2010). Sebuah
perusahaan dapat berhasil meningkatkan budaya sharing knowledgetidak hanya dengan
menggabungkan pengetahuan dalam strategi bisnisnya sccara langsung, tetapi juga dengan mengubah
sikap dan penlaku karyawan untuk bersedia dan konsisten mendorong terjadinya sharing
pengetahuan.
Wang (2011) beipendapat bahwa praktek berbagi pengetahuandiseluruh organisasi sangat
penting untuk mempertahankan nilai-nilai perusahaan, untuk belajar teknik-teknik baru, memecahkan
masalah yang dihadapi perusahaan, menciptakan kompetensi inti dan memprakarsai situasi baru.
Sharing pengetahuan akan merubah pengetahuan organisasi menjadi pengetahuan individu atau
kelompok dengan proses internalisasi dan sosialisasi. Di sisi lain, sharing pengetahuan dapat
menerjemahkan pengetahuan individu dan kelompok menjadi pengetahuan organisasi berdasarkan
pada proses eksternalisasi dan kombinasi. Interaksi face-to-face adalah sarana utama dalam proses
berbagi pengetahuan tacit.
Gagne (2005) mengidentifikasi beberapa faktor penting yang mempengaruhi sharing
pengetahuan, terindentifikasi faktor individu yang meliputi adanya ketidak percayaan, ketakutan akan
kehilangan kekuasaan, dan kurangnya jejaring sosial. Faktor lain yang mempengaruhi sharing
pengetahuan adalah faktor organisasi yang meliputi lemahnya kepemimpinan, kurang tepatnya sistem
penghargaan dan kurangnya kesempatan untuk berbagi pengetahuan. Faktor teknologi, seperti tidak
tepatnya sistem teknologi informasi dan kurangnya kegiatan training, dapat mempengaruhi sharing
pengetahuan.
Keberhasilan dalam implementasi sharing pengetahuan tergantung pada sikap
karyawan terhadap sharing pengetahuan.
Hasil studi Chung-Jen Chen (2010) menjelaskan bahwa inovasi yang sukses terdapat
kombinasi baru pengetahuan dengan membentuk asosiasi baru diantara pengetahuan yang ada.
Penciptaan pengetahuan yang efektif meningkatkan asosiasi baru tersebut dengan menyediakan
peluang bagi perusahaan untuk bergabung kembali bagi pada pengetahuan generasi baru. Inovasi
memfasilitasi pengembangan organisasi rutinitas baru dan penemuan pendekatan unik untuk
teknologi, produk, atau proses, yang pada gilirannya mengembangkan kemampuan khusus (Patrick M.
Kreiser, 2013). Konsekuensinya diupayakan untuk menangkap, mengelola, menggunakan kembali
dan mentransfer pengetahuan berbasis pengalaman yang berada dalam organisasi dan membuat
pengetahuan yang tersedia untuk orang lain dalam bisnis atau berbagi pengetahuan ( lin, Hsiu-Fen
2007). Oleh karena itu hipotesis pertama adalah :
HI : Bila intensitas inovativeness semakin tinggi, maka intensitas knowledge sharing semakin
tinggi
Prasyarat
organisasi
yang
sukses
dalam
berbisnis
memerlukan
orientasi entrepreneur. Fenomena orientasi kewirausahaan merupakan daya dorong organisasi dalam
kegiatan kewirausahaan telah menjadi fokus sentral penelitian entrepreneur (Jeffrey G. Covin William
J. Wales. 2012) Orientasi entrepreneurial mencerminkan kecenderungan perusahaan untuk bersikap
inovatif ( Lumpkin. D & Covin 1997). Proaktif merupakan kecenderungan seseorang untuk memulai
berubah dalam berbagai situasi. Individu yang proaktif merupakan agen-agen yang dinamis dengan
mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang yang membawa perubahan di lingkungan dengan baik
serta membuat yang baru. Individu yang proaktif cenderung berorientasi ke masa depan dan yang
bertahan dengan kegiatan sampai tujuan tercapai. Sebaliknya, individu yang rendah proaktif
cenderung
relatif pasif, menerima segala sesuatu sebagaimana adanya, dan dibentuk oleh lingkungan. Proaktif ini
sccara positif mempengaruhi perilaku karyawan dan sikap kerja karena individu proaktif cenderung
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

73

ISBN: 978-979-3775-55-5

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014

untuk mengidentifikasi atau menciptakan peluang yang menciptakan kondisi yang menguntungkan
bagi individu atau tim (Gary J. Gregorus : 2010).
Kualitas utama entrepeneurship adalah new entry, yaitu memasuki segmen pasar barn dengan
meluncurkan produk barn maupun produk lama. Daya inovasi mengacu pada lingkup perusahaan
yang menunjang ide-ide segar, eksperimentasi dan proses-proses kreatif untuk menghasilkan produkproduk barn, tehnik-tehnik barn. Kewirausahaan ditandai dengan motif kerja yang tinggi, jam kerja
yang panjang dan ditandai dengan kerja yang penuh bergairah serta proaktif (Cardon, Wincent,
Singh, & Drnovsek : 2009).
Keberhasilan dalam implementasi sharing pengetahuan tergantung pada sikap entrepreneur
terhadap sharing pengetahuan (Gagne : 2005). Sikap proaktif entrepreneur ditandai dengan
antisipatif, orientasi masa depan atau berorientasi pada perubahan, gigih dan sikap kerja aktif (Frank
D. Belschak and Deanne N. Den Hartog. 2010). Sedangkan menurut Astha Sharma and Suniita Dave
(2011) mengambil inisiatif dengan mengantisipasi dan mencari peluang pasar baru. Sikap bcrbagi
pengetahuan (knowledge sharing) dibentuk dari keyakinan yang positif untuk berbagi pengetahuan
dengan anggota lain dalam suatu organisasi. Oleh karena itu hipotesis kedua adalah :
H2: Bila intensitas proactiveness
tinggi

semakin tinggi, maka intensitas knowledge sharing semakin

Pengambilan
risiko
dianggap
sebagai
ciri
perilaku
kewirausahaan,
meskipun penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa banyak pengusaha juga tidak melihat tindakan
mereka sebagai hal yang berisiko (G.T. Lumpkin, 2010). Studi Gregory G. Dess,(2005) menjelaskan
bahwa mengambil risiko bukan spekulatif. Namun organisasi menyelidiki konsekuensi dari berbagai
peluang dan menciptakan skenario kemungkinan yang akan dihasilkan. Tujuannya adalah untuk
mengurangi resiko dari pengambilan keputusan bisnis. Dua metode yang digunakan untuk
memperkuat posisi kompetitif melalui pengambilan risiko meliputi: 1). Meneliti dan menilai faktor
risiko untuk meminimalkan ketidakpastian.
Mengimplementasikan tried-and-true dan teknik yang lainnya
Berbagi pengetahuan (knowledge sharing) merupakan salah satu komponen penting dari
manajemen pengetahuan, sukses dan efisien berbagi pengetahuan dapat memfasilitasi penciptaan
pengetahuan dan membantu sebuah perusahaan untuk mempertahankan kinerja (Qian Huang, Robert
M. Davison & Jibao Gu, 2011). Berbagi pengetahuan menciptakan peluang untuk memaksimalkan
kemampuan organisasi dan menghasilkan solusi dan efisiensi sehingga menjadikan bisnis dengan
keunggulan kompetitif (Lin HsiuFen , 2007). Oleh karena itu diperlukan proses yang selektif.
Proses berbagi pengetahuan (knowledge sharingprocesses ) berkaitan dengan bagaimana
sumber daya manusia dalam organisasi berbagi yang berhubungan dengan pengalaman pekerjaan,
keahlian, know-how, dan informasi dengan rekan-rekan lainnya. Proses berbagi pengetahuan dapat
dipahami sebagai proses melalui mana sumber daya manusia, saling bertukar pengetahuan dan
bersama-sama menciptakan pengetahuan baru. Berbagi pengetahuan melibatkan baik pasokan dan
permintaan pengetahuan baru. Interaksi an tar individu adalah sarana utama dalam proses berbagi
pengetahuan. Focus konowledgesharing adalah kemauan dan kapasitas individu untuk berbagi apa
yang mereka ketahui dan menggunakan apa yang mereka pelajari ( Lin HsiuFen, 2007). Sedangkan
Wang (2012) menjelaskan bahwa pengalaman individu dalam wirausaha atau kapasitas wirausaha
adalah dasar dari sharing knowledge. Oleh karena itu hipotesis yang diajukan dalam studi ini adalah :
H3 : Bila intensitas risk-taking semakin tinggi, maka intensitas knowledge sharing semakin tinggi
Knowledge Expoitation
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

74

ISBN: 978-979-3775-55-5

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014

Eksploitasi pada dasarnya adalah proses memperoleh kompetensi dengan mengadopsi,
sintesis dan menerapkan pengetahuan yang sudah ada. Hal ini membutuhkan pengetahuan yang telah
diciptakan dan diinternalisasi untuk digunakan dan menciptakan kehandalan dalam pengalaman
(Weiping Liu, 2006). Eksploitasi mengacu pada penerapan pengetahuan eksternal untuk memperbaiki
produk yang sudah ada organisasi dan meningkatkan prosesnya Paul E. Bierly (2009).
Jun Li and Weihe Gao (2013) stratcgi eksploitasi menawarkan keuntungan kepada pengusaha.
Pertama eksploitasi merupakan sarana sepenuhnya menggunakan sumber daya mereka yang terbatas
dalam teknologi dan produk - pasar domain yang ada . Kedua perusahaan belajar efisien dari sumbersumber lokal dan terdekat. Studi Chung-Jen Chen (2010) menjelaskan bahwa selama periode
pengembangan produk baru, inovasi memotivasi sumber daya manusia untuk mengambil risiko untuk
melakukan menantang dan kreatif kegiatan dalam mengubah pengetahuan menjadi produk baru.
Sumber daya manusia cenderung tidak hanya untuk bertukar dan berbagi pengetahuan untuk kreatif
pikiran, Namun mencari kebaharuan dan pendekatan yang berbeda untuk bekerja. Dengan kata lain,
sumber daya manusia lebih cenderung untuk mengintegrasikan pengetahuan baru yang dihasilkan.
Oleh karena itu hipotesis yang diajukan dalam studi ini adalah :
H4 : Bila intensitas inovativeness semakin tinggi, maka intensitas knowledge exploitation semakin
tinggi
Peran utama untuk eksploitasi pengetahuanbertujuan untuk menciptakan atau meningkatkan
output (Juan Gabriel Cegarra-Navarro, 2011). Eksploitasi pengetahuan sebagai pembelajaran kegiatan
yang melibatkan penggunaan sumber daya yang dimiliki (Weiping Liu, 2006). Kondisi tersebut
diperlukan sumber daya manusia yang proaktif. Sikap proaktif dalam pendekatan kewirausahaan yang
mendorong perusahaan untuk mendapatkan peluncuran produk secepat mungkin sebagai cara untuk
menghasilkan dana yang cepat atau memperoleh umpan balik pasar yang cepat (G.T. Lumpkin, Keith
H. Brighamb and Todd W. Moss, 2010). Oleh karena itu hipotesis kelima adalah :
H5 : Bila intensitas proactiveness
semakin tinggi

semakin tinggi, maka intensitas knowledge exploitation

Studi Gregory G. Dess (2005 ) menjelaskan bahwa berani mengambil keputusan (risk taking)
berkaitan dengan kesediaan organisasi untuk memanfaatkan peluang usaha meskipun tidak tabu
apakah usaha ini akan berhasil dan bertindak berani tanpa mengetahui konsekuensinya. Akibatnya
mengeksploitasi
pengetahuan
sumber
daya
manusia
lebihcenderung
untuk
mengintegrasikanpengetahuan baru yang di miliki organisasi (Chung-Jen Chen, 2010). Oleh karena
itu hipotesis yang diajukan dalam studi ini adalah :
H6 : Bila intensitas risk-taking semakin tinggi, maka intensitas knowledge exploitation
tinggi

semakin

Berdasarkan kajian literatur sharing knowledge merupakan perilaku yang dimiliki seseorang
untuk menyebarluaskan pengetahuan dengan anggota lain dalam suatu organisasi sehingga dapat
menciptakan value aded bagi perusahaan. Rifat Kamas.ak and Fu' sun Bulutlar (2010) menjelaskan
bahwa diseminasi pengetahuan dan tanggap terhadap pengetahuan atau berbagi pengetahuan,
merupakan dua komponen yang paling penting karena sifatnya unik. Konsekuensinya sccara
keseluruhan terus mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan ( knowledge exploitation ). Oleh
karena itu hipotesis yang diajukan dalam studi ini adalah :
H7 : Bila knowledge sharing semakin tinggi, maka intensitas knowledge exploitation
tinggi

semakin

Sustainable Competitive Advantage
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

75

ISBN- 978-979-3775-55-5

3rd

£conom'cs 4 Business Research Festival
13 November 2014

Studi Mukesh Srivastava, Andy Franklin, Louis Martinette (2013)menyatakan keunggulan
bersaing berkelanjutan berdimensi durabilitas, imitabilitas serta tingkat kemudahan untuk menyamai
asset-aset stratejik yang dimiliki perusahaan. Pengetahuan organisasi yang diwakili oleh pengetahuan,
budaya, rutinitas dan pengalaman,dan menghasilkan nilai tambah bagipelanggan dan kelangkaan
untuk pesaing akan menciptakankeunggulan kompetitif(Barney, 1991), Oleh karena itu hipotesis
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H8 :

Bila intensitas knowledge sharing semakin tinggi,
bersaing yang berkelanjutan.

maka

semakin tinggi keunggulan

Eksploitasi pengetahuan pada dasarnya adalah proses memperoleh kompetensi dengan
mengadopsi, sintesis dan menerapkan pengetahuan yang sudah ada. Hal ini membutuhkan
pengetahuan yang telah diciptakan dan diinternalisasi untuk digunakan dan menciptakan kehandalan
dalam pengalaman (Weiping Liu, 2006). Semakin banyakorganisasi mempertimbangkan pengetahuan
untuk menjadi deference sehingga memperoleh keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Dalam
lingkungan seperti itu, cocokpengembangan, pengelolaan dan eksploitasi pengetahuan menjadi aspek
strategis untukkeberhasilan dan prioritas kompetitif(Nonaka& Takeuchi, 1995).Oleh karena itu
hipotesis hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H9 : Bila intensitas knowledge exploitation semakin tinggi, maka semakin tinggi keunggulan
bersaing yang berkelanjutan

Berdasarkan telaah pustaka yang mendalam dan komprehensif tersebut di atas maka maka
empirik dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Entrepreneurial
Capacity

Knowledge Strategy

INNOVATIVENESS

KNOWLEDGE
SHARING

H7

PROACTIVENESS

SUSTAINABLE
COMPETITIVE
ADVANTAGE
H9

H3
RISK-TAKING

Toward

Hb

KNOWLEDGE
EXPLOITATION

Gambar 1
Model Pengembangan Knowledge Strategy yang berbasis kapasitas wirausaha menuju
Sustainable Competitive Advantage

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

r

76

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014

ISBN: 978-979-3775-55-5
METODE PENELITIAN
Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pimpinan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di
Propinsi Jawa Tengah yang berjumlah 251. Studi ini menggunakan model estimasi Maximum
Likelihood (ML) besarnya sampel / sample size 100 - 200 (Imam Gozali, 2004) dan pendapat Hair
dkk (1996) yang mengatakan bahwa jumlah sampel adalah indikator dikali 5 sampai 10. Oleh karena
jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 150 (59,7 % ) responden. Adapun metode pengambilan
sampel adalah "Purposive Sampling " artinya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan
karaktcristik populasi yaitu : a). Pengalaman operasional minimal 5 tahun. b). Representase dari
wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Semarang Kantor Bank Indonesia Surakarta dan Kantor Bank
Indonesia Purwokerto.
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data studi ini mencakup : 1). Data Primer, merupakan data yang diperoleh langsung
dari responden yakni manajer BPR di Provinsi Jawa Tengah. Data ini diambil berdasarkan kuesioner
yang dibagikan kepada responden. Adapun data primer dalam penelitian ini adalah tanggapan
responden terhadap variabel penelitian. 2).Data sekunder, merupakan data yang telah diolah oleh
orang atau lembaga lain dan telah dipublikasikan. Data tersebut diperoleh dari Bank Indonesis 2013,
Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo ) maupun dari literatur-literatur yang
berkaitan dengan studi ini.
Kemudian teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan
angket, yakni suatu daftar yang berisi sejumlah pertanyaan terbuka dan tertutup yang diberikan
kepada pimpinan BPR di Provinsi Jawa Tengah.
Teknik Analisis
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan The Structural Equation Modelling
(SEM) darn paket software AMOS. Model ini merupakan sekumpulan teknik-teknik statistik yang
memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan relatif rumit (Ferdinand, 2000). Keunggulan
aplikasi SEM dalam penelitian manajemen adalah kemampuanya untuk mengkonfirmasi dimensidimensi dari sebuah konsep atau faktor serta kemampuannya untuk mengukur hubungan-hubungan
yang secara teoritis ada.
Hasil
Berdasarkan perhitungan dengan Structural Equation Model (SEM) dengan software AMOS
nilai Cr atau uji t, nampak pada tabel berikut ini.
Tabel 2
Standardized Regresion Weight (Loading Factor)
Regression Weights:

Std. Estimate

S.E.

C.R.

KNOWLEDGE_SHARING