J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 1 9 9 2
TENTANG
KEIMIGRASIAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa pengat uran keimigrasian yang meliput i lalu lint as orang
masuk at au ke luar wilayah Indonesia merupakan hak dan
wewenang Negara Republik Indonesia sert a merupakan salah sat u
perwuj udan dari kedaulat annya sebagai negara hukum yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b. bahwa dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional yang
berwawasan Nusant ara dan dengan semakin meningkat nya lalu
lint as orang sert a hubungan ant ar bangsa dan negara diperlukan
penyempurnaan pengat uran keimigrasian yang dewasa ini diat ur
dalam berbagai bent uk perat uran perundang-undangan yang t idak
sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dan kebut uhan,
c. bahwa sehubungan dengan hal t ersebut di at as, dipandang perlu
mengat ur ket ent uan t ent ang keimigrasian dalam suat u Undang
undang;
Mengingat
: 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 t ent ang Kewarganegaraan
Republik Indonesia (Lembaran Negara-Tahun 1958 Nomor 113,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 1647) sebagaimana t elah
diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1976 t ent ang
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
2
-
Perubahan Pasal 18 Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 t ent ang
Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1976
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3077);
3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 t ent ang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3209);
Dengan perset uj uan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEIMIGRASIAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lint as orang yang masuk at au ke
luar wilayah Negara Republik Indonesia dan pengawasan orang asing
di wilayah Negara Republik Indonesia.
2. Wilayah Negara Republik Indonesia yang selanj ut nya disingkat
wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah Negara Republik Indonesia
yang meliput i darat , laut , dan udara berdasarkan perat uran
perundang-undangan yang berlaku,
3. Surat Perj alanan adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh
pej abat yang berwenang dari suat u negara yang memuat ident it as
pemegangnya dan berlaku unt uk melakukan perj alanan ant ar
negara.
4. Tempat Pemeriksaan Imigrasi adal ah pelabuhan, bandar udara, at au
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
3
-
t empat -t empat lain yang dit et apkan oleh Ment eri sebagai t empat
masuk at au ke luar wilayah Indonesia.
5. Ment eri adalah Ment eri yang lingkup t ugas dan t anggung j awabnya
meliput i bidang keimigrasian.
6. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Republik Indonesia.
7. Visa unt uk Republik Indonesia yang selanj ut nya disebut Visa adalah
izin t ert ulis yang diberikan oleh pej abat yang berwenang pada
Perwakilan Republik Indonesia at au di t empat lainnya yang
dit et apkan oleh Pemerint ah Republik Indonesia yang memuat
perset uj uan bagi orang asing unt uk masuk dan melakukan
perj alanan ke wilayah Indonesia.
8. Izin Masuk adalah izin yang dit erakan pada Visa at au Surat
Perj alanan orang asing unt uk memasuki wilayah Indonesia yang
diberikan oleh Pej abat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
9. Izin Masuk Kembali adalah izin yang dit erakan pada Surat
Perj alanan orang asing yang mempunyai izin t inggal di Indonesia
unt uk masuk kembali ke wilayah Indonesia.
10. Tanda Bert olak adalah t anda t ert ent u yang dit erakan oleh Pej abat
Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi dalam Surat Perj alanan
set iap orang yang akan meninggalkan wilayah Indonesia.
11. Alat Angkut adalah kapal laut , pesawat udara, at au sarana
t ransport asi lainnya yang lazim dipergunakan unt uk mengangkut
orang.
12. Pencegahan adalah larangan yang bersif at sement ara t erhadap
orang orang t ert ent u unt uk ke luar dari wilayah Indonesia
berdasarkan alasan t ert ent u.
13. Penangkalan adalah larangan yang bersif at sement ara t erhadap
orang-orang t ert ent u unt uk masuk ke wilayah Indonesia berdasarkan
alasan t ert ent u.
14. Tindakan Keimigrasian adalah t indakan administ rat if dalam bidang
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
4
-
keimigrasian di luar proses peradilan.
15. Karant ina Imigrasi adalah t empat penampungan sement ara bagi
orang asing yang dikenakan proses pengusiran at au deport asi at au
t indakan keimigrasian lainnya.
16. Pengusiran at au deport asi adal ah t indakan mengeluarkan orang
asing dari wilayah Indonesia karena keberadaannya t idak
dikehendaki.
Pasal 2
Set iap Warga Negara Indonesia berhak melakukan perj alanan ke luar
at au masuk wilayah Indonesia.
BAB II
MASUK DAN KE LUAR WILAYAH INDONESIA
Pasal 3
Set iap orang yang masuk at au ke luar wilayah Indonesia waj ib
memiliki Surat Perj alanan.
Pasal 4
(1)
Set iap orang dapat ke luar wilayah Indonesia set elah mendapat
Tanda Bert olak.
(2)
Set iap orang asing dapat masuk ke wilayah Indonesia set elah
mendapat Izin Masuk.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
5
-
Pasal 5
(1)
Set iap orang yang masuk at au ke luar wilayah Indonesia waj ib
melalui pemeriksaan oleh Pej abat Imigrasi di Tempat
Pemeriksaan Imigrasi.
(2)
Tempat Pemeriksaan Imigrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dit et apkan oleh Ment eri.
Pasal 6
(1)
Set iap orang asing yang masuk wilayah Indonesia waj ib memiliki
Visa.
(2)
Visa diberikan kepada orang asing yang maksud dan t uj uan
kedat angannya di Indonesia bermanf aat sert a. t idak akan
menimbulkan gangguan t erhadap ket ert iban dan keamanan
nasional.
Pasal 7
(1)
Dikecualikan dari kewaj iban memiliki Visa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (1) adalah:
a. orang asing warga negara dari negara yang berdasarkan
Keput usan Presiden t idak diwaj ibkan memiliki Visa;
b. orang asing yang memiliki Izin Masuk Kembali;
c. kapt en at au nakhoda dan, awak yang bert ugas pada alat
angkut yang berlabuh di pelabuhan at au mendarat di bandar
udara di wilayah Indonesia;
d. penumpang t ransit di pelabuhan at au bandar udara di wilayah
Indonesia sepanj ang t idak ke luar dari t empat t ransit yang
berada di daerah Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
(2)
6
-
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai j enis, persyarat an dan hal-hal
lain yang berkait an dengan Visa diat ur dengan Perat uran
Pemerint ah.
Pasal 8
Pej abat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi dapat menolak at au
t idak memberi izin kepada orang asing unt uk masuk ke wilayah
Indonesia apabila orang asing t ersebut :
a. t idak memiliki Surat Perj alanan yang sah;
b. t idak memiliki Visa kecuali yang t idak diwaj ibkan memiliki Visa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a;
c. menderit a
gangguan
j iwa
at au
membahayakan kesehat an umum;
penyakit
menular
yang
d. t idak memiliki Izin Masuk Kembali at au t idak mempunyai izin unt uk
masuk ke negara lain;
e. t ernyat a t elah memberi ket erangan yang t idak benar dalam
memperoleh Surat Perj alanan dan/ at au Visa.
Pasal 9
Penanggung j awab alat angkut yang dat ang at au akan berangkat ke
luar wilayah Indonesia diwaj ibkan unt uk:
a. memberit ahukan kedat angan at au, rencana keberangkat an;
b. menyampaikan daf t ar penumpang dan daf t ar awak alat angkut yang
dit andat angani kepada Pej abat Imigrasi;
c. mengibarkan bendera isyarat bagi kapal laut yang dat ang dari luar.
wilayah Indonesia dengan membawa penumpang;
d. melarang set iap orang naik at au t urun dari alat angkut t anpa izin
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
7
-
Pej abat Imigrasi selama dilakukan pemeriksaan keimigrasian;
e. membawa kembali ke luar wilayah Indonesia set iap orang asing
yang dat ang dengan alat angkut nya yang t idak mendapat Izin Masuk
dari Pej abat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
Pasal 10
Pej abat Imigrasi yang bert ugas di Tempat Pemeriksaan Imigrasi,
berwenang naik ke alat angkut yang berlabuh di pelabuhan at au
mendarat di bandar udara unt uk kepent ingan pemeriksaan
keimigrasian.
BAB III
PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN
Bagian Pert ama
Pencegahan
Pasal 11
(1)
Wewenang dan t anggung j awab pencegahan dilakukan oleh:
a. Ment eri, sepanj ang
keimigrasian;
menyangkut
urusan
b. Ment eri Keuangan, sepanj ang menyangkut
negara;
yang
bersif at
urusan piut ang
c. Jaksa Agung, sepanj ang menyangkut pelaksanaan ket ent uan
Pasal 32 huruf g Undang-undang Nomor 5 Tahun 1991 t ent ang
Kej aksaan Republik Indonesia;
d. Panglima Angkat an Bersenj at a Republik Indonesia, sepanj ang
menyangkut pemeliharaan dan penegakan keamanan dan
pert ahanan
negara
sebagaimana
dimaksud
dalam
Undang-undang
Nomor
20
Tahun
1982
t ent ang
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
8
-
Ket ent uan-ket ent uan Pokok Pert ahanan Keamanan Negara
Republik Indonesia, sebagaimana t elah diubah dengan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1988.
(2)
Pelaksanaan at as keput usan pencegahan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan oleh Ment eri at au Pej abat Imigrasi yang
dit unj uk olehnya.
Pasal 12
(1)
Pencegahan dit et apkan dengan keput usan t ert ulis.
(2)
Keput usan sebagaimana dimaksud dalam
sekurang kurangnya:
ayat
(1)
memuat
a. ident it as orang yang t erkena pencegahan;
b. alasan pencegahan; dan
c. j angka wakt u pencegahan.
(3)
Keput usan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan
dengan surat t ercat at kepada orang at au orang-orang yang
t erkena pencegahan selambat -lambat nya 7 (t uj uh) hari t erhit ung
sej ak t anggal penet apan.
Pasal 13
(1)
Keput usan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1) huruf a dan b berlaku unt uk j angka wakt u paling lama 6
(enam) bulan, dan dapat diperpanj ang unt uk paling banyak 2
(dua) kali masing-masing t idak lebih dari 6 (enam) bulan.
(2)
Keput usan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1) huruf c berlaku unt uk j angka wakt u sesuai dengan
keput usan Jaksa Agung.
(3)
Keput usan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
9
-
ayat (1) huruf d berlaku unt uk j angka wakt u paling lama 6
(enam) bulan, dan set iap kali dapat diperpanj ang unt uk paling
lama 6 (enam) bulan dengan ket ent uan seluruh masa
perpanj angan pencegahan t ersebut t idak lebih dari 2 (dua)
t ahun.
(4)
Apabila t idak ada keput usan perpanj angan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3) pencegahan t ersebut
berakhir demi hukum.
Pasal
14
Berdasarkan keput usan pencegahan dari pej abat -pej abat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1),
Pej abat Imigrasi di Tempat
Pemeriksaan Imigrasi waj ib menolak orang-orang t ert ent u ke luar
wilayah Indonesia.
Bagian Kedua
Penangkalan
Pasal 15
(1)
Wewenang dan t anggung j awab penangkalan t erhadap orang
asing dilakukan oleh:
a. Ment eri,
sepanj ang
keimigrasian;
menyangkut
urusan
yang
bersif at
b. Jaksa Agung, sepanj ang menyangkut pelaksanaan ket ent uan
Pasal 32 huruf g Undang-undang Nomor 5 Tahun 1991 t ent ang
Kej aksaan Republik Indonesia;
c. Panglima Angkat an Bersenj at a Republik Indonesia, sepanj ang
menyangkut pemeliharaan dan penegakan keamanan dan
pert ahanan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 20 Tahun 1982 t enlang Ket ent uan-ket ent uan Pokok
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
10
-
Pert ahanan Keamanan Negara Republik Indonesia, sebagaimana
t elah diubah dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1988.
(2)
Pelaksanaan at as keput usan penangkalan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan oleh Ment eri at au Pej abat Imigrasi yang
dit unj uk olehnya.
Pasal
(1)
16
Wewenang dan t anggung j awab penangkalan t erhadap Warga
Negara Indonesia dilakukan oleh sebuah Tim yang dipimpin oleh
Ment eri dan anggot anya t erdiri dari unsur-unsur:
a. Markas Besar Angkat an Bersenj at a Republik Indonesia;
b. Kej aksaan Agung Republik Indonesia;
c. Depart emen Luar Negeri;
d. Depart emen Dalam Negeri;
e. Badan Koordinasi Bant uan Pemant apan St abilit as Nasional; dan
f . Badan Koordinasi Int elij en Negara.
(2)
Pelaksanaan at as keput usan penangkalan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan oleh Ment eri at au Pej abat Imigrasi yang
dit unj uk olehnya.
Pasal 17
Penangkalan t erhadap orang asing dilakukan karena :
a. diket ahui at au diduga t erlibat dengan kegiat an sindikat kej ahat an
int ernasional;
b. pada saat berada di negaranya sendiri at au di negara lain bersikap
bermusuhan t erhadap Pemerint ah Indonesia at au melakukan
perbuat an yang mencemarkan nama baik bangsa dan Negara
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
11
-
Indonesia;
c. diduga melakukan perbuat an yang bert ent angan dengan keamanan
dan ket ert iban umum, kesusilaan, agama dan adat kebiasaan
masyarakat Indonesia;
d. at as permint aan suat u negara,
menghindarkan diri dari ancaman
negara t ersebut karena melakukan
pidana menurut hukum yang berlaku
orang asing yang berusaha
dan pelaksanaan hukuman di
kej ahat an yang j uga diancam
di Indonesia;
e. pernah diusir at au dideport asi dari wilayah Indonesia ; dan
f . alasan-alasan lain yang berkait an dengan keimigrasian yang diat ur
lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 18
Warga Negara Indonesia hanya dapat dikenakan penangkalan dalam
hal:
a. t elah lama meninggalkan Indonesia at au t inggal menet ap at au t elah
menj adi penduduk suat u negara lain dan melakukan t indakan at au
bersikap bermusuhan t erhadap Negara at au Pemerint ah Republik
Indonesia;
b. apabila masuk wilayah Indonesia dapat mengganggu j alannya
pembangunan, menimbulkan perpecahan bangsa, at au dapat
mengganggu st abilit as nasional; at au
c. apabila masuk wilayah Indonesia dapat mengancam keselamat an
diri at au keluarganya.
Pasal 19
(1)
Penangkalan dit et apkan dengan keput usan t ert ulis.
(2)
Keput usan sebagaimana dimaksud dalam
sekurang kurangnya:
ayat
(1)
memuat
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
12
-
a. ident it as orang yang t erkena penangkalan;
b. alasan penangkalan; dan
c. j angka wakt u penangkalan.
(3)
Keput usan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikirimkan
kepada perwakilan-perwakilan Republik Indonesia.
Pasal 20
(1)
Keput usan penangkalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) huruf a dan c, berlaku unt uk j angka wakt u paling lama 1
(sat u) t ahun dan set iap kali dapat diperpanj ang unt uk j angka
wakt u, yang sama at au kurang dari wakt u t ersebut .
(2)
Keput usan penangkalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) huruf b, berlaku unt uk j angka wakt u sesuai dengan
keput usan Jaksa Agung.
(3) Apabila t idak ada keput usan perpanj angan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), penangkalan t ersebut berakhir demi
hukum.
Pasal 21
(1)
Keput usan penangkalan t erhadap Warga Negara Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 berlaku unt uk j angka
wakt u paling lama 6 (enam) bulan dan set iap kali dapat
diperpanj ang unt uk paling lama 6 (enam) bulan dengan
ket ent uan seluruh masa perpanj angan penangkalan t ersebut
t idak lebih dari 2 (dua) t ahun.
(2)
Apabila t idak ada keput usan perpanj angan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), penangkalan t ersebut berakhir demi
hukum.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
13
-
Pasal 22
Berdasarkan
keput usan
penangkalan
dari
pej abat -pej abat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan Pasal 16 ayat (1)
Pej abat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi waj ib menolak
orang-orang t ert ent u masuk wilayah Indonesia.
Pasal 23
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai t at a cara pelaksanaan penangkalan
diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.
BAB IV
KEBERADAAN ORANG ASING
DI WILAYAH INDONESIA
Pasal 24
(1)
Set iap orang asing yang berada di wilayah Indonesia waj ib
memiliki izin keimigrasian.
(2)
izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), t erdiri at as:
a. Izin Singgah;
b. Izin Kunj ungan;
c. Izin Tinggal Terbat as;
d. Izin Tinggal Tet ap.
Pasal 25
(1)
Izin Singgah diberikan kepada orang asing yang memerlukan
singgah di wilayah Indonesia unt uk meneruskan perj alanan ke
negara lain.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
14
-
(2)
Izin Kunj ungan diberikan kepada orang asing berkunj ung ke
wilayah Indonesia unt uk wakt u yang singkat dalam rangka t ugas
pemerint ahan, pariwisat a, kegiat an sosial budaya at au usaha.
(3)
Izin Tinggal Terbat as diberikan kepada orang asing unt uk t inggal
di wilayah Indonesia dalam j angka wakt u yang t erbat as.
(4)
Izin Tinggal Tet ap diberikan kepada orang asing unt uk t inggal
menet ap di wilayah Indonesia.
Pasal 26
(1)
Ket ent uan Pasal 8 berlaku pula t erhadap permohonan izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25.
(2)
Izin Tinggal Tet ap t idak diberikan kepada orang asing yang
memperoleh izin unt uk masuk ke wilayah Indonesia yang t idak
memiliki paspor kebangsaan negara t ert ent u.
Pasal 27
Pemegang Izin Tinggal Terbat as at au Izin Tinggal Tet ap yang akan
melakukan perj alanan ke luar wilayah Indonesia dan bermaksud unt uk
kembali, dapat diberikan Izin Masuk Kembali.
Pasal 28
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai syarat dan t at a cara permohonan,
pemberian at au penolakan izin keimigrasian sert a hal-hal lain yang
berkenaan dengan keberadaan orang asing di wilayah Indonesia diat ur
dengan Perat uran Pemerint ah.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
15
-
BAB V
SURAT PERJALANAN REPUBLIK INDONESIA
Pasal 29
(1)
Surat Perj alanan Republik Indonesia t erdiri at as:
a. Paspor Biasa;
b. Paspor Diplomat ik;
c. Paspor Dinas;
d. Paspor Haj i;
e. Paspor unt uk Orang Asing;
f . Surat Perj alanan
Indonesia;
Laksana
Paspor
unt uk
Warga
Negara
g. Surat Perj alanan Laksana Paspor unt uk Orang Asing;
h. Surat Perj alanan Laksana Paspor Dinas.
(2)
Surat Perj alanan Republik Indonesia adalah dokumen negara.
Pasal 30
(1)
Paspor Biasa diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang akan
melakukan perj alanan ke luar wilayah Indonesia.
(2)
Paspor biasa diberikan j uga kepada Warga Negara Indonesia yang
bert empat t inggal di luar negeri.
(3)
Dalam keadaan khusus apabila Paspor Biasa t idak dapat
diberikan, sebagai penggant inya dikeluarkan Surat Perj alanan
Laksana Paspor unt uk Warga Negara Indonesia.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
16
-
Pasal 31
Paspor Diplomat ik diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang akan
melakukan perj alanan ke luar wilayah Indonesia dalam rangka
penempat an at au perj alanan unt uk t ugas yang bersif at diplomat ik.
Pasal 32
(1)
Paspor Dinas diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang akan
melakukan perj alanan ke luar wilayah Indonesia dalam rangka
penempat an at au perj alanan dinas yang bukan bersif at
diplomat ik.
(2)
Dalam keadaan khusus apabila Paspor Dinas t idak dapat
diberikan, sebagai penggant inya dikeluarkan Surat Perj alanan
Laksana Paspor Dinas.
Pasal 33
Paspor Haj i diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang akan
melakukan perj alanan ke luar wilayah Indonesia dalam
rangka
menunaikan ibadah haj i.
Pasal 34
(1)
Paspor unt uk Orang Asing dapat diberikan kepada orang asing,
yang pada saat berlakunya Undang-undang ini t elah memiliki Izin
Tinggal Tet ap, akan melakukan perj alanan ke luar. wilayah
Indonesia dan t idak mempunyai Surat Perj alanan sert a dalam
wakt u yang dianggap layak t idak dapat memperoleh dari
negaranya at au negara lain.
(2)
Paspor unt uk Orang Asing t idak berlaku lagi pada saat
pemegangnya memperoleh Surat Perj alanan dari negara lain.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
17
-
Pasal 35
(1)
Surat Perj alanan Laksana Paspor unt uk Orang Asing dapat
diberikan kepada orang asing yang t idak mempunyai Surat
Perj alanan yang sah dan:
a. at as kehendak sendiri ke luar dari wilayah Indonesia,
sepanj ang orang asing yang bersangkut an t idak t erkena
pencegahan;
b. dikenakan t indakan pengusiran at au deport asi; at au
c. dalam keadaan t ert ent u yang t idak bert ent angan dengan
kepent ingan nasional, diberi izin unt uk masuk ke wilayah
Indonesia.
(2)
Surat Perj alanan Laksana Paspor sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) hanya diberikan unt uk sat u kali perj alanan.
Pasal 36
Anak-anak yang berumur di bawah 16 (enam belas) t ahun dapat
diikut sert akan dalam Surat Perj alanan orang t uanya.
Pasal 37
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai syarat dan t at a cara permohonan,
pemberian at au pencabut an sert a hal-hal lain yang berkenaan dengan
Surat Perj alanan Republik Indonesia diat ur dengan Perat uran
Pemerint ah.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
18
-
BAB VI
PENGAWASAN ORANG ASING
DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN
Pasal 38
(1)
Pengawasan t erhadap orang asing di Indonesia meliput i:
a. masuk dan keluarnya orang asing ke dan dari
Indonesia;
wilayah
b. keberadaan sert a kegiat an orang asing di wilayah Indonesia.
(2)
unt uk kelancaran dan ket ert iban pengawasan, Pemerint ah
menyelenggarakan pendaf t aran orang asing yang berada di
wilayah Indonesia.
Pasal 39
Set iap orang asing yang berada di wilayah Indonesia waj ib:
a. memberikan segala ket erangan yang diperlukan mengenai ident it as
diri dan at au keluarganya, perubahan st at us sipil dan
kewarganegaraannya sert a perubahan alamat nya;
b. memperlihat kan Surat Perj alanan at au dokumen keimigrasian yang
dimilikinya pada wakt u diperlukan dalam rangka pengawasan;
c. mendaf t arkan diri j ika berada di Indonesia lebih dari 90 (sembilan
puluh) hari.
Pasal 40
Pengawasan orang asing dilaksanakan dalam bent uk dan cara:
a. pengumpulan dan pengolahan dat a orang asing yang masuk at au ke
luar wilayah Indonesia;
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
19
-
b. pendaf t aran orang asing yang berada di wilayah Indonesia;
c. pemant auan, pengumpulan, dan pengolahan bahan ket erangan dan
inf ormasi mengenai kegiat an orang asing;
d. penyusunan daf t ar nama-nama orang asing yang t idak dikehendaki
masuk at au ke luar wilayah Indonesia; dan
e. kegiat an lainnya.
Pasal 41
Pelaksanaan pengawasan t erhadap orang asing yang berada di wilayah
Indonesia dilakukan Ment eri dengan koordinasi bersama Badan at au
Inst ansi Pemerint ah yang t erkait .
Pasal 42
(1)
Tindakan keimigrasian dilakukan t erhadap orang asing yang
berada di wilayah Indonesia yang melakukan kegiat an yang
berbahaya at au pat ut diduga akan berbahaya bagi keamanan dan
ket ert iban umum, at au t idak menghormat i at au menaat i
perat uran perundang undangan yang berlaku.
(2)
Tindakan keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat berupa:
a. pembat asan, perubahan at au pembat alan izin keberadaan;
b. larangan unt uk berada di suat u at au,
t ert ent u di wilayah Indonesia;
beberapa t empat
c. keharusan unt uk bert empat t inggal di suat u t empat t ert ent u di
wilayah Indonesia;
d. pengusiran at au deport asi dari wilayah
penolakan masuk ke wilayah Indonesia.
Indonesia
at au
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
20
-
Pasal 43
(1)
Keput usan mengenai t indakan keimigrasian harus disert ai dengan
alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1).
(2)
Set iap orang asing yang dikenakan t indakan keimigrasian dapat
mengaj ukan keberat an kepada Ment eri.
Pasal 44
(1)
Set iap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dapat
dit empat kan di Karant ina Imigrasi:
a. apabila berada di wilayah Indonesia t anpa memiliki izin
keimigrasian yang sah; at au
b. dalam rangka menunggu proses pengusiran at au deport asi ke
luar wilayah Indonesia.
(2)
Karena alasan t ert ent u orang asing sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat dit empat kan di t empat lain.
Pasal 45
(1)
Set iap orang asing yang berada di wilayah Indonesia melampaui
wakt u t idak lebih dari 60 (enam puluh) hari dari izin keimigrasian
yang diberikan, dikenakan biaya beban.
(2)
Penanggung j awab alat
angkut
yang t idak memenuhi
kewaj ibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dikenakan
biaya beban.
(3)
Penet apan biaya beban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan (2) diat ur oleh Ment eri dengan perset uj uan Ment eri
Keuangan.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
21
-
Pasal 46
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pengawasan orang asing dan t indakan
keimigrasian diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.
BAB VII
PENYIDIKAN
Pasal 47
(1) Selain Penyidik Pej abat Polisi Negara Republik Indonesia, j uga
Pej abat Pegawai Negeri Sipil t ert ent u di lingkungan Depart emen
yang lingkup t ugas dan t anggung j awabnya meliput i pembinaan
keimigrasian, diberi wewenang khusus sebagai penyidik
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun
1981 t ent ang Hukum Acara Pidana, unt uk melakukan penyidikan
t indak pidana keimigrasian.
(2)
Penyidik Pej abat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) berwenang:
a. menerima laporan t ent ang adanya t indak pidana keimigrasian;
b. memanggil, memeriksa, menggeledah, menangkap, menahan
seorang yang disangka melakukan t indak pidana keimigrasian;
c. memeriksa dan/ at au menyit a surat -surat , dokumen-dokumen,
Surat Perj alanan, at au benda-benda yang ada hubungannya
dengan t indak pidana keimigrasian;
d. memanggil orang unt uk didengar ket erangannya sebagai saksi;
e. melakukan pemeriksaan di t empat -t empat t ert ent u yang
diduga t erdapat
surat -surat , dokumen-dokumen, Surat
Perj alanan, at au benda-benda lain yang ada hubungannya
dengan t indak pidana keimigrasian;
f . mengambil sidik j ari dan memot ret t ersangka.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
(3)
22
-
Kewenangan Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dilaksanakan menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
t ent ang Hukum Acara Pidana.
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 48
Set iap orang yang masuk at au ke luar wilayah Indonesia t anpa melalui
pemeriksaan oleh Pej abat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi
dipidana dengan pidana penj ara paling lama 3 (t iga) t ahun at au denda
paling banyak Rp. 15. 000. 000, - (lima belas j ut a rupiah).
Pasal 49
Dipidana dengan pidana penj ara paling lama 6 (enam) t ahun dan
denda paling banyak Rp. 30. 000. 000, - (t iga puluh j ut a rupiah):
a. orang asing yang dengan sengaj a membuat palsu at au memalsukan
Visa at au izin keimigrasian; at au
b. orang asing yang dengan sengaj a menggunakan Visa at au izin
keimigrasian palsu at au yang dipalsukan unt uk masuk at au berada di
wilayah Indonesia.
Pasal 50
Orang asing yang dengan sengaj a menyalahgunakan at au melakukan
kegiat an yang t idak sesuai dengan maksud pemberian izin keimigrasian
yang diberikan kepadanya, dipidana dengan pidana penj ara paling
lama 5 (lima) t ahun at au denda paling banyak Rp. 25. 000. 000, - (dua
puluh lima j ut a rupiah).
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
23
-
Pasal 51
Orang asing yang t idak melakukan kewaj ibannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 at au t idak membayar biaya beban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (sat u) t ahun dan/ at au denda paling banyak Rp.
5. 000. 000, - (lima j ut a rupiah).
Pasal 52
Orang asing yang izin keimigrasiannya habis berlaku dan masih berada
dalam wilayah Indonesia melampaui 60 (enam puluh) hari dari bat as
wakt u izin yang diberikan, dipidana dengan pidana penj ara paling
lama 5 (lima) t ahun at au denda paling banyak Rp 25. 000. 000, - (dua
puluh lima j ut a rupiah).
Pasal 53
Orang asing yang berada di wilayah Indonesia secara t idak sah at au
yang pernah diusir at au dideport asi dan berada kembali di wilayah
Indonesia secara t idak sah, dipidana dengan pidana penj ara paling
lama 6 (enam) t ahun dan/ at au denda paling banyak Rp 30. 000. 000, (t iga puluh j ut a rupiah).
Pasal 54
Set iap orang yang dengan sengaj a menyembunyikan, melindungi,
memberi pemondokan, memberi penghidupan at au pekerj aan kepada
orang asing yang diket ahui at au pat ut diduga:
a. pernah diusir at au dideport asi dan berada kembali di wilayah
Indonesia secara t idak sah, dipidana dengan pidana penj ara paling
lama 6 (enam) t ahun dan/ at au denda paling banyak Rp 30. 000. 000, (t iga puluh j ut a rupiah);
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
24
-
b. berada di wilayah Indonesia secara t idak sah, dipidana dengan
pidana penj ara paling lama 5 (lima) t ahun dan/ at au denda paling
banyak Rp 25. , 000. 000, - (dua puluh lima j ut a rupiah);
c. izin keimigrasiannya habis berlaku, dipidana dengan pidana penj ara
paling lama 1 (sat u) t ahun at au denda paling banyak Rp 5. 000. 000, (lima j ut a rupiah).
Pasal 55
Set iap orang yang dengan sengaj a:
a. menggunakan Surat Perj alanan Republik Indonesia sedangkan ia
menget ahui at au sepat ut nya menduga bahwa Surat Perj alanan it u
palsu at au dipalsukan, dipidana dengan pidana penj ara paling lama
5 (lima) t ahun at au
denda paling banyak Rp 25. 000. 000, - (dua
puluh lima j ut a rupiah);
b. menggunakan Surat Perj alanan orang lain at au Surat Perj alanan
Republik Indonesia yang sudah dicabut at au dinyat akan bat al, at au
menyerahkan kepada orang lain Surat Perj alanan Republik Indonesia
yang diberikan kepadanya, dengan maksud digunakan secara t idak
berhak, dipidana dengan pidana penj ara paling lama 5 (lima) t ahun
at au denda paling banyak Rp 25. 000. 000, - (dua puluh lima j ut a
rupiah);
c. memberikan dat a yang t idak sah at au ket erangan yang t idak benar
unt uk memperoleh Surat Perj alanan Republik Indonesia bagi dirinya
sendiri at au orang lain, dipidana dengan pidana penj ara paling lama
2 (dua) t ahun at au denda paling banyak Rp 10. 000. 000, - (sepuluh
j ut a rupiah); at au
d. memiliki at au menggunakan secara melawan hukum 2 (dua) at au
lebih Surat Perj alanan Republik Indonesia yang semuanya berlaku,
dipidana dengan pidana penj ara paling lama 2 (dua) t ahun at au
denda paling banyak Rp 10. 000. 000, - (sepuluh j ut a rupiah).
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
25
-
Pasal 56
Dipidana dengan pidana penj ara paling lama 6 (enam) t ahun dan/ at au
denda paling banyak Rp 30. 000. 000, - (t iga puluh j ut a rupiah):
a. set iap orang yang dengan sengaj a dan melawan hukum mencet ak,
mempunyai, menyimpan blanko Surat Perj alanan Republik Indonesia
at au blanko dokumen keimigrasian; at au
b. set iap orang yang dengan sengaj a dan melawan hukum membuat ,
mempunyai at au menyimpan cap yang dipergunakan unt uk
mensahkan Surat Perj alanan Republik Indonesia at au dokumen
keimigrasian,
Pasal 57
Set iap orang yang dengan sengaj a dan melawan hukum unt uk
kepent ingan diri sendiri at au orang lain merusak, menghilangkan at au
mengubah baik sebagian maupun seluruhnya ket erangan at au cap yang
t erdapat dalam Surat Perj alanan Republik Indonesia, dipidana dengan
pidana penj ara paling lama 5 (l ima) t ahun dan/ at au denda paling
banyak Rp 25. 000. 000, - (dua puluh lima j ut a rupiah).
Pasal 58
Set iap orang yang dengan sengaj a dan melawan hukum unt uk
kepent ingan diri sendiri at au orang lain mempunyai, menyimpan,
mengubah at au menggunakan dat a keimigrasian baik secara manual
maupun elekt ronik, dipidana dengan pidana penj ara paling lama 3
(t iga) t ahun.
Pasal 59
Pej abat yang dengan sengaj a dan melawan hukum memberikan at au
memperpanj ang berlakunya Surat Perj alanan Republik Indonesia at au
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
26
-
dokumen keimigrasian kepada seseorang yang diket ahuinya t idak
berhak, dipidana dengan pidana penj ara paling lama 7 (t uj uh) t ahun.
Pasal 60
Set iap orang yang memberi kesempat an menginap kepada orang asing
dan t idak melaporkan kepada Pej abat Kepolisian Negara Republik
Indonesia at au Pej abat Pemerint ah Daerah set empat yang berwenang
dalam wakt u 24 (dua puluh empat ) j am sej ak kedat angan orang asing
t ersebut , dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (sat u) t ahun
at au denda paling banyak Rp 5. 000. 000, - (lima j ut a rupiah).
Pasal 61
Orang asing yang sudah mempunyai izin t inggal yang t idak melapor
kepada kant or Kepolisian Negara Republik Indonesia di t empat t inggal
at au t empat kediamannya dalam wakt u 30 (t iga puluh) hari t erhit ung
sej ak diperolehnya izin t inggal, dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 (sat u) t ahun at au denda paling banyak Rp 5. 000. 000, (lima j ut a rupiah).
Pasal 62
Tindak pidana sebagaimana t ersebut dalam Pasal 48, 49, 50, 52, 53,
54, 55, 56, 57, 58, dan Pasal 59 Undang-undang ini adalah kej ahat an.
Tindak pidana sebagaimana t ersebut dalam Pasal 51, 60, dan Pasal 61
Undang-undang ini adalah pelanggaran.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
27
-
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 63
Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini:
a. Izin menet ap yang t elah diberikan berdasarkan Undang-undang
Nomor 9 Drt . Tahun 1955 t ent ang Kependudukan Orang Asing
(Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 463); dinyat akan t et ap berlaku unt uk paling lama 3
(t iga) t ahun.
b. Perizinan keimigrasian lainnya yang t elah diberikan dan masih
berlaku, dinyat akan t et ap berlaku sampai j angka wakt unya habis.
c. Surat Perj alanan Republik Indonesia yang t elah dikeluarkan,
dinyat akan t et ap berlaku sampai j angka wakt unya habis.
Pasal 64
Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, Perat uran Pemerint ah
dan perat uran pelaksanaan lainnya di bidang keimigrasian dinyat akan
t et ap berlaku sepanj ang t idak bert ent angan dan belum digant i dengan
yang baru berdasarkan Undang-undang ini.
BAB X
KETENTUAN LAIN
Pasal 65
Ket ent uan keimigrasian bagi lalu lint as orang di daerah perbat asan
dapat diat ur t ersendiri dengan perj anj ian Lint as Bat as ant ara
Pemerint ah Negara Republik Indonesia dan pemerint ah negara
t et angga yang memiliki perbat asan yang sama, dengan memperhat ikan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
28
-
ket ent uan Undang-undang ini.
Pasal 66
Ket ent uan yang berlaku bagi orang asing yang dat ang dan berada di
wilayah Indonesia dalam rangka t ugas diplomat ik dan dinas diat ur
lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 67
Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini:
a. Toelat ingst esluit (St aat sblad 1916 Nomor 47) sebagaimana t elah
diubah dan dit ambah t erakhir dengan St aat sblad 1949 Nomor 330
sert a Toelat ingsordonnant ie (St aat sblad 1949 Nomor 331);
b. Undang-undang Nomor 42 Drt . Tahun 1950 t ent ang Bea Imigrasi
(Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 84, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 77);
c. Undang-undang Nomor 9 Drt . Tahun 1953 t ent ang Pengawasan
Orang Asing (Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 463);
d. Undang-undang Nomor 8 Drt . Tahun 1955 t ent ang Tindak Pidana
Imigrasi (Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 28, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 807);
e. Undang-undang Nomor 9 Drt . Tahun 1955 t ent ang Kependudukan
Orang Asing (Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 812); dan
f . Undang-undang Nomor 14 Drt . Tahun 1959 t ent ang Surat Perj alanan
Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 1799);
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
29
-
dinyat akan t idak berlaku lagi.
Pasal 68
Undang-undang ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Undang-undang ini dengan Penempat annya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Disahkan di Jakart a
pada t anggal 31 Maret 1992
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 31 Maret 1992
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
30
-
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 1992
TENTANG
KEIMIGRASIAN
UMUM
Perat uran perundang-undangan keimigrasian yang sekarang berlaku
t ersebar dalam berbagai perat uran perundang-undangan. Sebagian
masih merupakan perat uran perundang-undangan yang dibent uk oleh
pemerint ah Hindia Belanda, dan sebagian dibent uk sesudah Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agust us 1945.
Perat uran perundang-undangan yang berasal dari masa Hindia
Belanda-Toelat ingsbesluit
1916 (St aat sblad 1916 Nomor 47),
Toelat ingsbesluit
1949 (St aat sblad
1949 Nomor
330),
dan
Toelat ingsordonnant ie 1949 (St aat sblad 1949 Nomor 331) - begit u pula
perat uran perundang-undangan yang dibent uk set elah Indonesia
merdeka, sepert i Undang-undang Nomor 42 Drt . Tahun 1950 t ent ang
Bea Imigrasi, Undang-undang Nomor 9 Drt . Tahun 1953 t ent ang
Pengawasan Orang Asing, Undang-undang Nomor 8 Drt . Tahun 1955
t ent ang
Tindak
Pidana
Imigrasi
dan
berbagai
perat uran
perundang-undangan lainnya, dipandang t idak sesuai lagi dengan
t unt ut an dan perkembangan sert a kebut uhan hukum masyarakat
dewasa ini. Baik karena perkembangan nasional maupun int ernasional
t elah berkembang hukum-hukum baru yang mengat ur mengenai
wilayah negara dan berbagai hak-hak berdaulat yang diakui oleh
hukum dan pergaulan int ernasional yang mempengaruhi ruang lingkup
t ugas-t ugas dan wewenang keimigrasian.
Dalam upaya mewuj udkan Wawasan Nusant ara, pada t ahun 1960
dit et apkan Undang-undang Nomor 4 Prp. Tahun 1960 t ent ang Perairan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
31
-
Indonesia yang menyebabkan t ugas dan wewenang keimigrasian secara
t erit orial menj adi lebih luas. Selanj ut nya j angkauan t erit orial ini
makin luas set elah dikeluarkannya Undang-undang Nomor I Tahun 1973
t ent ang Landas Kont inen Indonesia, Undang-undang Nomor 7 Tahun
1976 t ent ang Pengesahan Penyat uan Timor Timur ke Dalam Negara
Kesat uan Republik Indonesia dan Pembent ukan Propinsi Daerah
Tingkat I Timor Timur, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1983 t ent ang
Zona Ekonomi Eksklusif , sert a Undang-undang Nomor 17 Tahun 1985
t ent ang Pengesahan Konvensi Perserikat an Bangsa-Bangsa t ent ang
Hukum Laut .
Selain kehadiran berbagai perat uran perundang-undangan baru
t ersebut di at as, t erdapat pula berbagai f akt or lain yang
mempengaruhi perkembangan t ugas dan wewenang keimigrasian
sepert i pembangunan nasional, kemaj uan ilmu dan t eknologi sert a
berkembangnya kerj asama regional maupun int ernasional yang
mendorong meningkat nya arus orang unt uk masuk dan ke luar wilayah
Indonesia.
Unt uk menj amin kemanf aat an dan melindungi berbagai kepent ingan
nasional maka perlu dit et apkan prinsip, t at a pengawasan, t at a
pelayanan at as masuk dan ke luar orang ke dan dari wilayah Indonesia
sesuai dengan nilai-nilai dan t uj uan nasional Negara Kesat uan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Terhadap orang asing, pelayanan dan pengawasan di bidang
keimigrasian dilaksanakan berdasarkan prinsip yang bersif at selekt if
(select ive policy). Berdasarkan prinsip ini, hanya orang-orang asing
yang dapat memberikan manf aat bagi kesej aht eraan rakyat , bangsa
dan Negara Republik Indonesia sert a t idak membahayakan keamanan
dan ket ert iban sert a t idak bermusuhan baik t erhadap rakyat , maupun
Negara Kesat uan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 yang diizinkan masuk at au ke luar wilayah
Indonesia.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
32
-
Orang asing karena alasan-alasan t ert ent u sepert i sikap permusuhan
t erhadap rakyat dan negara Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 - unt uk sement ara wakt u
dapat dit angkal masuk ke wilayah Indonesia.
Selanj ut nya berdasarkan "select ive policy", akan diat ur secara selekt if
izin t inggal bagi orang asing sesuai dengan maksud dan t uj uannya
berada di Indonesia.
Terhadap Warga Negara Indonesia berlaku prinsip bahwa set iap Warga
Negara Indonesia berhak ke luar at au masuk ke wilayah Indonesia.
Namun demikian hak-hak ini bukan sesuat u yang t idak dapat dibat asi.
Karena alasan-alasan t ert ent u dan unt uk j angka wakt u t ert ent u Warga
Negara Indonesia dapat dicegah ke luar dari wilayah Indonesia dan
dapat dit angkal masuk ke wilayah Indonesia. Tet api karena
penangkalan pada dasarnya dit uj ukan pada orang asing, maka
penangkalan t erhadap Warga Negara Indonesia hanya dikenakan dalam
keadaan yang sangat khusus. Penangkalan t erhadap Warga Negara
Indonesia hanya dikenakan t erhadap mereka yang t elah lama
meninggalkan Indonesia, at au t inggal menet ap at au t elah menj adi
penduduk negara lain dan melakukan t indakan at au sikap permusuhan
t erhadap Negara at au Pemerint ah Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Lebih lanj ut ,
penangkalan t erhadap Warga Negara Indonesia dapat pula dikenakan
berdasarkan pert imbangan bahwa dengan masuknya mereka ke
wilayah
Indonesia
diperkirakan
akan
mengganggu
j alannya
pembangunan
nasional,
menimbulkan
perpecahan
bangsa,
mengganggu st abilit as nasional, dan dapat pula menimbulkan ancaman
t erhadap diri at au keluarganya. Mengingat pencegahan dan
penangkalan bersangkut paut dengan hak seseorang unt uk berpergian,
maka keput usan pencegahan dan penangkalan harus mencerminkan
dan mengingat prinsip-prinsip negara yang berdasarkan at as hukum
dalam Negara Kesat uan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
33
-
Aspek pelayanan keimigrasian mengandung makna melancarkan dan
memudahkan orang masuk dan ke luar ke dan dari Wilayah Indonesia.
Dalam aspek pelayanan t ermasuk pengat uran pembebasan Visa bagi
orang asing dari negara-negara t ert ent u. Berbagai bent uk pelayanan
ini t idak t erlepas dari kepent ingan nasional, karena it u set iap
kemudahan keimigrasian yang diberikan kepada warga negara asing
dari sat u at au beberapa negara t ert ent u dilakukan dengan sedapat
mungkin mengupayakan penerapan prinsip resiprosit as yang
memungkinkan
Warga
Negara
Indonesia
menikmat i
kemudahan-kemudahan yang sama dari negara-negara yang mendapat
kemudahan keimigrasian di Indonesia.
Dalam rangka mewuj udkan prinsip "select ive policy" diperlukan
pengawasan t erhadap orang asing. Pengawasan ini t idak hanya pada
saat mereka masuk, t et api selama mereka berada di wilayah Indonesia
t ermasuk kegiat an-kegiat annya. Pengawasan keimigrasian mencakup
penegakan hukum keimigrasian baik yang bersif at administ rat if
maupun t indak pidana keimigrasian.
Karena it u, perlu pula diat ur mengenai Penyidik Pej abat Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan keimigrasian yang akan menj alankan t ugas
dan wewenang menurut ket ent uan yang diat ur dalam Undang-undang
ini dan sesuai dengan ket ent uan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
t ent ang Hukum Acara Pidana.
Aspek pelayanan dan pengawasan ini t idak pula t erlepas dari sif at
wilayah Indonesia yang berpulau-pulau, mempunyai j arak yang dekat
bahkan berbat asan dengan beberapa negara t et angga. Pada
t empat -t empat t ersebut t erdapat lalu lint as t radisional masuk dan ke
luar baik Warga Negara Indonesia maupun warga negara t et angga.
Dalam rangka meningkat kan pelayanan dan memudahkan pengawasan,
dapat diat ur perj anj ian lint as bat as dan diusahakan perluasan
Tempat -t empat Pemeriksaan Imigrasi. Dengan demikian dapat
dihindari orang masuk at au ke luar wilayah Indonesia di luar Tempat
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
34
-
Pemeriksaan Imigrasi.
Kepent ingan nasional adalah kepent ingan seluruh rakyat Indonesia.
Karena it u, pengawasan t erhadap orang asing memerlukan j uga
part isipasi masyarakat unt uk melaporkan orang asing yang diket ahui
at au diduga berada di wilayah Indonesia secara t idak sah at au
menyalahgunakan izin keimigrasiannya.
Unt uk meningkat kan part isipasi t ersebut , perlu dilakukan usaha-usaha
meningkat kan kesadaran hukum masyarakat .
Perkembangan-perkembangan baru, dan berbagai mat eri muat an yang
berkait an dengan prinsip-prinsip keimigrasian sepert i select ive policy,
t at a pelayanan, pengawasan, pencegahan, penangkalan, penyidikan,
pemant auan dan lain-lain belum seluruhnya t ert ampung dalam
perat uran perundang-undangan yang t elah ada. Karena it u, unt uk
memadukan dan menyat ukan berbagai perat uran perundang-undangan
yang ada dan menampung berbagai perkembangan baru, maka
disusunlah Undang-undang Keimigrasian yang baru ini.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup j elas
Pasal 2
Cukup j elas
Pasal 3
Cukup j elas
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
35
-
Pasal 4
Cukup j elas
Pasal 5
Cukup j elas
Pasal 6
Cukup j elas
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud pembebasan Visa dalam ayat ini, misalnya
unt uk kepent ingan pariwisat a.
Huruf b
Cukup j elas
Huruf c
Yang dimaksud dengan kapt en, nakhoda dan awak dalam huruf
c ayat ini adalah orang asing yang menj adi kapt en, nakhoda,
at au awak yang sedang bert ugas pada pesawat udara, kapal
laut at au alat angkut lainnya yang mendarat at au berlabuh di
bandar udara at au pelabuhan yang dit et apkan sebagai t empat
at au pint u masuk ke wilayah Indonesia.
Mengingat
bagian-bagian
t ert ent u
wilayah
Indonesia
berbat asan langsung dengan beberapa negara t et angga, t idak
t ert ut up kemungkinan berkembangnya hubungan darat ant ara
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
36
-
Indonesia
dengan
negara-negara
t et angga
menggunakan alat angkut sepert i bus at au keret a api.
dengan
Apabila hal ini t erj adi maka kepada pengemudi bus, masinis
keret a api, at au pengemudi kendaraan umum lainnya
t ermasuk awaknya, dapat diberlakukan ket ent uan yang
berlaku bagi kapt en at au nakhoda yang sedang bert ugas
sepanj ang t idak dit ent ukan secara khusus dalam perj anj ian
lint as bat as ant ara Indonesia dan negara t et angga yang
bersangkut an.
Huruf d
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 8
Orang asing pada wakt u melint asi bat as wilayah Indonesia
sebenarnya secara nyat a t elah memasuki wilayah Indonesia t et api
masuknya orang asing it u baru sah set elah melalui pemeriksaan oleh
Pej abat Imigrasi yang bert ugas di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
Keabsahan orang asing masuk wilayah Indonesia t ersebut pent ing
karena akan menj adi dasar bagi pemberian izin keimigrasian
lainnya.
Huruf a
Yang dimaksud dengan Surat Perj alanan yang sah dalam huruf a
ini adalah Surat Perj alanan yang masih berlaku.
Huruf b
Cukup j elas
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
37
-
Huruf c
Cukup j elas
Huruf d
Cukup j elas
Huruf e
Cukup j elas
Pasal 9
Yang dimaksud dengan penanggung j awab alat angkut dalam Pasal
ini adalah pengusaha alat angkut yang bersangkut an at au
perwakilannya. Kapt en at au nakhoda dianggap pula sebagai
penanggung j awab alat angkut .
Huruf a
Cukup j elas
Huruf b
Cukup j elas
Huruf c
Yang dimaksud bendera isyarat dalam huruf c Pasal ini adalah
Bendera "N" dari kapal laut sebagai pemberit ahuan bahwa kapal
t ersebut dat ang dari luar negeri dengan membawa penumpang
dan t anda permint aan unt uk dilakukan pemeriksaan keimigrasian
di at as kapal t ersebut .
Huruf d
Cukup j elas
Huruf e
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
38
-
Cukup j elas
Pasal 10
Cukup j elas
Pasal 11
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan urusan yang bersif at keimigrasian
dalam huruf a ayat ini adalah pencegahan yang dilakukan
karena alasan-alasan sepert i :
1) Warga Negara Indonesia yang pernah diusir at au dideport asi
ke Indonesia oleh suat u negara lain;
2) Warga Negara Indonesia yang pada saat berada di luar
negeri melakukan perbuat an yang mencemarkan nama baik
bangsa dan Negara Indonesia;
3) Warga negara asing yang belum at au t idak memenuhi
kewaj iban-kewaj iban t erhadap Negara at au Pemerint ah
Republik Indonesia, misalnya belum melunasi paj ak sebagai
orang asing.
Huruf b
Yang dimaksud dengan piut ang negara dalam huruf b ayat ini
adalah t agihan t erhadap seseorang at au badan hukum yang
t imbul
dari
perj anj ian keperdat aan dengan inst ansi
Pemerint ah, Badan-badan Usaha Negara, at au badan-badan
lainnya baik di pusat maupun di daerah yang secara langsung
at au t idak langsung dikuasai Negara berdasarkan perat uran
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
39
-
perundang-undangan yang berlaku.
Huruf c
Cukup j elas
Huruf d
Pelaksanaan pencegahan dalam huruf d ayat ini, dilakukan
semat a-mat a unt uk mencapai t uj uan dan dalam bat as-bat as
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun
1982 t ent ang Ket ent uan-ket ent uan
Pokok
Pert ahanan
Keamanan Negara Republik Indonesia sebagaimana t elah
diubah dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1988, t erut ama
Pasal 3 dan Pasal 12.
Berdasarkan Undang-undang ini pert ahanan dan keamanan
negara bert uj uan unt uk menj amin t et ap t egaknya Negara
Kesat uan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 t erhadap segala ancaman baik dari
luar maupun dari dalam negeri sert a t ercapainya t uj uan
nasional. Pelaksanaan komando pert ahanan keamanan negara
ada pada Panglima Angkat an Bersenj at a Republik Indonesia.
Dalam rangka melaksanakan t ugas di bidang pert ahanan
keamanan, Panglima Angkat an Bersenj at a Republik Indonesia
dapat mencegah seseorang unt uk ke luar dari wilayah
Indonesia. Pencegahan t ersebut dilakukan apabila orang at au
orang-orang t ert ent u menunj ukkan secara nyat a sikap at au
t indakan yang akan mengganggu at au mengancam keut uhan
Negara Kesat uan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal-hal yang
semat a-mat a berdasarkan dugaan t anpa bukt i-bukt i awal yang
cukup bahwa orang-orang t ert ent u mengganggu at au
mengancam keut uhan Negara Kesat uan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
t idak dapat dij adikan alasan unt uk melakukan pencegahan.
Begit u
pula
perbedaan
pandangan,
persepsi
at au
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
40
-
kebij aksanaan penyelenggaraan pemerint ahan negara, t anpa
dimaksudkan unt uk mengancam keut uhan Negara Kesat uan
Republik
Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 t idak dapat dij adikan alasan
pencegahan.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan surat t ercat at dalam ayat ini t ermasuk
j uga bukt i penerimaan oleh yang bersangkut an at au orang lain
pada alamat orang at au orang-orang yang t erkena pencegahan.
Pasal 13
Ayat (1)
Set iap keput usan perpanj angan pencegahan harus memenuhi
ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2).
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
41
-
Ayat (4)
Cukup j elas
Pasal 14
Cukup j elas
Pasal 15
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan urusan yang bersif at keimigrasian
dalam huruf a ayat ini adalah penangkalan yang dilakukan
karena alasan-alasan sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 8.
Huruf b
Cukup j elas
Huruf c
Pelaksanaan penangkalan dalam huruf c ayat
REPUBLIK INDO NESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 1 9 9 2
TENTANG
KEIMIGRASIAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa pengat uran keimigrasian yang meliput i lalu lint as orang
masuk at au ke luar wilayah Indonesia merupakan hak dan
wewenang Negara Republik Indonesia sert a merupakan salah sat u
perwuj udan dari kedaulat annya sebagai negara hukum yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b. bahwa dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional yang
berwawasan Nusant ara dan dengan semakin meningkat nya lalu
lint as orang sert a hubungan ant ar bangsa dan negara diperlukan
penyempurnaan pengat uran keimigrasian yang dewasa ini diat ur
dalam berbagai bent uk perat uran perundang-undangan yang t idak
sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dan kebut uhan,
c. bahwa sehubungan dengan hal t ersebut di at as, dipandang perlu
mengat ur ket ent uan t ent ang keimigrasian dalam suat u Undang
undang;
Mengingat
: 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 t ent ang Kewarganegaraan
Republik Indonesia (Lembaran Negara-Tahun 1958 Nomor 113,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 1647) sebagaimana t elah
diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1976 t ent ang
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
2
-
Perubahan Pasal 18 Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 t ent ang
Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1976
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3077);
3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 t ent ang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3209);
Dengan perset uj uan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEIMIGRASIAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lint as orang yang masuk at au ke
luar wilayah Negara Republik Indonesia dan pengawasan orang asing
di wilayah Negara Republik Indonesia.
2. Wilayah Negara Republik Indonesia yang selanj ut nya disingkat
wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah Negara Republik Indonesia
yang meliput i darat , laut , dan udara berdasarkan perat uran
perundang-undangan yang berlaku,
3. Surat Perj alanan adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh
pej abat yang berwenang dari suat u negara yang memuat ident it as
pemegangnya dan berlaku unt uk melakukan perj alanan ant ar
negara.
4. Tempat Pemeriksaan Imigrasi adal ah pelabuhan, bandar udara, at au
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
3
-
t empat -t empat lain yang dit et apkan oleh Ment eri sebagai t empat
masuk at au ke luar wilayah Indonesia.
5. Ment eri adalah Ment eri yang lingkup t ugas dan t anggung j awabnya
meliput i bidang keimigrasian.
6. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Republik Indonesia.
7. Visa unt uk Republik Indonesia yang selanj ut nya disebut Visa adalah
izin t ert ulis yang diberikan oleh pej abat yang berwenang pada
Perwakilan Republik Indonesia at au di t empat lainnya yang
dit et apkan oleh Pemerint ah Republik Indonesia yang memuat
perset uj uan bagi orang asing unt uk masuk dan melakukan
perj alanan ke wilayah Indonesia.
8. Izin Masuk adalah izin yang dit erakan pada Visa at au Surat
Perj alanan orang asing unt uk memasuki wilayah Indonesia yang
diberikan oleh Pej abat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
9. Izin Masuk Kembali adalah izin yang dit erakan pada Surat
Perj alanan orang asing yang mempunyai izin t inggal di Indonesia
unt uk masuk kembali ke wilayah Indonesia.
10. Tanda Bert olak adalah t anda t ert ent u yang dit erakan oleh Pej abat
Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi dalam Surat Perj alanan
set iap orang yang akan meninggalkan wilayah Indonesia.
11. Alat Angkut adalah kapal laut , pesawat udara, at au sarana
t ransport asi lainnya yang lazim dipergunakan unt uk mengangkut
orang.
12. Pencegahan adalah larangan yang bersif at sement ara t erhadap
orang orang t ert ent u unt uk ke luar dari wilayah Indonesia
berdasarkan alasan t ert ent u.
13. Penangkalan adalah larangan yang bersif at sement ara t erhadap
orang-orang t ert ent u unt uk masuk ke wilayah Indonesia berdasarkan
alasan t ert ent u.
14. Tindakan Keimigrasian adalah t indakan administ rat if dalam bidang
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
4
-
keimigrasian di luar proses peradilan.
15. Karant ina Imigrasi adalah t empat penampungan sement ara bagi
orang asing yang dikenakan proses pengusiran at au deport asi at au
t indakan keimigrasian lainnya.
16. Pengusiran at au deport asi adal ah t indakan mengeluarkan orang
asing dari wilayah Indonesia karena keberadaannya t idak
dikehendaki.
Pasal 2
Set iap Warga Negara Indonesia berhak melakukan perj alanan ke luar
at au masuk wilayah Indonesia.
BAB II
MASUK DAN KE LUAR WILAYAH INDONESIA
Pasal 3
Set iap orang yang masuk at au ke luar wilayah Indonesia waj ib
memiliki Surat Perj alanan.
Pasal 4
(1)
Set iap orang dapat ke luar wilayah Indonesia set elah mendapat
Tanda Bert olak.
(2)
Set iap orang asing dapat masuk ke wilayah Indonesia set elah
mendapat Izin Masuk.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
5
-
Pasal 5
(1)
Set iap orang yang masuk at au ke luar wilayah Indonesia waj ib
melalui pemeriksaan oleh Pej abat Imigrasi di Tempat
Pemeriksaan Imigrasi.
(2)
Tempat Pemeriksaan Imigrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dit et apkan oleh Ment eri.
Pasal 6
(1)
Set iap orang asing yang masuk wilayah Indonesia waj ib memiliki
Visa.
(2)
Visa diberikan kepada orang asing yang maksud dan t uj uan
kedat angannya di Indonesia bermanf aat sert a. t idak akan
menimbulkan gangguan t erhadap ket ert iban dan keamanan
nasional.
Pasal 7
(1)
Dikecualikan dari kewaj iban memiliki Visa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (1) adalah:
a. orang asing warga negara dari negara yang berdasarkan
Keput usan Presiden t idak diwaj ibkan memiliki Visa;
b. orang asing yang memiliki Izin Masuk Kembali;
c. kapt en at au nakhoda dan, awak yang bert ugas pada alat
angkut yang berlabuh di pelabuhan at au mendarat di bandar
udara di wilayah Indonesia;
d. penumpang t ransit di pelabuhan at au bandar udara di wilayah
Indonesia sepanj ang t idak ke luar dari t empat t ransit yang
berada di daerah Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
(2)
6
-
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai j enis, persyarat an dan hal-hal
lain yang berkait an dengan Visa diat ur dengan Perat uran
Pemerint ah.
Pasal 8
Pej abat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi dapat menolak at au
t idak memberi izin kepada orang asing unt uk masuk ke wilayah
Indonesia apabila orang asing t ersebut :
a. t idak memiliki Surat Perj alanan yang sah;
b. t idak memiliki Visa kecuali yang t idak diwaj ibkan memiliki Visa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a;
c. menderit a
gangguan
j iwa
at au
membahayakan kesehat an umum;
penyakit
menular
yang
d. t idak memiliki Izin Masuk Kembali at au t idak mempunyai izin unt uk
masuk ke negara lain;
e. t ernyat a t elah memberi ket erangan yang t idak benar dalam
memperoleh Surat Perj alanan dan/ at au Visa.
Pasal 9
Penanggung j awab alat angkut yang dat ang at au akan berangkat ke
luar wilayah Indonesia diwaj ibkan unt uk:
a. memberit ahukan kedat angan at au, rencana keberangkat an;
b. menyampaikan daf t ar penumpang dan daf t ar awak alat angkut yang
dit andat angani kepada Pej abat Imigrasi;
c. mengibarkan bendera isyarat bagi kapal laut yang dat ang dari luar.
wilayah Indonesia dengan membawa penumpang;
d. melarang set iap orang naik at au t urun dari alat angkut t anpa izin
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
7
-
Pej abat Imigrasi selama dilakukan pemeriksaan keimigrasian;
e. membawa kembali ke luar wilayah Indonesia set iap orang asing
yang dat ang dengan alat angkut nya yang t idak mendapat Izin Masuk
dari Pej abat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
Pasal 10
Pej abat Imigrasi yang bert ugas di Tempat Pemeriksaan Imigrasi,
berwenang naik ke alat angkut yang berlabuh di pelabuhan at au
mendarat di bandar udara unt uk kepent ingan pemeriksaan
keimigrasian.
BAB III
PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN
Bagian Pert ama
Pencegahan
Pasal 11
(1)
Wewenang dan t anggung j awab pencegahan dilakukan oleh:
a. Ment eri, sepanj ang
keimigrasian;
menyangkut
urusan
b. Ment eri Keuangan, sepanj ang menyangkut
negara;
yang
bersif at
urusan piut ang
c. Jaksa Agung, sepanj ang menyangkut pelaksanaan ket ent uan
Pasal 32 huruf g Undang-undang Nomor 5 Tahun 1991 t ent ang
Kej aksaan Republik Indonesia;
d. Panglima Angkat an Bersenj at a Republik Indonesia, sepanj ang
menyangkut pemeliharaan dan penegakan keamanan dan
pert ahanan
negara
sebagaimana
dimaksud
dalam
Undang-undang
Nomor
20
Tahun
1982
t ent ang
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
8
-
Ket ent uan-ket ent uan Pokok Pert ahanan Keamanan Negara
Republik Indonesia, sebagaimana t elah diubah dengan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1988.
(2)
Pelaksanaan at as keput usan pencegahan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan oleh Ment eri at au Pej abat Imigrasi yang
dit unj uk olehnya.
Pasal 12
(1)
Pencegahan dit et apkan dengan keput usan t ert ulis.
(2)
Keput usan sebagaimana dimaksud dalam
sekurang kurangnya:
ayat
(1)
memuat
a. ident it as orang yang t erkena pencegahan;
b. alasan pencegahan; dan
c. j angka wakt u pencegahan.
(3)
Keput usan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan
dengan surat t ercat at kepada orang at au orang-orang yang
t erkena pencegahan selambat -lambat nya 7 (t uj uh) hari t erhit ung
sej ak t anggal penet apan.
Pasal 13
(1)
Keput usan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1) huruf a dan b berlaku unt uk j angka wakt u paling lama 6
(enam) bulan, dan dapat diperpanj ang unt uk paling banyak 2
(dua) kali masing-masing t idak lebih dari 6 (enam) bulan.
(2)
Keput usan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1) huruf c berlaku unt uk j angka wakt u sesuai dengan
keput usan Jaksa Agung.
(3)
Keput usan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
9
-
ayat (1) huruf d berlaku unt uk j angka wakt u paling lama 6
(enam) bulan, dan set iap kali dapat diperpanj ang unt uk paling
lama 6 (enam) bulan dengan ket ent uan seluruh masa
perpanj angan pencegahan t ersebut t idak lebih dari 2 (dua)
t ahun.
(4)
Apabila t idak ada keput usan perpanj angan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3) pencegahan t ersebut
berakhir demi hukum.
Pasal
14
Berdasarkan keput usan pencegahan dari pej abat -pej abat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1),
Pej abat Imigrasi di Tempat
Pemeriksaan Imigrasi waj ib menolak orang-orang t ert ent u ke luar
wilayah Indonesia.
Bagian Kedua
Penangkalan
Pasal 15
(1)
Wewenang dan t anggung j awab penangkalan t erhadap orang
asing dilakukan oleh:
a. Ment eri,
sepanj ang
keimigrasian;
menyangkut
urusan
yang
bersif at
b. Jaksa Agung, sepanj ang menyangkut pelaksanaan ket ent uan
Pasal 32 huruf g Undang-undang Nomor 5 Tahun 1991 t ent ang
Kej aksaan Republik Indonesia;
c. Panglima Angkat an Bersenj at a Republik Indonesia, sepanj ang
menyangkut pemeliharaan dan penegakan keamanan dan
pert ahanan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 20 Tahun 1982 t enlang Ket ent uan-ket ent uan Pokok
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
10
-
Pert ahanan Keamanan Negara Republik Indonesia, sebagaimana
t elah diubah dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1988.
(2)
Pelaksanaan at as keput usan penangkalan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan oleh Ment eri at au Pej abat Imigrasi yang
dit unj uk olehnya.
Pasal
(1)
16
Wewenang dan t anggung j awab penangkalan t erhadap Warga
Negara Indonesia dilakukan oleh sebuah Tim yang dipimpin oleh
Ment eri dan anggot anya t erdiri dari unsur-unsur:
a. Markas Besar Angkat an Bersenj at a Republik Indonesia;
b. Kej aksaan Agung Republik Indonesia;
c. Depart emen Luar Negeri;
d. Depart emen Dalam Negeri;
e. Badan Koordinasi Bant uan Pemant apan St abilit as Nasional; dan
f . Badan Koordinasi Int elij en Negara.
(2)
Pelaksanaan at as keput usan penangkalan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan oleh Ment eri at au Pej abat Imigrasi yang
dit unj uk olehnya.
Pasal 17
Penangkalan t erhadap orang asing dilakukan karena :
a. diket ahui at au diduga t erlibat dengan kegiat an sindikat kej ahat an
int ernasional;
b. pada saat berada di negaranya sendiri at au di negara lain bersikap
bermusuhan t erhadap Pemerint ah Indonesia at au melakukan
perbuat an yang mencemarkan nama baik bangsa dan Negara
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
11
-
Indonesia;
c. diduga melakukan perbuat an yang bert ent angan dengan keamanan
dan ket ert iban umum, kesusilaan, agama dan adat kebiasaan
masyarakat Indonesia;
d. at as permint aan suat u negara,
menghindarkan diri dari ancaman
negara t ersebut karena melakukan
pidana menurut hukum yang berlaku
orang asing yang berusaha
dan pelaksanaan hukuman di
kej ahat an yang j uga diancam
di Indonesia;
e. pernah diusir at au dideport asi dari wilayah Indonesia ; dan
f . alasan-alasan lain yang berkait an dengan keimigrasian yang diat ur
lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 18
Warga Negara Indonesia hanya dapat dikenakan penangkalan dalam
hal:
a. t elah lama meninggalkan Indonesia at au t inggal menet ap at au t elah
menj adi penduduk suat u negara lain dan melakukan t indakan at au
bersikap bermusuhan t erhadap Negara at au Pemerint ah Republik
Indonesia;
b. apabila masuk wilayah Indonesia dapat mengganggu j alannya
pembangunan, menimbulkan perpecahan bangsa, at au dapat
mengganggu st abilit as nasional; at au
c. apabila masuk wilayah Indonesia dapat mengancam keselamat an
diri at au keluarganya.
Pasal 19
(1)
Penangkalan dit et apkan dengan keput usan t ert ulis.
(2)
Keput usan sebagaimana dimaksud dalam
sekurang kurangnya:
ayat
(1)
memuat
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
12
-
a. ident it as orang yang t erkena penangkalan;
b. alasan penangkalan; dan
c. j angka wakt u penangkalan.
(3)
Keput usan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikirimkan
kepada perwakilan-perwakilan Republik Indonesia.
Pasal 20
(1)
Keput usan penangkalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) huruf a dan c, berlaku unt uk j angka wakt u paling lama 1
(sat u) t ahun dan set iap kali dapat diperpanj ang unt uk j angka
wakt u, yang sama at au kurang dari wakt u t ersebut .
(2)
Keput usan penangkalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) huruf b, berlaku unt uk j angka wakt u sesuai dengan
keput usan Jaksa Agung.
(3) Apabila t idak ada keput usan perpanj angan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), penangkalan t ersebut berakhir demi
hukum.
Pasal 21
(1)
Keput usan penangkalan t erhadap Warga Negara Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 berlaku unt uk j angka
wakt u paling lama 6 (enam) bulan dan set iap kali dapat
diperpanj ang unt uk paling lama 6 (enam) bulan dengan
ket ent uan seluruh masa perpanj angan penangkalan t ersebut
t idak lebih dari 2 (dua) t ahun.
(2)
Apabila t idak ada keput usan perpanj angan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), penangkalan t ersebut berakhir demi
hukum.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
13
-
Pasal 22
Berdasarkan
keput usan
penangkalan
dari
pej abat -pej abat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan Pasal 16 ayat (1)
Pej abat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi waj ib menolak
orang-orang t ert ent u masuk wilayah Indonesia.
Pasal 23
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai t at a cara pelaksanaan penangkalan
diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.
BAB IV
KEBERADAAN ORANG ASING
DI WILAYAH INDONESIA
Pasal 24
(1)
Set iap orang asing yang berada di wilayah Indonesia waj ib
memiliki izin keimigrasian.
(2)
izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), t erdiri at as:
a. Izin Singgah;
b. Izin Kunj ungan;
c. Izin Tinggal Terbat as;
d. Izin Tinggal Tet ap.
Pasal 25
(1)
Izin Singgah diberikan kepada orang asing yang memerlukan
singgah di wilayah Indonesia unt uk meneruskan perj alanan ke
negara lain.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
14
-
(2)
Izin Kunj ungan diberikan kepada orang asing berkunj ung ke
wilayah Indonesia unt uk wakt u yang singkat dalam rangka t ugas
pemerint ahan, pariwisat a, kegiat an sosial budaya at au usaha.
(3)
Izin Tinggal Terbat as diberikan kepada orang asing unt uk t inggal
di wilayah Indonesia dalam j angka wakt u yang t erbat as.
(4)
Izin Tinggal Tet ap diberikan kepada orang asing unt uk t inggal
menet ap di wilayah Indonesia.
Pasal 26
(1)
Ket ent uan Pasal 8 berlaku pula t erhadap permohonan izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25.
(2)
Izin Tinggal Tet ap t idak diberikan kepada orang asing yang
memperoleh izin unt uk masuk ke wilayah Indonesia yang t idak
memiliki paspor kebangsaan negara t ert ent u.
Pasal 27
Pemegang Izin Tinggal Terbat as at au Izin Tinggal Tet ap yang akan
melakukan perj alanan ke luar wilayah Indonesia dan bermaksud unt uk
kembali, dapat diberikan Izin Masuk Kembali.
Pasal 28
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai syarat dan t at a cara permohonan,
pemberian at au penolakan izin keimigrasian sert a hal-hal lain yang
berkenaan dengan keberadaan orang asing di wilayah Indonesia diat ur
dengan Perat uran Pemerint ah.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
15
-
BAB V
SURAT PERJALANAN REPUBLIK INDONESIA
Pasal 29
(1)
Surat Perj alanan Republik Indonesia t erdiri at as:
a. Paspor Biasa;
b. Paspor Diplomat ik;
c. Paspor Dinas;
d. Paspor Haj i;
e. Paspor unt uk Orang Asing;
f . Surat Perj alanan
Indonesia;
Laksana
Paspor
unt uk
Warga
Negara
g. Surat Perj alanan Laksana Paspor unt uk Orang Asing;
h. Surat Perj alanan Laksana Paspor Dinas.
(2)
Surat Perj alanan Republik Indonesia adalah dokumen negara.
Pasal 30
(1)
Paspor Biasa diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang akan
melakukan perj alanan ke luar wilayah Indonesia.
(2)
Paspor biasa diberikan j uga kepada Warga Negara Indonesia yang
bert empat t inggal di luar negeri.
(3)
Dalam keadaan khusus apabila Paspor Biasa t idak dapat
diberikan, sebagai penggant inya dikeluarkan Surat Perj alanan
Laksana Paspor unt uk Warga Negara Indonesia.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
16
-
Pasal 31
Paspor Diplomat ik diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang akan
melakukan perj alanan ke luar wilayah Indonesia dalam rangka
penempat an at au perj alanan unt uk t ugas yang bersif at diplomat ik.
Pasal 32
(1)
Paspor Dinas diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang akan
melakukan perj alanan ke luar wilayah Indonesia dalam rangka
penempat an at au perj alanan dinas yang bukan bersif at
diplomat ik.
(2)
Dalam keadaan khusus apabila Paspor Dinas t idak dapat
diberikan, sebagai penggant inya dikeluarkan Surat Perj alanan
Laksana Paspor Dinas.
Pasal 33
Paspor Haj i diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang akan
melakukan perj alanan ke luar wilayah Indonesia dalam
rangka
menunaikan ibadah haj i.
Pasal 34
(1)
Paspor unt uk Orang Asing dapat diberikan kepada orang asing,
yang pada saat berlakunya Undang-undang ini t elah memiliki Izin
Tinggal Tet ap, akan melakukan perj alanan ke luar. wilayah
Indonesia dan t idak mempunyai Surat Perj alanan sert a dalam
wakt u yang dianggap layak t idak dapat memperoleh dari
negaranya at au negara lain.
(2)
Paspor unt uk Orang Asing t idak berlaku lagi pada saat
pemegangnya memperoleh Surat Perj alanan dari negara lain.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
17
-
Pasal 35
(1)
Surat Perj alanan Laksana Paspor unt uk Orang Asing dapat
diberikan kepada orang asing yang t idak mempunyai Surat
Perj alanan yang sah dan:
a. at as kehendak sendiri ke luar dari wilayah Indonesia,
sepanj ang orang asing yang bersangkut an t idak t erkena
pencegahan;
b. dikenakan t indakan pengusiran at au deport asi; at au
c. dalam keadaan t ert ent u yang t idak bert ent angan dengan
kepent ingan nasional, diberi izin unt uk masuk ke wilayah
Indonesia.
(2)
Surat Perj alanan Laksana Paspor sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) hanya diberikan unt uk sat u kali perj alanan.
Pasal 36
Anak-anak yang berumur di bawah 16 (enam belas) t ahun dapat
diikut sert akan dalam Surat Perj alanan orang t uanya.
Pasal 37
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai syarat dan t at a cara permohonan,
pemberian at au pencabut an sert a hal-hal lain yang berkenaan dengan
Surat Perj alanan Republik Indonesia diat ur dengan Perat uran
Pemerint ah.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
18
-
BAB VI
PENGAWASAN ORANG ASING
DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN
Pasal 38
(1)
Pengawasan t erhadap orang asing di Indonesia meliput i:
a. masuk dan keluarnya orang asing ke dan dari
Indonesia;
wilayah
b. keberadaan sert a kegiat an orang asing di wilayah Indonesia.
(2)
unt uk kelancaran dan ket ert iban pengawasan, Pemerint ah
menyelenggarakan pendaf t aran orang asing yang berada di
wilayah Indonesia.
Pasal 39
Set iap orang asing yang berada di wilayah Indonesia waj ib:
a. memberikan segala ket erangan yang diperlukan mengenai ident it as
diri dan at au keluarganya, perubahan st at us sipil dan
kewarganegaraannya sert a perubahan alamat nya;
b. memperlihat kan Surat Perj alanan at au dokumen keimigrasian yang
dimilikinya pada wakt u diperlukan dalam rangka pengawasan;
c. mendaf t arkan diri j ika berada di Indonesia lebih dari 90 (sembilan
puluh) hari.
Pasal 40
Pengawasan orang asing dilaksanakan dalam bent uk dan cara:
a. pengumpulan dan pengolahan dat a orang asing yang masuk at au ke
luar wilayah Indonesia;
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
19
-
b. pendaf t aran orang asing yang berada di wilayah Indonesia;
c. pemant auan, pengumpulan, dan pengolahan bahan ket erangan dan
inf ormasi mengenai kegiat an orang asing;
d. penyusunan daf t ar nama-nama orang asing yang t idak dikehendaki
masuk at au ke luar wilayah Indonesia; dan
e. kegiat an lainnya.
Pasal 41
Pelaksanaan pengawasan t erhadap orang asing yang berada di wilayah
Indonesia dilakukan Ment eri dengan koordinasi bersama Badan at au
Inst ansi Pemerint ah yang t erkait .
Pasal 42
(1)
Tindakan keimigrasian dilakukan t erhadap orang asing yang
berada di wilayah Indonesia yang melakukan kegiat an yang
berbahaya at au pat ut diduga akan berbahaya bagi keamanan dan
ket ert iban umum, at au t idak menghormat i at au menaat i
perat uran perundang undangan yang berlaku.
(2)
Tindakan keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat berupa:
a. pembat asan, perubahan at au pembat alan izin keberadaan;
b. larangan unt uk berada di suat u at au,
t ert ent u di wilayah Indonesia;
beberapa t empat
c. keharusan unt uk bert empat t inggal di suat u t empat t ert ent u di
wilayah Indonesia;
d. pengusiran at au deport asi dari wilayah
penolakan masuk ke wilayah Indonesia.
Indonesia
at au
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
20
-
Pasal 43
(1)
Keput usan mengenai t indakan keimigrasian harus disert ai dengan
alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1).
(2)
Set iap orang asing yang dikenakan t indakan keimigrasian dapat
mengaj ukan keberat an kepada Ment eri.
Pasal 44
(1)
Set iap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dapat
dit empat kan di Karant ina Imigrasi:
a. apabila berada di wilayah Indonesia t anpa memiliki izin
keimigrasian yang sah; at au
b. dalam rangka menunggu proses pengusiran at au deport asi ke
luar wilayah Indonesia.
(2)
Karena alasan t ert ent u orang asing sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat dit empat kan di t empat lain.
Pasal 45
(1)
Set iap orang asing yang berada di wilayah Indonesia melampaui
wakt u t idak lebih dari 60 (enam puluh) hari dari izin keimigrasian
yang diberikan, dikenakan biaya beban.
(2)
Penanggung j awab alat
angkut
yang t idak memenuhi
kewaj ibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dikenakan
biaya beban.
(3)
Penet apan biaya beban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan (2) diat ur oleh Ment eri dengan perset uj uan Ment eri
Keuangan.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
21
-
Pasal 46
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pengawasan orang asing dan t indakan
keimigrasian diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.
BAB VII
PENYIDIKAN
Pasal 47
(1) Selain Penyidik Pej abat Polisi Negara Republik Indonesia, j uga
Pej abat Pegawai Negeri Sipil t ert ent u di lingkungan Depart emen
yang lingkup t ugas dan t anggung j awabnya meliput i pembinaan
keimigrasian, diberi wewenang khusus sebagai penyidik
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun
1981 t ent ang Hukum Acara Pidana, unt uk melakukan penyidikan
t indak pidana keimigrasian.
(2)
Penyidik Pej abat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) berwenang:
a. menerima laporan t ent ang adanya t indak pidana keimigrasian;
b. memanggil, memeriksa, menggeledah, menangkap, menahan
seorang yang disangka melakukan t indak pidana keimigrasian;
c. memeriksa dan/ at au menyit a surat -surat , dokumen-dokumen,
Surat Perj alanan, at au benda-benda yang ada hubungannya
dengan t indak pidana keimigrasian;
d. memanggil orang unt uk didengar ket erangannya sebagai saksi;
e. melakukan pemeriksaan di t empat -t empat t ert ent u yang
diduga t erdapat
surat -surat , dokumen-dokumen, Surat
Perj alanan, at au benda-benda lain yang ada hubungannya
dengan t indak pidana keimigrasian;
f . mengambil sidik j ari dan memot ret t ersangka.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
(3)
22
-
Kewenangan Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dilaksanakan menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
t ent ang Hukum Acara Pidana.
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 48
Set iap orang yang masuk at au ke luar wilayah Indonesia t anpa melalui
pemeriksaan oleh Pej abat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi
dipidana dengan pidana penj ara paling lama 3 (t iga) t ahun at au denda
paling banyak Rp. 15. 000. 000, - (lima belas j ut a rupiah).
Pasal 49
Dipidana dengan pidana penj ara paling lama 6 (enam) t ahun dan
denda paling banyak Rp. 30. 000. 000, - (t iga puluh j ut a rupiah):
a. orang asing yang dengan sengaj a membuat palsu at au memalsukan
Visa at au izin keimigrasian; at au
b. orang asing yang dengan sengaj a menggunakan Visa at au izin
keimigrasian palsu at au yang dipalsukan unt uk masuk at au berada di
wilayah Indonesia.
Pasal 50
Orang asing yang dengan sengaj a menyalahgunakan at au melakukan
kegiat an yang t idak sesuai dengan maksud pemberian izin keimigrasian
yang diberikan kepadanya, dipidana dengan pidana penj ara paling
lama 5 (lima) t ahun at au denda paling banyak Rp. 25. 000. 000, - (dua
puluh lima j ut a rupiah).
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
23
-
Pasal 51
Orang asing yang t idak melakukan kewaj ibannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 at au t idak membayar biaya beban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (sat u) t ahun dan/ at au denda paling banyak Rp.
5. 000. 000, - (lima j ut a rupiah).
Pasal 52
Orang asing yang izin keimigrasiannya habis berlaku dan masih berada
dalam wilayah Indonesia melampaui 60 (enam puluh) hari dari bat as
wakt u izin yang diberikan, dipidana dengan pidana penj ara paling
lama 5 (lima) t ahun at au denda paling banyak Rp 25. 000. 000, - (dua
puluh lima j ut a rupiah).
Pasal 53
Orang asing yang berada di wilayah Indonesia secara t idak sah at au
yang pernah diusir at au dideport asi dan berada kembali di wilayah
Indonesia secara t idak sah, dipidana dengan pidana penj ara paling
lama 6 (enam) t ahun dan/ at au denda paling banyak Rp 30. 000. 000, (t iga puluh j ut a rupiah).
Pasal 54
Set iap orang yang dengan sengaj a menyembunyikan, melindungi,
memberi pemondokan, memberi penghidupan at au pekerj aan kepada
orang asing yang diket ahui at au pat ut diduga:
a. pernah diusir at au dideport asi dan berada kembali di wilayah
Indonesia secara t idak sah, dipidana dengan pidana penj ara paling
lama 6 (enam) t ahun dan/ at au denda paling banyak Rp 30. 000. 000, (t iga puluh j ut a rupiah);
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
24
-
b. berada di wilayah Indonesia secara t idak sah, dipidana dengan
pidana penj ara paling lama 5 (lima) t ahun dan/ at au denda paling
banyak Rp 25. , 000. 000, - (dua puluh lima j ut a rupiah);
c. izin keimigrasiannya habis berlaku, dipidana dengan pidana penj ara
paling lama 1 (sat u) t ahun at au denda paling banyak Rp 5. 000. 000, (lima j ut a rupiah).
Pasal 55
Set iap orang yang dengan sengaj a:
a. menggunakan Surat Perj alanan Republik Indonesia sedangkan ia
menget ahui at au sepat ut nya menduga bahwa Surat Perj alanan it u
palsu at au dipalsukan, dipidana dengan pidana penj ara paling lama
5 (lima) t ahun at au
denda paling banyak Rp 25. 000. 000, - (dua
puluh lima j ut a rupiah);
b. menggunakan Surat Perj alanan orang lain at au Surat Perj alanan
Republik Indonesia yang sudah dicabut at au dinyat akan bat al, at au
menyerahkan kepada orang lain Surat Perj alanan Republik Indonesia
yang diberikan kepadanya, dengan maksud digunakan secara t idak
berhak, dipidana dengan pidana penj ara paling lama 5 (lima) t ahun
at au denda paling banyak Rp 25. 000. 000, - (dua puluh lima j ut a
rupiah);
c. memberikan dat a yang t idak sah at au ket erangan yang t idak benar
unt uk memperoleh Surat Perj alanan Republik Indonesia bagi dirinya
sendiri at au orang lain, dipidana dengan pidana penj ara paling lama
2 (dua) t ahun at au denda paling banyak Rp 10. 000. 000, - (sepuluh
j ut a rupiah); at au
d. memiliki at au menggunakan secara melawan hukum 2 (dua) at au
lebih Surat Perj alanan Republik Indonesia yang semuanya berlaku,
dipidana dengan pidana penj ara paling lama 2 (dua) t ahun at au
denda paling banyak Rp 10. 000. 000, - (sepuluh j ut a rupiah).
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
25
-
Pasal 56
Dipidana dengan pidana penj ara paling lama 6 (enam) t ahun dan/ at au
denda paling banyak Rp 30. 000. 000, - (t iga puluh j ut a rupiah):
a. set iap orang yang dengan sengaj a dan melawan hukum mencet ak,
mempunyai, menyimpan blanko Surat Perj alanan Republik Indonesia
at au blanko dokumen keimigrasian; at au
b. set iap orang yang dengan sengaj a dan melawan hukum membuat ,
mempunyai at au menyimpan cap yang dipergunakan unt uk
mensahkan Surat Perj alanan Republik Indonesia at au dokumen
keimigrasian,
Pasal 57
Set iap orang yang dengan sengaj a dan melawan hukum unt uk
kepent ingan diri sendiri at au orang lain merusak, menghilangkan at au
mengubah baik sebagian maupun seluruhnya ket erangan at au cap yang
t erdapat dalam Surat Perj alanan Republik Indonesia, dipidana dengan
pidana penj ara paling lama 5 (l ima) t ahun dan/ at au denda paling
banyak Rp 25. 000. 000, - (dua puluh lima j ut a rupiah).
Pasal 58
Set iap orang yang dengan sengaj a dan melawan hukum unt uk
kepent ingan diri sendiri at au orang lain mempunyai, menyimpan,
mengubah at au menggunakan dat a keimigrasian baik secara manual
maupun elekt ronik, dipidana dengan pidana penj ara paling lama 3
(t iga) t ahun.
Pasal 59
Pej abat yang dengan sengaj a dan melawan hukum memberikan at au
memperpanj ang berlakunya Surat Perj alanan Republik Indonesia at au
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
26
-
dokumen keimigrasian kepada seseorang yang diket ahuinya t idak
berhak, dipidana dengan pidana penj ara paling lama 7 (t uj uh) t ahun.
Pasal 60
Set iap orang yang memberi kesempat an menginap kepada orang asing
dan t idak melaporkan kepada Pej abat Kepolisian Negara Republik
Indonesia at au Pej abat Pemerint ah Daerah set empat yang berwenang
dalam wakt u 24 (dua puluh empat ) j am sej ak kedat angan orang asing
t ersebut , dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (sat u) t ahun
at au denda paling banyak Rp 5. 000. 000, - (lima j ut a rupiah).
Pasal 61
Orang asing yang sudah mempunyai izin t inggal yang t idak melapor
kepada kant or Kepolisian Negara Republik Indonesia di t empat t inggal
at au t empat kediamannya dalam wakt u 30 (t iga puluh) hari t erhit ung
sej ak diperolehnya izin t inggal, dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 (sat u) t ahun at au denda paling banyak Rp 5. 000. 000, (lima j ut a rupiah).
Pasal 62
Tindak pidana sebagaimana t ersebut dalam Pasal 48, 49, 50, 52, 53,
54, 55, 56, 57, 58, dan Pasal 59 Undang-undang ini adalah kej ahat an.
Tindak pidana sebagaimana t ersebut dalam Pasal 51, 60, dan Pasal 61
Undang-undang ini adalah pelanggaran.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
27
-
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 63
Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini:
a. Izin menet ap yang t elah diberikan berdasarkan Undang-undang
Nomor 9 Drt . Tahun 1955 t ent ang Kependudukan Orang Asing
(Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 463); dinyat akan t et ap berlaku unt uk paling lama 3
(t iga) t ahun.
b. Perizinan keimigrasian lainnya yang t elah diberikan dan masih
berlaku, dinyat akan t et ap berlaku sampai j angka wakt unya habis.
c. Surat Perj alanan Republik Indonesia yang t elah dikeluarkan,
dinyat akan t et ap berlaku sampai j angka wakt unya habis.
Pasal 64
Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, Perat uran Pemerint ah
dan perat uran pelaksanaan lainnya di bidang keimigrasian dinyat akan
t et ap berlaku sepanj ang t idak bert ent angan dan belum digant i dengan
yang baru berdasarkan Undang-undang ini.
BAB X
KETENTUAN LAIN
Pasal 65
Ket ent uan keimigrasian bagi lalu lint as orang di daerah perbat asan
dapat diat ur t ersendiri dengan perj anj ian Lint as Bat as ant ara
Pemerint ah Negara Republik Indonesia dan pemerint ah negara
t et angga yang memiliki perbat asan yang sama, dengan memperhat ikan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
28
-
ket ent uan Undang-undang ini.
Pasal 66
Ket ent uan yang berlaku bagi orang asing yang dat ang dan berada di
wilayah Indonesia dalam rangka t ugas diplomat ik dan dinas diat ur
lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 67
Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini:
a. Toelat ingst esluit (St aat sblad 1916 Nomor 47) sebagaimana t elah
diubah dan dit ambah t erakhir dengan St aat sblad 1949 Nomor 330
sert a Toelat ingsordonnant ie (St aat sblad 1949 Nomor 331);
b. Undang-undang Nomor 42 Drt . Tahun 1950 t ent ang Bea Imigrasi
(Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 84, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 77);
c. Undang-undang Nomor 9 Drt . Tahun 1953 t ent ang Pengawasan
Orang Asing (Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 463);
d. Undang-undang Nomor 8 Drt . Tahun 1955 t ent ang Tindak Pidana
Imigrasi (Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 28, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 807);
e. Undang-undang Nomor 9 Drt . Tahun 1955 t ent ang Kependudukan
Orang Asing (Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 812); dan
f . Undang-undang Nomor 14 Drt . Tahun 1959 t ent ang Surat Perj alanan
Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 1799);
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
29
-
dinyat akan t idak berlaku lagi.
Pasal 68
Undang-undang ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Undang-undang ini dengan Penempat annya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Disahkan di Jakart a
pada t anggal 31 Maret 1992
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 31 Maret 1992
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
30
-
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 1992
TENTANG
KEIMIGRASIAN
UMUM
Perat uran perundang-undangan keimigrasian yang sekarang berlaku
t ersebar dalam berbagai perat uran perundang-undangan. Sebagian
masih merupakan perat uran perundang-undangan yang dibent uk oleh
pemerint ah Hindia Belanda, dan sebagian dibent uk sesudah Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agust us 1945.
Perat uran perundang-undangan yang berasal dari masa Hindia
Belanda-Toelat ingsbesluit
1916 (St aat sblad 1916 Nomor 47),
Toelat ingsbesluit
1949 (St aat sblad
1949 Nomor
330),
dan
Toelat ingsordonnant ie 1949 (St aat sblad 1949 Nomor 331) - begit u pula
perat uran perundang-undangan yang dibent uk set elah Indonesia
merdeka, sepert i Undang-undang Nomor 42 Drt . Tahun 1950 t ent ang
Bea Imigrasi, Undang-undang Nomor 9 Drt . Tahun 1953 t ent ang
Pengawasan Orang Asing, Undang-undang Nomor 8 Drt . Tahun 1955
t ent ang
Tindak
Pidana
Imigrasi
dan
berbagai
perat uran
perundang-undangan lainnya, dipandang t idak sesuai lagi dengan
t unt ut an dan perkembangan sert a kebut uhan hukum masyarakat
dewasa ini. Baik karena perkembangan nasional maupun int ernasional
t elah berkembang hukum-hukum baru yang mengat ur mengenai
wilayah negara dan berbagai hak-hak berdaulat yang diakui oleh
hukum dan pergaulan int ernasional yang mempengaruhi ruang lingkup
t ugas-t ugas dan wewenang keimigrasian.
Dalam upaya mewuj udkan Wawasan Nusant ara, pada t ahun 1960
dit et apkan Undang-undang Nomor 4 Prp. Tahun 1960 t ent ang Perairan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
31
-
Indonesia yang menyebabkan t ugas dan wewenang keimigrasian secara
t erit orial menj adi lebih luas. Selanj ut nya j angkauan t erit orial ini
makin luas set elah dikeluarkannya Undang-undang Nomor I Tahun 1973
t ent ang Landas Kont inen Indonesia, Undang-undang Nomor 7 Tahun
1976 t ent ang Pengesahan Penyat uan Timor Timur ke Dalam Negara
Kesat uan Republik Indonesia dan Pembent ukan Propinsi Daerah
Tingkat I Timor Timur, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1983 t ent ang
Zona Ekonomi Eksklusif , sert a Undang-undang Nomor 17 Tahun 1985
t ent ang Pengesahan Konvensi Perserikat an Bangsa-Bangsa t ent ang
Hukum Laut .
Selain kehadiran berbagai perat uran perundang-undangan baru
t ersebut di at as, t erdapat pula berbagai f akt or lain yang
mempengaruhi perkembangan t ugas dan wewenang keimigrasian
sepert i pembangunan nasional, kemaj uan ilmu dan t eknologi sert a
berkembangnya kerj asama regional maupun int ernasional yang
mendorong meningkat nya arus orang unt uk masuk dan ke luar wilayah
Indonesia.
Unt uk menj amin kemanf aat an dan melindungi berbagai kepent ingan
nasional maka perlu dit et apkan prinsip, t at a pengawasan, t at a
pelayanan at as masuk dan ke luar orang ke dan dari wilayah Indonesia
sesuai dengan nilai-nilai dan t uj uan nasional Negara Kesat uan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Terhadap orang asing, pelayanan dan pengawasan di bidang
keimigrasian dilaksanakan berdasarkan prinsip yang bersif at selekt if
(select ive policy). Berdasarkan prinsip ini, hanya orang-orang asing
yang dapat memberikan manf aat bagi kesej aht eraan rakyat , bangsa
dan Negara Republik Indonesia sert a t idak membahayakan keamanan
dan ket ert iban sert a t idak bermusuhan baik t erhadap rakyat , maupun
Negara Kesat uan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 yang diizinkan masuk at au ke luar wilayah
Indonesia.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
32
-
Orang asing karena alasan-alasan t ert ent u sepert i sikap permusuhan
t erhadap rakyat dan negara Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 - unt uk sement ara wakt u
dapat dit angkal masuk ke wilayah Indonesia.
Selanj ut nya berdasarkan "select ive policy", akan diat ur secara selekt if
izin t inggal bagi orang asing sesuai dengan maksud dan t uj uannya
berada di Indonesia.
Terhadap Warga Negara Indonesia berlaku prinsip bahwa set iap Warga
Negara Indonesia berhak ke luar at au masuk ke wilayah Indonesia.
Namun demikian hak-hak ini bukan sesuat u yang t idak dapat dibat asi.
Karena alasan-alasan t ert ent u dan unt uk j angka wakt u t ert ent u Warga
Negara Indonesia dapat dicegah ke luar dari wilayah Indonesia dan
dapat dit angkal masuk ke wilayah Indonesia. Tet api karena
penangkalan pada dasarnya dit uj ukan pada orang asing, maka
penangkalan t erhadap Warga Negara Indonesia hanya dikenakan dalam
keadaan yang sangat khusus. Penangkalan t erhadap Warga Negara
Indonesia hanya dikenakan t erhadap mereka yang t elah lama
meninggalkan Indonesia, at au t inggal menet ap at au t elah menj adi
penduduk negara lain dan melakukan t indakan at au sikap permusuhan
t erhadap Negara at au Pemerint ah Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Lebih lanj ut ,
penangkalan t erhadap Warga Negara Indonesia dapat pula dikenakan
berdasarkan pert imbangan bahwa dengan masuknya mereka ke
wilayah
Indonesia
diperkirakan
akan
mengganggu
j alannya
pembangunan
nasional,
menimbulkan
perpecahan
bangsa,
mengganggu st abilit as nasional, dan dapat pula menimbulkan ancaman
t erhadap diri at au keluarganya. Mengingat pencegahan dan
penangkalan bersangkut paut dengan hak seseorang unt uk berpergian,
maka keput usan pencegahan dan penangkalan harus mencerminkan
dan mengingat prinsip-prinsip negara yang berdasarkan at as hukum
dalam Negara Kesat uan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
33
-
Aspek pelayanan keimigrasian mengandung makna melancarkan dan
memudahkan orang masuk dan ke luar ke dan dari Wilayah Indonesia.
Dalam aspek pelayanan t ermasuk pengat uran pembebasan Visa bagi
orang asing dari negara-negara t ert ent u. Berbagai bent uk pelayanan
ini t idak t erlepas dari kepent ingan nasional, karena it u set iap
kemudahan keimigrasian yang diberikan kepada warga negara asing
dari sat u at au beberapa negara t ert ent u dilakukan dengan sedapat
mungkin mengupayakan penerapan prinsip resiprosit as yang
memungkinkan
Warga
Negara
Indonesia
menikmat i
kemudahan-kemudahan yang sama dari negara-negara yang mendapat
kemudahan keimigrasian di Indonesia.
Dalam rangka mewuj udkan prinsip "select ive policy" diperlukan
pengawasan t erhadap orang asing. Pengawasan ini t idak hanya pada
saat mereka masuk, t et api selama mereka berada di wilayah Indonesia
t ermasuk kegiat an-kegiat annya. Pengawasan keimigrasian mencakup
penegakan hukum keimigrasian baik yang bersif at administ rat if
maupun t indak pidana keimigrasian.
Karena it u, perlu pula diat ur mengenai Penyidik Pej abat Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan keimigrasian yang akan menj alankan t ugas
dan wewenang menurut ket ent uan yang diat ur dalam Undang-undang
ini dan sesuai dengan ket ent uan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
t ent ang Hukum Acara Pidana.
Aspek pelayanan dan pengawasan ini t idak pula t erlepas dari sif at
wilayah Indonesia yang berpulau-pulau, mempunyai j arak yang dekat
bahkan berbat asan dengan beberapa negara t et angga. Pada
t empat -t empat t ersebut t erdapat lalu lint as t radisional masuk dan ke
luar baik Warga Negara Indonesia maupun warga negara t et angga.
Dalam rangka meningkat kan pelayanan dan memudahkan pengawasan,
dapat diat ur perj anj ian lint as bat as dan diusahakan perluasan
Tempat -t empat Pemeriksaan Imigrasi. Dengan demikian dapat
dihindari orang masuk at au ke luar wilayah Indonesia di luar Tempat
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
34
-
Pemeriksaan Imigrasi.
Kepent ingan nasional adalah kepent ingan seluruh rakyat Indonesia.
Karena it u, pengawasan t erhadap orang asing memerlukan j uga
part isipasi masyarakat unt uk melaporkan orang asing yang diket ahui
at au diduga berada di wilayah Indonesia secara t idak sah at au
menyalahgunakan izin keimigrasiannya.
Unt uk meningkat kan part isipasi t ersebut , perlu dilakukan usaha-usaha
meningkat kan kesadaran hukum masyarakat .
Perkembangan-perkembangan baru, dan berbagai mat eri muat an yang
berkait an dengan prinsip-prinsip keimigrasian sepert i select ive policy,
t at a pelayanan, pengawasan, pencegahan, penangkalan, penyidikan,
pemant auan dan lain-lain belum seluruhnya t ert ampung dalam
perat uran perundang-undangan yang t elah ada. Karena it u, unt uk
memadukan dan menyat ukan berbagai perat uran perundang-undangan
yang ada dan menampung berbagai perkembangan baru, maka
disusunlah Undang-undang Keimigrasian yang baru ini.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup j elas
Pasal 2
Cukup j elas
Pasal 3
Cukup j elas
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
35
-
Pasal 4
Cukup j elas
Pasal 5
Cukup j elas
Pasal 6
Cukup j elas
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud pembebasan Visa dalam ayat ini, misalnya
unt uk kepent ingan pariwisat a.
Huruf b
Cukup j elas
Huruf c
Yang dimaksud dengan kapt en, nakhoda dan awak dalam huruf
c ayat ini adalah orang asing yang menj adi kapt en, nakhoda,
at au awak yang sedang bert ugas pada pesawat udara, kapal
laut at au alat angkut lainnya yang mendarat at au berlabuh di
bandar udara at au pelabuhan yang dit et apkan sebagai t empat
at au pint u masuk ke wilayah Indonesia.
Mengingat
bagian-bagian
t ert ent u
wilayah
Indonesia
berbat asan langsung dengan beberapa negara t et angga, t idak
t ert ut up kemungkinan berkembangnya hubungan darat ant ara
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
36
-
Indonesia
dengan
negara-negara
t et angga
menggunakan alat angkut sepert i bus at au keret a api.
dengan
Apabila hal ini t erj adi maka kepada pengemudi bus, masinis
keret a api, at au pengemudi kendaraan umum lainnya
t ermasuk awaknya, dapat diberlakukan ket ent uan yang
berlaku bagi kapt en at au nakhoda yang sedang bert ugas
sepanj ang t idak dit ent ukan secara khusus dalam perj anj ian
lint as bat as ant ara Indonesia dan negara t et angga yang
bersangkut an.
Huruf d
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 8
Orang asing pada wakt u melint asi bat as wilayah Indonesia
sebenarnya secara nyat a t elah memasuki wilayah Indonesia t et api
masuknya orang asing it u baru sah set elah melalui pemeriksaan oleh
Pej abat Imigrasi yang bert ugas di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
Keabsahan orang asing masuk wilayah Indonesia t ersebut pent ing
karena akan menj adi dasar bagi pemberian izin keimigrasian
lainnya.
Huruf a
Yang dimaksud dengan Surat Perj alanan yang sah dalam huruf a
ini adalah Surat Perj alanan yang masih berlaku.
Huruf b
Cukup j elas
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
37
-
Huruf c
Cukup j elas
Huruf d
Cukup j elas
Huruf e
Cukup j elas
Pasal 9
Yang dimaksud dengan penanggung j awab alat angkut dalam Pasal
ini adalah pengusaha alat angkut yang bersangkut an at au
perwakilannya. Kapt en at au nakhoda dianggap pula sebagai
penanggung j awab alat angkut .
Huruf a
Cukup j elas
Huruf b
Cukup j elas
Huruf c
Yang dimaksud bendera isyarat dalam huruf c Pasal ini adalah
Bendera "N" dari kapal laut sebagai pemberit ahuan bahwa kapal
t ersebut dat ang dari luar negeri dengan membawa penumpang
dan t anda permint aan unt uk dilakukan pemeriksaan keimigrasian
di at as kapal t ersebut .
Huruf d
Cukup j elas
Huruf e
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
38
-
Cukup j elas
Pasal 10
Cukup j elas
Pasal 11
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan urusan yang bersif at keimigrasian
dalam huruf a ayat ini adalah pencegahan yang dilakukan
karena alasan-alasan sepert i :
1) Warga Negara Indonesia yang pernah diusir at au dideport asi
ke Indonesia oleh suat u negara lain;
2) Warga Negara Indonesia yang pada saat berada di luar
negeri melakukan perbuat an yang mencemarkan nama baik
bangsa dan Negara Indonesia;
3) Warga negara asing yang belum at au t idak memenuhi
kewaj iban-kewaj iban t erhadap Negara at au Pemerint ah
Republik Indonesia, misalnya belum melunasi paj ak sebagai
orang asing.
Huruf b
Yang dimaksud dengan piut ang negara dalam huruf b ayat ini
adalah t agihan t erhadap seseorang at au badan hukum yang
t imbul
dari
perj anj ian keperdat aan dengan inst ansi
Pemerint ah, Badan-badan Usaha Negara, at au badan-badan
lainnya baik di pusat maupun di daerah yang secara langsung
at au t idak langsung dikuasai Negara berdasarkan perat uran
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
39
-
perundang-undangan yang berlaku.
Huruf c
Cukup j elas
Huruf d
Pelaksanaan pencegahan dalam huruf d ayat ini, dilakukan
semat a-mat a unt uk mencapai t uj uan dan dalam bat as-bat as
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun
1982 t ent ang Ket ent uan-ket ent uan
Pokok
Pert ahanan
Keamanan Negara Republik Indonesia sebagaimana t elah
diubah dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1988, t erut ama
Pasal 3 dan Pasal 12.
Berdasarkan Undang-undang ini pert ahanan dan keamanan
negara bert uj uan unt uk menj amin t et ap t egaknya Negara
Kesat uan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 t erhadap segala ancaman baik dari
luar maupun dari dalam negeri sert a t ercapainya t uj uan
nasional. Pelaksanaan komando pert ahanan keamanan negara
ada pada Panglima Angkat an Bersenj at a Republik Indonesia.
Dalam rangka melaksanakan t ugas di bidang pert ahanan
keamanan, Panglima Angkat an Bersenj at a Republik Indonesia
dapat mencegah seseorang unt uk ke luar dari wilayah
Indonesia. Pencegahan t ersebut dilakukan apabila orang at au
orang-orang t ert ent u menunj ukkan secara nyat a sikap at au
t indakan yang akan mengganggu at au mengancam keut uhan
Negara Kesat uan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal-hal yang
semat a-mat a berdasarkan dugaan t anpa bukt i-bukt i awal yang
cukup bahwa orang-orang t ert ent u mengganggu at au
mengancam keut uhan Negara Kesat uan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
t idak dapat dij adikan alasan unt uk melakukan pencegahan.
Begit u
pula
perbedaan
pandangan,
persepsi
at au
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
40
-
kebij aksanaan penyelenggaraan pemerint ahan negara, t anpa
dimaksudkan unt uk mengancam keut uhan Negara Kesat uan
Republik
Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 t idak dapat dij adikan alasan
pencegahan.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan surat t ercat at dalam ayat ini t ermasuk
j uga bukt i penerimaan oleh yang bersangkut an at au orang lain
pada alamat orang at au orang-orang yang t erkena pencegahan.
Pasal 13
Ayat (1)
Set iap keput usan perpanj angan pencegahan harus memenuhi
ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2).
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
41
-
Ayat (4)
Cukup j elas
Pasal 14
Cukup j elas
Pasal 15
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan urusan yang bersif at keimigrasian
dalam huruf a ayat ini adalah penangkalan yang dilakukan
karena alasan-alasan sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 8.
Huruf b
Cukup j elas
Huruf c
Pelaksanaan penangkalan dalam huruf c ayat