PROS Paskah I Nugroho E Penti Kurniawati Rizky F Rossiladewi Komparasi kinerja keuangan Full text

(1)

KOMPARASI KINERJA KEUANGAN

PERUSAHAAN

ISSUER

DAN

NONISSUER

DI BURSA EFEK INDONESIA

Paskah Ika Nugroho1 Elisabeth Penti Kurniawati2

Rizky Fauzi Rossiladewi3 1

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga E-mail : paskah@staff.uksw.edu

2

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga E-mail : bet@staff.uksw.edu

3

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga E-mail : rizq_ross@yahoo.co.id

ABSTRACT

Right issue is a policy to get more funds for go public companies. The aim of this research is to test the financial performance differences between issuer companies and nonissuer companies. The ratio to assess financial performance used in this study are Current Ratio, Leverage Ratio, Asset Turn Over, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Investment, Return on Equity, Price Earning Ratio and Price to Book Value Ratio.

Analytical technique used in this study were descriptive statistics and Mann-Whitney U Test. The result of this study showed that there were significant differences in activity ratio; ATO and profitability ratio; ROI and ROE.


(2)

PENDAHULUAN

Seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan perekonomian, maka peran pasar modal

menjadi sangat penting sebagai sarana untuk menghimpun dana. Salah satu alternatif bagi

perusahaan untuk mendapatkan dana adalah dengan menawarkan saham pada investor

melalui pasar modal. Dengan menjadi go public perusahaan dapat memperoleh tambahan

dana segar untuk membiayai berbagai kegiatan perusahaan. Jika perusahaan masih

membutuhkan dana tambahan, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan

penawaran saham terbatas atau disebut juga right issue.

Right issueadalah penawaran sekuritas baru kepada pemegang saham lama untuk membeli

saham baru tersebut dengan harga yang tertentu dan pada saat tertentu pula (Harto, 2001).

Perusahaan menerbitkan right issue dengan tujuan untuk tidak mengubah proporsi

kepemilikan pemegang saham dan mengurangi biaya emisi akibat penerbitan saham baru.

Kurniasari dan Nugraheni (2003) menyatakan bahwa perolehan dana melalui right issue

dianggap sebagai alternatif yang menguntungkan karena perusahaan memperoleh dana segar

tanpa terbebani oleh suku bunga bank. Dengan right issue investor lama memiliki hak untuk

membeli saham baru yang dikeluarkan oleh emiten dengan harga yang lebih rendah dari

harga pasar.

Dalam penelitian yang dilakukan Oktavia dan Nugroho (2010), menunjukkan bahwa

sepanjang tahun 2008, perusahaan yang menerbitkan Initial Public Offering (IPO) di BEI

tercatat sebanyak 18 emiten dengan total dana IPO sebesar Rp 24,39 triliun dan perusahaan

yang menerbitkan right issue di BEI tercatat sebanyak 21 emiten dengan total dana right

issue sebesar Rp 56,07 triliun. Sedangkan secara keseluruhan sepanjang 2008 total dana segar

yang dihimpun oleh perusahaan go public mencapai Rp82,45 triliun yang terdiri dari IPO


(3)

mengindikasikan bahwa right issue merupakan salah satu cara perusahaan yang masih

banyak dilakukan untuk mendapatkan dana segar.

Reaksi beragam akan ditunjukkan oleh para investor terhadap kegiatan right issue yang

dilakukan perusahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Oktavia dan Nugroho (2010) yang

menyatakan bahwa right issue dapat mengirimkan sinyal positif dan negatif ke pasar. Right

issue akan berdampak positif jika dana yang diperoleh diinvestasikan untuk ekspansi usaha,

baik proyek baru atau peningkatan modal kerja. Oleh karenanya, setelah melakukan right

issue, investor tentu sangat berharap kinerja yang dimiliki oleh perusahaan menjadi lebih

baik.

Namun sebaliknya, jika kinerja perusahaan tidak membaik setelah melakukan right issue,

tentu saja akan mengurangi kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut. Misalnya jika

dana yang diperoleh dipergunakan untuk membayar hutang yang jatuh tempo, maka hal

tersebut dapat menjadi berita buruk bagi investor karena dianggap bahwa perusahaan

kesulitan untuk membayar hutang ataupun terbebani dengan bunga yang tinggi.

Meskipun pengumuman right issue cenderung merupakan berita buruk bagi para pelaku

pasar namun informasi right issue tersebut mempengaruhi perilaku harga dan return saham

serta tingkat likuiditas saham. Hal ini tampak pada sejumlah penelitian sebelumnya, baik di

pasar modal yang sudah maju maupun yang masih berkembang menunjukkan bahwa

pengumuman right issue mempengaruhi reaksi pasar yang tercermin dari perubahan harga

saham dan tingkat likuiditas saham diseputar pengumuman right issue (Kurniawati dan

Winarso, 2005).

Dengan adanya tambahan dana yang diperoleh perusahaan setelah melakukan right issue,

maka akan menyebabkan perubahan posisi keuangan perusahaan baik pada sisi likuiditas,

leverage, aktivitas, profitabilitas, maupun harga saham perusahaan tersebut (Oktavia dan


(4)

tepat maka akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, dan juga sebaliknya. Maka

menjadi penting bagi perusahaan untuk mengetahui apakah setelah melakukan right issue

kinerja keuangan perusahan mengalami peningkatan atau penurunan.

Beberapa penelitian dilakukan untuk meneliti kinerja keuangan perusahan baik di

Indonesia maupun di luar negeri sebelum dan sesudah dilakukannya right issue, dan

menunjukkan hasil yang beragam. Loughran dan Ritter (1997) meneliti perbedaan kinerja

keuangan perusahaan pada perusahaan yang melakukan right issue dan yang tidak melakukan

right issue dalam horison waktu lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah right issue.

Hasilnya menunjukkan bahwa dalam jangka panjang kinerja keuangan perusahaan yang

melakukan right issue mengalami penurunan. Pada kasus yang sama, Harto (2001) dalam

penelitiannya menemukan bahwa kinerja operasi, profitabilitas, dan saham perusahaan

mengalami penurunan kecuali kinerja likuiditas yang justru meningkat setelah melakukan

right issue.

Namun, hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Nugroho (2005), yang melakukan penelitian

mengenai kinerja perusahaan manufaktur yang melakukan right issue di Indonesia tahun

1997-2000 menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja pada rasio EPS, ROE, ROI,

PER, PBV, DER meskipun terdapat penurunan namun tidak signifikan. Selain itu, Oktavia

dan Nugroho (2010) juga melakukan penelitian mengenai kinerja keuangan perusahaan yang

melakukan right issue di BEI tahun 2003-2006, yang menunjukkan hasil bahwa tidak terjadi

perbedaan yang signifikan pada rasio keuangan antara sebelum dan sesudah perusahaan

melakukan right issue kecuali pada kinerja likuiditas perusahaan yang menjadi lebih baik

setelah melakukan right issue.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan Oktavia dan

Nugroho (2010). Hasil penelitian Oktavia dan Nugroho (2010) menunjukkan bahwa tidak


(5)

perusahaan melakukan right issue kecuali pada kinerja likuiditas perusahaan yang menjadi

lebih baik setelah melakukan right issue. Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan

penelitian yang terdahulu yaitu sama-sama menggunakan alat ukur rasio. Sedangkan yang

membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah periode right issue dan juga

dalam penelitian ini menggunakan sampel non issuer sebagai pembanding. Penelitian yang

dilakukan Oktavia dan Nugroho (2010) menggunakan periode tahun 2003-2006 (jangka

waktu dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah right issue), sedangkan dalam penelitian ini

menggunakan periode 2004-2007 (jangka waktu dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah

right issue).

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi persoalan penelitian

adalah apakah kinerja keuangan akan berbeda pada perusahaan yang melakukan right issue

dengan yang tidak melakukan right issue. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan yang melakukan right

issue dengan perusahaan yang tidak melakukan right issue.

TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN Kinerja Keuangan

Menurut Kaplan dan Norton (1996) dalam Nugrahanti (2010), kinerja perusahaan

merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan

mengacu pada standar yang ditetapkan. Pengukuran kinerja merupakan hal sangat penting

dalam perusahaan karena merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari alur

perencanaan dan pengendalian. Analisis terhadap kinerja keuangan dapat menunjukkan posisi

keuangan perusahaan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi yang akan


(6)

Analisis kinerja keuangan dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan.

Widayanti, et al. (2006) menyatakan bahwa tujuan dari analisis laporan keuangan adalah

untuk mengetahui performance perusahaan, memprediksi kegiatan masa yang akan datang

dan merumuskan kebijakan yang tepat bagi perusahaan. Informasi mengenai kinerja

keuangan perusahaan ini merupakan hal penting baik bagi pihak intern maupun ekstern

perusahaan.

Dari sudut pandang seorang investor, meramalkan masa depan adalah hakikat dari analisis

laporan keuangan, sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan akan

bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi kondisi-kondisi dimasa depan maupun yang

lebih penting lagi sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah yang

akan meningkatkan kinerja perusahaan dimasa mendatang (Eugene dan Joel, 2006).

Salah satu alat yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan adalah analisis rasio.

Horne (1997) mengemukakan bahwa rasio keuangan merupakan alat yang digunakan untuk

menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Perhitungan rasio-rasio tersebut

dilakukan untuk memperoleh perbandingan yang dapat lebih berguna dibandingkan

angka-angka yang berdiri sendiri.

Right Issue atau Penawaran Terbatas

Budiarto dan Baridwan (1999) mendefinisikan right issue adalah hak bagi pemegang

saham lama untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh emiten, biasanya ditawarkan

dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar. Menurut pendapat Sari (2001) bahwa

dengan right issue, artinya saham-saham yang akan diterbitkan ke calon investor, harus

ditawarkan terlebih dahulu ke pemegang saham lama. Investor lama memiliki preemptive

right atau hak membeli efek terlebih dahulu agar dapat mempertahankan proporsi


(7)

untuk harus membelinya. Apabila investor tidak mau menggunakan haknya, maka dia dapat

menjual right tersebut. Oleh karenanya, bukti right hanya dibatasi kepada pemegang saham

lama sebelum ditawarkan pada umum.

Harga saham perusahaan setelah right issue secara teoritis akan mengalami penurunan.

Hal ini dikarenakan harga pelaksanaan right issue selalu lebih rendah dari harga pasar. Right

issue akan berdampak terhadap meningkatnya penawaran jumlah saham yang beredar, yang

selanjutnya secara temporer akan menurunkan harga saham (Udayana dan Sulistyanto, 2004).

Menurut pendapat yang dikemukakan Healey dan Palepu (1990) bahwa pengumuman

right issue hanya akan memberikan informasi mengenai resiko perusahaan di masa yang akan

datang. Investor yang sudah memiliki informasi mengenai perusahaan yang akan melakukan

right issue menganggap bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek yang kurang

menguntungkan, sehingga hal ini menyebabkan adanya reaksi pasar yang negatif.

Perolehan dana melalui right issue dianggap sebagai alternatif yang menguntungkan

dibandingkan melalui bank karena perusahaan memperoleh dana segar tanpa harus terbeban

oleh suku bunga bank (Kurniasari dan Nugraheni, 2003). Tujuan dari penerbitan right issue

adalah untuk tidak merubah proporsi kepemilikan pemegang saham dan menekan biaya

emisi. Adapun dana yang diperoleh dari right issue dapat digunakan untuk ekspansi usaha,

memperkuat struktur permodalan, ataupun dipergunakan untuk membayar hutang yang sudah

jatuh tempo.

Pengembangan Hipotesis

Kinerja suatu perusahaan dapat diketahui setelah laporan keuangannya dianalisis. Untuk

mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan, analisis laporan keuangan dilakukan dengan

menggunakan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan adalah analisis rasio


(8)

Evaluasi kinerja keuangan perusahaan dilakukan dengan menggunakan analisis

rasio.Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi lima

kelompok rasio yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan

rasio pasar.

1. Rasio Likuiditas

Pada umumnya perhatian pertama dari analisis keuangan adalah rasio likuiditas.

Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kehidupan perusahaan untuk membayar

semua kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

aset lancar yang tersedia (Budi, 2003). Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian

ini adalah current ratio (rasio lancar) yaitu perbandingan antara aset lancar dan hutang

lancar. Biasanya aset lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang dagang dan

persediaan.

Dalam penelitian ini current ratio digunakan untuk mengetahui apakah dana yang

diperoleh dari right issue mempengaruhi peningkatan likuiditas pada perusahaan yang

melakukan right issue dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan right

issue. Ketika perusahaan melakukan right issue, tambahan dana baru akan diperoleh

perusahaan sehingga menyebabkan aset lancar perusahaan menjadi bertambah yang

berdampak pada posisi likuiditas perusahaan yang menjadi lebih baik.

Pada penelitian sebelumnya oleh Harto (2001) menunjukkkan bahwa pada periode

saat melakukan right issue terdapat perbedaan rasio likuiditas. Sedangkan pada

penelitian yang dilakukan oleh Budi (2003) menunjukkan bahwa terjadi perbedaan

likuiditas pada dua tahun sebelum sampai periode right issue, yang berarti perusahaan

non issuer lebih likuid dibanding dengan perusahaan issuer.

Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini


(9)

H1 = Terdapat perbedaan likuiditas perusahaan yang melakukan right issue dan yang

tidak melakukan right issue.

2. RasioLeverage

Rasio leverage merupakan perbandingan antara total hutang terhadap total aset.

Terdapat empat cara untuk menghitung rasio leverage (Widayanti, et. al.,2006) :

leverage ratio, times interest earned, debt equity ratio, dan fixed charge coverage ratio.

Jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah leverage ratio (rasio hutang) yang

merupakan perbandingan antara total hutang terhadap total aset (Harto, 2001).

Rasio leverage digunakan untuk mengetahui apakah tambahan dana yang diperoleh

dari right issue digunakan untuk melunasi hutang atau diinvestasikan ke perluasan usaha.

Rasio leverage yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan terlalu banyak dibebani

oleh hutang, sehingga diperlukan tambahan dana untuk memenuhi kewajiban-kewajiban

perusahaan. Hal tersebut dapat diterima apabila dana yang diperoleh dari penerbitan right

issue dimanfaatkan secara benar. Menurut Kurniawati (2004) dalam (Oktavia dan

Nugroho, 2010) apabila rasio leverage sebelum right issue lebih tinggi dibandingkan

setelah right issue memberikan indikasikan bahwa tambahan dana yang diperoleh dari

right issue digunakan untuk melunasi hutang perusahaan tetapi apabila leverage ratio

lebih kecil mengindikasikan dugaan adanya earning management yang dilakukan

perusahaan pada saat sebelum melakukan right issue. Hal ini dilakukan agar kinerja

keuangan pada saat right issue terlihat baik sehingga penawaran right issue berjalan

sukses.

Dalam penelitian Harto (2001) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rasio leverage


(10)

issue. Pada periode setelah right issue tingkat leverage perusahaan issuer lebih kecil

dibanding perusahaan non issuer, meskipun hasilnya tidak signifikan.

Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini

adalah:

H2 = Terdapat perbedaan leverage perusahaan yang melakukan right issue dan

yang tidak melakukan right issue.

3. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur perputaran semua aset perusahaan.

Terdapat empat macam rasio yang digunakan untuk mengukur kecepatan dari setiap

rekening dikonversikan menjadi penjualan atau kas. Keempat rasio tersebut menurut

Widayanti, et. al., 2006, yaitu: perputaran persediaan, rata-rata periode pengumpulan

piutang, perputaran aset tetap, dan perputaran aset. Jenis rasio yang digunakan dalam

penelitian ini adalah asset turn over ratio yang digunakan untuk menjelaskan sejauh

mana efisiensi penggunaan aset dalam menghasilkan pendapatan perusahaan

(Harto,2001).

Menurut Budi (2003), semakin tinggi rasio aktivitas perusahaan semakin baik keadaan

perusahaan tersebut. Asset turn over ratio ini digunakan untuk mengetahui apakah

tambahan dana yang diperoleh dari right issue dapat mempengaruhi perputaran aset

menjadi lebih baik atau tambahan dana yang diperoleh dari right issue hanya digunakan

untuk melunasi hutang perusahaan.

Pada penelitian Harto (2001) menunjukkan adanya perbedaan signifikan rasio asset

turn over ratio untuk seluruh periode antara perusahaan yang melakukan right issue dan

yang tidak melakukan right issue, dimana hal tersebut menunjukkan kinerja perusahaan


(11)

Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

H3 = Terdapat perbedaan rasio aktivitas perusahaan yang melakukan right issue dan

yang tidak melakukan right issue.

4. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan

mewujudkan perbandingan antara laba dengan aset atau modal yang menghasilkan laba

tersebut. Menurut Eugene dan Joel (2006), rasio profitabilitas merupakan sekumpulan

rasio yang menunjukan gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aset, dan hutang

pada hasil-hasil operasi.

Terdapat lima rasio untuk menghitung rasio profitabilitas yaitu Gross Profit Margin

(GPM), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI), dan Return On Equity (ROE). Namun dalam penelitian ini rasio yang

digunakan adalah OPM, NPM, ROI, dan ROE. Rasio OPM digunakan untuk

menggambarkan laba bersih yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan. Rasio NPM

digunakan untuk mengetahui apakah kinerja perusahaan membaik atau memburuk antara

sebelum dan sesudah right issue. Rasio ROI untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya,

sedangkan rasio ROE digunakan untuk mengukur pendapatan yang tersedia bagi pemilik

perusahaan atas modal yang diinvestasikan dalam perusahaan (Oktavia dan Nugroho,

2010).

Hasil penelitian Harto (2001) menunjukkan bahwa rasio NPM secara statistik

signifikan dan nilai mean difference yang positif menunjukkan bahwa rasio NPM


(12)

menunjukkan tidak ada nilai signifikan pada rasio OPM selama periode penelitian,

namun nilai mean difference yang positif menunjukkan bahwa rasio OPM cenderung

mengalami penurunan setelah melakukan right issue. Untuk rasio ROI mempunyai nilai

mean difference yang positif yang artinya terjadi penurunan tingkat kembalian investasi

dan tingkat kembalian ekuitas dari jangka waktu satu tahun sebelum right issue hingga

dua tahun setelah right issue dilakukan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Budi (2003) menunjukkan bahwa profitabilitas

perusahaan-perusahaan yang melakukan right issue lebih rendah pada periode sebelum

melakukan right issue. Profitabilitas perusahaan yang melakukan right issue ikut

terganggu oleh rendahnya likuiditas dan besarnya utang jangka panjang. Berdasarkan hal

tersebut maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

H4 = Terdapat perbedaan profitabilitas perusahaan yang melakukan right issue dan

yang tidak melakukan right issue.

5. Rasio Pasar

Rasio pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah price earning ratio (PER) dan

price to book value ratio (PBV). Rasio PER merupakan suatu indikator yang digunakan

untuk melihat prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. PER

mengukur perbandingan antara harga saham dengan laba bersihnya. Semakin besar rasio

ini berarti semakin besar jumlah rupiah yang dibayarkan oleh pemegang saham dari laba

yang dilaporkan (Harto, 2001). Para investor menggunakan PER untuk melihat

pertumbuhan perusahaan di masa depan sehingga membatu dalam pengambilan

keputusan investasi. Dengan rasio PER yang tinggi menggambarkan perusahaan


(13)

perbandingan antara harga pasar saham dengan nilai buku ekuitasnya (Eugene dan Joel,

2006).

Jika dana tambahan dari right issue yang diperoleh perusahaan digunakan untuk

pembayaran hutang yang jatuh tempo ataupun mendanai investasi yang kurang

menguntungkan, maka right issue yang dilakukan oleh perusahaan kemungkinan akan

menyebabkan nilai PER dan PBV menjadi menurun. Oleh karenanya, dengan adanya

kebijakan right issue yang dilakukan oleh perusahaan maka kebanyakan investor akan

memandang right issue dari sisi negatif yang memberikan kemungkinan perusahaan

memiliki prospek pertumbuhan yang kurang bagus ataupun perusahaan mengalami

kesulitan dalam hal keuangan (Harto, 2001).

Dalam penelitian Harto (2001) untuk rasio PER dan PBV menunjukkan hasil yang

secara statistik signifikan yaitu kebijakan right issue yang dilakukan perusahaan

dipandang investor secara negatif yang kemungkinan perusahaan memiliki pertumbuhan

yang kurang bagus dimasa yang akan datang. Sedangkan pada penelitian Budi (2003)

menunjukkan hasil yang secara statistik cukup signifikan pada periode setelah right

issue.

Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

H5 = Terdapat perbedaan rasio pasar pada perusahaan yang melakukan right issue

dan yang tidak melakukan right issue.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah event study. Penelitian event study merupakan metode penelitian

untuk mendeteksi dampak dari suatu peristiwa (Supramono dan Utami, 2003). Dalam

penelitian ini yang menjadi peristiwa adalah right issue dan dampak dari right issue ini dapat


(14)

Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari data

keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan right issue

periode tahun 2004-2007, berupa rasio-rasio keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan

perusahaan. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data keuangan selama dua

tahun sebelum (2002-2003) dan dua tahun sesudah right issue (2008-2009). Data tersebut

diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia yang

melakukan right issue tahun 2004-2007. Dalam melakukan penelitian ini peneliti mengambil

sampel perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia yang melakukan right issue dengan

pengambilan sampel secara purposive sampling, artinya bahwa populasi yang akan dijadikan

sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu. Kriteria yang

diterapkan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah:

1. Perusahaan melakukan right issue antara tahun 2004 sampai dengan tahun 2007.

2. Data penerbitan laporan keuangan tersedia selama lima tahun berturut-turut mulai

dua tahun sebelum sampai dua tahun sesudah peristiwa right issue. Sehingga total

data laporan keuangan yang tersedia antara tahun 2002 sampai dengan tahun

2009.

Selain kriteria tersebut dilakukan pengecualian untuk perusahaan perbankan dan

pembiayaan, karena perusahaan jenis ini mempunyai regulasi yang kuat mengenai

permodalan sehingga biasanya mempunyai leverage yang tinggi.

Untuk sampel pembanding (non issuers) dipilih perusahaan yang sesuai dengan sampel


(15)

tidak melakukan kegiatan right issue selama jangka waktu 2004 sampai 2007. Kriteria lain

adalah perusahaan memiliki karakteristik industri yang sejenis dengan perusahaan sampel.

Jika tidak tersedia perusahaan dalam satu industri maka diambil sampel dalam industri

berdekatan.

Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui analisis rasio.

Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dan operasi perusahaan sebelum

dan setelah right issue meliputi:

a. Rasio Likuiditas

b. Rasio Leverage

c. Rasio Aktivitas

d. Rasio Profitabilitas

e. Rasio Pasar

Aset Total Penjualan ATO= lancar Hutang Lancar Aset CR= aset Total hutang Total Leverage= Penjualan operasi bersih Laba OPM= Penjualan pajak setelah Laba NPM= Aset Total pajak setelah Laba ROI= Ekuitas pajak setelah Laba ROE= EPS biasa saham lembar per pasar Harga PER = saham lembar per buku Nilai saham lembar per pasar Harga PBV=


(16)

Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif.

Seluruh data yang dikumpulkan akan diuji dengan menggunakan statistik deskriptif dan uji

hipotesis. Statistik deskriptif digunakan untuk mempermudah dalam menguraikan

karekteristik dari sebuah data, sedangkan pengujian hipotesis dilakukan melalui uji t sampel

independen (independent t test) atau uji Mann-Whitney U Test.

Pada langkah pertama yang dilakukan adalah uji normalitas data dengan menggunakan

Kolmogorov-Smirnov untuk melihat apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau

tidak. Jika data terdistribusi normal, dapat diuji dengan pengujian parametrik menggunakan

uji t sampel bebas (independent sample t-test) dan apabila data tidak berdistribusi normal

maka dapat diuji dengan pengujian non parametrik. Seperti yang terdapat dalam Singgih

(2001), jika data tidak berdistribusi normal, atau jumlah data sangat sedikit serta level data

adalah nominal atau ordinal, maka perlu digunakan alternatif metode-metode statistik yang

tidak harus memakai suatu parameter tertentu, seperti keharusan adanya Mean, Standar

Deviasi, Varians dan lainnya, metode tersebut disebut metode statistik non parametrik. Dalam

penelitian ini pengujian non parametrik yang digunakan adalah uji Mann-Whitney U Test.

Pengujian dilakukan dengan uji t bebas (independent sample t-test) atau uji Mann-Whitney

U Test dengan melihat signifikansi perbedaan rasio antara perusahaan yang melakukan right

issue dengan perusahaan yang tidak melakukan right issue. Analisis statistik dilakukan pada

tingkat keyakinan 95% yang berarti apabila tingkat signifikansi t <level of significant (0,05)

maka ada perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perusahaan yang melakukan


(17)

ANALISIS DATA

Gambaran Umum Objek Penelitian

Berdasarkan kriteria yang ditentukan sebelumnya, terdapat 41 perusahaan yang melakukan

right issue di BEI pada tahun 2004-2007 dan terdapat 24 perusahaan yang memenuhi kriteria

sampel untuk menjadi sampel akhir dalam penelitian. Untuk sampel pembanding dipilih

perusahaan yang matched dengan sampel issuer berdasarkan beberapa kriteria yang telah

ditentukan dan terpilih sebanyak 24 perusahaan pembanding.

Tabel 1: Distribusi Sampel

Tahun

Sampel Issuer Sampel Pembanding (Non Issuer) Sampel Penelitian

Alasan Awal Akhir

2004 12 7

4 perusahaan merupakan perusahaan perbankan & lembaga pembiayaan. 1 perusahaan tidak tersedia laporan keuangan tahun 2002 & 2003.

7

2005 6 3

3 perusahaan merupakan perusahaan perbankan & lembaga pembiayaan. 3

2006 11 5

6 perusahaan merupakan perusahaan perbankan & lembaga pembiayaan. 5

2007 12 9

3 perusahaan merupakan perusahaan

perbankan & lembaga pembiayaan. 9

Total 41 24 24

Sumber : ICMD, diolah

(Keterangan data perusahaan lihat lampiran 1)

Statistik Deskriptif

Dalam penelitian ini, statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi

perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang melakukan right issue dan yang tidak


(18)

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00

T-2 T-1 T0 T+1 T+2

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00

T-2 T-1 T0 T+1 T+2

rasio CR, leverage, ATO, OPM, NPM, ROI, ROE, PER dan PBV selama periode right issue.

Untuk mempermudah dalam penggambaran data mengenai perbedaan kinerja keuangan

perusahaan dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:

Gambar 1: Mean rasio CR Issuer Gambar 2: Mean rasio CR Non Issuer

Sumber : data olah Sumber : data olah

Berdasarkan Grafik 1 dapat dilihat bahwa nilai mean pada rasio CR issuer saat t-2 ke t-1

mengalami penurunan yang cukup tajam dan kemudian mengalami peningkatan dari t-1

sampai t+2. Penurunan yang terjadi dari t-2 ke t-1 kemungkinan disebabkan oleh aktivitas

operasi perusahaan. Sedangkan dari t-1 sampai dengan t+2 terjadi peningkatan yang

kemungkinan disebabkan oleh adanya tambahan dana yang diperoleh dari right issue

sehingga menyebabkan rasio CR tinggi. Nilai maksimal pada rasio CR issuer adalah sebesar

39.62 yaitu pada perusahaan Inti Kapuas Arowana pada saat t+2, sedangkan nilai minimal

pada rasio CR issuer adalah sebesar 0.12 yaitu pada perusahaan Ades Alfindo Putrasetia juga

pada saat t+2.

Sedangkan pada Grafik 2 menunjukkan bahwa nilai mean pada rasio CR non issuer terjadi

peningkatan dari t-2 sampai t0, namun saat t0 ke t+1 justru mengalami penurunan dan

selanjutnya menigkat kembali pada saat t+2. Peningkatan dan penurunan yang terjadi pada


(19)

0.45 0.46 0.47 0.48 0.49 0.50 0.51

T-2 T-1 T0 T+1 T+2

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60

T-2 T-1 T0 T+1 T+2

perusahaan. Nilai maksimal pada rasio CR non issuer adalah sebesar 15.12 yaitu pada

perusahaan Inti Agri Resources pada saat t+2, sedangkan nilai minimal adalah sebesar 0.45

yaitu pada perusahaan Bumi Resources pada saat t-2.

Gambar 3: Mean rasio Leverage Issuer Gambar 4: Mean rasio Leverage Non Issuer

Sumber : data olah Sumber : data olah

Berdasarkan Grafik 3 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai mean pada rasio

leverage issuer yaitu saat t-2 sampai t0 yang kemudian mengalami peningkatan dari t0

sampai t+2. Seperti yang terdapat dalam Oktavia dan Nugroho (2010), hal ini mungkin

disebabkan oleh adanya indikasi earning management yang dilakukan oleh perusahaan issuer

dari t-2 sampai t0 yaitu dengan memperlihatkan nilai rasio leverage yang semakin menurun.

Tujuan dengan menunjukkan rasio leverage yang semakin kecil sebelum right issue adalah

agar kinerja perusahaan terlihat baik sehingga penawaran right issue yang ditawarkan pada

pemegang saham lama terjual habis. Nilai maksimal pada rasio leverage issuer adalah

sebesar 1.93 yaitu pada perusahaan Ades Alfindo Putrasetia pada saat t+2, sedangkan nilai

minimal rasio leverage issuer adalah sebesar 0.00 yaitu pada perusahaan Inti Kapuas

Arowana juga pada saat t+2.

Sedangkan pada Grafik 4 menunjukkan bahwa nilai mean rasio leverage non issuer


(20)

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00

T-2 T-1 T0 T+1 T+2

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00

T-2 T-1 T0 T+1 T+2

sedikit hutang perusahaan yang digunakan untuk memperoleh aset. Namun terjadi

peningkatan nilai mean pada t+1 dan kembali menurun pada t+2. Nilai maksimal pada rasio

leverage non issuer adalah sebesar 1.09 yaitu pada perusahaan Karwell Indonesia pada saat

t+2, sedangkan nilai minimal rasio leverage non issuer adalah sebesar 0.02 yaitu pada

perusahaan Inti Agri Resources saat t+2.

Gambar 5: Mean rasio ATO Issuer Gambar 6: Mean rasio ATO Non issuer

Sumber : data olah Sumber : data olah

Berdasarkan Grafik 5 dapat dilihat bahwa nilai mean rasio ATO issuer dari t-2 ke t-1

sedikit mengalami peningkatan dan terjadi penurunan sebelum melakukan right issue yaitu

dari t-1 ke t0. Penurunan yang terjadi memberi indikasi bahwa kemungkinan efisiensi dari

perputaran aset perusahaan sedang dalam kondisi yang kurang baik, sehingga hal ini yang

menjadi salah satu faktor yang mendorong perusahaan untuk melakukan right issue.

Sedangkan pada t0 sampai t+2 terjadi peningkatan dan penurunan yang bisa dikatakan cukup

stabil. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan tambahan dana yang diperoleh dari right

issue dikelola oleh manajemen dengan baik, yang tidak hanya digunakan untuk melunasi

hutang tapi juga digunakan untuk menambah aset yang dapat meningkatkan volume

penjualan perusahaan. Nilai maksimal pada rasio ATO issuer adalah sebesar 2.82 yaitu pada

perusahaan Pan Brothers saat t0, sedangkan nilai minimal rasio ATO issuer adalah sebesar


(21)

-15.00 -10.00 -5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00

T-2 T-1 T0 T+1 T+2

-0.30 -0.20 -0.10 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50

T-2 T-1 T0 T+1 T+2

Sedangkan pada Grafik 6 menunjukkan bahwa nilai mean rasio ATO non issuer terjadi

penurunan pada t-2 ke t-1, namun mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari t-1 ke t0

sampai t+1. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik keadaan perusahaan dalam

mengelola aset perusahaan. Selanjutnya, dari t+1 ke t+2 nilai mean rasio ATO kembali

mengalami penurunan. Pada rasio ATO non issuer, nilai maksimalnya adalah 2.49 yaitu pada

perusahaan Ciputra Development pada saat t+1, sedangkan nilai minimalnya adalah sebesar

0.05, yaitu pada perusahaan Colorpak Indonesia pada saat t-1.

Gambar 7: Mean rasio OPM Issuer Gambar 8: Mean rasio OPM Non issuer

Sumber : data olah Sumber : data olah

Berdasarkan Grafik 7 dapat dilihat bahwa mean rasio OPM issuer mengalami peningkatan

pada periode sebelum melakukan right issue sampai pada satu tahun setelah melakukan right

issue yaitu dari t-2 sampai pada t+1. Namun terlihat pada t+1 ke t+2 terjadi penurunan yang

cukup tajam. Hal ini mungkin mengindikasikan bahwa dalam jangka panjang, right issue

tidak dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang ditunjukkan dengan penurunan OPM pada

dua tahun setelah right issue. Nilai maksimal rasio OPM issuer adalah sebesar 22.88 yaitu

pada perusahaan Mitra Rajasa saat t+1, sedangkan nilai minimal rasio OPM issuer adalah


(22)

-60.00 -50.00 -40.00 -30.00 -20.00 -10.00 0.00

T-2 T-1 T0 T+1 T+2

-0.50 -0.40 -0.30 -0.20 -0.10 0.00 0.10 0.20 0.30

T-2 T-1 T0 T+1 T+2

Sedangkan pada Grafik 8 menunjukkan bahwa nilai mean rasio OPM non issuer justru

mengalami penurunan pada t-2 sampai pada t0. Hal ini dapat menunjukkan bahwa keadaan

perusahaan yang semakin memburuk selama periode t-2 sampai t0. Selanjutnya pada t0 ke

t+1 terlihat terjadi peningkatan yang cukup tinggi, namun pada t+1 ke t+2 kembali

mengalami penurunan. Nilai maksimal pada rasio OPM non issuer adalah sebesar 6.91 yaitu

pada perusahaan Inti Agri Resources pada saat t-2, sedangkan nilai minimalnya adalah

sebesar -14.95 yang juga terdapat pada perusahaan Inti Agri Resources pada saat t0.

Gambar 9: Mean rasio NPM Issuer Gambar 10: Mean rasio NPM Non issuer

Sumber : data olah Sumber : data olah

Pada Grafik 9 dapat dilihat bahwa nilai mean rasio NPM issuer mengalami peningkatan

dari t-2 sampai periode right issue, dan terus meningkat sampai pada t+1 walaupun hanya

kecil tingkat kenaikannya. Namun dari t+1 ke t+2 terlihat penurunan yang cukup tajam, yang

menunjukkan bahwa kondisi perusahaan yang memburuk. Hal tersebut juga dapat

menunjukkan bahwa keefektifan dana yang berasal dari right issue hanya bertahan satu tahun

setelah periode right issue. Kemungkinan hal tersebut terjadi karena kurang tepatnya

keputusan yang diambil oleh manajemen dalam mengelola dana yang diperoleh dari right

issue sehingga menyebabkan net profit margin perusahaan mengalami penurunan yang cukup


(23)

-40.00 -30.00 -20.00 -10.00 0.00 10.00 20.00 30.00

T-2 T-1 T0 T+1 T+2

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

T-2 T-1 T0 T+1 T+2

Budi Acid Jaya saat t+2, sedangkan nilai minimal adalah sebesar -126.08 yaitu pada

perusahaan ATPK Resources pada saat t+2.

Sedangkan pada Grafik 10 menunjukkan bahwa nilai mean rasio NPM non issuer yang

tidak jauh berbeda dengan nilai mean rasio OPM non issuer. Dimana terjadi penurunan pada

t-2 sampai pada t0 yang menunjukkan kondisi perusahaan yang memburuk. Selanjutnya, dari

t0 ke t+1 terjadi peningkatan, namun kembali mengalami penurunan pada t+1 ke t+2. Nilai

maksimal pada rasio NPM non issuer adalah sebesar 3.87 pada t-2 dan nilai minimal adalah

sebesar -11.62 pada saat t0, di mana kedua nilai tersebut terdapat pada perusahaan Inti Agri

Resources.

Gambar 11: Mean rasio ROI Issuer Gambar 12: Mean rasio ROI Non issuer

Sumber : data olah Sumber : data olah

Berdasarkan Grafik 11 dapat dilihat bahwa nilai mean rasio ROI issuer sedikit mengalami

peningkatan dari t-2 ke t-1 dan dari t-1 ke t0 mengalami penurunan yang cukup tajam.

Kemudian mengalami peningkatan dari t0 ke t+1 namun kembali menurun pada t+2. Hal ini

menunjukkan bahwa dengan adanya tambahan aset melalui dana yang diperoleh dari right

issue dapat dipergunakan dengan baik oleh perusahaan dalam menghasilkan laba. Namun

penurunan yang terjadi pada t+2, mengindikasikan bahwa kemungkinan proyek perusahaan

untuk menghasilkan laba tersebut digunakan melalui investasi jangka panjang, sehingga


(24)

-300.00 -200.00 -100.00 0.00 100.00 200.00

T-2 T-1 T0 T+1 T+2

0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00

T-2 T-1 T0 T+1 T+2

melakukan right issue. Nilai maksimal rasio ROI issuer adalah sebesar 30.15 yaitu pada

perusahaan Charoen Pokphand Indonesia saat t+2, sedangkan nilai minimal adalah sebesar

-126.18 yaitu pada perusahaan Ades Alfindo Putrasetia saat t0.

Sedangkan pada Grafik 12 memperlihatkan bahwa nilai mean rasio ROI pada non issuer

dari t-2 ke t-1 mengalami penurunan dan dari t-1 ke t0 terjadi peningkatan, selanjutnya

mengalami penurunan kembali dari t0 sampai pada t+2. Hal ini menunjukkan bahwa dari t-2

ke t-1 dan dari t0 sampai t+2, perusahaan tidak mampu memaksimalkan seluruh aset yang

dimiliki untuk menghasilkan laba sehingga ROI mengalami penurunan. Nilai maksimal pada

rasio ROI non issuer adalah sebesar 62.16 yaitu pada perusahaan International Nickel

indonesia saat t0, sedangkan nilai minimal rasio ROI non issuer adalah sebesar -23.17 yaitu

pada perusahaan Karwell Indonesia pada saat t+2.

Gambar 13: Mean rasio ROE Issuer Gambar 14: Mean rasio ROE Non issuer

Sumber : data olah Sumber : data olah

Berdasarkan Grafik 13 dapat dilihat bahwa nilai mean rasio ROE issuer terjadi

peningkatan dari t-2 ke t-1 dan selanjutnya menurun pada saat t0. Namun pada dua tahun

setelah periode right issue, rasio ROE kembali mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan

bahwa dengan adanya tambahan dana yang diperoleh dari right issue menyebabkan perbaikan


(25)

0.00 500.00 1000.00 1500.00 2000.00

T-2 T-1 T0 T+1 T+2

0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00 450.00

T-2 T-1 T0 T+1 T+2

179.55 yaitu pada perusahaan Mitra Rajasa saat t+2, sedangkan nilai minimal adalah sebesar

-428.81 yaitu pada perusahaan Ades Alfindo Putrasetia pada saat t0.

Sedangkan pada Grafik 14 memperlihatkan bahwa nilai mean rasio ROE non issuer pada

saat t-1 dan t+1 mengalami penurunan dan pada saat t0 dan t+2 mengalami peningkatan.

Melalui grafik tersebut dapat menunjukkan bahwa pada saat t-1 dan t+1 keadaan perusahaan

sedang memburuk sehingga pendapatan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal

yang diinvestasikan cukup rendah. Sedangkan pada t0 dan t+2 adalah kondisi sebaliknya,

yang ditunjukkan dengan ROE yang cukup tinggi. Nilai maksimal pada rasio ROE non issuer

adalah sebesar 266.14 yaitu pada perusahaan Karwell Indonesia saat t+2, sedangkan nilai

minimal adalah -86.69 yaitu pada perusahaan Arpeni Pratama Ocean Line juga pada saat t+2.

Gambar 15: Mean rasio PER Issuer Gambar 16: Mean rasio PER Non issuer

Sumber : data olah Sumber : data olah

Berdasarkan Grafik 15 terlihat bahwa mean rasio PER issuer pada saat t-1 mengalami

kenaikan dan kembali menurun pada t0. Sedangkan pada periode satu tahun setelah right

issue terjadi kenaikan yaitu pada t+1. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan memiliki

prospek pertumbuhan yang kuat sebagai akibat dari penerbitan right issue, yang dapat

menyebabkan harga saham mengalami peningkatan. Namun hal tersebut tidak berlangsung


(26)

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00

T-2 T-1 T0 T+1 T+2

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00

T-2 T-1 T0 T+1 T+2

menurun kemungkinan disebabkan karena dana yang diperoleh dari right issue digunakan

untuk pembayaran hutang yang jatuh tempo atau mendanai investasi yang kurang

menguntungkan. Nilai maksimal pada PER issuer adalah sebesar 3145.82 yaitu pada

perusahaan Centra Corporindo Internasional pada saat t+1, sedangkan nilai minimal pada

PER issuer adalah sebesar -548.18 yang juga terdapat pada perusahaan Centra Corporindo

Internasional pada saat t0.

Sedangkan pada Grafik 16 memperlihatkan nilai mean rasio PER non issuer yang

mengalami peningkatan dari t-2 sampai pada t0 dan selanjutnya menurun sampai pada t+2.

Dengan rasio PER yang meningkat memperlihatkan bahwa pertumbuhan perusahaan dimasa

depan akan membaik, namun penurunan yang terjadi pada t+1 dan t+2 menggambarkan

bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang melemah. Pada rasio PER non

issuer, nilai maksimalnya adalah sebesar 537.35 yaitu pada perusahaan Karwell Indonesia

pada saat t0, dan nilai minimalnya adalah sebesar -99.95 yang juga terdapat pada perusahaan

Karwell Indonesia pada saat t-2.

Gambar 17: Mean rasio PBV Issuer Gambar 18: Mean rasio PBV Non issuer

Sumber : data olah Sumber : data olah

Terlihat pada Grafik 17 bahwa mean rasio PBV issuer pada saat t-1 menurun dan

selanjutnya mengalami peningkatan pada saat t0. Namun selama dua tahun setelah


(27)

nilai buku per lembar saham pada perusahaan yang melakukan right issue dinilai terlalu

tinggi (over value) sehingga menyebabkan nilai PBV menurun. Pada rasio PBV issuer, nilai

maksimalnya adalah sebesar 9.01 yaitu pada perusahaan Ades Alfindo Putrasetia pada saat t0,

sedangkan nilai minimalnya adalah -5.02 yaitu pada perusahaan Ciputra Development pada

saat t-1.

Pada Grafik 18 memperlihatkan bahwa mean rasio PBV non issuer mengalami

peningkatan pada t-1 dan t0 dan selanjutnya terjadi penurunan sampai pada t+2. Nilai

maksimal pada rasio PBV non issuer adalah sebesar 73.24 yaitu pada perusahaan

International Nickel Indonesia saat t0, sedangkan nilai minimal adalah sebesar -5.02 yaitu

pada perusahaan Ciputra Development pada saat t-2.

Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa sebagian besar data tidak

berdistribusi normal baik data untuk sampel issuer maupun sampel pembanding. Sesuai

dengan teknik analisis yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa jika data tidak

berdistribusi normal maka pengujian hipotesis dilakukan dengan pengujian non parametrik

yaitu uji Mann-Whitney U Test.

Dalam uji Mann-Whitney U Test digunakan data asli dengan tidak dilakukan penormalan

data, sehingga dimungkinkan hasil yang diperoleh lebih menunjukkan hasil olah data dengan

nilai yang sebenarnya. Ringkasan hasil uji Mann-Whitney U Test dapat dilihat pada Tabel 2.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada rasio ATO menunjukkan perbedaan yang secara

statis signifikan antara perusahaan issuer dan perusahaan non issuer, untuk periode t0 dan

t+1. Hal ini membuktikan bahwa dengan melakukan right issue perusahaan akan memperoleh

tambahan dana, yang jika dana tersebut dikelola oleh manajemen dengan baik maka dapat


(28)

dengan peneliitian yang dilakukan Harto (2001) yang membuktikan bahwa rasio ATO

menunjukkan perbedaan yang secara statis signifikan untuk seluruh periode.

Tabel 2: Ringkasan Uji Mann-Whitney U Test

T Current

Ratio Leverage ATO OPM NPM ROI ROE PER PBV

Nilai Mean Issuer

-2 27.825 0.55 0.9013 0.6075 -0.7767 23.438 -268.154 69.946 10.262

-1 17.833 0.5492 0.9088 0.8433 -0.5208 23.954 56.454 562.996 0.9908

0 31.004 0.445 0.7146 17.113 -0.4725 -28.858 -125.013 152.938 22.246

1 32.146 0.5217 0.7904 25.417 -0.1688 0.1817 95.417 1.842.379 13.392

2 35.583 0.5512 0.7454 -11.763 -49.183 -0.1 156.038 435.029 11.975

Nilai Mean Non Issuer

-2 21.775 0.5004 0.8975 0.4375 0.2479 76.221 174.871 126.592 12.508

-1 26.283 0.475 0.86 0.2192 0.2238 72.971 108.179 161.937 22.096

0 27.383 0.4717 10.625 -0.24 -0.3858 89.021 183.596 427.987 53.883

1 26.829 0.4742 11.117 0.3079 0.0883 72.508 145.829 273.579 16.671

2 30.821 0.4692 10.550 0.135 0.055 60.663 191.200 265.742 16.412

Nilai Asyimp. Sig. (2-tailed)

-2 0.837 0.464 0.621 0.099 0.034 0.009 0.001 0.398 0.143

-1 0.161 0.279 0.975 0.073 0.057 0.022 0.155 0.853 0.155

0 0.621 0.942 0.025 0.934 0.556 0.023 0.011 0.635 0.893

1 0.665 0.657 0.032 0.591 0.489 0.035 0.103 0.578 0.643

2 0.265 0.578 0.063 0.457 1.000 0.095 0.773 0.571 0.650

Sumber : Output SPSS

Pada rasio NPM terdapat perbedaan signifikan namun hanya terjadi pada saat t-2, sehingga

dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio NPM. Perbedaan

yang signifikan juga terjadi pada rasio ROI yaitu pada periode t-2 sampai pada periode t+1.

Hal ini mungkin menunjukkan bahwa mulai periode dua tahun sebelum, sampai pada saat

melakukan right issue, kondisi profitabilitas perusahaan issuer berada pada kondisi yang

kurang baik, sehingga hal ini menjadi salah satu alasan yang mendorong perusahaan issuer

untuk melakukan perolehan dana melalui right issue.

Demikian juga pada rasio ROE terdapat perbedaan signifikan antara perusahaan issuer dan


(29)

dengan melakukan right issue, perusahaan issuer akan memperoleh tambahan dana yang

selanjutnya dapat menyebabkan perbaikan dalam struktur modal perusahaan.

Sedangkan pada rasio keuangan yang lain seperti Current Ratio, Leverage, OPM, PER,

dan PBV tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perusahaan issuer dan non

issuer, artinya keputusan untuk melakukan right issue tidak membuat perbedaan signifikan

tetapi hanya berpengaruh pada peningkatan dan penurunan kinerja pada periode sebelum dan

sesudah melakukan right issue.

KESIMPULAN

Dari keseluruhan analisis kinerja keuangan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa kinerja keuangan pada perusahaan yang melakukan right issue dan yang tidak

melakukan right issue, terdapat perbedaan yang signifikan hanya pada rasio aktivitas yaitu

rasio ATO dan rasio profitabilitas yaitu pada rasio ROI dan ROE. Rasio ATO menunjukkan

perbedaan signifikan pada periode right issue dan satu tahun sesudah perusahaan melakukan

right issue. Sedangkan rasio ROI menunjukkan perbedaan signifikan pada dua tahun sebelum

sampai satu tahun setelah melakukan right issue dan pada rasio ROE menunjukkan hasil yang

signifikan pada periode dua tahun sebelum right issue dan pada periode right issue.

Penelitian ini tidak dapat terlepas dari berbagai keterbatasan. Diantaranya, pemilihan

sampel pembanding yang hanya memperhatikan karakteristik industri yang sejenis tanpa

memperhatikan ukuran perusahaan, hendaknya pada penelitian selanjutnya memperhatikan

hal tersebut agar perusahaan pembanding benar-benar sebanding dengan perusahaan issuer.

Keterbatasan berikutnya, penelitian ini hanya melakukan analisis terhadap kinerja keuangan

perusahaan saja, diharapkan dalam penelitian selanjutnya juga dilakukan analisis kinerja

saham perusahaan untuk lebih dapat memperoleh gambaran yang tepat mengenai pengaruh


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Arif dan Zaki Baridwan. 1999. Pengaruh Pengumuman Right Issue terhadap Tingkat Keuntungan dan Likuiditas Saham di Bursa Efek Jakarta periode 1994-1996. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 2, No. 1. Januari.

Budi, Ichan Setyo.2003. Pengaruh Right Issue Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang

Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.IX No.2. Sept 2003 Eugene, F.Brigham dan F. Houston Joel, 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi

Kesepuluh, Jakarta, Salemba Empat.

Healey, Paul dan Khrisna G. Palepu. 1990. Earning and Risk Charges Surrounding Primary Stock Offer. Journal of Accounting Research. Vol. 28. Spring.

Horne, James, 1997, Fundamentals of Financial Management, Prentice Hall. Indonesian Capital Market Directory, PT. Bursa Efek Jakarta.

Kurniasari, Ninik dan Linggar Yekti Nugraheni. 2003. Reaksi Pasar terhadap Right issuePada Saat Ex Date. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.IX No.2 Sept 2003.

Kurniawati, Indah dan Beni Suhendra Winarso. 2005. Analisis Empiris Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Right Issue dan Tingkat Likuiditas Saham: Pengujian The Negative Information Effect Huphothesis. KOMPAK. No.2 Juli-Desember 2005. Loughran, Tim and Jay R. Ritter. 1997. The Operating Performance of Firms Conducting

Seasoned Equity Offering, Journal of Finance. Vol LII, No. 5 December 1997.

Nugrahanti, Yeterina, W. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure

terhadap Kinerja Perusahaan. Dipresentasikan dalam Seminar dan Konferensi Nasional “Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan menuju Ketahanan Ekonomi dan Bisnis” 25-26 Mei 2010. Unika Atmajaya Jakarta.

Nugroho.2005. Analisis Kinerja Perusahaan Yang Melakukan Right issueDi Indonesia. Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (Tidak dipublikasikan).

Oktavia, Siti Chintia dan Paskah Ika Nugroho. 2010. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Melakukan Right Issue di Bursa Efek Jakarta. Dipresentasikan dalam Seminar Akbar Forum Manajemen Indonesia. “Management: Future Challenges” 02-03 November 2010. Universitas Airlangga Surabaya.

Puji Harto. 2001. Analisis Kinerja Perusahaan Yang Melakukan Right issueDi Indonesia. SNA IV. Semarang. Hal : 307-322.

Rita Widayanti,et.al. 2006. Manajemen Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Santoso, Singgih. 2001. SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional, PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sari, Y. Prima. 2001. Analisis Right Issue Terhadap Return Saham Setelah Cum Date. Simposium Nasional Akuntansi IV. Bandung.

Supramono dan Utami. 2003. Desain Proposal Penelitian Studi Akuntansi dan Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Udayana, Made Ayu Swesty dan Sri Sulistyanto. 2003. PengaruhPengumuman Right issue Terhadap Reaksi Pasar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.III No.5 Sept 2004.


(31)

Lampiran 1: Data Sampel Perusahaan

No. Sampel Perusahaan Issuer Listing date Trading Date

1 PT. Central Corporindo Internasional Tbk 19 Januari 2004 19 Januari 2004 2 PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk 29 April 2004 29 April 2004 3 PT. Ades Alfindo Putrasetia Tbk 11 Juni 2004 11 Juni 2004 4 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk 28 Juli 2004 28 Juli 2004 5 PT. Aneka Kimia Raya Tbk 07 Oktober 2004 07 Oktober 2004 6 PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk 27 Desember 2004 27 Desember 2004 7 PT. Delta Dunia Petroindo Tbk 23 Juli 2004 23 Juli 2004

27 Juli 2004 27 Juli 2004

08 Agustus 2004 08 Agustus 2004 03 September 2004 03 September 2004 8 PT. Lippo Karawaci Tbk 01 Februari 2005 01 Februari 2005 9 PT. Pan Brothers Tbk 16 Agustus 2005 16 Agustus 2005 10 PT. Apexindo Pratama Tbk 03 Oktober 2005 03 Oktober 2005 11 PT. Inti Kapuas Arowana Tbk 01 Februari 2006 01 Februari 2006 12 PT. Mandom Indonesia Tbk 10 Februari 2006 10 Februari 2006 13 PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk 24 Juli 2006 31 Juli 2006 09 Agustus 2006 23 Agustus 2006 14 PT.Tunas Baru Lampung Tbk 26 Juli 2006 26 Juli 2006 15 PT. Ciputra Development Tbk 27 Desember 2006 27 Desember 2006 16 PT. Multipolar Corporation Tbk 03 Februari 2007 03 Februari 2007 17 PT. Matahari Putra Prima Tbk 16 Februari 2007 16 Februari 2007 18 PT. Bakrieland Development Tbk 04 Juni 2007 04 Juni 2007 19 PT. Multi Strada Arah Sarana Tbk 26 Juni 2007 26 Juni 2007 20 PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 01 Agustus 2007 01 Agustus 2007 21 PT. Budi Acid Jaya Tbk 01 Agustus 2007 01 Agustus 2007 22 PT. ATPK Resources Tbk 27 Agustus 2007 27 Agustus 2007 23 PT. Bakri Sumatra Plantations Tbk 26 September 2007 26 September 2007 24 PT. Mitra Rajasa Tbk 03 Desember 2007 03 Desember 2007


(32)

No. Sampel Pembanding Perusahaan Non Issuer

Tahun 2004

1 PT. Bumi Resources Tbk

2 PT. Aqua Golden Mississippi Tbk 3 PT. Mayora Indah Tbk

4 PT. Sepatu Bata Tbk

5 PT. Colorpak Indonesia Tbk 6 PT. Inti Agri Resources Tbk 7 PT. Karwell Indonesia Tbk Tahun 2005

8 PT. Lippo Cikarang Tbk 9 PT. Indorama Syntetics Tbk

10 PT. Medco Energi International Tbk Tahun 2006

11 PT. Astra Agro Lestari Tbk 12 PT. Mustika Ratu Tbk

13 PT. Tirta Mahakam Resources Tbk 14 PT. Delta Djakarta Tbk

15 PT. Duta Pertiwi Tbk Tahun 2007

16 PT. Astra Graphia Tbk

17 PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk 18 PT. Ciputra Development Tbk 19 PT. Astra Internasional Tbk 20 PT. JAPFATbk

21 PT. Lautan Luas Tbk

22 PT. International Nickel Indonesia Tbk 23 PT. PP London Sumatera Tbk


(1)

nilai buku per lembar saham pada perusahaan yang melakukan right issue dinilai terlalu tinggi (over value) sehingga menyebabkan nilai PBV menurun. Pada rasio PBV issuer, nilai maksimalnya adalah sebesar 9.01 yaitu pada perusahaan Ades Alfindo Putrasetia pada saat t0, sedangkan nilai minimalnya adalah -5.02 yaitu pada perusahaan Ciputra Development pada saat t-1.

Pada Grafik 18 memperlihatkan bahwa mean rasio PBV non issuer mengalami peningkatan pada t-1 dan t0 dan selanjutnya terjadi penurunan sampai pada t+2. Nilai maksimal pada rasio PBV non issuer adalah sebesar 73.24 yaitu pada perusahaan International Nickel Indonesia saat t0, sedangkan nilai minimal adalah sebesar -5.02 yaitu pada perusahaan Ciputra Development pada saat t-2.

Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa sebagian besar data tidak berdistribusi normal baik data untuk sampel issuer maupun sampel pembanding. Sesuai dengan teknik analisis yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa jika data tidak berdistribusi normal maka pengujian hipotesis dilakukan dengan pengujian non parametrik yaitu uji Mann-Whitney U Test.

Dalam uji Mann-Whitney U Test digunakan data asli dengan tidak dilakukan penormalan data, sehingga dimungkinkan hasil yang diperoleh lebih menunjukkan hasil olah data dengan nilai yang sebenarnya. Ringkasan hasil uji Mann-Whitney U Test dapat dilihat pada Tabel 2.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada rasio ATO menunjukkan perbedaan yang secara statis signifikan antara perusahaan issuer dan perusahaan non issuer, untuk periode t0 dan t+1. Hal ini membuktikan bahwa dengan melakukan right issue perusahaan akan memperoleh tambahan dana, yang jika dana tersebut dikelola oleh manajemen dengan baik maka dapat meningkatkan efisiensi penggunaan aset untuk menghasilkan pendapatan. Hal ini sesuai


(2)

dengan peneliitian yang dilakukan Harto (2001) yang membuktikan bahwa rasio ATO menunjukkan perbedaan yang secara statis signifikan untuk seluruh periode.

Tabel 2: Ringkasan Uji Mann-Whitney U Test

T Current

Ratio Leverage ATO OPM NPM ROI ROE PER PBV

Nilai Mean Issuer

-2 27.825 0.55 0.9013 0.6075 -0.7767 23.438 -268.154 69.946 10.262 -1 17.833 0.5492 0.9088 0.8433 -0.5208 23.954 56.454 562.996 0.9908 0 31.004 0.445 0.7146 17.113 -0.4725 -28.858 -125.013 152.938 22.246 1 32.146 0.5217 0.7904 25.417 -0.1688 0.1817 95.417 1.842.379 13.392 2 35.583 0.5512 0.7454 -11.763 -49.183 -0.1 156.038 435.029 11.975

Nilai Mean Non Issuer

-2 21.775 0.5004 0.8975 0.4375 0.2479 76.221 174.871 126.592 12.508 -1 26.283 0.475 0.86 0.2192 0.2238 72.971 108.179 161.937 22.096 0 27.383 0.4717 10.625 -0.24 -0.3858 89.021 183.596 427.987 53.883 1 26.829 0.4742 11.117 0.3079 0.0883 72.508 145.829 273.579 16.671 2 30.821 0.4692 10.550 0.135 0.055 60.663 191.200 265.742 16.412

Nilai Asyimp. Sig. (2-tailed)

-2 0.837 0.464 0.621 0.099 0.034 0.009 0.001 0.398 0.143 -1 0.161 0.279 0.975 0.073 0.057 0.022 0.155 0.853 0.155 0 0.621 0.942 0.025 0.934 0.556 0.023 0.011 0.635 0.893 1 0.665 0.657 0.032 0.591 0.489 0.035 0.103 0.578 0.643 2 0.265 0.578 0.063 0.457 1.000 0.095 0.773 0.571 0.650 Sumber : Output SPSS

Pada rasio NPM terdapat perbedaan signifikan namun hanya terjadi pada saat t-2, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio NPM. Perbedaan yang signifikan juga terjadi pada rasio ROI yaitu pada periode t-2 sampai pada periode t+1. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa mulai periode dua tahun sebelum, sampai pada saat melakukan right issue, kondisi profitabilitas perusahaan issuer berada pada kondisi yang kurang baik, sehingga hal ini menjadi salah satu alasan yang mendorong perusahaan issuer untuk melakukan perolehan dana melalui right issue.

Demikian juga pada rasio ROE terdapat perbedaan signifikan antara perusahaan issuer dan perusahaan non issuer yaitu pada saat t-2 dan pada saat t0. Hal ini dapat menunjukan bahwa


(3)

dengan melakukan right issue, perusahaan issuer akan memperoleh tambahan dana yang selanjutnya dapat menyebabkan perbaikan dalam struktur modal perusahaan.

Sedangkan pada rasio keuangan yang lain seperti Current Ratio, Leverage, OPM, PER, dan PBV tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perusahaan issuer dan non issuer, artinya keputusan untuk melakukan right issue tidak membuat perbedaan signifikan tetapi hanya berpengaruh pada peningkatan dan penurunan kinerja pada periode sebelum dan sesudah melakukan right issue.

KESIMPULAN

Dari keseluruhan analisis kinerja keuangan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan pada perusahaan yang melakukan right issue dan yang tidak melakukan right issue, terdapat perbedaan yang signifikan hanya pada rasio aktivitas yaitu rasio ATO dan rasio profitabilitas yaitu pada rasio ROI dan ROE. Rasio ATO menunjukkan perbedaan signifikan pada periode right issue dan satu tahun sesudah perusahaan melakukan right issue. Sedangkan rasio ROI menunjukkan perbedaan signifikan pada dua tahun sebelum sampai satu tahun setelah melakukan right issue dan pada rasio ROE menunjukkan hasil yang signifikan pada periode dua tahun sebelum right issue dan pada periode right issue.

Penelitian ini tidak dapat terlepas dari berbagai keterbatasan. Diantaranya, pemilihan sampel pembanding yang hanya memperhatikan karakteristik industri yang sejenis tanpa memperhatikan ukuran perusahaan, hendaknya pada penelitian selanjutnya memperhatikan hal tersebut agar perusahaan pembanding benar-benar sebanding dengan perusahaan issuer. Keterbatasan berikutnya, penelitian ini hanya melakukan analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan saja, diharapkan dalam penelitian selanjutnya juga dilakukan analisis kinerja saham perusahaan untuk lebih dapat memperoleh gambaran yang tepat mengenai pengaruh right issue terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Arif dan Zaki Baridwan. 1999. Pengaruh Pengumuman Right Issue terhadap Tingkat Keuntungan dan Likuiditas Saham di Bursa Efek Jakarta periode 1994-1996. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 2, No. 1. Januari.

Budi, Ichan Setyo.2003. Pengaruh Right Issue Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.IX No.2. Sept 2003 Eugene, F.Brigham dan F. Houston Joel, 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi

Kesepuluh, Jakarta, Salemba Empat.

Healey, Paul dan Khrisna G. Palepu. 1990. Earning and Risk Charges Surrounding Primary Stock Offer. Journal of Accounting Research. Vol. 28. Spring.

Horne, James, 1997, Fundamentals of Financial Management, Prentice Hall. Indonesian Capital Market Directory, PT. Bursa Efek Jakarta.

Kurniasari, Ninik dan Linggar Yekti Nugraheni. 2003. Reaksi Pasar terhadap Right issuePada Saat Ex Date. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.IX No.2 Sept 2003.

Kurniawati, Indah dan Beni Suhendra Winarso. 2005. Analisis Empiris Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Right Issue dan Tingkat Likuiditas Saham: Pengujian The Negative Information Effect Huphothesis. KOMPAK. No.2 Juli-Desember 2005. Loughran, Tim and Jay R. Ritter. 1997. The Operating Performance of Firms Conducting

Seasoned Equity Offering, Journal of Finance. Vol LII, No. 5 December 1997.

Nugrahanti, Yeterina, W. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure terhadap Kinerja Perusahaan. Dipresentasikan dalam Seminar dan Konferensi Nasional “Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan menuju Ketahanan Ekonomi dan Bisnis” 25-26 Mei 2010. Unika Atmajaya Jakarta.

Nugroho.2005. Analisis Kinerja Perusahaan Yang Melakukan Right issueDi Indonesia. Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (Tidak dipublikasikan).

Oktavia, Siti Chintia dan Paskah Ika Nugroho. 2010. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Melakukan Right Issue di Bursa Efek Jakarta. Dipresentasikan dalam Seminar Akbar Forum Manajemen Indonesia. “Management: Future Challenges” 02-03 November 2010. Universitas Airlangga Surabaya.

Puji Harto. 2001. Analisis Kinerja Perusahaan Yang Melakukan Right issueDi Indonesia. SNA IV. Semarang. Hal : 307-322.

Rita Widayanti,et.al. 2006. Manajemen Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Santoso, Singgih. 2001. SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional, PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sari, Y. Prima. 2001. Analisis Right Issue Terhadap Return Saham Setelah Cum Date. Simposium Nasional Akuntansi IV. Bandung.

Supramono dan Utami. 2003. Desain Proposal Penelitian Studi Akuntansi dan Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Udayana, Made Ayu Swesty dan Sri Sulistyanto. 2003. Pengaruh Pengumuman Right issue Terhadap Reaksi Pasar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.III No.5 Sept 2004.


(5)

Lampiran 1: Data Sampel Perusahaan

No. Sampel Perusahaan Issuer Listing date Trading Date 1 PT. Central Corporindo Internasional Tbk 19 Januari 2004 19 Januari 2004 2 PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk 29 April 2004 29 April 2004

3 PT. Ades Alfindo Putrasetia Tbk 11 Juni 2004 11 Juni 2004

4 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk 28 Juli 2004 28 Juli 2004

5 PT. Aneka Kimia Raya Tbk 07 Oktober 2004 07 Oktober 2004

6 PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk 27 Desember 2004 27 Desember 2004

7 PT. Delta Dunia Petroindo Tbk 23 Juli 2004 23 Juli 2004

27 Juli 2004 27 Juli 2004

08 Agustus 2004 08 Agustus 2004

03 September 2004 03 September 2004

8 PT. Lippo Karawaci Tbk 01 Februari 2005 01 Februari 2005

9 PT. Pan Brothers Tbk 16 Agustus 2005 16 Agustus 2005

10 PT. Apexindo Pratama Tbk 03 Oktober 2005 03 Oktober 2005

11 PT. Inti Kapuas Arowana Tbk 01 Februari 2006 01 Februari 2006

12 PT. Mandom Indonesia Tbk 10 Februari 2006 10 Februari 2006

13 PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk 24 Juli 2006 31 Juli 2006

09 Agustus 2006 23 Agustus 2006

14 PT.Tunas Baru Lampung Tbk 26 Juli 2006 26 Juli 2006

15 PT. Ciputra Development Tbk 27 Desember 2006 27 Desember 2006

16 PT. Multipolar Corporation Tbk 03 Februari 2007 03 Februari 2007

17 PT. Matahari Putra Prima Tbk 16 Februari 2007 16 Februari 2007

18 PT. Bakrieland Development Tbk 04 Juni 2007 04 Juni 2007

19 PT. Multi Strada Arah Sarana Tbk 26 Juni 2007 26 Juni 2007

20 PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 01 Agustus 2007 01 Agustus 2007

21 PT. Budi Acid Jaya Tbk 01 Agustus 2007 01 Agustus 2007

22 PT. ATPK Resources Tbk 27 Agustus 2007 27 Agustus 2007

23 PT. Bakri Sumatra Plantations Tbk 26 September 2007 26 September 2007


(6)

No. Sampel Pembanding Perusahaan Non Issuer

Tahun 2004

1 PT. Bumi Resources Tbk

2 PT. Aqua Golden Mississippi Tbk 3 PT. Mayora Indah Tbk

4 PT. Sepatu Bata Tbk

5 PT. Colorpak Indonesia Tbk 6 PT. Inti Agri Resources Tbk 7 PT. Karwell Indonesia Tbk

Tahun 2005

8 PT. Lippo Cikarang Tbk 9 PT. Indorama Syntetics Tbk

10 PT. Medco Energi International Tbk

Tahun 2006

11 PT. Astra Agro Lestari Tbk 12 PT. Mustika Ratu Tbk

13 PT. Tirta Mahakam Resources Tbk 14 PT. Delta Djakarta Tbk

15 PT. Duta Pertiwi Tbk

Tahun 2007

16 PT. Astra Graphia Tbk

17 PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk 18 PT. Ciputra Development Tbk 19 PT. Astra Internasional Tbk 20 PT. JAPFATbk

21 PT. Lautan Luas Tbk

22 PT. International Nickel Indonesia Tbk 23 PT. PP London Sumatera Tbk