01 BRAFO MAGZ_JAN. 01 BRAFO MAGZ JAN

www.kemenkopmk.go.id

Majalah Bulanan Edisi 5/2 /2015

BRAF

Berita dan informasi pemBangunan manusia dan keBudayaan

TargeT
Pendidikan di

Musrenbangnas
2015
CHRISTY ZAKARIAS:

GURU REMAJA
NAN INSPRIRATIF

Edisi 226 01 - 15 November 2014

MEMBUAT SENDIRI

PAKAN TERNAK

leksikoN
a
Peristiw
h
sejara
Ia
s
e
Indonlan
di Bu ari
janu

INDAHNYA ALAM
DAN TRADISI
DI PULAU

BRAFOPMK didistribusikan secara Nasional ke 34 Provinsi, 499 Kabupaten/Kota, 6.694 Kecamatan


Kenari

surat pembaca

NasiB PegiaT
PemBerdayaaN
masyarakaT
Para pelaksana kegiatan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Perdesaan saat benar­benar
gelisah. Ini karena dampak dari renca­
na kebijakan pemerintah yang mem­

berhenikan program PNPM. Tak ku­
rang dari 25 ribu fasilitator yang bakal
menganggur.
Kebijakan ini pun membuat ba­
nyak fasilitator merasa kaget. Apalagi
rata­rata fasilitator itu idak memiliki
pekerjaan lain karena harus konsen

dalam melaksanakan tugas dalam
membantu UPK.
Kebijakan ini juga semakin mem­
buat miris lantaran disinyalir pem­
berhenian program tersebut diduga
akibat perebutan kewenangan antara
Kementerian Dalam Negeri dan Ke­
menterian Desa. Karena, untuk PNPM
Perkotaan masih diperpanjang lan­
taran dikelola Dinas Cipta Karya.
Untuk itu kami sebagai pelaku
pelaksana program masih berharap

pemerintah melanjutkan program
ini dan idak memberhenikan para
fasilitator. Semoga saja pemerintah
mau mengkaji ulang soal pember­
henian PNPM.
Wiratno Putranto
Brebes, Jawa Tengah


!

Redaksi BRAFO PMK
menerima kiriman naskah
atau arikel terkait pendidikan,
pembangunan daerah dibidang
kesehatan dan kesejahteraan.
Naskah bisa dikirim dalam
bentuk ms.word ke:
brafopmk@kemenkopmk.go.id.

Daftar isi
EDITORIAL

3

FOKUS UTAMA
TARGET DUNIA PENDIDIKAN
DI MUSRENBANGNAS TAHUN 2015


4

MENKO PMK:
PKR HARUS BISA MENGEMBANGKAN
EKONOMI DAERAH

6

KABAR RASKIN DI 2015

8

EKONOMI
INTERNASIONAL
PEREMPUAN & ANAK
REFORMASI BIROKRASI
UMKM
LINGKUNGAN
LEKSIKON

BERITA FOTO

36
38
40
42
44
46
48
50

INILAH PERPRES NO 9 TAHUN 2015
TENTANG KEMENKO PMK

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
KESEHATAN
PUSTAKA
PENDIDIKAN
IPTEK
OPINI

SUARA DAERAH
BUDAYA
WISATA
SEKITAR KITA
2 | BRAFO PMK | JANUARI 2015

10

14
16
18
20
22
24
26
28
31
34

Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani

berbincang dengan salah satu pasien ruang Instalasi Gawat
Darurat (IGD), dalam kunjungan kerja di Rumah Sakit Hasan
Sadikin Bandung awal Januari lalu.

e

BRAF

Berita dan informasi pemBangunan manusia dan keBudayaan

Pembina:
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan (PMK) Republik Indonesia
Pengarah:
Para Deputi Menko PMK
Para Staf Ahli Menko PMK
Penanggung Jawab:
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang
PMK Republik Indonesia
Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi:

Kepala Biro Informasi dan Persidangan
Redaktur Pelaksana:
Kabag Humas dan Dokumentasi
Ponco Suharyanto, S.Sos
Staf Redaksi:
M. Shokhiyan, S.S
Siti Badriah, S.S
Ahli Tata Letak/Produksi:
Kristian Suryatna, A.Md. Graf

rial

Perubahan

P

epatah mengatakan, seiap diterapkan oleh beberapa harian di
perubahan, meskipun peru­ Indonesia.
Bagi produsen media umum/ko­
bahan yang lebih baik, pasi

ada keidaknyamanan. Dan mersil, perubahan format itu meru­
keidaknyamanan itulah yang harus pakan strategi menyasar pembaca
diubah menjadi kenyamanan. Pem­ dan pemasang iklan. Namun sebagai
baca yang budiman, perubahan me­ media internal hal itu tentu idak bisa
mang kami lakukan terhadap media dilakukan oleh kami. Sebagai media
tercinta ini. Jika tahun lalu bernama yang menyuarakan kepeningan dan
Warta Kesra kemudian menjadi Beri­ kebijakan pemerintah, BRAFO PMK
ta dan Informasi Pembangunan Ma­ cukup berbahagia jika informasi yang
disampaikan
terkait
nusia dan Kebudayaan
bidang kerja Kemenko
(BRAFO PMK), maka
PMK bisa diserap oleh
di edisi perdana 2015
TargeT
stakeholder terkait dan
BRAFO PMK yang tadi­
Pendidikan di
Musrenbangnas

masyarakat yang biasa
nya berbentuk tabloid
2014
menerima media ini di
menjadi sebuah maja­
seluruh Indonesia.
lah.
Seperi
yang
Banyak perimbang­
dikemukakan oleh H.
an sebelum memutus­
Frazier dalam bukunya
kan menjadi sebuah
Humas
Membangun
majalah. Majalah me­
Citra dan Komunikasi
miliki sejumlah kele­
bihan seperi lebih awet disimpan (2004; 291) yang menyebut bahwa
dibandingkan tabloid, kemasannya fungsi media internal yakni mela­
lebih eklusif dengan kertas yang tebal porkan berbagai kebijaksanaan dan
dan gambar yang mengkilat. Majalah program suatu perusahaan kepada
pun mempunyai informasi dan ips– khalayaknya, memelihara dan mem­
ips yang dapat dibaca tanpa terbatas bangun hubungan komunikasi ke­
pada publiknya baik internal maupun
oleh waktu.
Dalam dunia media, perubahan eksternal, mengetengahkan bagai­
bentuk media cetak sudah menjadi mana perusahaan bekerja untuk ke­
hal yang lumrah dengan berbagai peningan umum sehingga imbul
perimbangan dari dewan redaksinya. penghargaan dari masyarakat.
Dengan kata lain, media internal
Bentuk surat kabar harian/ koran
misalnya kini lebih booming seperi merupakan karya tulis PR sebagai sa­
tabloid. Misalnya yang terjadi dengan rana komunikasi baik internal mau­
The Independent, The Times, dan pun eksternal yang ditujukan bagi
The Scotsman yang merupakan surat kalangan umum serta sebagai sara­
kabar terbitan Inggris yang telah na media bagi karyawan dalam hal
beralih ke format tabloid tapi tetap pelaihan dan pendidikan.
terbit harian. Hal yang sama sudah
www.kemenkopmk.go.id

Majalah Bulanan Edisi 5/2 /2015

BRAF

Berita dan informasi pemBangunan manusia dan keBudayaan

Christy Zakarias:

GURU REMAJA
NAN INSPRIRATIF

MEMBUAT SENDIRI
PAKAN TERNAK

Edisi 226 01 - 15 November 2014

Brafo PMK diterbitkan oleh
Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan (PMK) Republik Indonesia

dito

leksikom
a
Peristiwh
sejara a
IndonesI
di Bulan
januari

MENIKMATI
KEINDAHAN ALAM
DAN KEKAYAAN TRADISI
DI PULAU KENARI

BRAFOPMK didistribusikan secara Nasional ke 34 Provinsi, 499 Kabupaten/Kota, 6.694 Kecamatan

Sirkulasi:
Abdul Kohar
Sekretaris:
Nurseha Saputra, A.Md
Sekretariat Redaksi:
Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Jl. Medan Merdeka Barat No.3 Jakarta 10110
Telp./ Faks. (021) 386 0565, (021) 385 2165
Email: brafopmk@kemenkopmk.go.id
Situs: www.kemenkopmk.co.id
Penerbit:
Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Redaksi menerima artikel
atau tulisan juga foto.
Redaksi berhak mengubah tulisan sepanjang
tidak mengubah isi dan maknanya.

JANUARI 2015|BRAFO PMK | 3

fokus utama

target Dunia penDiDikan
Di musrenbangnas
tahun 2015
Pengembangan dunia pendidikan yang menjadi bagian dari pembangunan manusia
kembali menjadi fokus dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional
(Musrenbangnas) medio Desember tahun lalu. Dalam dialog lima menteri di acara
itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK)
Puan Maharani menyebut, pendidikan kemaritiman serta wajib belajar 12 tahun akan
diutamakan.

4 | BRAFO PMK | JANUARI 2015

fokus utama

M

usrenbangnas
yang
berlangsung di Jakarta
merupakan
puncak
dari Musyawarah Pe­
rencanaan Pembangunan (Musren­
bang) Regional di lima kota yang se­
belumnya telah dilakukan pemerin­
tah. Acara yang ruin digelar seiap
tahun ini dimaksudkan untuk menyu­
sun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPMJN) periode
2015­2019 atau periode pemerintah­
an Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
Sesuai dengan konsepnya menja­
dikan Indonesia sebagai poros mari­
im dunia, dalam Musrenbangnas kali
ini program­program pro mariim pun
begitu mendominasi RPJMN 2015­
2019. Dalam salah satu visinya pe­
merintah bermaksud meningkatkan
pengelolaan sumber daya mariim,
pembangunan ilmu pengetahuan
dan teknologi mariim, dan memba­
ngun budaya mariim. Ini sangat ter­
kait dengan pembangunan manusia
secara umum serta pendidikan khu­
susnya.
Dalam dialog dengan lima men­
teri yang menjadi bagian dari Mus­
renbangnas, secara lugas, Menko
PMK Puan Maharani mengatakan
bahwa pihaknya pun meniikberat­
kan pembangunan manusia mela­
lui pendidikan mariim. “Revolusi
mental yang menjadi visi presiden
harus dijalankan dengan membang­
un karakter kemariiman bagi mas­
yarakat, diantaranya dengan mem­
bangun pendidikan mariim. Saat
ini Kemenko PMK juga sedang fokus
membangun itu dalam beberapa
tahun ke depan,” tegasnya.
Selain pendidikan dan budaya
mariim, Kemenko PMK sebenarnya
juga berupaya mewujudkan terse­
lenggaranya wajib belajar 12 tahun.

Menko PMK menegaskan, pelak­
sanaan program wajib belajar 12
tahun akan dimulai Juni 2015. “Ren­
cananya Juni 2015 mulai diberlaku­
kan,” katanya. Menurutnya, pelaksa­
naan program wajib belajar 12 tahun
sesuai janji kabinet kerja. Dengan
adanya program wajib belajar 12 ta­
hun, semua anak Indonesia wajib
masuk sekolah dan pemerintah wajib
membiayai serta menyediakan segala
fasilitasnya.
Dijelaskannya, hingga saat ini pe­
merintah terus melakukan berbagai
persiapan terkait pelaksanaan progr­
am tersebut. “Pemerintah ingin se­
mua anak Indonesia berpendidikan,
minimal hingga ingkat sekolah me­
nengah atas,” tandasnya.
Rinisan wajib belajar 12 tahun
sendiri sebenarnya telah dilakukan
pemerintahan terdahulu pada tahun
2012. Sebagai langkah awal, siswa
SMA/SMK juga bakal mendapat ku­
curan dana bantuan operasional
sekolah seperi yang selama ini di­
berikan kepada siswa jenjang pendi­
dikan dasar SD dan SMP. Sebab itu,
setelah biaya operasional sekolah
(BOS) SD dan SMP terpenuhi, peme­
rintah berupaya memberikan BOS
kepada SMA/SMK dan madrasah
aliyah (MA) supaya wajib belajar
12 tahun terwujud. Sayangnya saat
itu program yang juga dikenal de­
ngan nama “program rinisan Pen­
didikan Menengah Universal (PMU)”
dianggap belum bisa untuk dimulai.
Pasalnya, pemerintah masih menyi­
sakan ‘pekerjaan rumah’ dalam pro­
gram sebelumnya, wajib belajar 9
tahun. Salah satu tantangan untuk
mewujudkan program wajib belajar
12 tahun adalah jumlah guru. Untuk
mendukung program itu, dibutuhkan
seidaknya 12.000 guru SMA/SMK
dalam setahun.

Menteri Pendidikan Dasar, Me­
nengah dan Kebudayaan mengatakan,
sesuai dengan arahan Presiden Joko
Widodo (Jokowi) memang idak
boleh ada penambahan PNS. Tetapi
untuk guru harus dibicarakan lebih
lanjut agar tetap ada penerimaan
PNS bagi mereka. ”Nani akan saya
bicarakan. Yang jelas, kita ada kebu­
tuhan (guru) dan untuk itu kita akan
bicarakan lebih lanjut,” katanya. Data
Kemendikbud menyebutkan secara
nasional sebesar 68% SD dan SMP
yang ada di perkotaan kelebihan guru.
Selanjutnya, sebesar 37% SD dan SMP
di pedesaan kekurangan guru.
Fasilitas pendidikan satu tem­
pat juga tak kalah peningnya se­
lain mengejar program wajib bela­
jar 12 tahun. Ini masih sesuai de­
ngan arahan Presiden Jokowi dal­
am Musrenbangnas 2014 dimana
Presiden menegaskan akan menye­
diakan fasilitas layanan publik ter­
integrasi atau yang sering disebut
sebagai “one stop service”. “Akhir
Januari, saya dorong dan kejar terus,
agar yang namanya one stop service
secara nasional selesai. Tidak mundur
lagi. Kita harapkan nani investasi­
investasi bisa diselesaikan dalam satu
tempat, idak perlu pergi ke banyak
kementerian dan idak perlu mengha­
biskan waktu bertahun­tahun,” ucap
Presiden.
Terkait dengan itu, Anies Baswe­
dan telah menginstruksikan kepada
jajarannya untuk menyiapkan fasilitas
pendidikan satu tempat. Seidaknya,
sekitar 50 layanan bisa dilakukan
dalam satu pintu. “Sekarang sedang
dibuat. Ada banyak layanan, misalnya
pelayanan seriikasi bagi guru, bah­
kan hingga legalisasi, nani akan
dilayani di satu tempat,” pungkasnya.
PS/ dbs
JANUARI 2015|BRAFO PMK | 5

fokus utama

menko pmk :

pkr harus bisa
mengembangkan
ekonomi Daerah
Pasar Keuangan Rakyat (PKR) diharapkan dapat
membantu menumbuhkembangkan sektor ekonomi
di daerah terpencil. Dengan begitu kesenjangan sosial
dapat diperkecil.

6 | BRAFO PMK | JANUARI 2015

O

toritas Jasa Keuangan
(OJK) menggelar Pasar Ke­
uangan Rakyat (PKR) dan
layanan keuangan rakyat
atau pasar ‘uang’ medio Desember
lalu. Acara yang berlangsung di JIExpo
Kemayoran, Jakarta itu merupakan
bagian dari tujuan OJK memberikan
edukasi produk jasa keuangan atau
literasi keuangan. OJK beralasan se­
lama ini produk jasa keuangan masih
belum oimal diserap dan diketahui
oleh masyarakat khususnya layanan
dan produk keuangan yang bersifat
mikro.
Dalam pembukaan PKR, Menteri
Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan (Menko
PMK) Puan Maharani menyebut, ke­
giatan ini adalah suatu buki dari

fokus utama

Nawa Cita Joko Widodo untuk mem­
bangun Indonesia yang berdaya sai­
ng, mandiri dan menggerakkan sektor
strategis. Menko PMK berharap, PKR
akan membantu untuk menumbuh­
kembangkan sektor ekonomi di dae­
rah terpencil. Tujuannya untuk mem­
perkecil kesenjangan sosial, didasar­
kan penghasilan masyarakat yang
belum merata. “Tantangannya jumlah
angka kemiskinan bisa diturunkan
dan pemerintah fokus mengatasi ke­
senjangan sosial,” ujarnya.
Dalam RPJMN 2014­2019, jelasnya,
pemerintah telah merumuskan satu
program pengurangan kemiskian dan
kesenjangan hidup masyarakat yang
makin meluas dengan perlindungan
sosial yang komprehensif. Program
itu, sebutnya, berkaitan erat dengan
penyediaan jasa keuangan yang mu­
dah diakses oleh masyarakat. Dia ya­
kin pada tahun 2016 Indonesia akan
lebih baik perekonomiannya mana­
kala kerja sama pemerintah dan
swasta untuk memudahkan akses la­
yanan dan jasa keuangan terus diga­
lakkan. “Saya opimis Indonesia akan
bangkit walau perlahan. Pada 2015
besok ekonomi masih kurang terlalu
baik, tapi di 2016 akan bangkit akan
menjadi bangsa besar saat didukung
oleh ekonomi mikro dan makro.
Untuk itu, akses permodalan diingkat
masyarakat paling bawah masih sa­
ngat dibutuhkan,” tandasnya.
Menko PMK sangat mengapresiasi
langkah OJK untuk memberikan lite­
rasi dan inklusi keuangan terhadap
masyarakat luas. “Saya menyambut
baik event ini. Saya berharap berbagai
pelayanan keuangan yang dikembang­
kan dan ditampilkan pada acara ini
dapat dikembangkann lagi sehingga
dapat menjangkau masyarakat terluar

dan terisolir. Jumlah kemiskinan ma­
sih inggi yang mencapai sekitar
11,2% pada tahun 2014, dapat diatasi
salah satunya dengan kemudahan ak­
ses layanan dan jasa keuangan seperi
ini,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Komisioner
OJK Muliaman D Hadad mengatakan,
PKR merupakan cerminan kerjasama
yang diharapkan pihaknya. Harapan
itu diantaranya, peningkatan akses
keuangan, OJK sendiri telah menye­
diakan produk layanan mikro dengan
harga terjangka, bangunan mikro,
kredit mikro, asuransi mikro. Untuk
mempercepat penyebaran layanan
dan produk jasa keuangan, OJK men­
dorong program edukasi hingga per­
luasan akses. Untuk akses produk jasa
keuangan, layanan branch less bank­
ing ke depan akan menjadi tumpuan.
“Ada 2 hal utama didorong perluasan
akses ke masyarakat dan peningkatan
pengetahuan kepada masyarakat,”
cetusnya.
Dijelaskannya, hingga kini, pulu­
han juta masyarakat Indonesia belum
dapat mengakses lembaga pelayanan
jasa keuangan sehingga taraf hidup
masyarakat masih memprihainkan.
Dengan perluasan akses yakni keter­
sediaan lembaga keuangan di daerah,
dapat langsung menjalin komunikasi
yang baik. “Tingkat kesejahteraan ma­
syarakat terkait erat dengan seberapa
dekat dengan produk layanan dan
jasa keuangan. Perlu adanya lembaga
yang tak harus memiliki kantor di dae­
rah untuk menjangkau akses masya­
rakat. Yang terpening adalah bagai­
mana mendekatkan masyarakat ter­
hadap industri keuangan itu. Untuk
mewujudkan itu kerja sama antara
industri keuangan dan pemerintah
perlu sekali dilakukan,” imbuhnya.

Ia berharap, industri keuangan
dan produk dari OJK tersebut bisa
menyentuh langsung kepada masya­
rakat sehingga dapat menjadi sahabat
masyarakat dalam seiap kondisi. Di­
harapkannya pula, produk dari lem­
baga keuangan di daerah­daerah
dapat memberikan kemudahan bagi
masyarakat untuk mendapatkan kre­
dit, sehingga mereka dapat sejahtera.
Akan tetapi, sambungnya, sebelum
menjangkau masyarakat luas diper­
lukan peningkatan layanan di inter­
nal masing­masing penyedia jasa
keuangan. “Kita ingin para penyedia
layanan jasa keuangan menjadi sa­
habat yang yang sesuai dengan ke­
butuhan masyarakat, baik saat se­
nang maupun duka. Kita harap me­
reka dapat memberikan kredit yang
lunak untuk dapat memberikan duku­
ngan peningkatan usaha. Dan di saat
kemalangan menimpa mereka, ada
asuransi sehingga kemalangan yang
mereka alami idak sampai memis­
kinkan mereka,” pungkasnya.
Adapun Anggota Dewan Komisio­
ner OJK Kusumaningtui S Soeiono,
memaparkan, pihaknya bekerja sa­
ma dengan industri keuangan telah
membentuk suatu program. Tujuan­
nya dapat menjangkau akses layanan
dan jasa keuangan di pelosok daerah
dengan proses yang cepat dan seder­
hana. Diterangkannya, produk yang
bernama Layanan Keuangan Mikro
ini memungkinkan masyarakat un­
tuk mendapatkan dana lebih mu­
dah yang dapat dimanfaatkan un­
tuk meningkatkan usahanya. Lewat
program itu, diharapkan dapat me­
ningkatkan kesejahteraan masyarakat
berpenghasilan rendah, terutama
yang berada di luar jangkauan akses
jasa keuangan. dbs
JANUARI 2015|BRAFO PMK | 7

fokus utama

kabar raskin Di 2015
Pemerintah meluncurkan program Raskin nasional dan provinsi di Bandung
Barat, Jawa Barat. Program raskin hanya berlangsung hingga tahun ini (2015),
pemerintah tengah mempertimbangkan program penggantinya.

D

alam rangkaian kunjungan­
nya ke Kabupaten Bandung
Barat, Jawa Barat Menko
Pembangunan
Manusia
dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan
Maharani meluncurkan program
Raskin ingkat Nasional dan Provinsi
untuk tahun 2015. Di Balai Desa Pa­
sirhalang, Kecamatan Cisarua, Kabu­
paten Bandung Barat, Menko PMK
menegaskan, sebanyak 15,5 juta
rumah tangga miskin di seluruh Indo­
nesia akan menerima jatah beras un­
tuk warga miskin (raskin). Seiap ru­
mah tangga sasaran (RTS) bakal me­
nerima sebanyak 15 kilogram.
Pada kesempatan itu ia meminta
kepada Bulog agar segera membagi­
kan habis beras raskin dan idak terlalu
lama menyimpan beras di dalam
8 | BRAFO PMK | JANUARI 2015

gudang. “Saya sudah mengintruksi­
kan kepada Bulog agar beras raskin
dibagikan dan idak boleh disimpan
lebih dari enam bulan di gudang,”
ujarnya. Lamanya distribusi, sebut
Menko, adalah salah satu masalah
yang biasa terjadi di lapangan selama
program bantuan untuk warga miskin
ini berjalan. Karena terlalu lama di­
simpan di dalam gudang, warga yang
paling akhir mendapatkan jatah se­
ring kali mengeluhkan kualitas beras
raskin yang sudah membusuk.
Disamping meminta untuk mem­
percepat pembagian raskin, Puan juga
meminta Bulog untuk memodernisasi
gudang­gudang penyimpanan agar
kualitas standar beras tetap terjaga.
“Bulog kami minta gudang­gudang­
nya diperbaiki. Barcode di (karung)

beras juga harus jelas,” cetusnya. Ke­
pada masyarakat, Menko PMK ber­
pesan agar akif melaporkan apabila
ada kecurangan dalam pembagian
raskin di daerah­daerah. Salah satu
upaya yang telah dilakukan adalah
bekerjasama dengan Menteri Dalam
Negeri (Mendagri) untuk mengins­
truksikan kepada para kepala daerah
agar mengawasi penyaluran dengan
ketat. “Kalau ada kecurangan laporkan
ke kepala daerah, kalau bisa langsung
ke saya,” tegasnya.
Diterangkannya, persoalan lain
dalam program ini adanya beberapa
daerah yang terkendala pembayaran
raskin tersebut. Diantara beberapa
darah yang melakukan pembayaran
tepat waktu, kabupaten Bandung
Barat, kota Bandung, kota Bogor, Suka­
bumi, pangandaran, dan beberapa
kota lainnya. Atas dasar itu Menko
PMK memberikan penghargaan ke­
pada masing ­masing daerah tersebut.
‘’Raskin yg harusnya 12 bulan kemu­
dian mundur karena telat bayar. Atau
beras biasanya ditahan menjelang
saat ­saat tertentu,’’ imbuhnya.
Untuk Jawa Barat sendiri, pihaknya
sudah mengeluarkan anggaran yang
cukup besar. Karena anggaran terse­
but harus disalurkan ke 6 ribu desa.
Sebagai informasi, pemerintah me­
nyiapkan dana seperi tahun lalu se­

fokus utama

kitar Rp 18,8 triliun yang akan diba­
gikan ke hampir seluruh daerah di
Indonesia. Pemerintah memutuskan
melanjutkan program Raskin pada
tahun ini untuk membantu rakyat
miskin. “Kami telah mendapatkan so­
lusi bahwa untuk menjaga stabilitas
harga dan memberikan perlindungan
sosial kepada rakyat, kami tetap akan
melaksanakan program raskin,” kata
Menko PMK sebelumnya dalam rakor
Raskin. Pemerintah sendiri tadinya
bermaksud menyetop program ini
dan mengganinya dengan program
lain semisal e­money atau wujud lain.
Sambil menunggu itu, program Raskin

diputuskan untuk digulirkan dalam 12
bulan lagi.
“Apakah digani, dirubah, apakah
idak ada? Itu masih menjadi satu hal
yang kita cermai di semua kemen­
terian terkait,” jelasnya. Pada 2016
nani, menurutnya, bantuan berkaitan
masalah peningkatan kesejahteraan
rakyat akan disalurkan langsung pada
rakyat. Pemerintah masih terus me­
ngevaluasi program raskin sebelum
memutuskan nasibnya. “Kita coba
evaluasi per 3 bulan, bagaimana ken­
dala di lapangan, apakah kami bisa
perbaiki atau idak?” tekannya sekali
lagi.

SwaSembada Pangan
Dalam sambutannya di Balai
Desa
Pasirhalang
kecamatan
Cisarua, Kabupaten Bandung Barat
itu juga, Menko PMK menyesalkan
kondisi Indonesia yang sampai kini
dihadapi persoalan pemenuhan
beras nasional. Indonesia diakuinya
merupakan negeri yang subur, akan
tetapi untuk memenuhi kebutuhan
beras ternyata masih impor. Atas
dasar itu ditargetkan dalam kurun
waktu dua sampai iga tahun,
Indonesia harus berdaulat dari sisi
pangan. PS/ dbs

aPreSiaSi KoPaSSuS untuK menKo PmK
Selain meluncurkan program Raskin Nasional 2015, di Bandung pada awal Januari
lalu, Menko PMK Puan Maharani juga mengunjungi Pusat Pendidikan Pasukan Khusus
(Pusdik Passus) untuk melepas Ekspedisi NKRI 2015. Sambutan luar biasa ditunjukan
oleh tuan rumah, Kopassus kepada Menko PMK.
edatangan Menko PMK Puan
Maharani ke sekolah pendi­
dikan pasukan elite TNI Ang­
katan Darat pada awal Januari lalu
dimaksudkan untuk memberikan
pembekalan terhadap ratusan
peserta Ekspedisi NKRI 2015. Peserta
ekspedisi yang dididik oleh Kopassus
ini terdiri dari tentara, polisi dan sipil.
Menjelang sore, Menko PMK iba
di Pusdik Passus, Jaijajar dengan
sambutan upacara militer.
Menko langsung disambut oleh
Komandan Kopassus, Mayjen Doni
Monardo. Setelah melakukan per­
bincangan hangat, Menko PMK di­
ajak foto bersama jajaran Kopassus
didepan patung prajurit Kopassus.
Kemudian dengan menggunakan jip

K

komando, Menko PMK mengunjungi
aula Pusdik Passus untuk memberikan
pembekalan im ekspedisi NKRI.
Dihadapan peinggi Kopassus dan
peserta im ekspedisi, Mayjen Doni
Monardo memperkenalkan Menko
PMK. Dijelaskannya, “Pendiri Republik
yang kita cintai ini adalah eyang beliau
dan ibunda beliau adalah mantan
Presiden Republik Indonesia.” Doni
pun mengungkapkan kebahagiannya
karena kehadiran Menko PMK. Di­
katakannya, “Baru kali ini Menteri
Koordinator (menko) hadir di tengah
pelaksaanaan Ekspedisi NKRI yang
sudah digelar beberapa kali ini. Kami
mengucapkan terima kasih karena
suatu kebanggaan ibu Menko hadir
di tengah kita, prajurit baret merah,”

ujar Doni. Apalagi disaat yang sama,
sambungnya, Menko PMK baru saja
mendapatkan rekor sebagai wanita
pertama yang menjabat Menko dan
termuda dalam sejarah kabinet dari
MURI.
Ditambahkannya, kepesertaan
perempuan dalam ekspedisi NKRI
tahun ini, merupakan yang terba­
nyak dibandingkan tahun­tahun se­
belumnya. “Banyak peserta remaja
putri yang ikut dalam ekspedisi ini.
Mungkin karena di kabinet yang
sekarang ada banyak menteri perem­
puannya,” selorohnya. Sebagai apre­
siasi kepada Menko PMK, Doni ke­
mudian memberikan cinderamata
berupa jaket loreng bertuliskan
‘Sahabat Kopassus’ dan topi dengan
bordir Kopassus. PS
JANUARI 2015|BRAFO PMK | 9

fokus utama

inilah perpres no 9 tahun 2015 tentang kemenko pmk
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 9 Tahun 2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) telah ditandatangani Presiden Joko Widodo
(Jokowi) pada 21 Januari 2015. Berikut isi Perpres tersebut.
d.

PeraTUraN PresideN rePUBLik iNdONesia
NOmOr 9 TaHUN 2015
TeNTaNg kemeNTeriaN kOOrdiNaTOr
BidaNg PemBaNgUNaN maNUsia daN keBUdayaaN deNgaN
raHmaT TUHaN yaNg maHa esa PresideN rePUBLik
iNdONesia,

e.
f.

Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan
Kementerian Kabinet Kerja periode tahun 2014­2019
dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 dan Pasal
14
Undang­Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara, perlu menetapkan Peraturan
Presiden tentang Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;
Mengingat :
1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 Undang­Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang­Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
3. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas
dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 339);
4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 8);
memUTUskaN:
Menetapkan

: PERATURAN PRESIDEN TENTANG
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG
PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN.
BaB i
kedUdUkaN, TUgas, daN FUNgsi
Pasal 1

(1)
(2)

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden.
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan dipimpin oleh Menteri Koordinator.
Pasal 2
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi,
sinkronisasi, dan pengendalian urusan Kementerian
dalam
penyelenggaraan pemerintahan di bidang pembangunan manusia
dan kebudayaan.
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang pembangunan manusia dan kebudayaan.
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang pembangunan manusia dan
kebudayaan;
c. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan;

10 | BRAFO PMK | JANUARI 2015

pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawab Kementerian Koordinator Bidang Pembangun­
an Manusia dan Kebudayaan;
pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;
dan
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden.

Pasal 4
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan mengoordinasikan:
a. Kementerian Agama;
b. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
c. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;
d. Kementerian Kesehatan;
e. Kementerian Sosial;
f. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Teringgal, dan
Transmigrasi;
g. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
h. Kementerian Pemuda dan Olahraga; dan i. Instansi lain yang
dianggap perlu.
BaB ii OrgaNisasi
Bagian kesatu
susunan Organisasi
Pasal 5
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan terdiri atas:
a. Sekretariat Kementerian Koordinator;
b. Depui Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana;
c. Depui Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlin­
dungan Sosial;
d. Depui Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan;
e. Depui Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama;
f. Depui Bidang Koordinasi Kebudayaan;
g. Depui Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak;
h. Depui Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa, dan
Kawasan;
i. Staf Ahli Bidang Poliik, Hukum, Keamanan, dan Hak Asasi Manusia;
j. Staf Ahli Bidang Mulikulturalisme, Restorasi Sosial, dan Jai Diri Bangsa;
k. Staf Ahli Bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Ekonomi Kreaif,
dan Ketenagakerjaan;
l. Staf Ahli Bidang Sustainable Development Goals Pasca 2015; dan
m. Staf Ahli Bidang Kependudukan.
Bagian kedua
sekretariat kementerian koordinator
(1)
(2)

Pasal 6
Sekretariat Kementerian Koordinator berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.
Sekretariat Kementerian Koordinator dipimpin oleh Sekretaris
Kementerian Koordinator.
Pasal 7
Sekretariat Kementerian Koordinator mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan
pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi
di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan.
Pasal 8
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,
Sekretariat Kementerian Koordinator menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi kegiatan Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;

fokus utama

b.
c.

d.
e.
f.
g.

koordinasi dan penyusunan rencana dan program Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;
pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang
melipui ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumah­
tanggaan, kerjasama, hubungan masyarakat, arsip, dan doku­
mentasi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan;
pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
koordinasi dan penyusunan peraturan perundang­ undangan
serta pelaksanaan advokasi hukum;
penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara
dan layanan pengadaan barang/jasa; dan
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Bagian Keiga
Depui Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana
(1)
(2)

Pasal 9
Depui Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.
Depui Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak
Bencana dipimpin oleh Depui.
Pasal 10
Depui Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana
mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait dengan
isu di bidang kerawanan sosial dan dampak bencana.

Bagian kelima
Depui Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan
(1)
(2)

Pasal 17
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16,
Depui Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan menyelenggarakan
fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang peningkatan kesehatan;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang peningkatan kesehatan;
c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
pelayanan kesehatan;
d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang alat
kesehatan;
e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
ketahanan gizi dan kesehatan lingkungan;
f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
pencegahan dan penanggulangan penyakit;
g. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
kependudukan dan keluarga berencana;
h. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang
peningkatan kesehatan; dan
i. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.

Bagian keempat
Depui Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
dan Perlindungan sosial

(2)

Pasal 12
Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan
Perlindungan Sosial berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri Koordinator.
Depui Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan
Perlindungan Sosial dipimpin oleh Depui.
Pasal 13
Depui Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan
Perlindungan Sosial mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi
dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta
pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang
terkait dengan isu di bidang penanggulangan kemiskinan dan
perlindungan sosial.
Pasal 14
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13, Depui Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan
Perlindungan Sosial menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelak­
sanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan
isu di bidang penanggulangan kemiskinan dan perlindungan
sosial;

Pasal 15
Depui Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.
Depui Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan dipimpin oleh
Depui.
Pasal 16
Depui Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan mempunyai
tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan
kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang
peningkatan kesehatan.

Pasal 11
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,
Depui Koordinasi Bidang Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana
menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang kerawanan sosial dan dampak bencana;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang kerawanan sosial dan dampak
bencana;
c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
pengurangan risiko bencana;
d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
penanganan tanggap cepat;
e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
pemulihan pasca bencana;
f.
koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
penanganan konlik sosial;
g. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang
kerawanan sosial dan dampak bencana; dan
h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.

(1)

pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang penanggulangan kemiskinan
dan perlindungan sosial;
koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
program penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial;
koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
pengembangan basis data terpadu dan sistem informasi;
koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
jaminan sosial;
koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
pemberdayaan disabilitas dan lanjut usia;
pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang
penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial; dan
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Koordinator.

Bagian keenam
Depui Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama
(1)
(2)

Pasal 18
Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.
Depui Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama dipimpin oleh
Depui.
Pasal 19
Depui Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama mempunyai
tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan
kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang
pendidikan dan agama
Pasal 20
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19,
Depui Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama, menyelenggarakan
fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang pendidikan dan agama;
JANUARI 2015|BRAFO PMK | 11

fokus utama
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang pendidikan dan agama;
koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
pendidikan dasar dan pendidikan anak usia dini;
koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
pendidikan menengah dan non formal;
koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
pendidikan inggi dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
pembinaan dan pelayanan keagamaan;
pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pendidikan, agama, riset, dan teknologi; dan
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Koordinator.
Bagian ketujuh
Depui Bidang Koordinasi Kebudayaan

(1)
(2)

e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
perlindungan dan pemberdayaan perempuan;
f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
perlindungan dan pemberdayaan anak;
g. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang pember­
dayaan dan perlindungan perempuan dan anak; dan
h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.
Bagian kesembilan
Depui Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa,
dan kawasan
(1)
(2)

Pasal 21
Depui Bidang Koordinasi Kebudayaan berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.
Depui Bidang Koordinasi Kebudayaan dipimpin oleh Depui.

Pasal 28
Depui Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa dan
Kawasan mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan
sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta
pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang
terkait dengan isu di bidang pemberdayaan masyarakat, desa, dan
kawasan.

Pasal 22
Depui Bidang Koordinasi Kebudayaan mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan
kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang
kebudayaan.
Pasal 23
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22,
Depui Bidang Koordinasi Kebudayaan, menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang kebudayaan;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang kebudayaan;
c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
pengelolaan cagar budaya, museum sejarah, dan warisan budaya;
d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
pengembangan nilai budaya dan kreaivitas;
e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
kepemudaan dan karakter bangsa;
f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
keolahragaan dan revolusi mental;
g. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang
kebudayaan, pemuda, dan olah raga; dan
h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.
Bagian kedelapan
Depui Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak
(1)
(2)

Pasal 29
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28,
Depui Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa, dan
Kawasan, menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang pemberdayaan masyarakat, desa, dan
kawasan;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang pemberdayaan masyarakat,
desa, dan kawasan;
c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
perencanaan, pengawasan, dan pengendalian program
pemberdayaan masyarakat, desa, dan kawasan;
d. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pemberdayaan masyarakat, desa, dan kawasan; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.
Bagian kesepuluh
inspektorat
(1)
(2)

Pasal 32
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
Inspektorat menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern;
b. pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan
melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan penga­
wasan lainnya;
c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan
Menteri Koordinator;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan; dan
e. pelaksanaan administrasi Inspektorat.

Pasal 25
Depui Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak
mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan
isu di bidang perlindungan perempuan dan anak.

12 | BRAFO PMK | JANUARI 2015

Pasal 30
Inspektorat berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Koordinator melalui Sekretaris Kementerian Koordinator.
Inspektorat dipimpin oleh Inspektur.
Pasal 31
Inspektorat mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan
intern di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan.

Pasal 24
Depui Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.
Depui Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak
dipimpin oleh Depui.

Pasal 26
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25, Depui Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak,
menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang perlindungan perempuan dan anak;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang perlindungan perempuan dan
anak;
c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
kesetaraan dan keadilan gender;
d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang
pengarusutamaan gender;

Pasal 27
Depui Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa, dan
Kawasan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Koordinator.
Depui Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa, dan
Kawasan dipimpin oleh Depui.

Bagian kesebelas
staf ahli
(1)
(2)
(3)

Pasal 33
Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Koordinator dan secara administraif dikoordinasikan oleh
Sekretaris Kementerian Koordinator.
Staf Ahli Bidang Politik, Hukum, Keamanan, dan Hak Asasi
Manusia mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap
isu­isu strategis kepada Menteri Koordinator sesuai keahliannya.
Staf Ahli Bidang Mulikulturalisme, Restorasi Sosial, dan Jai Diri

fokus utama

(4)

(5)
(6)

Bangsa mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu­
isu strategis kepada Menteri Koordinator sesuai keahliannya.
Staf Ahli Bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Ekonomi
Kreaif, dan Ketenagakerjaan mempunyai tugas memberikan
rekomendasi terhadap isu­isu strategis kepada Menteri Koordinator
sesuai keahliannya.
Staf Ahli Bidang Sustainable Development Goals Pasca 2015
mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu­isu
strategis kepada Menteri Koordinator sesuai keahliannya.
Staf Ahli Bidang Kependudukan mempunyai tugas memberikan
rekomendasi terhadap isu­isu strategis kepada Menteri Koordinator
sesuai keahliannya.
Bagian keduabelas
Jabatan Fungsional
Pasal 34
Di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan dapat ditetapkan jabatan fungsional
tertentu sesuai dengan kebutuhan yang pelaksanaannya dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­undangan.
BaB iii TaTa kerJa

(1)
(2)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(1)

(2)

Pasal 35
Menteri Koordinator dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
harus bekerja sama di bawah pimpinan Presiden.
Menteri Koordinator dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
harus menerapkan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Pasal 36
Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi oleh Menteri Koordi­
nator dilakukan melalui penerapan peta bisnis proses yang
menggambarkan tata hubungan kerja yang efekif dan eisien baik
antar Kementerian yang dikoordinasikannya maupun dengan
Kementerian/ Lembaga lain yang terkait.
Selain melalui penerapan peta bisnis proses sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi dilakukan
melalui:
a. rapat koordinasi Menteri Koordinator atau rapat koordinasi
gabungan antar Menteri Koordinator;
b. rapat­rapat kelompok kerja yang dibentuk oleh Menteri
Koordinator sesuai dengan kebutuhan;
c. forum­forum koordinasi yang sudah ada sesuai dengan
peraturan perundang­undangan; dan
d. konsultasi langsung dengan para Menteri dan pimpinan
lembaga lain yang terkait.
Dalam rapat koordinasi Menteri Koordinator melakukan koordinasi
dan sinkronisasi terhadap perencanaan, penyusunan, dan pelaksa­
naan kebijakan dalam lingkup urusan Kementerian yang dikoordi­
nasikan Menteri Koordinator.
Menteri Koordinator dapat melibatkan Menteri dan/atau pimpinan
lembaga di luar bidang koordinasinya dalam rapat­rapat koordinasi
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan.
Pelaksanaan koordinasi oleh Menteri Koordinator dilakukan
secara berkala dan/atau sewaktu­waktu sesuai kebutuhan.
Pasal 37
Menteri Koordinator menyampaikan laporan kepada Presiden
mengenai hasil pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi dalam
lingkup urusan Kementerian yang dikoordinasikan secara berkala
atau sewaktu­waktu sesuai kebutuhan.
Menteri Koordinator baik sendiri maupun bersama­sama dengan
Menteri dan/atau pimpinan lembaga lainnya menindaklanjui
hasil rapat koordinasi dan sinkronisasi.
Pasal 38
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan harus menyusun analisa jabatan, peta jabatan,
analisa beban kerja, dan uraian tugas terhadap seluruh jabatan
di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan.
Pasal 39
Seiap unsur di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dalam melaksanakan tugas
dan fungsi harus menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi baik dalam lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan sendiri, maupun dalam
hubungan antar Kementerian dengan lembaga lain yang terkait.

Pasal 40
Semua unsur di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan harus menerapkan sistem
pengendalian intern di lingkungan masing­masing.
(1)

(2)

Pasal 41
Seiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin
dan mengoordinasikan bawahan dan memberikan pengarahan
serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas sesuai dengan uraian tugas
yang telah ditetapkan.
Arahan dan petunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
diikui dan dipatuhi oleh bawahan secara bertanggung jawab serta
dilaporkan secara berkala sesuai dengan peraturan perundang­
undangan.
Pasal 42
Dalam melaksanakan tugas, seiap pimpinan satuan organisasi
harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap satuan
organisasi di bawahnya.
BaB iV PeNdaNaaN
Pasal 43
Segala pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan
fungsi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
BaB V keTeNTUaN LaiN-LaiN
Pasal 44
Rincian lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan organisasi, dan
tata kerja Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan ditetapkan oleh Menteri Koordinator setelah
mendapat persetujuan dari Menteri yang menangani urusan
pemerintahan di bidang aparatur negara.
BaB Vi keTeNTUaN PeraLiHaN
Pasal 45
Pada saat mulai berlakunya Peraturan Presiden ini semua
ketentuan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014 yang berkaitan dengan
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, masih tetap
berlaku sepanjang idak bertentangan dan belum diubah dan/atau
digani dengan peraturan baru berdasarkan Peraturan Presiden ini.
Pasal 46
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, seluruh jabatan
yang ada beserta pejabat yang memangku jabatan di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, tetap
melaksanakan tugas dan fungsinya sampai dengan dibentuknya
jabatan baru dan diangkat pejabat baru berdasarkan Peraturan
Presiden ini.
BaB Vii keTeNTUaN PeNUTUP
Pasal 47
Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka:
a.

b.

ketentuan mengenai Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat sebagaimana diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 135 Tahun 2014; dan
ketentuan mengenai Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang
Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja; dicabut dan
dinyatakan idak berlaku.

Pasal 48
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

JANUARI 2015|BRAFO PMK | 13

PEMBERdAyAAN
MAsyARAKAt
pemberDaYaan masYarakat

membuKa Jalan
NELAYAN LEBIH BERDAYA
Potensi maritim Indonesia sangatlah besar. Melalui pemberdayaan nelayan
diharapkan dapat menjadi penyumbang terbesar perekonomian bangsa.

S

ecara umum kondisi nelayan
di negeri ini masih cukup
memprihainkan. Sebagian
besar masyarakat nelayan
masih termasuk dalam kategori ke­
luarga miskin. Akibatnya, profesi
nelayan belum mampu menjadi mata
pencaharian hidup idaman masya­
rakat.
Kondisi ini tentu sangat kontradik­
if dengan potensi mariim Indonesia
yang sangat besar. Potensi garis pe­

14 | BRAFO PMK | JANUARI 2015

sisir pantai yang menyelimui nusan­
tara sebanyak 70 persen jika dike­
lola dengan benar bisa jadi lebih
dari minyak bumi dan gas. Namun
kenyataannya, jumlah ekspor produk
perikanan di Indonesia idak lebih
besar dari negara tetangga seperi
Thailand. Seharusnya nelayan menjadi
penggerak kemajuan ekonomi bangsa.
Untuk itu, pemerintah memberikan
prioritas lebih terhadap kehidupan
masyarakat nelayan. Kebijakan yang

berpihak terhadap sektor perikanan
dan kelautan pun terus dibuat. Peme­
rintah menargetkan sektor perikanan
sebagai penyumbang devisa utama di
Indonesia.
Berdasarkan data badan Pusat
Staisik (BPS), nilai ekspor non­migas
pada Desember 2013 mencapai US$
13,58 miliar yang terdiri dari produk
hasil pertanian (termasuk perikanan)
senilai US$ 0,48 miliar dan hasil
industri US$ 10