LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SMK PERINDUSTRIAN YOGYAKARTA Jl. Kalisahak 26 (Komplek Balapan), Sleman, Yogyakarta Telp.: 0274 589162 Disusun oleh: Desi Umi Nurany 11201244012.

(1)

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN

(PPL)

SMK PERINDUSTRIAN YOGYAKARTA

Jl. Kalisahak 26 (Komplek Balapan), Sleman, Yogyakarta

Telp.: 0274 589162

Disusun oleh:

Desi Umi Nurany

11201244012

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014


(2)

ABSTRAK

LAPORAN PENGALAMAN LAPANGAN SMK PERINDUSTRIAN

Oleh: Desi Umi Nurany

11201244012

Universitas Negeri Yogyakarta merupakan universitas yang bertugas menghasilkan tenaga pendidik yang profesional. Untuk melaksanakan tugas tersebut, UNY membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan melalui salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh bagi semua program studi kependidikan. Kegiatan tersebut adalah berupa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Kegiatan PPL Universitas Negeri Yogyakarta bertujuan untuk mendapatkan pengalaman ketika berada di kondisi yang sesungguhnya. Melalui pengalaman ini, mahasiswa menerapkan keterampilan mereka ketika terjun ke lapangan dengan berbekal teori dari kuliah.

Kegiatan PPL yang dilaksanakan di SMK Perindustrian dilaksanakan mulai dari tahap observasi yang penulis laksanakan pada tanggal 1 dan 7 Maret 2014 sampai dengan pelaksanaan praktik mengajar yang ditempuh mulai Agustus sampai September 2014. Mata pelajaran yang diampu oleh penulis adalah Bahasa Indonesia. Total jam pelajaran yang diampu penulis selama 1 minggu adalah 8 jam pelajaran dengan frekuensi satu kali tatap muka di empat kelas.

Selain mempersiapkan bahan mengajar yang dibutuhkan dan praktik mengajar langsung, mahasiswa juga melaksanakan agenda-agenda sekolah lain. Mahasiswa berpartisipasi dalam pelaksanaan MOPDB, workshop implementasi kurikulum 2013, perayaan HUT sekolah, perayaan HUT RI, pengadaan administrasi perpustakaan, dan piket setiap hari Senin sampai Rabu. Adapun program individu pada pelaksanaan PPL yaitu, pembuatan poster kelas dan pengadaan antalogi cerpen. Kegiatan PPL yang dilaksanakan selama 2,5 bulan tersebut memberi banyak manfaat bagi mahasiswa yaitu menambah pengalaman, ilmu pengetahuan, dan wawasan mengenai proses pembelajaran di sekolah dan bentuk interaksi antarwarga sekolah. Setelah kegiatan PPL selesai, mahasiswa dapat mengimplementasikan segala hal positif yang telah didapatkan selama PPL dengan sebaik mungkin.


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi

Sebelum melaksanakan kegiatan PPL, mahasiswa melakukan observasi ke SMK Perindustrian Yogyakarta. Observasi bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai situasi dan kondisi sekolah tempat PPL dilaksanakan untuk selanjutnya digunakan sebagai pertimbangan dalam merencanakan program yang akan dilaksanakan pada saat PPL. Metode yang digunakan dalam melaksanakan observasi adalah pengamatan langsung (observasi) dan tanya jawab (wawancara) dengan kepala sekolah, guru pembimbing, dan karyawan SMK Perindustrian Yogyakarta.

SMK Perindustrian beralamat di Jl. Kalisahak No 26 (Komplek Balapan) Yogyakarta. Lokasi nyaman, tenang, dan memungkinkan siswa untuk belajar lebih terkonsentrasi karena letak sekolah tidak berada di pinggir Jalan Urip Sumoharjo yang sekarang ini telah cukup padat dilalui kendaraan bermotor. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan swasta yang terdapat di Kota Yogyakarta yang berdiri sejak tanggal 3 September 1957. SMK Perindustrian merupakan salah satu sekolah yang digunakan untuk lokasi PPL Universitas Negeri Yogyakarta pada Tahun 2014.

Permasalahan yang ditemui di lapangan, yaitu sarana dan prasarana yang ada belum mendukung keseluruhan proses kegiatan belajar mengajar. Sarana dan prasarana yang tersedia belum berfungsi secara maksimal. Permasalahan lain adalah tidak semua guru mau dan mampu menggunakan media yang telah tersedia. Masih ada beberapa guru yang menggunakan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa dinilai masih kurang aktif dalam proses belajar-mengajar seperti yang diharapkan dalam kurikulum 2013. Minat siswa untuk lebih mengembangkan diri di luar jam pelajaran pun masih kurang karena banyak siswa yang tidak tertarik dengan berbagai ekstrakurikuler yang ditawarkan.

Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan pada saat PPL, dapat dikatakan bahwa SMK Perindustrian Yogyakarta mempunyai potensi untuk dapat lebih berkembang baik dari segi akademik maupun non-akademik.


(4)

1. Visi dan Misi SMK Perindustrian Yogyakarta a. Visi Sekolah

“Menciptakan Tamatan yang Profesional, Mampu Berwirausaha, Bertaqwa, Berbudaya, dan Berdaya Saing di Pasar Global”.

b. Misi Sekolah

a. Melaksanakan sistem pembelajaran yang professional.

b. Mengembangkan iklim belajar yang berakar pada norma dan budaya bangsa Indonesia.

c. Meningkatkan penguasaan kemampuan berbahasa Inggris.

d. Meningkatkan kerja sama dengan dunia usaha/ dunia industri dan memperluas jalinan pemasaran tamatan.

e. Melaksanakan layanan prima dalam upaya peningkatan kualitas sekolah.

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi sekolah merupakan bagian dari organisasi pendidikan yang secara langsung teknis edukatif berperan dalam proses pendidikan. Keberlangsungan proses pendidikan berkaitan dengan peran struktur organisasi. Pengelolaan struktur organisasi juga perlu dijaga secara baik, benar, dan efisien.

Interaksi belajar mengajar antarguru dengan murid merupakan inti dari proses pendidikan. Untuk memperlancar dan mendapatkan hasil yang maksimal dari interaksi tersebut, maka dibutuhkan penataan administrasi yang efektif dan efisien serta suatu organisasi pengelola. Oleh karena itu, perlu dibentuk organisasi sekolah yang merupakan unsur penunjang proses belajar mengajar dan memperlancar kegiatan sekolah. Berdasarkan kepentingan tersebut, maka diperlukan struktur organisasi dan di- visualisasikan dari organisasi yang bersangkutan.

3. Guru dan Karyawan a. Kepala Sekolah

Kepala Sekolah SMK Perindustrian Yogyakarta dijabat oleh Drs. Sujarwanto, M.Pd. Kepala sekolah mempunyai wewenang sebagai berikut. a) Sebagai administrator yang bertanggung jawab pada pelaksanaan kurikulum, ketatausahaan, administrasi personalia pemerintah, dan pelaksana intruksi dari atasan.


(5)

b) Sebagai pemimpin usaha sekolah agar dapat berjalan baik.

c) Sebagai supervisor yang memberikan pangawasan dan bimbingan kepda guru, karyawan, dan siswa agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan lancar.

b. Wakil Kepala Sekolah

SMK Perindustrian Yogyakarta memiliki Kepala Sekolah, dibantu oleh dua Wakil Kepala Sekolah yang masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab berbeda. Wakil Kepala Sekolah tersebut, yaitu.

1) Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum yang saat ini dijabat oleh Nyoman Sedama, M. Pd. dan

2) Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan yang saat ini dijabat oleh Andri Kretanto S. Pd.

c. Potensi Guru

SMK Perindustrian Yogyakarta memiliki guru dan karyawan yang telah siap membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah sesuai dengan bidang kependidikannya masing-masing. Jumlah keseluruhan guru berdasarkan data formasi guru dan tenaga administrasi SMK per Agustus 2014 adalah 37 orang, terdiri dari:.

1) guru PNS 5 orang, 2) guru yayasan 3 orang, 3) GTT 29 orang.

d. Tenaga Administrasi

SMK Perindustrian Yogyakarta telah memiliki tenaga administrasi yang cukup memadai dengan tugasnya masing–masing. Tenaga administrasi tersebut meliputi: karyawan tata usaha, laboratorium, satpam, pustakawan, tukang kebun, penjaga sekolah, dan perlengkapan.

e. Potensi siswa

Siswa SMK Perindustrian Yogyakarta cukup memiliki potensi yang baik dalam berbagai bidang. Hal itu dapat ditunjukkan dalam bidang otomotif maupun olahraga, misalnya sepakbola dan futsal. Potensi siswa SMK Perindustrian Yogyakarta juga disalurkan melalui OSIS.

f. Interaksi Sosial Personalia

Hubungan sosial antarpersonalia sangat harmonis. Mereka saling memahami dan menghormati sehingga dapat menghasilkan kerja yang


(6)

g. Interaksi Sosial Guru- Siswa

Interaksi sosial antara guru dan siswa berjalan harmonis dan kekeluargaan. Siswa menghormati gurunya begitu pula sebaliknya. Ini terlihat saat proses belajar mengajar berlangsung dan di luar KBM. Kondisi seperti ini mampu mewujudkan proses belajar mengajar yang kondusif.

h. Interaksi Sosial Antar Siswa

Interaksi sosial antarsiswa cukup baik. Mereka saling bergaul, menghormati satu sama lain. Namun ada beberapa yang masih membeda-bedakan satu sama lain.

4. Fasilitas yang dimiliki oleh SMK Perindustrian Yogyakarta

SMK Perindustrian Yogyakarta memiliki dua jurusan, yaitu Mekanik Otomotif dan Kimia Industri. Sekolah ini memiliki 12 kelas, yaitu 3 (tiga) kelas X (sepuluh) Jurusan Mekanik Otomotif, 1 (satu) kelas X (sepuluh) Jurusan Kimia Industri, 3 (tiga) kelas XI (sebelas) Jurusan Mekanik Otomotif, 1 (satu) kelas XI (sebelas) Jurusan Kimia Industri, dan 3 (tiga) kelas XII (dua belas) Jurusan Mekanik Otomotif, 1 (satu) kelas XII (dua belas) Jurusan Kimia Industri. Di samping itu, terdapat bangunan/ ruangan penunjang administrasi ataupun proses pembelajaran, yakni ruang kepala sekolah, guru, tata usaha, bimbingan konseling, laboratorium komputer, jaga satpam, UKS, perpustakaan, mushola, laboratorium kimia, laboratorium bahasa, praktik mekanik otomotif, ruang pengelasan mekanik otomotif, gudang, kamar mandi/ WC, dan kantin.

Media pembelajaran yang telah tersedia di SMK Perindustrian Yogyakarta terdiri atas OHP, komputer, laptop, proyektor dan LCD. Secara umum, kelengkapan administrasi dan fasilitas penunjang proses pembelajaran siswa, baik berupa media pembelajaran maupun pengayaan telah tersedia dengan baik.


(7)

a. Fasilitas belajar mengajar di kelas

Dalam menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas, disediakan fasilitas yang lengkap, antara lain meja dan kursi, white board/ papan tulis, penghapus, board maker, dan LCD Proyektor. Namun meja dan kursi masih ada beberapa yang rusak, misalkan tempat untuk bersandar pada kursi kayu hilang.

b. Ruang kepala sekolah

Ruangan ini merupakan ruangan yang digunakan oleh kepala sekolah untuk menjalankan tugasnya. Terdiri dari satu set meja kursi tamu, meja kerja, lemari buku, lemari piala, dan inventaris lainya serta alat komunikasi sehingga mempermudah kepala sekolah melakukan koordinasi dengan guru dan karyawan.

c. Ruang Guru

Ruang guru dilengkapi dengan meja, kursi, dan loker untuk masing- masing guru. Jadwal mengajar guru dapat langsung terlihat ketika memasuki ruangan tersebut karena papan jadwal terpampang dengan jelas di dinding berdampingan dengan papan lain yang berhubungan dengan kepentingan guru dan sekolah. Terdapat pula satu set meja dan kursi untuk tamu di dekat pintu masuk ruang guru. Masing-masing meja guru terdapat nama guru dan berbagai buku-buku yang digunakan guru untuk mengajar. Dari luar ruangan tersebut terlihat rapi dan bersih.

Untuk tempat penyimpanan alat-alat olahraga menjadi satu di ruang guru tepatnya terletak di belakang meja tamu yang terdapat di dalam sebuah kotak untuk tempat (bola sepak, bola basket, cone). Terdapat pula alat-alat olahraga lainnya, seperti raket dan net yang terdapat di dalam almari.

d. Ruang Tata Usaha

Tata usaha mempunyai peranan penting dalam administrasi sekolah. Ruang tata usaha ini merupakan ruang pelayanan bagi seluruh komponen sekolah, mulai dari siswa sampai dengan kepala sekolah, juga masyarakat terutama orang tua/ wali siswa. Di ruang tata usaha ini digunakan siswa untuk melakukan berbagai macam bentuk pembayaran yang kaitannya dengan sekolah.

Ruang tata usaha juga digunakan sebagai tempat penyimpanan alat-alat pendukung pembelajaran lainnya, seperti LCD dan terdapat mesin


(8)

kecil yang menjual alat-alat tulis serta makanan dan minuman kecil lainnya.

e. Perpustakaan

Perpustakaan SMK Perindustrian Yogyakarta ini dijaga oleh dua orang pegawai. Jumlah buku yang ada di perpustakaan mencapai 1200 buku. Ruang perpustakaan lumayan luas dan menjadi tempat yang nyaman untuk membaca buku. Perpustakaan kurang dimanfaatkan oleh siswa karena banyak yang malas ke perpustakaan kalau tidak ada tugas. Terkadang perpustakaan dipakai untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), misal pembelajaran agama nonmuslim. Dalam pelaksanaan PPL tahun 2014 ini, perpustakaan digunakan sebagai basecamp.

f. Laboratorium

SMK Perindustrian Yogyakarta memiliki tiga laboratorium yang berfungsi sebagai penunjang proses belajar mengajar. Adapun laboratorium tersebut antara lain sebagai berikut.

1) Laboratorium komputer : terdapat 12 komputer 2) Laboratorium Bahasa : terdapat 20 meja

3) Laboratorium Kimia : terdapat fasilitas penunjang kegiatan kimiawi yang memadai misalkan botol-botol ataupun alat ukur kimia lainnya.

g. Ruang Praktik Mekanik Otomotif (bengkel otomotif)

Ruang ini merupakan ruangan yang khusus digunakan oleh jurusan Mekanik Otomotif dalam proses pembelajaran otomotif. Dalam ruang praktik ini terdapat berbagai macam peralatan otomotif yang dapat digunakan untuk praktik otomotif seperti kunci, engine stand, dan kendaraan yang digunakan untuk obyek praktik. Ruangan tersebut luas, rapi, dan terlihat bersih.

h. Ruang pengelasan mekanik otomotif ( Kerja Bangku )

Ruang pengelasan atau kerja bangku merupakan salah satu ruangan khusus yang dipakai oleh Jurusan Mekanik Otomotif SMK Perindustrian Yogyakarta dalam proses pembelajaran praktik mengelas dan kerja bangku. Dalam ruang praktik ini terdapat berbagai peralatan yang digunakan untuk praktik las, mulai dari peralatan las karbit sampai peralatan las listrik serta kikir, gerinda, dan mesin pemotong logam.


(9)

i. Ruang Bimbingan dan Konseling

Ruang bimbingan dan konseling di dalamnya terdapat dua meja guru dan satu set meja dan kursi tamu. Ruangan ini khusus dimanfaatkan untuk membimbing siswa yang bermasalah. Masalah yang muncul biasanya adalah masalah individu, yaitu keterlambatan, absen yang terlalu banyak dilakukan siswa, kenakalan siswa, dan pelanggaran peraturan sekolah lainnya. Dengan adanya bimbingan ini diharapkan siswa yang awalnya tidak disiplin berubah menjadi disiplin.

j. Tempat Ibadah (mushola)

Sekolah ini mempunyai mushola yang cukup memadai walaupun tidak terlalu luas. Dalam mushola terdapat karpet atau sajadah yang digunakan oleh warga sekolah untuk beribadah.

k. Pos Satpam

Pos satpam merupakan tempat satpam SMK Perindustrian Yogyakarta berjaga. Pos satpam berada di dekat pintu masuk sebelah barat, dekat dengan tempat parkir sepeda motor.

l. Kantin

SMK Perindustrian memiliki dua kantin. Letak kantin berada di belakang bengkel otomotif, tempatnya sempit dari lingkungan sekolah pun tidak terlihat, dan kurang bersih sehingga kurang nyaman bagi siswa untuk makan dikantin sehingga kebanyakan siswa memilih jajan di luar sekolah. Kantin baru terletak di belakang perpustakan. Tempatnya bersih dan nyaman sehingga siswa, guru, dan kryawan banyak yang jajan di tempat ini.

m. Tempat Parkir

Tempat parkir SMK Perindustrian Yogyakarta sudah cukup untuk menampung semua kendaraan yang ada, baik kendaraan guru, karyawan, maupun siswa. Penatannya kurang sedikit rapi karena semakin banyak siswa yang menggunakan kendaraan bermotor.

n. Kamar Mandi/ WC

Terdapat empat ruang kamar mandi siswa yang berada di belakang kelas sebelah timur gedung sekolah, satu ruang kamar mandi di belakang ruangan laboratorium kimia, dan sebuah ruang kamar mandi di belakang ruang praktik otomotif yang biasanya digunakan untuk kamar mandi bapak dan ibu guru.


(10)

5. Lingkungan Sekolah

Lingkungan SMK Perindustrian Yogyakarta terletak di daerah yang strategis di antara pemukiman penduduk dan lokasinya mudah dijangkau 100 m dari jalan Laksda Adisucipto (Jalan Yogyakarta - Solo). Jauh dari kebisingan kendaraan bermesin karena terletak di antara kompleks-kompleks gedung dan rumah sehingga membuat nyaman selama Kegiatan Belajar Mengajar. Adapun batas-batas SMK Perindustrian Yogyakarta, yaitu sebagai berikut.

1) Sebelah Utara : Kampus LPP 2) Sebelah Timur : Kampus AKPRIND 3) Sebelah Barat : Kampus AA YKPN

4) Sebelah Selatan : Pemukiman warga dan kios-kios

6. Fasilitas Pendidikan Jasmani

Kegiatan olahraga di SMK Perindustrian Yogyakarta dilaksanakan di lapangan sekolah yang berada di sebelah utara atau berada di depan sekolah. Lapangan yang ada di antaranya, lapangan bola voli, lapangan futsal, dan lapangan basket. Untuk menunjang pembelajaran pendidikan jasmani, SMK Perindustrian mempunyai sarana penunjang pembelajaran pendidikan jasmani, seperti yang ditunjukan oleh tabel di bawah ini.

Tabel 1. Peralatan Penunjang Pembelajaran Pendidikan Jasmani

No Nama Barang Baik Rusak Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Bola sepak Bola voli Bola basket Net voli Net bulutangkis Raket Matras

Bak lompat dan loncat

Meja pingpong 1 6 4 1 1 8 - 1 - 1 - 3 1 - - 1 - 1 2 6 7 2 1 8 1 1 1


(11)

7. Laporan Hasil Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan di lokasi PPL berlangsung. Pengamatan ini dimaksudkan agar mahasiswa medapatkan gambaran yang sesungguhnya mengenai kondisi lembaga dan kondisi peserta didiknya. Selain itu, mahasiswa dapat mengetahui potensi media-media pembelajaran yang ada.

Dengan melaksanakan observasi, diharapkan mahasiswa dapat menentukan suatu formulasi program yang tepat agar dapat dilaksanakan ketika sudah diterjunkan dalam program PPL. Ada beberapa aspek yang diamati sebagai berikut.

a. Observasi lingkungan sekolah

Dalam pelaksanaan observasi, praktikan mengamati beberapa aspek berikut ini:

1) kondisi fisik sekolah,

2) potensi siswa, guru, dan karyawan,

3) fasilitas KBM, media, perpustakaan, dan laboratorium, 4) ekstrakurikuler dan organisasi siswa,

5) bimbingan konseling, 6) UKS,

7) administrasi

8) koperasi dan tempat ibadah. b. Observasi perangkat pembelajaran

Praktikan mengamati bahan ajar serta kelengkapan administrasi yang dipersiapkan guru pembimbing sebelum KBM berlangsung agar praktikan lebih mengenal perangkat pembelajaran.

c. Observasi proses pembelajaran

Tahap ini meliputi kegiatan observasi proses kegiatan belajar mengajar langsung di kelas. Hal-hal yang diamati dalam proses belajar mengajar adalah: membuka pelajaran, penyajian materi, metode pembelajaran, penggunaan bahasa, penggunaan waktu, gerak, teknik bertanya, teknik penguasaan kelas, penggunaan media, bentuk dan cara penilaian dan menutup pelajaran.

d. Observasi perilaku siswa

Praktikan mengamati perilaku siswa ketika mengikuti proses kegiatan belajar mengajar baik didalam maupun diluar kelas. Adapun


(12)

hasil observasi di SMK Perindustrian Yogyakarta tentang kondisi sekolah dapat dilaporkan sebagai berikut.

1) Kondisi Umum SMK Perindustrian Yogyakarta

Secara umum, kondisi SMK Perindustrian Yogyakarta cukup strategis dan kondusif sebagai tempat belajar. Jalan menuju sekolah mudah dicapai dan tidak terlalu ramai karena bukan jalur utama yang dilalui kendaraan umum. Fasilitas penunjang cukup lengkap, seperti gedung untuk proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), laboratorium, tempat ibadah, parkir, persediaan air bersih, kamar mandi, dan toilet.

Adanya perawatan yang saat ini semakin baik menjadikan KBM dapat berjalan dengan lancar sehingga siswa merasa nyaman untuk mengikuti KBM di sekolah.

2) Kondisi Kedisiplinan di SMK Perindustrian Yogyakarta

Dari hasil observasi diperoleh data kondisi kedisiplinan di SMK Perindustrian Yogyakarta sebagai berikut.

a) Jam pelajaran dimulai tepat pukul 07.15 WIB.

b) Adanya kebiasaan untuk berjabat tangan dengan Bapak dan Ibu guru, setelah memasuki gerbang sekolah.

c) Kedisiplinan siswa masih perlu ditingkatkan, karena masih ada beberapa siswa yang terlambat.

3) Sarana Pembelajaran

Sarana pembelajaran yang digunakan di SMK Perindustrian Yogyakarta cukup mendukung untuk tercapainya proses KBM, karena ruang teori dan praktik terpisah .Sarana yang ada di SMK Perindustrian Yogyakarta adalah sebagai berikut.

a) Laboratorium kimia. b) Bengkel otomotif. c) Perpustakaan.

d) Media pembelajaran seperti white board dan LCD. d) Kondisi Fisik Sekolah

Secara umum, kondisi fisik bangunan gedung sekolah cukup baik, sehingga sangat mendukung KBM.

e) Perpustakaan

Perpustakaan dan buku-buku di dalamnya merupakan sebuah ruang yang memiliki potensi sebagai sumber informasi siswa dan guru. Siswa dapat juga menghabiskan waktu istirahat di dalam perpustakaan untuk membaca dan melakukan aktivitas


(13)

positif lain. Kegiatan pembelajaran agama selain Islam biasanya berlangsung di perpustakaan.

f) Laboratorium

Sekolah ini memiliki dua labolaturium, yaitu laboratorium kimia dan laboraturium komputer. Masing-masing telah dilengkapi dengan sarana laboratorium yang cukup memadai.

g) Bengkel

Sekolah ini memiliki dua bengkel, yaitu ruang praktik mekanik otomotif dan ruang pengelasan mekanik otomotif. Yang masing-masing sangat bermanfaat dalam menunjang KBM Jurusan Otomotif.

h) Lingkungan Sekolah

Sekolah berada di daerah yang kondusif untuk mengadakan proses belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari lingkungannya yang cenderung dikelilingi dengan komplek perumahan dan kampus seperti AA YKPN, LPP, dan IST Akprind.

i) Fasilitas Olah Raga

Fasilitas olahraga sudah cukup memadai, hal tersebut dapat dilihat dari adanya lapangan basket, lapangan voli dan lapangan futsal.

j) Kegiatan Kesiswaan

Kegiatan kesiswaan SMK Perindustrian Yogyakarta cukup baik. Seperti Organisasi Kesiswaan yang ada, yaitu OSIS.

B. Perumusan Program dan Rencana KKN-PPL

Berdasarkan kondisi tersebut, kelompok mahasiswa PPL UNY tahun 2014 yang berlokasi di SMK Perindustrian berusaha berperan serta dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya yang ada. Untuk itu upaya optimalisasi potensi sumber daya sekolah ini sangat memerlukan dukungan dan pengarahan dari berbagai pihak yang terkait di dalamnya.

Setelah mengetahui semua masalah dari hasil observasi kemudian diidentifikasi, maka disusun beberapa program kerja yang akan dilakukan berdasarkan berbagai pertimbangan berikut ini.


(14)

1. Program Kelompok

Program Kelompok terdiri dari.

a) Gerakan 3K (Kebersihan, Keindahan, dan Kerapian). b) Pendampingan OSIS.

c) Penataan ruang perpustakaan. d) Pengadaan kaca di mushola.

e) Lomba Terong (Perayaan HUT SMK Perindustrian). 2. Program Insidental

Program Insidental kelompok terdiri dari. a) Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). b) Penilaian lomba kebersihan kelas. c) Pendampingan buka puasa bersama. d) Piket sekolah.

3. Program Individu

Program Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia antara lain, pembuatan poster di setiap kelas dan pengadaan Antologi Cerpen Cantik di Berkas Waktu.

Program PPL ini merupakan bagian dari mata kuliah yang berbobot 3 SKS dan wajib ditempuh oleh setiap mahasiswa kependidikan. Materi yang ada meliputi program mengajar teori dan praktik di kelas yang dikontrol oleh guru pembimbing masing-masing. Rancangan kegiatan PPL ini disusun setelah mahasiswa melakukan observasi di dalam kelas sebelum penerjunan PPL yang bertujuan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa di kelas, serta lingkungan sekitar dengan maksud agar pada saat PPL nanti mahasiswa siap diterjunkan untuk praktik mengajar, dalam periode bulan Juli sampai dengan September 2014.

a) Pra PPL

Sebelum PPL, praktikan melakukan beberapa hal yang dimaksudkan sebagai persiapan dan rencana program yang akan dilakukan adalah sebagi berikut.

1) Sosialisasi dan koordinasi.

2) Observasi KBM dan manajerial.


(15)

4) Identifikasi permasalahan.

5) Rancangan program.

6) Meminta persetujuan koordinator PPL sekolah mengenai rancangan program yang akan dilaksanakan.

b) Rancangan Program

Hasil pra PPL kemudian digunakan untuk menyusun rancangan program. Rancangan program untuk lokasi SMK Perindustrian berdasarkan pada pertimbangan berikut ini.

1) Permasalahan sekolah sesuai dengan potensi yang ada.

2) Kemampuan mahasiswa.

3) Faktor pendukung yang diperlukan (sarana dan prasarana).

4) Ketersediaan dana yang diperlukan.

5) Ketersediaan waktu.

6) Kesinambungan program.

Kegiatan PPL UNY dilaksanakan selama dua setengah bulan terhitung mulai tanggal 2 Juli s/d 17 September 2014. Sebelum penerjunan, mahasiswa mengikuti pembekalan guna mendapatkan informasi terkait hal-hal yang akan dilaksanakan selama PPL.

Pembekalan wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa yang akan melaksanakan PPL. Setelah melaksanakan pembekalan, mahasiswa dapat melakukan observasi ke sekolah berdasarkan jadwal kesepakatan antara mahasiswa dan pihak sekolah. Observasi dapat dilaksanakan lebih dari sekali untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai kondisi sekolah yang bersangkutan. Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan PPL UNY SMK Perindustrian dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(16)

Tabel Jadwal pelaksanaan kegiatan PPL UNY 2014

No Nama Kegiatan Waktu Pelaksanaan Tempat

1. Penerjunan mahasiswa ke

sekolah/lembaga 2 Juli 2014

SMK

Perindustrian

2. Observasi proses pembelajaran di sekolah/lembaga

24 Februari s/d 03 Maret 2014

SMK

Perindustrian

3.

Pembekalan KKN – PPL 20 Februari dan 18

Juni 2014 UNY

4. Penyerahan Mahasiswa KKN –

PPL 2 juli 2014

SMK

Perindustrian

5.

Praktik Mengajar 7 Agustus s/d 13 Sept 2014

SMK

Perindustrian

6.

Penyelesaian Laporan / Ujian 7-17September 2014 SMK

Perindustrian

7. Penarikan mahasiswa KKN –

PPL 17 September 2014

SMK


(17)

BAB II

PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

A. Persiapan

1. Kegiatan Pra PPL

Keberhasilan suatu kegiatan bergantung persiapan yang dilakukan. Demikian pula untuk mencapai tujuan PPL yang dilaksanakan mulai 2 Juli hingga 17 September 2014, perlu dilakukan berbagai persiapan sebelum praktik mengajar. Persiapan-persiapan tersebut termasuk kegiatan yang diprogramkan dari lembaga UNY maupun yang diprogramkan secara individu oleh mahasiswa. Persiapan-persiapan tersebut meliputi hal-hal berikut.

a. Pembekalan

Kegiatan pembekalan merupakan salah satu persiapan yang diselenggarakan oleh lembaga UNY. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam bentuk pembekalan KKN-PPL yang diselenggarakan oleh LPPMP pada setiap program studi. Kegiatan ini wajib diikuti oleh calon peserta PPL. Materi yang disampaikan dalam pembekalan PPL adalah mekanisme pelaksanaan microteaching, teknik pelaksanaan

microteaching, teknik pelaksanaan PPL, dan teknik menghadapi serta

mengatasi permasalahan yang mungkin akan tejadi selama pelaksanaan PPL. Mahasiswa yang tidak mengikuti pembekalan tersebut dianggap mengundurkan diri dari kegiatan PPL. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 18 Juni di gedung KPLT lantai dua Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (FT UNY).

b. Observasi kegiatan belajar mengajar di SMK Perindustrian Yogyakarta

Observasi dilakukan dalam dua bentuk, yaitu observasi pra PPL dan observasi kelas pra mengajar.

1) Observasi pra PPL pada tanggal 3Maret 2014 Observasi yang dilakukan, meliputi hal berikut.

a) Observasi fisik, yang menjadi sasaran adalah gedung sekolah, kelengkapan sekolah, dan lingkungan yang akan menjadi tempat praktik.

b) Observasi proses pembelajaran, mahasiswa melakukan pengamatan proses pembelajaran dalam kelas. Kegiatan ini meliputi metode yang digunakan, media yang digunakan,


(18)

administrasi mengajar berupa media pembelajaran, RPP, dan strategi pembelajaran.

c) Observasi siswa, meliputi perilaku siswa ketika proses maupun di luar pembelajaran. Observasi digunakan sebagai masukan untuk menyusun strategi pembelajaran.

2) Observasi kelas pra mengajar pada tanggal 3 Maret-19 April 2014 di kelas X dan kelas XI.

Observasi dilakukan pada kelas yang akan digunakan untuk praktik mengajar. Tujuan kegiatan ini antara lain:

a) mengetahui materi yang sedang dipelajari, b) mempelajari metode pengajaran guru, c) mempelajari situasi kelas, dan

d) mempelajari kondisi siswa (aktif/ tidak aktif).

Observasi kelas bertujuan agar mahasiswa memperoleh gambaran mengenai proses belajar mengajar di kelas. Mahasiswa diharapkan telah mempersiapkan strategi yang tepat untuk menghadapi siswa. Adapun yang menjadi titik pusat kegiatan ini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan cara guru megajar, yang meliputi perangkat pembelajaran, proses pembelajaran, dan perilaku siswa. Perangkat pembelajaran ini mencakup silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Proses pembelajaran mencakup: membuka pelajaran, metode pembelajaran, penyajian materi, penggunaan bahasa, waktu, gerak, cara memotivasi siwa, teknik bertanya, penguasaan kelas, penggunaan media, bentuk dan cara evaluasi, dan menutup pelajaran. Perilaku siswa mencakup perilaku siswa di kelas dan di luar kelas. Berdasarkan observasi ini, praktikan telah mempunyai gambaran tentang sikap maupun tindakan yang harus dilakukan waktu mengajar.

c. Pengajaran Mikro

Setelah mengadakan observasi, mahasiswa dapat belajar banyak dari proses pembelajaran yang sesungguhnya di SMK Perindustrian Yogyakarta. Pengajaran mikro dilaksanakan mulai Februari sampai Juni 2014. Dalam Pengajaran Mikro, mahasiswa melakukan praktik mengajar pada kelas/ kelompok kecil. Kegiatan pengajaran mikro, yang berperan sebagai guru adalah mahasiswa sendiri dan yang berperan sebagai siswa adalah teman satu kelompok yang berjumlah


(19)

enam orang dengan satu orang dosen pembimbing mikro, yaitu Ibu Sudiati, M. Hum. Dosen pembimbing mikro memberikan masukan, baik berupa kritik maupun saran setiap kali mahasiswa selesai praktik mengajar termasuk isi dalam RPP dan cara mengajar masing-masing mahasiswa. Berbagai macam metode dan media pembelajaran dipraktikan dalam kegiatan ini. Mahasiswa diharapkan dapat memahami media yang sesuai untuk setiap materi. Hal yang tidak kalah penting dipelajari adalah tentang keterampilan bertanya yang baik pada saat mengajar agar guru mampu membimbing siswa dalam memahami konsep pembelajaran.

Dengan demikian, pengajaran mikro bertujuan untuk membekali mahasiswa agar lebih siap dalam melaksanakan PPL, baik segi materi maupun penyampaian/ metode mengajar. Pengajaran mikro dilaksanakan juga sebagai syarat bagi mahasiswa untuk dapat mengikuti KKN-PPL.

d. Persiapan sebelum mengajar

Sebelum mengajar di sekolah, mahasiswa harus mempersiapkan administrasi dan persiapan materi, serta media yang akan digunakan untuk mengajar agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan rencana dan harapan. Persiapan tersebut antara lain sebagai berikut.

1) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi rencana pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.

2) Pembuatan media. Peran media pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar sangat penting untuk mendukung keberhasilan proses pembelajaran.

3) Mempersiapkan alat dan bahan mengajar. Agar pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat, maka perlu mempersiapkan alat dan bahan mengajar. Misalnya, sarana dan prasarana olahraga, LCD maupun laptop untuk mengajar teori di dalam kelas.

4) Diskusi dengan sesama mahasiswa, yang dilakukan sebelum maupun sesudah mengajar untuk saling bertukar pengalaman. 5) Diskusi dan konsultasi dengan guru pembimbing yang dilakukan


(20)

2. Pembuatan Persiapan Mengajar

Persiapan mengajar sangat diperlukan sebelum mengajar. Melalui persiapan yang matang, mahasiswa PPL diharapkan dapat memenuhi target yang ingin dicapai. Berikut ini persiapan yang telah dilakukan mahasiswa PPL antara lain sebagai berikut.

a. Konsultasi dengan dosen dan guru pembimbing

Berdasarkan prosedur pelaksanaan PPL, setiap mahasiswa sebelum mengajar wajib melakukan koordinasi dengan Dosen Pembimbing Lapangan PPL (DPL PPL) dan guru pembimbing di sekolah mengenai RPP dan waktu mengajar. Hal ini dikarenakan setiap mahasiswa yang akan melakukan praktik mengajar, guru dan dosen pembimbing harus hadir mengamati mahasiswa yang mengajar di kelas.

Koordinasi dan konsultasi dengan dosen dan guru pembimbing dilakukan sebelum dan setelah mengajar. Sebelum mengajar, guru memberikan materi yang akan disampaikan pada waktu mengajar. Kegiatan setelah mengajar dimaksudkan untuk memberikan evaluasi cara mengajar mahasiswa PPL.

b. Pengusaan materi

Materi yang akan disampaikan pada siswa harus disesuaikan dengan kurikulum dan silabus yang digunakan. Selain menggunakan buku paket, penggunaan buku referensi yang lain sangat diperlukan agar proses belajar mengajar berjalan lancar. Mahasiswa PPL juga harus menguasai materi yang akan disampaikan.

c. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Pembuatan dan penyusuna RPP dilakukan berdasarkan silabus yang telah ada. Silabus dan RPP yang digunakan tahun pelajaran 2014 di SMK Perindustrian sudah menggunakan kurikulum 2013 untuk kelas X dan kelas XI, sedangkan untuk kelas XII masih menggunakan kurikulum lama, yaitu KTSP.

d. Pembuatan media pembelajaran

Media pembelajaran merupakan faktor pendukung yang penting untuk keberhasilan proses pengajaran. Media pembelajaran adalah suatu alat yang digunakan sebagai media dalam menyampaikan materi kepada siswa agar mudah dipahami oleh siswa. Media ini selalu dibuat sebelum mahasiswa mengajar agar penyampaian materi tidak membosankan.


(21)

e. Pembuatan alat evaluasi (Lembar Kerja Siswa)

Alat evaluasi ini berfungsi untuk mengukur seberapa jauh siswa dapat memahami materi yang disampaikan. Alat evaluasi berupa latihan dan penugasan bagi siswa baik secara individu maupun kelompok.

f. Umpan Balik dari Pembimbing

Selama kegiatan praktik mengajar, mahasiswa mendapat bimbingan dari guru pembimbing dan dosen pembimbing PPL. Dalam kegiatan praktik pengalaman lapangan, guru pembimbing dan dosen pembimbing PPL sangat berperan dalam kelancaran penyampaian materi. Guru pembimbing di sekolah memberikan saran dan kritik kepada mahasiswa setelah selesai melakukan praktik mengajar sebagai evaluasi dan perbaikan guna meningkatkan kualitas pembelajaran selanjutnya. Dosen pembimbing PPL juga memberikan masukan tentang cara memecahkan persoalan yang dialami mahasiswa dalam melakukan proses pembelajaran. Berikut ini beberapa evaluasi yang penting untuk dicermati.

1) Pembuatan RPP pada kegiatan inti lebih disesuaikan dengan indikator pembelajaran yang ada.

2) Pengondisian kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

3) Penguasaan konsep materi adalah yang paling utama.

B. Pelaksanaan PPL

Dalam pelaksanaan kegiatan PPL (praktik mengajar), mahasiswa mendapat tugas untuk mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas sebagai berikut.

1) Kelas X A dengan jumlah 13 siswa. 2) Kelas XB1 dengan jumlah 24 siswa. 3) Kelas XB2 dengan jumlah 24 siswa. 4) Kelas XB3 dengan jumlah 24 siswa. 5) Kelas XIA dengan jumlah 8 siswa. 6) Kelas XIB1 dengan jumlah 19 siswa. 7) Kelas XIB2 dengan jumlah 18 siswa. 8) Kelas XIB3 dengan jumlah 19 siswa.


(22)

Materi yang disampaikan disesuaikan dengan silabus Kurikulum 2013 dan disesuaikan dengan susunan program pendidikan guru. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan ketika kegiatan praktik mengajar yang didampingi oleh guru pembimbing. Pendampingan dilakukan setiap kali mahasiswa mengajar. Hal ini dilakukan agar mahasiswa terus mendapatkan masukan dari guru pembimbing dan guru pembimbing dapat melihat peningkatan kualitas mahasiswa saat mengajar. Pada tahap ini, mahasiswa dinilai oleh guru pembimbing dan dosen pembimbing PPL, baik dalam membuat persiapan mengajar, melakukan aktivitas mengajar di kelas, kepedulian terhadap siswa, dan penguasaan kelas.

Adapun hasil proses PPL yang dilaksanakan oleh praktikan adalah sebagai berikut.

No.

Hari/

Tanggal Pukul Kelas

Kompetensi/ Sub Kompetensi dan Uraian Kegiatan

1. Kamis, 14 Agustus 2014

08.45-10.30 X B3 - Perkenalan.

- Konsep kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia.

- Memahami struktur teks anekdot. - Melabeli teks anekdot sebagai salah

satu bentuk kegiatan menganalisis teks anekdot.

2. Jumat, 15 Agustus 2014

10.30-12.00 X B2 - Perkenalan.

- Konsep kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia.

- Memahami struktur teks anekdot. - Melabeli teks anekdot sebagai salah

satu bentuk kegiatan menganalisis teks anekdot.

3. Sabtu, 16 Agustus 2014

09.45-11.15 X A - Perkenalan.

- Konsep kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia.

- Memahami struktur teks anekdot. - Melabeli teks anekdot sebagai salah

satu bentuk kegiatan menganalisis teks anekdot.


(23)

4. Sabtu, 16 Agustus 2014

11.15-12.45 X B1 - Perkenalan.

- Konsep kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia.

- Memahami struktur teks anekdot. - Melabeli teks anekdot sebagai salah

satu bentuk kegiatan menganalisis teks anekdot.

5. Kamis,

21 Agustus 2014

08.45-10.30 X B3 - Memahami struktur teks prosedur kompleks.

- Menginterpretasi makna teks

prosedur kompleks dengan kegiatan menyusun secara benar urutan langkah melakukan sesuatu

(mengambil uang di ATM, membuat email, membuat paspor, dan

menyambungkan komputer dengan internet menggunakan modem eksternal) di kertas asturo. 6. Jum’at, 22

Agustus 2014

10.30-12.00 X B2 - Memahami struktur teks prosedur kompleks.

- Menginterpretasi makna teks

prosedur kompleks dengan kegiatan menyusun secara benar urutan langkah melakukan sesuatu

(mengambil uang di ATM, membuat email, membuat paspor, dan

menyambungkan komputer dengan internet menggunakan modem eksternal) di kertas asturo. 7. Sabtu, 23

Agustus 2014

09.45-11.15 X A - Memahami struktur teks prosedur kompleks.

- Menginterpretasi makna teks

prosedur kompleks dengan kegiatan menyusun secara benar urutan langkah melakukan sesuatu


(24)

email, membuat paspor, dan menyambungkan komputer dengan internet menggunakan modem eksternal) di kertas asturo. 8. Sabtu, 23

Agustus 2014

11.15-12.45 X B1 - Memahami struktur teks prosedur kompleks.

- Menginterpretasi makna teks

prosedur kompleks dengan kegiatan menyusun secara benar urutan langkah melakukan sesuatu

(mengambil uang di ATM, membuat email, membuat paspor, dan

menyambungkan komputer dengan internet menggunakan modem eksternal) di kertas asturo. 9. Kamis, 28

Agustus 2014

08.45-10.30 X B3 - Memahami struktur teks eksposisi. - Memproduksi teks eksposisi dengan

kegiatan melengkapi argumen. - Mengonversi isi puisi melalui

permainan teka-teki di kertas asturo sebagai wujud kegiatan memproduksi teks eksposisi.

10. Jum’at, 29

Agustus 2014

10.30-12.00 X B2 - Memahami struktur teks eksposisi. - Memproduksi teks eksposisi dengan

kegiatan melengkapi argumen. - Mengonversi isi puisi melalui

permainan teka-teki di kertas asturo sebagai wujud kegiatan memproduksi teks eksposisi.

11. Sabtu, 30 Agustus 2014

09.45-11.15 X A - Memahami struktur teks eksposisi. - Memproduksi teks eksposisi dengan

kegiatan melengkapi argumen. - Mengonversi isi puisi melalui

permainan teka-teki di kertas asturo sebagai wujud kegiatan memproduksi teks eksposisi.


(25)

12. Sabtu, 30 Agustus 2014

11.15-12.45 X B1 - Memahami struktur teks eksposisi. - Memproduksi teks eksposisi dengan

kegiatan melengkapi argumen. - Mengonversi isi puisi melalui

permainan teka-teki di kertas asturo sebagai wujud kegiatan memproduksi teks eksposisi.

13. Selasa, 2 September 2014

07.15-08.45 XI B2 - Memahami struktur dan kaidah teks

cerita pendek.

- Menganalisis teks cerita pendek. 14. Selasa, 2

September 2014

08.45-10.30 XI B3 - Memahami struktur dan kaidah teks

cerita pendek.

- Menganalisis teks cerita pendek. 15. Kamis, 4

September 2014

07.15-08.45 XI B1 - Memahami struktur dan kaidah teks

cerita pendek.

- Menganalisis teks cerita pendek. 16. Kamis, 4

September 2014

08.45-10.30 XI A - Memahami struktur dan kaidah teks

cerita pendek.

- Menganalisis teks cerita pendek. 17. Selasa, 9

September 2014

07.15-08.45 XI B2 - Mengonversi teks cerpen ke dalam bentuk puisi.

18. Selasa, 9 September 2014

08.45-10.30 XI B3 - Mengonversi teks cerpen ke dalam bentuk puisi.

19. Kamis, 11 September 2014

07.15-08.45 XI B1 - Mengonversi teks cerpen ke dalam bentuk puisi.

20. Kamis, 11 September 2014

08.45-10.30 XI A - Mengonversi teks cerpen ke dalam bentuk puisi.


(26)

C. Analisis Hasil Kegiatan PPL, Faktor Pendukung, Faktor Penghambat, dan Refleksi

Analisis hasil pelaksanaan PPL di SMK Perindustrian Yogyakarta terdiri dari.

1. Analisis Pelaksanaan Program PPL

Rencana program PPL yang diselenggarakan universitas, disusun sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan sesuai waktu yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya, terjadi sedikit perubahan dari program semula. Walau demikian, perubahan-perubahan tersebut tidak memberikan pengaruh yang berarti dalam pelaksanaan PPL.

Mahasiswa melakukan pengamatan kelas mendekati praktik pada hari Sabtu, 9 Agustus 2014. Kelas yang diamati adalah kelas X B1 dan XIA. Setelah melakukan pengamatan kelas, guru pembimbing dan mahasiswa membuat kesepakatan mengenai mekanisme pengajaran. Kelas yang digunakan untuk mengajar, yaitu: X A, X B1, X B2, X B3, XI A, XI B1, XI B2, dan XI B3. Setiap kelas harus memperoleh materi yang sama. Satu kompetensi dasar yang telah diajarkan diperhitungkan sebagai pemerian satu RPP, sehingga mahasiswa bisa mengajarkan lebih dari satu kompetensi dasar dalam satu pertemuan dengan metode, strategi, ataupun media yang dianggap baik dan efisien.

Berkenaan dengan evaluasi, disepakati bahwa evaluasi akan dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Mahasiswa hanya diberi wewenang untuk memberikan tugas tertentu yang berkaitan dengan materi yang diajarkan dan memberi penilaian secara sikap dan pengetahuan. Penilain berupa sikap dikategorikan pada tanggung jawab, peduli, dan sopan. Bagi siswa yang tidak mengerjakan tugas, konsekuensinya adalah tidak mendapatkan nilai dan harus menempuh remidi. Namun pada kenyataannya, semua siswa mengerjakan tugas dan berhak mendapatkan nilai yang sesuai dengan hasil kerja mereka. Siswa yang berhalangan hadir dengan alasan tertentu, tidak berhak mendapatkan nilai dan bisa mendapatkan penggantinya dari guru yang bersangkutan setelah guru mengeluarkan kebijakan pengganti tugas. Hal tersebut merupakan kesepakatan antara guru pembimbing dan mahasiswa.

Pelaksanaan praktik mengajar berlangsung selama lima minggu, yaitu pada minggu ke tujuh sampai minggu kesebelas. Minggu ketujuh sampai minggu kesembilan, praktikan mengajar di kelas X sedangkan minggu kesebelas dan keduabelas mengajar di kelas XI. Pada Kamis-Sabtu, 14-16 Agustus 2014 mengampu kelas X B3, X B2, X A, dan X B1


(27)

dengan kompetensi dasar memahami dan menganalisis struktur teks anekdot. Secara keseluruhan, materi teks anekdot tidak dianggap sulit oleh siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan tingkat nilai siswa di atas KKM. Praktikan tidak menemukan kesulitan berarti ketika mengajar untuk pertama kali di kelas X B3. Hal tersebut terjadi karena selama proses pembelajaran, praktikan didampingi oleh guru pembimbing. Suasana kelas yang kondusif akan mempengaruhi tingkat keberhasilan pembelajaran. Setelah praktik di hari pertama selesai, guru pembimbing memberikan masukan berupa kekurangan dan kelebihan penampilan praktikan di hari pertama. Secara umum sudah baik, hanya saja perlu diperbaiki tentang kuantitas media pembelajaran yang berupa contoh teks anekdot sehingga seluruh siswa memiliki contoh teks anekdot.

Praktikan masih memiliki tiga kelas yang harus dibimbing. Hari kedua praktik di kelas X B2, guru pembimbing tidak ikut serta mendampingi. Praktikan mulai dihadapkan pada persoalan yang berkenaan dengan kekondusifan kelas. Suasana kelas riuh dan siswa umumnya belum sadar benar akan tugas dan tanggung jawab ketika pembelajaran berlangsung. Namun hal tersebut dapat terselesaikan dengan solusi menegur dengan halus dan menciptakan keakraban yang harmonis antara siswa dan praktikan. Strategi tersebut dipilih agar siswa ketika belajar tidak merasa terbebani.

Kelas selanjutnya adalah kelas X A yang dalam hal ini memiliki kuantitas terkecil jika dibandingkan dengan kelas lain. Kondisi yang demikian sebenarnya lebih memudahkan praktikan selama proses pembelajaran berlangsung. Guru pembimbing juga ikut serta mengawasi meskipun tidak sepenuhnya. Dua faktor tersebut sudah menegaskan bahwa tidak ada masalah berarti yang ditemui praktikan selama mengajar di kelas X A. Materi dapat tersampaikan dengan baik, mudah dimengerti, dan tugas bisa diselesaikan dengan baik.

Berdasarkan jadwal, kelas X B1 merupakan kelas terakhir yang mendapat kesempatan bagi praktikan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Praktikan tidak didampingi guru pembimbing selama proses mengajar di kelas ini sehingga permasalahan tentang kekondusifan kelas kembali terjadi. Karakteristik siswa di kelas X B1 beraneka ragam dan praktikan harus memiliki kesabaran yang tinggi. Secara umum, siswa di kelas ini belum bisa berkonsentrasi selama proses pembelajaran. Solusi dari permasalahan tersebut adalah bahwa praktikan dituntut untuk lebih


(28)

tenang dan bersikap tegas. Praktikan juga harus mampu menjaga keakraban yang harmonis. Praktikan berhak menegur siswa yang tidak serius dan bersungguh-sungguh dalam belajar.

Proses mengajar di minggu ketujuh belangsung baik meskipun dengan beberapa hambatan terjadi. Siswa telah memahami struktur teks anekdot dan bisa menganalisis struktur teks anekdot melalui kegiatan melabeli teks. Tugas yang harus diselesaikan berupa tugas kelompok yang diharapkan semua siswa dapat menjalin kerjasama yang baik antarsesama teman. Penilaian diberikan secara global dalam satu tema yaitu, teks anekdot.

Minggu kedelapan pada hari Kamis-Sabtu, 21-23 Agustus 2014 mengampu kelas yang sama dengan materi berbeda, yaitu kelas X B3, X B2, X A, dan X B1. Pokok bahasan pada pertemuan ini adalah mengenai teks prosedur kompleks. Siswa diharapkan mampu mengetahui struktur dan kaidah teks prosedur kompleks serta mampu menginterpretasi makna melalui kegiatan mengurutkan urutan langkah penggunaan suatu barang dan lainnya. Pada pembelajaran kali ini, praktikan menggunakan media asturo teks prosedur kompleks. Secara berkelompok, siswa akan mendapatkan potongan-potongan sebuah teks prosedur kompleks yang berbeda. Kemudian siswa diminta saling berdiskusi untuk mengurutkan langkah-langkah secara benar pada media asturo tersebut. Hasil kerja tersebut kemudian dipresentasikan dan mendapat tanggapan dari teman kelompok lain dan guru. Siswa juga dapat menumpahkan kreativitas mereka dengan menggambar pada media asturo tersebut.

Pembelajaran teks prosedur kompleks dimulai di kelas X B3. Para siswa begitu antusias dengan media yang digunakan. Secara umum, mereka tidak bosan dan berusaha mendiskusikan tugas. Dua kelompok sempat mengulangi lagi pekerjaan mereka dikarenakan urutan langkah yang didiskusikan belum benar. Setelah semua jawaban kelompok benar, maka proses krativitas menggambar pada media asturo tersebut bisa dilaksanakan. Siswa sangat senang dan antusias memajang hasil kerja mereka pada dinding kelas.

Selama proses pembelajaran berlangsung, praktikan tidak didampingi oleh guru pembimbing. Walaupun demikian, suasana kelas dapat dikendalikan dengan kemauan dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran menginterpretasi makna pada teks prosedur kompleks tersebut. Kendala lain terjadi pada beberapa siswa yang keluar


(29)

masuk kelas. Namun, hal tersebut bukanlah masalah berarti. Nilai siswa diperoleh melalui keaktifan menyelesaikan tugas, dan hasil kerja yang baik. Pada pembelajaran tersebut, tidak ada siswa yang remidi karena siswa dapat dengan baik menangkap penjelasan dan intruksi tugas dari praktikan.

Kelas selanjutnya yang diampu adalah kelas X B2. Selama proses pembelajaran teks prosedur kompleks tersebut, praktikan tidak didampingi oleh guru pembimbing. Siswa kelas X B2 masih banyak yang berlalu lalang keluar masuk kelas sehingga kekondusifan kelas tidak berjalan begitu baik. Setelah praktikan memberikan tugas, situasi kelas kembali berjalan normal. Siswa yang awalnya kurang antusias berubah menjadi antusias mengerjakan tugas dikarenakan mereka tertarik dengan media pembelajaran yang melibatkan proses kretivitas menggambar. Rata-rata siswa di kelas tersebut menyukai aktivitas menggambar.

Guru pembimbing ikut mendampingi selama proses pembelajaran berlangsung di kelas X A. Praktikan tidak menemukan kesulitan berarti saat mengajar di kelas X A tersebut. Secara umum, siswa kelas X A memiliki kesadaran belajar yang baik dan mampu menyelesaikan tugas dengan baik pula. Meskipun ada beberapa siswa yang tidak suka menggambar, namun hal tersebut dapat dilengkapi dengan hadirnya teman kelompok lain yang suka menggambar. Proses kerjasama terjalin baik di kelas ini. Nilai yang baik juga mampu diperoleh siswa dengan berbagai usaha yang baik dan menyenangkan.

Kelas terakhir yang diampu pada pokok bahasan teks prosedur kompleks ini adalah kelas X B1. Awalnya situasi kelas agak kacau dikarenakan sebelum mata pelajaran Bahasa Indonesia, para siswa harus melakukan praktik mata pelajaran komputer dan banyak siswa yang datang terlambat. Tingkat antusiasme siswa juga menurun dikarenakan mereka dibayangi keinginan untuk segera pulang dan mengakhiri pelajaran Bahasa Indonesia di jam terakhir tersebut. Namun, setelah mereka mengetahui pembelajaran akan didukung oleh media asturo, mereka tertantang untuk menyelesaikan tugas dengan baik dan maksimal. Para siswa cukup terpancing rasa semangatnya sehingga hasil kerja mereka pun cukup memuaskan. Nilai yang diperoleh siswa kelas X B1 di atas KKM dan baik. Mereka pun pulang dengan semangat.

Secara umum, pelaksanaan kegiatan mengajar di minggu kedelapan berlangsung lebih baik dari minggu sebelumnya. Hal tersebut


(30)

dapat dilihat dari pemilihan media pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga siswa antusias dalam meyelesaikan tugas yang diberikan. Melalui pembelajaran bermedia asturo tersebut secara tidak langsung dapat menumbuhkan kreativitas siswa yang rata-rata memiliki hobi menggambar. Terlebih, hasil kerja siswa dipajang di kelas masing-masing. Hal tersebut menambah rasa senang dan bangga mereka pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Penilaian diberikan secara global dalam satu tema yaitu, teks prosedur kompleks.

Minggu kesembilan pada hari Kamis-Sabtu, 28-30 Agustus 2014 praktikan juga mengampu kelas yang sama, yaitu X B3, X B2, X A, dan X B1. Pokok bahasan pada pertemuan minggu kesembilan itu adalah tentang teks eksposisi. Siswa diharapkan mampu memahami struktur dan kaidah teks eksposisi, memproduksi, dan mengonversi teks eksposisi ke dalam bentuk puisi rumpang.

Kelas pertama yang diampu pada pokok bahasan teks eksposisi ini adalah kelas X B3. Awalnya siswa diminta mencari dari berbagai sumber tentang struktur dan kaidah pada teks eksposisi. Antusiasme mereka dalam mencari juga cukup baik. Ketika siswa dihadapkan pada tugas menyoroti fenomena tertentu dan memberikan tanggapan secara tertulis, mereka juga cukup baik menuliskannya pada lembar kerja. Para siswa secara berkelompok dan individu mengeluarkan pendapat setuju atau tidak setuju terhadap fenomena Orang Indonesia Harus Tetap Belajar Bahasa

Indonesia. Setelah itu, para siswa juga diminta untuk mengonversikan teks

eksposisi tersebut ke dalam bentuk puisi yang masih rumpang. Para siswa menentukan sendiri kata yang tepat untuk melengkapi puisi pada asturo tersebut. Setelah itu, siswa bisa memajang hasil kerja melengkapi teka-teki silang pada media asturo tersebut di kelas. Selama proses pembelajaran berlangsung, praktikan tidak didampingi oleh guru pembimbing.

Proses pembelajaran di kelas X B2 belum terlihat maksimal dikarenakan banyak siswa yang izin pada hari itu. Tingkat antusiasme siswa juga terlihat menurun. Pada tugas memahami struktur dan kaidah teks, siswa tidak begitu terlihat antusias. Namun, setelah diberikan tugas memproduksi teks eksposisi dengan cara memberikan komentar setuju atau tidak setuju terhadap permasalahan Orang Indonesia Harus Tetap

Belajar Bahasa Indonesia, para siswa bisa menuliskan secara baik di

lembar tugas. Jawaban yang dituliskan cukup logis dan baik. Tugas selanjutnya adalah mengonversi teks eksposisi ke dalam bentuk puisi


(31)

rumpang melalui media teka-teki silang. Para siswa masih senang dengan pembelajaran Bahasa Indonesia yang menggunakan media asturo. Mereka dengan mudah dapat mengisi teka-teki puisi rumpang dan berkreativitas gambar pada media asturo tersebut. Selama proses pembelajaran tersebut, praktikan juga tidak didampingi oleh guru pembimbing.

Pelaksanaan kegiatan mengajar berlangsung lebih tertib di kelas X A. Secara umum, siswa kelas X A memiliki kesadaran belajar lebih baik. Mereka aktif bertanya jika ada hal yang belum jelas termasuk dalam proses pembelajaran teks eksposisi. Pertanyaan yang muncul memacu mereka untuk mengerjakan tugas lebih baik lagi. Siswa kelas X A dapat dengan mudah menangkap materi yang diajarkan. Wawasan mereka tentang permasalahan Orang Indonesia Harus Tetap Belajar Bahasa

Indonesia cukup baik sehingga komentar yang dituliskan cukup padat

berisi. Meskipun pada proses pembelajaran praktikan tidak didampingi oleh guru pembimbing, namun pengodisian kelas dapat berjalan baik dan kondusif. Praktikan tidak menemukan kesulitan berarti dalam mengajar kelas X A.

Kelas X B1 menjadi obyek terakhir praktikan mengajar di kelas X. Pembelajaran dilaksanakan di jam terakhir di hari Sabtu dan cukup membuat siswa tidak begitu antusias. Rata-rata dari mereka menurun tingkat semangatnya saat menghadapi jam terakhir di akhir pekan. Keterlambatan kembali terjadi karena sebelumnya siswa harus melakukan praktik komputer mata pelajaran lain. Hal ini menghambat pembelajaran dan menyebabkan jam pulang mereka lebih lama karena harus menyelesaikan tugas yang diberikan. Praktikan menemukan kesulitan yang cukup pelik untuk mengondisikan kelas karena tidak didampingi guru pembimbing. Namun, pada akhirnya mereka menyadari akan tugas dan tanggung jawab yang harus diselesaikan. Mereka mampu memahami struktur dan kaidah teks eksposisi, mampu memberikan tanggapan atas permasalahan Orang Indonesia Harus Tetap Belajar Bahasa Indonesia, dan mampu mengonversi teks eksposisi dalam puisi rumpang.

Pada kegiatan pembelajaran teks eksposisi ini, praktikan telah mampu memberikan tiga kompetensi, yaitu memahami struktur dan kaidah, memproduksi, dan mengonversi teks eksposisi. Siswa juga telah mampu dengan tuntas menyelesaikan tugas. Kendala tentang situasi kelas yang susah kondusif masih menjadi kendala yang merepotkan praktikan. Penilaian diberikan secara global dalam satu tema yaitu, teks eksposisi.


(32)

Setelah praktikan selesai melakukan praktik mengajar di kelas X, minggu selanjutnya dilanjutkan ke kelas XI. Pengajaran di kelas XI dilakukan pada minggu kesepuluh dan kesebelas, yaitu di kelas XI B2, XI B3, XI B1, dan XI A. Pembelajaran teks yang dipilih adalah tentang teks cerpen, mulai dari memahami struktur dan kaidah teks, menganalisis, dan mengonversikan teks cerpen ke dalam bentuk puisi. Sebuah teks cerpen yang dijadikan sumber berjudul Mengeja Hujan.

Pertemuan pertama mengajar kelas XI dimulai di kelas XI B2, yaitu tentang memahami struktur dan kaidah dan menganalisis teks cerpen. Cerpen Mengeja Hujan yang bertema cinta dipilih untuk menyelaraskan jiwa SMA yang umumnya identik dengan nuansa kisah cinta. Apabila hal tersebut telah terasa dekat, maka diharapkan siswa dapat dengan mudah menganalisis isi teks cerpen tersebut secara mendalam. Praktik mengajar di kelas XI B2 tidak sulit bahkan para siswa lebih tertib dan cepat akrab dengan praktikan. Nuansa humor yang kental menjadi sebuah hal yang menyenangkan dan membuat suasana kelas semakin akrab dalam kekeluargaan. Setelah memahami struktur dan kaidah teks, tugas selanjutnya adalah menganalisis teks cerpen tersebut. Para siswa pada umumnya antusias mengkritisi teks cerpen Mengeja Hujan tersebut. Dalam praktiknya, tidak ditemukan kesulitan berarti sehingga proses pembelajaran secara umum dapat dikatakan kondusif dan efisien.

Kelas XI B3 juga memperoleh materi yang sama tentang teks cerpen. Sama halnya dengan kelas XI B2, di kelas XI B3 suasana akrab sangat baik terjalin antara praktikan dan siswa. Hubungan tersebut secara tidak langsung memberi dampak pada keberlangsungan pembelajaran. Para siswa dapat dengan mudah memahami struktur dan kaidah teks cerpen. Ketika melakukan kegiatan menganalisispun, secara umum siswa sudah dapat dengan baik menyelami isi cerita. Kedalaman analisis mereka cukup baik dan logis. Mereka menyukai tema dan jalan cerita yang terdapat pada teks cerpen tersebut.

Keberlangsungan proses pembelajaran yang kurang antusias terjadi di kelas XI B1. Hal tersebut dikarenakan banyak siswa yang tidak hadir dan datang terlambat. Aktivitas jam belajar di jam pertama memang sering menemukan kendala di segi kedisiplinan siswa. Sehingga yang terjadi adalah tidak lebih dari 50% saja siswa yang berada di dalam ruangan untuk mengikuti pembelajaran. Meskipun demikian, secara umum hal tersebut tidak begitu mengurangi rasa antusias siswa untuk memahami


(33)

struktur dan kaidah teks cerpen bahkan dalam kegiatan menganalisis. Hasil analisis cerpen yang telah mereka kerjakan juga cukup baik.

Kelas XI A menjadi kelas terakhir yang diampu oleh praktikan. Meskipun kapasitas siswa di kelas tersebut relatif sedikit, namun proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan aktif. Seluruh siswa tidak malu untuk mengutarakan pendapatnya ketika pembelajaran memahami struktur dan kaidah teks cerpen maupun saat menganalisis teks cerpen tersebut. Hal yang baik adalah mereka sangat teliti dan kritis dalam menganalisis teks cerpen Mengeja Hujan. Sehingga hasil analisis yang didapatkan bukan hanya cenderung menyoroti hal yang mayoritas, tetapi juga minoritas. Proses tanggap mereka juga sangat baik dan komunikatif.

Secara umum, pembelajaran memahami struktur dan kaidah teks cerpen serta menganalisis teks cerpen berjudul Mengeja Hujan dapat berlangsung dengan baik dan memuaskan. Praktikan merasa senang dan semangat dalam mengajar karena siswa-siswanya memberikan respon yang baik dan sikap yang menyenangkan.

Pertemuan di minggu kesebelas atau minggu terakhir mengajar, siswa dibebaskan berekspresi membuat puisi bebas dengan mengonversikan teks cerpen Mengeja Hujan tersebut. Puisi tidak memiliki aturan dan ikatan tertentu. Sehingga, dalam pembelajaran mengonversikan teks cerpen ke dalam bentuk puisi bebas tidak memiliki kendala berarti. Para siswa sangat senang dan suasana kelas mendadak menjadi hening akibat terjalinnya konsentrasi yang erat dan baik untuk menghasilkan kata- kata yang indah. Selama praktikan melakukan praktik mengajar di kelas XI, guru pembimbing selalu mendampingi.

Pembelajaran sastra apalagi mencipta puisi, merupakan salah satu hal yang banyak digemari siswa SMK Perindustrian. Hal tersebut dibuktikan dengan keindahan puisi yang dibuat. Seluruh kelas XI menyukai sesuatu yang baru dalam proses penciptaan puisi. Salah satunya melalui kegiatan mangonversi teks cerpen ke dalam bentuk puisi bebas.

2. Faktor Pendukung

Selama mahasiswa melaksanakan PPL di SMK Perindustrian, praktikan menemui beberapa faktor pendukung keberlangsungan proses pembelajaran, antara lain.

a. Sambutan kepala sekolah, guru, dan karyawan di SMK Perindustrian cukup baik dan bersahabat sehingga praktikan memiliki sugesti baik selama pelaksanaan PPL tersebut.


(34)

b. Kerjasama antarsesama teman PPL UNY terjalin baik dan harmonis sehingga memudahkan keberlangsungan proses pembelajaran.

c. Motivasi diri yang baik dari praktikan sendiri.

d. Lokasi yang strategis dan berada di kota memudahkan praktikan dan siswa melakukan koneksi internet saat proses pembelajaran berlangsung.

e. Kapasitas siswa yang tidak begitu banyak di setiap kelas turut mendukung keberlangsungan pembelajaran lebih kondusif.

f. Komunikasi yang baik dan harmonis antara guru pembimbing dan mahasiswa selama praktik mengajar.

g. Para siswa yang sangat antusias menerima kehadiran praktikan selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Faktor Penghambat

Selama mahasiswa melaksanakan PPL di SMK Perindustrian, praktikan menemui beberapa hambatan berikut ini.

a. Banyaknya siswa yang terlambat masuk kelas sehingga menghambat KBM.

b. Ada beberapa siswa yang kurang antusias terhadap materi yang disampaikan sehingga membuat kelas gaduh dan tidak memperhatikan penjelasan guru.

c. Kemampuan para siswa untuk menyerap materi berbeda-beda.

d. Fasilitas Liquid Crystal Display (LCD) dari pihak sekolah untuk menunjang proses pembelajran kurang merata, karena di setiap kelas belum tersedia LCD. Jika ingin menggunakan LCD harus meminjam ke Ruang Tata Usaha, akan tetapi persediaan LCD tidak memenuhi kebutuhan jumlah kelas yang ada.

e. Sarana prasarana di SMK Perindustrian kurang mendukung proses belajar mengajar misalnya, WC yang kotor dan perpustakaan yang kurang dimanfaatkan oleh siswa dan guru.

4. Refleksi

Kendati demikian, hambatan-hambatan tersebut dapat dipecahkan melalui hal-hal berikut.

a. Praktikan memberi perhatian yang lebih dengan memberikan pertanyaan atau teguran secara langsung kepada siswa dan menggunakan metode ataupun media pembelajaran yang menarik serta memberikan tugas untuk menguji ketercapaian kompetensi.


(35)

b. Praktikan menyampaikan materi yang telah disesuaikan dengan waktu yang tersedia namun tetap dengan sedikit gurauan dan cerita, agar siswa tidak merasa bosan.

c. Praktikan berusaha memanfaatkan fasilitas penunjang yang dimiliki sekolah dengan sebaik-baiknya, seperti LCD agar tidak monoton dan media power point dan video agar dapat menarik perhatian siswa. d. Praktikan menggunakan media-media lain yang menarik seperti

tebak gambar, mind mapping, permainan tebak kata. Ketika mengajar di kelas yang belum terfasilitasi Liquid Crystal Display (LCD).


(36)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilaksanakan PPL di SMK Perindustrian Yogyakarta selama kurang lebih dua setengah bulan, mulai dari observasi awal sampai dengan proses pelaksanaannya, penulis memperoleh banyak ilmu serta pengalaman terkait dengan kondisi sekolah serta cara mengajar atau menjadi guru yang sebenarnya. Secara umum, pelaksanaan PPL dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. PPL merupakan mata kuliah yang sangat membantu mahasiswa untuk memberikan pengalaman langsung sebagai pendidik di sekolah.

2. PPL memberikan pengalaman nyata bagi mahasiswa terkait kondisi pendidikan yang ada pada saat ini.

3. Agar PPL dapat berjalan dengan lancar maka harus didukung oleh semua pihak, baik itu pihak universitas maupun sekolah.

B. Saran

Adapun saran yang penulis ingin sampaikan terkait dengan PPL yang sudah dilaksanakan meliputi hal berikut.

1. Bagi pihak SMK Perindustrian Yogyakarta

a) Meningkatkan sarana belajar sehingga proses pembelajaran akan semakin efektif.

b) Penegakan tata tertib untuk siswa yang tidak disiplin. c) Mengurangi jam kosong.

2. Bagi pihak Universitas Negeri Yogyakarta

a) Monitoring yang efektif untuk mahasiswa PPL.

b) Peningkatan kerjasama dengan sekolah-sekolah yang masih belum dijadikan tempat sebagai PPL.

3. Bagi Mahasiswa

a) Menyiapkan diri sebelum terjun langsung ke lapangan.

b) Rajin berkonsulatsi dan bimbingan dengan dosen atau guru-guru di sekolah.


(1)

29

rumpang melalui media teka-teki silang. Para siswa masih senang dengan pembelajaran Bahasa Indonesia yang menggunakan media asturo. Mereka dengan mudah dapat mengisi teka-teki puisi rumpang dan berkreativitas gambar pada media asturo tersebut. Selama proses pembelajaran tersebut, praktikan juga tidak didampingi oleh guru pembimbing.

Pelaksanaan kegiatan mengajar berlangsung lebih tertib di kelas X A. Secara umum, siswa kelas X A memiliki kesadaran belajar lebih baik. Mereka aktif bertanya jika ada hal yang belum jelas termasuk dalam proses pembelajaran teks eksposisi. Pertanyaan yang muncul memacu mereka untuk mengerjakan tugas lebih baik lagi. Siswa kelas X A dapat dengan mudah menangkap materi yang diajarkan. Wawasan mereka tentang permasalahan Orang Indonesia Harus Tetap Belajar Bahasa Indonesia cukup baik sehingga komentar yang dituliskan cukup padat berisi. Meskipun pada proses pembelajaran praktikan tidak didampingi oleh guru pembimbing, namun pengodisian kelas dapat berjalan baik dan kondusif. Praktikan tidak menemukan kesulitan berarti dalam mengajar kelas X A.

Kelas X B1 menjadi obyek terakhir praktikan mengajar di kelas X. Pembelajaran dilaksanakan di jam terakhir di hari Sabtu dan cukup membuat siswa tidak begitu antusias. Rata-rata dari mereka menurun tingkat semangatnya saat menghadapi jam terakhir di akhir pekan. Keterlambatan kembali terjadi karena sebelumnya siswa harus melakukan praktik komputer mata pelajaran lain. Hal ini menghambat pembelajaran dan menyebabkan jam pulang mereka lebih lama karena harus menyelesaikan tugas yang diberikan. Praktikan menemukan kesulitan yang cukup pelik untuk mengondisikan kelas karena tidak didampingi guru pembimbing. Namun, pada akhirnya mereka menyadari akan tugas dan tanggung jawab yang harus diselesaikan. Mereka mampu memahami struktur dan kaidah teks eksposisi, mampu memberikan tanggapan atas permasalahan Orang Indonesia Harus Tetap Belajar Bahasa Indonesia, dan mampu mengonversi teks eksposisi dalam puisi rumpang.

Pada kegiatan pembelajaran teks eksposisi ini, praktikan telah mampu memberikan tiga kompetensi, yaitu memahami struktur dan kaidah, memproduksi, dan mengonversi teks eksposisi. Siswa juga telah mampu dengan tuntas menyelesaikan tugas. Kendala tentang situasi kelas yang susah kondusif masih menjadi kendala yang merepotkan praktikan. Penilaian diberikan secara global dalam satu tema yaitu, teks eksposisi.


(2)

30

Setelah praktikan selesai melakukan praktik mengajar di kelas X, minggu selanjutnya dilanjutkan ke kelas XI. Pengajaran di kelas XI dilakukan pada minggu kesepuluh dan kesebelas, yaitu di kelas XI B2, XI B3, XI B1, dan XI A. Pembelajaran teks yang dipilih adalah tentang teks cerpen, mulai dari memahami struktur dan kaidah teks, menganalisis, dan mengonversikan teks cerpen ke dalam bentuk puisi. Sebuah teks cerpen yang dijadikan sumber berjudul Mengeja Hujan.

Pertemuan pertama mengajar kelas XI dimulai di kelas XI B2, yaitu tentang memahami struktur dan kaidah dan menganalisis teks cerpen. Cerpen Mengeja Hujan yang bertema cinta dipilih untuk menyelaraskan jiwa SMA yang umumnya identik dengan nuansa kisah cinta. Apabila hal tersebut telah terasa dekat, maka diharapkan siswa dapat dengan mudah menganalisis isi teks cerpen tersebut secara mendalam. Praktik mengajar di kelas XI B2 tidak sulit bahkan para siswa lebih tertib dan cepat akrab dengan praktikan. Nuansa humor yang kental menjadi sebuah hal yang menyenangkan dan membuat suasana kelas semakin akrab dalam kekeluargaan. Setelah memahami struktur dan kaidah teks, tugas selanjutnya adalah menganalisis teks cerpen tersebut. Para siswa pada umumnya antusias mengkritisi teks cerpen Mengeja Hujan tersebut. Dalam praktiknya, tidak ditemukan kesulitan berarti sehingga proses pembelajaran secara umum dapat dikatakan kondusif dan efisien.

Kelas XI B3 juga memperoleh materi yang sama tentang teks cerpen. Sama halnya dengan kelas XI B2, di kelas XI B3 suasana akrab sangat baik terjalin antara praktikan dan siswa. Hubungan tersebut secara tidak langsung memberi dampak pada keberlangsungan pembelajaran. Para siswa dapat dengan mudah memahami struktur dan kaidah teks cerpen. Ketika melakukan kegiatan menganalisispun, secara umum siswa sudah dapat dengan baik menyelami isi cerita. Kedalaman analisis mereka cukup baik dan logis. Mereka menyukai tema dan jalan cerita yang terdapat pada teks cerpen tersebut.

Keberlangsungan proses pembelajaran yang kurang antusias terjadi di kelas XI B1. Hal tersebut dikarenakan banyak siswa yang tidak hadir dan datang terlambat. Aktivitas jam belajar di jam pertama memang sering menemukan kendala di segi kedisiplinan siswa. Sehingga yang terjadi adalah tidak lebih dari 50% saja siswa yang berada di dalam ruangan untuk mengikuti pembelajaran. Meskipun demikian, secara umum hal tersebut tidak begitu mengurangi rasa antusias siswa untuk memahami


(3)

31

struktur dan kaidah teks cerpen bahkan dalam kegiatan menganalisis. Hasil analisis cerpen yang telah mereka kerjakan juga cukup baik.

Kelas XI A menjadi kelas terakhir yang diampu oleh praktikan. Meskipun kapasitas siswa di kelas tersebut relatif sedikit, namun proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan aktif. Seluruh siswa tidak malu untuk mengutarakan pendapatnya ketika pembelajaran memahami struktur dan kaidah teks cerpen maupun saat menganalisis teks cerpen tersebut. Hal yang baik adalah mereka sangat teliti dan kritis dalam menganalisis teks cerpen Mengeja Hujan. Sehingga hasil analisis yang didapatkan bukan hanya cenderung menyoroti hal yang mayoritas, tetapi juga minoritas. Proses tanggap mereka juga sangat baik dan komunikatif.

Secara umum, pembelajaran memahami struktur dan kaidah teks cerpen serta menganalisis teks cerpen berjudul Mengeja Hujan dapat berlangsung dengan baik dan memuaskan. Praktikan merasa senang dan semangat dalam mengajar karena siswa-siswanya memberikan respon yang baik dan sikap yang menyenangkan.

Pertemuan di minggu kesebelas atau minggu terakhir mengajar, siswa dibebaskan berekspresi membuat puisi bebas dengan mengonversikan teks cerpen Mengeja Hujan tersebut. Puisi tidak memiliki aturan dan ikatan tertentu. Sehingga, dalam pembelajaran mengonversikan teks cerpen ke dalam bentuk puisi bebas tidak memiliki kendala berarti. Para siswa sangat senang dan suasana kelas mendadak menjadi hening akibat terjalinnya konsentrasi yang erat dan baik untuk menghasilkan kata- kata yang indah. Selama praktikan melakukan praktik mengajar di kelas XI, guru pembimbing selalu mendampingi.

Pembelajaran sastra apalagi mencipta puisi, merupakan salah satu hal yang banyak digemari siswa SMK Perindustrian. Hal tersebut dibuktikan dengan keindahan puisi yang dibuat. Seluruh kelas XI menyukai sesuatu yang baru dalam proses penciptaan puisi. Salah satunya melalui kegiatan mangonversi teks cerpen ke dalam bentuk puisi bebas. 2. Faktor Pendukung

Selama mahasiswa melaksanakan PPL di SMK Perindustrian, praktikan menemui beberapa faktor pendukung keberlangsungan proses pembelajaran, antara lain.

a. Sambutan kepala sekolah, guru, dan karyawan di SMK Perindustrian cukup baik dan bersahabat sehingga praktikan memiliki sugesti baik selama pelaksanaan PPL tersebut.


(4)

32

b. Kerjasama antarsesama teman PPL UNY terjalin baik dan harmonis sehingga memudahkan keberlangsungan proses pembelajaran.

c. Motivasi diri yang baik dari praktikan sendiri.

d. Lokasi yang strategis dan berada di kota memudahkan praktikan dan siswa melakukan koneksi internet saat proses pembelajaran berlangsung.

e. Kapasitas siswa yang tidak begitu banyak di setiap kelas turut mendukung keberlangsungan pembelajaran lebih kondusif.

f. Komunikasi yang baik dan harmonis antara guru pembimbing dan mahasiswa selama praktik mengajar.

g. Para siswa yang sangat antusias menerima kehadiran praktikan selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Faktor Penghambat

Selama mahasiswa melaksanakan PPL di SMK Perindustrian, praktikan menemui beberapa hambatan berikut ini.

a. Banyaknya siswa yang terlambat masuk kelas sehingga menghambat KBM.

b. Ada beberapa siswa yang kurang antusias terhadap materi yang disampaikan sehingga membuat kelas gaduh dan tidak memperhatikan penjelasan guru.

c. Kemampuan para siswa untuk menyerap materi berbeda-beda.

d. Fasilitas Liquid Crystal Display (LCD) dari pihak sekolah untuk menunjang proses pembelajran kurang merata, karena di setiap kelas belum tersedia LCD. Jika ingin menggunakan LCD harus meminjam ke Ruang Tata Usaha, akan tetapi persediaan LCD tidak memenuhi kebutuhan jumlah kelas yang ada.

e. Sarana prasarana di SMK Perindustrian kurang mendukung proses belajar mengajar misalnya, WC yang kotor dan perpustakaan yang kurang dimanfaatkan oleh siswa dan guru.

4. Refleksi

Kendati demikian, hambatan-hambatan tersebut dapat dipecahkan melalui hal-hal berikut.

a. Praktikan memberi perhatian yang lebih dengan memberikan pertanyaan atau teguran secara langsung kepada siswa dan menggunakan metode ataupun media pembelajaran yang menarik serta memberikan tugas untuk menguji ketercapaian kompetensi.


(5)

33

b. Praktikan menyampaikan materi yang telah disesuaikan dengan waktu yang tersedia namun tetap dengan sedikit gurauan dan cerita, agar siswa tidak merasa bosan.

c. Praktikan berusaha memanfaatkan fasilitas penunjang yang dimiliki sekolah dengan sebaik-baiknya, seperti LCD agar tidak monoton dan media power point dan video agar dapat menarik perhatian siswa. d. Praktikan menggunakan media-media lain yang menarik seperti

tebak gambar, mind mapping, permainan tebak kata. Ketika mengajar di kelas yang belum terfasilitasi Liquid Crystal Display (LCD).


(6)

34 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilaksanakan PPL di SMK Perindustrian Yogyakarta selama kurang lebih dua setengah bulan, mulai dari observasi awal sampai dengan proses pelaksanaannya, penulis memperoleh banyak ilmu serta pengalaman terkait dengan kondisi sekolah serta cara mengajar atau menjadi guru yang sebenarnya. Secara umum, pelaksanaan PPL dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. PPL merupakan mata kuliah yang sangat membantu mahasiswa untuk memberikan pengalaman langsung sebagai pendidik di sekolah.

2. PPL memberikan pengalaman nyata bagi mahasiswa terkait kondisi pendidikan yang ada pada saat ini.

3. Agar PPL dapat berjalan dengan lancar maka harus didukung oleh semua pihak, baik itu pihak universitas maupun sekolah.

B. Saran

Adapun saran yang penulis ingin sampaikan terkait dengan PPL yang sudah dilaksanakan meliputi hal berikut.

1. Bagi pihak SMK Perindustrian Yogyakarta

a) Meningkatkan sarana belajar sehingga proses pembelajaran akan semakin efektif.

b) Penegakan tata tertib untuk siswa yang tidak disiplin. c) Mengurangi jam kosong.

2. Bagi pihak Universitas Negeri Yogyakarta

a) Monitoring yang efektif untuk mahasiswa PPL.

b) Peningkatan kerjasama dengan sekolah-sekolah yang masih belum dijadikan tempat sebagai PPL.

3. Bagi Mahasiswa

a) Menyiapkan diri sebelum terjun langsung ke lapangan.

b) Rajin berkonsulatsi dan bimbingan dengan dosen atau guru-guru di sekolah.