(54 Kali)
POLICY BRIEF
Kementerian
Sosial R.I.
“...MENURUNKAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN
DANRENTAN 1% DARI TARGET NASIONALDI
AKHIR 2019”
KEPUASAN KPM TERHADAP PELAKSANAAN FUNGSI E-WARONG
KUBE PKH
Peneliti: Muhtar, Achmadi JP., M. Syawie,
Suyanto, Ruaida M., & Ayu Dyah A.
Puslitbangkesos, Kemensos. Website:
puslit.kemsos.go.id, email:
[email protected]
Meresponkebijakan keuangan inklusif
yang ditetapkan pemerintah,
MenteriSosial R.I. mengambillangkahlangkah: (1) semua program
penanganan kemiskinan perlu di
sinergikan agar outcomenyamemberikan dampak luas, efisien
dan efektif, (2) pendamping dan
masyarakat yang didampingi perlu
diberdayakan, dan menjadi pelaku dari
sistem keuangan inklusif, dalam
rangka mempercepat meningkatkan
kesejahteraan mereka, (3) proses
penanganan KUBE harus holistik, mulai
dari pembentukan, pengorganisasian,
sampai pada pemasaran hasil
usahanya.
Salahsatu implementasinya
adalah pemberian bantuankebutuhan
pokok bagi keluarga penerima manfaat
(KPM) melalui e-Warong, yang
berfungsi sebagai: (1) tempat menjual
Hasil kajian cepat di Kota Pekanbanru,
Kota Bandar Lampung, dan Kota
Semarang menunjukkan:
Fungsi 1:48% responden menyatakan
puas, 12% sangat puas, 20%
kurangpuas,dan 20% menyatakan
tidak puas.
Fungsi 2:sebagian besar responden
80,7% menyatakan puas, 17,3%
sangat puas, dan sisanya
menyatakan 2% kurang puas.
Fungsi 3:sebagian besar responden
(81,3%) menyatakan tidak puas, dan
4,7% responden menyatakan kurang
puas.
Fungsi 4:66,7% responden
menyatakan tidak puas, dan 33,3%
Jumlah penduduk miskin di Indonesia
dalam satu dekade terakhir
menunjukkantrend penurunan (tabel
1).Akan tetapi kedalamannya tidak
berbanding lurus terutama di
perdesaan (BPS, 2016).
Hak-hak penduduk miskin (fakir
miskin)dijelaskan dalam UndangUndang Nomor 13 Tahun 2011 (Pasal
3): (i) memperoleh kecukupan pangan,
sandang, dan perumahan; (ii)
memperoleh pelayanan kesehatan; (iii)
memperoleh pendidikan yang dapat
meningkatkan martabatnya; (iv)
mendapatkan perlindungan sosial
dalam membangun, mengembangkan
dan memberdayakan diri dan
keluarganya sesuai dengan karakter
budayanya; (v) mendapatkan
pelayanan sosial melalui jaminan
sosial, pemberdayaan sosial, dan
rehabilitasi sosial dalam membangun,
mengembangkan, dan
memberdayakan diri dan keluarganya;
(vi) memperoleh derajat kehidupan
yang layak; (vii) memperoleh
lingkungan hidup yang sehat; (viii)
meningkatkan kondisi kesejahteraan
yang berkesinam-bungan; dan (ix)
memperoleh pekerjaan dan
kesempatan berusaha. Dalam UndangUndang Nomor 11 Tahun 2009 juga
ditegaskan bahwa dalam upaya
pemenuhan hak-hak fakir miskin
tersebut harus dilaksanakan secara
terpadu, terarah, dan
berkesinambungan, antara pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Dalam kerangka pengentasan
kemiskinan,pemerintah secara
berkelanjutan telah
menyelenggarakan berbagai program
sosial guna memenuhi kebutuhan
dasar keluarga miskin dan rentan. Hal
itu terlihat dari diselenggarakannya
bantuan sosial dan subsidi dalam skala
nasional, yang mencakup 40%
PendudukBerpenghasilan Rendah
penduduk berpendapatan terendah.
(Rastra), Program Keluarga Harapan
Program bantuan sosial dan subsidi
(PKH), Program Indonesia Pintar (PIP),
tersebut antara lain: Program Beras
dan Program Indonesia Sehat(PIS).
Bersubsidi bagi
Disamping itu pemerintah juga
Tabel 1: Data Kemiskinan di Indonesia
2007
2008
2009
2010
2011 2012 2013 2014
2015 2016
Kemiskinan Relatif
(% dari populasi)
16.6
15.4
14.2
13.3
12.5
11.7
11.5
11.0
11.1
10.9¹
Kemiskinan Absolut
(dalam jutaan)
37
35
33
31
30
29
29
28
29
28¹
0.35
0.35
0.37
0.38
0.41
0.41
0.41
0.41
0.41
Koefisien Gini/
Rasio Gini
0.40
¹ Maret 2016
Sumber: Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik (BPS)
menyelenggarakan program
pemberdayaan sosial dan penyediaan
akses terhadap kredit mikro, inklusi
keuangan dan penciptaan lapangan
kerja baru. Pemerintah daerah baik
provinsi maupun kabupaten/kota juga
telah menunjukkan partisipasi dalam
pelaksanaan program perlindungan
sosial dan penanggulangan
kemiskinan tersebut.
Penyelenggaraan programprogram kesejahteraan sosial tersebut
selama ini dilakukan secara tunai.
Dalam perkembangannya, pemerintah
mengubahnya menjadi bantuan
nontunai,satu diantaranya melalui eWarong.e-Warongutuk
pertamakalidiresmikan oleh Menteri
Sosial R.I. di Kota Malangbulan Juni
2016,dan hingga akhir 2016, telah
diresmikan di 338unit, 48
kabupaten/kota. Tahun 2017,
ditargetkan 2.000 e-Warong dibuka
diberbagai pelosok Indonesia.
Lembaga Penelitian
SMERU,pada akhir 2016 telah
melakukan kajian awal e-Warongdi
lima kota/kabupaten, yaitu:
Balikpapan, Batam, Denpasar, Kediri
dan Malang. Hasilnya menunjukan,
proses persiapan pelaksanaanya
belum matang, antara lain karena
belum adanya kelengkapan regulasi
program, seperti: pedoman umum,
petunjuk teknis operasional maupaun
kejelasan kerjasama antar pihak.
Selain itu, keberhasilan pelaksanaan
program e-Warong KUBE PKH kedepan
memerlukan beberapa prasyarat
terkait pembangunan dan pemantapan
organisasi, pengelolaan fungsinya
sebagai: titik distribusi bantuan sosial
nontunai, agen bank, dan komponen
livelihood/penghidupan masyarakat
miskin, serta mekanisme pemantauan
dan evaluasi yang efektif.Dari hasil
kajian tersebut, terlihat masih perlu
perbaikan pada tahap persiapan dan
pelaksanaan e-Warong. Hasil
monitoring Kemenko PMK (2016) di
sejumlah daerah juga menunjukkan
hal serupa. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kesejahteraan Sosial
(Puslitbangkesos), April - Juni 2017
melakukan quick research dengan
fokus kepuasan KPM terhadap
pelaksanaan fungsi eWarong.Kepuasan adalah tingkat
perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil
yang ia rasakan dibandingkan
harapannya (Kotler. et.al, 1996).
Kepuasan KPM merupakan elemen
penting dalam pelayanan yang lebih
baik, efisien, dan lebih efektif. Apabila
KPM merasa tidak puas terhadap
pelayanan yang disediakan, maka
pelayanan tersebut dipastikan tidak
efektif dan tidak efisien.
Model Service Quality
(Servqual) yang dikembangkan
olehParasuraman dkk. (1985)
merupakan model kualitas jasa yang
paling populer dan hingga saat ini
banyak menjadi acuan dalam riset
kepuasan pelanggan. Model ini
menegaskan bahwa bila kinerja pada
suatu atribut (attribute performance)
meningkat lebih besar dari harapan
(expectation) atas atribut
bersangkutan, maka persepsi terhadap
kualitas dan jasa akan positif dan
sebaliknya. Bila kinerja sesuai dengan
atau melebihi standar, maka persepsi
atau kualitas jasa keseluruhan akan
positif atau sebaliknya. Terdapat lima
dimensi kualitas seperti dikemukakan
olehParasuraman dkk., yaitu: (i)
Reliability, kemampuan untuk
METODE
Metode kajian “explanatory sequential
mixed method” —peneliti terlebih
dahulu melakukan penelitian
kuantitatif, menganilis hasil dan
kemudian menyusul hasil untuk
menerangkannya secara lebih
terperinci dengan penelitian
kualitatif(Creswell, 2016: 21).
Pendekatan kuantitatif digunakan
untuk melihat seberapa
(persen)kepuasan KPM terhadap
pelaksanaan fungsi e-Warong, dan
pendekatan kualitatif digunakan untuk
mengetahui lebih jauh pelaksanaan
fungsi e-Warong tersebut.
Kajiandilakukan diKota
Pekanbaru, Kota Bandar Lampung, dan
Kota Semarang. Penentuan lokasi
didasarkan pertimbangan pelaksanaan
e-Warong dalam kurun waktu Juni Desember 2016.DiPekanbaru terdapat
4 e-Warongdari 24 yang diusulkan, di
Bandar Lampung terdapat 14 eWarong dari 55 yang diusulkan, dan di
Semarang terdapat 16 e-Warong
(sudah berjalan).Pada masing-masing
lokasi tersebut ditentukan satu eWarong. Respondenperlokasi sebanyak
50 KPM (10%jumlah KPM)dari eWarong terpilih. Dengan demikian
terdapat 150 responden, yang
memberikan pelayanan secara
akurat, andal, dapat dipercaya,
bertanggungjawab; (ii)
Resnponsiveness,keinginan untuk
membantu dan memberikan
pelayanan secara cepat dan tepat;
(iii) Assurance,kompetensi,
keramahan, dan keamanan
terhadap pelanggan; (iv) Empaty,
derajat perhatian terhadap
pelanggan; dan (v) Tangibel,
kondisi fisik fasilitas, peralatan
serta penampilan pekerja.
ditentukan secara nonprobability
sampling dengan teknik sampling
sistematis —teknik pengambilan
sampel berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang telah diberi
nomor urut... dapat juga dilakukan
dengan nomor ganjil saja, genap saja,
atau kelipatan dari bilangan tertentu
(Sugiyono, 2013: 105).
Untuk memperoleh
kedalaman informasidilakukan
wawancara dengan sejumlah informan
(pejabat/pihak terkait pelaksanaan eWarong), yaitu: pihak Himbara, Bulog,
Dinas Sosial Provinsi/Kota, Pendamping
dan Pengelola e-Warong.
HASIL KAJIAN
Sebanyak 150 responden adalah kaum
ibu, karena mereka peserta PKH
dan/atau anggota KUBE PKH.
Pekerjaan mereka: 94% responden
menyatakan murni sebagai ibu rumah
tangga, 1,3 % melakukan usaha kecilkecilan , 2,3% sebagai tukang
cuci/setrika.Kepemilikan terhadap
Kartu Keluarga Sejahtera (KKS),
mayoritas responden (90,7%)
menyatakan memilikinya dan 9,3%
lainnya memyatakan tidak memiliki
KKS.
50.00% 46.70%
45.00%
40.00%
35.00%
26.70% 25.30%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
0.70%
5.00%
0.00%
Diagram 1: Pendidikan Responden
Sumber : Hasil kajian 2017.
Fungsi
1,
Berkualitas
e-Warong
sebagai
E-Warong sebagai tempat menjual
(distributor) kebutuhan pokok (beras,
gula) murah dan berkualitas terkait
dimensi reliability (reliabilitas), 48%
responden menyatakan puas, 12%
menyatakan sangat puas, dan 20%
masing-masing menyatakan tidak dan
kurang puas.Responden yang
menyatakan sangat puas, karena
setelah ada e-Warong, mereka
memperoleh kebutuhan pokok lebih
pasti, lebih murah dan dalam jumlah
yang tepat, serta kualitas cukup baik.
Adapun responden yang menyatakan
kurang puas/tidak puas karena setelah
beras dimasak, nasinya keras (kepyar
–Bhs. Jawa), dan kualitas gula (masih)
menurut mereka (masih) kurang baik.
Dalam kaitan itu, hasil
pendalaman (wawancara) dengan
PenyalurKebutuhan
PokokMurah
pengelola yang notabene juga KPM
dan pendamping e-Warong diperoleh
informasi, responden yang
menyatakan puas bahkan sangat puas
karena setelah ada e-Warong, KPM
dapat memperoleh kebutuhan pokok
tersebut lebih pasti, lebih murah dan
dalam jumlah yang tepat dibandingkan
sebelum ada e-Warong. Dari sisi harga,
beras di e-Warong lebih murah
dibandingkan di tempat lain, dan dari
sisi jumlah, KPM memperoleh dalam
jumlah yang tepat, yakni
10/Kg/KPM/bulan dibandingkan
sebelum ada e-Warong, yang
(umumnya) dibagi rata (bagito)
seluruh warga, serta dari sisi kualitas
juga cukup baik (tidak berkutu, tidak
bau) dibandingkan sebelum ada eWarong (Gambar 1).
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
48%
12%
20%
20%
Diagram 2 : Kepuasan KPM, e-Warong sebagai
Penyedia Kebutuhan Murah Berkualitas
Sumber
: Hasil kajian 2017.
Disamping itu, KPM tidak perlu
lagi mengeluarkan uang sebagai
tebusan, dimana sebelum ada eWarong, KPM perlu menebus Rp.
1.600,- (seribu enam ratus rupiah)
perkilogram. Kemudian, terkait eWarong memberikan layanan tepat
waktu, 48% responden menyatakan
puas, 37,3% kurang puas, dan 14,7%
menyatakan sangat puas. Dan eWarong memberikan layanan secara
baik, diperoleh informasi: 54%
menyatakan puas, 34,75 kurang puas,
dan 11,3% menyatakan sangat puas.
Gambar 1
: Beras di e-Warong
Sumber
: Hasil kajian 2016.
Fungsi 2, e-Warong sebagai Penyalur Bantuan Sosial Nontunai
Selanjutnya, e-Warong sebagai agen
bank penyalur bantuan sosial nontunai
terkait dimensi responsiveness (daya
tanggap), 80,7% responden
menyatakan puas, 17,3% sangat puas,
dan sisanya 2% kurang
puas.Responden yang menyatakan
puas dan sangat puas karena dengan
adanya e-Warong,menjadi lebih
praktis, cepat, dan tepat jumlah.
Sementara itu, yang
menyatakan kurang puas karena
alat/mesin electronic data capture
(EDC) sering gangguan, yang antara
lain karena sinyal lemah dan kapasitas
terbatas.
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
80%
17%
2%
0%
Diagram 3: e-Warong sebagai penyalur Bansos Nontunai
Sumber : Hasil kajian 2017.
Adapun fungsi e.Warong
sebagai penyalur bantuan sosial
nontunai terkait dimensi assurance
(jaminan), 79,3% responden
menyatakan puas, 20% menyatakan
sangat puas, dan 0,7% menyatakan
kurang puas (kompetensi pengelola eWarong menumbuhkan rasa percaya
kepada KPM). Tentang keramahan
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
pengelola e-Warong dalam
memberikan layanan, 80,7%
responden menyatakan puas, 19,3%
menyatakan sangat puas. Selanjutnya,
tentang pengelola e-Warong membuat
rasa aman waktu transaksi (tidak
dicurangi), 79,3% responden
menyatakan puas, 20% sangat puas,
dan 0,7% menyatakan kurang puas.
84.00%
15.30%
0.70%
0.00%
Diagram 4: Pengelola e-Warong memberikan Rasa Aman
Waktu Transaksi
Sumber
: Hasil kajian 2017.
Tentang empaty (empati)
pengelola e.Warong (memberikan
perhatian yang baik kepada KPM), 84%
responden menyatakan puas, 15,3%
sangat puas, dan 0,7% kurang puas.
Selanjutnya bahwa pengelola
e.Warong mengutamakan kepentingan
KPM, 83% menyatakan puas, 15,3%
sangat puas, dan 1,3% menyatakan
kurang puas, dan terkait e-Warong
buka tepat waktu, 81,3% responden
menyatakan puas, 18% menyatakan
sangat puas, dan 0,7% responden
menyatakan kurang puas. Adapun
persepsi KPM terhadap e-Warong dan
pengelolanya (tangible/bukti fisik),
e.Warong memanfaatkan alat modern
seperti EDC, 84,7% reponden
menyatakan puas, 14,7% sangat puas,
dan 0,7% kurang puas. Selanjutnya,
pengelola e-Warong berpenampilan
menarik, 56% responden menyatakan
puas, 30,7% kurang puas, dan
sisanya 13,3% responden
menyatakan sangat puas.
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
84.00%
15.30%
0.70%
Sangat Puas
Puas
0.00%
Kurang PuasTidak
Puas
Diagram 5: Pengelola e-Warong memberikan Perhatian
terhadap KPM
Sumber : Hasil kajian 2017.
Fungsi 3, e-Warong sebagai
Tempat Pemasaran Produk KUBE
PKH
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
81%
11%
Diagram
6:
Pemasaran
2%
e-Warong
4%
sebagai
Tempat
Produk KUBE PKH
Sumber : Hasil kajian 2017.
Dari diagram tersebut terlihat bahwa
sebagian besar responden (81,3%)
menyatakan tidak puas e-Warong
sebagai tempat pemasaran produk
KUBE PKH, dan 4,7% selebihnya menyatakan kurang puas (4,7%).
Responden yang menyatakan
kurang puas karena e-Warong
dirancang sebagai tempat penyediaan
kebutuhan pokok bagi keluarga miskin
dan rentan, sementara produk KUBE
PKH termasuk bukan kebutuhan pokok
(kerajinan, seperti: Tempat Tissue, Tas,
Tempat Sampah, dan lain
sebagainya).Namun, terdapat 2,7%
responden yang menyatakan puas dan
11,3% responden menyatakan sangat
puas,dengan alasan e-Warong sudah
dapat menampung beberapa produk
KUBE PKH, seperti sabun pencuci piring dan hasil kerajinan anggota.
Dari wawancara dengan
pengelola, pendampingdan pihakpihak terkait penyelenggaraan eWarong diperoleh informasi, tidak
mudah, produk KUBE dipasarkan di eWarong. Dalam pengertian bahwa
produk KUBE tersebut untuk dibeli oleh
KPM karena bukan merupakan
kebutuhan pokok. Dalam kasus KUBE
di Bandar Lampung, misalnya, yang
menghasilkan: Tempat Sampah,
Tempat Tisu, dan lainnya dari limbah
koran, dengan bimbingan pendamping
dan pihak instansi/dinas sosial
setempat, anggota KUBE
memasarkannya kepada masyarakat
(umum) dan ketika ada even tertentu,
misalnya —Bazar yang
diselenggarakan oleh Dharma Wanita
Pemerintah Daerah setempat. Produk
KUBE di Pekanbaru dan Semarang
berupa makanan ringan dan sabun
cair pencuci piring, berbeda dengan
produk KUBE di Bandar Lampung,
produk-produk KUBE tersebut,
disamping dipasarkan kepada
masyarakat (umum), juga mulai dijual
di e-Warong —dibeli anggota KPM.
Dengan demikian, produk KUBE di
Pekanbaru dan Semarang, mulai
dipasarkan di e-Warong meskipun
belum maksimal.
Fungsi 4, e-Warong sebagai
Tempat Layanan Koperasi Simpan
Pinjam
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
66%
33%
0%
lainnya juga menyatakan kurang puas,
karena
usaha simpan pinjam masih terbatas
di kelompok (KUBE PKH).
REKOMENDASI
Peningkatan sosialisasi
kepadapara pihak pemangku
kepentingan
Menambah variasi
bantuankebutuhan pokok agar gizi
KMPterpenuhi, misalnya telur, ikan,
sayur mayur.
Membentuk Tim tetap
Monevadan sistem pengaduan.
Meningkatkan fungsi E-Warong
sebagai tempat pemasaran produk
KUBE PKH dan layanan simpan pinjam.
0%
Diagram 7: e-Warong sebagai tempat Layanan
Koperasi Simpin
Sumber
: Hasil kajian 2017.
E-Warong sebagai koperasi yang dapat
memberikan layanan simpan pinjam
bagi
anggotanya (KPM), diperoleh informasi
66,7% responden menyatakan tidak
puas karena e-Warong belum
berfungsi sebagai koperasi simpan
pinjam. Kemudian 33,3% responden
DAFTAR PUSTAKA
Berry, L.L., Zeithaml, V.A. and
Parasuraman, A. (1985). Quality
counts in services too. Business
Horizons, Vol. 28 No. 3, pp. 44-52.
Kotler. (1996). Dasar-Dasar
Pemasaran. Jilid 2 Edisi 6. Ahli
Bahasa oleh Chrisanti Hasibuan.
Jakarta: Intermedia.
BPS: Angka Kemiskinan Turun di Level
10,86 Persen.
http://bisniskeuangan.
kompas.com/ read/2016/07/
18/115609826/bps.angka.kemiski
nan.turun.di.level.10.86.persen
(Diakses 2 Jan. 2017)
Kementerian Sosial RI. (2016).
Petunjuk Pelaksanaan E-Warong
KUBE Berdasarkan Peraturan
Menteri Sosial RI Nomor 25 Tahun
2016 tentang Bantuan
Pengembangan Sarana Usaha
Melalui Elektronik Warung Gotong
Royong Kelompok Usaha
Bersama Program Keluarga
Harapan. Ditjen. Penanganan
Fakir Miskin.
Dulung, Andi ZA. (2017). Bahan
Paparan Elektronik Warung
Gotong Royong KUBE PKH. Dirjen.
Penanganan Fakir Miskin.
Indonesia Investment. Kemiskinan di
Indonesia.http://www.indonesiainvestments.com/id/keuangan/an
gka-ekonomimakro/kemiskinan/item301.
(Diakses 2 April 2017).
Peraturan Menteri Sosial RI. Nomor 25
Tahun 2016 tentang Bantuan
Pengembangan Sarana Usaha
melalui Elektronik Warung
Gotong Royong KUBE PKH.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan
Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: CV. Alfabeta
UU. RI. Nomor 11 Tahun 2009 Tentang
Kesejahteraan Sosial.
Kementerian
Sosial R.I.
“...MENURUNKAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN
DANRENTAN 1% DARI TARGET NASIONALDI
AKHIR 2019”
KEPUASAN KPM TERHADAP PELAKSANAAN FUNGSI E-WARONG
KUBE PKH
Peneliti: Muhtar, Achmadi JP., M. Syawie,
Suyanto, Ruaida M., & Ayu Dyah A.
Puslitbangkesos, Kemensos. Website:
puslit.kemsos.go.id, email:
[email protected]
Meresponkebijakan keuangan inklusif
yang ditetapkan pemerintah,
MenteriSosial R.I. mengambillangkahlangkah: (1) semua program
penanganan kemiskinan perlu di
sinergikan agar outcomenyamemberikan dampak luas, efisien
dan efektif, (2) pendamping dan
masyarakat yang didampingi perlu
diberdayakan, dan menjadi pelaku dari
sistem keuangan inklusif, dalam
rangka mempercepat meningkatkan
kesejahteraan mereka, (3) proses
penanganan KUBE harus holistik, mulai
dari pembentukan, pengorganisasian,
sampai pada pemasaran hasil
usahanya.
Salahsatu implementasinya
adalah pemberian bantuankebutuhan
pokok bagi keluarga penerima manfaat
(KPM) melalui e-Warong, yang
berfungsi sebagai: (1) tempat menjual
Hasil kajian cepat di Kota Pekanbanru,
Kota Bandar Lampung, dan Kota
Semarang menunjukkan:
Fungsi 1:48% responden menyatakan
puas, 12% sangat puas, 20%
kurangpuas,dan 20% menyatakan
tidak puas.
Fungsi 2:sebagian besar responden
80,7% menyatakan puas, 17,3%
sangat puas, dan sisanya
menyatakan 2% kurang puas.
Fungsi 3:sebagian besar responden
(81,3%) menyatakan tidak puas, dan
4,7% responden menyatakan kurang
puas.
Fungsi 4:66,7% responden
menyatakan tidak puas, dan 33,3%
Jumlah penduduk miskin di Indonesia
dalam satu dekade terakhir
menunjukkantrend penurunan (tabel
1).Akan tetapi kedalamannya tidak
berbanding lurus terutama di
perdesaan (BPS, 2016).
Hak-hak penduduk miskin (fakir
miskin)dijelaskan dalam UndangUndang Nomor 13 Tahun 2011 (Pasal
3): (i) memperoleh kecukupan pangan,
sandang, dan perumahan; (ii)
memperoleh pelayanan kesehatan; (iii)
memperoleh pendidikan yang dapat
meningkatkan martabatnya; (iv)
mendapatkan perlindungan sosial
dalam membangun, mengembangkan
dan memberdayakan diri dan
keluarganya sesuai dengan karakter
budayanya; (v) mendapatkan
pelayanan sosial melalui jaminan
sosial, pemberdayaan sosial, dan
rehabilitasi sosial dalam membangun,
mengembangkan, dan
memberdayakan diri dan keluarganya;
(vi) memperoleh derajat kehidupan
yang layak; (vii) memperoleh
lingkungan hidup yang sehat; (viii)
meningkatkan kondisi kesejahteraan
yang berkesinam-bungan; dan (ix)
memperoleh pekerjaan dan
kesempatan berusaha. Dalam UndangUndang Nomor 11 Tahun 2009 juga
ditegaskan bahwa dalam upaya
pemenuhan hak-hak fakir miskin
tersebut harus dilaksanakan secara
terpadu, terarah, dan
berkesinambungan, antara pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Dalam kerangka pengentasan
kemiskinan,pemerintah secara
berkelanjutan telah
menyelenggarakan berbagai program
sosial guna memenuhi kebutuhan
dasar keluarga miskin dan rentan. Hal
itu terlihat dari diselenggarakannya
bantuan sosial dan subsidi dalam skala
nasional, yang mencakup 40%
PendudukBerpenghasilan Rendah
penduduk berpendapatan terendah.
(Rastra), Program Keluarga Harapan
Program bantuan sosial dan subsidi
(PKH), Program Indonesia Pintar (PIP),
tersebut antara lain: Program Beras
dan Program Indonesia Sehat(PIS).
Bersubsidi bagi
Disamping itu pemerintah juga
Tabel 1: Data Kemiskinan di Indonesia
2007
2008
2009
2010
2011 2012 2013 2014
2015 2016
Kemiskinan Relatif
(% dari populasi)
16.6
15.4
14.2
13.3
12.5
11.7
11.5
11.0
11.1
10.9¹
Kemiskinan Absolut
(dalam jutaan)
37
35
33
31
30
29
29
28
29
28¹
0.35
0.35
0.37
0.38
0.41
0.41
0.41
0.41
0.41
Koefisien Gini/
Rasio Gini
0.40
¹ Maret 2016
Sumber: Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik (BPS)
menyelenggarakan program
pemberdayaan sosial dan penyediaan
akses terhadap kredit mikro, inklusi
keuangan dan penciptaan lapangan
kerja baru. Pemerintah daerah baik
provinsi maupun kabupaten/kota juga
telah menunjukkan partisipasi dalam
pelaksanaan program perlindungan
sosial dan penanggulangan
kemiskinan tersebut.
Penyelenggaraan programprogram kesejahteraan sosial tersebut
selama ini dilakukan secara tunai.
Dalam perkembangannya, pemerintah
mengubahnya menjadi bantuan
nontunai,satu diantaranya melalui eWarong.e-Warongutuk
pertamakalidiresmikan oleh Menteri
Sosial R.I. di Kota Malangbulan Juni
2016,dan hingga akhir 2016, telah
diresmikan di 338unit, 48
kabupaten/kota. Tahun 2017,
ditargetkan 2.000 e-Warong dibuka
diberbagai pelosok Indonesia.
Lembaga Penelitian
SMERU,pada akhir 2016 telah
melakukan kajian awal e-Warongdi
lima kota/kabupaten, yaitu:
Balikpapan, Batam, Denpasar, Kediri
dan Malang. Hasilnya menunjukan,
proses persiapan pelaksanaanya
belum matang, antara lain karena
belum adanya kelengkapan regulasi
program, seperti: pedoman umum,
petunjuk teknis operasional maupaun
kejelasan kerjasama antar pihak.
Selain itu, keberhasilan pelaksanaan
program e-Warong KUBE PKH kedepan
memerlukan beberapa prasyarat
terkait pembangunan dan pemantapan
organisasi, pengelolaan fungsinya
sebagai: titik distribusi bantuan sosial
nontunai, agen bank, dan komponen
livelihood/penghidupan masyarakat
miskin, serta mekanisme pemantauan
dan evaluasi yang efektif.Dari hasil
kajian tersebut, terlihat masih perlu
perbaikan pada tahap persiapan dan
pelaksanaan e-Warong. Hasil
monitoring Kemenko PMK (2016) di
sejumlah daerah juga menunjukkan
hal serupa. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kesejahteraan Sosial
(Puslitbangkesos), April - Juni 2017
melakukan quick research dengan
fokus kepuasan KPM terhadap
pelaksanaan fungsi eWarong.Kepuasan adalah tingkat
perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil
yang ia rasakan dibandingkan
harapannya (Kotler. et.al, 1996).
Kepuasan KPM merupakan elemen
penting dalam pelayanan yang lebih
baik, efisien, dan lebih efektif. Apabila
KPM merasa tidak puas terhadap
pelayanan yang disediakan, maka
pelayanan tersebut dipastikan tidak
efektif dan tidak efisien.
Model Service Quality
(Servqual) yang dikembangkan
olehParasuraman dkk. (1985)
merupakan model kualitas jasa yang
paling populer dan hingga saat ini
banyak menjadi acuan dalam riset
kepuasan pelanggan. Model ini
menegaskan bahwa bila kinerja pada
suatu atribut (attribute performance)
meningkat lebih besar dari harapan
(expectation) atas atribut
bersangkutan, maka persepsi terhadap
kualitas dan jasa akan positif dan
sebaliknya. Bila kinerja sesuai dengan
atau melebihi standar, maka persepsi
atau kualitas jasa keseluruhan akan
positif atau sebaliknya. Terdapat lima
dimensi kualitas seperti dikemukakan
olehParasuraman dkk., yaitu: (i)
Reliability, kemampuan untuk
METODE
Metode kajian “explanatory sequential
mixed method” —peneliti terlebih
dahulu melakukan penelitian
kuantitatif, menganilis hasil dan
kemudian menyusul hasil untuk
menerangkannya secara lebih
terperinci dengan penelitian
kualitatif(Creswell, 2016: 21).
Pendekatan kuantitatif digunakan
untuk melihat seberapa
(persen)kepuasan KPM terhadap
pelaksanaan fungsi e-Warong, dan
pendekatan kualitatif digunakan untuk
mengetahui lebih jauh pelaksanaan
fungsi e-Warong tersebut.
Kajiandilakukan diKota
Pekanbaru, Kota Bandar Lampung, dan
Kota Semarang. Penentuan lokasi
didasarkan pertimbangan pelaksanaan
e-Warong dalam kurun waktu Juni Desember 2016.DiPekanbaru terdapat
4 e-Warongdari 24 yang diusulkan, di
Bandar Lampung terdapat 14 eWarong dari 55 yang diusulkan, dan di
Semarang terdapat 16 e-Warong
(sudah berjalan).Pada masing-masing
lokasi tersebut ditentukan satu eWarong. Respondenperlokasi sebanyak
50 KPM (10%jumlah KPM)dari eWarong terpilih. Dengan demikian
terdapat 150 responden, yang
memberikan pelayanan secara
akurat, andal, dapat dipercaya,
bertanggungjawab; (ii)
Resnponsiveness,keinginan untuk
membantu dan memberikan
pelayanan secara cepat dan tepat;
(iii) Assurance,kompetensi,
keramahan, dan keamanan
terhadap pelanggan; (iv) Empaty,
derajat perhatian terhadap
pelanggan; dan (v) Tangibel,
kondisi fisik fasilitas, peralatan
serta penampilan pekerja.
ditentukan secara nonprobability
sampling dengan teknik sampling
sistematis —teknik pengambilan
sampel berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang telah diberi
nomor urut... dapat juga dilakukan
dengan nomor ganjil saja, genap saja,
atau kelipatan dari bilangan tertentu
(Sugiyono, 2013: 105).
Untuk memperoleh
kedalaman informasidilakukan
wawancara dengan sejumlah informan
(pejabat/pihak terkait pelaksanaan eWarong), yaitu: pihak Himbara, Bulog,
Dinas Sosial Provinsi/Kota, Pendamping
dan Pengelola e-Warong.
HASIL KAJIAN
Sebanyak 150 responden adalah kaum
ibu, karena mereka peserta PKH
dan/atau anggota KUBE PKH.
Pekerjaan mereka: 94% responden
menyatakan murni sebagai ibu rumah
tangga, 1,3 % melakukan usaha kecilkecilan , 2,3% sebagai tukang
cuci/setrika.Kepemilikan terhadap
Kartu Keluarga Sejahtera (KKS),
mayoritas responden (90,7%)
menyatakan memilikinya dan 9,3%
lainnya memyatakan tidak memiliki
KKS.
50.00% 46.70%
45.00%
40.00%
35.00%
26.70% 25.30%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
0.70%
5.00%
0.00%
Diagram 1: Pendidikan Responden
Sumber : Hasil kajian 2017.
Fungsi
1,
Berkualitas
e-Warong
sebagai
E-Warong sebagai tempat menjual
(distributor) kebutuhan pokok (beras,
gula) murah dan berkualitas terkait
dimensi reliability (reliabilitas), 48%
responden menyatakan puas, 12%
menyatakan sangat puas, dan 20%
masing-masing menyatakan tidak dan
kurang puas.Responden yang
menyatakan sangat puas, karena
setelah ada e-Warong, mereka
memperoleh kebutuhan pokok lebih
pasti, lebih murah dan dalam jumlah
yang tepat, serta kualitas cukup baik.
Adapun responden yang menyatakan
kurang puas/tidak puas karena setelah
beras dimasak, nasinya keras (kepyar
–Bhs. Jawa), dan kualitas gula (masih)
menurut mereka (masih) kurang baik.
Dalam kaitan itu, hasil
pendalaman (wawancara) dengan
PenyalurKebutuhan
PokokMurah
pengelola yang notabene juga KPM
dan pendamping e-Warong diperoleh
informasi, responden yang
menyatakan puas bahkan sangat puas
karena setelah ada e-Warong, KPM
dapat memperoleh kebutuhan pokok
tersebut lebih pasti, lebih murah dan
dalam jumlah yang tepat dibandingkan
sebelum ada e-Warong. Dari sisi harga,
beras di e-Warong lebih murah
dibandingkan di tempat lain, dan dari
sisi jumlah, KPM memperoleh dalam
jumlah yang tepat, yakni
10/Kg/KPM/bulan dibandingkan
sebelum ada e-Warong, yang
(umumnya) dibagi rata (bagito)
seluruh warga, serta dari sisi kualitas
juga cukup baik (tidak berkutu, tidak
bau) dibandingkan sebelum ada eWarong (Gambar 1).
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
48%
12%
20%
20%
Diagram 2 : Kepuasan KPM, e-Warong sebagai
Penyedia Kebutuhan Murah Berkualitas
Sumber
: Hasil kajian 2017.
Disamping itu, KPM tidak perlu
lagi mengeluarkan uang sebagai
tebusan, dimana sebelum ada eWarong, KPM perlu menebus Rp.
1.600,- (seribu enam ratus rupiah)
perkilogram. Kemudian, terkait eWarong memberikan layanan tepat
waktu, 48% responden menyatakan
puas, 37,3% kurang puas, dan 14,7%
menyatakan sangat puas. Dan eWarong memberikan layanan secara
baik, diperoleh informasi: 54%
menyatakan puas, 34,75 kurang puas,
dan 11,3% menyatakan sangat puas.
Gambar 1
: Beras di e-Warong
Sumber
: Hasil kajian 2016.
Fungsi 2, e-Warong sebagai Penyalur Bantuan Sosial Nontunai
Selanjutnya, e-Warong sebagai agen
bank penyalur bantuan sosial nontunai
terkait dimensi responsiveness (daya
tanggap), 80,7% responden
menyatakan puas, 17,3% sangat puas,
dan sisanya 2% kurang
puas.Responden yang menyatakan
puas dan sangat puas karena dengan
adanya e-Warong,menjadi lebih
praktis, cepat, dan tepat jumlah.
Sementara itu, yang
menyatakan kurang puas karena
alat/mesin electronic data capture
(EDC) sering gangguan, yang antara
lain karena sinyal lemah dan kapasitas
terbatas.
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
80%
17%
2%
0%
Diagram 3: e-Warong sebagai penyalur Bansos Nontunai
Sumber : Hasil kajian 2017.
Adapun fungsi e.Warong
sebagai penyalur bantuan sosial
nontunai terkait dimensi assurance
(jaminan), 79,3% responden
menyatakan puas, 20% menyatakan
sangat puas, dan 0,7% menyatakan
kurang puas (kompetensi pengelola eWarong menumbuhkan rasa percaya
kepada KPM). Tentang keramahan
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
pengelola e-Warong dalam
memberikan layanan, 80,7%
responden menyatakan puas, 19,3%
menyatakan sangat puas. Selanjutnya,
tentang pengelola e-Warong membuat
rasa aman waktu transaksi (tidak
dicurangi), 79,3% responden
menyatakan puas, 20% sangat puas,
dan 0,7% menyatakan kurang puas.
84.00%
15.30%
0.70%
0.00%
Diagram 4: Pengelola e-Warong memberikan Rasa Aman
Waktu Transaksi
Sumber
: Hasil kajian 2017.
Tentang empaty (empati)
pengelola e.Warong (memberikan
perhatian yang baik kepada KPM), 84%
responden menyatakan puas, 15,3%
sangat puas, dan 0,7% kurang puas.
Selanjutnya bahwa pengelola
e.Warong mengutamakan kepentingan
KPM, 83% menyatakan puas, 15,3%
sangat puas, dan 1,3% menyatakan
kurang puas, dan terkait e-Warong
buka tepat waktu, 81,3% responden
menyatakan puas, 18% menyatakan
sangat puas, dan 0,7% responden
menyatakan kurang puas. Adapun
persepsi KPM terhadap e-Warong dan
pengelolanya (tangible/bukti fisik),
e.Warong memanfaatkan alat modern
seperti EDC, 84,7% reponden
menyatakan puas, 14,7% sangat puas,
dan 0,7% kurang puas. Selanjutnya,
pengelola e-Warong berpenampilan
menarik, 56% responden menyatakan
puas, 30,7% kurang puas, dan
sisanya 13,3% responden
menyatakan sangat puas.
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
84.00%
15.30%
0.70%
Sangat Puas
Puas
0.00%
Kurang PuasTidak
Puas
Diagram 5: Pengelola e-Warong memberikan Perhatian
terhadap KPM
Sumber : Hasil kajian 2017.
Fungsi 3, e-Warong sebagai
Tempat Pemasaran Produk KUBE
PKH
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
81%
11%
Diagram
6:
Pemasaran
2%
e-Warong
4%
sebagai
Tempat
Produk KUBE PKH
Sumber : Hasil kajian 2017.
Dari diagram tersebut terlihat bahwa
sebagian besar responden (81,3%)
menyatakan tidak puas e-Warong
sebagai tempat pemasaran produk
KUBE PKH, dan 4,7% selebihnya menyatakan kurang puas (4,7%).
Responden yang menyatakan
kurang puas karena e-Warong
dirancang sebagai tempat penyediaan
kebutuhan pokok bagi keluarga miskin
dan rentan, sementara produk KUBE
PKH termasuk bukan kebutuhan pokok
(kerajinan, seperti: Tempat Tissue, Tas,
Tempat Sampah, dan lain
sebagainya).Namun, terdapat 2,7%
responden yang menyatakan puas dan
11,3% responden menyatakan sangat
puas,dengan alasan e-Warong sudah
dapat menampung beberapa produk
KUBE PKH, seperti sabun pencuci piring dan hasil kerajinan anggota.
Dari wawancara dengan
pengelola, pendampingdan pihakpihak terkait penyelenggaraan eWarong diperoleh informasi, tidak
mudah, produk KUBE dipasarkan di eWarong. Dalam pengertian bahwa
produk KUBE tersebut untuk dibeli oleh
KPM karena bukan merupakan
kebutuhan pokok. Dalam kasus KUBE
di Bandar Lampung, misalnya, yang
menghasilkan: Tempat Sampah,
Tempat Tisu, dan lainnya dari limbah
koran, dengan bimbingan pendamping
dan pihak instansi/dinas sosial
setempat, anggota KUBE
memasarkannya kepada masyarakat
(umum) dan ketika ada even tertentu,
misalnya —Bazar yang
diselenggarakan oleh Dharma Wanita
Pemerintah Daerah setempat. Produk
KUBE di Pekanbaru dan Semarang
berupa makanan ringan dan sabun
cair pencuci piring, berbeda dengan
produk KUBE di Bandar Lampung,
produk-produk KUBE tersebut,
disamping dipasarkan kepada
masyarakat (umum), juga mulai dijual
di e-Warong —dibeli anggota KPM.
Dengan demikian, produk KUBE di
Pekanbaru dan Semarang, mulai
dipasarkan di e-Warong meskipun
belum maksimal.
Fungsi 4, e-Warong sebagai
Tempat Layanan Koperasi Simpan
Pinjam
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
66%
33%
0%
lainnya juga menyatakan kurang puas,
karena
usaha simpan pinjam masih terbatas
di kelompok (KUBE PKH).
REKOMENDASI
Peningkatan sosialisasi
kepadapara pihak pemangku
kepentingan
Menambah variasi
bantuankebutuhan pokok agar gizi
KMPterpenuhi, misalnya telur, ikan,
sayur mayur.
Membentuk Tim tetap
Monevadan sistem pengaduan.
Meningkatkan fungsi E-Warong
sebagai tempat pemasaran produk
KUBE PKH dan layanan simpan pinjam.
0%
Diagram 7: e-Warong sebagai tempat Layanan
Koperasi Simpin
Sumber
: Hasil kajian 2017.
E-Warong sebagai koperasi yang dapat
memberikan layanan simpan pinjam
bagi
anggotanya (KPM), diperoleh informasi
66,7% responden menyatakan tidak
puas karena e-Warong belum
berfungsi sebagai koperasi simpan
pinjam. Kemudian 33,3% responden
DAFTAR PUSTAKA
Berry, L.L., Zeithaml, V.A. and
Parasuraman, A. (1985). Quality
counts in services too. Business
Horizons, Vol. 28 No. 3, pp. 44-52.
Kotler. (1996). Dasar-Dasar
Pemasaran. Jilid 2 Edisi 6. Ahli
Bahasa oleh Chrisanti Hasibuan.
Jakarta: Intermedia.
BPS: Angka Kemiskinan Turun di Level
10,86 Persen.
http://bisniskeuangan.
kompas.com/ read/2016/07/
18/115609826/bps.angka.kemiski
nan.turun.di.level.10.86.persen
(Diakses 2 Jan. 2017)
Kementerian Sosial RI. (2016).
Petunjuk Pelaksanaan E-Warong
KUBE Berdasarkan Peraturan
Menteri Sosial RI Nomor 25 Tahun
2016 tentang Bantuan
Pengembangan Sarana Usaha
Melalui Elektronik Warung Gotong
Royong Kelompok Usaha
Bersama Program Keluarga
Harapan. Ditjen. Penanganan
Fakir Miskin.
Dulung, Andi ZA. (2017). Bahan
Paparan Elektronik Warung
Gotong Royong KUBE PKH. Dirjen.
Penanganan Fakir Miskin.
Indonesia Investment. Kemiskinan di
Indonesia.http://www.indonesiainvestments.com/id/keuangan/an
gka-ekonomimakro/kemiskinan/item301.
(Diakses 2 April 2017).
Peraturan Menteri Sosial RI. Nomor 25
Tahun 2016 tentang Bantuan
Pengembangan Sarana Usaha
melalui Elektronik Warung
Gotong Royong KUBE PKH.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan
Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: CV. Alfabeta
UU. RI. Nomor 11 Tahun 2009 Tentang
Kesejahteraan Sosial.